Contoh RKS
-
Upload
afridjal-ottohyat -
Category
Documents
-
view
10 -
download
0
description
Transcript of Contoh RKS
BAB II
SYARAT-SYARAT ADMINISTRASI
PASAL - II.01.
DASAR PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pelaksanaan pekerjaan harus didasarkan pada ketentuan-ketentuan dan peraturan-
peraturan yang berlaku di bawah ini :
a. Keputusan Kepala Sekolah SMK Negeri 7 Semarang.
b. Standar Perencanaan Rumah Tinggal Semi Publik.
c. Peraturan lain yang terkait dan masih berlaku
d. Ketentuan-ketentuan dan lampiran-lampiran yang tercantum dalam RKS
e. Penjelasan-penjelasan yang diberikan pada rapat penjelasan (Aanwijzing)
f. Instruksi Direksi Pekerjaan yang akan diberikan pada waktu pelaksanaan
pekerjaan dan pada rapat-rapat koordinasi.
PASAL - II.02.
JANGKA WAKTU PELAKSANAAN
Jangka waktu Pelaksanaan pekerjaan ini selama 150 Hari Kalender.
PASAL - II.03.
PEMBIAYAAN
Pembiayaan Pembangunan ini dibebankan pada Anggaran SMK Negeri 7 Semarang.
PASAL - II.04.
SURAT PERJANJIAN KERJA
1. Untuk pelaksanaan pekerjaan akan dibuat Surat
Perjanjian Kerja antara Direksi Pekerjaan dengan Kontraktor yang
melaksanakan pekerjaan ini
2. Biaya meterai Surat Perjanjian Kerja menjadi
beban Kontraktor dan masing-masing kontrak diberi meterai Rp.6.000,-
3. Surat Perjanjian Kerja dibuat rangkap 5 (lima )
atas biaya Kontraktor.
PASAL - II.05.
JAMINAN PENAWARAN
1. Jaminan penawaran ( Tender Garansi ) berbentuk
surat jaminan dari Bank Umum atau Perusahaan Asuransi yang mempunyai
program Surety Bond sebesar : 1 - 3 % dari harga penawaran.
2. Jaminan penawaran untuk pengadaan barang / jasa
ini ditujukan kepada SMK Negeri 7 Semarang.
3. Bagi Kontraktor yang mendapatkan pekerjaan,
tender garansi diberikan kembali pada saat jaminan pelaksanaan diterima oleh
Direksi Pekerjaan, sedang jangka waktu Tender Garansi selama 90 (sembilan
puluh) hari kalender.
4. Bagi Kontraktor yang tidak mendapatkan pekerjaan,
tender garansi dapat diambil setelah adanya Penetapan Pemenang, yang
mendapatkan pekerjaan tender garansi dapat diambil setelah ditandatangani
Surat Perjanjian Kerja (kontrak) dan diganti jaminan pelaksanaan.
PASAL - II.06.
JAMINAN PELAKSANAAN
1. Untuk nilai kontrak diatas Rp.50 juta, Kontraktor
yang ditunjuk sebelum menandatangani kontrak diwajibkan menyerahkan
jaminan pelaksanaan berupa surat jaminan Bank dari Bank Umum atau
perusahaan Asuransi Kerugian yang mempunyai program mengeluarkan
jaminan pelaksanaan sebesar 5% dari nilai kontrak.
2. Jaminan pelaksanaan harus sudah disampaikan
paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak tanggal Surat Perintah Kerja
diterbitkan, apabila sampai dengan batas waktu yang ditentukan jaminan
pelaksanaan belum diterima Pemberi Tugas, Surat Perintah Kerja (SPK) dapat
dibatalkan serta jaminan penawaran menjadi milik negara.
3. Jaminan pelaksanaan menjadi milik negara dalam
hal :
a. Kontraktor / rekanan dalam waktu yang telah ditetapkan tidak
melaksanakan pekerjaan.
b. Kontraktor / rekanan mengundurkan diri setelah menandatangani
kontrak.
c. Bila terjadi pembatalan / pemutusan pekerjaan oleh pihak pertama
(Pemberi Pekerjaan) karena dinilai Kontraktor tidak mampu
menyelesaikan pekerjaan.
4. Jaminan pelaksanaan harus diperpanjang masa
berlakunya atau diganti baru bila:
a. Ada perpanjangan waktu penyelesaian pekerjaan yang dinyatakan
dalam Addendum Kontrak..
b. Sampai dengan batas waktu penyelesaian seperti ditentukan dalam
kontrak, Kontraktor belum dapat menyelesaikan pekerjaan dan dikenakan
denda. Perpanjangan jaminan pelaksanaan yang baru harus sudah
diterima Pemberi Pekerjaan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sebelum
masa klaim berakhir.
5. Jaminan pelaksanaan dapat dikembalikan bilamana
pekerjaan sudah diserahkan yang pertama kalinya (ST.I) dan diterima dengan
baik oleh Direksi Pekerjaan (disertai Berita Acara penyerahan pertama).
PASAL - II.07.
PEMBAYARAN
1. Pembayaran akan dilakukan dengan cara Bayar
Tunda / Voorvinanceering.
2. Pembayaran lebih rinci akan dilaksanakan dan atau
diatur kemudian dalam Surat Perjanjian (kontrak).
3. Dalam pekerjaan ini tidak ada uang muka.
PASAL - II.08.
PERMULAAN PEKERJAAN
1. Selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 (satu) minggu terhitung sejak SPK
dikeluarkan Kontraktor harus nyata sudah dimulai pekerjaan.
2. Bilamana ketentuan-ketentuan seperti tersebut diatas tidak dipenuhi, maka
Jaminan Pelaksanaan dinyatakan hilang dan menjadi milik Pemerintah.
3. Kontraktor wajib memberitahukan kepada Direksi Pekerjaan, bilamana akan
memulai pekerjaan dengan disertai struktur organisasi personil yang
ditugaskan.
4. Pengambilan dokumentasi / foto-foto.
Kontraktor wajib mengambil gambar (foto) dari 0% dan secara berkala sesuai
dengan progres pekerjaan.
PASAL - II.09.
SERAH TERIMA PEKERJAAN
1. Pekerjaan dapat diserahkan untuk yang pertama kalinya, bilamana pekerjaan
sudah selesai 100% dan dapat diterima dengan baik oleh Direksi Pekerjaan,
dengan disertai Berita Acara dan dilampiri daftar kemajuan pekerjaan, pada
penyerahan pertama untuk pekerjaan ini keadaan halaman serta bangunan
harus dalam keadaan bersih seluruhnya.
2. Untuk kemudahan dalam suatu penelitian sewaktu diadakan pemeriksaan
teknis dalam rangka penyerahan ke I, maka surat permohonan pemeriksaan
teknis yang diajukan Direksi Pekerjaan supaya dilampiri :
a. Daftar kemajuan pekerjaan 100% ditanda tangani
Pengawas Pekerjaan / Konsultan Pengawas dan diketahui oleh
Kontraktor.
b. 1 (satu) album berisi foto berwarna yang menyatakan
prestasi kerja 100%.
c. Khusus untuk ukuran foto yang 10 R supaya diambil
yang baik dengan obyek sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan.
3. Surat permohonan pemeriksaan teknis yang dikirim kepada Direksi Pekerjaan
maupun tembusannya yang diajukan kepada Direksi Pekerjaan harus sudah
dikirim selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari sebelum batas waktu
penyerahan pertama kalinya berakhir.
PASAL - II.10.
MASA PEMELIHARAAN (ONDERHOUD TERMIJN)
1. Jangka waktu pemeliharaan adalah selama 120 (seratus lima puluh) hari kalender
setelah penyerahan yang pertama (ST. I)
2. Bilamana dalam masa pemeliharaan (Onderhoud Termijn) terjadi
kerusakan-kerusakan akibat kurang sempurnanya didalam pelaksanaan atau
karena kurang baik mutu bahan yang dipergunakan kembali, maka Kontraktor
harus segera memperbaiki dan menyempurnakan kembali setelah pihak
Kontraktor diperingatkan atau diberitahukan yang pertama kalinya secara
tertulis oleh Direksi Pekerjaan.
PASAL II.11.
PERPANJANGAN WAKTU PENYERAHAN
1. Surat permohonan perpanjangan waktu penyerahan
pertama yang diajukan kepada Direksi Pekerjaan harus sudah diterima
selambat - lambatnya 15 hari sebelum batas waktu penyerahan pertama kalinya
berakhir dan surat tersebut dilampiri :
a. Data-data yang lengkap
b. Time Schedule baru yang cermat
2. Surat permohonan perpanjangan waktu penyerahan
pekerjaan tanpa data-data yang lengkap tidak dipertimbangkan.
3. Permintaan perpanjangan waktu penyerahan
pekerjaan yang pertama kalinya dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan
bilamana :
a. Adanya pekerjaan tambahan atau pengurangan (meer or minder werk)
yang tidak dapat dielakkan lagi setelah kontrak ditanda tangani oleh
kedua belah pihak.
b. Adanya surat perintah tertulis dari Direksi Pekerjaan tentang
pekerjaan tambahan.
c. Adanya perintah tertulis dari Direksi Pekerjaan tentang pekerjaan
untuk sementara waktu dihentikan.
d. Adanya force majeure (bencana alam, gangguan keamanan,
pemogokan) kejadian mana harus diteguhkan oleh Kepala Daerah
setempat dengan surat pernyataan.
e. Adanya gangguan curah hujan yang turun terus menerus ditempat
pekerjaan yang secara langsung mengganggu kelancaran pekerjaan harus
diketahui oleh Pengawas Pekerjaan / Konsultan Pengawas dan didukung
dengan data curah hujan dari Badan Meteorologi
f. Pekerjaan tidak dapat dimulai tepat pada waktu yang telah
ditentukan, karena lahan / tanah yang akan dipakai untuk bangunan
belum siap bangun dan lain-lain.
PASAL II.12.
SANKSI/DENDA (PASAL 49 AV)
1. Bilamana batas waktu penyerahan pekerjaan yang
pertama kalinya dilampaui (tidak dipenuhi), maka Kontraktor dikenakan denda
/ sanksi diwajibkan membayar denda sebesar 1%o (satu permil) tiap hari
kelambatan sampai sebanyak-banyaknya 5% (lima prosen) dari harga kontrak.
2. Uang denda tersebut harus dilunaskan pada waktu
pembayaran angsuran (termijn) penyerahan kesatu (I).
3. Menyimpang dari pasal 49 AV terhadap segala
kelalaian mengenai peraturan atau tugas yang tercantum dalam ketetapan ini,
maka sepanjang tidak ada dalam bestek ini ketetapan denda lainnya Kontraktor
dapat dikenakan denda sebesar 1%o (satu permil) tiap kali terjadi kelalaian
dengan tidak diperlukan suatu pengecualian.
4. Bilamana ada perintah untuk mengerjakan
pekerjaan tambah dan tidak disebutkan waktu pelaksanaannya maka jangka
waktu pelaksanaan tidak dapat diperpanjang.
PASAL II.13.
PEKERJAAN TAMBAHAN DAN PENGURANGAN
1. Untuk pekerjaan tambahan yang diperintahkan
secara tertulis oleh direksi pekerjaan, Kontraktor dapat mengajukan
pembayaran tambahan.
2. Sebelum pekerjaan tambahan dikerjakan, Kontraktor
supaya mengajukan kepada Direksi Pekerjaan daftar RAB agar Direksi
Pekerjaan dapat memperhitungkan apakah pekerjaan tambahan tersebut dapat
dibayar atau tidak.
3. Untuk perhitungan pekerjaan tambahan dan
pengurangan menggunakan harga satuan yang telah dimasukkan dalam
penawaran/kontrak.
4. Bilamana harga satuan pekerjaan belum tercantum
dalam surat penawaran yang diajukan, maka akan diselesaikan secara
musyawarah.
PASAL II.14.
PEMBATALAN PEKERJAAN
1. Direksi Pekerjaan berhak membatalkan pekerjaan
dari tangan Kontraktor, apabila ternyata pihak Kontraktor telah menyerahkan
seluruh atau sebagian pekerjaan kepada Kontraktor lain, semata-mata hanya
mencari keuntungan saja dari pekerjaan tersebut.
2. Pada pembatalan pekerjaan, Kontraktor hanya
dapat dibayar :
3. Hanya pekerjaan yang telah diselesaikan dan telah
diperiksa serta disetujui oleh Direksi Pekerjaan sedangkan harga-harga bahan
bangunan yang berada ditempat pekerjaan menjadi resiko Kontraktor sendiri.
4. Penyerahan bagian-bagian pekerjaan kepada atau
seluruh pekerjaan kepada Kontraktor lain (Onderaanemer) tanpa seijin tertulis
dari Direksi Pekerjaan tidak diijinkan.
PASAL II.15.
PAJAK DAN PUNGUTAN
1. Berdasarkan hal tersebut maka setiap surat
perjanjian yang bernilai diatas Rp.500.000 (lima ratus ribu rupiah), SMK
Negeri 7 Semarang dan Pemerintah kota Semarang akan memungut Pajak
Pertambahan Nilai (PPN).
2. Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan ini oleh
Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah dipungut pajak dan atau
pungutan lainnya, maka semua pajak dan atau pungutan dimaksud menjadi
beban dan tanggung jawab Kontraktor / Rekanan.
PASAL II.16.
RENCANA KERJA ( TIME SCHEDULE )
1. Kontraktor harus membuat rencana kerja pelaksanaan pekerjaan yang disetujui
oleh Direksi Pekerjaan selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah SPK
diterbitkan serta daftar nama pelaksana yang ditugaskan untuk menyelesaikan
pekerjaan ini.
2. Membuat Net Work Planning (NWP) dan atau Time Schedule yang disetujui
Direksi Pekerjaan.
3. Kontraktor diwajibkan melaksanakan pekerjaan menurut rencana kerja
tersebut.
4. Kontraktor tetap bertanggung jawab atas penyelesaian pekerjaan tepat pada
waktunya.
PASAL II.17.
LAPORAN HARIAN DAN MINGGUAN
1. Kontraktor tiap minggu supaya mengirimkan
laporan kepada Direksi Pekerjaan dan tindasan kepada Pengawas Pekerjaan /
Konsultan Pengawas mengenai kemajuan pekerjaan disertai laporan banyaknya
orang-orang yang bekerja setiap harinya.
2. Penilaian prestasi kerja atas dasar pekerjaan yang
sudah diselesaikan tidak termasuk adanya bahan-bahan ditempat pekerjaan dan
tidak atas dasar besarnya pengeluaran uang.
PASAL II.18.
DOKUMENTASI
1. Sebelum pekerjaan dimulai keadaan lapangan atau
tempat pekerjaan masih 0% supaya diadakan pemotretan ditempat-tempat yang
dianggap penting menurut pertimbangan Direksi Lapangan , dengan ukuran 10
R sebanyak minimal 8 (delapan) unit berwarna dan diberi pigura.
2. Setiap progres pekerjaan dan penyerahan pertama
harus diadakan pemotretan yang menunjukkan prestasi pekerjaan (minimum
dari 5 jurusan) masing-masing menurut prestasi kerja dengan kartu pos ukuran
jumbo sebanyak 3 (tiga) set berwarna. (pembidikan dari titik-titik tetap), pada
penyerahan pertama Kontraktor harus mengadakan foto ukuran minimal 10 R
atau sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan sejumlah 8 buah dan sudah dipigura
dengan obyek ditentukan oleh Direksi Lapangan.
PASAL II.19.
ADMINISTRASI LAINNYA
1. Kontraktor bertanggung jawab atas bangunan
tersebut selama 10 (sepuluh) tahun sesuai dengan pasal 1609 KUH Perdata UU
Jasa Konstruksi.
2. Surat IMB biaya dari Kontraktor sedang Direksi
Pekerjaan membantu dalam penyiapan kelengkapan dokumen yang diperlukan.
3. Jenis Kontrak untuk pekerjaan ini berdasarkan
bentuk imbalan “Lumpsum”
PASAL II.20.
SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN
Pekerjaan harus dilaksanakan menurut :
1. RKS dan Gambar Kerja / gambar detail secara menyeluruh untuk pekerjaan
ini.
2. RKS dengan segala perubahan-perubahan dalam aanwijzing (Berita Acara
aanwijzing).
3. Petunjuk-petunjuk lisan maupun tertulis dari Direksi Pekerjaan.
4. Hasil rapat evaluasi di lapangan.
PASAL II.21.
PENJAGAAN DAN PENERANGAN
1. Kontraktor harus mengurus penjagaan diluar jam-jam kerja (siang malam)
dalam kompleks pekerjaan, termasuk bangunan yang sedang dikerjakan,
gudang, ruang rapat lapangan, kamar kecil dan lain-lain.
2. Untuk kepentingan keamananan dan penjagaan perlu diadakan penerangan
lampu-lampu pada tempat-tempat tertentu sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan.
3. Kontraktor bertanggung jawab sepenuhnya atas bahan dan alat-alat lain yang
disimpan dalam gudang dan halaman pekerjaan, apabila terjadi kebakaran
kerusakan dan kehilangan.
4. Kontraktor harus segera mendatangkan gantinya untuk kelancaran pelaksanaan
pekerjaan.
5. Kontraktor harus menjaga jangan sampai terjadi kebakaran atau sabotase
ditempat pekerjaan, alat-alat pemadam kebakaran atau alat-alat lainnya untuk
keperluan yang sama harus selalu berada ditempat pekerjaan.
6. Segala resiko dan kemungkinan kebakaran yang menimbulkan kerugian dalam
pelaksanaan pekerjaan dan bahan material juga gudang dan lain-lain
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor (disarankan supaya
Kontraktor mengasuransikan pekerjaannya).
PASAL II.22.
KESEJAHTERAAN DAN KESEHATAN KERJA
1. Bilamana terjadi kecelakaan, Kontraktor harus segera mengambil tindakan dan
segera memberitahukan kepada Direksi Pekerjaan.
Kontraktor harus memenuhi / mentaati peraturan-peraturan ketenagakerjaan
tentang perawatan kesehatan korban dan keluarganya.
2. Kontraktor harus menyediakan obat-obatan yang tersusun menurut
syarat-syarat Palang Merah dan setiap kali sehabis digunakan harus dilengkapi
lagi.
3. Kontraktor selain memberikan pertolongan kepada pekerja juga selalu
memberikan pertolongan kepada pihak ketiga dan juga menyediakan air
minum untuk para pekerja yang memenuhi syarat kesehatan untuk para pekerja
yang melaksanakan pekerjaan tersebut.
4. Kontraktor harus mengasuransikan tenaga kerjanya yang bekerja di proyek ini
ke PT. JAMSOSTEK.
PASAL II.23.
KENAIKAN HARGA DAN FORCE MAJURE
1. Semua kenaikan harga yang diakibatkan dan bersifat biasa Kontraktor tidak
dapat mengajukan claim.
2. Semua kenaikan harga akibat keputusan resmi dari Pemerintah Republik
Indonesia dibidang moneter yang bersifat nasional dapat mengajukan claim
sesuai dengan keputusan dan pedoman resmi dari Pemerintah Republik
Indonesia.
3. Semua kerugian akibat force majeure berupa bencana alam (gempa bumi,
topan, hujan lebat, pemberontakan, perang dan lain-lain kejadian) yang mana
dapat dibenarkan oleh Pemerintah bukan menjadi tanggung jawab Kontraktor.
4. Apabila terjadi force majeure, Pihak Kontraktor harus memberitahukan
kepada Direksi Pekerjaan secara tertulis paling lambat 24 jam demikian pula
bila force majeure berakhir.
PASAL II.24.
ASURANSI
Kontraktor harus mengasuransikan semua tenaga kerja yang bekerja di Proyek ini ke
PT. Jamsostek, termasuk tenaga dari Team Teknis, Konsultan Perencana dan
Konsultan Pengawas yang namanya tercantum dalam Struktur Organisasi Proyek ini.
PASAL II.25.
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
Perselisihan akan diselesaikan menurut aturan/ketentuan yang lazim berlaku,
sedangkan tata caranya diatur kemudian dalam kontrak.
PASAL II.26.
LAIN-LAIN
Hal-hal yang belum tercantum dalam RKS akan dijelaskan didalam aanwijzing.
1. Bilamana jenis pekerjaan yang telah tercantum didalam contoh daftar Volume
(BQ) ternyata kurang, maka kekurangan tersebut dapat ditambahkan menurut
posnya masing-masing dengan cara menambah huruf alpabet pada nomor
terakhir dari pos yang bersangkutan, misalnya pos persiapan nomor terakhir 4.
maka penambahannya tidak nomor 5, tetapi nomor 4a. 4b. 4c. 4d dan
seterusnya.
2. Surat permintaan Ijin Membangun (IMB) dari Direksi Pekerjaan, sedangkan
pengurusan dan pembiayaan hingga keluarnya IMB tersebut menjadi tanggung
jawab / diserahkan kepada pihak Kontraktor.
3. Segala kerusakan yang timbul akibat pelaksanaan pekerjaan ini menjadi tanggung
jawab Kontraktor.
4. Contoh Volume (BQ) tidak mengikat dalam pelaksanaan tetapi mengikat dalam
penawaran, Kontraktor diwajibkan menghitung ulang.
5. Apabila pada saat pengajuan penawaran ada ketidak benaran data / informasi,
sejak dimulainya proses pelelangan ini maka, Direksi Pekerjaan akan
menjatuhkan sanksi.
6. Bentuk dan jenis sanksi akan ditentukan oleh Panitia Lelang / Direksi Pekerjaan.
7. Ketentuan / ketetapan lain di dalam pelaksanaan proses pelelangan ini merupakan
hak dan wewenang Panitia Lelang / Direksi Pekerjaan.