Contoh PTK Penjasorkes 2 (Bab I-V)
-
Upload
kkg-penjasorkes-kd-malang -
Category
Documents
-
view
134 -
download
4
description
Transcript of Contoh PTK Penjasorkes 2 (Bab I-V)
1
BAB I
PENDAHULUAN
Judul Penelitian : Penerapan Model Pembelajaran Kumon Untuk
Peningkatan Keterampilan Gerak Sepak Sila Dalam
Permainan Sepak Takraw Pada Siswa Kelas IV SD
Negeri Lesanpuro 2 Malang.
A. Latar Belakang
Dalam perkembangan didunia pendidikan khususnya pendidikan
jasmani dan olahraga, model pembelajaran yang sesuai dengan
penyampaian materi ajar sangatlah menentukan pada tingkat
keberhasilan proses pembelajaran. Untuk itu guru sebagai pemegang
kunci keberhasilan dituntut untuk memperbaiki dan meningkatkan
kinerjanya, memperkaya sumber dan media pembelajaran serta harus
mampu untuk mengelola unsur-unsur dan sumber pembelajaran yang
ada pada lembaga/sekolah yang dikelolanya.
Dalam Pendidikan jasmani kesehatan dan Olahraga juga terdapat materi permainan
bola besar termasuk permainan sepak takraw. Dalam permainan itu sangat dibutuhkan
ketangkasan dan keterampilan sepak sila untuk memainkan bola takraw, selain gerakan
smesh. Jika keterampilan sepak sila sangat mahir, maka permainan akan menjadi lebih
seru jika semua anak mempunyai kecakapan yang sama.
2
Permainan sepak takraw adalah salah satu permainan bola besar disukai anak-
anak,karena permainan ini mirip dengan sepak bola, demikian Agung menceritakan
( Wawancara tgl.15 Oktober 2012 ).Tetapi, biasanya anak-anak melakukan hanya untuk
kesenangan saja tanpa ada keterampilan sepak sila dengan benar,sehingga dalam
permainan banyak sekali passing dan pemberian umpan yang tidak bisa terselesaikan
dengan baik, sehinga sering terjadi salah saat menerima bola dari lawan atau teman, bola
tidak bisa dimainkan dikarenakan teknik sepak sila yang tidak baik.
Didalam pendidikan jasmani sekarang ini, penyampaian materi
harus disesuaikan dengan karakteristik anak . Pada usia sekolah dasar
anak cenderung untuk bermain dan bertanding, anak akan merasa
senang bila dalam proses belajar dalam bentuk permainan dibanding
dengan system ortodok model-model lama, dengan adanya perubahan
ini guru dituntut kreatifitas yang tinggi untuk menciptakan situasi-
situasi lingkungan dan berbagai bentuk permainan yang nyaman dan
menyenangkan sesuai dengan materi yang akan disampaikan .
Untuk menciptakan proses pembelajaran seperti di atas pada
penjas sangatlah terdukung, karena materi pendidikan jasmani banyak
berupa olahraga permainan, baik permainan bola besar, permainan
bola kecil atau juga permainan tradisional seperti gobak sodor,engklek
dan lain-lain. Sepak takraw juga salah satu olahraga permainan, akan
tetapi untuk bermain sepak takraw seorang siswa dituntut mempunyai
keterampilan dan teknik dasar antara lain : sepak sila, sepak cukil,
sepak kuda, menyundul, service dan lain-lainnya. Untuk mempelajari
3
materi pelajaran sepak takraw membutuhkan minat dan keberanian
pada diri anak didik untuk melakukannya, sehingga perlu adanya
inovasi-inovasi baru untuk menciptakan situasi yang menyenangkan
dalam proses pembelajaran sepak takraw ini serta penggunaan
metode dan model pembelajaran yang tepat.
Dewasa ini model pengembangan pembelajaran sangat banyak
sekali salah satunya adalah model pembelajaran Kumon. Apakah
dengan penggunaan model pembelajaran Kumon siswa-siswi kelas IV
SD Negeri Lesanpuro 2 semakin tertarik dan ada peningkatan
keterampilan dalam pelajaran sepak takraw.
Hal ini tentunya mengundang tanda tanya yang besar bagi peneliti,
mengapa sepaktakraw jarang diajarkan, apakah peminatnya kurang
atau model pembelajarannya kurang pas atau juga media dan alat
pembelajarannya kurang nyaman pada anak bahkan gurunya juga
mungkin tidak menguasai materi, sehingga sepaktakraw jarang
diajarkan disekolah-sekolah.
Idealnya untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam
pendidikan nasional kita terutama tujuan pendidikan jasmani yaitu
untuk meningkatkan derajat kebugaran anak disamping peningkatan
prestasi dibidang olahraga, Tentunya disekolah-sekolah harus memiliki
guru yang kompeten, media dan alat pembelajaran yang tepat dan
nyaman pada anak serta penggunaan model pembelajaran yang tepat
sesuai dengan materi yang akan disampaikan dalam proses
4
pembelajaran tersebut diatas. Dengan demikian pastilah apa yang
diinginkan dalam tujuan pendidikan Nasional akan terwujut.
Diharapkan dengan penggunaan model pembelajaran Kumon
siswa-siswi kelas IV SD Negeri Lesanpuro 2 pada materi pelajaran
sepak takraw terutama keterampilan sepak sila mampu terserap
dengan baik . Dengan model tersebut diharapkan anak didik lebih
berperan aktif dalam proses pembelajaran dibanding menggunakan
model konvensional atau model komando. Apakah dengan
penggunaan model pembelajaran Kumon siswa-siswi kelas IV SD
Negeri Lesanpuro 2 semakin tertarik dan berminat dalam pelajaran
sepak takraw. Hal ini tentunya perlu pembuktian dalam penelitian kali
ini..
.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran kumon untuk
menyampaikan materi keterampilan sepak sila dalam bermain sepak
takraw pada siswa kelas IV SD Negeri Lesanpuro 2 ?
2. Apakah penerapan model pembelajaran kumon , dapat
meningkatkan keterampilan sepak sila pada permainan sepak
takraw siswa-siswi kelas IV SD Negeri Lesanpuro 2?
5
C. Tujuan Penelitian
Pada hakekatnya tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mendiskripsikan penerapan model pembelajaran kumon dalam
penyampaian materi sepak sila pada permainan sepak takraw siswa-
siswi kelas IV SD Negeri Lesanpuro 2.
2. Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran kumon dapat
atau tidak meningkatkan keterampilan sepak sila siswa-siswi kelas
IV SD Negeri Lesanpuro 2 dalam sepak takraw.
D. Ruang Lingkup Penelitian
a. Dalam penelitian ini peneliti membatasi permasalahan sesuai
dengan rumusan permasalahan yang tersebut di atas yaitu
penerapan model pembelajaran kumon terhadap keterampilan
gerak sepak sila pada permainan sepak takraw siswa-siswi kelas IV
SD Negeri Lesanpuro 2. Batasan tersebut dituangkan dalam
rumusan variable pada Table 1.1
Tabel 1.1: Variabel Penelitian
No
.Variable
Sub
Variable IndikatorSumber
DataInstrumen
1. Model
Pembelaja
Model
Pembelaja
- Sajian antar
konsep
Pembelaja
ran sepak
- Pedoman
Observasi
6
ran ran
Kumon
gerakan
sepak sila
dengan
konsep
gerakan yang
dikuasai
- Latihan
gerakan
sepak sila
- Koreksi
kegiatan -
Revisi Gerakan
- Remidi/
Perbaikan
sila dalam
sepak
takraw
dikelas IV
SD Negeri
Lesanpuro
2
- Pedoman
wawancar
a
2. Hasil
belajar
Sepak sila
(ranah
psikomoto
r)
- Lambungkan
bola
- Perkenaan
bola pada
kaki
- Pegang
Sepak
- Timang-
timang
Tes
ketrampila
n sepak
sila
- Pedoman
penilaian
ketrampil
an sepak
sila
7
Sumber: Variabel penelitian,olahan dari peneliti sendiri.
E. Definisi Operasional
1. Keterampilan Sepak Sila adalah jenis sepakan dalam teknik dasar
permainan sepak takraw yang menggunakan tungkai dan kaki
dalam posisi seperti orang bersila dengan perkenaan bola pada kaki
bagian dalam.
2. Permainan Sepak Takraw adalah suatu bentuk olahraga permainan
yang mengandalkan keterampilan kaki dalam mengolah bola.
Permainan sepak takraw berasal dari permainan sepak raga yang
dimainkan secara beregu.
3. Model Pembelajaran Kumon adalah pembelajaran dengan
mengaitkan antar konsep, keterampilan, kerja individu, dan
menjaga suasana nyaman dan menyenangkan.
F. Kegunaan Penelitian
1. Bagi Guru
Untuk menambah refrensi dalam mengembangkan model
pembelajaran pendidikan jasmani.
2. Bagi Peneliti
Mengembangkan kemampuan untuk melakukan penelititan pada
bidang yang sedang ditekuni yaitu, penjaskes.
3. Bagi Peneliti lain
8
Dapat digunakan sebagai rujukan dan pijakan untuk melakukan
penelitian sejenis dalam upaya tindak lanjut dalam penelitian ini.
4. Bagi UPT Pendidikan Dasar
Dapat digunakan sebagai bahan mengambil kebijakan diwilayah
kerjanya serta sebagai bahan pertimbangan pada gugus lainnya.
5. Bagi Pengawas
Sebagai evaluasi pelaksanaan proses pembelajaran diwilayah
kepengawasannya.
9
BAB II
KAJIAN MATERI
A. Pembelajaran
a. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi
unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan
prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan”.(Oemar
Hamalik,1995:57). Sedangkan menurut Jihad (2008:12) bahwa
pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung
serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal
balik yang berlangsung dalam situasi educative untuk mencapai
tujuan tertentu. Dari sini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
merupakan suatu proses yang didalamnya terjadi interaksi antara
pendidik dan peserta didik, materi, fasilitas, perlengkapan dan
prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan tertentu.
Pada hakekatnya pembelajaran memang diciptakan agar dalam
10
prosesnya dapat tersusun secara sistematis dan saling berinteraksi
dengan memberdayakan semua komponen yang ada , sehingga apa
yang menjadi tujuan dalam proses pembelajaran dapat tercapai dan
terlaksana secara efektif.
SD Negeri Lesanpuro 2 adalah wadah atau lingkungan yang
dikondisikan untuk terjadinya proses pembelajaran tersebut , karena
SD Negeri Lesanpuro2 juga bagian dari system pendidikan nasional
kita. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran SD Negeri Lesanpuro 2
juga perlu mengadakan pengembangan dan inofasi-inofasi baru guna
memperlancar dan meningkatkan prestasi dan hasil belajar peserta
didiknya.
Deal Corneghy (1987:34) menyatakan pembelajaran tidak hanya
mengajarkan anak pada materi tertentu tetapi membantu anak untuk
memecahkan masalah yang dihadapi anak didik. Pada dasarnya
proses pembelajaran merupakan suatu proses transfer ilmu dari
orang dewasa (guru) kepada orang yang belum dewasa (siswa) untuk
memecahkan masalah yang dihadapi, sehingga anak didik mampu
secara mandiri dalam mengatasi permasalahan yang dihadapinya.
Guru sebagai subyek harus mampu berinovasi dan mempunyai
wawasan yang luas tentang pembelajaran, materi ajar serta
pengalaman – pengalaman dalam memecahkan masalah, hingga
dalam pelaksanaan proses pembelajaran dapat berjalan dengan
lancar sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
11
Disini dapat disimpulkan bahwasanya pembelajaran merupakan
suatu proses komunikatif interaktif pentransferan ilmu dari pendidik
kepada peserta didik dengan memperdayakan semua komponen
yang ada pada kondisi dan lingkungan yang diciptakan guna
mencapai tujuan yang diinginkan.
b. Komponen-Komponen Pembelajaran
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan dilaksanakan oleh
guru sebagai pendidik dalam upaya mencapai tujuan dengan
memberdayakan semua komponen yang ada pada lingkungan
pembelajaran yang diciptakan dengan nyaman dan menyenangkan.
Menurut peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang
standar nasional pendidikan pada bab IV standar proses pasal 20,
dinyatakan bahwa perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus
dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-
kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran,
sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. Menurut
(Depdiknas,2008:11) Silabus adalah rencana pembelajaran pada
suatu dan/kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup
standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran,
kegiatan pembalajaran, indicator pencapaian kompetensi untuk
penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Jadi uaraian
12
diatas menyatakan bahwa komponen-kompene pembelajaran terdiri
dari:
-Kurikulum
-Silabus dan
-Rencana pelaksanaan pembelajaran yang terdiri dari: kolom
identitas, standar kompetensi, kompetensi dasar, indicator, tujuan
pembelajaran,materi pembelajaran, metode, kegiatan pembelajaran,
sumber belajar dan penilaian.
c. Langkah-Langkah pembelajaran
Yuli kwartolo dalam penulisannya di tabloid penebur Jakarta edisi
Maret-April 2009 dengan judul Sembilan peristiwa belajar Gagne
(sebuah pendekatan pembelajaran) menguraikan Sembilan peristiwa
pembelajaran yang dikenal dengan istilah “nine event of instruction”
sebagai berikut : 1)Menarik perhatian siswa, 2)Menyampaikan kepada
siswa tentang tujuan pembelajaran, 3)Menstimulir/memanggil terlebih
dahulu informasi atau pengetahuan yang diperoleh, 4)Menyajikan isi
pembelajaran, 5)Menyediakan pedoman atau petunjuk belajar,
6)Memberi kesempatan untuk latihan/unjuk performance, 7)Memberi
umpan balik, 8)Melakukan penilaian, 9)Mengekalkan dan
mengembangkan. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran guru
hendaknya mempunyai rancangan kerja yang berurutan , agar
pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
13
Langkah-langkah atau urutan rencana pembelajaran harus
terfokus pada tujuan pendidikan dan materi yang akan disajikan
dalam proses pembelajaran. Adapun langkah pembelajaran menurut
penulis adalah sebagai berikut :
1)Analisis kurikulum sebagai acuan dalam penyusunan pembuatan
silabus.
2)Guru membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang
dikembangkan berdasarkan pada silabus yang telah dibuat.
3)Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dibuat
dengan memberdayakan semua komponen dalam pendidikan .
4)Menganalisis hasil pembelajaran sebagai pijakan untuk menentukan
kegiatan perbaikan atau remedial.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan
proses pembelajaran tidak terlepas pada perencanaan dan
penyusunan langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran yang baik,
sehingga dalam pelaksanaannya dapat berjalan dengan efisien dan
efektif , interaksi yang baik antara guru sebagai pendidik dengan
siswa serta material,media dan alat peraga, serta situasi dan
lingkungan yang aman dan menyenangkan.
B. Model Pembelajaran Kumon
a. Pengertian Pembelajaran Kumon
14
Pembelajaran kumon adalah salah satu bentuk model
pembelajaran yang mengutamakan pada keterkaitan antar konsep,
keterampilan, kerja individu , dengan menjaga suasana yang nyaman
dan menyenangkan. Pendidikan jasmani dalam perkembangannya
juga mengutamakan konsep play and game sehingga anak dalam
menerima materi pelajaran merasa senang tidak merasa terbebani
tetapi tetap berfokus pada materi dan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai.
Model pembelajaran kumon sangat cocok bila digunakan pada
mata pelajaran penjas, karena pada pendidikan penjas keterampilan
yang satu dengan yang lainnya juga saling berhubungan, sehingga
konsep gerak dasar yang diperoleh anak didik akan dia gunakan pada
keterampilan gerak lain yang memiliki tingkat kesulitan lebih tinggi.
Model pembelajaran adalah suatu bentuk penyampaian materi
dalam proses pembelajaran yang memiliki cirri-ciri tertentu. Model
pembelajaran dalam penggunaannya disesusaikan dengan materi
yang akan kita sampaikan kepada anak didik, sehingga tujuan yang
ingin kita capai dapat terwujud.
b. Langkah-Langkah Pembelajaran Kumon
Langkah-langkah dalam penggunaan model pembelajaran kumon
adalah sebagai berikut :
1) Sajian antar konsep
15
Yang dimaksud dengan sajian antar konsep adalah guru
menyampaikan konsep-konsep tentang ketrampilan materi yang
akan kita berikan dengan konsep-konsep ketrampilan materi yang
pernah diterima oleh anak didik atau yang lainnya.
2) Latihan
Pemberian latihan pada materi yang diajarkan. Setiap anak didik
diberi kesempatan untuk melakukan latihan ketrampilan gerak
sesuai dengan materi dalam hal ini latihan yang diberikan adalah
ketrampilan sepak sila dalam permainan sepak takraw.
3) Koreksi dan evaluasi
Setelah menyelesaikan tugas atau latihan semua siswa harus kita
koreksi satu persatu serta diberikan penilaian pada masing-masing
siswa tersebut, sehingga anak melakukan dengan serius karena
adanya penilaian.
4) Perbaikan
Pada langkah koreksi apabila terjadi kesalahan dari hasil latihan,
maka guru harus segera mengembalikan tugas tersebut atau
mengulang lagi latihan gerakan yang ditugaskan kepada anak
didik sambil diperbaiki dan ditunjukkan pada letak kesalahannya.
5) Penguatan
16
Langkah terakhir pada model pembelajaran kumon adalah
memberikan penguatan pada konsep materi yang diajarkan,
sehingga ketrampilan gerak atau hasil latihan dari anak didik
dapat terserap dan tersimpan dengan baik pada memorinya.
c. Kelebihan Model Pembelajaran Kumon
Kelebihan dari penggunaan model pembelajaran kumon pada mata
pelajaran pendidikan jasmani adalah sebagai berikut :
1) Adanya penggabungan antar konsep yang satu dengan konsep
yang lain atau keterampilan sepak sila dengan keterampilan yang
lain.
2) Latihan pada materi ajar, sehingga berperan aktif dalam proses
pembelajaran.
3) Koreksi pada hasil dari latihan untuk memperkecil kesalahan yang
dilakukan oleh peserta didik.
4) Adanya perbaikan dan penguatan pada materi bahan ajar.
5) Adanya interaksi yang positif antara guru dan peserta didik.
6) Penciptaan situasi pembelajaran yang nyaman dan
menyenangkan.
d. Kelemahan Model Pembelajaran Kumon
Semua konsep model pembelajaran memiliki kelebihan dan
kekurangan, hal ini biasanya tergantung pada kesesuaian dengan
17
materi ajar. Sama halnya dengan model pembelajaran kumon,
disamping memiliki kelebihan model pembelajaran ini juga memiliki
kelemahan ntara lain:
1)Bila kurang kontrol dari guru anak didik cendrung kurang serius
karena situasi belajar terlalu santai.
2)Adanya kesenjangan antar konsep bagi anak didik yang kurang
atau lambat dalam menerima materi pembelajaran.
C. Sepak Takraw
a. Pengertian
Permainan sepak takraw sekarang ini adalah merupakan
penjelmaan dan penyempurnaan dari permainan sepak raga.
Permainan ini semula adalah permainan para bangsawan kemudian
berkembang menjadi permainan masyarakat diberbagai daerah
tertentu. Permainan sepak raga merupakan permainan asli dari
bangsa kita yang berkembang keberbagai daerah dikawasan Asia
antara lain Singapura dan Malaysia.
Permainan sepak takraw pada mulanya menggunakan bola dari
rotan, karena Negara kawasan Asia Tenggara pada umumnya
penghasil rotan. Tetapi dewasa ini bola yang digunakan sudah
berkembang dan terbuat dari bahan plastic. Pada jaman penjajahan
permainan sepak raga pernah hilang dari peredaran karena jarang
dipermainkan, baru muncul lagi setelah zaman kemerdekaan terlebih
18
setelah adanya anjuran tentang kembali kepada kepribadian dan
pelestarian kebudayaan bangsa termasuk didalamnya olahraga
tradisional seperti sepak raga.
Pada tanggal 29 September – 5 Oktober 1970 melalui Direktorat
Jendral Olahraga dan Pemuda Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan telah menginstruksikan agar supaya sepak takraw
segera dikembangkan dan dibina didaerah-daerah dan disekolah-
sekolah.
Permainan sepak takraw adalah permainan yang mengandalkan
keterampilan kaki dalam mengolah bola agar tidak jatuh ketanah.
Permainan ini dimainkan oleh team yang masing-masing team terdiri
dari 3 orang atau 2 orang berpasangan. Permainan ini juga hampir
sama dengan bolavoli tetapi disepak takraw bola hanya boleh
dimainkan dengan kaki saja selama 3 (tiga) kali sentuhan. Dalam
permainan ini bola juga boleh dimainkan dengan kepala atau juga
sentuhan dengan dada asalkan sentuhan tidak boleh lebih dari 3
sentuhan.
b. Teknik Dasar Permainan Sepak Takraw
Dalam permainan sepak takraw ada beberapa teknik dasar yang
harus dikuasai oleh seorang pemain. Adapun teknik-teknik dasar itu
antara lain :
-Sepak sila
19
-Sepak kuda
-Sepak cungkil
-Sepak telapak kaki
-Menyundul
-Menahan bola dengan dada, paha dan bahu
D. Sepak Sila
a. Pengertian sepak sila
Sepak sila adalah jenis sepakan dalam permainan sepak takraw
dengan perkenaan bola pada kaki bagian dalam, posisi tungkai pada
lutut ditekuk seperti orang yang duduk bersila dengan posisi kaki
menghadap kedalam dan kaki dalam menghadap keatas. Adapun
langkah-langkah dalam pelaksanaan sepak sila adalah seperti yang
ada pada gambar dibawah ini:
Gb. I.1. Urutan gerakan sepak sila
20
b. Kegunaan Sepak Sila
Dalam permainan sepak takraw keterampilan sepak sila sangat
dibutuhkan sekali, karena semakin matang keterampilan dan teknik
ini dikuasai permainan sepak takraw dapat dimainkan dengan baik.
Adapun kegunaan dari sepak sila dalam permainan sepak takraw
adalah sebagai berikut :
-Untuk mengontrol bola
-Melakukan timang-timang bola
-Membuat operan atau memberi umpan
-Untuk menyelamatkan bola dari serangan lawan
Mengingat betapa pentingnya keterampilan sepak sila ini, maka dalam
permainan sepak takraw teknik dasar keterampilan sepak sila harus
kita ajarkan dengan benar pada anak didik, karena keterampilan ini
merupakan gerak dasar dalam permainan sepak takraw.
E. Hasil belajar
Akhir dari pelaksanaan proses pembelajaran adalah serangkaian kegiatan penutup yang
didalamnya adanya penilaian. Penilaian yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan tes
unjuk kerja dari serangkaian gerakan sepak sila. Adapun aspek dan ketentuan dari penilaian
keterampilan gerakan sepak sila tertera pada Tabel 2.1.
Table 2.1 Penilaian psikomotor
No Nama Aspek yang dinilai Jumlah skore Nilai
1 2 3 4
21
1
2
3
4
5
Keterangan aspek yang dinilai :
1. Cara melambungkan bola
2. Perkenaan bola pada kaki
3. Cara melakukan sepakan sila
4. Koordinasi gerakan sepak sila
Nilai setiap aspek
1. Cara melambungkan bola
Keterangan Nilai Ketentuan/criteria
Benar 4 Jika lambungan bola tegak lurus setinggi kepala
Cukup 3 Tegak lurus tapi bola terlalu tinggi atau rendah
Kurang tepat 2 Jika arah bola tidak tegak lurus
Salah 1 Jika bola melenceng dan terlalu tinggi atau rendah
2. Perkenaan bola pada kaki
Keterangan Nilai Ketentuan/criteria
Benar 4 Perkenaan bola pada kura-kura kaki bagian dalam
Cukup 3 Perkenaan bola pada punggung kaki
22
Kurang tepat 2 Perkenaan bola diluar bagian kaki
Salah 1 Bola tidak mengenai kaki sama sekali
3. Cara melakukan sepak sila
Keterangan Nilai Ketentuan/criteria
Benar 4 Posisi kaki dan tungkai seperti orang bersila,telapak
menghadap kedalam atas.
Cukup 3 Kaki dan tungkai tekukannya kurang keatas/maksimal
Kurang tepat 2 Jika lutut yang ditekuk,telapak kaki menghadap kebawah.
Salah 1 Jika tungkai tidak ada tekukan
4. Koordinasi gerakan sepak sila
Keterangan Nilai Ketentuan/criteria
Benar 4 Jika gerakan mulai awal sampai perkenaan bola pada kaki
betul,serta arah bola dari sepakan tegak lurus ke atas.
Cukup 3 Gerakan betul, arah bola tidak tegak lurus ke atas.
Kurang tepat 2 Gerakan kurang tepat,perkenaan bola tidak pada kaki dalam
Salah 1 Gerakan salah,perkenaan juga salah.
N=nxnyx 100
23
Keterangan:
N = Nilai akhir
nx = Nilai yang didapat
ny = skore maksimal
Tabel 2.2 Kriteria konversi penilaian ketuntasan belajar
N
o
Nilai Kriteria
1 < 65 Tidak tuntas(remidi)
2 66 – 75 Cukup
3 76 – 85 Memuaskan
4 86 - Sangat memuaskan
Table 2.3. Penilaian Afektif
No NamaAspek yang dinilai Jumlah
SkorNilai
Kerja sama Sportifitas Kejujuran
1
2
Keterangan Penilaian :
Keterangan Nilai Ketentuan/kriteria
Sangat baik 4 Jika kerja sama,sportifitas,dan kejujuran sangat
24
baik
Baik 3 Jika kerja sama,sportifitas,dan kejujuran baik
Cukup 2 Jika kerja sama,sportifitas,dan kejujuran cukup
Kurang 1 Jika kerja sama,sportifitas,dan kejujuran kurang
Tabel 2.4 konversi nilai prestasi kelompok untuk aspek Afektif
No Katagori Prestasi Kelas Interprestasi
1 0,00 ≤ IPK < 30,00 Sangat Negatif
2 30,00 ≤ IPK < 55,00 Negatif
3 55,00 ≤ IPK < 75,00 Netral
4 75,00 ≤ IPK < 90,00 Positif
5 90,00 ≤ IPK < 100,00 Sangat Positif
(di adaptasi dari Luhut P,Pangabean dalam Taufik,2008:51 )
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini yaitu pendekatan
penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan peneliti dikarenakan
tujuan yang diharapkan pada penelitian ini yaitu pendiskripsian tentang
adanya peningkatan keterampilan gerak sepak sila dengan penggunaan
model pembelajaran kumon pada penyampaian materi sepak sila dalam
permainan sepak takraw siswa-siswi kelas IV SD Negeri Lesanpuro 2
Kedungkandang Malang.
Menurut (Satori dan Komariah,2011;25) penelitian kualitatif adalah
suatu pendekatan penelitian yang mengungkap situasi sosial tertentu
dengan mendiskripsikan kenyataan secara benar, dibentuk oleh kata-kata
berdasarkan teknik pengumpulan dan analisis data yang relevan dan
diperoleh dari situasi yang alamiah. Penelitian kualiatif hanya
26
mendiskripsikan hasil penelitian berdasarkan data yang diperoleh dari
sampel berdasarkan kenyataan yang ada baik data berupa angka-angka/
nilai-nilai atau data dari hasil observasi maupun angket.
B. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan ( action research) karena penelitian
dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas.penelitian ini juga
termasuk penelitian diskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu metode atau
model pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang akan diinginkan dapat
tercapai.penelitian tindakan bisa dipahami dari dua sisi ,yaitu dari sisi guru dan kepala
sekolah.dari sisi guru lazim dikenal dengan penelitian tindakan kelas . Untuk melakukan
penelitian tindakan kelas, Oja dan Sumarjan (dalam Titi Sugiarti 1997:8), menyatakan
ada 4 macam bentuk penelitian tindakan kelas,yaitu (1) penelitian Tindakan Guru
sebagai peneliti, (2) Penelitian tindakan kolaboratif ,(3) penelitian tindakan simulatife
terinteratif dan ( 4) penelitian tindakan social eksperimental.
Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentuk penelitian kolaboratif dengan
guru penjaskesOr dan didalam proses belajar mengajar di lapangan yang bertindak
sebagai pengajar adalah guru penjaskes Or sedang kan peneliti bertindak sebagai subyek
27
penanggung jawab penuh penelitian tindakan adalah pengamat (peneliti ).Tujuan utama
dari penelitian tindakan ini adalah meningkatkan hasil pembelajaran dikelas yang mana
peneliti secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan,
pelaksana, pengamatan, dan refleksi. Untuk lebih memberikan gambaran kongkrit
pelaksanaan siklus dalam PTK ini digambarkan sebagai berikut :
DIAGRAM ALUR PTK KEMMIS DAN MC.TAGGAT
Tidak berhasil Berhasil
Tidak berhasil
RefleksiObsevasi
Pelaksana tindakan Rencana tindakan
Refleksi
Observasi
Pelaksana tindakan Rencana tindakan
Refleksi Awal
28
Berhasil.? dst.
Menurut Kemmis dan Mc Taggart (dalam Rafi’uddin,1996) penelitian tindakan
dapat di pandang sebagai suatu siklus spiral yang di mulai dari kegiatan refleksi awal,
rencana tindakan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Dari lima kegiatan ini harus di
implementasikan dalam satu siklus, pengulangan dapat dilakukan setelah adanya refleksi,
kemudian di ikuti dengan perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam bentuk siklus
tersendiri. Adapun ke lima kegiatan tersebut di atas kita dapat jabarkan sebagai berikut :
1. Refleksi Awal
Refleksi awal dimaksudkan sebagai kegiatan penjajagan yang
dimanfaatkan untuk mengumpulkan informasi tentang situasi-situasi yang relevan
dengan tema penelitian. Peneliti bersama timnya melakukan pengamatan
pendahuluan untuk mengenali dan mengetahui situasi yang sebenarnya.
Berdasarkan hasil refleksi awal dapat dilakukan pemfokusan masalah yang
selanjutnya dirumuskan menjadi masalah penelitian. Berdasar rumusan masalah
tersebut maka dapat ditetapkan tujuan penelitian. Sewaktu melaksanakan refleksi
awal, paling tidak calon peneliti sudah menelaah teori-teori yang relevan dengan
masalah-masalah yang akan diteliti. Oleh sebab itu setelah rumusan masalah selesai
dilakukan, selanjutnya perlu dirumuskan kerangka konseptual dari penelitian.
2. Penyusunan perencanaan
29
Penyusunan perencanaan didasarkan pada hasil penjajagan refleksi awal.
Secara rinci perencanaan mencakup tindakan yang akan dilakukan untuk
memperbaiki, meningkatkan atau mengubah perilaku dan sikap yang diinginkan
sebagai solusi dari permasalahan-permasalahan. Perlu disadari bahwa perencanaan
ini bersifat fleksibel dalam arti dapat berubah sesuai dengan kondisi nyata yang ada.
3. Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan tindakan menyangkut apa yang dilakukan peneliti sebagai upaya
perbaikan, peningkatan atau perubahan yang dilaksanakan berpedoman pada
rencana tindakan. Jenis tindakan yang dilakukan dalam PTK hendaknya selalu
didasarkan pada pertimbangan teoritik dan empiric agar hasil yang diperoleh berupa
peningkatan kinerja dan hasil program yang optimal.
4. Observasi (pengamatan)
Kegiatan observasi dalam PTK dapat disejajarkan dengan kegiatan
pengumpulan data dalam penelitian formal. Dalam kegiatan ini peneliti mengamati
hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa.
Istilah observasi digunakan karena data yang dikumpulkan melalui teknik observasi.
5. Refleksi
Pada dasarnya kegiatan refleksi merupakan kegiatan analisis, sintesis,
interpretasi terhadap semua informasi yang diperoleh saat kegiatan tindakan. Dalam
kegiatan ini peneliti mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil-hasil atau
30
dampak dari tindakan. Setiap informasi yang terkumpul perlu dipelajari kaitan yang
satu dengan lainnya dan kaitannya dengan teori atau hasil penelitian yang telah ada
dan relevan. Melalui refleksi yang mendalam dapat ditarik kesimpulan yang mantap
dan tajam.
Refleksi merupakan bagian yang sangat penting dari PTK yaitu untuk memahami
terhadap proses dan hasil yang terjadi, yaitu berupa perubahan sebagai akibat dari
tindakan yang dilakukan. Pada hakekatnya model Kemmis dan Taggart berupa
perangkat-perangkat atau untaian dengan setiap perangkat terdiri dari empat
komponen yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi yang dipandang
sebagai suatu siklus. Banyaknya siklus dalam PTK tergantung dari permasalahan-
permasalahan yang perlu dipecahkan, yang pada umumnya lebih dari satu siklus.
PTK yang dikembangkan dan dilaksanakan oleh para guru di sekolah pada umumnya
berdasar pada model (2) ini yaitu merupakan siklus-siklus yang berulang.
Dalam penelitian ini peneliti bekerja sama dengan guru penjaskesOr, kehadiran
peneliti sebagai guru ditenggah-tenggah proses belajar mengajar sebagai pengamat
diberitahukan kepada siswa.Dengan cara ini diharapkan adanya kerja sama dari
seluruh siswa dan bisa mendapatkan data seobyektif mungkin demi kevalitan data
yang diperlukan.
C. Tahap-tahap penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :
-Observasi awal
31
-Merumuskan focus permasalahan berdasarkan hasil observasi awal
-Penyusunan draft penelitian
-Perumusan dan penyempurnaan kisi-kisi dan instrument penelitian
-Pengumpulan data lapangan
-Pengolahan dan analisis data lapangan yang telah terkumpul
-Verifikasi hasil penelitihan
D. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti diperlukan sebagai alat sekaligus pengumpul data.
Selain itu, peneliti berperan sebagai pengamat/observer serta berperan
aktif dalam penelitian, karena merupakan subyek penelitian yang
dijadikan penelitian.
Menurut (Sugiono,2010:59) dalam penelitian kualitatif, yang menjadi
instrument atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu
kehadiran peneliti dalam penelitian yang bersifat kualitatif sangat penting
sekali. Peneliti disamping sebagai subyek juga berperan sebagai obyek
dalam penelitian tindakan kelas. Dalam penelitian ini ada tiga hal yang
perlu diperhatikan yaitu : guru sebagai subyek, model pembelajaran
kumon merupakan bahan yang diteliti serta anak didik sebagai obyek
dalam penelitian ini. Dari tiga hal ini semua harus bersinergi dengan
didukung komponen dan situasi pembelajaran yang konduksif, sehingga
32
kahadiran dari peneliti sangat penting sekali dalam penelitian yang
bersifat kualitatif.
F. Sasaran dan Lokasi Penelitian
Sasaran penelitian ini adalah proses pembelajaran pendidikan
jasmani pada siswa-siswi kelas IV SD Negeri Lesanpuro 2 pada materi
pelajaran sepak sila dalam permainan sepak takraw Jl. Lesanpuro XII/248
kelurahan Lesanpuro kecamatan Kedungkandang kota Malang.
G. Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada pertengahana semester
hingga akhir semester gasal tahun ajaran 2012/2013 (Oktober-Desember
2012).
H. Sumber Data
Sumber data yang diambil dalam penelitian ini adalah data dalam
pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan jasmani pada materi
keterampilan sepak sila dalam permainan sepak takraw siswa-siswi kelas
IV SD Negeri Lesanpuro 2.
Menurut Lofland dalam (Moleong, 2007:157) sumber data utama
dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, tindakan dan data tambahan
misalnya dokumen dan lain-lain. Maka dalam penelitian ini sumber data
33
diambil dari semua kejadian baik kata-kata, tindakan maupun dokumen-
dokumen yang ada pada proses pembelajaran jasmani pada materi
keterampilan sepak sila dalam permainan sepak takraw siswa-siswi kelas
IV SD Negeri Lesanpuro 2 kecamatan Kedungkandang Malang.
I. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah:
observasi dan dokumen.
1. Observasi
Menurut (Sugiono,2010:67) observasi tak berstruktur adalah observasi
yang tidak dipersiapkan secara sisteatis tentang apa yang diobservasi.
Observasi awal dalam penelitian biasanya tak berstruktur, peneliti
hanya mengandalkan daya ingat dan mencatat hal-hal yang dilihat
saja. Untuk menguatkan data penelitian peneliti hendaknya
menggunakan observasi yang berstruktur dengan menggunakan
format checklist, karena aitem-aitem yang diamati dalam proses
pembelajaran tertulis dan tercatat dalam lembar
observasi yang sudah dikonsultasikan dengan ahlinya. Sehingga
kefalitan data dapat dipertanggung jawabkan.
2. Dokumen
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu bisa
berbentuk tulisan, gambar,atau karya-karya yang dibuat pada proses
34
pembelajaran berlangsung. Dalam penelitian ini sumber dokumen yang
diambil berupa RPP dan dokumen siswa berupa tes hasil belajar.
J. Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis data yang meliputi tahap-
tahap sebagai berikut :
1. Mereduksi data
Menurut Sugiono (2010:92) mereduksi data berarti merangkum,
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,
serta pencarian tema dan pola, sehingga dapat memberikan
gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya.
2. Penyajian data
Dalam penelitian kualitatif data yang disajikan berupa teks yang
bersifat naratif. Oleh karena itu setelah data direduksi, kemudian data
disajikan dengan teks yang bersifat naratif.
3. Penarikan kesimpulan dan Verifikasi data
Penarikan kesimpulan yang dimaksud adalah kesimpulan terhadap
data yang telah direduksi dan data yang disajikan dengan teks yang
bersifat naratif, sehingga muncul katagori-katagori data yang menarik
kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan. Sedangkan verifikasi
yang dimaksud adalah dari kesimpulan yang diperoleh apakah dapat
menjawab permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini.
35
Kesimpulan merupakan langkah untuk mengambil tindakan
selanjutnya, apakah penelitian ini ditindak lanjuti atau dihentikan
berdasarkan hasil dari kesimpulan yang ada.
K. Kriteria keberhasilan penelitian
Penelitian ini dinyatakan berhasil, jika:
1.Seluruh perlakuan telah dilaksanakan secara sistematis dan utuh.
2.Dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan telah mencapai hasil
belajar yang telah ditentukan.
36
BAB IV
PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian tindakan kelas yang dilakukan mengungkapkan penerapan model
pembelajaran kumon dalam meningkatkan ketrampilan siswa melakukan sepak sila dalam
permainan sepak takraw, dipaparkan berikut ini.
1. Refleksi awal
Perencanaan
Guru pengajar membuat persiapan sesuai dengan keseharian yang telah dilakukan
sebelumnya lengkap dengan alat evaluasi pembelajaran. Pembelajaran menggunakan konsep
play and game, dimana pembelajaran ini ditujukan untuk bermain dan bertanding dalam
suasana yang menyenangkan, anak dibiarkan untuk berekspreksi tanpa mengindahkan pada
bentuk keterampilan suatu gerakan yang benar dalam materi permainan sepak takraw.
Pelaksanaan dan Hasil Observasi
Observasi dilaksanakan pada hari selasa tanggal 17 September 2012 dengan kehadiran 28
siswa kelas IV SDN Lesanpuro 2.
Pembelajaran secara umum berlangsung dengan suasana yang kurang terkoordinir
dengan baik, di mana anak didik di biarkan belajar dan bermain sendiri dan guru hanya
mengarahkan dan memberi tugas diawal pelajaran . Setelah itu guru hanya mengawasi
jalannya pembejaran dari jauh.
37
Refleksi
- Dalam pembelajaran siswa terkesan kurang terkontrol dengan baik, banyak siswa yang
kurang aktif, karena keaktifan dilakukan oleh siswa-siswa yang dominan. Teknik dan
keterampilan gerak dalam permainan sepak takraw tidak Nampak, karena anak
melakukan gerakan dengan ekspresi yang ada pada diri anak tanpa mengindahkan
kebenaran dari konsep gerakan yang ada permainan sepak takraw.
- Guru cenderung pasif, hanya sekali-kali mengeluarkan perintah sambil mengawasi
pembelajaran dari jauh, mungkin guru beranggapan teknik kurang penting dan anak didik
merasa senang dan mengeluarkan keringat sudah cukup puas. Walaupun tujuan yang
tertulis dalam RPP tidak tercapai.
SIKLUS I
a.Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Pekerjaan mengajar merupakan pekerjaan sistemik. Diantara bagian dari system
dalam sebuah pekerjaan mengajar, antara lain: pembuatan rencana pembelajaran (RPP).
RPP yang dibuat oleh sasaran penelitian berisi seperangkat rumusan program pengajaran
yang diawali dengan penulisan :
1)Identitas mata pelajaran, meliputi: satuan pendidikan, kelas, semester, program/program
keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah pertemuan.
2)Standar kompetensi merupakan kualifkasi kemampuan minimal peserta didik yang
menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan
dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran.
38
3)Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam
mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu
pelajaran.
4)Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk
menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata
pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja
operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan
keterampilan.
5)Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai
oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.
6)Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam
bentuk butirbutir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi.
7)Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat
indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan
situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi
yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran.
8)Kegiatan pembelajaran
a. Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang
ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta
didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
b. Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Adapun
kegiatan inti meliputi :
39
Kegiatan eksplorasi, guru:
- pemahaman konsep gerakan sepak sila
- melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
- memfasilitasi peserta didik melakukan latihan gerakan sepak sila
Kegiatan elaborasi, guru mengawasi dan mengoreksi latihan:
- Memberi kesempatan untuk berpikir, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa
rasa takut.
- Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif;
- Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan
prestasi belajar.
- Memfasilitasi peserta didik melakukan unjuk keterampilan sepak sila dari hasil
latihan
Konfirmasi, guru:
- Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
- Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman,
memberikan penguatan dan penyimpulan.
C .Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas
pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan,
penilaian dan refeksi, umpan balik, dan tindak lanjut.
a. Pelaksanaan Pembelajaran
40
Hasil amatan peneliti, menunjukkan bahwa perilaku mengajar yang dilaksanakan
oleh guru dimulai dari pemberian kegiatan awal sampai kegiatan akhir banyak sekali siswa
yang kurang sekali mempunyai keterampilan sepak sila dalam permainan sepak takraw .
Banyak sepak sila yang tidak dilakukan dengan baik, terbukti dengan setiap melakukan
timang-timang bola, bola sering jatuh dan tidak sesuai dengan kriteria untuk keterampilan
sepak sila dalam permainan sepak takraw, akan tetapi untuk tahapan gerakan sepak sila
anak didik hampir semua menguasai (observasi, 17 September 2012). Selengkapnya
kegiatan pembelajaran dipaparkan sesuai dengan gambar dan penjelasannya sebagai
berikut :
Gb.IV.1: Penjelasan tentang materi sepak sila.
Gambar IV .I menunjukkan bahwa pada kegiatan inti, pertama kali guru menjelaskan
materi sepak sila. Saat guru memberi penjelasan tidak disertai contoh
gerakan sepaksila. Hal itu dapat dinyatakan bahwa dalam penyampaian
konsep gerakan sepak sila kurang lengkap. Akibatnya dapat diduga bahwa
penjelasan guru tidak bisa diterima dengan baik dan cenderung menimbulkan
verbalisme . Pada sisi lain pembelajaran tentang sepak sila merupakan
pembelajaran yang menuntut aktivitas fisik, setidaknya bantuan fisualisasi
gerakan . Melalui visualisasi gerakan siswa lebih dapat mencerna yang
41
selanjutnya dapat melakukan kegiatan keterampilan sesuai dengan tuntutan
gerakan sepak sila. Kegiatan berikutnyadapat dilihat pada Gambar IV.2
berikut
Gb.IV.2 : Latihan gerakan sepak sila
Gambar IV.2 dapat dipahami sebagai aktivitas siswa dalam melakukan latihan sepak sila
tidak sesuai dengan gerakan yang di inginkan , Tampak pula banyak anak
yang kurang memperhatikan temannya yang sedang berlatih disaat menunggu
giliran. Mengingat jumlah siswa banyak dan bola yang tersedia kurang ( 4
bola), dapat diduga dalam kegiatan latihan sepak sila tersebut banyak siswa
pasif. Penggunaan waktu belajar yang tidak efektif. Aktifitas berikutnya dapat
dilihat pada Gambar IV.3
42
Gb.IV.3. Aktifitas siswa dalam latihan
Gambar IV.3 dapat dipahami sebagai aktifitas siswa yang sedang latihan tidak ada
keseriusan, mereka cenderung bergurau. Nampak pula dalam pengamatan peneliti
saat menunggu giliran latihan ada aktifitas lain selain latihan gerakan sepak sila,
yaitu bermain sepak bola terutama anak laki-laki. Dapat diperkirakan guru setelah
memberi penjelasan punya aktifitas lain tanpa mengawasi jalannya latihan, anak
dibiarkan beraktifitas sendiri dan bisa menimbulkan hal-hal yang tidak di
inginkan, misalnya: cidera, berkelahi, dan lainnya.
b. Hasil belajar
Kegiatan pembelajaran, lazimnya diakhiri dengan kegiatan evaluasi hasil belajar, untuk
membidik tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan belajarnya. Berdasarkan
hasil tes perbuatan yang mengukur keterampilan sepak sila didapatkan skor rata-rata
kelas sebesar 67,7 (Lampiran 3) skore tersebut didapat dari hasil timang bola pada
keterampilan sepak sila dalam permainan sepak takraw.
c. Refleksi
Berdasarkan hasil penelitian awal sebagaimana dipaparkan di atas, dapat dinyatakan
hal-hal berikut:
43
1) RPP dibuat secara paradigmatik yang sesuai dengan kaidah pengunaan metode atau
model pembelajara.
2) Pelaksanaan tidak sesuai dengan sistematika yang didasarkan kepada penerapan
metode atau model pembelajaran tertentu.
3) Hasil belajar sebagaian besar siswa belum mencapai keterampilan sepak sila
sebagaimana yang diharapkan.
Dari pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan model pembelajarn kumon pada siklus I
disimpulkan beberapa hal antara lain:
- Seluruh sequen nampak ada yang tidak terlaksana dalam proses pembelajaran pada siklus
I, maka dengan tidak terpenuhinya sequen pembelajaran dengan penerapan model
pembelajaran kumon pada siklus I peneliti memutuskan untuk melanjutkan penelitian ini
pada siklus II.
- Instrumen penilaian adalah ranah psikomotor berupa tes keterampilan gerak sepak sila
yang berdasarkan tahapan-tahapan yang sesuai dengan indicator dengan kriteria yang
sudah ditentukan, sehingga penilaian yang dilakukan tidak keluar dari tujuan yang di
inginkan.
- Hasil pembelajaran secara bertahap 70% anak sudah menguasai materi sepak sila akan
tetapi sewaktu penilaian koordinasi gerakan secara utuh melalui penilaian gerakan
timang-timang bola banyak anakyangkurang mengusai. Kita menyadari bahwa
keterampilan psikomotor harus dilakukan latihan yang berulang-ulang dengan intensitas
yang tinggi dengan dukungan peralatan yang memadahi, baru keterampilan sepak sila
bisa dikuasai anak dengan baik. Dalam pembelajaran sepak sila kelas IV di SD Negeri
44
Lesanpuro 2 kurang bisa berjalan dengan maksimal, terbukti dari hasil observasi dan olah
data penelitian ini menyatakan hasil belajar anak didik pada materi sepak sila dalam
permainan sepak takraw nilai rata-rata kelas 55.6 (Lampiran 4), intensitas latihan
masing-masing anak berbeda penyebaran penguasaan materi tidak merata sehingga
peningkatan prestasi hasil belajar anak pada keterampiln sepak sila tidak Nampak.
MODEL PEMBELAJARAN KUMON
OBSERVASI PADA SIKLUS I, HARI RABU, Tanggal 17 September 2012
No Kegiatan Sequen Kualifikasi Keterangan
4 3 2 1
1 Menyajikan konsep gerakan sepak sila 1 v dilakukan
2 Memberi tugas latihan gerakan sepak sila 2 v dilakukan
3 Koreksi hasil latihan masing-masing anak 3 v tidak dilakukan
4 Memberi latihansesuai hasil koreksi gerakan 4 v dilakukan
5 Remidial dan memberi penguatan gerakan
sepak sila yang benar.
5 v tidak dilakukan
Kriteria penilaian:
Nilai 4 jika kegiatan dilakukan utuh
Nilai 3 jika dilakukan tapi ada sedikit kesalahan
Nilai 2 Jika dilakukan tapi banyak kesalahan
45
Nilai 1 jika tidak terlaksana
Total nilai =(Jumlah nilai: 4x5)x 100%=( 9:20) x100%= 45%
2. Rekomendasi
Berdasarkan refleksi di atas, dapat disarankan hal-hal berikut.
Pembelajaran dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran kumon, dengan tahapan-
tahapan pembelajaran, a)Memberi sajian konsep gerakan sepak sila,b) Melatih setiap siswa
untuk melakukan gerakan sepak sila, c) Mengoreksi hasil latihan gerakan sepak sila, d)
Memberikan latihan lagi sesuai dengan hasil koreksi gerakan yang benar, e) Memberikan
penguatan tentang gerakan sepak sila yang benar. Hendaknya dituangkan dalam
penulisan RPP khususnya dikegiatan inti dan dilaksanakan dalam model pembelajaran
kumon.
Siklus II
a.Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Pekerjaan mengajar merupakan pekerjaan sistemik. Diantara bagian dari system
dalam sebuah pekerjaan mengajar, antara lain: pembuatan rencana pembelajaran (RPP).
RPP yang dibuat oleh sasaran penelitian berisi seperangkat rumusan program pengajaran
yang diawali dengan penulisan :
1)Identitas mata pelajaran, meliputi: satuan pendidikan, kelas, semester, program/program
keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah pertemuan.
46
2)Standar kompetensi merupakan kualifkasi kemampuan minimal peserta didik yang
menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan
dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran.
3)Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam
mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu
pelajaran.
4)Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk
menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata
pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja
operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan
keterampilan.
5)Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai
oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.
6)Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam
bentuk butirbutir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi.
7)Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat
indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan
situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi
yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran.
8)Kegiatan pembelajaran
47
a. Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang
ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta
didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
b. Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Adapun
kegiatan inti meliputi :
Kegiatan eksplorasi, guru:
- Siswa dapat pemahaman konsep gerakan sepak sila dengan visualisasi
- melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
- memfasilitasi peserta didik melakukan latihan gerakan sepak sila
Kegiatan elaborasi, guru mengawasi dan mengoreksi latihan:
- Melakukan gerakan melambungkan bola
- Melakukan gerakan lambung sepak tangkap
- Melakukan gerakan sepak sila secara utuh
- Mempraktekkan gerakan sepak sila dengan timang-timang bola secara terus-
menerus.
- Memberi kesempatan untuk berpikir, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa
rasa takut.
- Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif;
- Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan
prestasi belajar.
- Memfasilitasi peserta didik melakukan unjuk keterampilan sepak sila dari hasil
latihan
48
Konfirmasi, guru:
- Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
- Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman,
memberikan penguatan dan penyimpulan.
C .Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas
pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan,
penilaian dan refeksi, umpan balik, dan tindak lanjut.
d. Pelaksanaan Pembelajaran
Hasil amatan peneliti, menunjukkan bahwa perilaku mengajar yang dilaksanakan
oleh guru dimulai dari pemberian kegiatan awal sampai kegiatan akhir banyak sekali siswa
yang kurang sekali mempunyai keterampilan sepak sila dalam permainan sepak takraw .
Banyak sepak sila yang tidak dilakukan dengan baik, terbukti dengan setiap melakukan
timang-timang bola, bola sering jatuh dan tidak sesuai dengan kriteria untuk keterampilan
sepak sila dalam permainan sepak takraw, akan tetapi untuk tahapan gerakan sepak sila
anak didik hampir semua menguasai (observasi, 19 Desember 2012). Selengkapnya
kegiatan pembelajaran dipaparkan sesuai dengan gambar dan penjelasannya sebagai
berikut :
49
Gb.IV.4. Aktifitas guru
Gambar IV .I menunjukkan bahwa pada kegiatan inti, pertama kali guru menjelaskan
materi sepak sila yang disertai dengan contoh gerakan sepak sila. Hal itu dapat
dinyatakan bahwa dalam penyampaian konsep gerakan sepak sila yang kurang
lengkap berakibat pada penjelasan guru kurang bisa diterima dengan baik dan
cenderung menimbulkan verbalisme Pada sisi lain pembelajaran tentang sepak
sila merupakan pembelajaran yang menuntut aktivitas fisik, setidaknya bantuan
fisualisasi gerakan . Melalui visualisasi gerakan siswa lebih dapat mencerna yang
selanjutnya dapat melakukan kegiatan keterampilan sesuai dengan tuntutan
gerakan sepak sila. Anak juga memperhatikan keterangan yang diberikan .
Kegiatan berikutnyadapat dilihat pada Gambar IV.5 berikut
Gb.IV.5. Aktifitas siswa mengerjakan latihan
50
Gambar IV.5 dapat dipahami sebagai aktivitas siswa dalam melakukan latihan sepak sila
dengan pengawasan dari guru. Tampak pula anak yang lain memperhatikan
temannya yang sedang berlatih disaat menunggu giliran. Mengingat jumlah
siswa banyak dan bola yang tersedia kurang, dapat diduga dalam kegiatan latihan
sepak sila tersebut banyak siswa pasif. Penggunaan waktu belajar yang tidak
efektif. Latihan gerakan pada setiap anak kurang maksimal. Anak terlalu serius,
seharusnya suasana belajar bersifat menyenangkan. Aktifitas berikutnya dapat
dilihat pada Gambar IV.6
Gb.IV.6 Koreksi gerakan sepak sila
Gambar IV.6 dapat dipahami sebagai aktifitas siswa untuk menunjukkan hasil dari latihan
gerakan sepak sila, Guru melakukan koreksi dari hasil latihan anak. Serta
adanya pengawasan yang lebih teliti dari guru. Kesalahan yang dilakukan segera
dibetulkan dan siswa disuruh melakukan latihan lagi, sehingga keterampilan
gerak sepak sila yang dilakukan oleh siswa sesuai dengan tujuan yang
diharapkan dalam proses pembelajaran yang dirumuskan dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran. Selanjutnya bisa dilihat pada Gambar IV.7.
51
Gb.IV.7 Pemberian penguatan dan remedial
Gambar IV.7 dapat dipahami sebagai aktifitas guru sebelum mengakhiri pelajaran
memberikan kesimpulan tentang gerakan sepak sila yang benar. Kemudian
guru memberikan kesempatan pada anak yang nilainya kurang untuk
melakukan perbaikan dengan menambahkan beban latihan lagi.
e. Hasil belajar
Kegiatan pembelajaran, lazimnya diakhiri dengan kegiatan evaluasi hasil belajar, untuk
membidik tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan belajarnya. Berdasarkan
hasil tes perbuatan yang mengukur keterampilan sepak sila didapatkan skor rata-rata
kelas sebesar 63.3 ( Lampiran 5) skore tersebut didapat dari hasil timang bola pada
keterampilan sepak sila dalam permainan sepak takraw.
f. Refleksi
Berdasarkan hasil penelitian awal sebagaimana dipaparkan di atas, dapat dinyatakan
hal-hal berikut:
1) RPP dibuat secara paradigmatik yang sesuai dengan kaidah pengunaan metode
atau model pembelajara.
52
2) Pelaksanaan sesuai dengan sistematika yang didasarkan kepada penerapan metode
atau model pembelajaran tertentu.
3) Hasil belajar siswa adanya peningkatan kebenaran dalam melakukan keterampilan
sepak sila sebagaimana yang diharapkan.
Dari pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan model pembelajarn kumon pada siklus I
disimpulkan beberapa hal antara lain:
- Seluruh sequen nampak ada artinya terlaksana dalam proses pembelajaran dengan asumsi
mendekati standart sempurna, maka dengan terpenuhinya sequen pembelajaran dengan
penerapan model pembelajaran kumon pada siklus II peneliti memutuskan untuk
menghentikan penelitian ini pada siklus II.
- Instrumen penilaian adalah ranah psikomotor berupa tes keterampilan gerak sepak sila
yang berdasarkan tahapan-tahapan yang sesuai dengan indicator dengan kriteria yang
sudah ditentukan, sehingga penilaian yang dilakukan tidak kelur dari tujun yang di
inginkan.
- Hasil pembelajaran secara bertahap 80% anak sudah menguasai materi sepak sila akan
tetapi sewaktu penilaian koordinasi gerakan secara utuh melalui penilaian gerakan
timang-timang bola banyak anak yang kurang mengusai. Kita menyadari bahwa
keterampilan psikomotor harus dilakukan latihan yang berulang-ulang dengan intensitas
yang tinggi dengan dukungan peralatan yang memadahi, baru keterampilan sepak sila
bisa dikuasai anak dengan baik. Dalam pembelajaran sepak sila kelas IV di SD Negeri
Lesanpuro 2 kurang bisa berjalan dengan maksimal, terbukti dari hasil observasi dan olah
53
data penelitian ini menyatakan hasil belajar anak didik pada materi sepak sila dalam
permainan sepak takraw nilai rata-rata kelas 63.3 (Lampiran 5), intensitas latihan
masing-masing anak berbeda penyebaran penguasaan materi tidak merata sehingga
peningkatan prestasi hasil belajar anak pada keterampiln sepak sila tidak nampak.
MODEL PEMBELAJARAN KUMON
OBSERVASI PADA SIKLUS I, HARI RABU, Tanggal 19 Desember 2012
No Kegiatan Sequen Kualifikasi Keterangan
4 3 2 1
1 Menyajikan konsep gerakan sepak sila 1 v dilakukan
2 Memberi tugas latihan gerakan sepak sila 2 v dilakukan
3 Koreksi hasil latihan masing-masing anak 3 v dilakukan
4 Memberi latihansesuai hasil koreksi gerakan 4 v dilakukan
5 Remidial dan memberi penguatan gerakan
sepak sila yang benar.
5 v dilakukan
Kriteria penilaian:
Nilai 4 jika kegiatan dilakukan utuh
Nilai 3 jika dilakukan tapi ada sedikit kesalahan
54
Nilai 2 Jika dilakukan tapi banyak kesalahan
Nilai 1 jika tidak terlaksana
Total nilai =(Jumlah nilai: 4x5)x 100%=(18:20) x100%= 90%
3. Rekomendasi
Berdasarkan refleksi di atas, dapat dinyatakan hal-hal berikut.
a. Pembelajaran dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran kumon, dengan
tahapan- tahapan pembelajaran, 1)Memberi sajian konsep gerakan sepak sila,2)
Melatih setiap siswa untuk melakukan gerakan sepak sila, 3) Mengoreksi hasil latihan
gerakan sepak sila, 4) Memberikan latihan lagi sesuai dengan hasil koreksi gerakan
yang benar, 5) Memberikan penguatan tentang gerakan sepak sila yang benar.
b. Hasil belajar keterampilan sepak sila dengan menerapkan metode drill terbukti
meningkat, dengan peningkatan dari refleksi awal hingga refleksi pada siklus II sebesar
7.7 ( siklus I 55.6, dan siklus II 63.3).
c. Berdasarkan hasil pada butir a dan b tersebut, dinyatakan bahwa pelaksanaan PTK ini
tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya (PTK dinyatakan berakhir).
B. Pembahasan
1. Penerapan model pembelajaran kumon.
Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran
kumon dengan tahapan-tahapan: a) sajian konsep gerakan sepak sila, b) memberikan
latihan gerakan sepak sila, c) mengoreksi hasil latihan gerakan seak sila, d) memberi
55
latihan lagi sesuai dengan hasil koreksi, dan e) memberi penguatan tentang gerakan
sepak sila yang benar dan remedial bagi siswa yang belum mencapai nilai. Memiliki
dampak positif dalam meningkatkan keterampilan sepak sila pada siswa. Hal itu,
sesuai dengan yang dinyatakan dalam siklus II ini dapat dilihat dari peningkatan
keterampilan siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar
meningkat dari siklus I, dan II) untuk ranah psikomotor yaitu sebesar 55,6 menjadi 63,3
sedangkan untuk ranah afektif yaitu 75,3 menjadi 78,3 Pada siklus II ketuntasan belajar
siswa secara klasikal telah tercapai sebesar 7,7 untuk psikomotor dan 3,0 afektifnya.
Hasil tersebut dapat dibenarkan, karena penggunaan model pembelajaran kumon
memiliki kelebihan-kelebihan, diantaranya : a) Adanya penggabungan antar konsep
yang satu dengan konsep yang lain atau keterampilan sepak sila dengan
keterampilan yang lain, b) Latihan pada materi ajar, sehingga berperan aktif dalam
proses pembelajaran, c) Koreksi pada hasil dari latihan untuk memperkecil
kesalahan yang dilakukan oleh peserta didik, d) Koreksi pada hasil dari latihan
untuk memperkecil kesalahan yang dilakukan oleh peserta didik, e) Adanya
perbaikan dan penguatan pada materi bahan ajar, f) Adanya perbaikan dan
penguatan pada materi bahan ajar, dan g) Adanya perbaikan dan penguatan pada
materi bahan ajar.
2. Hasil belajar
a. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses belajar
mengajar dengan menerapkan metode drill dalam setiap siklus mengalami
56
peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat
ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang
terus mengalami peningkatan.
b. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses belajaran
dengan penerapan pembelajaran model kumon paling dominan adalah belajar
dengan dilakukan secara berulang-ulang akibatnya keterampilan siswa tentang
sepak sila dalam permainan sepaak takraw semakin meningkat.
Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan
langkah-langkah model pembelajaran kumon dengan baik. Hal ini terlihat dari
aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati
siswa dalam mempraktikkan hasil pembelajaran , menjelaskan atau melatih
menggunakan alat, memberi umpan balik dalam prosentase untuk aktivitas di atas
cukup besar.
c. Tanggapan siswa terhadap model pembelajaran kumon
Berdasarkan tanya jawab dengan siswa dapat diketahui bahwa tanggapan
siswa termasuk positif. Ini ditunjukkan dengan rata-rata jawaban siswa yang
menyatakan adanya ketertarikan dan berminat dengan model pembelajarankumon.
Hal ini menunjukkan bahwa siswa memberikan respon positif terhadap model
pembelajaran kumon, sehingga siswa menjadi termotivasi untuk belajar lebih giat.
Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan diterapkannya model pembelajaran kumon
dapat meningkatkan kebenaran gerak dalam keterampilan sepak sila siswa kelas IV
SDN Lesanpuro 2.
57
BAB V
P E N U T U P
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas sebagaimana dipaparkan sebelumnya, dapat
disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Penerapan model pembelajaran kumon dilakukan dengan tahapan-tahapan :
a) Memberi penjelasan konsep gerak sepak sila besertacontohnya, b) Memberikan
latihan setiap siswa untuk belajar keterampilan sepak sila, c) Mengoreksi hasil
latihan yang dilakukan setiap siswa, d) Memberikan latihan lagi pada bagian yang
salah sesuai dengan hasil koreksi, e) Memberi penguatan tentang gerakan sepak sila
yang benar serta remedial bagi siswa yang kurang pada keterampilan gerak sepak
sila.
2. Hasil belajar yang dicapai siswa mengalami peningkatan dilukiskan dengan hasil
capaian nilai pada refleksi awal siklus I sebesar 55,6 dan pada siklus II sebesar
63,3 dengan perbedaan nilai sebesar 7,7 pada nilai psikomotor, dan 75,3 menjadi
78,3pada ranah afektifnya.
B. Saran
Berdasarkan simpulan hasil di atas,dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut.
1. Bagi pengajar yang sedang membelajarkan keterampilan sepak sila dalam permainan sepak
takraw, hendaknya dalam memberikan latihan gerakan tidak membiarkan banyak siswa
yang pasif.
58
2. Penyediaan alat belajar sebagai media untuk berlatih perlu diperbanyak, bila tidak ada
peralatan yang sesuai dengan ketentuan hendaknya peralatan dimodifikasi dengan
memanfaatkan benda yang ada disekitar, yang penting aman pada anak dan mudah didapat.
Sehingga aktifitas latihan yang dilakukan oleh anak didik bisa dilakukan secara bersama
dengan frekwensi yang sama pula, tidak ada dominasi latihan pada anak yang lebih kuat.
3. Agar penerapan model pembelajaran kumon berdampak positif pada penyajian materi
keterampilan gerak sepak sila dalam permainan sepak takraw secara keseluruhan dapat
diterima oleh anak, kesalahan yang terjadi pada latihan segera ada perbaikan dengan adanya
koreksi dari masing-masing siswa, hingga kesalahan konsep gerak yang permanen dapat
dihindari sedini mungkin.
4. Penciptaan kondisi belajar yang nyaman dan menyenangkan dengan pengawasan dari guru
perlu dilakukan agar siswa dalam melakukan latihan tidak terlalu banyak bergurau.
5. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pijakan untuk penelitian berikutnya dengan
memodifikasi model penelitian dan atau wilayah sasaran penelitiannya.
59
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
1. Arikunto, Suharsini. 1988. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta, PT.Bina Aksara
2. Permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang standart proses
3. Nasution, S. 1987. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Dan Mengajar.jakarta. PT Bina
Aksara
4. Mulyani, S. 1993. Modul Pembelajaran Sepak Takraw. Malang. IKIP Malang
5. …………1992, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung. Penerbit Tarsito
6. Slatneto. 1988. BNIP:197108182006041026elajar dan factor-faktor yang mempengaruhinya.
Bina Aksara
7. Rafi’udin.1996. Penelitian Tindakan Kelas. Modul.
8. Purnama, Candra. 2012. Kesalahan-Kesalahan Pembelajaran Bahasa Indonesia. Malang.
60