Contoh Panca Yadnya

11
SARASWATI Masyarakat Hindu memprecayai bahwa Hari Raya Saraswati merupakan hari ilmu pengetahuan, dimana Sang Hyang Widhi telah menciptakan ilmu pengetahuan bagi umat manusia supaya bisa menyelaraskan dirinya dengan alam. Hari Raya Saraswati ini dirayakan oleh penganut Hindu di Indonesia setiap 210 hari sekali atau setiap 6 bulan, yang dalam sistem perhitungan kalender Jawa hari raya ini jatuh pada hari Sabtu. Kata Saraswati sendiri berasal dari bahasa Sangsekerta yang memiliki makna mengalir. Sehingga dalam penguraiannya lebih jauh lagi, Saraswati memiliki makna air yang mengalir dari ketinggian menuju danau atau kolam. Kata Saraswati dalam Veda memiliki arti merupakan mantra pujaan. Banyak Umat Hindu juga menghubungkan Saraswati dengan pemujaan terhadap Dewa Visvedevah. Manifestasi Saraswati diwujudkan dalam seorang dewi yang cantik dengan berpakaian putih bersih, bertangan empat dengan membawa alat musik, pustakan suci, teratai, dan duduk diatas angsa.

description

panca yadnya

Transcript of Contoh Panca Yadnya

SARASWATIMasyarakat Hindu memprecayai bahwa Hari Raya Saraswati merupakan hari ilmu pengetahuan, dimana Sang Hyang Widhi telah menciptakan ilmu pengetahuan bagi umat manusia supaya bisa menyelaraskan dirinya dengan alam. Hari Raya Saraswati ini dirayakan oleh penganut Hindu di Indonesia setiap 210 hari sekali atau setiap 6 bulan, yang dalam sistem perhitungan kalender Jawa hari raya ini jatuh pada hari Sabtu.

Kata Saraswati sendiri berasal dari bahasa Sangsekerta yang memiliki makna mengalir. Sehingga dalam penguraiannya lebih jauh lagi, Saraswati memiliki makna air yang mengalir dari ketinggian menuju danau atau kolam. Kata Saraswati dalam Veda memiliki arti merupakan mantra pujaan. Banyak Umat Hindu juga menghubungkan Saraswati dengan pemujaan terhadap Dewa Visvedevah.

Manifestasi Saraswati diwujudkan dalam seorang dewi yang cantik dengan berpakaian putih bersih, bertangan empat dengan membawa alat musik, pustakan suci, teratai, dan duduk diatas angsa. Simbol-simbol yang berada dalam raga sang Dewi memiliki makna-makna sebagai berikut;1. Pakaian Putih : Simbol dari Ilmu pengatahuan itu putih tidak tercela.2. Alat musik : Simbol terciptanya Alam lalu muncul nada dan melodi.3. Gemitri/Tasbih : Simbol dari kekekalan antara ilmu pengetahuan dan tuhan.4. Pustaka suci : Simbol dari sumber dari segala ilmu pengetahuan.5. Teratai : Simbol dari Ilmu pengetahuan itu bersifat abadi.6. Angsa : Simbol dari kebijaksaan, karena angsa dapat memisahkan antara air dan lumpur saat dia meminum air bermanfaat juga merupakan perlambang dari tiga kkuasa 3 di dunia bisa di air, darat dan udara.Dalam upacara ini seluruh benda benda tersebut diatas diberikan mantra, Setelah pemujaan terhadap Dewi Saraswati selesai, biasanya dilakukan semedhi ditempat yang suci di malam hari atau melakukan pembacaan lontar-lontar semalam suntuk dengan tujuan menemukan pencerahan dari Ida Hyang Saraswati (Dewi Ilmu pengetahuan). Esok harinya semua benda benda yang sudah di berkati tersebut di atas di mandikan dan sambil memanjatkan doa ke Sang hyang Widhi agar tetap bisa digunakan dan bermanfaat bagi masyarakat dan ilmu pengetahuan khususnya.ODALANOdalan adalah sebuah upacara keagamaan yang dilakukan oleh masyarakat hindu bali untuk memperingati hari kelahiran pura. Upacara Odalan ada dua macam, upacara enam bulanan dan upacara satu tahunan. Semakin tinggi tingkat puranya, upacara yang diadakan semakin meriah.

Biasanya, upacara odalan satu tahunan lebih besar dan meriah. Odalan tahunan pura desa dirayakan lengkap dengan tarian sepanjang malam.

Bagi umat Hindu, odalan adalah ritual yang memiliki makna untuk memperingati lahirnya sebuah pura. Ritual ini sering disebut juga dengan istilah tegak odalan. Jadi, odalan adalah ritual yang memiliki hakekat untuk memperingati lahirnya tempat pemujaan yang suci atau sebuah pura.

Dengan adanya ritual odalan, umat Hindu diharapkan untuk ingat dan selalu mendekatkan diri kepada Sang Hyang Widhi (Tuhan). Di samping itu, tradisi odalan ini juga bertujuan untuk meneguhkan daya rekat sosial dan keagamaan bagi seluruh umat.

Pada saat ritual odalan, cita rasa seni sangat kental hadir dengan tampilnya lantunan tembang atau mekidun dan metabuh, pentas tari pendet serta gelaran kesenian lainnya. Ini berarti apresiasi budaya sangat melekat dalam kehidupan keagamaan bagi umat Hindu.SiwaratriSiwaratri adalah hari suci untuk melaksanakan pemujaan ke hadapan Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa dalam perwujudannya sebagai Sang Hyang Siwa. Hari Siwaratri mempunyai makna khusus bagi umat manusia, karena pada hari tersebut Sang Hyang Siwa beryoga. Sehubungan dengan itu umat Hindu melaksanakan kegiatan yang mengarah pada usaha penyucian diri, pembuatan pikiran ke hadapan Sang Hyang Siwa, dalam usaha menimbulkan kesadaran diri (atutur ikang atma ri jatinya). Hal itu diwujudkan dengan pelaksanaan brata berupa upawasa, monabrata dan jagra. Siwartri juga disebut hari suci pajagran.Brata Siwartri terdiri dari: 1Utama, melaksanakan:1. Monabrata (berdiam diri dan tidak berbicara).2. Upawasa (tidak makan dan tidak minum).3. Jagra (berjaga, tidak tidur).

2Madhya, melaksanakan:1. Upawasa.2. Jagra.

3Nista, hanya melaksanakan:Jagra.

Monabrata berlangsung dan pagi hari pada panglong ping 14 sasih Kapitu sampai malam (12 jam).Upawasa berlangsung dan pagi hari pada panglong ping 14 sasih Kapitu sampai dengan besok paginya (24 jam).Setelah itu sampai malam (12 jam) sudah bisa makan nasi putih dengan garam dan minum air putih (air tawar tanpa gula).Jagra yang dimulai sejak panglong ping 14 berakhir besok harinya jam 18.00 (36 jam).Nyupat Bhuta KalaNyupat Bhuta Kala adalah bermakna meningkatkan status hidup atau keadaan dari Bhuta Kala menjadi tingkatan yang bagus dan bermakna yang dapat memberikan kebaikan pada kehidupan di alam semesta ini.

Nyupat Bhuta Kala yang sebagai bagian dari salah satu upacara Bhuta Yadnya yang bertujuan agar para bhuta kala tersebut tidak mengganggu kehidupan manusia sehingga terjadi keseimbangan dan kestabilan antara Bhwuana Agung dan Bhwuana Alit, demikian disebutkan dalam sumber kutipan konsep panca yadnya dan filosofi nilai dalam kelangsungan hidup menurut umat hindu dilaksanakan dengan upakara nista, madya dan utama. yang secara niskala Nyupat Bhuta Kala ini mempergunakan sarana-sarana bebantenan bhuta yadnya seperti : Banten segehan atau banten caru atau dalam tingkatan madya mempergunakan caru ayam brumbun dll serta melaksanakan upacara eka dasa rudra dll dalam tingkatan utamanya. Dengan yadnya banten itu diharapkan status Bhuta kala dapat dipelihara, disucikan dan disupat tentunya agar menjadi tingkatan dewa kemudian dapat memberikan kebaikan pada kehidupan manusia di alam semesta ini. Aataupun dengan pulegembal agar terciptanya keharmonisan.

Untuk itu para bhuta kala ini disucikan agar bisa menyatu dengan sang hyang tunggal, maka dari itu pada mantram ngalukat bhuta kala yang dilaksanakan dalam rangkaian upacara tawur

MAPAKELEM

Mapakelem atau Mulang Pakelem adalah upacara butha hita sebagai media permohonan kepada Tuhan agar sumber - sumber air dapat berfungsi dengan baik, menjadi sumber kehidupan di alam nyata ini. yang upacaranya biasanya dilaksanakan di hutan, danau, laut dllDalam Lontar Purana Bali sebagaimana disebutkan kutipan kliping media hindu, sumber air tersebut dijelaskan perlu dijaga kelestariannya sehingga upacara ini yang merupakan : bagian dari upacara bhuta yadnya sebagai implementasi dari ajaran Sad Kerti yang bertujuan untuk menanamkan jiwa cinta kasih kepada sumber-sumber alam.Karena demikian pentingnya kedudukan air dalam hidup ini tampaknya hal itulah yang menyebabkan dalam Manawa Dharmasastra IV.56, sangat dilarang membuang air kencing, kotoran, barang yang beracun ke sungai. sangat dilarang berludah, membuang darah, hal-hal yang berbisa serta tidak boleh melemparkan kata-kata yang tidak suci ke sungai.Begitu pula dalam Bhagavad Gita III.14 disebutkan bahwa, Dari makanan makhluk hidup menjelma, makanan berasal dari tumbuh-tumbuhan, tumbuh-tumbuhan datangnya dari hujan, dari yadnya lahirnya hujan/air yadnya lahir dari karma. Demikian pentingnya air atau hujan. Karena tanpa hujan bumi ini tidak akan dapat melahirkan tumbuh-tumbuhan yang menjadi bahan pokok makanan makhluk hidup seperti manusia dan hewan. Jadi kedudukan air dalam kehidupan makhluk hidup ini sangat penting. Air yang berasal dari hujan itu ditampung oleh hutan dan dari hutan itu mengalir menjadi sumber-sumber air seperti danau dan terus menjadi sungai yang akhirnya ditampung di laut.Karena adanya laut akan menimbulkan hujan, merupakan tempat hidup flora dan fauna dan menciptakan iklim yang kondusip bagi kehidupan ini yang dalam kearifan lokal masyarakat bali dalam pelestarian lingkungan hidup maka perlunya sumber air tersebut senantiasa harus dijaga kebersihannya jangan sampai tercemar.

Hal ini diaplikasikan dalam kehidupan beragama oleh masyarakat di Bali dengan upacara Mapekelem, yang mempunyai makna memohon kehadapan Ida Sang Hyang Widhi dalam manifestasi Dewa Baruna sebagai penjaga samudra, semoga kehidupan di laut yang berfungsi untuk kehidupan ini berjalan dengan baik.

Bhuta Yadnya Untuk Mensucikan Palemahan | yang bertujuan untuk mengharmoniskan areal palemahan atau wilayah : Caru Eka Sata | digunakan untuk mengharmoniskan karang perumahan. Caru karang panas untuk menghindari penyakit bagi penghuninya Caru karang gering untuk menghindari penghuninya selalu kesakitan. Caru panca sata | digunakan untuk membersihkan pekarangan rumah yang dilaksanakan tiap 5 tahun sekali. Caru Bumi Sudha untuk menyeimbangkan atau mengharmoniskan bumi atau alam sekitar dan lingkungannya. Caru Sasih untuk menyeimbangkan atau mengharmoniskan ruang dan waktu. Caru Oton atau bea kaluning rare metu untuk mengharmoniskan perilaku manusia atas pengaruh kelahiran. Caru Panca Sanak | simbol dari Bhuta Kala yang dibawah kekuasaan Dewa Rudra yang berada di barat daya. Caru Sanak Madurga | penakluk marana yang diselenggarakan di penangkalan desa pada sasih keenem. Caru Rsi Gana untuk menghadirkan Dewa Gana sebagai Penghulun Natangan DiksaDiksa (atau juga disebut dengan "divya jnyana") adalah upacara untuk menerima sinar suci ilmu pengetahuan yang berfungsi untuk melenyapkan kegelapan pikiran agar mencapai kesempurnaan yang merupakan salah satu bagian dari saptangga dharma yaitu dengan cara menjalankan upacara inisisai agar dapat menunggalkan diri dengan Tuhan. Di Bali, proses inisiasi ini dilakukan dengan cara seda raga untuk mengetahui jalan ke nirwana / swah loka sehingga bila jadi Sulinggih, nanti bisa menuntun atma-atma yang diupacarai dalam prosesi upacara Pitra Yadnya. Kata diksa dalam kutipan berita di Bali Post, "Makna Tatwa Upacara Atma Wedana", diksa disebutkan berasal dari bahasa sansekerta dari akar kata ''di'' dan ''ksa''. ''Di'' artinya divya Jnyana atau sinar ilmu pengetahuan, sedangkan ''ksa'' artinya ksaya atau melenyapkan, menghilangkan. Dengan demikian ''diksa'' artinya divya jnana atau sinar suci ilmu pengetahuan yang melenyapkan kegelapan atau kebodohan itu, demikian dijelaskanDalam sesana pinandita disebutkan bahwa mediksa sebagai suatu upacara umat Hindu dipimpin oleh seorang pedande nabe untuk meningkatkan kesucian diri guna mencapai kesempurnaan, karena lewat kesucian diri itulah manusia dapat berhubungan dengan sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa.

Dalam kutipan artikel tersebut juga dijelaskan bahwa, untuk dapat menjaga kesucian dirinya, seseorang yang telah melaksanakan upacara mediksa, berkewajiban agar setiap hari menyucikan diri dengan melakukan puja Parikrama atau Surya Sewana.

Mengenai waktunya adalah: pagi, siang, dan sore hari. Maka dari itulah sang diksita atau wiku tidak kena cuntaka dan juga tidak nyuntakain (kecuali wiku wanita yang sedang dalam keadaan Haid).

Mediksa merupakan klimaks dalam meningkatkan kesucian diri dari tingkatan Ekajati ke tingkatan Dwijati.

Disebutkan pula beberapa makna diksa : Sebagai salah satu bagian dalam menguatkan iman atau sraddha, (diksa; sembahyang). Menjaga tegaknya kelestarian ibu pertiwi, (diksa; Tri Sadhaka).Eka Jati

Ekajati atau (Eka Jati) adalah tingkatan pertama dari kesucian seorang sulinggih sebagai pemangku pura atau pinandita dengan cirinya menggunakan udeng "mebongkos nangka", yang mempunyai tugas dan kewajiban dalam hubungan kemasyarakatan sebagai seorang walaka.

Proses upacara ekajati yang dilaksanakan dengan cara mewinten sebagaimana disebutkan dalam syarat - syarat menjadi pemangku, ekajati berasal dari bahasa sanskerta eka dan jati. Eka berarti satu Jati seperti berasal dari akar kata ja yang berarti lahir.Jadi Ekajati berarti lahir sekali, yakni lahir hanya dari ibu kandungnya sendiri. Rokhaniawan yang tergolong dalam kelompok Ekajati antara lain : Pemangku atau Jero Mangku, Jero Gede atau sebutan lain sesuai dengan desa kala patra dan tingkat kepemangkuannya Dalam Maha Sabha II tahun 1968 Parisada Hindu Dharma, tujuan ekajati ini dilaksanakan agar seorang ekajati dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan dapat meningkatkan kesulinggihannya pada tingkatan Dwi Jati untuk dapat mendalami ajaran Weda selengkapnya.

Dwi Jati

Dwi Jati ("Dwijati") berasal dari dua suku kata yaitu "Dwi & Jati", Dwi = 2 sedangkan Jati berasal dari akar kata "Ja" yang berarti lahir sehingga,

Dwi Jati adalah lahir untuk kedua kalinya (reinkarnasi) sebagaimana disebutkan sesana pinandita sebagai seorang sulinggih,1. Lahir yang pertama dari kandungan ibu,2. Lahir yang kedua dari guru suci nabe melalui upacara mediksa.Dalam Lontar Siwa Sasana disebutkan bahwa sejak seseorang mendapat diksa dalam upacara penyucian ini, mereka dikenal sebagai Dwijati dan dari padanya diharapkan mulai mematuhi segala peraturan kebrahmanaan.

Rohaniawan/pandita dan pinandita yang melalui proses tata upacara diksa inilah yang mempunyai wewenang luas dan lengkap dalam pelaksanaan Loka Pala Sraya itu yakni wewenang dalam memimpin atau menyelesaikan berbagai yaja termasuk dalam memberikan Air Suci (Tirtha).

Seorang Dwijati disebutkan pula dalam kesulinggihan dalam Stiti Dharma Online, Seorang Dwijati yang sudah berubah dibanding ketika masih walaka yaitu: 1. Amari Sesana, artinya perubahan kebiasan dan disiplin kehidupan,2. Amari Aran, artinya perubahan nama (Bhiseka),3. Amari Wesa, artinya perubahan tata berpakaian.Sehingga beliau yang telah melaksanakan upacara dwijati ini, yang dalam siwa buddha disebutkan mereka yang telah dapat menjalankan dharma Kabrahmanan.

PANCA YADNYA

NAMA ANGGOTA :1. Made Adelasari Wirya Putri (01)2. I Gusti Ayu Made Dewi Cahaya Ningrat (11)3. A.A. Sinta Bella Ekayasa (32)4. Ni Luh Putu Sindy Mikela (34)