Contoh Laporan Pemicu Blok 3
-
Upload
nexcrewivo -
Category
Documents
-
view
317 -
download
1
description
Transcript of Contoh Laporan Pemicu Blok 3
LAPORAN HASIL DISKUSI KELOMPOK
BLOK 3 PERILAKU DAN KOMUNIKASI
PEMICU 2 PENGALAMAN PERTAMA DI KAMPUS
Oleh:
Kelompok 3
DOSEN PEMBIMBING
Sri Supriyantini, MSI, PSI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013/2014
Ketua : Bayu Panca Nugraha 130600146
Sekretaris : Iis Rahayu 130600144
Nama Anggota Kelompok :
Riri Harliani Sihotang 130600061
Wulandari Gultom 130600062
Amalia Khoiri Silalahi 130600063
Intan Permata Sari 130600064
Maulida Zhalwa Asfia Br. Sebayang 130600065
Hera Ismayani Sugianto 130600066
Ahmad Idris Harahap 130600067
Alfan Dani Siagian 130600068
Tri Rizki 130600069
Dewi Chaidhita 130600070
Bella Purnama Thea 130600143
M Rizki Fauzi Lubis 130600142
Rizky Azizil Zabar Lubis 130600145
Rintan Permata Sari 130600147
Karina Hypatia Nurcahaya S Pakpahan 130600148
Gilang Dewa Brata 130600149
Chrisnawati Sinaga 130600150
Vivian Nora 130600151
Agnese Putri Pratiwi 130600152
Muhammad Isra Reskitama 130600153
Nurul Amalia Anggraini 130600154
Yudi Setiawan 130600155
Kasturri A/p Chellappah 130600156
Aiyishwariya A/p Sivapalan 130600157
Claire Renuha Pellai Manoharan 130600158
Venosha Rajen 130600159
Harjit Kaur A/p Sarjit Singh 130600160
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kecemasan merupakan pengalaman manusia yang universal dan suatu rasa yang tidak
terekspresikan. Perasaan ini tidak terarah karena suatu sumber ancaman atau pikiran yang
tidak jelas dan tidak teridentifikasi. Cemas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan
tidak berdaya (Stuart & Sundeen, 1998, p.175). Kecemasan adalah suatu keadaan yang
ditandai oleh rasa khawatir disertai dengan gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan
yang berlebihan. Kecemasan merupakan gejala yang umum tetapi non spesifik yang sering
merupakan suatu fungsi emosi (Kaplan & Sadock, 1998, p.3).
Kecemasan seharusnya sebagai suatu respon yang wajar terhadap tekanan atau peristiwa
yang mengancam kehidupan seseorang karena dianggap sebagai pengalaman emosional yang
berlangsung sangat singkat. Namun demikian pada beberapa orang kecemasan dapat
berkembang menjadi perasaan yang tidak nyaman dan cenderung menakutkan. Kecemasan
ini dapat meningkat apabila seseorang merasa kurang informasi terhadap sesuatu hal yang
dihadapi maupun yang akan dihadapi, sehingga dapat menimbulkan reaksi–reaksi seseorang
diluar kendali kesadarannya. Dalam hal ini, seorang mahasiswa baru sangat rentan terhadap
kecemasan saat menghadapi lingkungan yang baru.
1.2. Deskripsi Topik
Heru adalah seorang mahasiswa baru FKG USU angkatan 2013. Ia tergolong mahasiswa
yang cukup cerdas. Selama ini ia tinggal dan bersekolah di desa. Saat akan menjalani
kegiatan perkuliahannya di FKG USU, Heru merasa cemas karena akan memasuki
kampus yang merupakan lingkungan yang benar-benar baru baginya. Beberapa hari
sebelum hari pertamanya datang ke kampus, Heru berusaha mencari tahu mengenai
perkuliahan di USU, lingkungannya, gaya mahasiswanya, dosennya, dan lain-lainnya dari
Dodi saudaranya yang kuliah di fakultas lain di Universitas yang sama. Heru berpikir bahwa
walaupun berada di fakultas yang berbeda, tetapi suasana lingkungannya pasti hampir
sama. Saudaranya menceritakan pengalamannya bahwa sulit sekali untuk bergaul
dengan teman-teman kuliahnya. Pengalaman saudaranya tersebut membuat Heru
semakin cemas, yang membuatnya sulit untuk tidur selama 3 hari, bingung, dan tidak tahu
harus berbuat apa. Ia menjadi tidak bersemangat untuk mengikuti perkuliahan. Setelah
berjalan 1(satu) minggu, Heru berpikir bahwa ia tidak bisa terus-menerus seperti ini. Heru
kemudian menceritakan masalahnya (curhat) ke Dodi saudaranya. Dodi dapat
memahami kondisi Heru, dan berusaha membantunya dengan memberikan saran-saran
positif, dukungan dan motivasi bagi Heru. Herupun merasa lebih tenang dan ia mulai
mempersiapkan diri untuk berangkat kuliah. Ia mulai membuka diri, melibatkan diri dalam
tugas kelompok, dan memberanikan diri untuk mengajak bicara rekanrekannya.
Sebenarnya Heru tergolong mahasiswa yang rajin, sehingga ia dapat aktif dalam belajar
kelompok dan menyiapkan tugas-tugas tepat waktu. Namun sebagian teman
kelompoknya senang menunda-nunda dalam penyelesaian tugas. Teman-temannya
menceritakan bahwa selama ini mereka memiliki kebiasaan belajar dengan sistem borongan.
Kakak merekapun juga memiliki kebiasaan belajar yang sama. Sebenarnya mereka
sering diingatkan oleh ibunya. Namun karena harus selalu diingatkan, maka si ibu
lama-lama menjadi bosan mengingatkan terus. Herupun berusaha untuk mengingatkannya
agar tugas kelompok mereka dapat segera diselesaikan. Namun teman-temannya banyak
beralasan dengan menyatakan kalau sedang sibuk, meskipun sebenarnya alasan tersebut
tidak benar. Sebagian temannya juga menjadi kesal dan marah dengan Heru, karena merasa
banyak diatur oleh Heru.
1.3. Learning Issue
1. Proses pembentukan persepsi
2. Emosi dan kecerdasan emosi
3. Manajemen stress
4. Proses belajar
5. Jenis-jenis kepribadian
6. Pembentukan motivasi
1.4. Pertanyaan
1. Mengapa Heru merasa cemas untuk menghadiri kuliah di kampus barunya?
Bagaimana prosesnya sehingga hal tersebut terjadi?
2. Fenomena psikologis apakah yang dialami oleh Heru saat dua minggu pertama ia
akan menjalani kuliahnya? Jelaskan alasan anda!
3. Bentuk strategi apa yang dilakukan oleh Heru dalam mengatasi masalahnya?
4. Jelaskan bentuk kecerdasan emosi apa yang diperlihatkan oleh Dodi saudaranya!
5. Ditinjau dari teori belajar, bagaimanakah terbentuknya kebiasaan malas belajar
pada mahasiswa teman Heru?
6. Reaksi emosional apa yang diperlihatkan oleh teman-teman Heru saat diingatkan
oleh Heru agar segera menyelesaikan tugas-tugas kelompoknya? Rasional atau
tidakkah perilaku yang ditunjukkan? Bagaimanakah proses reaksi emosi tersebut
muncul?
7. Untuk bisa mengatasi permasalahan ini, Heru haruslah memiliki kepribadian yang
sehat atau matang. Karakteristik kepribadian yang bagaimanakah yang harus
dimiliki Heru agar ia dapat dikatakan sebagai mahasiswa yang berkepribadian
sehat?
8. Jelaskan strategi apa yang dapat dilakukan oleh Heru untuk memotivasi teman-
temannya agar mau segera menyelesaikan tugas-tugasnya!
BAB II
Pembahasan
2.1. Proses pembentukan persepsi
Persepsi seseorang tidaklah timbul begitu saja, ada tahapan-tahapan atau proses
tertentu yang harus dilalui oleh seseorang untuk bisa berpersepsi. Menurut Sunaryo
(2004), persepsi melewati tiga proses, yaitu :1
a. Proses fisik : Obyek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau
reseptor
b. Proses fisiologis : Stimulus yang diterima oleh indera dilanjutkan oleh saraf sensoris
ke otak
c. Proses psikologis : Proses di dalam otak sehingga individu dapat menyadari stimulus
yang diterima.
Heru mengalami perasaan cemas dan stress dikarenakan persepsinya yang salah
karena mengira mahasiswanya bersifat individual serta dosen-dosennya memiliki standart
yang tinggi dari apa yang ia dengar dari Dodi, saudaranya yang berada di fakultas yang
berbeda dengan Heru. Dalam dua minggu pertama, Heru mengalami stress negative yang
disebut distress dimana distress ini terjadi ketika tingkatan stress terlalu tinggi atau terlalu
rendah dan tubuh serta pikiran mulai menanggapi stressor dengan negative. Kemudian,
setelah dua minggu pertama Heru mengalami stress positif yang disebut dengan eustress
dimana terjadi peningkatan stress yang cukup tinggi untuk memotivasi agar bertindak
untuk mencapai sesuatu.
2.2. Emosi dan kecerdasan emosi
Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh.
Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam
emosi. Menurut Daniel Goleman (2002 : 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan
pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan
untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Emosi berkaitan
dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi merupakan salah satu
aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan motivator
perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional
manusia. (Prawitasari,1995).
Steiner (1997) menjelaskan pengertian kecerdasan emosional adalah suatu
kemampuan yang dapat mengerti emosi diri sendiri dan orang lain, serta mengetahui
bagaimana emosi diri sendiri terekspresikan untuk meningkatkan maksimal etis sebagai
kekuatan pribadi. Goleman mengutip Salovey (2002:58-59) menempatkan menempatkan
kecerdasan pribadi Gardner dalam definisi dasar tentang kecerdasan emosional yang
dicetuskannya dan memperluas kemampuan tersebut menjadi lima kemampuan utama,
yaitu :2
a) Mengenali Emosi Diri
b) Mengelola Emosi
c) Memotivasi Diri Sendiri
d) Mengenali Emosi Orang Lain
e) Membina Hubungan
Dilihat dari scenario pemicu, Dodi terbilang memiliki kecerdasan emosi yang mampu
memahami emosi-emosi yang dirasakan oleh saudaranya, Heru. Dodi juga mampu
memberikan solusi-solusi positif yang membangun agar Heru mampu merubah dan
mengatasi kecemasannya.
2.3. Manajemen Stres
Manajemen stres adalah kemampuan penggunaan sumber daya (manusia) secara
efektif untuk mengatasi gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang muncul
karena tanggapan (respon). Tujuan dari manajemen stres itu sendiri adalah untuk
memperbaiki kualitas hidup individu itu agar menjadi lebih baik. Berikut tahapan-
tahapan yang dapat dilakukan untuk mengelola stress, yaitu :3
1. Beritahu orang yang ingin Anda ajak bicara tentang masalah Anda. Katakanlah apa
masalahnya dan bertanya apakah sekarang waktu yang baik untuk berbicara. Ini
mempersiapkan orang untuk menangani masalah bukannya mengejutkan dia dengan
itu.
2. Jelaskan masalah dengan jelas dan tenang. Katakan bagaimana masalah
mempengaruhi Anda. Misalnya, "Ketika saya membayar untuk makanan Anda
sepanjang waktu, saya merasa dimanfaatkan."
3. Setelah Anda menjelaskan masalah, dengarkan tanggapan orang lain.
4. Cobalah untuk mengevaluasi solusi untuk masalah ini bersama-sama.
5. Kadang-kadang orang tidak setuju pada solusi untuk masalah. Bersiaplah jika diskusi
tidak berubah seperti yang Anda harapkan. Anda selalu dapat mencoba berbicara di
lain waktu.
2.4. Proses belajar
Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku
sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat
adanya interaksi antara stimulus dan respon. Teman-teman Heru memiliki perilaku malas
belajar karena kurangnya determinasi diri dalam diri mereka untuk belajar, serta mereka
juga meniru perilaku dari kakak kelasnya yang cara belajarnya menggunakan system
borongan.
2.5. Jenis-jenis kepribadian
Menurut Sorafino, Kepribadian mengacu pada kognitif, afektif atau perilaku
kecenderungan seseorang yang cukup stabil sepanjang waktu dan situasi. Allport (1961)
mengatakan Kepribadian adalah organisasi dinamis dari sistem psiko-fisik dlm diri
individu yg menentukan penyesuaian diri yang unik terhadap lingkungan.4
Big Five Personality merupakan pendekatan dalam psikologi kepribadian yang
mengelompokan trait kepribadian dengan analisis faktor. Tokoh pelopornya adalah
Allport dan Cattell. Big Five Personality adalah suatu pendekatan yang digunakan dalam
psikologi untuk melihat kepribadian manusia melalui trait yang tersusun dalam lima buah
domain kepribadian yang telah dibentuk dengan menggunakan analisis faktor. Lima traits
kepribadian tersebut adalah extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuoriticism,
openness to experiences. Jenis-jenis dalam domain-domain dari Big Five Personality
Costa & McCrae (1997) adalah sebagai berikut.
1. Extraversion (E)
Faktor pertama adalah extraversion, atau bisa juga disebut faktor dominan-patuh
(dominance-submissiveness). Faktor ini merupakan dimensi yang penting dalam
kepribadian, dimana extraversion ini dapat memprediksi banyak tingkah laku sosial.
2. Agreeableness (A)
Agreebleness dapat disebut juga social adaptibility atau likability yang
mengindikasikan seseorang yang ramah, memiliki kepribadian yang selalu mengalah,
menghindari konflik dan memiliki kecenderungan untuk mengikuti orang lain.
3. Neuroticism (N)
Neuroticism menggambarkan seseorang yang memiliki masalah dengan emosi yang
negatif seperti rasa khawatir dan rasa tidak aman. Secara emosional mereka labil,
seperti juga teman-temannya yang lain, mereka juga mengubah perhatian menjadi
sesuatu yang berlawanan.
4. Openness (O)
Faktor openness terhadap pengalaman merupakan faktor yang paling sulit untuk
dideskripsikan, karena faktor ini tidak sejalan dengan bahasa yang digunakan tidak
seperti halnya faktor-faktor yang lain. Openness mengacu pada bagaimana seseorang
bersedia melakukan penyesuaian pada suatu ide atau situasi yang baru.
5. Conscientiousness (C)
Conscientiousness dapat disebut juga dependability, impulse control, dan will to
achieve, yang menggambarkan perbedaan keteraturan dan self discipline seseorang.
Seseorang yang conscientious memiliki nilai kebersihan dan ambisi. Orang-orang
tersebut biasanya digambarkan oleh teman-teman mereka sebagai seseorang yang
well-organize, tepat waktu, dan ambisius.
Untuk bisa menjadi mahasiswa yang memiliki kepribadian yang sehat, Heru haruslah
memiliki kepribadian yang Agreebleness, Openness dan Conscientiousness.
2.6. Pembentukan motivasi
Menurut Sardiman (2006:73) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang
yang ditandai dengan munculnya “felling” dan didahului dengan tanggapan terhadap
adanya tujuan.5 Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang
tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melaksanakan aktivitas
belajar. Motivasi diperlukan dalam menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa.
Terbentuknya motivasi berasal dari dua jenis, yaitu berasal dari diri sendiri (internal)
dan juga berasal dari lingkungan.6 Motivasi internal adalah motivasi yang muncul dari
dalam diri sendiri tanpa ada faktor luar yang mempengaruhi. Motivasi ini lebih
menekankan nilai dari kegiatan itu sendiri dari pada penghargaan dari luar. Motivasi
internal terbagi lagi menjadi dua yaitu, determinasi diri dan pilihan personal. Determinasi
disini maksudnya adalah kita melakukan sesuatu karena kita mau melakukannya bukan
karena paksaan atau imbalan. Sedangkan pilihan personal adalah kita melakukan sesuatu
karena kita merasakan perasaan bahagia dan menyenangkan, kita merasakan kepuasan
tersendiri ketika selesai melakukan sesuatu. Motivasi yang muncul dari dalam diri
misalnya, kita melakukan suatu pekerjaan karena kita ingin mengembangkan diri dalam
bidang pekerjaan tersebut bukan karena faktor luar seperti hukuman dan imbalan.
Berbeda dengan motivasi ekternal yaitu motivasi yang muncul karena dorongan dari
luar baik itu berupa hal yang positif seperti imbalan, reward, hadiah, penghargaan dan
lain-lain maupun hal yang negatif seperti, hukuman, paksaan dll. Contohnya kita bekerja
karena gaji yang akan kita dapatkan setiap bulannya.6
BAB III
Penutup
Kesimpulan
Rasa cemas bisa saja disebabkan oleh persepsi dari sudut pandang seseorang. Selain
dari sudut pandang orang pertama, rasa cemas timbul dari pengalaman orang ketiga yang
pernah mengalaminya. Akibatnya, bila rasa cemas tidak segera diatasi akan menimbulkan
stress negative yang disebut dengan distress.
Dalam scenario ini penting sekali tidak langsung percaya dengan apa yang orang lain
katakan mengenai pengalamannya di tempat kuliah karena ini akan mengubah persepsi kita,
hasilnya bisa saja positif maupun negative. Untuk heru yang cemas, motivasi adalah hal yang
ia butuhkan untuk mendorong dirinya mengatasi rasa cemasnya, dengan begitu Heru akan
mampu untuk membuka diri dan tidak lagi merasa cemas terhadap lingkungannya.
Daftar Pustaka
1. Sumardi Deddy. (2012). Memahami Proses Terjadinya Persepsi.
http://deddysumardi.wordpress.com/2012/04/09/memahami-proses-terjadinya-persepsi/ ( 05
Desember 2013)
2. Yunita Riny. (2009). Kecerdasan Emosi.
http://rinyyunita.wordpress.com/2009/01/25/kecerdasan-emosi/ (06 Desember 2013)
3. Gregson, Susan R.. Management Stress. United States of America: Capstone Press, 2000: 49
4. Carducci, Bernardo J. The Psychology of Personality. 2nd ed. United States of America:
Blackwell, 2009: 260
5. Sardiman, A.M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta:Grafindo, 2006.
6. Putra Yuwono. (2013). Proses Terbentuknya Motivasi.
http://yuwonoputra.blogspot.com/2013/07/proses-terbentuknya-motivasi.html (06 Desember
2013)