Ckd

47
GAGAL GINJAL KRONIK A. Konsep Medis 1. Anatomi dan Fisiologi Ginjal a. Anatomi Ginjal Ginjal terletak dibagian belakang abdomen atas, dibelakang peritonium, di depan dua kosta terakhir dan tiga otot-otot besar transversus abdominalis, kuadratus lumborum dan psoas mayor. Ginjal dipertahankan dalam posisi tersebut oleh bantalan lemak yang tebal. Disebelah posterior dilindungi oleh kosta dan otot-otot yang meliputi kosta, sedangkan dianterior dilindungi oleh bantaan usus yang tebal. Pada orang dewasa ginjal panjangnya 12-13 cm, lebarnya 6 cm dan beratnya antara 120-150 gram. Ukurannya tidak berbeda menurut bentuk dan ukuran tubuh. 95 % orang dewasa memiliki jarak antara katup ginjal antara 11-15 cm. Perbedaan 1

description

GFDFRAE

Transcript of Ckd

Page 1: Ckd

GAGAL GINJAL KRONIK

A. Konsep Medis

1. Anatomi dan Fisiologi Ginjal

a. Anatomi Ginjal

Ginjal terletak dibagian belakang abdomen atas,

dibelakang peritonium, di depan dua kosta terakhir dan

tiga otot-otot besar transversus abdominalis, kuadratus

lumborum dan psoas mayor. Ginjal dipertahankan dalam

posisi tersebut oleh bantalan lemak yang tebal. Disebelah

posterior dilindungi oleh kosta dan otot-otot yang meliputi

kosta, sedangkan dianterior dilindungi oleh bantaan usus

yang tebal.

Pada orang dewasa ginjal panjangnya 12-13 cm,

lebarnya 6 cm dan beratnya antara 120-150 gram.

Ukurannya tidak berbeda menurut bentuk dan ukuran

tubuh. 95 % orang dewasa memiliki jarak antara katup

ginjal antara 11-15 cm. Perbedaan panjang dari kedua

ginjal lebih dari 1,5 cm atau perubahan bentuk merupakan

tanda yang penting karena kebanyakan penyakit ginjal

dimanifestasikan dengan perubahan struktur. Permukaan

anterior dan posterior katup atas dan bawah serta pinggir

1

Page 2: Ckd

lateral ginjal berbentuk konveks sedangkan pinggir

medialnya berbentuk konkaf karena adanya hilus. Ada

beberapa struktur yang masuk atau keluar dari ginjal

melalui hilus antara lain arteri dan vena renalis, saraf dan

pembuluh getah bening. Ginjal diliputi oleh suatu kapsula

tribosa tipis mengkilat, yang beriktan longgar dengan

jaringan dibawahnya dan dapat dilepaskan dengan mudah

dari permukaan ginjal (silvia & price, (1995). Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gbr 1 : Anatomi ginjal

Created By Iwan, S.Kp

2

Page 3: Ckd

Gbr 2 : Anatomi nefron

b. Fisiologi Ginjal

Unit fungsional ginjal adalah nefron, yang pada

manusia setiap ginjal mengandung 1-1,5 juta nefron.

Setiap nefron terdiri atas glomerulus yang mengandung

kapsula bowmen dan tubulus. Tubulus terdiri dari tiga

bagian yaltu tubulus proksimalis, lengkungan Henley (loop

of Henley dan tubulus distalis beberapa tubulus distalis

akan besatu membentuk duktus kolektivus. Glomerulus

proksirnalis dan distalis terletak pada korteks ginjal

sedang lengkung Henley dan duktus kolektivus pada

medulla ginjal. (Siregar, H, et all,(1999), hal. 20).

Setiap nefron mempunyai dua komponen utama:

Created By Iwan, S.Kp

3

Page 4: Ckd

1) Glomerulus ( kapiler glomerulus ) yang dilalui sejumlah

besar cairan yang difiltrasi dari darah.

2) Tubulus yang panjang dimana cairan hasil filtrasi di

ubah menjadi urin dalam perjalanannya menuju pelvis

ginjal.

Meskipun setiap nefron mempunyai semua

komponen seperti yang digambarkan diatas, tetapi tetap

terdapat perbedaan, bergantung pada berapa dalamnya

letak nefron pada massa ginjal. Nefron yang memiliki

Glomerulus dan terletak di luar korteks disebut nefron

kortikal ; nefron tersebut mempunyal ansa Henle pendek

yang hanya menembus kedalam medulla dengan jarak

dekat kira-kira 20-30 % nefron rnernpunyal glomerulus

yang terletak dikorteks renal sebelah dalam dekat rnedula

dan disebut nefron jukstaglomerulus. Nefron ini

mempunyai ansa Henle yang panjang dan masuk sangat

dalam ke medula, pada beberapa tempat semua berjalan

menuju ujung papila renal.

Kecepatan eksresi berbagal zat dalam urin

menunjukkan jumlah ketiga proses ginjal yaitu : Filtrasi

glomerulus, reabsorpsi zat dari tubulus renal kedalam

darah dan sekresi zat dari darah ke tubulus renal.

Created By Iwan, S.Kp

4

Page 5: Ckd

Pembentukan urin dimulai dengan filtrasi sjumlah besar

cairan yang bebas protein dari kapiler glomerulus ke

kapsula Bowmen. (Guyton & Hall, 1997. hal. 400).

Sistem kemih terdiri dan organ pembentuk urin

ginjal dan struktur. yang menyalurkan urin dari ginjal ke

luaar tubuli. Setiap ginjal dipasok (diperdarahi) oleh arteri

renalis dan vena renalis, yang masing-masing masuk dan

keluar ginjal dilakukan rnedial yang menyebabkan organ

ini berbentuk seperti ginjal rnengolah plasma yang

mengalir masuk kedalamnya untuk menghasilkan urine,

menahan bahan-bahan tertentu & mengeliminasi bahan-

bahan yang tidak diperlukan kedalam urin. Setelah

terbentuk urin mengalir kesebuah rongga pengumpul

sentral, dari situ urine disalurkan kedalam ureter, sebuah

duktus berdinding otot polos yang keluar dari batas medial

dekat dengan pangkal (bagian proksimal) arteri dan vena

renalis. Terdapat dua ureter, yang menyalurkan urine dari

setlap ginjal kesebuah kandung kemih.

Kandung kernih yang menyimpan urin secara

temporar, adalah sebuah kantung berongga yang dapat

direnggangkan dan volumenya disesuaikan dengan

mengubah-ubah status kontraksi otot polos di dindingnya.

Created By Iwan, S.Kp

5

Page 6: Ckd

Secara berkala, urine dikosongkan dari kandung kemlh

keluar tubuh melalui sebuah saluran, uretra. Uretra pada

wanita berbentuk Jurus dan pendek berjalan secara

langsung dari leher kandung kermh keluar tubuh. Pada

pria uretra Jauh lebih panjang dan melengkiung dan

kandung kemih keluar tubuh melewati kelenjar prostat

dan penis. (Lauralle Sherwood, 2001, hal. 463).

Fungsi primer ginjal adalah rnempertahankan

volume dan komposisi cairan ekstra sel dalam batas-batas

normal. Komposisi dan volume cairan ekstra sel dikontrol

oleh filtrasi glomerulus reabsorbsi dan sekresi tubulus.

Zat-zat yang difiltrasi di ginjal dibagi dalam 3 kelas :

Elektrolit, nonelektrolit dan air. Beberapa jenis elektrolit

yang paling penting adalah (Na+), Kalium (K+), Kalsium

(Ca++), Magnesium (Mg++), Bikarbonat (HC02), Klorida

(Cl-), dan fosfat (HP04), sedangkan non elektrolit yang

penting antara lain glukosa, asam amino, dan metabolik

yang merupakan produk akhir dari proses metabolisme

protein : Urea, asam urat dan kreatinin. (Price, S, et all,

1995, hal 770).

Proses filtrasi pada glomerulus dinamakan

ultrafiltrasi glomerulus, karena filtrate primer mempunyal

Created By Iwan, S.Kp

6

Page 7: Ckd

komposisi sama seperti plasma kecuali tanpa protein. Sel-

sel darah dan molekul-molekul yang besar seperti protein

secara efektif tertahan oleh pori-pori membran filtrasi,

sedangkan air dan kristaloid dapat tersaring dengan

mudah. Setiap menit kira-kira satu liter darah yang

mengandung 500 cc plasma,mengalir melalui semua

glomeruli dan sekitar 100 cc (10 %) dari itu disring keluar.

Perbandingan jumlah yang disaring oleh glomerulus

setiap hari dengan jumlah yang biasanya dikeluarkan

kedalam urine maka dapat dilihat besar daya selektif sel

tubulus:

Tabel 1 : Daya Selektif Sel Tubulus

Komponen Disaring Dikeluarkan

Air 150 Liter 1, 5 Liter

Garam 750 Liter 15 Gram

Glukosa 150 Liter 0 gram

Urea 50 Gram 30 Gram

(Pearce E, 1993 hal. 248-249)

Fungsi lain dari ginjal yaitu memproduksi renin yang

berpperan dalam pengaturan tekanan darah.

Apabila tekanan darah turun, maka sel-sel otot polos

meningkatkan pelelepasan reninnya. Apabila tekanan

darah naik maka sel-sel otot polos mengurangi pelepasan

reninnya. Apabila kadar natrium plasma berkurang, maka

Created By Iwan, S.Kp

7

Page 8: Ckd

sel-sel makula dansa memberi sinyal pada sel-sel

penghasil renin untuk meningkatkan aktivitas mereka.

Apabila kadar natrium plasma meningkat, maka sel-sel

makula dansa memberi sinyal kepada otot polos untuk

menurunkan pelepasan renin.

Setelah renin beredar dalam darah dan bekerja

dengan mengkatalisis penguraian suatu protein kecil yaitu

angiotensinogen menjadi angiotensin I yang terdiri dari 10

asam amino, angiotensinogen dihasikna oleh hati dan

konsentrasinya dalam darah tinggi. Pengubahan

angiotensinogen menjadi angiotensin I berlangsung

diseluruh plasma, tetapi terutama dikapiler paru-paru.

Angoitensi I kemudian dirubah menjadi angiotensin II oleh

suatu enzim konversi yang ditemukan dalam kapiler paru-

paru. Angiotensin II meningkatkan tekanan darah melalui

efek vasokontriksi arteriola perifer dan merangsang

sekresi aldosteron. Peningkatan kadar aldosteron akan

merangsang reabsorbsi natrium dalam tubulus distal dan

duktus pengumpul selanjutnya peningkatan reabsorbsi

natrium mengakibatkan peningkatan reabsorbsi air,

dengan demikian volume plasma akan meningkat yang

ikut berperan dalam peningkan tekanan darah yang

selanjutnya akan mengurangi iskemia ginjal (corwin, 2000)

Created By Iwan, S.Kp

8

Page 9: Ckd

Fungsi utama ginjal adalah :

a. Ultrafiltrasi

Membuang volume cairan dari sirkulasi darah, bahan-

bahan yang terlarut dalam cairan ikut terbuang.

b. Pengendalian cairan

Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit

yang tepat dalam batas eksresi yang normal, dalam

sekresi dan reabsorbsi.

c. Keseimbangan asam

Mempertahankan PH pada derajat yang basa normal

dengan eksresi ion H dan pembentukan bicarnonat

untuk buffer/penyanggah.

d. Eksresi produk sisa

Pembuangan langsung produk metabolisme yang

terdapat pada filtrate glomerular.

e. Mengatur tekanan darah

Mengatur tekanan darah dengan mengendalikan

volume sirkulasi dan sekresi renin

f. Memproduksi eritropoetin

Eritropoetin yang disekresikan ginjal merangsang sum-

sum tulang agar membuat sel-sel darah merah.

Created By Iwan, S.Kp

9

Page 10: Ckd

g. Mengatur metabolisme

h. Mengaktifkan vitamin D yang diatur oleh kalsium fosfat

ginjal

(long B, 1996)

2. Pengertian

Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir

(ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan

ireversibel dimana kemapuan tubuh gagal untuk

mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan

elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah

nitrogen lain dalam darah) (brunner & Suddart, 2002),

sedangkan menurut soeparman S (1990) gagal ginjal kronik

adalah penurunan fungsi ginjal yang menahun, ang umumnya

tidak reversibel dan cukup lanjut.

3. Etiologi

Ada beberapa penyebab gagal ginjal kronik. Penyebab

paling lazim adalah diabetes mellitus, glomerulonefritis

kronis, piolonefritis, hipertensi yang tidak terkontrol, obstruksi

traktus urinarius, dan penyakit-penyakit lain (Brunner &

Suddarth, 2002)

Created By Iwan, S.Kp

1

Page 11: Ckd

4. Insiden

Seiring dengan pertambahan umur harapan hidup dan

kemajuan ilmu kesehatan yang dapat memperpanjang usia,

jumlah gagal ginjal kronik akan terus bertambah.

Hipertensi dan diabetes adalah dua penyebab palin

umum gagal ginjal kronik, sekitar diatas 60 % dari jumlah

pasien menurut hasil uji dialisis. Jenis kelamin pria dan wanita

jumlahnya hampir setara terserang penyakit ini, jumlah kasus

tertinggi ditemukan pada pasien berusia menengah (polaski,

1996)

5. Patofisiologi

Patogenesis gagal ginjal kronik yakni semakin buruk

dan rusaknya nefron-nefron yangdisertai berkurangnya fungsi

ginjal, ketika kerusakan ginjal berlanjut dan jumlah nefron

berkurang maka aad dua adaptasi penting dilakukan oleh

ginjal, sebagai respon terhadap ancaman ketidakseimbangan

cairan dan elektrolit. Sisa nefron yang ada mengalami

gipertrofi dalam usahanya untuk melaksanakan seluruh

beban kerja ginjal. Tetapi peningkatan filtrasi, beban solute

dan reabsorbsi tubulus dalam setiap nefron meskipun GFR

Created By Iwan, S.Kp

1

Page 12: Ckd

untuk seluruh massa nefron yang terdapat pada ginjal turun

dibawah nilai normal. Mekanisme adaptasi ini cukup berhasil

dalam mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit

tubuh hingga tingkat fungsi ginjal yang sangat rendah,

namun akhirnya, kalau sekitar 75 % massa nefron sudah

hancur, maka kecepatan filtrasi dan beban solute bagi nefron

dmikian tinggi hingga keseimbangan glomerulus tubulus

(keseimbangan antar peningkatan filtrasi dan peningjkatan

reabsorbsi oleh tubulus) tidak dapat dipertahankan lagi.

Fleksibilitas baik pada proses konversi solute dan air menjadi

kurang.

Kalau GFR terus menerus turun samoai akhirnya nol,

maka semakin perlu mengatur asupan cairan dan solute

secara cpat untuk mampu mengakomodasikan penurunan

fleksibilitas fungsi ginjal. (Price S, 1995)

6. Manifestasi Klinik

Pasien akan menunjukkan beberapa gejala yaitu :

a. Manifestasi kardiovaskuler ; hipertensi, gagal ginjal

kongestif, edema pulmonal, perikarditis

b. Gejala dermatologis ; gatal-gatal hebat (pruritus) serangan

uremik tidak umum karena pengobatan dini dan agresif.

c. Gejala gastrointestinal ; anoreksia, mual, muntah dan

cegukan, penurunan aliran saliva, haus, rasa kecap logam

Created By Iwan, S.Kp

1

Page 13: Ckd

dalam mulut, kehilangan kemampuan penhgidu dan

pengecap, parotitis dan stomatitis.

d. Perubahan neuromuskular ; perubahan tingkat kesadaran,

kacau mental, ketidakmampuan konsentrasi, kedutan ooto

dan kejang.

e. Kecenderungan perdarahan.

f. Keletihan dan letargi, sakit kepala, kelelahan umum.

g. Pasien secara bertahap akan semakin mengantuk,

karakteistik pernafasan manjadi kusmaul, terjadi kom

dalam, sering dengan konfulsi (kedutan mioklonik atau

kedutan otot) (Baughman, 2000)

7. Test Diagnostik

a. Urine

1) Volume, biasnya kurang dari 400 ml/24 jam (oliguria)

atau urine tidak ada.

2) Warna, secara abnormal urine keruh mungkin

disebabkan oleh pus, bakteri, lemak, pertikel koloid,

fosfat atau urat.

3) Berat jenis urine, kurang dari 1,015 (menetap pada

1,010 menunjukkan kerusakan ginjal berat)

4) Klirens kreatinin, mungkin menurun

Created By Iwan, S.Kp

1

Page 14: Ckd

5) Natrium, lebih besar dari 40 meq/L karena ginjal tidak

mampu mereabsobsi natrium.

6) Protein, derajat tinggi proteinuria (3-4 +) secara kuat

menunjukkan kerusakan glomerulus.

b. Darah

1) Hitung darah lengkap, Hb menurun pada adaya

anemia, Hb biasanya kurang dari 78 mg/%

2) Sel darah merah, menurun pada defesien eritropoetin

seperti azotemia.

3) GDA, pH menurun, asidosis metabolik (kurang dari 7,2)

terjadi karena kehilangan kemampuan ginjal untuk

mengeksresi hydrogen dan amonia atau hasil akhir

katabolisme prtein, bikarbonat menurun, PaCO2

menurun.

4) Kalium, peningkatan sehubungan dengan retensi sesuai

perpindahan seluler (asidosis) atau pengeluaran

jaringan)

5) Magnesium fosfat meningkat

6) Kalsium menurun

Created By Iwan, S.Kp

1

Page 15: Ckd

7) Protein (khusus albumin), kadar serum menurun dapat

menunjukkan kehilangan protein melalui urine,

perpindahan cairan, penurunan pemasukan atau

sintesa karena kurang asam amino esensial.

c. X-Ray, menunjukkan ukuran ginjal, ureter, kandung kemih,

dan adanya obstruksi.

8. Penatalaksanaan Medik

Pada umumnya keadaan terminal sehingga etiologi

tidak dapat diobati lagi. Usaha harus ditentukan mengurangi

gejala, mencegah perburukan fatal ginjal, yang terdiri dari

pengaturan minum, pengendalian hipertensi, pengendalian

kalium darah, penanggulangan anemia, penanggulangan

asidosis, , pengobatan dan pencegahan infeksi, pengaturan

protein dalam makanan, pengobatan neuropati, dialisa dan

transplantasi (Junadi, 1982).

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Data-data yang berkaitan dengan penyakit gagal ginjal kronis

menurut Doenges M (1999) adalah sebagai berikut :

a. Identitas klien dan Penanggung Jawab

b. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan Utama

Created By Iwan, S.Kp

1

Page 16: Ckd

Pada umumnya akan ditemukan klien merasa lemah,

sakit kepala, mual dan muntah.

2) Riwayat Kesehatan Sekarang

Mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien

mencari pertolongan, dikaji dengan pendekatan PQRST

3) Riwayat Masa Lalu

Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit

saluran kencing, riwayat hipertensi.

4) Riwayat Kesehatan Keluarga

Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit

yang sama dengan klien dan penyakit yang

berhubungan dengan penyakit ginjal/saluran kencing

atau hipertensi.

c. Pemeriksaan Fisik

1) Sirkulasi

Gejala ; mempunyai riwayat hipertensi lama atau berat,

palpitasi, neyri dada (angina)

Created By Iwan, S.Kp

1

Page 17: Ckd

Tanda ; Hipertensi, nadi kuat, edema jaingan umum,

dan fitting pada kaki, telapak tangan, distrimia jantung,

nadi lemah.

2) Pernafasan

Gejala ; Nafas pendek, dispnea nokturnal proksimal,

batuk dengan atau tanpa sputum kental dan banyak.

Tanda ; tachipnea, dipnea, peningkatan

frekuensi/kedalaman (kussmaul). Batuk produktif,

dengan sputum merah muda, encer (edema paru)

3) Makanan/cairan

Gejala ; peningkatan berat badan cepat, penurunan

berat badan (malnutrisi), anoreksia, nyeri ulu hati,

mual, muntah, rasa metalik tidak sedap pada mulut

(pernafasan amonia)

Tanda ; distensi abdomen (asites), pembesaran hati

(tahap akhir), peubahan turgor kulit, kelembaban,

ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah. Penurunan tonus

otot, penurunan lemak subkutan, lemak tak bertenaga.

4) Eliminasi

Gejala ; penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria

(gagal tahap lanjut), distensi abdomen.

Created By Iwan, S.Kp

1

Page 18: Ckd

Tanda ; perubahan warna urine misalnya kuning pekat

dan coklat

5) Aktivitas/istirahat

Gejala ; kelelahan ekstrim, kelemahan, malaise.

Gangguan tidur (insomnia), gelisah atau somnolen.

Tanda ; Kelemahan, kehilangan tonus otot, penurunan

rentang gerak.

6) Neurosensorik

Gejala ; sakit kepala, penglihatan kabur, kram

otot/kejang, kesemutan dan kelamahan khusunya

ektremitas bawah (neuropati perifer)

Tanda ; Gangguan status mental, misalnya penurunan

lapang pandang, perhatian, ketidkmampuan

berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan

tingkat kesadaran.

7) Nyeri/Kenyamanan

Gejala : nyeri panggul, sakit kepala, nyeri kaki, kkulit

gatal, infeksi tulang

Tanda ; perilaku hati-hati/distraksi, gelisah, demam

adanya sepsis atau infeksi.

Created By Iwan, S.Kp

1

Page 19: Ckd

2. Penyimpangan KDM pada Klien Gagal Ginjal Kronik

Gagal Ginjal Kronik

Fungsi Ginjal Menurun

Created By Iwan, S.Kp

23

Kerusakan yang irreversibel

Perubahan status kesehatan

Informasi kurang

Kurang pengetahuan

Berduka

Peburunan globulin

Fungsi immun (daya tubuh menurun)

Resiko infeksi

Penurunan fungsi GFR

Proteinuria

Albumin darah menurun

Tekanan osmotik menurunTekanan hidrostatik meningkat

Pergeseran cairan keruang

interstitiel

Edema

Kelebihan volume cairan

Fase diuretik

Peningkatan volume urine

Melambatnya pengembalian kemampuan absorbsi tubular

Resiko defisit volume cairan

Sisa metabolisme tidak dapat dibuang

Peningkatan kadar ureum

dalam darah

Dieksresi disaluran cerna

Stimulus di medulla oblongata

Mual, muntah

Intake nutrisi menurun

Perubahan nutisi kurang dari kebutuhan

Produksi eritropoetin menurun

Rangsangan eritropoetin ke sum-sum tulang menurun

Hb menurun

Transport nutrisi dan O2

menurun

Pembentukan ATP menurun

Kelemahan

Intoleransi aktivitas

Pembentukan pigmen urine (urokrom)

Fungsi lapisan kulit menurun

Asuoan nutrisi pada kulit menurun

Kulit kering, gatal, dan bersisik

Gangguan integritas kulit

Ureum kreatinin

Bau mulutBerduka

Resiko Infeksi

Kelebihan volume cairan

Page 20: Ckd

3. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada pasien

gagal ginjal kronik (Susan M, 1998) adalah sebagai beikut :

a. Kelebihan volume cairan berhubunga dengan penurunan

kemampuan ginjal untuk mengeluarkan air dan menahan

natrium

b. Resiko kekurangan volume cairan tubuh berhubungan

dengan resiko vase diuretik dari proses penyakit dan atau

perdarahan akut.

c. Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuhn

berhubungan dengan anoreksia, mual, dan muntah,

pembatasan diet dan ulserasi mulut.

d. Perubahan integritas kulit berhubungan dengan

immobiisasi, uremia, kerapuhan kapiler dan edema

e. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan oksigenasi

jaringan tidak adekuat. Anemia, nutrisi tidak adekuat, dan

kesulitan istirahat tidur.

f. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan depressi

sistem immune, nutrisi tidak adekuat, dan perawatan di

rumah sakit.

g. Berduka berhubungan dengan hilangnya fungsi sistem

organ utama, perubahan gaya hidup, prognosa yang

mengancam hidup.

Created By Iwan, S.Kp

24

Page 21: Ckd

h. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya

informasi tentang proses penyakit gagal ginjal, perawatan

dirumah dan intruksi evaluasi.

4. Intervensi Keperawatan

a. Kelebihan volume cairan berhubunga dengan penurunan

kemampuan ginjal untuk mengeluarkan air dan menahan

natrium

Tujuan : Mempertahankan volume cairan

Intervensi Rasional

1. Pantau dan

dokumentasikan

masukan dan

haluaran tiap jam

secara aktif.

2. Timbang berat

badan pasien

pada waktu dan

pakaian yang

sama.

3. Batasi masukan

cairan

1. Untuk menentukan fungsi

ginjal, menentukan batas

keseimbangan cairan dan

untuk menentukan

penggantian cairan dan untuk

menentukan penggantian

cairan yang hilang.

2. Merupakan pengakajian dasar

untuk memperoleh data guna

memantau status cairan.

3. pembatasan cairan akan

menentukan berat badan

Created By Iwan, S.Kp

25

Page 22: Ckd

4. Observasi

keadaan kulit.

5. Kolaborasi :

a). Pemeriksaan

lab. Untuk

fungsi gijal

b). Pemebrian

diuretik

c). Pemberian

antihipertensi

ideal, haluaran urine, respon

terhadap terapi

4. Edema terjadi pada daerah

tertentu, tangan, kaki dan

jaringan lemak periorbital

yang menunjukkan terjadinya

perpindahan cairan.

5. a. untuk mengontrol sejauh

mana kegagalan ginjal.

b. Untuk melebarkan lumen

tubuler menurunkan

hiperkalsium dan

meningkatkan volume

urine

c. Mengatasi hipertensi

dengan efek terbaik dari

penurunan aliran darah

ginjal atau kelebihan

cairan.

Created By Iwan, S.Kp

26

Page 23: Ckd

b. Potensi kekurangan volume cairan berhubungan dengan

resiko vase diuretik dari proses penyakit dan atau

perdarahan akut.

Tujuan : Mempertahankan volume cairan yang seimbang

Intervensi Rasional

1. Pantau masukan

dan haluaran

setiap 4 – 8 jam.

2. Kaji turgor kulit

dan berat badan

3. Anjurkan minum

sampai batas yang

dijinkan

4. Pantau natrium

darah

1. Untuk mengevaluasi fungsi

ginjal dan mendeteksi

potensial masalah.

2. turgor kulit jelek dan berat

badan turun menandakan

terjadinya dehidrasi.

3. Untuk mengganti cairan yang

hilang sampai batas normal

4. Peningkatan natrium (>40

meq/L) menandakan ginjal

tidak dapat mengabsorbsi

natrium

c. Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuhn

berhubungan dengan anoreksia, mual, dan muntah,

pembatasan diet dan ulserasi mulut.

Created By Iwan, S.Kp

27

Page 24: Ckd

Tujuan : Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat

Intervensi Rasional

1. Pantau masukan

dan haluaran

setiap 4 – 8 jam.

2. Timbang berat

badan.

3. Berikan makanan

sedikit tapi sering

4. Lakukan perawtan

oral higiene.

5. Kolaborasi :

a.Pemerikaan lab.

BUN, kreatinin,

dan Abumin

b. Pemberian diet

tinggi kalori

rendah garam,

rendah protein.

6. Anjurkan ambulasi

1.untuk mengidentifikasi indikasi

perkembangan dari hasil yang

diharapkan

2.Membantu menentukan

keseimbangan cairan yang

cepat

3.Meminimalkan anoreksia,

meningkatkan absorbsi

4.membantu menetralkan

amoniak yang dibentuk oleh

perubahan urea.

5.(a) sebagai indikator kebutuhan

nutrisi, serta pembatasan dan

kebutuhan serta efektifitas

terapi. (b) lemak dan protein

tidak digunakan sebagai

sumber energi utama, sehingga

tidak terjadi penumpukan yang

bersifat asam, diet rendah

garam memungkinkan retensi

Created By Iwan, S.Kp

28

Page 25: Ckd

dan sosialisasi

untuk toleransi

air kedalam inttravaskuler

6.Latihan meningkatkan

peristaltik yang membantu

merangsang nafsu makan.

Sosialisasi membantu

menghilangkan depresi, yang

sering terjadi pada berbagai

derajat selama penyakit kronis

dan akut

d. Perubahan integritas kulit berhubungan dengan

immobiisasi, uremia, kerapuhan kapiler dan edema

Tujuan : Mempertahankan integritas kulit utuh

Intervensi Rasional

1.Kaji kulit dari

kemerahan, kerusakan,

memar, turgor dan suhu

2.Berikan perawatan kulit

dengan lotion untuk

menghindari kekeringan

1. Deteksi dini terhadap

masalah memudahkan

tindakan dini

2. Mengurangi gatal dan

kekeringan pada kulit,

Created By Iwan, S.Kp

29

Page 26: Ckd

3. intruksikan pasien

untuk tidak menggaruk

daerah pruritus

4.Bantu pasien untuk

mengubah posisi tiap 2

jam jika pasien tirah

baring

5.Pertahankan kulit tetap

kering dan bebas kerutan

6.Anjurkan untuk

menggunakan pakaian

katun longgar

mencegah robekan kulit.

3. Menurunkan resiko

intradermal

4. mencegah penekanan terus

menerus yang memudahkan

terjadinya lecet karena

vaskularisasi tidak lancar.

5. menurunkan iritasi dermal

dan resiko kerusakan kulit

6. Mencegah iritasi dermal

langsung dan meningkatkan

evaporasi pada kulit

e. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan oksigenasi

jaringan tidak adekuat. Anemia, nutrisi tidak adekuat, dan

kesulitan istirahat tidur.

Tujuan : Menunjukkan kemampuan beraktifitas sesuai toleransi

Intervensi Rasional

1. Identifikasi faktor yang

dapat mendukung pasien

untuk toleransi terhadap

1. Sebagai indikator untuk

mengetahui faktor yang

mendukung terhadap

Created By Iwan, S.Kp

30

Page 27: Ckd

aktivitas

2.Atur jadwal pasien,

pemberian waktu

istirahat antara aktivitas

dan waktu tidur yang

cukup.

3.Batasi pengunjung dan

lamanya kunjungan

selama periode istirahat

4.bantu pasien dalam

merencanakan jadwal

aktifitas setiap hari.

5.Beri semangat untuk

mencapai kemajuan

aktifitas secara bertahap

yang dapat ditoleransi

6.Anjurkan untuk

aktifitas sehingga

memudahkan dalam

memenuhi ADL nya

2. Periode kerja singkat

dengan periode istirahat

menghemat komsumsi

oksigen

3. Menyediakan energi

yang dibutuhkan selama

penyenbuhan melalui

istirahat mengurangi

distraksi lingkungan.

4. Immobilisasi

meningkatkan reabsorbsi

kalsium pada tulang

5. menimbulkan rasa

percaya diri dan minat

pada klien untuk

menolong dirinya

sehingga mengurangi

ketergantungannya pada

Created By Iwan, S.Kp

31

Page 28: Ckd

melakukan aktifitas diri

untuk membantu jika

dibutuhkan

orang lain.

6. memenuhi kebutuhan

dasar klien dan

meningkatkan toleransi

klien terhadap aktifitas.

f. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan depressi

sistem immune, nutrisi tidak adekuat, dan perawatan di

rumah sakit.

Tujuan : Menunjukkan kemampuan beraktifitas sesuai toleransi

Intervensi Rasional

1. Pantau dan laporkan

tanda dan gejala

infeksi

2. Pertahankan teknik

aseptik padas semua

prosedur

3. Intruksikan pasien

1. Untuk mendeteksi

masalah secara dini

sehingga memudahkan

dalam pengambilan

keputuasn

2. Untuk mencegah infeksi

nosokomial, tindakan

kewaspadaan umum,

menolong melindungi

pasien dan yang

merawatnya

Created By Iwan, S.Kp

32

Page 29: Ckd

untuk melakukan

perawatan perineal

yang baik

4. Pertahankan nutrisi

yang adekuat

5. Pertahankan

kebersihan

lingkungan

3. Untuk mencegah

kontaminasi urethra

4. Nutrisi adekuat dapat

meningkatkan daya tahan

tubuh sehingga tubuh

mampu melawan kuman

yang masuk

5. Lingkungan yang bersih

dapat mencegah

terjadinya infeksi

nosokomial

g. Berduka berhubungan dengan hilangnya fungsi sistem

organ utama, perubahan gaya hidup, prognosa yang

mengancam hidup.

Tujuan : Menunjukkan kemajuan dalam proses berduka

Intervensi Rasional

1. Peka terhadap

perubahan dan

keterbatasan gaya

hidup pasien

1. Membantu menentukan

jenis intervensi yang

dibutuhkan

Created By Iwan, S.Kp

33

Page 30: Ckd

2. Anjurkan pasien untuk

mengekspesikan

perasaan frustasi,

marah, takut dan

perasaan tak

menentu

3. Dengarkan pasien

dengan aktif

4. Ajarkan dan jelaskan

kembali tentang

proses penyakit dan

penaganannya

5. Libatkan keluarga dan

orang terdekat dalam

asuhan keperawatan

2. Pengekpresian perasaan

membantu mengurangi

ansietas

3. Pasien yang merasa

nyaman berbicara dengan

perawatan mereka sering

dapat memahami dan

masukan perubahan

kebutuhan dalam praktek

kesehatan dengan sedikit

kesulitan

4. memberi informasi pada

pasien mendorong

partisipasi dalam

pengambilan keputusan

dan membantu

mengembangkan

kepatuhan dan

kemandirian maksimun.

Created By Iwan, S.Kp

34

Page 31: Ckd

sesuai indikasi 5. Menguatkan perasaan

saling membutuhkan dan

mengurangi ketakutan

h. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya

informasi tentang proses penyakit gagal ginjal, perawatan

dirumah dan intruksi evaluasi.

Tujuan : Klien dan keluarga memahami perawatan penyakitnya

Intervensi Rasional

1. Intruksikan

pasien untuk

makan makanan

tinggi

karbohidrat,

rendah proein,

rendah natrium

sesuai pesanan

dan hindari

makanan yang

mengandung

garam.

2. Intruksikan

1.Diet tinggi karbohidrat

untuk mensuplai kalori yang

digunakan pada efek

pemecahan protein, diet

natrium meminimalkan

fungsi ginjal mengabsorbsi

natrium.

2.Sebagai indikator untuk

memperoleh perawatan

selanjutnya.

3.Untuk memantau status

Created By Iwan, S.Kp

35

Page 32: Ckd

pasien untuk

mengukur tanda-

tanda vital

setiap hari

dengan waktu

dan posisi yang

sama.

3. Intruksikan

pasien untk

menimbang

berat badannya

sendiri setiap

hari.

4. Berikan intruksi

tertulis tentang

semua

rancangan

pengobatan di

rumah, termasuk

nama, dosis,

jadwal, tujuan

dan efek

cairan

4.Untuk memastikan

keamanan pemberian

pengobatan

Created By Iwan, S.Kp

36

Page 33: Ckd

samping yang

dapat

dilaporkan.

5. Implementasi

Pelaksanaan implementasi yang akan diberikan pada

pasien disesuaikan dengan intervensi pada rencana

perawatan dengan mencantumkan waktu pelaksanaan dan

respon klien.

6. Evaluasi

a.Kelebuhan volume cairan teratasi dengan kriteria ; masukan

dan haluaran seimbang, berat badan stabil, bunyi nafas dan

jantung normal, elektrolit dalam batas normal.

b. Potensial kekurangan volume cairan tidak terjadi dengan

kriteria; pengisian kapiler 1-2 detik, turgor kulit baik,

masukan dan haluaran seimbang.

c.Pasien dapat mempertahankan status nutrisi yang adekuat

dibuktikan dengan berat badan dalam batas normal, sesuai

tinggi, umur, tipe tubuh dan kadar albumin protein total, Hb,

Ht, serum, dan zat besi dalam batas normal.

Created By Iwan, S.Kp

37

Page 34: Ckd

d. Perubahan integritas kulit teratasi dengan kriteria; kulit

hangat dan utuh, turgor kulit baik, pasien mengatakan tidak

pruritus.

e.Pasien mendemonstrasikan peningkatan aktifitas yang

dapat ditoleransi dengan pengungkapan tentang

berkurangnya kelemahan dan dapat beristirahat cukup dan

hampir mampu melakukan aktifitas sehari-hari yang

memungkinkan.

f. Pasien tetap bebas dan infeksi lokal maupun sistemik

dibuktikan tidak adanya panas/demam atau leukositosis,

kultur urine, darah dan sputum negatif, tidak ada inflamasi

atau pengeluaran cairan yang menunjukkan integritas kulit

atau mukosa oral rusak.

g. Pasien mulai memperlihatkan kemajuan dalam proses

berduka terbukti dengan mengekspresikan perasaannya

terhadap pemberi perawatan atau dengan orang terdekat,

mengunakan sistem pendukung dan koping yang efektif dan

menerima rencana pengobatan, serta berpartisipasi dalam

perawatan diri.

h. Pasien dan orang terdekat dapat mengungkapkan,

mengerti tentang gagal ginjal, batasan diet dan cairan dan

rencana kontrol, mengidentifikasi cara untuk menurunkan

Created By Iwan, S.Kp

38

Page 35: Ckd

resiko lebih jauh dengan kerusakan ginjal, infeksi dan

perdarahan, tanda dan gejala yang harus dilaporkan dan

mendemonstrasikan penimbangan berat badan sendiri,

mengukur masukan dan haluarana dan tanda-tanda vital

(Tucker S, 1998)

DAFTAR PUSTAKA

Boughman, D, et all, (2000), Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, EGC

Brunner & Suddart, (2002), Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, Jakarta, EGC

Corwin, E, (2000), Buku Saku Patofisiologi, Jakarta, EGC

Doenges, M, (2001), Rencana Asuahan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, EGC

Guyton & Hall, (1997), Fisiologi Kedokteran, edisi II, Jakarta, EGC

Junadi, P, et all, (1982), Kapita Selekta Kedokteran, edisi II, Jakarta, Media aesculapeus FKUI

Long B, (1996), Perawatan Medikal Bedah, Bandung Yayasan IAPK Padjadjaran

Nugroho W, (2000), Keperawatan Gerontik, edisi II, Jakarta, EGC

Pearce E, (1993), Anatomi dan fisiologi untuk Paramedis

Price S, Wilson L, (1995) Patofisiologi konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Jakarta, EGC

Sarwono S, (1990), Ilmu Penyakit dalam, Jakarta, Balai Penerbit FKUI

Created By Iwan, S.Kp

39

Page 36: Ckd

Siregar H, et all, (2000), Buku Fisiologi program Diploma, Edisi 2, Makassar, Fakultas Kedokteran Unhas

Sherwood L, (2000), Fisiologi manusia, Edisi 2, Jakarta EGC

Susan Martin T, (1999), Standar Keperawatan

Created By Iwan, S.Kp

40