Ckd
-
Upload
arinda-mustikasari -
Category
Documents
-
view
29 -
download
4
description
Transcript of Ckd
GAGAL GINJAL KRONIK
A. Konsep Medis
1. Anatomi dan Fisiologi Ginjal
a. Anatomi Ginjal
Ginjal terletak dibagian belakang abdomen atas,
dibelakang peritonium, di depan dua kosta terakhir dan
tiga otot-otot besar transversus abdominalis, kuadratus
lumborum dan psoas mayor. Ginjal dipertahankan dalam
posisi tersebut oleh bantalan lemak yang tebal. Disebelah
posterior dilindungi oleh kosta dan otot-otot yang meliputi
kosta, sedangkan dianterior dilindungi oleh bantaan usus
yang tebal.
Pada orang dewasa ginjal panjangnya 12-13 cm,
lebarnya 6 cm dan beratnya antara 120-150 gram.
Ukurannya tidak berbeda menurut bentuk dan ukuran
tubuh. 95 % orang dewasa memiliki jarak antara katup
ginjal antara 11-15 cm. Perbedaan panjang dari kedua
ginjal lebih dari 1,5 cm atau perubahan bentuk merupakan
tanda yang penting karena kebanyakan penyakit ginjal
dimanifestasikan dengan perubahan struktur. Permukaan
anterior dan posterior katup atas dan bawah serta pinggir
1
lateral ginjal berbentuk konveks sedangkan pinggir
medialnya berbentuk konkaf karena adanya hilus. Ada
beberapa struktur yang masuk atau keluar dari ginjal
melalui hilus antara lain arteri dan vena renalis, saraf dan
pembuluh getah bening. Ginjal diliputi oleh suatu kapsula
tribosa tipis mengkilat, yang beriktan longgar dengan
jaringan dibawahnya dan dapat dilepaskan dengan mudah
dari permukaan ginjal (silvia & price, (1995). Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gbr 1 : Anatomi ginjal
Created By Iwan, S.Kp
2
Gbr 2 : Anatomi nefron
b. Fisiologi Ginjal
Unit fungsional ginjal adalah nefron, yang pada
manusia setiap ginjal mengandung 1-1,5 juta nefron.
Setiap nefron terdiri atas glomerulus yang mengandung
kapsula bowmen dan tubulus. Tubulus terdiri dari tiga
bagian yaltu tubulus proksimalis, lengkungan Henley (loop
of Henley dan tubulus distalis beberapa tubulus distalis
akan besatu membentuk duktus kolektivus. Glomerulus
proksirnalis dan distalis terletak pada korteks ginjal
sedang lengkung Henley dan duktus kolektivus pada
medulla ginjal. (Siregar, H, et all,(1999), hal. 20).
Setiap nefron mempunyai dua komponen utama:
Created By Iwan, S.Kp
3
1) Glomerulus ( kapiler glomerulus ) yang dilalui sejumlah
besar cairan yang difiltrasi dari darah.
2) Tubulus yang panjang dimana cairan hasil filtrasi di
ubah menjadi urin dalam perjalanannya menuju pelvis
ginjal.
Meskipun setiap nefron mempunyai semua
komponen seperti yang digambarkan diatas, tetapi tetap
terdapat perbedaan, bergantung pada berapa dalamnya
letak nefron pada massa ginjal. Nefron yang memiliki
Glomerulus dan terletak di luar korteks disebut nefron
kortikal ; nefron tersebut mempunyal ansa Henle pendek
yang hanya menembus kedalam medulla dengan jarak
dekat kira-kira 20-30 % nefron rnernpunyal glomerulus
yang terletak dikorteks renal sebelah dalam dekat rnedula
dan disebut nefron jukstaglomerulus. Nefron ini
mempunyai ansa Henle yang panjang dan masuk sangat
dalam ke medula, pada beberapa tempat semua berjalan
menuju ujung papila renal.
Kecepatan eksresi berbagal zat dalam urin
menunjukkan jumlah ketiga proses ginjal yaitu : Filtrasi
glomerulus, reabsorpsi zat dari tubulus renal kedalam
darah dan sekresi zat dari darah ke tubulus renal.
Created By Iwan, S.Kp
4
Pembentukan urin dimulai dengan filtrasi sjumlah besar
cairan yang bebas protein dari kapiler glomerulus ke
kapsula Bowmen. (Guyton & Hall, 1997. hal. 400).
Sistem kemih terdiri dan organ pembentuk urin
ginjal dan struktur. yang menyalurkan urin dari ginjal ke
luaar tubuli. Setiap ginjal dipasok (diperdarahi) oleh arteri
renalis dan vena renalis, yang masing-masing masuk dan
keluar ginjal dilakukan rnedial yang menyebabkan organ
ini berbentuk seperti ginjal rnengolah plasma yang
mengalir masuk kedalamnya untuk menghasilkan urine,
menahan bahan-bahan tertentu & mengeliminasi bahan-
bahan yang tidak diperlukan kedalam urin. Setelah
terbentuk urin mengalir kesebuah rongga pengumpul
sentral, dari situ urine disalurkan kedalam ureter, sebuah
duktus berdinding otot polos yang keluar dari batas medial
dekat dengan pangkal (bagian proksimal) arteri dan vena
renalis. Terdapat dua ureter, yang menyalurkan urine dari
setlap ginjal kesebuah kandung kemih.
Kandung kernih yang menyimpan urin secara
temporar, adalah sebuah kantung berongga yang dapat
direnggangkan dan volumenya disesuaikan dengan
mengubah-ubah status kontraksi otot polos di dindingnya.
Created By Iwan, S.Kp
5
Secara berkala, urine dikosongkan dari kandung kemlh
keluar tubuh melalui sebuah saluran, uretra. Uretra pada
wanita berbentuk Jurus dan pendek berjalan secara
langsung dari leher kandung kermh keluar tubuh. Pada
pria uretra Jauh lebih panjang dan melengkiung dan
kandung kemih keluar tubuh melewati kelenjar prostat
dan penis. (Lauralle Sherwood, 2001, hal. 463).
Fungsi primer ginjal adalah rnempertahankan
volume dan komposisi cairan ekstra sel dalam batas-batas
normal. Komposisi dan volume cairan ekstra sel dikontrol
oleh filtrasi glomerulus reabsorbsi dan sekresi tubulus.
Zat-zat yang difiltrasi di ginjal dibagi dalam 3 kelas :
Elektrolit, nonelektrolit dan air. Beberapa jenis elektrolit
yang paling penting adalah (Na+), Kalium (K+), Kalsium
(Ca++), Magnesium (Mg++), Bikarbonat (HC02), Klorida
(Cl-), dan fosfat (HP04), sedangkan non elektrolit yang
penting antara lain glukosa, asam amino, dan metabolik
yang merupakan produk akhir dari proses metabolisme
protein : Urea, asam urat dan kreatinin. (Price, S, et all,
1995, hal 770).
Proses filtrasi pada glomerulus dinamakan
ultrafiltrasi glomerulus, karena filtrate primer mempunyal
Created By Iwan, S.Kp
6
komposisi sama seperti plasma kecuali tanpa protein. Sel-
sel darah dan molekul-molekul yang besar seperti protein
secara efektif tertahan oleh pori-pori membran filtrasi,
sedangkan air dan kristaloid dapat tersaring dengan
mudah. Setiap menit kira-kira satu liter darah yang
mengandung 500 cc plasma,mengalir melalui semua
glomeruli dan sekitar 100 cc (10 %) dari itu disring keluar.
Perbandingan jumlah yang disaring oleh glomerulus
setiap hari dengan jumlah yang biasanya dikeluarkan
kedalam urine maka dapat dilihat besar daya selektif sel
tubulus:
Tabel 1 : Daya Selektif Sel Tubulus
Komponen Disaring Dikeluarkan
Air 150 Liter 1, 5 Liter
Garam 750 Liter 15 Gram
Glukosa 150 Liter 0 gram
Urea 50 Gram 30 Gram
(Pearce E, 1993 hal. 248-249)
Fungsi lain dari ginjal yaitu memproduksi renin yang
berpperan dalam pengaturan tekanan darah.
Apabila tekanan darah turun, maka sel-sel otot polos
meningkatkan pelelepasan reninnya. Apabila tekanan
darah naik maka sel-sel otot polos mengurangi pelepasan
reninnya. Apabila kadar natrium plasma berkurang, maka
Created By Iwan, S.Kp
7
sel-sel makula dansa memberi sinyal pada sel-sel
penghasil renin untuk meningkatkan aktivitas mereka.
Apabila kadar natrium plasma meningkat, maka sel-sel
makula dansa memberi sinyal kepada otot polos untuk
menurunkan pelepasan renin.
Setelah renin beredar dalam darah dan bekerja
dengan mengkatalisis penguraian suatu protein kecil yaitu
angiotensinogen menjadi angiotensin I yang terdiri dari 10
asam amino, angiotensinogen dihasikna oleh hati dan
konsentrasinya dalam darah tinggi. Pengubahan
angiotensinogen menjadi angiotensin I berlangsung
diseluruh plasma, tetapi terutama dikapiler paru-paru.
Angoitensi I kemudian dirubah menjadi angiotensin II oleh
suatu enzim konversi yang ditemukan dalam kapiler paru-
paru. Angiotensin II meningkatkan tekanan darah melalui
efek vasokontriksi arteriola perifer dan merangsang
sekresi aldosteron. Peningkatan kadar aldosteron akan
merangsang reabsorbsi natrium dalam tubulus distal dan
duktus pengumpul selanjutnya peningkatan reabsorbsi
natrium mengakibatkan peningkatan reabsorbsi air,
dengan demikian volume plasma akan meningkat yang
ikut berperan dalam peningkan tekanan darah yang
selanjutnya akan mengurangi iskemia ginjal (corwin, 2000)
Created By Iwan, S.Kp
8
Fungsi utama ginjal adalah :
a. Ultrafiltrasi
Membuang volume cairan dari sirkulasi darah, bahan-
bahan yang terlarut dalam cairan ikut terbuang.
b. Pengendalian cairan
Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
yang tepat dalam batas eksresi yang normal, dalam
sekresi dan reabsorbsi.
c. Keseimbangan asam
Mempertahankan PH pada derajat yang basa normal
dengan eksresi ion H dan pembentukan bicarnonat
untuk buffer/penyanggah.
d. Eksresi produk sisa
Pembuangan langsung produk metabolisme yang
terdapat pada filtrate glomerular.
e. Mengatur tekanan darah
Mengatur tekanan darah dengan mengendalikan
volume sirkulasi dan sekresi renin
f. Memproduksi eritropoetin
Eritropoetin yang disekresikan ginjal merangsang sum-
sum tulang agar membuat sel-sel darah merah.
Created By Iwan, S.Kp
9
g. Mengatur metabolisme
h. Mengaktifkan vitamin D yang diatur oleh kalsium fosfat
ginjal
(long B, 1996)
2. Pengertian
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir
(ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
ireversibel dimana kemapuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah
nitrogen lain dalam darah) (brunner & Suddart, 2002),
sedangkan menurut soeparman S (1990) gagal ginjal kronik
adalah penurunan fungsi ginjal yang menahun, ang umumnya
tidak reversibel dan cukup lanjut.
3. Etiologi
Ada beberapa penyebab gagal ginjal kronik. Penyebab
paling lazim adalah diabetes mellitus, glomerulonefritis
kronis, piolonefritis, hipertensi yang tidak terkontrol, obstruksi
traktus urinarius, dan penyakit-penyakit lain (Brunner &
Suddarth, 2002)
Created By Iwan, S.Kp
1
4. Insiden
Seiring dengan pertambahan umur harapan hidup dan
kemajuan ilmu kesehatan yang dapat memperpanjang usia,
jumlah gagal ginjal kronik akan terus bertambah.
Hipertensi dan diabetes adalah dua penyebab palin
umum gagal ginjal kronik, sekitar diatas 60 % dari jumlah
pasien menurut hasil uji dialisis. Jenis kelamin pria dan wanita
jumlahnya hampir setara terserang penyakit ini, jumlah kasus
tertinggi ditemukan pada pasien berusia menengah (polaski,
1996)
5. Patofisiologi
Patogenesis gagal ginjal kronik yakni semakin buruk
dan rusaknya nefron-nefron yangdisertai berkurangnya fungsi
ginjal, ketika kerusakan ginjal berlanjut dan jumlah nefron
berkurang maka aad dua adaptasi penting dilakukan oleh
ginjal, sebagai respon terhadap ancaman ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit. Sisa nefron yang ada mengalami
gipertrofi dalam usahanya untuk melaksanakan seluruh
beban kerja ginjal. Tetapi peningkatan filtrasi, beban solute
dan reabsorbsi tubulus dalam setiap nefron meskipun GFR
Created By Iwan, S.Kp
1
untuk seluruh massa nefron yang terdapat pada ginjal turun
dibawah nilai normal. Mekanisme adaptasi ini cukup berhasil
dalam mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh hingga tingkat fungsi ginjal yang sangat rendah,
namun akhirnya, kalau sekitar 75 % massa nefron sudah
hancur, maka kecepatan filtrasi dan beban solute bagi nefron
dmikian tinggi hingga keseimbangan glomerulus tubulus
(keseimbangan antar peningkatan filtrasi dan peningjkatan
reabsorbsi oleh tubulus) tidak dapat dipertahankan lagi.
Fleksibilitas baik pada proses konversi solute dan air menjadi
kurang.
Kalau GFR terus menerus turun samoai akhirnya nol,
maka semakin perlu mengatur asupan cairan dan solute
secara cpat untuk mampu mengakomodasikan penurunan
fleksibilitas fungsi ginjal. (Price S, 1995)
6. Manifestasi Klinik
Pasien akan menunjukkan beberapa gejala yaitu :
a. Manifestasi kardiovaskuler ; hipertensi, gagal ginjal
kongestif, edema pulmonal, perikarditis
b. Gejala dermatologis ; gatal-gatal hebat (pruritus) serangan
uremik tidak umum karena pengobatan dini dan agresif.
c. Gejala gastrointestinal ; anoreksia, mual, muntah dan
cegukan, penurunan aliran saliva, haus, rasa kecap logam
Created By Iwan, S.Kp
1
dalam mulut, kehilangan kemampuan penhgidu dan
pengecap, parotitis dan stomatitis.
d. Perubahan neuromuskular ; perubahan tingkat kesadaran,
kacau mental, ketidakmampuan konsentrasi, kedutan ooto
dan kejang.
e. Kecenderungan perdarahan.
f. Keletihan dan letargi, sakit kepala, kelelahan umum.
g. Pasien secara bertahap akan semakin mengantuk,
karakteistik pernafasan manjadi kusmaul, terjadi kom
dalam, sering dengan konfulsi (kedutan mioklonik atau
kedutan otot) (Baughman, 2000)
7. Test Diagnostik
a. Urine
1) Volume, biasnya kurang dari 400 ml/24 jam (oliguria)
atau urine tidak ada.
2) Warna, secara abnormal urine keruh mungkin
disebabkan oleh pus, bakteri, lemak, pertikel koloid,
fosfat atau urat.
3) Berat jenis urine, kurang dari 1,015 (menetap pada
1,010 menunjukkan kerusakan ginjal berat)
4) Klirens kreatinin, mungkin menurun
Created By Iwan, S.Kp
1
5) Natrium, lebih besar dari 40 meq/L karena ginjal tidak
mampu mereabsobsi natrium.
6) Protein, derajat tinggi proteinuria (3-4 +) secara kuat
menunjukkan kerusakan glomerulus.
b. Darah
1) Hitung darah lengkap, Hb menurun pada adaya
anemia, Hb biasanya kurang dari 78 mg/%
2) Sel darah merah, menurun pada defesien eritropoetin
seperti azotemia.
3) GDA, pH menurun, asidosis metabolik (kurang dari 7,2)
terjadi karena kehilangan kemampuan ginjal untuk
mengeksresi hydrogen dan amonia atau hasil akhir
katabolisme prtein, bikarbonat menurun, PaCO2
menurun.
4) Kalium, peningkatan sehubungan dengan retensi sesuai
perpindahan seluler (asidosis) atau pengeluaran
jaringan)
5) Magnesium fosfat meningkat
6) Kalsium menurun
Created By Iwan, S.Kp
1
7) Protein (khusus albumin), kadar serum menurun dapat
menunjukkan kehilangan protein melalui urine,
perpindahan cairan, penurunan pemasukan atau
sintesa karena kurang asam amino esensial.
c. X-Ray, menunjukkan ukuran ginjal, ureter, kandung kemih,
dan adanya obstruksi.
8. Penatalaksanaan Medik
Pada umumnya keadaan terminal sehingga etiologi
tidak dapat diobati lagi. Usaha harus ditentukan mengurangi
gejala, mencegah perburukan fatal ginjal, yang terdiri dari
pengaturan minum, pengendalian hipertensi, pengendalian
kalium darah, penanggulangan anemia, penanggulangan
asidosis, , pengobatan dan pencegahan infeksi, pengaturan
protein dalam makanan, pengobatan neuropati, dialisa dan
transplantasi (Junadi, 1982).
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Data-data yang berkaitan dengan penyakit gagal ginjal kronis
menurut Doenges M (1999) adalah sebagai berikut :
a. Identitas klien dan Penanggung Jawab
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Created By Iwan, S.Kp
1
Pada umumnya akan ditemukan klien merasa lemah,
sakit kepala, mual dan muntah.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien
mencari pertolongan, dikaji dengan pendekatan PQRST
3) Riwayat Masa Lalu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit
saluran kencing, riwayat hipertensi.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit
yang sama dengan klien dan penyakit yang
berhubungan dengan penyakit ginjal/saluran kencing
atau hipertensi.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Sirkulasi
Gejala ; mempunyai riwayat hipertensi lama atau berat,
palpitasi, neyri dada (angina)
Created By Iwan, S.Kp
1
Tanda ; Hipertensi, nadi kuat, edema jaingan umum,
dan fitting pada kaki, telapak tangan, distrimia jantung,
nadi lemah.
2) Pernafasan
Gejala ; Nafas pendek, dispnea nokturnal proksimal,
batuk dengan atau tanpa sputum kental dan banyak.
Tanda ; tachipnea, dipnea, peningkatan
frekuensi/kedalaman (kussmaul). Batuk produktif,
dengan sputum merah muda, encer (edema paru)
3) Makanan/cairan
Gejala ; peningkatan berat badan cepat, penurunan
berat badan (malnutrisi), anoreksia, nyeri ulu hati,
mual, muntah, rasa metalik tidak sedap pada mulut
(pernafasan amonia)
Tanda ; distensi abdomen (asites), pembesaran hati
(tahap akhir), peubahan turgor kulit, kelembaban,
ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah. Penurunan tonus
otot, penurunan lemak subkutan, lemak tak bertenaga.
4) Eliminasi
Gejala ; penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria
(gagal tahap lanjut), distensi abdomen.
Created By Iwan, S.Kp
1
Tanda ; perubahan warna urine misalnya kuning pekat
dan coklat
5) Aktivitas/istirahat
Gejala ; kelelahan ekstrim, kelemahan, malaise.
Gangguan tidur (insomnia), gelisah atau somnolen.
Tanda ; Kelemahan, kehilangan tonus otot, penurunan
rentang gerak.
6) Neurosensorik
Gejala ; sakit kepala, penglihatan kabur, kram
otot/kejang, kesemutan dan kelamahan khusunya
ektremitas bawah (neuropati perifer)
Tanda ; Gangguan status mental, misalnya penurunan
lapang pandang, perhatian, ketidkmampuan
berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan
tingkat kesadaran.
7) Nyeri/Kenyamanan
Gejala : nyeri panggul, sakit kepala, nyeri kaki, kkulit
gatal, infeksi tulang
Tanda ; perilaku hati-hati/distraksi, gelisah, demam
adanya sepsis atau infeksi.
Created By Iwan, S.Kp
1
2. Penyimpangan KDM pada Klien Gagal Ginjal Kronik
Gagal Ginjal Kronik
Fungsi Ginjal Menurun
Created By Iwan, S.Kp
23
Kerusakan yang irreversibel
Perubahan status kesehatan
Informasi kurang
Kurang pengetahuan
Berduka
Peburunan globulin
Fungsi immun (daya tubuh menurun)
Resiko infeksi
Penurunan fungsi GFR
Proteinuria
Albumin darah menurun
Tekanan osmotik menurunTekanan hidrostatik meningkat
Pergeseran cairan keruang
interstitiel
Edema
Kelebihan volume cairan
Fase diuretik
Peningkatan volume urine
Melambatnya pengembalian kemampuan absorbsi tubular
Resiko defisit volume cairan
Sisa metabolisme tidak dapat dibuang
Peningkatan kadar ureum
dalam darah
Dieksresi disaluran cerna
Stimulus di medulla oblongata
Mual, muntah
Intake nutrisi menurun
Perubahan nutisi kurang dari kebutuhan
Produksi eritropoetin menurun
Rangsangan eritropoetin ke sum-sum tulang menurun
Hb menurun
Transport nutrisi dan O2
menurun
Pembentukan ATP menurun
Kelemahan
Intoleransi aktivitas
Pembentukan pigmen urine (urokrom)
Fungsi lapisan kulit menurun
Asuoan nutrisi pada kulit menurun
Kulit kering, gatal, dan bersisik
Gangguan integritas kulit
Ureum kreatinin
Bau mulutBerduka
Resiko Infeksi
Kelebihan volume cairan
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada pasien
gagal ginjal kronik (Susan M, 1998) adalah sebagai beikut :
a. Kelebihan volume cairan berhubunga dengan penurunan
kemampuan ginjal untuk mengeluarkan air dan menahan
natrium
b. Resiko kekurangan volume cairan tubuh berhubungan
dengan resiko vase diuretik dari proses penyakit dan atau
perdarahan akut.
c. Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuhn
berhubungan dengan anoreksia, mual, dan muntah,
pembatasan diet dan ulserasi mulut.
d. Perubahan integritas kulit berhubungan dengan
immobiisasi, uremia, kerapuhan kapiler dan edema
e. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan oksigenasi
jaringan tidak adekuat. Anemia, nutrisi tidak adekuat, dan
kesulitan istirahat tidur.
f. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan depressi
sistem immune, nutrisi tidak adekuat, dan perawatan di
rumah sakit.
g. Berduka berhubungan dengan hilangnya fungsi sistem
organ utama, perubahan gaya hidup, prognosa yang
mengancam hidup.
Created By Iwan, S.Kp
24
h. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
informasi tentang proses penyakit gagal ginjal, perawatan
dirumah dan intruksi evaluasi.
4. Intervensi Keperawatan
a. Kelebihan volume cairan berhubunga dengan penurunan
kemampuan ginjal untuk mengeluarkan air dan menahan
natrium
Tujuan : Mempertahankan volume cairan
Intervensi Rasional
1. Pantau dan
dokumentasikan
masukan dan
haluaran tiap jam
secara aktif.
2. Timbang berat
badan pasien
pada waktu dan
pakaian yang
sama.
3. Batasi masukan
cairan
1. Untuk menentukan fungsi
ginjal, menentukan batas
keseimbangan cairan dan
untuk menentukan
penggantian cairan dan untuk
menentukan penggantian
cairan yang hilang.
2. Merupakan pengakajian dasar
untuk memperoleh data guna
memantau status cairan.
3. pembatasan cairan akan
menentukan berat badan
Created By Iwan, S.Kp
25
4. Observasi
keadaan kulit.
5. Kolaborasi :
a). Pemeriksaan
lab. Untuk
fungsi gijal
b). Pemebrian
diuretik
c). Pemberian
antihipertensi
ideal, haluaran urine, respon
terhadap terapi
4. Edema terjadi pada daerah
tertentu, tangan, kaki dan
jaringan lemak periorbital
yang menunjukkan terjadinya
perpindahan cairan.
5. a. untuk mengontrol sejauh
mana kegagalan ginjal.
b. Untuk melebarkan lumen
tubuler menurunkan
hiperkalsium dan
meningkatkan volume
urine
c. Mengatasi hipertensi
dengan efek terbaik dari
penurunan aliran darah
ginjal atau kelebihan
cairan.
Created By Iwan, S.Kp
26
b. Potensi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
resiko vase diuretik dari proses penyakit dan atau
perdarahan akut.
Tujuan : Mempertahankan volume cairan yang seimbang
Intervensi Rasional
1. Pantau masukan
dan haluaran
setiap 4 – 8 jam.
2. Kaji turgor kulit
dan berat badan
3. Anjurkan minum
sampai batas yang
dijinkan
4. Pantau natrium
darah
1. Untuk mengevaluasi fungsi
ginjal dan mendeteksi
potensial masalah.
2. turgor kulit jelek dan berat
badan turun menandakan
terjadinya dehidrasi.
3. Untuk mengganti cairan yang
hilang sampai batas normal
4. Peningkatan natrium (>40
meq/L) menandakan ginjal
tidak dapat mengabsorbsi
natrium
c. Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuhn
berhubungan dengan anoreksia, mual, dan muntah,
pembatasan diet dan ulserasi mulut.
Created By Iwan, S.Kp
27
Tujuan : Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat
Intervensi Rasional
1. Pantau masukan
dan haluaran
setiap 4 – 8 jam.
2. Timbang berat
badan.
3. Berikan makanan
sedikit tapi sering
4. Lakukan perawtan
oral higiene.
5. Kolaborasi :
a.Pemerikaan lab.
BUN, kreatinin,
dan Abumin
b. Pemberian diet
tinggi kalori
rendah garam,
rendah protein.
6. Anjurkan ambulasi
1.untuk mengidentifikasi indikasi
perkembangan dari hasil yang
diharapkan
2.Membantu menentukan
keseimbangan cairan yang
cepat
3.Meminimalkan anoreksia,
meningkatkan absorbsi
4.membantu menetralkan
amoniak yang dibentuk oleh
perubahan urea.
5.(a) sebagai indikator kebutuhan
nutrisi, serta pembatasan dan
kebutuhan serta efektifitas
terapi. (b) lemak dan protein
tidak digunakan sebagai
sumber energi utama, sehingga
tidak terjadi penumpukan yang
bersifat asam, diet rendah
garam memungkinkan retensi
Created By Iwan, S.Kp
28
dan sosialisasi
untuk toleransi
air kedalam inttravaskuler
6.Latihan meningkatkan
peristaltik yang membantu
merangsang nafsu makan.
Sosialisasi membantu
menghilangkan depresi, yang
sering terjadi pada berbagai
derajat selama penyakit kronis
dan akut
d. Perubahan integritas kulit berhubungan dengan
immobiisasi, uremia, kerapuhan kapiler dan edema
Tujuan : Mempertahankan integritas kulit utuh
Intervensi Rasional
1.Kaji kulit dari
kemerahan, kerusakan,
memar, turgor dan suhu
2.Berikan perawatan kulit
dengan lotion untuk
menghindari kekeringan
1. Deteksi dini terhadap
masalah memudahkan
tindakan dini
2. Mengurangi gatal dan
kekeringan pada kulit,
Created By Iwan, S.Kp
29
3. intruksikan pasien
untuk tidak menggaruk
daerah pruritus
4.Bantu pasien untuk
mengubah posisi tiap 2
jam jika pasien tirah
baring
5.Pertahankan kulit tetap
kering dan bebas kerutan
6.Anjurkan untuk
menggunakan pakaian
katun longgar
mencegah robekan kulit.
3. Menurunkan resiko
intradermal
4. mencegah penekanan terus
menerus yang memudahkan
terjadinya lecet karena
vaskularisasi tidak lancar.
5. menurunkan iritasi dermal
dan resiko kerusakan kulit
6. Mencegah iritasi dermal
langsung dan meningkatkan
evaporasi pada kulit
e. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan oksigenasi
jaringan tidak adekuat. Anemia, nutrisi tidak adekuat, dan
kesulitan istirahat tidur.
Tujuan : Menunjukkan kemampuan beraktifitas sesuai toleransi
Intervensi Rasional
1. Identifikasi faktor yang
dapat mendukung pasien
untuk toleransi terhadap
1. Sebagai indikator untuk
mengetahui faktor yang
mendukung terhadap
Created By Iwan, S.Kp
30
aktivitas
2.Atur jadwal pasien,
pemberian waktu
istirahat antara aktivitas
dan waktu tidur yang
cukup.
3.Batasi pengunjung dan
lamanya kunjungan
selama periode istirahat
4.bantu pasien dalam
merencanakan jadwal
aktifitas setiap hari.
5.Beri semangat untuk
mencapai kemajuan
aktifitas secara bertahap
yang dapat ditoleransi
6.Anjurkan untuk
aktifitas sehingga
memudahkan dalam
memenuhi ADL nya
2. Periode kerja singkat
dengan periode istirahat
menghemat komsumsi
oksigen
3. Menyediakan energi
yang dibutuhkan selama
penyenbuhan melalui
istirahat mengurangi
distraksi lingkungan.
4. Immobilisasi
meningkatkan reabsorbsi
kalsium pada tulang
5. menimbulkan rasa
percaya diri dan minat
pada klien untuk
menolong dirinya
sehingga mengurangi
ketergantungannya pada
Created By Iwan, S.Kp
31
melakukan aktifitas diri
untuk membantu jika
dibutuhkan
orang lain.
6. memenuhi kebutuhan
dasar klien dan
meningkatkan toleransi
klien terhadap aktifitas.
f. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan depressi
sistem immune, nutrisi tidak adekuat, dan perawatan di
rumah sakit.
Tujuan : Menunjukkan kemampuan beraktifitas sesuai toleransi
Intervensi Rasional
1. Pantau dan laporkan
tanda dan gejala
infeksi
2. Pertahankan teknik
aseptik padas semua
prosedur
3. Intruksikan pasien
1. Untuk mendeteksi
masalah secara dini
sehingga memudahkan
dalam pengambilan
keputuasn
2. Untuk mencegah infeksi
nosokomial, tindakan
kewaspadaan umum,
menolong melindungi
pasien dan yang
merawatnya
Created By Iwan, S.Kp
32
untuk melakukan
perawatan perineal
yang baik
4. Pertahankan nutrisi
yang adekuat
5. Pertahankan
kebersihan
lingkungan
3. Untuk mencegah
kontaminasi urethra
4. Nutrisi adekuat dapat
meningkatkan daya tahan
tubuh sehingga tubuh
mampu melawan kuman
yang masuk
5. Lingkungan yang bersih
dapat mencegah
terjadinya infeksi
nosokomial
g. Berduka berhubungan dengan hilangnya fungsi sistem
organ utama, perubahan gaya hidup, prognosa yang
mengancam hidup.
Tujuan : Menunjukkan kemajuan dalam proses berduka
Intervensi Rasional
1. Peka terhadap
perubahan dan
keterbatasan gaya
hidup pasien
1. Membantu menentukan
jenis intervensi yang
dibutuhkan
Created By Iwan, S.Kp
33
2. Anjurkan pasien untuk
mengekspesikan
perasaan frustasi,
marah, takut dan
perasaan tak
menentu
3. Dengarkan pasien
dengan aktif
4. Ajarkan dan jelaskan
kembali tentang
proses penyakit dan
penaganannya
5. Libatkan keluarga dan
orang terdekat dalam
asuhan keperawatan
2. Pengekpresian perasaan
membantu mengurangi
ansietas
3. Pasien yang merasa
nyaman berbicara dengan
perawatan mereka sering
dapat memahami dan
masukan perubahan
kebutuhan dalam praktek
kesehatan dengan sedikit
kesulitan
4. memberi informasi pada
pasien mendorong
partisipasi dalam
pengambilan keputusan
dan membantu
mengembangkan
kepatuhan dan
kemandirian maksimun.
Created By Iwan, S.Kp
34
sesuai indikasi 5. Menguatkan perasaan
saling membutuhkan dan
mengurangi ketakutan
h. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
informasi tentang proses penyakit gagal ginjal, perawatan
dirumah dan intruksi evaluasi.
Tujuan : Klien dan keluarga memahami perawatan penyakitnya
Intervensi Rasional
1. Intruksikan
pasien untuk
makan makanan
tinggi
karbohidrat,
rendah proein,
rendah natrium
sesuai pesanan
dan hindari
makanan yang
mengandung
garam.
2. Intruksikan
1.Diet tinggi karbohidrat
untuk mensuplai kalori yang
digunakan pada efek
pemecahan protein, diet
natrium meminimalkan
fungsi ginjal mengabsorbsi
natrium.
2.Sebagai indikator untuk
memperoleh perawatan
selanjutnya.
3.Untuk memantau status
Created By Iwan, S.Kp
35
pasien untuk
mengukur tanda-
tanda vital
setiap hari
dengan waktu
dan posisi yang
sama.
3. Intruksikan
pasien untk
menimbang
berat badannya
sendiri setiap
hari.
4. Berikan intruksi
tertulis tentang
semua
rancangan
pengobatan di
rumah, termasuk
nama, dosis,
jadwal, tujuan
dan efek
cairan
4.Untuk memastikan
keamanan pemberian
pengobatan
Created By Iwan, S.Kp
36
samping yang
dapat
dilaporkan.
5. Implementasi
Pelaksanaan implementasi yang akan diberikan pada
pasien disesuaikan dengan intervensi pada rencana
perawatan dengan mencantumkan waktu pelaksanaan dan
respon klien.
6. Evaluasi
a.Kelebuhan volume cairan teratasi dengan kriteria ; masukan
dan haluaran seimbang, berat badan stabil, bunyi nafas dan
jantung normal, elektrolit dalam batas normal.
b. Potensial kekurangan volume cairan tidak terjadi dengan
kriteria; pengisian kapiler 1-2 detik, turgor kulit baik,
masukan dan haluaran seimbang.
c.Pasien dapat mempertahankan status nutrisi yang adekuat
dibuktikan dengan berat badan dalam batas normal, sesuai
tinggi, umur, tipe tubuh dan kadar albumin protein total, Hb,
Ht, serum, dan zat besi dalam batas normal.
Created By Iwan, S.Kp
37
d. Perubahan integritas kulit teratasi dengan kriteria; kulit
hangat dan utuh, turgor kulit baik, pasien mengatakan tidak
pruritus.
e.Pasien mendemonstrasikan peningkatan aktifitas yang
dapat ditoleransi dengan pengungkapan tentang
berkurangnya kelemahan dan dapat beristirahat cukup dan
hampir mampu melakukan aktifitas sehari-hari yang
memungkinkan.
f. Pasien tetap bebas dan infeksi lokal maupun sistemik
dibuktikan tidak adanya panas/demam atau leukositosis,
kultur urine, darah dan sputum negatif, tidak ada inflamasi
atau pengeluaran cairan yang menunjukkan integritas kulit
atau mukosa oral rusak.
g. Pasien mulai memperlihatkan kemajuan dalam proses
berduka terbukti dengan mengekspresikan perasaannya
terhadap pemberi perawatan atau dengan orang terdekat,
mengunakan sistem pendukung dan koping yang efektif dan
menerima rencana pengobatan, serta berpartisipasi dalam
perawatan diri.
h. Pasien dan orang terdekat dapat mengungkapkan,
mengerti tentang gagal ginjal, batasan diet dan cairan dan
rencana kontrol, mengidentifikasi cara untuk menurunkan
Created By Iwan, S.Kp
38
resiko lebih jauh dengan kerusakan ginjal, infeksi dan
perdarahan, tanda dan gejala yang harus dilaporkan dan
mendemonstrasikan penimbangan berat badan sendiri,
mengukur masukan dan haluarana dan tanda-tanda vital
(Tucker S, 1998)
DAFTAR PUSTAKA
Boughman, D, et all, (2000), Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, EGC
Brunner & Suddart, (2002), Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, Jakarta, EGC
Corwin, E, (2000), Buku Saku Patofisiologi, Jakarta, EGC
Doenges, M, (2001), Rencana Asuahan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, EGC
Guyton & Hall, (1997), Fisiologi Kedokteran, edisi II, Jakarta, EGC
Junadi, P, et all, (1982), Kapita Selekta Kedokteran, edisi II, Jakarta, Media aesculapeus FKUI
Long B, (1996), Perawatan Medikal Bedah, Bandung Yayasan IAPK Padjadjaran
Nugroho W, (2000), Keperawatan Gerontik, edisi II, Jakarta, EGC
Pearce E, (1993), Anatomi dan fisiologi untuk Paramedis
Price S, Wilson L, (1995) Patofisiologi konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Jakarta, EGC
Sarwono S, (1990), Ilmu Penyakit dalam, Jakarta, Balai Penerbit FKUI
Created By Iwan, S.Kp
39
Siregar H, et all, (2000), Buku Fisiologi program Diploma, Edisi 2, Makassar, Fakultas Kedokteran Unhas
Sherwood L, (2000), Fisiologi manusia, Edisi 2, Jakarta EGC
Susan Martin T, (1999), Standar Keperawatan
Created By Iwan, S.Kp
40