Chrissa Maichel Kainama PBL blok 23.rtf

download Chrissa Maichel Kainama PBL blok 23.rtf

If you can't read please download the document

Transcript of Chrissa Maichel Kainama PBL blok 23.rtf

17

Kehilangan Pendengaran Kongenital akibat Rubella(Sensorineural hearing loss)Chrissa Maichel [email protected] Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJl. Arjuna Utara No. 6, Kebon Jeruk Jakarta Barat 11510Telp. (021) 56942061. Fax (021) 5631731 1. Pendahuluan1.1 Latar BelakangRubella atau campak Jerman adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus rubella. Pada anak-anak, infeksi biasanya hanya menimbulkan sedikit keluhan atau tanpa gejala. Infeksi pada orang dewasa dapat menimbulkan keluhan demam, sakit kepala, lemas dan konjungtivitis. Tujuh puluh persen kasus infeksi rubella pada orang dewasa menyebabkan terjadinya atralgi atau artritis. Jika infeksi virus rubella terjadi pada masa kehamilan, khususnya trimester pertama, sering menyebabkan Congenital Rubella Syndrome (CRS). CRS mengakibatkan terjadinya abortus, bayi lahir mati, prematur dan cacat apabila bayi tetap hidup. CRS merupakan gabungan beberapa keabnormalan fisik yang berkembang pada bayi sebagai akibat infeksi virus rubella maternal yang berlanjut dalam fetus. Nama lain CRS adalah Fetal Rubella Syndrome. Cacat bawaan (Congenital defect) yang paling sering dijumpai ialah tuli sensorineural, kerusakan mata seperti katarak, gangguan kardiovaskular, dan retardasi mental.1.2 Rumusan MasalahSeorang ibu melahirkan bayi laki laki, lahir spontan dan langsung menangis. Riwayat kehamilan teratur ke dokter kandungan, saat usia kehamilan 2 bulan, ibu mederita german measles.1.3 HipotesisAnak yang dilahirkan ibu tersebut kemungkinan akan mengalami salah satu komplikasi dari penyakit german measles atau campak jerman, yaitu tuli kongenital atau kerusakan mata seperti katarak.

2. Isi2.1 AnamnesisAnamnesis adalah kegiatan wawancara antara dokter dengan pasien tentang penyakitnya, dapat dilakukan langsung kepada pasien (auto-anamnesis), keluarga, orang terdekat, atau orang yang membawa pasien tersebut (alo-anamnesis). Anamnesis yang baik dan cermat, sudah dapat memperkirakan penggolongan kehamilan, memperkirakan prognosisnya dan rancangan tindakan untuk melakukan pertolongan persalinan.1Sikap proaktif sangat diperlukan untuk menghadapi kehamilan normal dengan risiko rendah, oleh karena setiap saat mungkin terjadi keadaan yang gawat dan memerlukan intervensi medis sehingga tercapai konsep well born baby dan well health mother.1

Tahap AnamnesisPenjabaranIdentitas diri Ibu:Nama, Alamat, Telp atau Hp, UmurUntuk membedakanUmur primigravida kurang dari 16 tahun atau diatas 35 tahun merupakan batas awal dan akhir reproduksi yang sehat.

Lama menikahBatas ideal dan diikuti hamil setelah dua tahun

Jumlah anakHati-hati jika jumlah anak melebihi 5 orang

Riwayat persalinanPesalinan spontan, aterm dan lahir hidupAbortus dan persalinan prematuritasPersalinan dengan tindakan operasi transvaginalPersalinan dengan seksio sesareaPersalinan letak sungsang

Riwayat penyakit keturunanPenyakit herediter, misalnya:

Cacat saat lahirPersalinan kembar

Riwayat kehamilanTanda-tanda, gejala yang timbulAdanya infeksi, pengobatan, trauma, kemungkinan paparan dengan zat fetotoksikRiwayat menstruasiKotrasepsi: metode, lama, penerimaan atau alasan penghentian

Tabel 1. Tahapan anamnesis dan penjabaran. 1

Selain menanyakan hal yang diatas penting juga untuk menanyakan riwayat perawatan antenatal guna untuk mengetahui secara lengkap mengenai kondisi kehamilan ibu pasien. Pada pasien, penting untuk diketahui hasil pemeriksaan nilai Apgar, berat badan, panjang badan, panjang kepala-pantat, lingkar bahu, lingkar kepala dan diameter kepala, serta apakah terdapat kelainan pada muka, perifer, genital atau yang lainnya. 2

2.2 Pemeriksaan FisikSkor APGARMetode yang paling sering digunakan untuk mengkaji penyesuaian segera bayi baru lahir terhadap kehidupan ekstrauterin adalah sistem skoring Apgar. Apgar adalah seorang dokter ahli anesthesia amerika (1909-1974) yang telah mencetuskan gagasan untuk melakukan pemeriksaan terhadap bayi baru lahir dengan menilai sekumpulan gejala sehingga bayi dapat digolongkan menjadi asfiksia sedang, berat atau lahir dengan vigorous baby.2 Skor Apgar terdiri dari 5 komponen, masing-masing komponen diberi skor 0, 1, atau 2. Skor Apgar 1 menit digunakan untuk mengidentifikasi perlu-tidaknya resusitasi segera. Sebagian besar bayi saat lahir berada dalam kondisi sempurna, seperti ditunjukkan oleh skor Apgar 7-10, bayi dengan skor 4 sampai 6 pada 1 menit memperlihatkan depresi pernapasan flaksiditas dan warna pucat hingga biru. Namun denyut jantung dan iritabilitas refleks baik. Bayi dengan skor 0-3 biasanya memperlihatkan denyut jantung yang lambat dan lemah serta depresi atau tidak adanya respons refleks. Bayi ini sering mudah diidentifikasi dan resusitasi, termasuk ventilasi buatan harus segera di mulai. Skor Apgar 5 menit dan terutama perubahan skor antara 1 menit dan 5 menit merupakan indeks yang bermanfaat untuk menilai efektivitas upaya resusitasi. Dengan skor Apgar dapat digolongkan kelahiran bayi sebagai berikut: Apgar 0-3 dinyatakan asfiksia berat.Apgar 4-6 dinyatakan asfiksia sedang.Apgar 7-10 dinyatakan vigorous baby (well born baby).2

Nilai 0Nilai 1Nilai 2AkronimWarna kulitSeluruhnya biru/pucat biruWarna kulit tubuh normal merah muda,tetapi tangan dan kaki kebiruan (Akrosianonis)Seluruhnya berwarna merah muda, tidak ada sianosisAppearanceFrekuensi jantungTidak ada< 100 kali/menit> 100 kali/menitPulseResponsrefleksTidak ada respons terhadap stimulasiMenyeringaiMenangisGrimaceTonus ototLemas/tidak adaReaksi fleksi ekstremitasReaksi aktif, ekstremitas dalam keadaan fleksiActivityPernapasanTidak adaTangis lemah, HipoventalasiTangis kuat, pernapasan baik dan teraturRespirationTabel 2. APGAR Skor.2

2.3 Pemeriksaan Penunjang1. Pemeriksaan Telinga BayiJoint Committee of Infant Hearing (1990) menetapkan pedoman risiko tinggi ketulian :Riwayat keluarga dengan gangguan pendengaran bawaan.Riwayat infeksi prenatal (TORCH).3Kelainan anatomi telinga.Lahir prematur (