Chest Trust

3
1) Chest Trust, dilakukan pada ibu hamil, bayi atau obesitas dengan cara memposisikan diri seperti gambar lalu mendorong tangan ke arah dalam atas. 5. Jika ternyata pasien masih bernafas, maka hitunglah berapa frekuensi pernafasan pasien itu dalam 1 menit ( pernafasan normal adalah 12-20 kali per menit), 6. Juka frekuensi nafas normal, pantau terus kondisi pasien dengan tetap melakukan Look, Listen dan Feel, 7. Jika frekuensi nafas < 12 kali per menit, berikan nafas bantuan. 8. Jika pasien mengalami henti nafas, berikan nafas buatan. 9. Setelah diberikan nafas buatan maka lakukanlah pengecekan nadi arteri tenggorokan, lalu gerakkan jari ke samping, jangan sampai terhambat oleh otot leher ( sterno-cleido- mastoideus), rasakan denyut nadi karotis selama 10 detik. 10. Jika tidak ada denyut nadi maka lakukanlah pijat jantung, di ikuti dengan nafas buata, ulangi sampai 6 kali siklus pijat jantung-nafas buatan, yang diakhiri dengan pijat jantung.

description

basic life support

Transcript of Chest Trust

Page 1: Chest Trust

1) Chest Trust, dilakukan pada ibu hamil, bayi atau obesitas dengan cara memposisikan

diri seperti gambar lalu mendorong tangan ke arah dalam atas.

5. Jika ternyata pasien masih bernafas, maka hitunglah berapa frekuensi pernafasan pasien itu

dalam 1 menit ( pernafasan normal adalah 12-20 kali per menit),

6. Juka frekuensi nafas normal, pantau terus kondisi pasien dengan tetap melakukan Look,

Listen dan Feel,

7. Jika frekuensi nafas < 12 kali per menit, berikan nafas bantuan.

8. Jika pasien mengalami henti nafas, berikan nafas buatan.

9. Setelah diberikan nafas buatan maka lakukanlah pengecekan nadi arteri tenggorokan, lalu

gerakkan jari ke samping, jangan sampai terhambat oleh otot leher ( sterno-cleido-

mastoideus), rasakan denyut nadi karotis selama 10 detik.

10. Jika tidak ada denyut nadi maka lakukanlah pijat jantung, di ikuti dengan nafas buata,

ulangi sampai 6 kali siklus pijat jantung-nafas buatan, yang diakhiri dengan pijat jantung.

11. Cek lagi nadi karotis (dengan metode di atas) selama 10 detik, jika teraba lakukan Look,

Listen and Feel lagi. Jika tidak teraba ulangi poin nomor 10, atau dihentikan (lihat syarat

RJP dihentikan).

Cara diatas adalah cara yang paling baik, sebab dapat menghasilkan ventilasi paru

yang besar dan tidak mengandung resiko menimbulkan kerusakan pada dada penderita,

tetapi cara ini memiliki kerugian, yaitu bahaya penularan penyakit.

12. Setelah berhasil mengamankan kondisi di atas periksalah tanda-tanda shock pada pasien.

a. Denyut nadi > 100 kali per menit

b. Telapak tangan basah, dingin dan pucat.

c. Capillary Refil Time (CRT) > 2 detik (CRT dapat diperiksa dengan cara menekan

ujung kuku pasien dengan kuku pemeriksaan selama 5 detik, cek berapa lama waktu

ang dibutuhkan agar warna ujung kuku merah lagi).

Page 2: Chest Trust

13. Jika pasien shock lakukan Shock Position pada pasien, yaitu dengan mengangkat kaki

pasien setinggi 44 derajat dengan harapan sirkulasi darah lebih banyak ke jantung.

Pertahankan posisi shock sampai bantuan datang atau tanda-tanda schock menghilang.

14. Jika ada pendarahan pada pasien, hentikan perdarahan dengan cara menekan atau

membebat luka (membebat jangan terlalu erat karena dapat mengakibatan jaringan

yang dibebat mati).

15. Setelah kondisi pasien stabil, tetap monitor selalu kondisi pasien dengan Look, Listen

dan Feel, karena pasien sewaktu-waktu dapat memburuk secara tiba-tiba.

Tanda keberhasilan RJP:

1. Dada harus naik dan turundengan sikap tiupan (ventilasi).

2. Pupil bereaksi atau tampak berubah normal (pupil harus mengecil saat diberikan

cahaya)

3. Denyut jantung kembali terdengar refek pernafasan spontan.

4. Dapat terlihat kulit penderita pucat berkurang atau kembali normal.

5. Penderita dapat menggerakkan tangan atau kakinya.

6. Penderita berusaha untuk menelan.

7. Penderita menggeliat atau memberontak.

Perlindungan diri bagi penolong:

1. Pastikan tempat memberi pertolongan tidak akan membahayaka penolong dan pasien.

2. Minimalisasi kontak langsung dengan pasien untuk mencegah penularan penyakit.

3. Selalu memperhatikan kesehatan diri penolong, sebab pemberian pertolongan pertama

adalah tindakan yang sangat memakan energi. Jika dilakukan dengan kondisi tidak fit,

justru akan membahayakan penlong sendiri.