Chapter III V SKRIPSI

download Chapter III V SKRIPSI

of 66

description

BAB III V SKRIPSI

Transcript of Chapter III V SKRIPSI

  • 48

    BAB III

    Studi Kasus & Pembahasan

    3.1 Pendahuluan

    Pembangunan proyek Komplek Krematorium Tanjung Morawa Medan

    yang dilakukan oleh PT Bangun Naluri Nusa merupakan suatu proyek yang cukup

    jarang dilakukan di kota Medan. Proyek ini menggunakan balok beton prategang

    sebagai alternatif pengganti balok yang awal direncanakan. Penggantian balok

    prategang ini dilaksanakan di pertengahan pelaksanaan proyek. Penggantian ini

    dilakukan karena memperhitungkan dimensi yang cukup besar sehingga akan

    menimbulkan berat sendiri yang cukup besar pula maka dari itu alternatif

    penggantian balok tersebut dengan menggunakan balok prategang cukup ideal

    karena dimensi dari balok tersebut menjadi lebih kecil.

    3.2 Studi Kasus

    Pada tugas akhir ini, akan direncanakan suatu balok beton bertulang dan

    prategang dari struktur bangunan Vihara. balok beton bertulang prategang

    tersebut akan menggunakan tampang persegi sebagai balok memanjang dan

    melintang yang menghubungkan rangka portal yang satu dengan yang lain,

    sehingga terdapat dua rangka portal yang menjadi tumpuan dengan karakteristik

    dan bentuk yang sama. Seperti terlihat pada gambar 3.1.

    Universitas Sumatera Utara

  • 49

    Gambar 3.1 Pemodelan struktur

    Berdasarkan data dan kondisi dilapangan penulis menyajikan gambar dari

    denah pembalokan tersebut pada gambar 3.2. Rencana pembalokan hanya

    mengacu pada balok B-1 dan B-2 yang akan dirancang dalam desain balok

    prategang.

    Gambar 3.2 Denah Pembalokan

    I

    A

    I

    II II

    Universitas Sumatera Utara

  • 50

    Gambar 3.3 Portal Balok B 1 ( Pot I I )

    Gambar 3.4 Portal Balok B 2 ( Pot II II)

    22 m

    5 m

    m

    5 m

    m

    4 m

    m

    4 m

    m

    14,75 m

    14,75 m

    30 m

    5 m

    m

    5 m

    m

    A

    A C

    C

    B

    B

    D

    D E

    E

    F

    F

    Universitas Sumatera Utara

  • 51

    Gambar 3.5 Detail Potongan Balok B 1

    Gambar 3.6 Detail Potongan Balok B 2

    Potongan Balok Beton Bertulang

    Potongan Balok Beton Prategang

    Potongan Balok Beton Bertulang

    Potongan Balok Beton Prategang

    Pot A - A Pot B - B

    Pot C - C

    Pot D - D

    Pot E - E

    Pot F - F

    Pot A - A Pot B - B Pot C - C

    Pot E - E

    Pot D - D Pot F - F

    Universitas Sumatera Utara

  • 52

    3.2.1 Data yang digunakan dalam Perencanaan

    Dalam sistematis perencanaan balok akan dilakukan dengan

    merencanakan balok beton bertulang dan beton prategang .

    Adapun data-data perencanaan sebagai berikut:

    1. Konstruksi portal balok beton bangunan vihara yang akan direncanakan portal

    baloknya. terdiri luas bangunan dengan panjang 41.25 m, lebar 40 m dan

    tinggi 14.73 m.

    2. Dalam perencanaan ini digunakan material Beton dan baja dengan mutu.

    Untuk Beton Bertulang:

    (fc') = 30 Mpa

    (fy) = 300 MPa.

    Untuk Beton Prategang :

    (fc') = 35 Mpa

    (fy) = 350 MPa.

    3. Komponen struktur yang dibandingkan hanyalah balok tampang persegi .

    4. Perletakan struktur gedung adalah jepit-jepit.

    5. Beban-beban yang bekerja yang disesuaikan dengan peraturan yang berlaku

    yaituPeraturan SK SNI 03-2847-2002

    a. Beban Mati

    o Beban mati primer

    Besarnya beban mati yang akan ditentukan harus berdasarkan berat isi

    pada bahan-bahan bangunan tersebut, diantaranya:

    Beton Bertulang = 2400 Kg/m3

    Universitas Sumatera Utara

  • 53

    o Beban mati tambahan

    Berat beban mati tambahan yang dipikul oleh struktur, beban ini akibat

    Stupa yang berada diatas bangunan diperkirakan sebesar + 25000 kg.

    b. Beban Hidup

    Berdasarkan peraturan yang berlaku di Indonesia, beban hidup pada

    atap adalah 100 kg/m2.

    c. Beban Gempa

    Berdasarkan peraturan yang berlaku di Indonesia, beban beban gempa

    statik ekuivalen diperoleh :

    1. Perhitungan Base shear

    = . .

    Direncanakan :

    Waktu getar bangunan:

    Tx = Ty = 0,0731.H3/4

    = 0,0731( 14,75)3/4

    = 0,55 detik

    Struktur dalam wilayah gempa 3

    Struktur dalam tanah Lunak

    Dari grafik Respon spektrum gempa rencana (SNI 1726-2002)

    diperoleh nilai C = 0,75

    Faktor Daktilitas ( R ) Untuk Beton bertulang = 8,5

    Faktor Keutamaan Gedung ( I ) = 1,0

    Universitas Sumatera Utara

  • 54

    Total Berat ( Wt ) :

    o Berat bangunan = 357485,88 kg

    o Stupa = 25.000 kg

    o Beban Hidup = 100 0,9 40 41,25 = 37125 kg

    Wt = 419610,8 kg

    Perhitungan base shear :

    o V = 0,75 1,0/8,5 419610,8 = 37024,5 kg

    3.2.1.a Building Code

    Dalam merencanakan sebuah bangunan setidaknya kita harus memiliki

    acuan yang jelas, sehingga nantinya tidak ditemukan kesalahan-kesalahan

    dalam perencanaan.Oleh karena itu, penulis menggunakan beberapa building code

    atau peraturan-peraturan yang digunakan dalam perencanaan ini, diantaranya:

    1. Building Code Requirements for structural concrete American

    ConcreteInstitute 2008 (ACI 318-08)

    2. Tata Cara Perencanaan Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan

    Gedung, SNI 03-2847-2002 (Badan Standarisasi Nasional, 2002)

    3. Standar perencanaan ketahanan gempa Untuk struktur bangunan gedung,

    (SNI-1726-2002)

    Universitas Sumatera Utara

  • 55

    3.2.1.b Syarat-syarat Batas pada beton prategang

    Berdasarkan peraturan yang tertera pada building code, diperoleh data

    ketentuan-ketentuan untuk mencari tegangan pada beton dan tendon yaitu sebagai

    berikut:

    Mutu beton (fc) dan syarat-syarat batasnya :

    Kuat tekan beton pada saat prategang awal :

    Untuk tujuan desain, Kuat tekan beton pada saat prategang awal ( ) yang

    ditetapkan dalam peraturan ACI 318-08 adalah sebesar :

    = 0,75.(3.1)

    Dimana :

    = Kuat tekan beton pada saat prategang awal

    = Kuat tekan beton

    Tegangan tekan izin maksimum di beton prategang pada saat prategang awal :

    Untuk tujuan desain, tegangan tekan izin maksimum di beton prategang pada saat

    transfer ( ) yang ditetapkan dalam peraturan ACI 318-08 adalah sebesar :

    = 0.6 ....(3.2)

    Dimana :

    = Tegangan tekan izin maksimum di beton prategang pada saat transfer

    = Kuat tekan beton pada saat prategang awal

    Tegangan tarik izin maksimum di beton prategang pada saat prategang awal.

    Untuk tujuan desain, tegangan tarik izin maksimum di beton prategang pada saat

    prategang awal ( ) yang ditetapkan dalam peraturan ACI 318-08 adalah

    Universitas Sumatera Utara

  • 56

    sebesar :

    = 6 (3.3)

    Dimana :

    = Tegangan tarik izin maksimum di beton prategang pada saat transfer

    = Kuat tekan beton pada saat prategang awal

    Tegangan tekan izin maksimum di beton pada kondisi beban kerja

    Untuk tujuan desain, tegangan tekan izin maksimum di beton pada kondisi beban

    kerja ( ) yang ditetapkan dalam peraturan ACI 318-08 adalah sebesar :

    = ............................................................................................................. (3.4)

    Dimana:

    = Tegangan tekan izin maksimum di beton pada kondisi beban kerja

    = Kuat tekan beton

    Tegangan tarik izin maksimum di beton pada kondisi beban kerja

    Untuk tujuan desain, tegangan tarik izin maksimum di beton pada kondisi beban

    kerja () yang ditetapkan dalam peraturan ACI 318-08 adalahsebesar :

    =12 ..................................................................................................... (3.5)

    Dim ana:

    ft = Tegangan tarik izin maksimum di beton pada kondisi beban kerja

    f ' c = Kuat tekan beton

    Universitas Sumatera Utara

  • 57

    Mutu Baja Tendon (fpu)

    Untuk tujuan desain, tegangan tarik izin maksimum di beton pada kondisi

    beban kerja() yang ditetapkan dalam peraturan ACI 318-08 adalah sebesar :

    = 0,70 ........................................................................................ (3.6)

    = Aps x fpi ........................................................................................ (3.7)

    = ......................................................................................... (3.8)

    Pe = Aps x fpe ......................................................................................... (3.9)

    Dim ana:

    = Tegangan awal pada tendon

    = Kuat tarik tendon yang ditetapkan

    = Prategang awal

    Aps= Luas tuangan prategang di daerah tarik

    = Prategang efektif pada tendon

    Pe= Prategang efektif sesudah kehilangan

    Tegangan tarik dalam tendon pratekan tidak boleh melampaui nilai berikut :

    a). Akibat gaya penjangkaran tendon

    0,94 fpy = 157.400.000 Kg/m2

    Universitas Sumatera Utara

  • 58

    Tetapi tidak lebih besar dari 0,8 fpu = 148.800.000 Kg/m2 Atau

    nilai maksimum yang direkomendasikan oleh pabrik pembuat

    tendon pratekan atau jangkar.

    b). Sesaat setelah pemindahan gaya pratekan

    0,82 fpy = 137.300.000 Kg/m2

    Tetapi tidak boleh lebih besar dari 0,74 fpu = 137.600.000 Kg/m2

    c). Tendon pasca tarik, pada daerah jangkar dan sambungan, sesaat setelah

    penjangkaran tendon .

    0,70 fpy = 137.300.000 kg/m2

    Tabel 3.1 Data Bahan Beton Prategang KETERANGAN

    Konversi satuan

    Keterangan Konversi Satuan

    MPa Kg/m2

    Mutu Beton (fc) 35 3.500.000

    Mutu Baja () 350 35.000.000

    Kuat Tarik Tendon () 1860 186.000.000

    Kuat leleh Tendon () 1674 167.400.000

    Untuk beton prategang direncanakan :

    Direncanakan kehilangan total ( lost Prestress) = 18 % ; = (1- 0,18) = 0,82

    = 0,75. = 2.625.000 kg/m2

    = 0,6 . = 1.575.000 kg/m2

    = 6 = 9.721,11 kg/m2

    = 12 = 22.449,94 kg/m2

    = 0,70 . = 130.200.000 kg/m2

    =0,82. = 137.300.000 kg/m2

    Universitas Sumatera Utara

  • 59

    Dimana :

    = Kuat tekan beton

    = Kuat tekan beton pada saat prategang awal

    = Tegangan tekan izin maksimum dibeton pada saat prategang awal

    = Tegangan tekan izin maksimum di beton pada kondisi beban kerja

    = Tegangan tarik izin maksimum di beton segera sesudah transfer dan sebelum terjadi kehilangan

    = Tegangan tarik izin maksimum dibeton sesudah semua kehilangan pada taraf beban kerja

    = Tegangan awal pada tendon

    = Prategang efektif pada tendon

    3.2.2 Kombinasi Pembebanan

    Untuk kombinasi pembebanan digunakan faktor kombinasi sesuai

    peraturan yang ditetapkan. Dalam tugas akhir ini factor kombinasi sesuai

    peraturan SNI yaitu :

    Wu = 1,2 DL + 1,0 LL + 1,0 E

    Dimana :

    DL = Beban mati

    LL = Beban hidup

    E = Beban Gempa

    3.2.3 Pemodelan Struktur & Perletakan Pembebanan

    Untuk perencanaan balok prategang dan bertulang tampang persegi ini ,

    struktur dimodelkan perletakannya dan sistem pembebanannya seperti pada

    gambar 3.7.

    Universitas Sumatera Utara

  • 60

    Gambar 3.7 Pemodelan struktur pada portal berikut dengan sistem pembebanannya

    3.3 Perencanaan Balok Beton Bertulang

    3.3.1 Perencanaan Tulangan Utama

    Gaya - gaya yang bekerja pada portal yang diakibatkan oleh bagian atap,

    berat sendiri, berat beban mati akibat Stupa, beban hidup dan akibat beban gempa

    pada portal yang akan ditentukan dengan manual yang kemudian dihitung dengan

    program. Gambar gaya yang bekerja dapat dilihat pada gambar 3.8 dan 3.9.

    WD ( berat sendiri) PD (stupa)

    HE ( gempa) WL ( atap)

    Universitas Sumatera Utara

  • 61

    Gambar 3.8 Bidang Momen Maksimum Pada balok beton bertulang B-1

    Balok B-1 ( 1,2 X 2 m)

    Universitas Sumatera Utara

  • 62

    Gambar 3.9 Bidang Momen Maksimum Pada balok beton bertulang B-2

    3.3.2 Perhitungan Tulangan Utama

    Data bahan yang digunakan :

    Mutu beton yang digunakan (fc) : 30 MPa

    Mutu baja tulangan yang digunakan (fy) : 300 Mpa

    Balok B-2

    ( 1 X 2 m)

    Universitas Sumatera Utara

  • 63

    Tabel 3.2 Momen Maksimum Pada balok beton bertulang

    keterangan

    Momen Ultimit ( Mu ) max

    Momen Tumpuan ( Kg.m ) Momen Lapangan ( Kgm )

    Balok B 1(L=30 m) -739002,88 926258,7

    Balok B 2 ( L= 22 m) -501428,42 514465,9

    3.3.2.a Tulangan utama Balok B-1

    M tumpuan : 7390,02 KNm

    M lapangan : 9262,58 KNm

    Fc = 30 MPa

    Fy = 300 Mpa

    Dimensi balok : b = 1200 mm

    h = 2000 mm

    Direncanakan :

    o asumsi tulangan utama : D 32 mm, direncanakan digunakan 2

    lapis tulangan tarik

    o asumsi diameter sengkang : 10

    o tebal penutup beton minimal menurut SK SNI T-15-1991-03

    menetukan nilai tebal penutup beton (p) = 40 mm

    o d = h 1 tulangan utama - sengkang p

    = 2000 mm (1,5 32 mm) 10 mm 40 mm

    = 1902 mm

    Universitas Sumatera Utara

  • 64

    Penulangan Lapangan

    Momen Nominal rencana ( M+ )

    o =

    =

    9262,58

    0,8=11578,225 KNm

    o =

    .2=

    11578 ,225106

    1200 19022= 2,6671

    Rasio Tulangan :

    o =1,4

    = 0,00467

    o = 0,85

    1 1

    2

    0,85 = 0,00943

    o = 0,75. = 0,75. 0,85.

    .1

    .

    600

    600+ =0,03495

    Untuk Tulangan Tarik

    o Luas Tulangan :

    = . . = 0,00943 1200 1902 = 21527 2

    o Jumlah Tulangan Yang digunakan :

    =

    1

    42

    = 21527

    1

    4322

    30

    Jadi, Tulangan yang Digunakan = 30 D 32

    Untuk Tulangan Tekan

    o Momen nominal Rencana :

    Mn2 = Mn Mu = 11578,225 - 9262,58 = 2315,2 KNm

    o Luas Tulangan :

    =2

    ( )=

    2315,2 . 106

    0,8. 300 (1902 98) = 5347,3 2

    o Jumlah Tulangan Yang digunakan :

    =

    1

    42

    = 5347,3

    1

    4322

    7

    Jadi, Tulangan yang Digunakan = 7 D 32

    Universitas Sumatera Utara

  • 65

    Penulangan Tumpuan

    Momen Nominal rencana ( M- )

    o =

    =

    7390,02

    0,8=9237,525 KNm

    o =

    .2=

    9237,525106

    1200 19022= 2,2179

    Rasio Tulangan :

    o =1,4

    = 0,00467

    o = 0,85

    1 1

    2

    0,85 = 0,00743

    o = 0,75. = 0,75. 0,85.

    .1

    .

    600

    600+ =0,03495

    Untuk Tulangan Tarik

    o Luas Tulangan :

    = . . = 0,0074 1200 1902 = 16889 2

    o Jumlah Tulangan Yang digunakan :

    =

    1

    42

    = 16889

    1

    4322

    22

    Jadi, Tulangan yang Digunakan = 22 D 32

    Untuk Tulangan Tekan

    o Momen nominal Rencana :

    Mn2 = Mn Mu = 9237,5 7390,02 = 1847,48 KNm

    o Luas Tulangan :

    =2

    ( )=

    1847,48 . 106

    0,8. 300 (1902 98) = 4267 2

    o Jumlah Tulangan Yang digunakan :

    =

    1

    42

    = 5347,3

    1

    4322

    7

    Jadi, Tulangan yang Digunakan = 7 D 32

    Universitas Sumatera Utara

  • 66

    3.3.2.b Tulangan utama Balok B-2

    M tumpuan : 5014,28 KNm

    M lapangan : 5144,65 KNm

    Fc = 30 MPa

    Fy = 300 Mpa

    Dimensi balok : b = 1000 mm

    h = 2000 mm

    Direncanakan :

    o asumsi tulangan utama : D 25 mm, direncanakan digunakan 2

    lapis tulangan tarik

    o asumsi diameter sengkang : 10

    o tebal penutup beton minimal menurut SK SNI T-15-1991-03

    menetukan nilai tebal penutup beton (p) = 40 mm

    o d = h 1 tulangan utama - sengkang p

    = 2000 mm (1,5 25 mm) 10 mm 40 mm

    = 1912,5 mm

    Penulangan Lapangan

    Momen Nominal rencana ( M+ )

    o =

    =

    5144,65

    0,8= 6430,81 KNm

    o =

    .2=

    6430,81106

    1000 1912,52= 1,7582

    Universitas Sumatera Utara

  • 67

    Rasio Tulangan :

    o =1,4

    = 0,00467

    o = 0,85

    1 1

    2

    0,85 = 0,00609

    o = 0,75. = 0,75. 0,85.

    .1

    .

    600

    600+ =0,03495

    Untuk Tulangan Tarik

    o Luas Tulangan :

    = . . = 0,00609 1000 1912,5 = 11647 2

    o Jumlah Tulangan Yang digunakan :

    =

    1

    42

    = 11647

    1

    4252

    24

    Jadi, Tulangan yang Digunakan = 24 D 25

    Untuk Tulangan Tekan

    o Momen nominal Rencana :

    Mn2 = Mn Mu = 6430,81 5144,65 = 1286,16 KNm

    o Luas Tulangan :

    =2

    ( )=

    1286,16 . 106

    0,8. 300 (1912,5 87,5) = 2936,4 2

    o Jumlah Tulangan Yang digunakan :

    =

    1

    42

    = 2936,4

    1

    4252

    6

    Jadi, Tulangan yang Digunakan = 6 D 25

    Universitas Sumatera Utara

  • 68

    Penulangan Tumpuan

    Momen Nominal rencana ( M- )

    o =

    =

    5014,28

    0,8= 6267,85 KNm

    o =

    .2=

    6267,85106

    1000 1912,52= 1,713

    Rasio Tulangan :

    o =1,4

    = 0,00479

    o = 0,85

    1 1

    2

    0,85 = 0,00593

    o = 0,75. = 0,75. 0,85.

    .1

    .

    600

    600+ =0,03495

    Untuk Tulangan Tarik

    o Luas Tulangan :

    = . . = 0,00593 1000 1912,5 = 11333 2

    o Jumlah Tulangan Yang digunakan :

    =

    1

    42

    = 11333

    1

    4252

    24

    Jadi, Tulangan yang Digunakan = 24 D 25

    Untuk Tulangan Tekan

    o Momen nominal Rencana :

    Mn2 = Mn Mu = 6267,85 5014,28 = 1253,57 KNm

    o Luas Tulangan :

    =2

    ( )=

    1253,57 . 106

    0,8. 300 (1912,5 87,5) = 2862 2

    o Jumlah Tulangan Yang digunakan :

    =

    1

    42

    = 2862

    1

    4252

    6

    Jadi, Tulangan yang Digunakan = 6 D 25

    Universitas Sumatera Utara

  • 69

    3.3.3 Perencanaan Tulangan Geser & Torsi balok

    Gaya - gaya yang bekerja pada portal yang diakibatkan oleh bagian atap,

    berat sendiri, berat beban mati akibat Stupa, beban hidup dan akibat beban gempa

    pada portal yang akan ditentukan dengan manual yang kemudian dihitung dengan

    program. Gambar gaya yang bekerja dapat dilihat pada gambar 3.10, 3.11, 3.12,

    3.13 .

    Gambar 3.10 Bidang Lintang Maksimum Pada balok beton bertulang B-1

    Balok B-1 ( 1,2 X 2 m)

    Universitas Sumatera Utara

  • 70

    Gambar 3.11 Bidang Lintang Maksimum Pada balok beton bertulang B-2

    Balok B-2

    ( 1 X 2 m)

    Universitas Sumatera Utara

  • 71

    Gambar 3.12 Bidang Torsi Pada balok beton Bertulang B-1

    Balok B-1 ( 1,2 X 2 m)

    Universitas Sumatera Utara

  • 72

    Gambar 3.13 Bidang Torsi Pada balok beton Bertulang B-2

    Balok B-2

    ( 1 X 2 m)

    Universitas Sumatera Utara

  • 73

    3.3.3.a Perhitungan Tulangan Geser & Torsi balok

    Balok Beton Bertulang B-1

    Tu = 292963,28 Kgm = 2929632,8 Nm

    Vu = 192339,7 Kgm = 1923397 Nm

    fc = 30 Mpa

    fy = 300 Mpa

    = 0,75

    Acp = 1200 2000 mm = 2400000 mm2

    pcp = 2 (1200 + 2000 ) mm = 6400 mm

    Vu = 1923,2 KN = 1923200 N

    Vc = 0,75 1

    6 = 0,75.

    1

    6 30 . 1200.1902 = 1562652 N

    Vn =

    =

    1923397

    0,75 = 2.564.539,3 N

    Vs = Vn Vc

    Vs = 2.564.539,3 1562652 = 1001886,9 N

    =

    .

    =

    1001886,9

    300 . 1902= 0,842

    = 1902

    Aoh = 1920 1120 = 2150400 mm2

    ph = 2 (1920 + 1120 ) = 6080 mm

    1920 mm

    1120 mm

    Universitas Sumatera Utara

  • 74

    Pengaruh torsi dapat diabaikan bila :

    Tu<

    3 2

    Tu <

    6400

    2400000

    3

    30.75,0 2

    2.929.632 > 1.232.375 Nm maka torsi tidak diabaikan

    Dimensi penampang harus memenuhi:

    2

    +

    1,72

    2

    +

    2 3

    1923200

    1200. 1902

    2

    + 2929632,8 . 6080

    1,7 . 21504002

    2

    0,75 2250477

    1200. 1902+

    2 30

    3

    0,84 < 3,47 Maka Penampang OK !

    Perencanaan tulangan puntir

    Tn = 2

    cot

    Ao = 0,85 Aoh = 0,85. 2150400 = 1827840 mm2

    = 45

    fyv = fy = 300 MPa

    Tn =

    =

    2929632 ,8 Nm

    0,75= 390.617.700 Nmm

    390.617.700 =2 . 1827840 . . 300

    = 0,356

    Kombinasi sengkang geser dengan sengkang puntir

    =

    +

    2

    = 0,842 + 2. 0,356 = 1,5

    Universitas Sumatera Utara

  • 75

    Pakai D10 Avt = 2.0,25. 3,14. 102 = 150,72 mm

    2

    s = 150,72

    1,5 = 100 mm

    Cek tulangan puntir minimum

    Av + 2At = 75

    1200 bw s

    Av + 2At = 75 30

    1200.300 1200. 100 = 136,93 mm

    2

    Av + 2At = 150,72 + 150,72 = 301,44 mm2

    301,44 mm2 > 136,93 mm

    2 ..... ok !

    Av + 2At = 1

    3

    Av + 2At = 1

    3

    1200 . 100

    300 = 133,33 mm2

    301,44 mm2

    > 133,33 mm2

    ..... ok!

    Tulangan longitudinal penahan puntir

    Al =

    2

    Al = 0,356 .6080. 300

    300 . 1 = 3222,4 mm2

    Ambil D16 maka jumlah tulangan memanjang = 2164 ,8

    0,25.3,14.162 12

    Cek tulangan minimum longitudinal:

    Al minimum = 5 12

    -

    Al minimum = 5 30

    12.300 (1200.2000)- 0,356 . 6080(

    300

    300) = 1609,2 mm2

    3222,4 mm2

    > 1609,2 mm2 ...ok!

    Jadi, Sengkang pakai D10-100 mm dan Tulangan Torsi = 12 batang D16 mm

    Universitas Sumatera Utara

  • 76

    Balok Beton Bertulang B-2

    Tu = 167308,79 Kgm = 1673087,9 Nm

    Vu = 170277,82 Kgm = 1702778,2 Nm

    fc = 30 Mpa

    fy = 300 Mpa

    = 0,75

    Acp = 1000 2000 mm = 2000000 mm2

    pcp = 2 (1000 + 2000 ) mm = 6000 mm

    Vn =

    =

    1702778,2

    0,75 = 2270370,9 N

    Vc = 0,75.1

    6 = 0,75.

    1

    6 30 . 1000.1912,5 = 1309399N

    Vs = Vn Vc

    Vs = 2270370,9 1.309.399 = 960971,7 N

    =

    .

    =

    960971,7

    300 . 1912,5= 0,914

    = 1912,5 Aoh = 1920 920 = 1766400 mm

    2

    ph = 2 (1920 + 920 ) = 5680 mm

    1920 mm

    920 mm

    Pengaruh torsi dapat diabaikan bila :

    Tu<

    3 2

    Tu <

    6000

    2000000

    3

    30.75,0 2

    1.673.087,9 > 500.000 Nm maka torsi tidak diabaikan

    Universitas Sumatera Utara

  • 77

    Dimensi penampang harus memenuhi:

    2

    +

    1,72

    2

    +

    2 3

    1702778,2

    1000. 1912,5

    2

    + 1673087,9 . 5680

    1,7 . 17664002

    2

    0,75 1.885.750,4

    1000. 1912,5+

    2 30

    3

    0,94 < 2,69 Maka Penampang OK !

    Perencanaan tulangan puntir

    Tn = 2

    cot

    Ao = 0,85 Aoh = 0,85. 1766400 = 1492090 mm2

    = 45

    fyv = fy = 350 MPa

    Tn =

    =

    1673087 ,9 Nm

    0,75= 223.078.386 Nmm

    223.078.386 =2 . 1492090. . 300

    = 0,24

    Kombinasi sengkang geser dengan sengkang puntir

    =

    +

    2

    = 0,914 + 2. 0,24 = 1,5

    Pakai D10 Avt = 2.0,25. 3,14. 102 = 150,72 mm

    2

    s = 150,72

    1,5 = 100 mm

    Universitas Sumatera Utara

  • 78

    Cek tulangan puntir minimum

    Av + 2At = 75

    1200 bw s

    Av + 2At = 75 30

    1200.300 1000. 100 = 114,1 mm

    2

    Av + 2At = 150,72 + 150,72 = 301,44 mm2

    301,44 mm2 > 114,1 mm

    2 ..... ok !

    Av + 2At = 1

    3

    Av + 2At = 1

    3

    1000 . 100

    300 = 111,11 mm2

    301,44 mm2

    > 111,11 mm2

    ..... ok!

    Tulangan longitudinal penahan puntir

    Al =

    2

    Al = 0,24 .5680. 300

    300 . 1 = 1363,2 mm2

    Ambil D16 maka jumlah tulangan memanjang = 1363 ,2

    0,25.3,14.162 8

    Cek tulangan minimum longitudinal:

    Al minimum = 5 12

    -

    Al minimum = 5 30

    12.300 1000.2000 - 0,49 . 5680(

    300

    300) = 1243,1 mm2

    2783,2 mm2

    > 1243,1 mm2 ...ok!

    Spasi tulangan puntir berjarak = 200 mm

    Jadi, Sengkang pakai D10-100 mm dan Tulangan Torsi = 8 batang D16 mm

    Universitas Sumatera Utara

  • 79

    3.3.4 Hasil Perencanaan Balok beton Bertulang

    Setelah melakukan analisa dan perhitungan yang di sesuaikan dari data

    dan kondisi di lapangan, maka penulis menampilkan hasil dari perencanaan balok

    beton bertulang yang telah di desain. Gambar hasil perencanaan dapat dilihat pada

    gambar 3.14

    Gambar 3.14 Penampang Balok Beton Bertulang Hasil Perencanaan

    Universitas Sumatera Utara

  • 80

    3.4 Perencanaan Balok Beton Prategang

    Perencanaan balok prategang ini menggunakan data data yang di

    sesuaikan dengan Data bahan yang digunakan di lapangan agar mendapat

    kesesuaian hasil perencanaan. Adapun data data yang digunakan antara lain :

    Mutu beton () = 35 Mpa = 5076,321 Psi

    = 12 = 12 5076,321 = 854,98 = 589488 kg/2

    = 0,6 = 3045,79 Psi = 2.100.000 kg/m2

    = 5700 = 406115.34 = 2,807 109 kg/m2

    dimensi balok b = 600 mm x h = 1500 mm

    Abalok = 600 mm x 1.500 mm = 900.000 mm2

    = 0,9 m2

    W = 1

    6 600 1.5002 = 225.000.000 3 = 0,225 m3

    Wd = 0,6 1,5 2400 = 2160 Kg/m

    I = 1

    12 600 1.5003 = 1,6875 1011 4 = 0,16785 m4

    e =

    2 =

    1500

    2 120 = 630 mm = 0,63 m

    3.4.1 Momen Primer

    Momen primer pada rangka tumpuan diakibatkan oleh bagian atap,

    berat sendiri, berat beban mati akibat Stupa pada rangka tumpuan yang

    akan ditentukan dengan manual yang kemudian dihitung dengan program.

    Gambar dapat dilihat pada gambar 3.15 & 3.16.

    Universitas Sumatera Utara

  • 81

    Gambar 3.15 Momen Maksimum pada balok Beton Prategang B-1

    Balok B-1 ( 0,6 X 1,5 m)

    Universitas Sumatera Utara

  • 82

    Gambar 3.16 Momen Maksimum pada balok Beton Prategang B-2

    Balok B-2

    ( 0,6 X 1,5 m)

    Universitas Sumatera Utara

  • 83

    Tabel 3.3 Momen Maksimum Pada balok balok prategang

    keterangan

    Momen Ultimit ( Mu ) max

    Momen Tumpuan ( Kg.m ) Momen Lapangan ( Kg.m )

    Balok B 1(L=30 m) -620884,85 505396,4

    Balok B 2 ( L= 22 m) -402444,45 325936,57

    3.4.2 Momen Sekunder

    Momen sekunder terjadi diakibatkan oleh pengaruh gaya prategang (P).

    Taksir gaya prategang :

    Balok B-1

    =

    .

    +

    =

    0,9

    . 0,63

    0,225 +

    505396,4

    0,225

    0 = 1,1 P 2,8 P + 2246206,2 kg

    = 575950

    Beban ekivalen :

    1 = 2 = 0,63 + 0,63 = 1,26

    1 = 8

    2=

    8 575950 1,26

    302= 6450,64 /

    Persamaan umum kelengkungan tendon, dengan e = h = 1,26 m

    = 4

    2

    Universitas Sumatera Utara

  • 84

    W1

    P P

    V V

    A B

    C D

    1 = 4 . 1,26

    30

    30

    2

    1 = 5,04

    30 5,04

    30

    2

    1 = 0,168 0,0056 2

    1

    = 0,168 0,0056

    = 1

    = 0,168 = 0,168 575950 = 96759,6

    Gambar 3.17 Beban ekivalen pada balok B-1

    Gambar 3.18 Total momen akibat Prategang pada balok B-1

    Universitas Sumatera Utara

  • 85

    Momen akibat prategang :

    MB = MC = 386630,7 kgm

    MBC = 335301,1 kgm

    Momen Sekunder:

    Ms =

    = 620884,85 386630,7 = 234254,15 kgm ( Tumpuan )

    Ms =

    = 505396,4 - 335301 ,1 = 170095,3 kgm ( Lapangan )

    Balok B-2

    =

    .

    +

    =

    0,9

    . 0,63

    0,225 +

    325936,57

    0,225

    0 = 1,1 P 2,8 P + 1448606,98 kg

    = 371437,7

    Beban ekivalen :

    1 = 2 = 0,63 + 0,63 = 1,26

    1 = 8

    2=

    8371437,7 1,26

    222=7735,727 /

    2 = 8

    2=

    8371437,7 1,26

    42=234005,74 /

    Persamaan umum kelengkungan tendon, dengan e = h = 1,26 m

    =

    Universitas Sumatera Utara

  • 86

    W2

    P

    V3 V2

    W2

    V2 V3

    P

    A B D C E F

    1 = 4 . 1,26

    22

    22

    2

    1 = 5,04

    22 5,04

    22

    2

    1 = 0,229 0,0104 2

    1

    = 0,229 0,0208

    = 1

    = 0,229

    2 = 4 . 1,26

    4

    4

    2

    2 = 5,04

    4 5,04

    4

    2

    2 = 1,26 0,315 2

    2

    = 1,26 0,63

    = 1

    = 1,26 2 = 1,26 624732,87 =468011,49

    3 = 0,229 + 1,26 = 1,489

    3 = 1,489 624732,87 = 553070,72

    Gambar 3.19 Beban ekivalen pada balok B-2

    W1

    Universitas Sumatera Utara

  • 87

    Gambar 3.20 Total momen akibat Prategang pada balok B-2

    Momen primer prategang :

    MC =MD = 251806,7 kgm

    MCD = 214179,7 kgm

    Momen Sekunder:

    Ms =

    = 402444,45 251806,7 = 150637,8 kgm ( Tumpuan )

    Ms =

    = 325936,57 - 214179,7 = 111756,9 kgm ( Lapangan )

    Desain Terhadap Lentur :

    Balok B-1

    MT = + = 620884,85 + 234254,15= - 386630,7 kgm ( Tumpuan )

    MT= + = 505396,4 + 170095,3 = 675491,7 kgm ( Lapangan )

    Balok B-2

    MT = + = 402444,45 + 150637,8 = - 251807 kgm ( Tumpuan )

    MT= + = 325936,57 + 111756,9 = 437693,5 kgm ( Lapangan )

    Universitas Sumatera Utara

  • 88

    Penentuan gaya prategang :

    Gaya prategang di balok (Pb) :

    Balok B-1

    0 =

    .

    +

    0 = 0,9

    . 0,63

    0,225+

    675491,7

    0,225

    0 = 1,1 2,8 + 3002185,3

    = 769791 Kg

    Balok B 2

    0 =

    .

    +

    0 = 0,9

    . 0,63

    0,225+

    437693,5

    0,225

    0 = 1,1 2,8 + 1945304

    = 408796 Kg

    Universitas Sumatera Utara

  • 89

    3.4.3 Analisis Tegangan

    Tegangan tarik izin : = 12 = 589488 kg/m2

    Tegangan tekan izin : = 0,6 = 2.100.000 kg/m2

    o Balok B-1

    Tegangan di lapangan

    Serat Atas

    =

    + .

    <

    = 769791

    0,9+

    769791 0,63

    0,225

    675491,7

    0,225<

    =-1.702.093,87

    2< 2.100.000 /2 ..................OK !

    Serat Bawah

    =

    .

    +

    <

    = 769791

    0,9

    769791 0,63

    0,225+

    675491,7

    0,225<

    = 8552,8

    2< 589.488 /2 ..................OK !

    Tegangan di Tumpuan

    Serat Atas

    =

    + .

    <

    = 769791

    0,9+

    769791 0,42

    0,225

    386630,7

    0,225<

    = -1.136.738,8

    2< 2.100.000 /2 ..................OK !

    Universitas Sumatera Utara

  • 90

    Serat Bawah

    =

    .

    +

    <

    = 769791

    0,9

    769791 0,42

    0,225+

    386630,7

    0,225< 589488

    = -573.907,867

    2< 589.488 /2 ..................OK !

    o Balok B-2

    Tegangan di lapangan

    Serat Atas

    =

    + .

    <

    = 408796

    0,9+

    408796 0,63

    0,225

    437693,5

    0,225<

    = -1.254.893,42

    2< 2.100.000 /2 ..................OK !

    Serat Bawah

    =

    .

    +

    <

    = 408796

    0,9

    4087960,63

    0,225+

    437693,5

    0,225< 589488

    = 346.457,8667

    2< 589.488 /2 ..................OK !

    Universitas Sumatera Utara

  • 91

    Tegangan di Tumpuan

    Serat Atas

    =

    + .

    <

    = 408796

    0,9+

    408796 0,42

    0,225

    251807

    0,225<

    = -810.274,133

    2< 2.099.998 /2 ..................OK !

    Serat Bawah

    =

    .

    +

    <

    = 408796

    0,9

    408796 0,42

    0,225+

    251807

    0,225< 589488

    = -98.161,4222

    2< 589.488 /2 ..................OK !

    Dari analisa tegangan yang dilakukan pada penampang dilapangan,

    ditumpuan, diperoleh bahwa tegangan diserat atas dan diserat bawah penampang

    lebih kecil daripada tegangan izin maksimumnya, maka penampang dapat

    dikatakan aman atau telah sesuai untuk digunakan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 92

    3.4.4 Perencanaan Kabel Tendon Pada Penampang

    Kabel tendon yang digunakan pada penampang adalah kabel tendon yang telah

    teruji dan telah memiliki standar internasional. Berikut adalah table yang menunjukkan

    profil kabel standar internasional yang biasa digunakan pada struktur beton prategang.

    Tabel 3.4 Tipikal Kabel Baja Prategang

    Kabel yang akan digunakan sesuai data dilapangan adalah kabel jenis

    ASTM A-416-90A GRADE 270, dengan diameter 12,7 mm ASTM A-416-90A

    GRADE 270 dengan nilai UTS = 184 KN, Luas 100 mm2.

    Gaya izin yang dapat dipikul oleh 1 kabel adalah :

    = 0,75 UTS (ultimate tensile strength)

    = 0,75 184 kN

    = 13800 kg

    Universitas Sumatera Utara

  • 93

    Perencanaan Kabel di balok :

    Balok B-1

    Jumlah Kabel =

    13800=

    769791

    13800 56

    Direncanakan memakai 14 kabel di dalam satu selongsong dengan

    luas selongsong :

    Luas selongsong kabel = 4 100 mm2 14 = 5600 mm2

    Jadi Menggunakan 4 Selongsong

    Balok B-2

    Jumlah Kabel =

    13800=

    408796

    13800 30

    Direncanakan memakai 15 kabel di dalam satu selongsong dengan luas

    selongsong :

    Luas selongsong kabel = 2 100 mm2

    15 = 3000 mm2

    Jadi menggunakan 2 selongsong

    3.4.5 Perencanaan Terhadap Geser dan Puntir Balok Prategang

    Gaya yang bekerja pada portal diakibatkan oleh bagian atap, berat

    sendiri, berat beban mati akibat Stupa pada rangka tumpuan yang akan

    ditentukan dengan manual yang kemudian dihitung dengan program. Gambar

    dapat dilihat pada gambar 3.21, 3.22, 3.23, 3.24.

    Universitas Sumatera Utara

  • 94

    Gambar 3.21 Bidang Lintang Maksimum Pada balok beton Prategang B-1

    Balok B-1 ( 0,6 X 1,5 m)

    Universitas Sumatera Utara

  • 95

    Gambar 3.22 Bidang Lintang Maksimum Pada Balok Beton Prategang B-2

    Balok B-2

    ( 0,6 X 1,5 m)

    Universitas Sumatera Utara

  • 96

    Gambar 3.23 Bidang Torsi yang bekerja Pada balok Prategang B-1

    Balok B-1 ( 0,6 X 1,5 m)

    Universitas Sumatera Utara

  • 97

    Gambar 3.24 Bidang Torsi yang bekerja Pada balok Prategang B-2

    Balok B-2 ( 0,6 X 1,5 m)

    Universitas Sumatera Utara

  • 98

    3.4.5.a Perhitungan Tulangan Geser dan Puntir Balok Prategang B-1

    Vu = 130924,12 + 96257,6= 227181,7 kg

    Mu = 386630,7 kgm

    Q = 0,6 x 0,75 x 0,63 = 0,2835 m3

    = PbA

    = 769791

    0,9 = 855323,3

    2 =

    855323,3

    2 = 427661,7

    = 0,33 35 = 1,95 Mpa = 198844.7 kg/m2

    = Q

    I b=

    0,2835

    0,16785 0,6= 2,84

    +

    2

    2

    =

    2

    2

    + 2,84

    (198844,7 + 427661,7)2 = (427661,7)2 + ( 2,84 x )2

    ( 598844,9)2

    = (427661,7)2 + ( 2,84 x )2

    =147.602,2926

    dp = 0,85 x 1500 = 1275 mm = 1,275 m

    =1

    6 35 600 1275 = 754 300,17

    = 0,4 35 600 1275 = 18110303

    = 35

    20+

    5. .

    600 1275

    = 35

    20+

    5227181,7 1275

    386630 ,7 0,6 1,275

    = 2854,608

    Universitas Sumatera Utara

  • 99

    =

    = 227.181,702

    0,6 2854,608

    =375781,59

    Digunakan Sengkang 10 mm

    Av =

    4 102 2 = 157,07 2 = 1,57 x 10-4

    S = Av.fy .d

    =

    (0,00015707350000001,275

    375781,59 = 0,018 m = 180 mm

    Jadi, Sengkang yang dipakai

    Kontrol terhadap Tulangan puntir

    Tu = 107522,99 kg.m = 1075,22 KNm

    = 35 Mpa

    = 600 1500 = 900000 mm2

    = 2 ( 600 + 1500) = 4200 mm

    =

    =

    769791

    900000= 80 /2

    3

    2

    1 +

    3

    0,75 35

    3

    9000002

    4200 1 +

    3 80

    35 106

    1075,22 1825,53

    Maka , Puntir bisa diabaikan

    Universitas Sumatera Utara

  • 100

    3.4.5.b Perhitungan Tulangan Geser dan Puntir Balok Prategang B-2

    Vu = 145781,35 + 84724,8 = 148765,7 kg

    Mu = 251807 kgm

    Q = 0,6 x 0,75 x 0,63 = 0,2835 m3

    = PbA

    = 408796

    0,9 = 454047,22

    2 =

    454047,22

    2 = 227023,6

    = 0,33 35 = 1,95 Mpa = 198844.7 kg/m2

    = Q

    I b=

    0,2835

    0,16785 0,6= 2,84

    +

    2

    2

    =

    2

    2

    + 2,84

    (198844,7 + 227023,6)2

    = (227023,6)2 + ( 2,84 x )

    2

    ( 425868,3)2

    = (227023,6)2 + ( 2,84 x )

    2

    = 126870,1

    dp = 0,85 x 1500 = 1275 mm = 1,275 m

    =1

    6 35 600 1275 = 754 300,17

    = 0,4 35 600 1275 = 18.110. 303

    = 35

    20+

    5. .

    600 1275

    = 35

    20+

    5148765 ,7 1275

    251807 0,6 1,275

    = 4400,171

    =

    Universitas Sumatera Utara

  • 101

    = 148765,7

    0,6 4400,171

    = 243542,6

    Digunakan Sengkang 10 mm

    Av =

    4 102 2 = 157,07 2 = 1,57 x 10-4

    S = Av.fy .d

    =

    (1,57 104)350000001,275

    243542,6 = 0,284 m = 284 mm

    Jadi, Sengkang yang dipakai

    Kontrol terhadap Tulangan puntir

    Tu = 77004,38 kg.m = 770,04 KNm

    = 35 Mpa

    = 600 1500 = 900000 mm2

    = 2 ( 600 + 1500) = 4200 mm

    =

    =

    408796

    900000= 45 /2

    3

    2

    1 +

    3

    0,75 35

    3

    9000002

    4200 1 +

    3 80

    35 106

    770,04 1369,114

    Maka , Puntir bisa diabaikan

    Universitas Sumatera Utara

  • 102

    3.4.6 Penambahan Tulangan Non Prategang

    Dengan menambahkan tulangan non prategang pada serat tekan dan serat

    tarik di penampang maka kapasitas batas penampang dapat ditingkatkan dengan

    menambahkan tulangan non prategang. Pada kasus ini seluruh beban ditumpuan

    maupun ditengah bentang dapat ditahan oleh penampang yang diperkuat dengan

    kabel tendon, maka tulangan prategang yang akan didesain pada penampang ini

    tidak akan berpengaruh besar pada struktur.

    Balok B-1

    Lapangan

    Direncanakan kapasitas momen batas penampang akan

    ditingkatkan dibagian tengah bentang hingga mencapai Mu1 = 600000

    kg.m. Asumsi kedua tulangan non prategang telah leleh sehingga =

    Direncanakan :

    dS1 = 0,06

    dS2 = 1,44

    = 1

    dS2 dS1 =

    600000 kgm 596326,8

    35000000/2 1,44 0,06 = 0,000076 2

    = 0,000076 2 = 76 mm2

    Jadi, dipakai Tulangan non Prategang untuk tarik dan tekan 2 13 ( As = 265,45 )

    Universitas Sumatera Utara

  • 103

    Tumpuan

    Direncanakan kapasitas momen batas penampang akan

    ditingkatkan dibagian tengah bentang hingga mencapai Mu1 = 670000

    kg.m. Asumsi kedua tulangan non prategang telah leleh sehingga =

    Direncanakan :

    dS1 = 0,06

    dS2 = 1,44

    = 1

    dS2 dS1 =

    670000 kgm 660148,4

    35000000/2 1,44 0,06 = 0,000203 2

    = 0,000203 2 = 203 mm2

    Jadi, dipakai Tulangan non Prategang untuk tarik dan tekan 2 13 ( As = 265,45 )

    Balok B-2

    Lapangan

    Direncanakan kapasitas momen batas penampang akan

    ditingkatkan dibagian tengah bentang hingga mencapai Mu1 = 400000

    kg.m. Asumsi kedua tulangan non prategang telah leleh sehingga =

    Direncanakan :

    dS1 = 0,06

    dS2 = 1,44

    Universitas Sumatera Utara

  • 104

    = 1

    dS2 dS1 =

    400000 kgm 387180,2

    35000000/2 1,44 0,06 = 0,000265 2

    = 0,000265 2 = 265 mm2

    Jadi, dipakai Tulangan non Prategang untuk tarik dan tekan 2 13 ( As = 265,45 )

    Tumpuan

    Direncanakan kapasitas momen batas penampang akan

    ditingkatkan dibagian tengah bentang hingga mencapai Mu1 = 560000

    kg.m. Asumsi kedua tulangan non prategang telah leleh sehingga =

    Direncanakan :

    dS1 = 0,06

    dS2 = 1,44

    = 1

    dS2 dS1 =

    560000 kgm 548203,1

    35000000/2 1,44 0,06 = 0,000244 2

    = 0,000244 2 = 244 mm2

    Jadi, dipakai Tulangan non Prategang untuk tarik dan tekan 2 13 ( As = 265,45 )

    Universitas Sumatera Utara

  • 105

    3.4.7 Hasil Perencanaan Beton Prategang

    Setelah melakukan analisa dan perhitungan yang di sesuaikan dari data

    dan kondisi di lapangan, maka penulis menampilkan hasil dari perencanaan balok

    beton Prategang yang telah di desain. Gambar hasil perencanaan dapat dilihat

    pada gambar 3.25 .

    Penampang Balok Beton Prategang B-1

    Penampang Balok Beton Prategang B-1

    Gambar 3.25 Penampang Hasil Perencanaan Balok Prategang

    Universitas Sumatera Utara

  • 106

    3.5 Pembahasan

    Dari hasil yang diperoleh dalam merencanakan suatu balok yang

    menggunakan beton prategang dan beton bertulang, terdapat perbedaan yang

    sangat signifikan dari kedua rancangan tersebut yakni terlihat dari segi pemakaian

    beton dan baja tulangan yang digunakan.

    Dari hasil perencanaan Balok beton Prategang yang dilakukan oleh

    penulis terdapat kesamaan hasil perencanaan yang dilakukan dengan kondisi di

    lapangan, sehingga acuan perencanaan yang dilakukan memiliki kesamaan. Maka

    penulis berpendapat bahwa balok prategang yang digunakan aman.

    Berdasarkan hasil perencanaan penulis balok B-1 dan B-2 balok beton

    bertulang memiliki hasil yang berbeda namun balok beton bertulang yang awal

    direncanakan masih aman digunakan .

    Hasil perencanaan antara kedua jenis rancangan dari segi pemakaian

    beton, dimensi dan baja tulangan serta perbedaan antara balok beton bertulang

    dan beton prategang dapat dilihat dengan lebih jelas pada tabel 3.5.

    Universitas Sumatera Utara

  • 108

    Tabel 3.5 Perbandingan Hasil Perencanaan Dengan Data Dilapangan

    No

    .

    Berdasarkan Lapangan Desain Perencanaan Perbedaan

    Desain Awal

    (1)

    Desain Perubahan

    (2)

    Beton Bertulang

    (3)

    Beton Prategang

    (4)

    Lapangan

    (1) & (3)

    Perencanaan

    (2) & (4)

    1 Dimensi :

    -Balok B 1: 1,2 2 m

    - Balok B 2 : 1 2 m

    -Balok B 1 : 0,6 1,5m

    -Balok B 1 : 0,6 1,5m

    -Balok B 1: 1,2 2 m

    -Balok B 2 : 1 2 m

    -Balok B 1 : 0,6 1,5m

    -Balok B 1 : 0,6 1,5m

    Tidak ada

    Tidak ada

    2 Volume beton :

    - Balok B-1 = 96 m3

    - Balok B-2 = 80 m3

    - Balok B-1 = 36 m3

    - Balok B-2 = 36 m3

    - Balok B-1 = 96 m3

    - Balok B-2 = 80 m3

    - Balok B-1 = 36 m3

    - Balok B-2 = 36 m3

    Tidak ada Tidak ada

    3 Penampang Balok :

    - Balok B-1

    Perbedaan:

    1.Tul. Tekan

    2.Tul. Torsi

    3.Jarak Beugel

    4. Beugel Ekstra

    Tidak ada

    Universitas Sumatera Utara

  • 109

    - Balok B-2

    Perbedaan:

    1.Tul. Tarik

    2.Tul.tekan

    3.Tul. Torsi

    4. Beugel Ekstra

    Perbedaan:

    1.Tul. Tarik

    2.Tul.tekan

    3.Tul. Torsi

    4. Beugel Ekstra

    Tidak ada

    Tidak ada

    Universitas Sumatera Utara

  • 110

    Perbedaan:

    1.Tul. Tarik

    2.Tul.tekan

    3.Tul. Torsi

    4. Beugel Ekstra

    Tidak ada

    4 Gaya yang Bekerja :

    -Balok B-1 :

    Momen Lapangan

    =926258,7 Kgm

    Momen Tumpuan

    = -739002,88 Kgm

    Lintang

    = 192339,7 kg

    Torsi

    = 289565,02 kgm

    -Balok B-2

    Momen Lapangan

    = 514465,9 Kgm

    Momen Tumpuan

    = -57142,42 Kgm

    -Balok B-1 :

    Momen Lapangan

    = 675491,7 Kgm

    Momen Tumpuan

    = -386630,7 Kgm

    Lintang

    = 227181,7 kg

    Torsi

    = 107522,99 kgm

    -Balok B-2

    Momen Lapangan

    = 437693,5 Kgm

    Momen Tumpuan

    = -251807 Kgm

    Gaya yang Bekerja :

    -Balok B-1 :

    Momen Lapangan

    =926258,7 Kgm

    Momen Tumpuan

    = -739002,88 Kgm

    Lintang

    = 192339,7 kg

    Torsi

    = 289565,02 kgm

    -Balok B-2

    Momen Lapangan

    = 514465,9 Kgm

    Momen Tumpuan

    = -57142,42 Kgm

    -Balok B-1 :

    Momen Lapangan

    = 675491,7 Kgm

    Momen Tumpuan

    = -386630,7 Kgm

    Lintang

    = 227181,7 kg

    Torsi

    = 107522,99 kgm

    -Balok B-2

    Momen Lapangan

    = 437693,5 Kgm

    Momen Tumpuan

    = -251807 Kgm

    Tidak ada

    Tidak ada

    Tidak ada

    Tidak ada

    Universitas Sumatera Utara

  • 111

    Lintang

    = 170277,82 kg

    Torsi

    =168587,24 kgm

    Lintang

    = 148765,7 kg

    Torsi

    =77004,38 kgm

    Lintang

    = 170277,82 kg

    Torsi

    =168587,24 kgm

    Lintang

    = 148765,7 kg

    Torsi

    =77004,38 kgm

    Universitas Sumatera Utara

  • 112

    BAB IV

    KESIMPULAN

    Dari rangkaian tahap perencanaan hingga tahap analisis yang telah dilakukan oleh

    penulis dalam mendesain struktur balok yang menggunakan beton prategang sesuai peraturan

    yang ditetapkan oleh ACI dan SNI ini, maka penulis memberikan kesimpulan sebagai

    berikut:

    1. Pada perencanaan beton prategang, gaya prategang pada penampang berpengaruh

    terhadap struktur sehingga menjadi beban tambahan yang perlu diperhitungkan,

    sedangkan pada perencanaan beton bertulang hal tersebut tidak terjadi.

    2. Dari hasil analisa yang dilakukan pada rancangan beton prategang didapat bahwa

    tegangan yang terjadi di balok prategang aman atau lebih kecil dari tegangan

    maksimum yang diizinkan.

    3. Perbedaan perancangan beton prategangdengan beton bertulang dalam hal dimensi

    antara lain :

    Untuk Balok beton prategang

    Dimensi balok : 1. Balok B-1 : 600 mm 1500 mm

    2. Balok B-2 : 600 mm 1500 mm

    Untuk balok beton bertulang

    Dimensi balok : 1. Balok B-1 : 1200 mm 2000 mm

    2. Balok B-2 : 1000 mm 2000 mm

    Universitas Sumatera Utara

  • 113

    4. Perbedaan perancangan beton prategang dengan beton bertulang dalam hal volume

    beton antara lain :

    Untuk Balok beton prategang

    Volume balok : 1. Balok B-1 : 36 m3

    2. Balok B-2 : 36 m3

    Untuk balok beton bertulang

    Volume balok : 1. Balok B-1 : 96 m3

    2. Balok B-2 : 80 m3

    Untuk Selisih Balok Beton Prategang & Bertulang

    Selisih Volume balok : 1. Balok B-1 : 60 m3

    2. Balok B-2 : 44 m3

    5. Perbedaan perancangan beton prategang dengan beton bertulang dalam hal Berat

    beton antara lain :

    Untuk Balok beton prategang

    Volume balok : 1. Balok B-1 : 86400 m3

    2. Balok B-2 : 86400 m3

    Untuk balok beton bertulang

    Volume balok : 1. Balok B-1 : 230400 m3

    2. Balok B-2 : 192000 m3

    Untuk Selisih Berat Beton Prategang & Bertulang

    Selisih Volume balok : 1. Balok B-1 : 144000 m3

    2. Balok B-2 : 105600 m3

    Universitas Sumatera Utara

  • 114

    6. Keuntungan dan kerugian sistem beton prategang, dibandingkan dengan beton

    bertulang biasa adalah sebagai berikut:

    Desain beton prategang lebih cocok untuk struktur-struktur dengan

    bentang yang panjang dan memikul beban yang berat, terutama disebabkan

    oleh pemakaian bahan dengan mutu tinggi.

    Struktur beton prategang lebih ramping oleh karena itu lebih dapat

    disesuaikan dari segi arsitektur.

    Pada banyak selama penarikan, baja dan beton kedua-duanya memikul

    tegangan tertinggi yang terjadi selama waktu memanfaatkan struktur itu.

    Sehingga jika bahan telah mampu diberi gaya prategang, beton prategang

    sangat mungkin memikul kekuatan yang cukup untuk beban kerjanya.

    Pada desain yang biasa, beton prategang melentur cukup besar sebelum

    batas runtuh, sehingga memberi tanda-tanda yang cukup secara visual

    sebelum runtuh.

    Pemakaian jumlah bahan yang lebih sedikit, baik baja maupun beton,

    dibutuhkan untuk memikul beban yang sama, karena bahan-bahannya

    memakai mutu yang tinggi.

    Berat komponen struktur yang berkurang akan membantu penampang

    yang lebih ekonomis.

    Universitas Sumatera Utara