Chapter I
-
Upload
dwi-wahyu-arsita -
Category
Documents
-
view
5 -
download
0
description
Transcript of Chapter I
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan The Glossary of Prosthodontic Terms edisi delapan (GPT-8,
2005), basis gigitiruan dapat didefenisikan sebagai bagian dari gigitiruan yang
bersandar pada jaringan pendukung dan tempat anasir gigitiruan dilekatkan. Basis
gigitiruan yang baik dibutuhkan untuk mendapatkan gigitiruan yang tahan lama serta
baik secara estetis dan biologis.1
Daya tahan, penampilan dan sifat-sifat dari suatu basis gigitiruan sangat
dipengaruhi oleh bahan basis tersebut. Berbagai bahan telah digunakan untuk
membuat gigitiruan, namun bahan-bahan tersebut memiliki kekurangan. Syarat-syarat
ideal dari suatu bahan basis gigitiruan antara lain estetis; kekuatan, kekakuan,
kekerasan, dan ketahanan yang tinggi; dimensi stabil; tidak mengeluarkan bau, rasa,
atau bahan toksik; resisten terhadap absorpsi cairan mulut; retensi yang baik dengan
polimer, porselen, dan logam; mudah diperbaiki; mudah pemanipulasiannya;
kepadatan rendah; menghasilkan detil permukaan yang akurat; resisten terhadap
pertumbuhan bakteri; konduktivitas termal baik; radiopak; mudah dibersihkan; dan
ekonomis.
Seiring berjalannya waktu dan kemajuan peradaban dengan perkembangan
ilmu pengetahuan biologi, kimia dan fisika, bahan-bahan yang dapat digunakan untuk
basis gigitiruan terus berkembang. Walaupun demikian, hingga saat ini belum
2
Universitas Sumatera Utara
ditemukan suatu bahan yang sangat ideal untuk digunakan sebagai bahan basis
gigitiruan.1
Vulkanit adalah bahan pertama yang digunakan untuk produksi gigitiruan
secara massal. Perkenalan vulkanit ke dalam kedokteran gigi pada tahun 1854 seperti
penemuan api dalam sejarah manusia. Saat itu vulkanit hampir merupakan jawaban
terhadap masalah-masalah dokter gigi dalam pembuatan gigitiruan, namun bahan ini
sulit untuk diwarnai dan cenderung tidak higienis karena menyerap saliva. Pada tahun
1937 resin akrilik (poli metil metakrilat) diperkenalkan sebagai bahan basis gigitiruan
dan segera menggantikan vulkanit karena kualitas estetiknya yang lebih baik.
Resin akrilik memiliki berbagai kelebihan yaitu kualitas estetis yang baik,
ekonomis dan mudah diproses. Awalnya resin akrilik yang ditemukan hanya yang
dipolimerisasi dengan panas, kemudian pada tahun 1947 di Jerman dikembangkan
resin akrilik menggunakan akselarator kimia untuk polimerisasi yang disebut dengan
resin swapolimerisasi. Namun kekuatan dan stabilitas warna resin akrilik
swapolimerisasi tidak sebaik resin akrilik polimerisasi panas, serta mengandung
jumlah monomer sisa yang lebih banyak dibandingkan resin akrilik polimerisasi
panas. Selanjutnya pada tahun 1986 Dentsply International menemukan suatu bentuk
resin akrilik yang menggunakan sinar tampak untuk polimerisasi. Jenis resin akrilik
yang baru ini juga tidak dapat menggantikan resin akrilik polimerisasi panas karena
rendahnya kekuatan perlekatan bahan ini terhadap anasir gigitiruan berbahan resin. Di
antara berbagai jenis resin akrilik, resin akrilik polimerisasi panas paling banyak
1-3
Universitas Sumatera Utara
digunakan karena lebih baik dalam hal estetis, penyerapan air rendah dan proses
perbaikan mudah.1,2,4,5
Resin akrilik memenuhi banyak kriteria sebagai bahan basis gigitiruan, tetapi
bahan ini masih memiliki kekurangan, seperti kurangnya kekuatan dan kekerasan. Di
samping itu, cangkolan logam yang melekat pada basis resin akrilik sering
mengakibatkan berbagai masalah dan keluhan dari pasien, misalnya tekanan yang
berlebihan pada gigi penyangga dan masalah estetis. Kekurangan lainnya adalah
terdapat sejumlah kecil pasien yang dilaporkan alergi terhadap resin akrilik dan
khususnya terhadap monomer sisa metil metakrilat yang terdapat pada basis
gigitiruan. Untuk mengantisipasi kekurangan-kekurangan tersebut maka
dikembangkanlah bahan polikarbonat dan nilon.2,3,6
Polikarbonat diproses dengan teknik injection-moulding dan karena itu
memerlukan peralatan khusus. Titik lebur polikarbonat bernilai sekitar 150oC dan
umumnya diinjeksikan pada suhu yang sedikit lebih tinggi dari titik lebur tersebut.
Basis polikarbonat memiliki internal stress setelah mengisi mould dan dapat
mengalami distorsi bila ditempatkan dalam air panas.3
Nilon merupakan bahan termoplastik yang berbahan dasar nilon yang
diperkenalkan di London pada tahun 1950an sebagai suatu bahan basis gigitiruan.
Nilon adalah nama generik untuk jenis tertentu polimer termoplastik yang termasuk
dalam kelas polyamide. Sejak diperkenalkan, minat terhadap bahan ini terus
meningkat. Penggunaan bahan nilon dalam pembuatan alat-alat kedokteran gigi telah
tampak sebagai suatu kemajuan dalam bahan kedokteran gigi.1,4,7
Universitas Sumatera Utara
Bahan nilon memiliki sejumlah kelebihan. Nilon memiliki kekuatan fisik yang
tinggi, tahan panas dan bahan kimia. Bahan ini dapat dimodifikasi dengan mudah
untuk meningkatkan kekakuan dan daya tahan pemakaiannya. Sifat-sifat lain yang
menguntungkan adalah elastisitas dan ketelitian mengisi mould yang lebih baik
dibandingkan resin akrilik polimerisasi panas sehingga memungkinkan retensi
gigitiruan yang lebih baik dengan cara memanfaatkan daerah gerong dari gigi
penyangga. Retensi yang baik dari gigitiruan memungkinkan untuk tidak
menggunakan cangkolan dari logam atau kawat sehingga estetis menjadi lebih baik,
tidak terjadi tekanan yang berlebihan pada gigi penyangga dan alergi terhadap
cangko lan logam dari gigitiruan dapat diatasi. Selain itu, nilon memiliki warna yang
semitranslusen sehingga menghasilkan estetis yang sangat baik. 1,4,6,7
Nilon juga memiliki kekurangan, antara lain sulit direline karena tidak
memiliki kekuatan perlekatan yang cukup dengan resin autopolimerisasi. Selain itu,
bahan ini lebih sulit dilakukan proses akhir dan pemolesan dibandingkan resin akrilik
sehingga kemungkinan memiliki permukaan yang lebih kasar dibandingkan resin
akrilik.
Permukaan yang kasar dari suatu restorasi dapat mengakibatkan
ketidaknyamanan dan kesulitan menjaga oral hygiene, karena debris makanan dan
plak dapat melekat dengan mudah. Kekasaran tersebut juga dapat mengakibatkan
iritasi dan resesi dari jaringan lunak mulut setelah restorasi berkontak lama dengan
gingiva. Untuk mencegah dampak buruk di atas, proses akhir dan pemolesan dari
6,7
Universitas Sumatera Utara
gigitiruan merupakan tahap-tahap yang penting untuk keberhasilan pembuatan
gigitiruan secara klinis.
1.2 Permasalahan
8
Kekasaran permukaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
keberhasilan suatu gigitiruan. Gigitiruan dengan permukaan yang kasar sering
membawa banyak masalah bagi pemakai gigitiruan karena memungkinkan perlekatan
debris dan plak bakteri. Debris dan plak bakteri yang melekat pada basis
mengakibatkan timbulnya iritasi pada mukosa mulut, bau tidak sedap dan stain yang
mengurangi estetis dari gigitiruan.
Kekasaran permukaan dari suatu basis gigitiruan dipengaruhi oleh jenis
bahan yang digunakan, teknik manipulasi, dan teknik pemolesan. Bahan nilon lebih
sulit untuk dipoles dan penelitian tentang kekasaran permukaan nilon masih sangat
sedikit, maka peneliti merasa perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana
kekasaran permukaan bahan nilon dan resin akrilik polimerisasi panas serta
bagaimana perbedaan kekasaran permukaan antara kedua bahan tersebut.
1.3 Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, diperoleh rumusan masalah, yaitu:
1. Bagaimana kekasaran permukaan nilon
2. Bagaimana kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas
3. Apakah ada perbedaan kekasaran permukaan nilon dan resin akrilik
polimerisasi panas
Universitas Sumatera Utara
1.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan di atas maka dapat disusun hipotesis penelitian bahwa
ada perbedaan kekasaran permukaan antara resin akrilik polimerisasi panas dengan
nilon
1.5 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kekasaran permukaan nilon
2. Untuk mengetahui kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas
3. Untuk mengetahui perbedaan kekasaran permukaan nilon dan resin
akrilik polimerisasi panas
1.6 Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi dokter gigi sebagai suatu
pertimbangan dalam memilih bahan basis gigitiruan, karena kemungkinan terdapat
perbedaan kekasaran permukaan antara nilon dan resin akrilik polimerisasi panas
2. Sebagai bahan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan,
khususnya di bidang Prostodonsia
3. Sebagai bahan masukan untuk penelitian lebih lanjut tentang bahan basis
gigitiruan, kekasaran permukaan, sifat-sifat, serta usaha untuk meningkatkan kualitas
bahan basis gigitiruan
Universitas Sumatera Utara