Chapter I

8
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk terbesar di dunia adalah negara Republik Rakyat Cina, India, Amerika Serikat dan Indonesia merupakan negara terbesar ke empat di dunia. 1 Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang, menghadapi masalah yang dewasa ini merupakan masalah dunia, yaitu masalah peledakan penduduk yang disebut juga dengan istilah Baby boom. 2 Jumlah penduduk yang besar, penyebaran yang tidak merata, struktur umur yang muda, dan arus urbanisasi ke kota-kota merupakan masalah-masalah pokok dalam bidang kependudukan. Pertumbuhan penduduk yang cepat mempersulit usaha peningkatan kesejahteraan rakyat di bidang pangan, lapangan kerja, pendidikan, kesehatan, perumahan dan lain-lain. 3 Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) TAP MPR No. 4 tahun 1978 dikemukakan bahwa kebijaksaan kependudukan perlu dirumuskan secara nasional dan menyeluruh serta dituangkan dalam program-program kependudukan yang terpadu. Kebijaksaan kependudukan yang perlu ditangani antara lain, meliputi bidang-bidang pengendalian kelahiran, penurunan tingkat kematian, penyebaran penduduk seimbang dan merata, serta perkembangan dan penyebaran angkatan kerja. 4 Selama kurun waktu 2000-2005 jumlah penduduk Indonesia cenderung meningkat, tahun 2000 sebanyak 205,1 juta jiwa, tahun 2005 meningkat menjadi 218,9 juta jiwa dan tahun 2006 meningkat lagi menjadi 222,2 juta jiwa dengan Universitas Sumatera Utara

description

CHP 1

Transcript of Chapter I

Page 1: Chapter I

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jumlah penduduk terbesar di dunia adalah negara Republik Rakyat Cina,

India, Amerika Serikat dan Indonesia merupakan negara terbesar ke empat di dunia.1

Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang, menghadapi masalah

yang dewasa ini merupakan masalah dunia, yaitu masalah peledakan penduduk yang

disebut juga dengan istilah Baby boom.2

Jumlah penduduk yang besar, penyebaran yang tidak merata, struktur umur

yang muda, dan arus urbanisasi ke kota-kota merupakan masalah-masalah pokok

dalam bidang kependudukan. Pertumbuhan penduduk yang cepat mempersulit usaha

peningkatan kesejahteraan rakyat di bidang pangan, lapangan kerja, pendidikan,

kesehatan, perumahan dan lain-lain.3

Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) TAP MPR No. 4 tahun

1978 dikemukakan bahwa kebijaksaan kependudukan perlu dirumuskan secara

nasional dan menyeluruh serta dituangkan dalam program-program kependudukan

yang terpadu. Kebijaksaan kependudukan yang perlu ditangani antara lain, meliputi

bidang-bidang pengendalian kelahiran, penurunan tingkat kematian, penyebaran

penduduk seimbang dan merata, serta perkembangan dan penyebaran angkatan kerja.4

Selama kurun waktu 2000-2005 jumlah penduduk Indonesia cenderung

meningkat, tahun 2000 sebanyak 205,1 juta jiwa, tahun 2005 meningkat menjadi

218,9 juta jiwa dan tahun 2006 meningkat lagi menjadi 222,2 juta jiwa dengan

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Chapter I

kepadatan penduduk 117,6 jiwa per km2. 5 Penyebaran penduduk sampai tahun 2005

tidak merata baik antar pulau maupun antar propinsi, dan data menunjukkan 58,7%

penduduk berada di Pulau Jawa,6 padahal luas Pulau Jawa hanya 132.187 km persegi

dan luas daratan indonesia adalah 1.919.430 km persegi atau 6,9% dari luas daratan

Indonesia.7

Pada periode tahun 1980-1990 laju pertumbuhan penduduk adalah 1,97%,

tahun 1990-2000 turun menjadi 1,45% dan tahun 2000-2006 turun lagi menjadi

1,34%. 8 Total Fertility Rate (TFR) tahun 1971 adalah 5,6 per wanita pasangan usia

subur (PUS), tahun 1980-1990 turun menjadi 2,34 dan pada tahun 2000-2005 turun

lagi menjadi 2,28.9 Angka ini menunjukkan penurunan TFR dari waktu ke waktu

tetapi belum mencapai target nasional yaitu 2,1.10

Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukkan

peningkatan Contraseptive Prevalence Rate (CPR) dari 54,7% (tahun 1994) menjadi

57,4% (tahun 1997) dan 60,3% (tahun 2002-2003).11 Pada tahun 2007 yang

menggunakan alat kontrasepsi 61,4%. Sebanyak 31,6% menggunakan suntik, pil 13,2

%, IUD 4,8%, Implant 2,8%, kondom 1,3%, Vasektomi dan Tubektomi 7,7 %.12

Salah satu upaya untuk menurunkan tingkat pertumbuhan penduduk adalah

melalui upaya pengendalian fertilitas yang instrumen utamanya adalah Program

Keluarga Berencana (KB).11

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Chapter I

Pengertian Keluarga Berencana (KB) menurut UU No.10 Tahun 1992 tentang

Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera adalah upaya

melalui pendewasaan usia Perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan

keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. 13

Banyak hal yang mempengaruhi akseptor dalam memilih alat kontrasepsi antara

lain adalah pertimbangan medis, latar belakang sosial budaya, sosial ekonomi,

pengetahun, pendidikan, dan jumlah anak yang di inginkan. Disamping itu adanya

efek samping yang merugikan dari suatu alat kontrasepsi juga berpengaruh dalam

menyebabkan bertambah atau berkurangnya akseptor suatu alat kontrasepsi.5

Program keluarga berencana merupakan usaha langsung yang bertujuan

mengurangi tingkat kelahiran melalui penggunaan alat kontrasepsi yang lestari.

Berhasil tidaknya pelaksanaan pogram keluarga berencana akan menentukan pula

berhasil tidaknya usaha mewujudkan kesejahteraan bangsa Indonesia. 4

Adapun strategi dalam pelayanan kontrasepsi yang dikembangkan selama ini

adalah mengarah kepada pemakaian Metode Kontrasepsi yang Efektif Terpilih atau

disebut juga MKET yang terdiri dari Intra Uterine Device (IUD), Suntik, Susuk dan

Kontrasepsi Mantap (Kontap).14

Pada tahun 1998 di Amerika Serikat dengan jumlah PUS 1.003 orang datang

ke pelayanan kesehatan yang menggunakan KB suntik 782 akseptor dengan proporsi

77,9%. Pada tahun 1969 kontrasepsi suntik sudah digunakan oleh hampir 9 juta

wanita di lebih dari 90 negara, termasuk Inggris Raya, Perancis, Jerman, Swedia,

Thailand, Selandia Baru dan Indonesia.15

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Chapter I

Menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007. PUS

yang menggunakan metode kontrasepsi terus meningkat mencapai 61,4%. Pola

pemakaian kontrasepsi terbesar yaitu suntik 31,6%, Pil 13,2%, IUD 4,8%, implant

2,8%, kondom 1,3%, kontap 3,1%, dan kontap pria 0,2 % dan metode lainnya 0,4% 16

Sebagai gambaran metode kontrasepsi suntik pada tahun 1991 hanya 11,7%, 1994

menjadi 15,2%, 1997 menjadi 21,1%, 2003 menjadi 27,8% dan 2007 mencapai

31,6% .17

Berdasarkan hasil survei BKKBN kabupaten Lampung Timur tahun 2006.

Jumlah PUS 184.379 orang, akseptor KB suntik 41.538 orang dengan proporsi

22,52%. Sedangkan untuk Kecamatan Sekampung jumlah PUS 11.783 orang,

akseptor KB suntik 1.890 dengan proporsi 16,04%.12

Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2007, jumlah

penduduk Sumatera Utara terdiri dari 12.911.511 jiwa. Jumlah PUS terdiri dari

1.863.147 jiwa. Dari seluruh akseptor KB aktif 1.107.634 orang dengan proporsi

59,45%, yang menggunakan suntik 399.256 orang dengan proporsi 36,04%,

Sedangkan akseptor KB baru terdiri dari 220.892 orang dengan proporsi 11,86%,

yang menggunakan suntik 82.068 orang dengan proporsi 37,15% yang tidak

menggunakan KB suntik 138.824 dengan proporsi 62.85%. 18

Pada tahun 2008 PUS Sumatera Utara 2.046.122 orang, Dari seluruh akseptor

KB aktif terdiri dari 1.350.724 orang dengan proporsi 66,01%, penggunaan KB

suntik 448.783 orang dengan proporsi 33,96%. Sedangkan akseptor KB baru

345.271 orang dengan proporsi 16,87% dan yang menggunakan suntik 137.127 orang

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Chapter I

dengan proporsi 42,32%. Dari tahun 2007 sampai 2008 terjadi peningkatan

penggunan alat kontrasepsi suntik di Sumatera Utara.19

Pada tahun 2007 jumlah penduduk kota Medan terdiri dari 2.083.156 jiwa.

Jumlah PUS 305.821 orang. Dari seluruh aksepror KB aktif 195.241 orang dengan

proporsi 63,84%, yang menggunakan KB suntik 74.864 orang dengan proporsi 38,34

%, yang tidak menggunakan KB suntik 120.377 orang dengan proporsi 61,66%

Sedangkan akseptor KB baru 33.290 orang dengan proporsi 10,89%, pengguna KB

suntik 14.613 orang dengan proporsi 43,90%, yang tidak menggunakan KB

suntik18.677 orang dengan proporsi 56,10%.20

Pada tahun 2008 PUS di Kota Medan 314.366 orang, Dari seluruh akseptor

KB aktif 199.860 orang dengan proporsi 63,58%. Sedangkan akseptor KB baru

34.402 orang dengan proporsi 10,94%. Pada akseptor KB aktif yang menggunakan

suntik sebanyak 74.146 orang dengan proporsi 23,36%. Sedangkan pada akseptor

baru yang menggunakan suntik 15.650 orang dengan proporsi 42,28 %.20

Berdasarkan data dari profil Kecamatan Medan Amplas pada tahun 2009

Kecamatan Medan Amplas mempuyai jumlah PUS 20.384 orang. Dari seluruh

akseptor KB 13.654 orang dengan proporsi 66,98% yang menggunakan suntik 4.830

orang dengan proporsi 35,37%, pil 5.029 dengan proporsi 36,83%, implan 794 orang

dengan proporsi 5,81%, kondom 637 orang dengan proporsi 4,66%, MOW 518 orang

dengan proporsi 3,79%, MOP 1 orang dengan proporsi 0,01% dan IUD 1.846 dengan

proporsi 13,51%. 21

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Chapter I

Berdasarkan rekapitulasi hasil pendataan keluarga tingkat kelurahan Harjosari

I pada tahun 2009 di peroleh jumlah PUS 5.608 orang yang aktif sebagai akseptor

KB 3.436 orang. Jumlah akseptor KB suntik 1.354 orang dengan proporsi 39,40%,

pil 1.291 orang dengan proporsi 37,57%, implant 240 orang dengan proporsi 6,98%,

IUD 293 orang dengan proporsi 8,52%, kondom 204 orang dengan proporsi 5,93%,

MOW 53 orang dengan proporsi 1,54 %, MOP 1 orang dengan proporsi 0,01 %. 21

Kontrasepsi suntik memiliki keistimewaan sehingga ibu-ibu banyak

menggunakannya antara lain aman, sederhana, efektif, dapat dipakai pasca

persalinan.22

Dari data yang tercatat diatas diketahui bahwa penggunaan alat kontrasepsi

setiap tahun terus meningkat, tidak terkecuali dengan alat kontrasepsi suntik. Di

Indonesia penggunaan terbanyak alat kontrasepsi suntik. Sedangkan di kelurahan

Harjosari I penggunaan alat kontrasepsi suntik pada urutan pertama.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perlu dilakukan penelitian tentang

penggunaan alat kontrasepsi suntik pada akseptor KB di kelurahan Harjosari I

Kecamatan Medan Amplas tahun 2010.

1.2. Perumusan Masalah

Belum diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan alat

kontrasepsi suntik pada akseptor KB di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan

Amplas Tahun 2010.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Chapter I

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk menganalisis penggunaan alat kontrasepsi suntik pada akseptor KB di

Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2010.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui prevalens rate penggunaan alat kontrasepsi suntik pada akseptor

KB di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2010.

b. Untuk mengetahui hubungan karakteristik Host (umur, Pendidikan, Pekerjaan,,

Umur menikah, pengetahuan dan Paritas) dengan penggunaan alat kontrasepsi

suntik pada akseptor KB di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas

Tahun 2010.

c. Untuk mengetahui hubungan karakteristik Environment (Dukungan keluarga)

dengan penggunaan alat kontrasepsi suntik pada akseptor KB di Kelurahan

Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2010.

d. Untuk mengetahui faktor yang dominan dari variabel Host dan Environment

dalam hubungannya dengan penggunaan alat kontrasepsi suntik pada akseptor

KB di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2010.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Chapter I

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Sebagai Bahan masukan bagi kantor Kecamatan Amplas dan kantor Kelurahan

Harjosari I khususnya yang menangani program KB.

1.4.2. Sebagai bahan referensi bagi perpustakaan FKM-USU Medan dan penelitian

selanjutanya

1.4.3. Dapat menambah wawasan dan kesempatan penerapan ilmu yang telah

diperoleh selama perkuliahan di FKM-USU dan juga sebagai salah satu syarat

untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM).

Universitas Sumatera Utara