Chapter I
-
Upload
mutya-yulinda -
Category
Documents
-
view
11 -
download
0
description
Transcript of Chapter I
1
BAB IPENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Nyeri tenggorok dan suara serak merupakan salah satu komplikasi yang
timbul pasca operasi, khususnya operasi dengan anestesi umum yang memakai
inhalasi endotrakeal. Komplikasi tersebut merupakan komplikasi minor yang
menjadi keluhan utama pasien pasca anestesi dengan intubasi endotrakeal, bahkan
pada anestesi yang singkat sekalipun.1,2 Komplikasi ini belum dapat dicegah
sepenuhnyadan masih dicari bagaimana cara penanganannya.Walaupun
komplikasi ini akan pulih dalam waktu 72 jam2,3 dan bukan merupakan suatu
kegawat-daruratan serta tidak menimbulkan kecacatan, namun nyeri tengorok dan
suara serak pasca operasi bisa merupakan keluhan utama jika nyeri luka operasi
dapatdiatasidengan baik, misalnya dengan analgetik epidural.2,4 Komplikasi ini
bisa menyebabkan ketidak puasan dan ketidak nyamanan pasien pasca operasi
serta bisa memperlambat kembalinya aktifitas rutin pasien setelah pulang dari
rumah sakit.2,5
Insiden nyeri tenggorok dan suara serak pasca operasi dengan anestesi
umum dari beberapa penelitian berkisar antara 12,1 – 26 %.5Insiden nyeri
tenggorok dan suara serak setelah intubasi endotrakeal dari beberapa penelitian
juga berbeda – beda yaitu berkisar antara 14,4 – 100 %, setelah insersi laryngeal
mask airway ( LMA ) antara 5,8 – 34 %.5Beberapa penelitian lain juga telah
dilakukan. Ogata dkk mendapatkan insiden nyeri tenggorok pasca operasi dengan
anestesi umum dengan teknik intubasi endotrakeal antara45 – 90 %.3Maruyama
dkk melaporkan insiden nyeri tenggorok pasca operasi dengan anestesi total
intravena teknik intubasi endotrakeal antara25 – 50 %.6 Canbay dkk mendapatkan
insiden nyeri tenggorok pasca operasi dengan anestesi umum teknik intubasi
endotrakeal antara 33 – 61 %.7Dari hasil penelitian Christensen dkk didapat
insiden nyeri tenggorok pasca operasi pada pasien yang dilakukan intubasi
endotrakeal sebesar 14,4%.8 Ayoub dkk mendapatkan insiden nyeri tenggorok
pasca operasi dengan intubasi endotrakeal antara 55 – 60 %.4 Sumanthi dkk
Universitas Sumatera Utara
2
melaporkan insiden nyeri tenggorok pasca operasi dengan intubasi endotrakeal
sebesar 100 %.9 Novia dkk mendapatkan insiden nyeri tenggorok pasca operasi
dengan anestesi umum teknik intubasi endotrakeal sebesar 51 %.10 Mandoe dkk
dalam penelitiannya melaporkan insiden nyeri tenggorok pasca operasi dengan
anastesi umum teknik intubasi endotrakeal menggunakan pipa endotrakeal
Mallinckrodt sebesar 60 %, sedangkan dengan menggunakan pipa edotrakeal
Brandt sebesar 15 %.11 Higgins dkk mendapatkan insiden nyeri tenggorok pasca
operasi pada pasien rawat jalan sebesar 12,1 % dimana insiden nyeri tenggorok
terbesar pada pasien yang dilakukan intubasi endotrakeal 45,5% diikuti pasien
dengan LMA yaitu 17,5%.5 Ahmed dkk mendapatkan insiden nyeri tenggorok
pasca operasi pada pasien yang menjalani prosedur pembedahan elektif sebesar
26%, dimana insiden terbesar pada pasien yang dilakukan intubasi endotrakeal
sebesar 28%. 12
Berbagai macam usaha pencegahan telah dilakukan baik secara non
farmakologik maupun farmakologik untuk mengurangi nyeri tenggorok dan suara
serak pasca operasi dengan hasil yang bervariasi. Metode non farmakologik yang
dilakukan untuk mengurangi insiden nyeri tenggorok pasca operasi seperti
penggunaan pipa endotrakeal ukuran yang lebih kecil, lumbrikasi pipa endotrakeal
dengan water-soluble jelly, instrumentasi jalan nafas yang hati – hati, intubasi
setelah relaksasi penuh, suctioning orofaringdengan hati – hati, meminimalkan
tekanan intrakaf dan ekstubasi apabila kaf pipa endotrakeal telah benar – benar
kempes.7
Secara farmakologik dapat berupa pemberian obat anestesi lokal seperti
spray, obat kumur, atau tablet hisap yang diberikan sebelum atau setelah
induksi.13 Beberapa upaya telah dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti
untuk mencegah terjadinya gejala tenggorok.
Hung NK dkk, melakukan penelitian efek nyeri tenggorok dan suara serak
pasca operasi dengan spray Benzydamine HCl, Lidokain 10% dan Lidokain 2%
pada pipa endotrakeal. Setelah diobservasi selama 6 jam pasca ekstubasi, insiden
nyeri tenggorok dan suara serak pasca operasi secara terendah dijumpai pada grup
Benzydamine ( 17.0% ) dibandingkan lidokain 10% ( 53.7% ), lidokain 2%
Universitas Sumatera Utara
3
( 37.0%) dan saline ( 40.8% ). Benzydamine secara bermakna menurunkan
insiden nyeri tenggorok dibandingkan lidokain.16 Pemakaian Lidokain spray
sangat berhubungan dengannyeri tenggorok dan suara serak pasca operasi.
Lidokain spray mengandung adiktif etanol dan mentol yang dapat menyebabkan
nyeri tenggorok dan suara serak.6
Upaya lain untuk mengurangi nyeri tenggorok dan suara serak adalah
melalui obat kumur. Pemberian obat kumur langsung pada tempat kerjanya dan
membuat konsentrasi menjadi maksimal pada tempat kerja.
Adnyana IN melakukan penelitian efek pemberian obat kumur Ketamin
sebelum intubasi endotrakea untuk mengurangi nyeri tenggorok pasca operasi.
Dari penelitian diperoleh hasil bahwa bahwa insiden nyeri tenggorok dan suara
serak pada kelompok kontrol ( placebo ) sebesar 78.6% sedangkan pada kelompok
ketamin sebesar 31.9%.2
Canbay dkk, melakukan penelitian di Turki pada pasien yang menjalani
operasi septorhinoplasty elektif dengan anestesi umum membandingkan dua
kelompok : kelompok C ( kontrol ), larutan NaCl 0,9% 30 ml; kelompok K
( Ketamin ), Ketamin 40 mg dalam larutan NaCl 0,9% 30 ml. Pasien diminta
untuk berkumur selama 30 detik, 5 menit sebelum induksi anestesi. Nyeri
tenggorok terjadi lebih sering di kelompok C bila dibandingkan dengan kelompok
K pada jam ke - 0, ke - 2, dan ke - 24 dengan insidensi berturut-turut 35% : 73%,
40% : 73%,dan 30% : 61% serta secara signifikan lebih banyak pasien menderita
nyeri tenggorok berat di kelompok C pada jam ke-4 dan ke-24 dibandingkan
dengan kelompok K(p<0,05).7
Rudra dkk, melakukan penelitian di India pada pasien yang menjalani
operasi daerah abdomen dan pelvis dengan anestesi umum dikelompokkan secara
acak kedalam dua kelompok dari 20 subyek masing – masing: grup C, air 30 ml;
grup K, Ketamin 50 mg dalam air 29 ml. Pasien diminta untuk berkumur selama
40 detik, 5 menit sebelum induksi anestesi. Nyeri tenggorok diklasifikasikan
dengan empat skala poin (0-3) dinilai pada jam ke-4, ke-8, dan ke-24 jam setelah
operasi. Nyeri tenggorok terjadi lebih sering di grup Cbila dibandingkan dengan
grup K pada jam ke-4, ke-8, dan ke-24 jam dengan insidensi secara berturut –
Universitas Sumatera Utara
4
turut sebesar 40% : 85%, 35% : 75%, dan 25% ; 60% serta secara signifikan lebih
banyak pasien menderita nyeri tenggorok berat digrup C pada jam ke-8 dan ke-24
jam dibandingkan dengan grup K (p<0,05).14
Bahkan Kulsum, membandingkan obat kumur Ketamin dan Aspirin dalam
mencegah nyeri tenggorok dan suara serak akibat intubasi endotrakeal. Dari
penelitian dilaporkan hasil pada kelompok Ketamin didapati tidak nyeri dan tidak
serak 59,5%. Pada kelompok Aspirin didapati tidak nyeri dan tidak serak 50%,
namun tidak berbeda bermakna perbandingan nyeri tenggorok dan suara serak
antar dua kelompok (P> 0,05%). Sehingga disimpulkan bahwa tidak berbeda
bermakna secara statistik antara obat kumur Ketamin dan Aspirin dalam
mencegah nyeri tenggorok dan suara serak akibat intubasi endotrakeal.15Pada
penelitian ini obat kumur Aspirin yang digunakan adalah tablet aspirin 300 mg
yang dilarutkan dalam 30 ml NaCl 0,9%. Walaupun obat ini sangat murah, namun
penggunaannya kurang praktis dibandingkan dengan Ketamin.
Ketamin adalah salah satu obat anestesi intravena yang sering dan sudah
lama digunakan dalam bidang anestesiologi. Akhir – akhir ini data eksperimental
menunjukkan bawa pemberian Ketamin secara perifer memiliki efek analgetik dan
anti inflamasi. Ketamin dengan receptor N-Methyl-D-Aspartat (NMDA) terdapat
di susunan syaraf pusat dan perifer, maka pemberian secara perifer antagonis
reseptor NMDA seperti Ketamin memiliki efek analgetik dan anti inflamasi.
Ketamin merupakan obat anestesia yang mudah didapat di kamar operasi.Dengan
potensi analgetik dan anti inflamasi pemberian Ketamin kumur sebelum intubasi
ETT dapat mencegah nyeri tenggorok.Ketamin aman digunakan, efek samping
minimal, ditoleransi dengan baik, dan tersedia di kamar operasi.2
Agarwal dkk, melakukan penelitian di India pada pasien yang menjalani
operasi mastektomi dengan anestesi umum, sebelum intubasi endotrakeal pasien
diminta berkumur dengan Aspirin 350 mg (dilarutkan dalamNaCl 0,9%) dalam
grup A, Benzydamine HCl 0,15% dalam grup B dan berkumur dengan NaCl 0,9%
dalam grup C. Aspirin kumur mengurangi insiden nyeri tenggorok pada jam ke-4
dengan insiden 20% sedangkan Benzydamine HCl mengurangi insiden nyeri
tenggorok pada jam ke-4 sebesar 15%. Nyeri tenggorok lebih berat pada grup
Universitas Sumatera Utara
5
kontrol pada jam ke-0 dan ke-2 sebesar 80% dan60 % (p <0,05). Aspirin kumur
dan Benzydamine HCl kumur secara signifikan mengurangi insidensi dan
keparahan nyeri tenggorok dengan insiden 5% dan 0%pada jam ke-24 (p< 0,05).16
Penggunaan Benzydamine HCl dapat dilakukan dengan cara lain. Kati
dkk, melaporkan penggunaan Benzydamine HCl 0,15% spray dibandingkan air
sebagai kontrol yang disemprotkan 5 menit sebelum intubasi.Benzydamine HCL
bisa menurunkan insiden nyeri 35% dibanding 80% padajam ke-4 dan 25%
dibanding 75% pada jam ke-8.17 Supriatin melakukan penelitian pemberian tablet
hisap BenzydamineHCl sebelum pemasangan LMA untuk mengurangi nyeri
tenggorok pasca operasi. Hasilnya pemberian tablet hisap Benzydamine HCl
sebelum pemasangan LMA dapat mengurangi nyeri tenggorok pasca operasi.18
Benzydamine HCl yang merupakan obat anti inflamasi yang digunakan
secara luas untuk pengobatan daerah mulut termasuk golongan Non Steroid Anti
Inflamatory Drug (NSAID) secara topikal. Benzydamine HCl menunjukkan
pengaruh menghambat efek stimulasi TNF-α pada produksi prostaglandin
PGE₂dan PGI₂ dalam fibroblas ginggiva manusia, sehingga Benzydamine HCl ini
menghambat produksi prostaglandin secara tidak langsung. Selain sebagai anti
inflamasi, Benzydamine HCl juga mempunyai efek analgesi, lokal anestesi yang
tidak mengubah fungsi mukosa oral dan lebih lanjut Benzydamine HCl berperan
sebagai proteksi mukosa untuk mengurangi morbiditas nyeri tenggorok karena
kerusakan mukosa.18 Benzydamine HCl 0,15 % mengandung arti setiap 15 ml
mengandung 22,5 mg Benzydamine Hidrochloride.19
Perbandingan kumur Ketamin denganBenzydamine HCl pernah dilakukan
oleh Subekti BE tahun 2012, dalam penelitiannya perbandingan daya guna obat
Ketamin kumur 40 mg dan Benzydamine HCl 0,075% untuk mengurangi nyeri
tenggorok post intubasi didapati hasil Pemberian obat Ketamin kumur 40 mg 5
menit sebelum intubasi lebih berdayaguna dalam mengurangi nyeri tenggorok
pasca anestesi umum dengan pipa endotrakeal dibandingkan dengan obat kumur
Benzydamine HCL 0,075% pada saat sadar penuh dan 2 jam pasca ekstubasi.20
Namun, belum pernah ada penelitian yang membandingkan daya guna obat
Universitas Sumatera Utara
6
Ketamin kumur 40 mg dan Benzydamine HCl 22,5 mg ( = 0,15 % ) untuk
mengurangi nyeri tenggorok dan suara serak pasca intubasi.
Dari uraian diatas, tingginya insiden nyeri tenggorok dan suara serak pasca
operasi terutama akibat intubasi endotrakeal. Ketersediaan alat bantu airway
berupa pipa endotrakeal diruang operasi baik di Rumah Sakit Haji Adam Malik
Medan, maupun di rumah sakit daerah dibandingkan alat bantu airway lainnya
( LMA ), kepraktisan dan keunggulan yang dimiliki oleh Ketamin dan
Benzydamine HCl 22,5 mg, membuat peneliti ingin membandingkan pemberian
obat kumur Ketamin dan Benzydamine HCl 22,5 mg sebelum intubasi
endotrakeal untuk mengurangi nyeri tenggorok dan suara serak pasca operasi pada
pasien.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas peneliti merumuskan masalah
penelitian sebagai berikut: apakah obat kumur Benzydamine Hydrochloride 22,5
mg lebih efektif dibanding obat kumur Ketamin 40 mg dalam mencegah nyeri
tenggorok dan suara serak akibat intubasi endotrakeal ?
1.3.Hipotesa
Obat kumur Benzydamine Hydrochloride 22,5 mg lebih efektif dibanding
obat kumur Ketamin 40 mg dalam mencegah nyeri tenggorok dan suara serak
akibat intubasi endotrakeal
1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan alternatif obat dalam mencegah nyeri tenggorok dan
suara serak akibat intubasi endotrakeal
1.4.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui insiden nyeri tenggorok dan suara serak setelah
menggunakan obat kumur Ketamin 40 mg akibat intubasi endotrakeal.
Universitas Sumatera Utara
7
2. Untuk mengetahui insiden nyeri tenggorok dan suara serak setelah
menggunakan obat kumur Benzydamine Hydrochloride22,5 mgakibat
intubasi endotrakeal.
3. Untuk membandingkan insiden dan derajat nyeri tenggorok dan suara
serak setelah menggunakan obat kumur Ketamin 40 mg dan obat kumur
Benzydamine Hydrochloride 22,5 mgakibat intubasi endotrakeal.
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Bidang Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menambah
khasanah keilmuan dalam usaha mengurangi insiden nyeri tenggorok dan suara
serak akibat intubasi endotrakeal.
1.5.2. Bidang Pelayanan Masyarakat
1. Hasil dari penelitian ini diharapkan meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan sehari – hari.
2. Menjadi alternatif obat untuk mengurangi nyeri tenggorok dan suara serak
setelah intubasi endotrakeal.
1.5.3. Bidang Penelitian
1. Dalam bidang penelitian, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
data untuk penelitian selanjutnya dalam bidang penanganan nyeri
tenggorok dan suara serak paska intubasi endotrakeal.
2. Penelitian ini akan memperkuat landasan teori serta menambah data
tentang kemampuan obat kumur Ketamin 40 mg dan Benzydamine
Hydrochloride 22,5 mg dalam mengurangi insiden nyeri tenggorok dan
suara serak akibat intubasi endotrakeal.
Universitas Sumatera Utara