Chapter 3 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care
Chapter 11 Buku The Health care Quality Book
-
Upload
nasiatul-salim -
Category
Healthcare
-
view
39 -
download
1
Transcript of Chapter 11 Buku The Health care Quality Book
BAB XI. KESELAMATAN PASIEN DAN KESALAHAN MEDIS
Latar Belakang dan Terminologi
Pelayanan kesehatan tidak pernah bermaksud menyakiti, namun kadang
itulah hasilnya. Selain ketakutan akan diagnosis terminal dan penyakit yang
melemahkan, salah satu kengerian terbesar yang dialami pasien adalah kekeliruan
yang mungkin muncul dan kekeliruan tersebut akan melukai mereka.
Pada tahun 2000,penelitian mengenai keselamatan pasien berjudul To Err is
Humanmembangkitkan kesadaran publik tentang masalah yang terjadi.Studi
mengenai kesalahan medis, kesalahan pengobatan dan peristiwa kecelakaantelah
muncul dalam literatur selama puluhan tahun, memberikan dasar perkiraan dalam
laporan.
Keselamatan Pasien Ditetapkan
Keselamatan pasien diartikan sebagai “bebas dari cedera akibat kecelakaan”
(Kohn, Corrigan dan Donaldson, 2000).Intinya adalah pengalaman pasien dengan
tujuan tidak ada pasienyang mengalami cedera, rasa sakit, atau penderitaan lain
yang tak perlu. Pengalaman pasien mengenai luka atau cedera akibat tindakan medis
disebut peristiwakecelakaan (adverse event, tidak disebabkan oleh kondisi medis
pada saat itu).Kecelakaan kadang berasal dari kekeliruan, yang seharusnya dapat
dicegah.Walaupun demikian, kadang kala tindakan medis yang direncanakan dan
dilakukan secara tepat dapat pula menimbulkan kesakitan (Shojania dkk., 2002).
Beberapa berpendapat bahwa itu tidak termasuk kecelakaan, namun tetap saja
konsekuensi yang muncul tidak disengaja dan pasien yang mengalaminya merasa
tidaknyaman.
Para dokter sering mengaitkanpenetapan tingkat pencegahan kerusakan
dengan kemungkinan munculnya kesalahan yang mengakibatkan kerusakan,
meskipun keduanya tidak berhubungan.Penerimaan bahwa sebagian besar
kerusakan tidak dapat dicegah mungkin menghentikan pencarian terhadap praktik-
praktik lebih baik yang tidak menghasilkan kecelakaan.Kekeliruan tidak selalu
menimpa pasien, dan ketika sampai pada pasien, belum tentu menimbulkan
kerusakan.
Menurut James Reason (1990), kekeliruan (error) adalah peristiwa kegagalan
mencapai hasil yang diharapkan, yang berasal dari dua kegagalan dasar: kegagalan
perencanaan atau kegagalan pelaksanaan.
Etiologi Kesalahan Pasien
Mengalamatkan keselamatan pasien dan kesalahan medis pertama-tama
perlu pemahaman tentang penyebab yang berkontribusi pada kekeliruan dan
kecelakaan.Ketika suatu kesalahan muncul, entah itu dari perencanaan maupun
pelaksananaannya, biasanya adalah masalah sistem (Leape, Berwick, dan Bates,
2002).Pelayanan kesehatan jarang mengenali hubungan ini.Saat kekeliruan
menyebabkan kecelakaan, sering kali respon yang muncul adalah pelimpahan
kesalahan kepada pihak pelaksana, kemudian menghukumnya dengan pencabutan
surat izin, denda, penangguhan, atau pemecatan. Hukuman atas keterlibatan dalam
suatu kesalahan menyebabkan keengganan untuk melapor (Findlay, 2000).Hukuman
dapat diberikan jika pihak yang bersangkutan memang sengaja mencelakai, yang
merupakan tindakan kriminal atau perilaku negatif.
Pelaporan atas kekeliruan dan kecelakaan penting untuk mengetahui letak
perubahan dan peningkatan dapat diterapkan.Sayangnya, pelaporan dalam lingkup
pelayanan kesehatan masih kurang, baik dalam organisasi individual, tingkat wilayah
maupun nasional.Beberapa agen, seperti departemen kesehatan negara bagian,
mewajibkan pelaporan hanya untuk peristiwa kecelakaan tertentu.Karena terlalu
sedikit kejadian yang dilaporkan, data yang ada tidak bisa digunakan untuk
mengukur peningkatan dan untuk menentukan suatu institusi telah bekerja dengan
lebih baik.
Kesalahan akan terus muncul dalam pelayanan kesehatan. Proses-proses
yang berlaku akan terus memiliki peluang kegagalan, dan kesalahan manusia
menjadi salah satu pencetusnya. Walau demikian, kecelakaan dan kerusakan tidak
perlu terus bermunculan (Nolan, 2000).Sistem yang dirancang demi keselamatan
pasien salah satunya adalah yang mengantisipasi kesalahan, prosesnya didesain dan
dikembangkan dengan faktor-faktor kemanusiaan dan dengan pertimbangan
keselamatan, serta mendorong dan menghargai pelaporan.Jika keselamatan
merupakan bagian dari rutinitas semua orang, kesalahan mungkin muncul, tetapi
bukan kecelakaan.
Cakupan dan Penggunaan dalam Organisasi Pelayanan Kesehatan
Kerja Tim dan Keselamatan Pasien
Interaksi dalam tim mempengaruhi kesuksesan. Industri penerbangan
memiliki sistem manajemen yang disebut sebagai crew resource management
(manajemen tenaga kerja kru/CRM). Di CRM, para awak belajar berinteraksi sebagai
tim, dan semua anggotanya memiliki peran dan tanggung jawab yang setara untuk
memastikan keselamatan semua penumpang. Bidang pelayanan kesehatan
menerapkan CRM dan menggunakannya dalam semua tatanan.Pelatihan CRM untuk
tim ruang pembedahan berupa memperbaiki kerja sama antara dokter bedah,
anestesiologis, perawat, dan teknisi untuk memastikan perawatan yang aman bagi
pasien. Berdasarkan survei keselamatan pasien di University of Texas Center of
Excellence, tim-tim yang melaporkan tingkat kerja tim yang tinggi masih melakukan
kesalahan, namun tidak seserius tim berkinerja rendah. Tim yang koordinasinya baik
juga mampu menyelesaikan konflik dan mencegah kesalahan-kesalahan kecil
berkembang menjadi kecelakaan. Meski begitu, korelasi tersebut lebih sering muncul
pada kru penerbangan daripada tim pembedahan, karena kru penerbangan telah
menerima pelatihan CRM dalam waktu lama (Sexton, Thomas dan Helmreich, 2000).
Setiap departemen, unit dan organisasi harus tetap mengembangkan
budayanya walaupun telah memberikan hasil yang baik, dengan berfokus dan
meningkatkan interaksi dan komunikasianggota tim pelayanan kesehatan. Fokus ini
akan memperbaiki perawatan terhadap pasien, dan memberikan banyak manfaat
lainnya. Jika semua anggota tim merasa dihargai dan dapat berkontribusi, maka
kepuasan terhadap pekerjaan naik, sehingga mengurangi persoalan yang
menyebabkan kemunduran dalam organisasi. Komunikasi yang lebih baik di antara
para dokter menyebabkan peningkatan koordinasi dalam perawatan, pengenalan
dini terhadap kesalahan dan tindakan yang lebih cekatan.
Teknik lain yang digunakan rumah sakit adalah pengadaan pertemuan singkat
yang membahas prosedur keselamatan setiap kali menjelang pelaksanaan operasi.
Setelah itu, para staf lebih mudah menyampaikan laporan ketika menemui masalah,
bahkan perasaan beban kerja mereka berkurang meskipun tingkat pembagian tugas
atau beban kerja tidak berubah (Sexton, 2002).
Mewujudkan Keselamatan Pasien yang Lebih Baik
Kepemimpinan dalam organisasi merupakan tenaga penggerak budaya yang
berlaku dan persepsi yang dibentuknya.Pesan mengenai keselamatan pasien bagi
staf dalam organisasi pelayanan kesehatan harus datang dari CEO, pimpinan staf
medis, dan dewan.Pesan tersebut juga harus nyata dan konsisten.Perubahan
kulturdan cara pandang memakan waktu lama dan memerlukan upaya dan
perhatian lebih. Kehadiran kepemimpinan di barisan depan merupakan hal pokok,
tetapi itu hanya satu bagian dari keseluruhan.
Kesadaran bahwa kesalahan dan kecelakaan yang terjadi adalah masalah
sistem, bukan manusianya, merupakan langkah awal yang penting.Penting pula
tindak lanjut atas kesadaran tersebut, dengan tanggapan yang tepat.Banyak
organisasi yang telah menerapkan kebijakan yang tidak menghukum untuk
mendorong kerelaan staf dalam pelaporan kesalahan dan kecelakaan.Hukuman
harus dipertimbangkan dari sudut pandang karyawan, bukan hanya dari
manajer.Setiap kali petugas merasa dipersalahkan, suasana penghukuman akan
terus bertahan dan kemungkinan staf memberi laporan secara sukarela pun akan
mengecil.
Berurusan dengan Peristiwa Kecelakaan
Menangani kecelakaan dalam pelayanan kesehatan mungkin sangat
rumit.Pengungkapan cedera pada pasien dan keluarganya adalah perkara rumit
lainnya bagi pimpinan rumah sakit dan dokter ketika muncul peristiwa kecelakaan.
Melibatkan pasien dan keluarganya dalam diskusi mengenai keseluruhan proses
perawatan mereka menjadi elemen penting dalam perubahan budaya. Pengutamaan
pasien adalah salah satu perubahan yang direkomendasikan. Setiap bagian
perawatan pasien harus fokus pada kebutuhan pasien, bukan kebutuhan dokter,
perawat, atau petugas klinis lainnya, rumah sakit atau fasilitas kesehatan lain.
Budaya yang mengutamakan keselamatan harus mencakup pasien dan diskusi
terbuka dalam suatu wilayah dapat memicu keterbukaan di wilayah lain.
Melaporkan Kecelakaan
Fokus pada pelaporan akan meningkatkan pelaporan, namun tetap saja
organisasi harus lebih mengetahui kesalahan dan kecelakaan yang terjadi agar dapat
memperbaiki sistemnya. Rumah sakit yang berhasil menaikkan jumlah pelaporan dan
mempertahankannya lebih fokus kepada kultur dan menciptakan lingkungan sadar
keselamatan, bukan pada mekanisme pelaporannya. Komitmen jajaran
kepemimpinan terhadap keselamatan dan strategi-strategi peningkatan kerja tim di
semua tingkat organisasi merupakan langkah awal. Ketika perubahan mengakar di
suatu organisasi, perubahan kultur dan pelaporan secara suka rela meningkat secara
nyata.
Kesalahan tidak dapat dihindari bahkan pada budaya yang sadar akan
keselamatan. Reason (1990) membagi kesalahan dalam dua jenis:
1. Aktif: efek atau konsekuensinya muncul secara langsung
2. Laten:muncul dalam sistem untuk waktu yang lama, tidak menimbulkan
kerusakan hingga dipicu oleh kombinasi berbagai faktor lain menjadi
serangkaian peristiwa merugikan.
Dalam membangun budaya yang mengutamakan keselamatan, organisasi harus
memastikan bahwa informasi tentang kesalahan serta tindakan untuk mengatasinya
disebarkan secara terbuka.Organisasi juga harus mencari cara agar informasi sampai
kepada departemen, unit dan divisi-divisinya. Berbagi pelajaran mengenai
keselamatan ke seluruh organisasi adalah satu-satunya carauntuk mengenali dan
memperbaiki kesalahan laten.
Selain itu, belajar dari lingkungan luar pun penting.Setiap kali terjadi
kesalahan serius di suatu rumah sakit, pelajaran yang diambil dari peristiwa tersebut
harus dibagikan kepada rumah sakit lain, sehingga semua dapat menganalisis proses
masing-masing sehubungan dengan perbaikan. Sayangnya, akses kepada informasi
ini sepertinya tidak mudah karena terhambat masalah-masalah hukum dan
pertimbangan atasprivasi.
Melihat Industri Lain
Pelayanan kesehatan harus melihat industrilainmenyangkut gagasan
implementasi praktik yang aman. Petugas pelayanan kesehatan mengemban
tanggung jawab yang khusus dan unik ketika memberikan perawatan, namun tetap
saja dapat belajar dari organisasi di bidang lain. Salah satu perangkat yang
dikembangkan dalam tatanan industrial dan dapat diaplikasikan pada pelayanan
kesehatan adalah analisis mode dan efek kegagalan (failure modes and effects
analysis/FMEA). FMEA adalah metode yang sistematis dan proaktif untuk
mengevaluasi suatu proses guna mengidentifikasi kemungkinan kegagalan dan
menilai efek relatif berbagai kegagalan untuk mengenali bagian-bagian yang
memerlukan perbaikan. FMEA meliputi peninjauan terhadap:langkah-langkah
proses; mode kegagalan; penyebab kegagalan; akibat kegagalan. FMEA menekankan
pada pencegahan untuk mengurangi risiko kerusakan pada pasien maupun
staf.Selain itu, mitigasi merupakan aspek yang sama pentingnya yang menjadikan
praktik lebih aman. Walaupun telah ada strategi pencegahan dan deteksi, kesalahan
dapat menyelip masuk dan menimpa pasien.Pengenalan kesalahan secara cepat dan
penanganan secara tepat dapat mengurangi kerusakan secara signifikan.
Menggunakan Teknologi untuk Meningkatkan Keselamatan Pasien
Teknologi sering dipandang sebagai solusi perawatan yang lebih baik, dan
meskipun menawarkan banyak cara untuk meningkatkan sistem dan prosesnya,
setiap teknologi baru membuka peluang baru bagi kesalahan dan kegagalan.
Pemecahan dengan teknologi sering digunakan dalam sistem dan proses yang sudah
cukup rumit, dan satu perubahan pada bagian sistem dapat menghasilkan akibat
yang tak diharapkan pada bagian lainnya (Shojania dkk., 2002). FMEA dapat
membantu sebagai sumber berguna bagi staf dalam mengevaluasi potensi kegagalan
dari peralatan dan mempertimbangkan proses agar dapat mencegah, mendeteksi,
dan mitigasi kegagalan-kegagalan tersebut. Keunggulan dari suatu teknologi harus
digunakan secara seimbang. Penggunaan secara berlebihan akan menghilangkan
efektivitasnya setelah beberapa waktu.Industri lainnya telah mempertimbangkan hal
ini, pelayanan kesehatan pun seharusnya demikian.
Merancang Proses yang Aman
Penopang keberhasilan upaya pengurangan kerusakan pada pasien adalah
budaya sadar keselamatan. Selanjutnya, organisasi harus menaksir proses dan sistem
perubahan dengan elemen-elemen berikut:
1. Memasukkan pengetahuan faktor-faktor manusiawi ke dalam pelatihan dan
prosedur. Perkirakan dan rencanakan kesalahan agar kelak tidak terkejut ketika
sesuatu terjadi.
2. Rancang proses-proses agar dapat dilaksanakan secara aman dan andal oleh
para staf dengan berbagai latar belakang pengalaman, pelatihan dan lingkungan
atau tekanan personal.
3. Mendesain teknologi dan prosedur untuk pelaksana, memperkirakan kegagalan
(Norman, 1988).
4. Menurunkan tingkat kerumitan dengan mengurangi jumlah langkah dalam
proses (Nolan, 2000).
5. Memastikan bahwa upaya keamanan ditujukan pada pencegahan, deteksi, dan
mitigasi (Nolan, 2000).
6. Menetapkan standar proses, perangkat, teknologi dan peralatan.
7. Melabeli obat-obatan dan solusi secara jelas dan untuk dosis masing-masing,
termasuk nama generik dan nama dagangnya. .
8. Memberi barcode
9. Menggunakan tekanan untuk mencegah kemunculan kesalahan tertentu, namun
pastikan tetap seimbang dan tidak berlebihan.
Persoalan Klinis dan Operasional
Penelitian tentang Keselamatan Pasien
Kini, pelayanan kesehatan memiliki standar praktik untuk berbagai kondisi
klinis.Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa hal itu dapat diandalkan dan ada
konsensus di antara para ahli mengenai praktik-praktik tersebut.Penelitian terbaru
menyebutkan bahwa sebagian besar praktik ideal tercatat telah digunakan dalam
perawatan pada 50% pasien yang tepat, dengan hasil terbaik (McGlynn dkk., 2003).
Keberatan para Dokter
Beberapa keberatan yang diajukan para dokter antara lain(1) pendekatan
tersebut dianggap meremehkan keahlian dokter dan penilaian terhadap
prosesnya;(2) para dokter berpendapat bahwa setiap pasien berlainan, sebagai
individu yang unik. Seharusnya, para dokter dapat menerima bahwa praktik-praktik
berbasis fakta tidak menghilangkan nilai dan keahlian mereka, tetapi justru
membantu mereka menyediakan perawatan yang aman dan berkualitas tinggi bagi
pasien, sehingga meningkatkan hasil.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian dapat memberikan pengetahuan baru, tetapi terdapat beberapa
batasan.Desakan untuk menyelesaikan penelitian yang menyeluruh sebelum
menerapkan perubahan menghalangi peningkatan dan pelaksanaan praktik yang
aman.Beberapa praktik untuk meningkatkan keselamatan pasien tidak memerlukan
penelitian untuk membuktikan efektivitasnya, cukup dilaksanakan saja (Shojania
dkk., 2002). Penelitian memberikan informasi yang kuar biasa, namun kita tidak
perlu meneliti semuanya dan seharusnya itu tidak menghalangi kita untuk
menjalankan praktik yang lebih aman.
Efek Kelelahan
Penelitian telah menunjukkan bahwa terdapat efek kelelahan pada kesalahan
dan keamanan.Seseorang yang kekurangan waktu tidur menunjukkan kemunduran
kognitif, dan seseorang yang tersadar selama 24 jam sering kali memperlihatkan
tindakan dan kesalahan seperti orang yang terpengaruh alkohol. Banyaknya beban
kerja, jumlah jam kerja dan besar tingkat kelelahan adalah kondisi-kondisi yang
diketahui berkontribusi pada kejadian kesalahan.
Keadaan Ekonomi dan Keselamatan Pasien
Banyak faktor yang mempengaruhi pelayanan kesehatan, salah satunya
adalah faktor ekonomi (Kohn, Corrigan dan Donaldson, 2000).Praktik-praktik yang
tidak aman menimbulkan banyak biaya.Pengeluaran tersebut berkaitan dengan
efisiensi, penambahan lama menginap, pembalikan, biaya yang terhisap ketika
muncul kesalahan atau kecelakaan, penanganan terhadap malapraktik, dan kenaikan
premium.Diharapkan, dalam waktu dekat para pasien dapat mengakses sistem
pelayanan kesehatan dengan keyakinan penuh dan tanpa rasa takut akan kerusakan.
Studi Kasus: OSF Healthcare System
OSF Healthcare System dimulai setelah penerbitan Crossing the Quality
Chasm dari IOM (2001). OSF Healthcare System mengoperasikan fasilitas-fasilitas
rumah sakit, kantor-kantor praktik dokter, pusat perawatan darurat, dan fasilitas
extended care di Illinois, Wisconsin dan Michigan. OSF menjalankan strategi
peningkatan top-down dan bottom-up.Pihak perusahaan dan pimpinan dari masing-
masing rumah sakit memprioritaskan perawatan yang lebih aman.Mereka
memberlakukan kompensasi eksekutif untuk indikator-indikator utama keselamatan,
juga membangun infrastruktur kokoh yang diperlukan untuk menciptakan dan
mempertahankan perubahan di lini depan. Agen-agen perubahan dibentuk, terdiri
atas para dokter yang melaporkan secara langsung kepada pimpinan senior. Peran
mereka dirancang agar dapat bekerja di semua level organisasi dan mengatur
peningkatan yang digerakkan oleh prioritas-prioritas strategis.
Pada pelaksanaannya, OSF mengerahkan St. Joseph Medical Center bekerja
sama dengan Institute for Healthcare Improvement (IHI). Tim OSF yang mewakili
administrasi, staf medis, keperawatan, apotek dibentuk dan ditugasi menciptakan
purwarupa yang unggul dan berhasil.Tim kemudian menerapkan perubahan-
perubahan yang berhasil untuk menyebarkan peningkatan di dalam
organisasi.Kombinasi dari kepemimpinan yang turut serta aktif, tim garis depan yang
kreatif yang berkomitmen, harapan dan rencana yang dibagikan bersama secara
luasserta pengukuran kemampuan yang kuat dapat menciptakan tingkat keamanan
yang unggul.
Untuk mengatasi tingkat kecelakaan obat-obatan, OSF menetapkan:
1. Meningkatkan budaya keselamatan dan memelihara nilai survei kultural yang
memperlihatkan keyakinan para staf mengenani arti penting praktik aman dan
mengalami sistem perawatan yang beroperasi secara saling menghormati, saling
mendukung dan berkomitmen untuk belajar dan komunikasi lancar.
2. Mengembangkan proses rekonsiliasi pengobatan untuk memastikan bahwa para
pasien menjalani pengobatan yang benar pada setiap tingkat perawatan
3. Pemanfaatan FMEA guna mengurangi risiko dan mengingkatkan keandalan sistem
4. Standardisasi penentuan dosis dan manajemen pengobatan berisiko tinggi
Dengan definisi budaya “sikapmenonjol dan perilaku yang mencirikan kerja
suatu grup atau organisasi,” OSF St. Joseph Medical Center memulai perancangan
ulang yang komprehensif untuk kultur dan sistem perawatan untuk mengurangi
tingkat kerusakan pada pasien. Sewaktu mengevaluasi wilayah-wilayah perbaikan,
Center tersebut mengenali penurunan kecelakaan terkait pengobatan sebagai
peluang untuk menularkannya ke populasi pasien yang lebih banyak.
Mengurangi Kecelakaan Obat-Obatan
Penurunan drastis pada kecelakaan obat-obatan yang menjadi sasaran
perubahan OSF memerlukan beragam perubahan dalam berbagai proses. OSF
memulainya dengan mengukur rata-rata kerusakan yang disebabkan oleh
pengobatan, menggunakan perangkat yang disponsori oleh IHI.Dokter terlatih
mengambil sampel secara acak dan meninjaunya untuk membuat perkiraan jumlah
dan jenis kesalahan yang muncul.OSF melihat banyak kerusakan dalam sistem
pengobatannya.Organisasi tersebut juga prihatin dengan tingkat kesalahan potensial
dan yang dilaporkan.Kesalahan-kesalahan yang tidak dilaporkan mungkin belum
menimbulkan kerusakan, namun itu menandai potensi belajar dan
peningkatan.Untuk meningkatkan nilai dan pembelajaran organisasi, OSF
mengadakan hotline kecelakaan pengobatan yang berlokasi di apotek, sehingga
apoteker dapat memeriksa kejadian yang dilaporkan setiap hari dan menindaklanjuti
dengan investigasi penyebabnya.Dengan demikian, pelaporan kesalahan dan potensi
kesalahan meningkat secara mencolok.
Perubahan penting dalam pengurangan kecelakaan pengobatan yaitu adanya
proses rekonsiliasi pengobatan, membandingkan pengobatan yang telah dijalani
pasien dengan yang ia ambil saat ini.Perawatan pasien sering kali terpisah-pisah dan
dibawah penanganan banyak dokter. Proses rekonsiliasi membantu petugas
mengenali pengobatan yang tepat, menemukan hal-hal yang terlewatkan, dan
mengidentifikasi hal-hal yang perlu dilanjutkan, dihentikan, atau disesuaikan
berdasarkan perubahan kondisi pasien. Pembandingan pengobatan diselenggarakan
melalui tiga tahap.Pada rekonsiliasi admisi, pengobatan di rumah dibandingkan
dengan pengobatan yang diperintahkan dokter.Kemudian rekonsiliasi transfer,
pengobatan yang dijalani pasien dari perawatan sebelumnya dibandingkan dengan
pemberian pada unit baru.Ketiga, rekonsiliasi pelepasan, yaitu pengobatan yang
diambil saat di rumah sakit dibandingkan dengan obat-obatan yang diresepkan
setelah keluar dari rumah sakit.
Standardisasi resep yang didasarkan pada praktik-praktik terbaik mengurangi
variabilitas praktik dokter secara individual dan menurunkan jumlah kecelakaan
pengobatan secara dramatis.Salah satu perubahan yang mendasar dan penting
adalah keberadaan apoteker dalam unit keperawatan untuk meninjau dan
memberikan obat-obatan.Mereka dapat melihat resep dari pihak pertama dan
mengidentifikai kesalahan dosis dan interaksi obat-obatan.
Perubahan Kultural
Organisasi harus mengubah budayanya sambil membuat perbaikan bagi
proses perawatan dan pengobatan berisiko tinggi. Pekerjaan ini meliputi melekatkan
keselamatan dalam dasar-dasar organisasi—memasukkan sasaran ke dalam misi
organisasi dan tujuan strategis, gambaran kerja dan agenda pertemuan
perusahaan.Transformasinya berupa komunikasi dan pengingat rutin melalui
pertemuan, konferensi, kunjungan dan sesi-sesi belajar.
Perubahan pertama berupa pengenalan kepada rapat-rapat keamanan
tingkat unit.Staf berkumpul selama lima-sepuluh menitpada waktu yang telah
ditentukan untuk meninjau keamanan pelaksanaan unit pada hari itu.Perubahan
kedua adalah peran yang dijalani oleh eksekutif institusi.Pimpinan senior
mengunjungi tempat perawatan pasien setiap minggu untuk memperlihatkan
komitmen terhadap keselamatan dengan mengumpulkan informasi mengenai
perhatian staf atas keamanan.Untuk mengukur semua pengaruh perubahan pada
kultur keselamatan, sebuah survei diselenggarakan setiap enam bulan sekali untuk
mengukur iklim budaya petugas di sekeliling pasien. Survei tersebut digunakan
sebagai alat pengukur tingkat budaya yang tidak menghukum terkait pelaporan
keamanan dan efektivitas inisiatif keselamatan, komunikasi antar anggota dan kerja
tim secara keseluruhan.
Hasil
Usaha OSF memberikan hasil sebagai berikut:
Rekosiliasi pengobatan diperkenalkan pada musim panas 2001; pada Mei 2003
rekonsiliasi admisi sekitar 85-95%, rekonsiliasi transfer 70% dan rekonsiliasi
pelepasan 95%
Organisasi menyelesaikan FMEA, mengusahakan penurunan risiko di setiap
tahapannya, dan mengurangi nilai risiko dari 157 ke 103 (34%).
Terdapat perubahan yang menyasar pada peningkatan keamanan pengobatan
dan tindakan tertentuyang dirancang untuk meningkatkan kultur keselamatan
Hasil berupa tingkat kejadian kecelakaan pengobatan menurun dari Juni 2001,
5,8 per 1.000 dosis menjadi 0,72 per 1.000 dosis pada Mei 2003.
Tingkat kejadian kecelakaan untuk semua OSF pada Juni 2004 adalah 98 per
1.000 pasien per hari, menurun hingga 31 kejadian per 1.000 pasien per hari
pada Maret 2007
Tingkat mortalitas standar untuk semua rumah sakit (HSMR) OSF adalah 103
pada tahun 2002 dan 73 pada tahun 2006
Tingkat kejadian kecelakaan di St. Joseph Medical Center adalah 70 pada Juni
2004 dan 29 pada Maret 2007
HSMR di St. Joseph Medical Center adalah 120 pada 2002 dan 89 pada 2006
Kesimpulan
Dalam organisasi kesehatan, para pimpinan harus memperlihatkan komitmen
mereka dalam mewujudkan keselamatan dan menciptakan budaya sadar-
keamanan.Mereka harus dapat membangun kesadaran agar semua anggota tim
pelayanan kesehatan bekerja sama melaksanakan praktik yang aman dalam operasi
setiap harinya. Tujuan ini harus dikenakan pada setiap sektor pelayanan
kesehatan.Faktor-faktor manusiawi dimasukkan dalam desain peralatan medis,
keselamatan dimasukkan dalam kurikulum pendidikan pelayanan kesehatan.Sistem
pelaporan dan proses-proses hukum seharusnya tidak menyalahkan seseorang atas
masalah sistem.Penyelenggaraan sistem harus memajukan perawatan yang aman
dan berkualitas.Kesalahan mungkin masih akan terus muncul, namun frekuensi dan
tingkat kerusakannya dapat dikurangi.
Sumber : Chapter 11 Buku The Health care Quality Book