Chapter 5 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care

12
1 BAB5. MODEL KINERJA MUTU Pertanyaan penting yang dihadapi sebagian besar upaya peningkatan pelayanan kesehatan adalah bagaimana mengevaluasi performa klinis. Sebuah Kerangka Konseptual dan Definisi Mutu Menurut Dr. Avedis Donabedian (1980, 1982, 1986), definisi kualitas pada umumnya mencerminkan nilai-nilai dan tujuan-tujuan sistem pelayanan kesehatan saat ini. Donabedia mengajukan kerangka kerja untuk mengkonseptualisasikan mutu dengan memberikan tiga aspek perawatan: Struktur : sumber daya-sumber daya yang tersedia untuk menyediakan pelayanan, yang mencakup fasilitas-fasilitas, peralatan dan petugas terlatih. Proses : aktivitas-aktivitas memberikan dan menerima perawatan (aktivitas- aktivitas pasien dalam mencari perawatan, juga kegiatan yang dilakukan praktisi) Perkembangan : Terutama, perubahan-perubahan di kondisi pasien setelah perawatan; juga mencakup pengetahuan dan kepuasan konsumen. Donabedian memperluas pengertian kualitas dengan tidak hanya mencakup manajemen teknik dalam mengatasi pasien namun juga manajemen hubungan interpersonal, dan akses pada perawatan dan kontinuitas perawatan. Tahun 1988, US Office of Technology Assessment (OTA) mendefinisikan pelayanan kesehatan sebagai “tingkat pada saat proses perawatan meningkatkan probabilitas hasil yang diinginkan oleh pasien dan mengurangi kemungkinan hasil yang tidak diinginkan”. Institute of Medicine (IOM) di tahun 2000-2001 menerbitkan serangkaian laporan tentang kualitas: cakupan kualitas dan persoalan keamanan. Menurut IOM kualitas pelayanan kesehatan harus mencakup: Keamanan – menghindari cedera pada pasien akibat perawatan yang dimaksudkan untuk membantu mereka. Efektif – memberikan layanan berdasar pada pengetahuan ilmiah untuk semua yang dapat memberikan manfaat dan menahan diri memberikan layanan bagi mereka yang kemungkinan tidak memberikan keuntungan.

Transcript of Chapter 5 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care

1

BAB5. MODEL KINERJA MUTU

Pertanyaan penting yang dihadapi sebagian besar upaya peningkatan

pelayanan kesehatan adalah bagaimana mengevaluasi performa klinis.

Sebuah Kerangka Konseptual dan Definisi Mutu

Menurut Dr. Avedis Donabedian (1980, 1982, 1986), definisi kualitas pada

umumnya mencerminkan nilai-nilai dan tujuan-tujuan sistem pelayanan kesehatan

saat ini. Donabedia mengajukan kerangka kerja untuk mengkonseptualisasikan mutu

dengan memberikan tiga aspek perawatan:

Struktur : sumber daya-sumber daya yang tersedia untuk menyediakan

pelayanan, yang mencakup fasilitas-fasilitas, peralatan dan petugas terlatih.

Proses : aktivitas-aktivitas memberikan dan menerima perawatan (aktivitas-

aktivitas pasien dalam mencari perawatan, juga kegiatan yang dilakukan

praktisi)

Perkembangan : Terutama, perubahan-perubahan di kondisi pasien setelah

perawatan; juga mencakup pengetahuan dan kepuasan konsumen.

Donabedian memperluas pengertian kualitas dengan tidak hanya mencakup

manajemen teknik dalam mengatasi pasien namun juga manajemen hubungan

interpersonal, dan akses pada perawatan dan kontinuitas perawatan.

Tahun 1988, US Office of Technology Assessment (OTA) mendefinisikan

pelayanan kesehatan sebagai “tingkat pada saat proses perawatan meningkatkan

probabilitas hasil yang diinginkan oleh pasien dan mengurangi kemungkinan hasil

yang tidak diinginkan”. Institute of Medicine (IOM) di tahun 2000-2001 menerbitkan

serangkaian laporan tentang kualitas: cakupan kualitas dan persoalan keamanan.

Menurut IOM kualitas pelayanan kesehatan harus mencakup:

Keamanan – menghindari cedera pada pasien akibat perawatan yang

dimaksudkan untuk membantu mereka.

Efektif – memberikan layanan berdasar pada pengetahuan ilmiah untuk

semua yang dapat memberikan manfaat dan menahan diri memberikan

layanan bagi mereka yang kemungkinan tidak memberikan keuntungan.

2

Mementingkan pasien – memberikan perawatan yang menghormati dan

menanggapi preferensi, kebutuhan serta nilai pasien dan menjamin bahwa

nilai pasien menjadi panduan semua keputusan klinis.

Tepat waktu – mengurangi waktu tunggu dan terkadang penundaan yang

membahayakan bagi mereka yang menerima dan juga memberikan

perawatan.

Efisien – menghindari pemborosan, termasuk pemborosan peralatan, suplai,

gagasan-gagasan dan energi.

Kelayakan – tidak memberikan layanan dengan mutu berbeda yang

dikarenakan oleh karakteristik personal seperti gender, suku, lokasi geografis

dan status sosioekonomi.

Pengertian kualitas ini memperluas definisi mutu terdahulu untuk menyadari

bahwa perawatan berkualitas tinggi tidak hanya harus fokus pada proses perawatan

(timeliness/ketepatan waktu), perkembangan pasien (keamanan dan efektivitas),

dan perspektif pasien (berpusat pada pasien), tetapi harus juga fokus pada

ketentuan yang lebih luas mengenai sistem sosial dan ekonomi pada tempat atau

lokasi yang diberikan perawatan (efisiensi dan kesetaraan).

Pada berbagai kasus, seseorang dapat dengan mudah melakukan ‘inventaris’

ukuran struktural dengan menggunakan daftar periksa mengenai sumber daya yang

dianggap penting untuk memastikan kapasitas untuk memberikan jenis perawatan.

Proses-proses perawatan umumnya didokumentasikan dalam laporan pasien, dan

juga dalam tagihan atau kumpulan data kebutuhan, karena proses yang dilakukan

biasanya menentukan pembayaran yang diterima para profesional.

Dengan lebih memanfaatkan ukuran proses daripada perkembangannya,

mengevaluasi mutu perawatan akan valid jika ada bukti kuat yang mendukung

pengukuran tersebut. Ini berarti, ada bukti kuat bahwa terdapat hubungan sangat

erat antara ‘melakukan hal yang baik dengan cara yang benar’ dan mendapat hasil

baik.

Ukuran Perkembangan Pasien

3

Ukuran perkembangan adalah hal yang benar-benar akan digunakan, karena

poin keseluruhan dari perawatan pasien adalah meningkatkan kemungkinan hasil

yang diinginkan oleh pasien dan mengurangi kemungkinan hasil yang tidak

diinginkan, dengan memberikan tingkat pengetahuan medis. Menurut definisi

kualitas OTA yang telah dikutip sebelumnya, ukuran perkembangan adalah, “standar

emas” untuk mengukur mutu perawatan.

Namun, akan jauh lebih sulit untuk mengumpulkan dan menganalisa data

perkembangan daripada mengukur struktur atau proses. Karena kesulitan tersebut,

sering kali kami terpaksa mengukur hasil negatif, bukan hasil positif. Karena tujuan

perawatan adalah untuk menghasilkan perkembangan positif dan meminimalisir

hasil negatif, hal ini menjadi masalah yang nyata. Beberapa contoh tipe hasil positif

meliputi proporsi pasien yang memiliki hasil berikut:

Skor yang lebih baik pada skala depresi 3 bulan setelah perawatan obat

tertentu

Tingkat kemajuan gerakan tulang sendi dalam selang waktu 1 tahun setelah

penggantian tulang sendi.

Waktu yang lebih banyak antara rawat inap untuk kejadian-kejadian akut bagi

pasien dengan penyakit kronis, seperti diabetes atau masalah alkohol/obat-

obatan

Kembali bekerja dalam 60 hari setelah menjalani operasi jantung

Level peningkatan hidup yang diberikan setelah kembali dari operasi

Walaupun informasi hasil negatif itu berguna, informasi tersebut hanyalah

sebagian dari gambaran saat kami menguji hasil pasien. Malah, kami akan mengukur

kualitas dengan menggunakan data pada hasil perawatan negatif maupun positif.

Perubahan Teknologi Informasi/Ketersediaan Data

Meningkatnya ketersediaan data pada penggunaan, harga dan hasil jasa

medis juga memudahkan konsumen, perusahaan asuransi dan biro perundang-

undangan untuk secara independen menganalisa kecenderungan dalam biaya dan

harga jasa perawatan kesehatan dan menarik kesimpulan mereka sendiri.

4

Ketersediaan data telah berkembang lebih jauh pada abad 21 dan telah

dicirikan dengan akses informasi yang lebih luas oleh perseorangan dan organisasi

terhadap sumber informasi kompleks melalui Internet. Perubahan ketersediaan data

tersebut bersifat signifikan, membuatnya mungkin bagi profesional dan yang lain

untuk membandingkan kinerja berbagai penyedia layanan.

Organisasi yang memiliki misi dan kemampuan untuk menganalisa dan

menginterpretasikan sumber data sekunder, seperti Organisasi Peningkatan Kualitas

(Quality Improvement Organization/QIO), mulai memberikan fokus lebih banyak

pada ketersediaan data perkembangan pasien untuk membuat rekomendasi bagi

peningkatan kesehatan berdasarkan CMS dan database nasional besar lainnya.

Banyak dokter yang merasa bahwa konsumen dicari untuk mengukur dan

mengevaluasi kualitas. Kepentingan ini dimanifestasikan dalam cara berbeda.

Konsumen Mengambil Peran Lebih Aktif

Para konsumen mulai mengambil peran lebih aktif dalam perawatan

kesehatan milik mereka sendiri. Berbagai kelompok kepentingan konsumen

mempertanyakan efektivitas berbagai praktek medis. Konsumen individu, yang lebih

berpengetahuan mengenai perawatan kesehatan, memperoleh pendapat kedua

(second opinion), mengkaji data pada provider dan membuat keputusan mengenai

pilihan perawatan. Mereka menjadi tertarik untuk memperoleh data yang akurat dan

bermanfaat mengenai harga sehubungan dengan hasil perawatan.

Rumah Sakit Menjadi Tertarik pada Hasil

Rumah sakit memerlukan informasi mengenai kinerja dokter mengenai

keputusan janji bertemu dan janji bertemu ulang. Rumah sakit juga menginginkan

informasi mengenai kualitas dan biaya bagi perencanaan dan pemasaran. Sistem

informasi tersebut dapat menggabungkan laporan medis, manajemen resiko, serta

manajemen resiko dan sistem manajemen keuangan.

Masyarakat Profesional Mencari Informasi mengenai Hasil

5

Masyarakat yang memiliki keahlian tertentu dan dewan pengesahan bagi

berbagai keahlian menginginkan informasi mengenai hasil perawatan untuk

prosedur-prosedur yang relevan, karena informasi tersebut dapat mengajarkan

standar praktek pengobatan dengan lebih baik. Selain itu, informasi tersebut dapat

membantu mengatur standar untuk sertifikasi dokter spesialis.

Agar dapat mengumpulkan dan menggunakan data hasil secara efektif,

penting untuk melakukan hal berikut:

1. Membuat standar persyaratan untuk pelaporan data

2. Meminta pelaporan data hasil/perkembangan

3. Menyesuaikan data dengan resiko

4. Mengembangkan mekanisme pelaporan dan tolok ukur (benchmarking)

Perusahaan Asuransi Menginginkan Ukuran Hasil

Beberapa organisasi sejenis HMO dan PPO (preferred provider

organizations/organisasi penyedia terpilih) meminta data tentang biaya, pola

penggunaan dan pola praktek, karena informasi seperti itu penting untuk mengelola

perawatan dalam sistem-sistem semacam ini. Selain itu, penting pula untuk

mengevaluasi biaya dan mutu perawatan yang diberikan oleh provider yang

mengikat kontrak dengan organisasi-organisasi asuransi tersebut.

Pembuat Peraturan Mencari Data mengenai Hasil

Sudah jelas bahwa program federal dan negara membayarkan sejumlah besar

uang bagi perawatan dan prosedur-prosedur yang mungkin bukanlah cara paling

efektif dalam merawat pasien. Beberapa inisiatif federal adalah:

Badan pengaturan memulai analisis kecenderungan independen dalam

penggunaan dan biaya layanan perawatan kesehatan

Inisiasi federal, termasuk Administrasi Veteran, berfokus pada pengukuran

dan peningkatan kualitas, termasuk perkembangan pasien

Regulator federal terlibat, melalui organisasi peninjau, mencari kegunaan

baru dari data biaya dan hasil perawatan medis

6

CMS baru-baru ini telah mengambil beberapa tindakan yang akan

mengurangi pembayaran rumah sakit untuk opname yang meliputi berbagai

komplikasi.

TJC mulai menguji kemungkinan dengan menggunakan pengukuran hasil

sebagai bagian dari proses akreditasinya.

Untuk memberikan serangkaian data mengenai biaya dan hasil, komisaris

asuransi dan pembuat undang-undang memberi amanat kepada rumah sakit

untuk melaporkan data tertentu.

Persyaratan baru bagi provider untuk menggunakan laporan kesehatan

elektronik dapat mempermudah para pembuat peraturan untuk mengumpulkan

beberapa data yang mereka perlukan untuk mengukur perkembangan pasien.

Pemilik Perseorangan Menginginkan Data mengenai Mutu Perawatan

Ada fokus yang sedang berkembang dalam menggunakan metode ilmiah dan

memanfaatkan energi dan kreativitas seluruh tingkat personel dalam sebuah

organisasi. Prinsip-prinsip Manajemen Kualitas Total (TQM) diadopsi oleh banyak

industri AS. Dalam berbagai komunitas, industri-industri yang menggunakan TQM

juga direpresentasikan pada dewan rumah sakit. Konsep-konsep TQM diperkenalkan

ke dalam manajemen rumah sakit dan kemudian mulai mengubah cara rumah sakit

tertentu dalam mencapai mutu. Tambah lagi, perserikatan dan industri meminta

informasi tentang biaya, kualitas, dan hasil pada saat mereka menegosiasikan

kontrak. Dengan penambahan beberapa keuntungan baru, perlu untuk menganalisis

apakah keuntungan tersebut sepadan dengan ongkos yang dikeluarkan.

Kelompok/Koalisi Bisnis Tertarik pada Hasil

Beberapa koalisi bisnis mempertimbangkan cara meningkatkan mutu dan

mengontrol biaya. Dua contohnya adalah Pacific Business Group on Health

(Kelompok Bisnis Pasifik pada Kesehatan) dan Kelompok Leapfrog. Table 5-3

memperlihatkan penggunaan ukuran kinerja oleh berbagai stakeholder.

7

Table 5-3 – Ukuran Kinerja untuk Peningkatan Mutu

Konsumen/

Pelanggan

Menggunakan kinerja sebagai kriteria pemilihan provider dan

rencana-rencana yang disusun

Menggunakan panduan untuk mengevaluasi perawatan yang sedang

berlangsung

Lebih berperan dalam mengelola perawatan mandiri

Pembeli Menggunakan kualitas sebagai kriteria pemilihan provider dan

rencana-rencana yang disusun

Memperlihatkan informasi mutu kepada para pegawai dan keluarga

Merencanakan insentif agar pegawai memilih kualitas

Mengembangkan sistem pembayaran insentif untuk memberikan

penghargaan atas mutu penyedia

Rencana-

rencana

kesehatan

Memilih jaringan berdasarkan ukuran kualitas

Menampilkan hasil-hasil kualitas kepada para pendaftar dan dokter

Mengembangkan sistem pembayaran insentif untuk memberikan

penghargaan atas mutu penyedia

Memasukkan ukuran mutu untuk ditinjau oleh publik

Pembuat

Peraturan

Menggunakan data berbasis fakta untuk mengembangkan regulasi

Menilai dampak kualitas dari aturan-aturan yang diajukan

Petugas

Klinik

Mempraktekkan pemberian obat berdasarkan fakta

Memilih kolega dan layanan untuk dijadikan rujukan

Memasukkan ukuran mutu untuk ditinjau oleh public

Menggunakan metode-metode kualitas untuk meningkatkan

keselamatan dan hasil

Sistem

penyampaia

n perawatan

Menjadikan kualitas sebagai faktor strategis

Mengembangkan kapasitas untuk peningkatan kualitas

Mengembangkan sistem informasi untuk mendukung praktek

berbasis fakta dan upaya-upaya peningkatan mutu

Menjalankan sistem dan kultur untuk mendukung kualitas dan

8

keselamatan

Penyesuaian Resiko dan Tolok Ukur Data Hasil: Persyaratan dan Teknik Data

Untuk mengukur pengaruh kinerja penyedia terhadap hasil dengan akurat,

diperlukan kontrol terhadap semua faktor lain. Secara historis, dua pendekatan

berbeda telah digunakan untuk melakukan penyesuaian resiko atas data mortalitas

rumah sakit: variabel setingkat rumah sakit untuk menyesuaikan tingkat kematian

kasar dan standarisasi tak langsung pada data setingkat pasien.

Data setingkat rumah sakit digunakan dalam beberapa penelitian awal.

Penulis seperti Roemer memberi alasan bahwa jika ukuran batasan tingkat rumah

sakit dikaitkan dengan tingkat kematian kasar, ukuran-ukuran tersebut dapat

digunakan untuk menyesuaikan tingkat untuk merepresentasikan kinerja setiap

rumah sakit secara lebih akurat.

Menggunakan Data Setingkat Pasien untuk Penyesuaian Resiko

Karena data setingkat rumah sakit berasal dari penggunaan secara terbatas

sebagai wakil perbedaan dalam bauran kasus dan kompleksitas kasus di rumah sakit,

tidak ada penilaian nyata dalam penggunaan data tersebut bagi penyesuaian resiko

saat ini. Data tingkat pelaksanaan kini telah tersedia dan lebih sensitif untuk

mengukur beda bauran kasus dan kompleksitas kasus di rumah sakit.

Penyesuaian Resiko vs. Penyesuaian Kepelikan Masalah

Penyesuaian resiko merupakan pendekatan empiris yang mengunakan faktor

resiko spesifik terhadap kondisi dan model-model khusus hasil. Penyesuaian

kepelikan masalah cukup berbeda sejauh ini, karena menggunakan salah satu dari

sejumlah indeks standar untuk memberikan skor kerumitan persoalan untuk masing-

masing kasus. Sebagian besar sistem kepelikan masalah adalah model hasil yang

dirancang untuk memprediksi penggunaan sumber daya, bukan perkembangan

pasien.

Prosedur-Prosedur Apa yang digunakan untuk Melakukan Penyesuaian Resiko?

9

Model prediksi resiko dapat dikembangkan dengan menggunakan metode

regresi (lihat Bab 3) yang memberikan kontrol lebih pada faktor-faktor daripada

kinerja penyedia, yang mungkin mempengaruhi perkembangan pasien (DesHarnaiis

dkk., 1991).

Penggunaan Data yang Disesuaikan dengan Resiko:

Apakah Tolok Ukur Itu, dan Mengapa Kita Mungkin Ingin Melakukannya?

Tolok ukur secara sederhana ialah penggunaan perbandingan eksternal untuk

memahami keadaan seseorang dibandingkan dengan rekan atau pesaingnya.

Biasanya, seseorang menolok ukur hasil pada tingkat jasa, atau bahkan

diagnosis atau tingkat DRG, bukan pada tingkat rumah sakit. Dengan perbandingan

eksternal, seseorang dapat mengenali wilayah kelebihan dan kekurangannya.

Perbandingan eksternal berguna saat mencoba untuk memahami cara

memprioritaskan masalah (untuk dipecahkan) di sebuah rumah sakit.

Standar Apakah yang Sebaiknya Kita Gunakan?

Membuat tolok ukur membutuhkan keputusan mengenai tipe standar yang harus

digunakan saat membandingkan hasil terhadap fasilitas atau dalam fasilitas

sepanjang waktu. Standar-standar tersebut mungkin dikembangkan dalam tiga

macam cara:

1. Mutlak (Normatif): Dalam pendekatan ini, hasil ditentukan dengan percobaan

klinis dan/atau konferensi konsensus. Standar-standar yang dikembangkan

dalam cara ini oleh pusat kesehatan akademis menggambarkan praktek ideal

pengobatan, atau kemungkinan hasil terbaik yang dapat dicapai dibawah

keadaan-keadaan optimal.

2. Empiris: Dalam pendekatan ini, hasil dinilai relatif terhadap institusi lain yang

memperlakukan pasien dengan cara serupa. Standar-standar yang

dikembangkan dengan membandingkan diri dengan institusi lain yang

memperlakukan pasien dengan cara serupa mungkin berguna untuk

membantu mengenali lingkup masalah.

10

3. Kelembagaan: Dalam pendekatan ini, hasil didasarkan pada perbandingan

diri selama waktu tertentu. Standar-standar seperti itu sering digunakan

bersama dengan jaminan kualitas dan CQI. Observasi atas fenomena yang

sama dikumpulkan sepanjang waktu tertentu untuk menentukan apakah

proses tersebut terkendali (variasi acak kecil) atau di luar kendali (fluktuasi

utama). Kita memerlukan perbandingan eksternal (penanda) untuk

memutuskan proses-proses yang harus dipetakan terlebih dahulu.

Cara Membandingkan Pengukuran Hasil

Tahapan menetapkan tolok ukur hasil :

1. Menggunakan model-model penyesuian resiko, menetapkan probabilitas

masing-masing peristiwa merugikan yang berkaitan ke setiap kasus.

2. Menambahkan keseluruhan profitabilitas yang diprediksikan untuk setiap lini

produk rumah sakit; juga menambahkan peristiwa aktual untuk lini produk

yang sama. Gunakan angka-angka ini untuk mengembangkan laporan untuk

setiap rumah sakit, membandingkan prediksi frekuensi untuk setiap kategori

kejadian merugikan pada frekuensi-frekuensi yang teramati.

3. Melakukan tes statistik untuk beda antara frekuensi-frekuensi yang diprediksi

dan diobservasi untuk menentukan apakah beda tersebut signifikan secara

statistik atau sekedar menampilkan variasi acak.

4. Mengembangkan profil-profil sistem, membandingkan rumah sakit

menggunakan pengukuran yang disesuaikan dengan resiko.

Mengenali Keterbatasan Pengukuran Hasil

Pengukuran perkembangan pasien yang didapatkan dari ikhtisar saat keluar

(dari fasilitas pelayanan) dan data penagihan memiliki keterbatasan yang melekat

karena minimnya konteks yang disediakan oleh informasi klinis mendalam yang

bersangkutan. Persoalan dengan kualitas data jelas akan mempengaruhi pencapaian

nilai rumah sakit pada pengukuran-pengukuran ini. Tidak terdapat bukti bahwa

11

sebuah rumah sakit yang dinilai baik pada satu pengukuran akan mendapat hasil

yang baik pula pada pengkuran lainnya. Banyak gejala serupa yang terbukti saat

mengupayakan perbandingan di berbagai kota dan negara.

Permasalahan dengan Berbagai Himpunan Pengukuran atas Kejadian Kesalahan

Apakah ukuran-ukuran yang berlainan saling berhubungan?

Suatu indeks perfoma rumah sakit yang valid harus terdiri atas berbagai

aspek perawatan rumah sakit. Tidaklah mungkin, baik secara konsep maupun teknik,

mengkonstruksikan indeks eksklusif tunggal atas mutu perawatan rumah sakit. Yang

dimungkinkan adalah membangun beberapa indeks yang mengukur aspek-aspek

penting kualitas secara valid, kemudian menguji hubungan di antara berbagai

pengukuran untuk melihat apakah mereka berkorelasi. Jika berbagai indikator

berkorelasi dengan signifikan, maka kita dapat mengkonstruksikan keseluruhan

(unidimensi) pengukuran kualitas. Namun jika tidak berkorelasi, berarti berbagai

komponen mengukur dimensi-dimensi kualitas yang berlainan dan bahwa

pengukuran terpisah diperlukan untuk memperoleh sebuah kesan valid atas kinerja

rumah sakit.

Dapatkah pengukuran yang berlainan atas kejadian kesalahan ditekankan untuk

menciptakan indeks unidimensi?

Mungkin tidak begitu. Ukuran-ukuran tersebut tidak memiliki nilai penting

yang sama, dan tidak masuk akal jika kita ingin memperlakukan mereka seolah-olah

mereka serupa.

Kesimpulan

Kualitas jelas menjadi sesuatu yang mutlak bagi penyedia pelayan kesehatan

mana pun, tetapi ia mensyaratkan perencanaan dan upaya yang cermat. Informasi-

12

informasi yang diperlukan untuk mengkur perfoma berbasis hasil semakin banyak

tersedia. Para penyedia dapat berjuang mempertahankan otonomi profesional

dengan mencoba menyingkirkan penilai, atau justru memimpin dengan menjadi ahli

atas penilaian mutu dan mengaplikasikan ketrampilan baru mereka di operasi yang

sedang berlangsung. Profesional medis dapat mengedukasi para anggotanya tentang

cara berpartisipasi dalam proses peningkatan kualitas, memadukannya dengan

disiplin lain dan kelompok profesional untuk menuju pembenahan analisis dan

proses serta membantu mengembangkan konsensus tentang hal-hal yang telah

diketahui saat ini serta penelitian yang harus dilakukan di masa yang akan datang.

Profesional medis ini dapat memberdayakan anggotanya untuk mengikuti metode

ilmiah di level pragmatis pada semua aspek medis dan di semua tatanan, juga

berpihak pada mutu yang berorientasi pada konsumen serta pengukurannya.

Sumber : William A.Sollecito dan Julie K.Johson. Chapter 5 Buku Implementing

Continuous Quality Improvement in Health care edisi ke empat (2011).