Cg Sesi 11-Kasus Pgn

14
Makalah Tata Kelola Perusahaan Mengenai Pengungkapan Dan Transparansi Analisis Kasus PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Disusun oleh: Dani Rachmat S.K. Farisan W. Miranti Novita Wardhani PROGRAM EKSTENSI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS INDONESIA TAHUN AJARAN 2015/2016

description

MAKALAH KASUS PGN

Transcript of Cg Sesi 11-Kasus Pgn

Page 1: Cg Sesi 11-Kasus Pgn

Makalah Tata Kelola Perusahaan

Mengenai Pengungkapan Dan Transparansi

Analisis Kasus PT. Perusahaan Gas Negara (Persero)

Disusun oleh:

Dani Rachmat S.K.

Farisan W.

Miranti

Novita Wardhani

PROGRAM EKSTENSI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS INDONESIA

TAHUN AJARAN 2015/2016

Page 2: Cg Sesi 11-Kasus Pgn

2 Analisis Kasus PT. Perusahaan Gas Negara (Persero)

STATEMENT OF AUTHORSHIP

“ Kami yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas

terlampir merupakan murni hasil dari pekerjaan saya/kami sendiri. Tidak ada

pekerjaan orang lain yang saya/kami gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.

Materi ini belum/tidak pernah dasajikan/digunakan sebagai bahan makalah/tugas

mataajaran lain kecuali makalah/tugas ini saya kumpulkan dapat diperbanyak

dan dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.”

Nama : Farisan Wanaputra

NPM : 1406645304

Tanda Tangan :

Nama : Miranti

NPM : 1406645701

Tanda Tangan :

Nama : Novita Wardhani

NPM : 1406645872

Tanda Tangan :

Nama : Dani Rachmat S.K

NPM : 1406645134

Tanda Tangan :

Mata Ajaran : Tata Kelola Perusahaan

Judul Makalah/Tugas : Pengakuan Dan Transparansi

Tanggal : 19 November 2015

Dosen : Desi Adhariani S.E., Ak., M.Si.

Page 3: Cg Sesi 11-Kasus Pgn

3 Analisis Kasus PT. Perusahaan Gas Negara (Persero)

DAFTAR ISI

Statement Of Authorship................................................................................ 2

Daftar Isi......................................................................................................... 3

Landasan Teori ............................................................................................... 4

OECD Prinsip V ............................................................................................. 4

Perkembangan Pengungkapan dan Transparansi di Indonesia ...................... 5

Perbandingan Peraturan Bapepam dengan OECD Prinsip V ......................... 7

Pembahasan dan Analisis Kasus .................................................................... 8

Profil Perusahaan ........................................................................................... 8

Kronologi Kasus ............................................................................................ 9

Keterkaitan Kasus dengan OECD Prinsip V ................................................ 11

Keterkaitan Kasus dengan Peraturan Bapepam ........................................... 11

Kesimpulan dan Saran.................................................................................. 13

Daftar Pustaka .............................................................................................. 14

Page 4: Cg Sesi 11-Kasus Pgn

4 Analisis Kasus PT. Perusahaan Gas Negara (Persero)

LANDASAN TEORI

OECD PRINSIP V: KETERBUKAAN DAN TRANSAPARANSI

Pada prinsip ke-5 ini ditegaskan bahwa kerangka kerja corporate

governance harus memastikan bahwa keterbukaan informasi yang tepat waktu dan

akurat dilakukan atas semua hal yang material yang berkaitan dengan perusahaan,

termasuk di dalamnya keadaan keuangan kinerja, kepemilikan dan tata kelola

perusahaan. Prinsip Keterbukaan dan Transparansi terbagi atas 6 sub prinsip

yaitu:

A. Keterbukaan harus meliputi, namun tidak terbatas pada, informasi material

atas:

1. Keuangan dan hasil operasi perusahaan

2. Tujuan perusahaan

3. Kepemilikan sahan mayoritas dan hak suara

4. Kebijakan remunerasi untuk dewan komisaris dan direksi, dan

informasi tentang anggota dewan komisaris, termasuk kualifikasi,

proses seleksi, perangkapan jabatan dan independensinya.

5. Transaksi dengan pihak terkait (afiliasi)

6. Faktor-faktor risiko yang dapat diperkirakan

7. Hal-hal yang berkaitan dengan karyawan dan pemangku

kepentingan lainnya

8. Struktur dan Kebijakan tata kelola khususnya berkaitan dengan isi

dari pedoman atau kebijakan tata kelola perusahaan dan

penerapannya

B. Informasi harus disajikan dan diungkapkan sesuai dengan standar

akuntansi yang berkualitas tinggi dan keterbukaan keuangan dan non

keuangan.

C. Audit tahunan harus dilakukan oleh auditor yang independen, kompeten

dan memenuhi kualifikasi, dalam rangka menyediakan jaminan/kepastian

eksternal dan objektif kepada pengurus dan pemegang saham bahwa

Page 5: Cg Sesi 11-Kasus Pgn

5 Analisis Kasus PT. Perusahaan Gas Negara (Persero)

laporan keuangan perusahaan menyajikan secara wajar dalam semua hal

yang material,posisi keuangan dan kinerja perusahaan.

D. Auditor eksternal harus bertanggung jawab kepada pemegang saham dan

melaksanakan tugasnya terhadap perusahaan dengan menjaga/secara

profesional selama melakukan audit.

E. Media penyebaran informasi harus memberikan akses informasi yang

relevan bagi pengguna secara sama (equal), tepat waktu dan biaya yang

efisien.

F. Kerangka corporate governance harus mengarah dan mendorong

terciptanya ketentuan mengenai analisa atau saran dari analisis, pedagang

perantara efek, pemeringkat dan pilihan lainnya yang relean dengan

keputusan investor, tidak mengandung benturan kepentingan yang material

yang mungkin mempengaruhi inegritas analisa yang diberikan.

PERKEMBANGAN PENGUNGKAPAN DAN TRANSPARANSI DI

INDONESIA

Berdasarkan pada Jurnal Corporate Governance, Disclosure and Its

Evidence in Indonesia yang dibuat oleh Siddharta Utama, pengungkapan pada

emiten di Indonesia pada awalnya berdasarkan pada PP no. 64 tahun 1999 tentang

Laporan Tahunan. Menurut peraturan tersebut pengungkapan hanya boleh

dilakukan oleh perusahaan listed saja, sehingga akhirnya muncul peraturan baru

yang mengharuskan semua perusahaan, termasuk yang tidak listed harus diaudit

dan diungkapkan laporan keuangannya apabila memiliki nilai aset atau aset bersih

melebihi Rp. 25.000.000.000. Selain itu, tertera juga dalam peraturan Bapepam-

LK VIII.G.2. pengungkapan laporan tahunan meliputi:

1. Deskripsi umum, yang berisi profil perusahaan, produk, sistem organisasi

dan lainnya.

2. Deskripsi khusus, yang berisi mengenai informasi saham, nilai aset,

kebijakan dividen, dan lainnya.

3. Ringkasan mengenai data keuangan yang meliputi perbandingan penjualan

selama 5 (lima) tahun, laba kotor, laba operasi, laba bersih, EPS, dan

analisa laporan keuangan lainnya.

Page 6: Cg Sesi 11-Kasus Pgn

6 Analisis Kasus PT. Perusahaan Gas Negara (Persero)

4. Diskusi dan analisis manajemen, yang berisi tentang analisis dan informasi

yang berpotensi material yang terjadi sejak laporan tahun lalu.

5. Laporan Keuangan, penyajian laporan keuangan berdasarkan standar yang

berlaku.

Kemudian Herwidiyatmo mengusulkan agar detail pengungkapan harus

sesuai dengan standar internasional, seperti hal-hal yang menyangkut kepentingan

minority shareholder. Agar tidak terjadi adanya benturan kepentingan maka

dibutuhkan persetujuan oleh pemilik saham minoritas. Penerapan ini pertama kali

diikuti oleh 22 perusahaan yang listed dan pedoman yang digunakan berdasarkan

peraturan Bapepam, Regulasi Industri, dan Standar akuntansi yang berlaku umum.

Dalam perkembangan pengungkapan laporan tahunan pada bank di

Indonesia, terutama bank sentral (Bank Indonesia), pengungkapan tidak hanya

ditujukan pada publik saja, namun juga diungkapkan di bank-bank yang

beroperasi di Indonesia. Informasi yang diungkapkan adalah : 1) Informasi umum,

yang berisi mengenai profil emiten (struktur, produk, pemilik dan lainnya); 2)

Laporan Keuangan 2 tahun terakhir, yang berisi laporan audit, neraca, laporan

rugi laba, laporan perubahan modal, arus kas, komitmen dan kontijensi, dan

catatan atas laporan keuangan; 3) Hal-hal yang perlu diperhatikan, yaitu berisi

analisis kredit, persentase kredit nasabah, kredit relasi, kredit yang kolektif, dan

loan dari dalam dan luar negeri.

Berdasarkan studi, skor (level) pengungkapan perusahaan listed yang ada

di Indonesia masih dibawah 60%. Hal ini berarti syarat-syarat pemenuhan

pengungkapan berdasarkan peraturan Bapepam-LK masih rendah, dan dibutuhkan

perhatian khusus mengenai hal ini. Lebih menarik, ternyata auditor memainkan

peran juga dalam menentukan skor (level) pengungkapan ini. Skor pengungkapan

akan makin rendah pada saat emiten berganti dengan auditor yang baru. Dalam

hal ini, pengungkapan dalam laporan keuangan merupakan hal yang penting

dalam menunjukkan identias perusahaan yang sebenarnya.

Page 7: Cg Sesi 11-Kasus Pgn

7 Analisis Kasus PT. Perusahaan Gas Negara (Persero)

PERBANDINGAN PERATURAN BAPEPAM-LK X.K.6 TENTANG

PENYAMPAIAN LAPORAN EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK

DENGAN PRINSIP OECD NOMOR 5

Berdasarkan Prinsip OECD no 5, tranparansi pengungkapan perusahaan meliputi

seluruh elemen, yaitu laporan keuangan dan hasil operasi perusahaan, tujuan

perusahaan, kepemilikan saham mayoritas dan hak suara, transaksi dengan pihak

terkait, faktor-faktor risiko yang dapat diperkirakan, hal-hal penting berkaitan

dengan karyawan dan para stakeholder lainnya, dan struktur dan kebijakan tata

kelola khususnya berkaitan dengan isi dari pedoman atau kebijakan tata kelola

perusahaan dan penerapannya. Baik itu hal yang bersifat keuangan maupun non-

keuangan.

Merujuk pada peraturan Bapepam-LK X.K.6, pengungkapan laporan bagi emiten

adalah sebagai berikut:

a. Ketentuan umum

b. Ikhstisar data keuangan penting

c. Laporan Dewan Komisaris

d. Laporan direksi

e. Profil perusahaaan

f. Analisis dan pembahasan manajemen

g. Tata kelola perusahaan

h. Tanggung jawab sosial perusahaan

i. Laporan keuangan tahunan yang diaudit

j. Tanda tangan dewan komisaris dan direksi

Hampir semua elemen sudah sesuai dengan prinsip OECD yang ke-5.

Page 8: Cg Sesi 11-Kasus Pgn

8 Analisis Kasus PT. Perusahaan Gas Negara (Persero)

PEMBAHASAN DAN ANALISIS KASUS

Profil Perusahaan

PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGN) merupakan sebuah perusahaan

yang menjadi penyedia utama gas bumi dan memiliki dua bidang usaha yaitu

distribusi atau penjualan gas bumi dan transmisi atau transportasi gas bumi yang

melalui jaringan pipa yang tersebar di seluruh wilayah usaha. Usaha distribusi

meliputi pembelian gas bumi dari pemasok dan penjualan gas bumi melalui

jaringan pipa pipa distribusi ke pelanggan rumah tangga, dan komersial.

Sedangkan usaha transmisi merupakan kegiatan pengangkutan (transportasi) gas

bumi melalui pipa transmisi dari sumber-sumber gas ke pengguna industri.

Perusahaan ini dirintis sejak 1859 ketika masih bernama Firma LJN

Enthoven & Co. Kemudian perusahaan tersebut diberi nama NZ Overzeese Gasen

Electriciteit Maatschapij (NZ OGEM) oleh pemerintah Belanda pada tahun 1950.

Pada tahun 1958, pemerintah Indonesia mengambil alih kepemilikan perusahaan

dan mengubah namanya menjadi Penguasa Perusahaan Peralihan Listrik dan Gas

(P3LG). Seiring dengan perkembangan pemerintahan Indonesia, pada tahun 1961

status perusahaan berubah menjadi BPU-PLN.

Pada tanggal 13 Mei 1965, berdasarkan Peraturan Pemerintah No.

19/1965, perusahaan ditetapkan sebagai perusahaan negara dan dikenal sebagai

Perusahaan Gas Negara (PGN). Kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah No.

27 tahun 1984, perseroan tersebut berubah status hukumnya dari Perusahaan

Negara (PN) menjadi Perusahaan Umum (Perum). Setelah itu, status perusahaan

berubah dari Perum menjadi Perseroan Terbatas yang dimiliki oleh negara

beradasarkan Peraturan Pemerintah No. 37 tahun 1994 dan Akta pendirian

perusahaan No. 486 tanggal 30 Mei 1996. Seiring dengan perubahan status

perserosn yang berubah menjadi perusahaan terbuka, anggaran dasar perusahaan

diubah dengan Akta Notaris No. 5 tanggan 13 November 2003, yang antara lain

berisi tentang perubahan struktur permodalan. Pada tanggal 5 Desember 2003,

Perseroan memperoleh pernyataan efektif dari Badan Pengawas Pasar

Modal untuk melakukan penawaran umum saham perdana kepada masyarakat

Page 9: Cg Sesi 11-Kasus Pgn

9 Analisis Kasus PT. Perusahaan Gas Negara (Persero)

sebanyak 1.296.296.000 saham, yang terdiri dari 475.309.000 dari divestasi

saham Pemerintah Republik Indonesia, pemegang saham perseroan dan

820.987.000 saham baru. Sejak saat itu, nama resmi perseroan diganti menjadi PT

Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Saham perusahaan telah tercatat di Bursa

Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya pada tanggal 15 Desember 2003 dengan

kode transaksi perdagangan ‘PGAS’.

Kronologi Kasus

Kasus bermula ketika terjadi penurunan harga saham PT. PGN yang

signifikan dimana pada tanggal 8 Januari 2007 harga pembukaan perdagangan

Rp.10.850,- per lembar saham, dan pada harga penutupan perdagangan jatuh ke

harga Rp. 7.400,-per lembar sahamnya (31,8 %). Kemudian pada tanggal 11

Januari 2007 transaksi harga perdagangan dibuka pada Rp. 9.650,-per lembar

saham dan pada harga penutupan perdagangan jatuh kembali ke posisi Rp. 7.400,-

per lembar sahamnya atau terjadi lagi penurunan sebesar (23,36 %). Atas

penurunan saham yang tidak wajar tersebut kemudian memicu adanya investigasi

oleh pihak pengawas pasar modal. Kemudian ditemukan indikasi bahwa PT. PGN

terlambat menyampaikan informasi yang material yakni koreksi atas rencana

besarnya volume gas yang akan dialirkan, yaitu mulai dari (paling sedikit) 150

MMSCFD menjadi 30 MMSCFD. Selain itu, juga dinyatakan bahwa tertundanya

gas in (dalam rangka komersialisasi) yang semula akan dilakukan pada akhir

Desember 2006 tertunda menjadi Maret 2007.

Permasalahan yang terjadi adalah karena informasi yang terlambat di

release tersebut ternyata telah diketahui oleh pihak manajemen PT. PGN.

Informasi tentang penurunan volume gas sudah diketahui oleh manajemen PGN

sejak tanggal 12 September 2006 serta informasi tertundanya gas in sejak tanggal

18 Desember 2006. Namun baru diberitahukan pada 11 Januari 2007. Kedua

informasi tersebut di atas dikategorikan sebagai informasi yang material dan dapat

mempengaruhi harga saham dibursa efek. Hal tersebut tercermin dari penurunan

harga saham pada tanggal 12 Januari 2007.

Atas dugaan adanya transaksi yang tidak wajar maka pihak BEI

memutuskan untuk mensuspend saham PT. PGN pada tanggal 15 Januari 2007.

Page 10: Cg Sesi 11-Kasus Pgn

10 Analisis Kasus PT. Perusahaan Gas Negara (Persero)

Kemudian BEI meminta bantuan BAPEPAM untuk menindaklanjuti kasus

tersebut. Bapepam pun mulai melakukan penyelidikan terkait dengan penurunan

harga saham yang tidak wajar tersebut. Berdasarkan pemeriksaan yang telah

dilakukan melalui review atas dokumen-dokumen dan terhadap jajaran direksi PT.

PGN, akuntan publiknya, dan koordinator pelaksana proyek dan manajer proyek

SSWJ. Bapepam-LK memperoleh bukti bahwa PGAS telah melakukan

pelanggaran terhadap Ketentuan Undang-Undang Pasar Modal dan Peraturan

Nomor X.K.1. tentang Keterbukaan Informasi Yang Harus Segera Diumumkan

Kepada Publik dan Bapepam-LK juga melakukan pemeriksaan atas transaksi

saham PGAS yang dilakukan oleh Perusahaan Efek Anggota Bursa. Atas

pelanggaran tersebut PT. PGN dikenai sanksi sebesar Rp. 35.000.000,00 atas

keterlambatan penyampaian keterbukaan informasi selama 35 hari atas

pelanggaran Pasal 86 Undang-Undang Pasar Modal Jo. Peraturan Bapepam

Nomor X.K.1. tentang Keterbukaan Informasi Yang Harus Segera Diumumkan

Kepada publik. Dan juga memberikan sanksi denda sebesar Rp. 5.000.000.000,00

kepada direksi dan mantan direksi PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk yang

menjabat pada periode Juli 2006 sampai dengan Maret 2007 atas pelanggaran

tentang pemberian keterangan yang secara material tidak benar yang melanggar

Pasal 93 Undang-Undang Pasar Modal.

Selanjutnya Bapepam kembali melanjutkan pemeriksaan terhadap para

jajaran direksi PT. PGN terkait dengan adanya dugaan kasus Insider Trading.

Berdasarkan pemeriksaan tersebut telah terbukti adanya insider trading yang

dilakukan oleh orang dalam PT. PGN yaitu Adil Abas (mantan direktur

pengembangan), Nursubagjo Prijono, WMP Simanjuntak (mantan Direktur Utama

dan sekarang Komisaris), Widyatmiko Bapang (mantan sekretaris perusahaan),

Iwan Heriawan, Djoko Saputro, Hari Pratoyo, Rosichin, dan Thohir Nur Ilhami

yang melakukan transaksi saham pada periode 12 September 2006 sampai dengan

11 Januari 2007. Atas pelanggaran tersebut para pelaku dikenai sanksi

administratif dan denda total sebesar Rp. 2.800.000.000,00.

Page 11: Cg Sesi 11-Kasus Pgn

11 Analisis Kasus PT. Perusahaan Gas Negara (Persero)

Keterkaitan Kasus dengan Prinsip V OECD: Keterbukaan dan Transparansi

OECD nomor 5 mengungkapkan transparansi perusahan, bahwa

perusahaan harus terbuka mengenai masalah apapun yang terjadi di perusahaan.

Tidak hanya masalah, ekspektasi yang baik dan buruk pun harus dijelaskan secara

terbuka pada pemangku kepentingan perusahaan. Dalam kasus diatas, PGN

menutupi masalah penundaan proyek mereka, yang mana apabila diungkapkan

maka akan menurunkan nilai saham. Pada kenyataan yang sebenarnya beberapa

pemilik saham sudah menjual sahamnya karena sebagian dari mereka sudah

mengetahui masalah tersebut. Orang yang mengetahui hal ini disebut insider

trading. Orang yang mengetahui masalah perusahaan sehingga dia tahu benar

bahwa perusahaan akan mengalami penurunan nilai di masa yang akan datang.

Pengetahuan ini tentunya tidak diketahui seluruh pihak pemegang saham, karena

PGN takut kalau sampai masalah ini terdengar kepada pemegang saham lain maka

pemegang saham lain akan ikut menjual sahamnya dan menurunkan nilai pasar

PGN.

Pelanggaran atas aturan OECD nomor 5 benar-benar terlihat disini yaitu

tidak transparan pada seluruh pemegang saham. Pertanyaan yang tepat untuk

kasus ini adalah dimana peran komisaris? Atau sebelumnya bagaimana peran

audit internal?. Seharusnya dalam hal seperti ini audit internal harus menjadi

whistle-blower dalam penundaan proyek ini. Proyek ini bukan hanya proyek

jutaan rupiah, tapi proyek triliunan rupiah. Berarti PGN juga melanggar

pengungkapan informasi material disini.

Keterkaitan Kasus dengan Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor: Kep-

431/BL/2012 tentang Penyampaian Laporan Tahunan Emiten atau

Perusahaan Publik.

Pada Keputusan Ketua Bapepam-LK No. KEP-431/BL/2012 yang

mengatur tentang Penyampaian Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik,

pada poin nomor 2 tentang bentuk dan isi laporan tahunan, laporan tahunan wajib

memuat uraian yang membahas dan menganalisis laporan keuangan dan informasi

penting lainnya dengan penekanan pada perubahan material yang terjadi dalam

tahun buku, yaitu paling kurang mencakup tinjauan operasi per segmen operasi

Page 12: Cg Sesi 11-Kasus Pgn

12 Analisis Kasus PT. Perusahaan Gas Negara (Persero)

sesuai dengan jenis industri Emiten atau Perusahaan Publik, antara lain mengenai

produksi, yang meliputi proses, kapasitas, pendapatan dan perkembangannya serta

profitabilitas. Dalam kasus tersebut dapat terlihat PT. PGN telah melakukan

pelanggaran peraturan tersebut dengan sengaja melakukan penahanan informasi

material mengenai perkembangan proyek volume gas dan komersialisai yang

berpengaruh terhadap penurunan nilai sahamnya. Hal ini menyebabkan pihak

orang dalam yang telah mengetahui informasi tersebut melakukan tindakan yang

menguntungkan dirinya sendiri yaitu melakukan penjualan sebelum harga saham

tersebut turun atau insider trading padahal aktivitas insider trading merupakan

aktivitas yang sangat dilarang karena akan merugikan pemegang saham yang lain.

Oleh karena itu, atas pelanggaran yang dilakukan PT. PGN berhak dikenai sanksi

baik administrasi maupun denda oleh Bapepam.

Page 13: Cg Sesi 11-Kasus Pgn

13 Analisis Kasus PT. Perusahaan Gas Negara (Persero)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan :

1. PT. PGN telah secara jelas melanggar OECD Prinsip V dan juga Keputusan

Ketua Bapepam Nomor: Kep-431/BL/2012 tentang Penyampaian Laporan

Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik karena dengan sengaja menunda

penyampaian informasi material sehingga menurunkan kualitas Transparansi

dari perusahaan.

2. Atas keterlambatan penyampaian tersebut menyebabkan pihak orang dalam

perusahaan melakukan Insider Trading yang diketahui merupakan sebuah

pelanggaran baik OECD Prinsip V maupun peraturan Bapepam karena

merugikan pemegang saham yang lain.

3. Tingkat transparansi perusahaan go public yang ada di Indonesia masih

tergolong rendah karena masih terdapat banyak kasus terkait dengan

transparansi perusahaan.

Saran :

1. Perusahaan terutama yang sahamnya telah listed di bursa saham sebaiknya

meningkatkan kesadaran akan transparansi yang baik sesuai diatur pada

pedoman OECD maupun peraturan Bapepam.

2. Bapepam sebaiknya memberikan aturan yang lebih mengikat bagi para

emiten mengenai ketentuan penyampaian informasi dan transparansi guna

menghindari munculnya permasalahan seperti PT. PGN

Page 14: Cg Sesi 11-Kasus Pgn

14 Analisis Kasus PT. Perusahaan Gas Negara (Persero)

DAFTAR PUSTAKA

OECD. 2004. OECD Corporate Governance Principles.

https://angelinasinaga.wordpress.com/2013/04/26/tinjauan-terhadap-pt-

perusahaan-gas-negara-tbk/

https://id.wikipedia.org/wiki/PT._Perusahaan_Gas_Negara