Cg Sesi 4 Paper Matahari
-
Upload
novita-wardhani -
Category
Documents
-
view
112 -
download
4
description
Transcript of Cg Sesi 4 Paper Matahari
Makalah Tata Kelola Perusahaan
Analisis Kasus PT. Matahari Putra Prima
Tahun 2010
Disusun oleh:
Dani Rachmat S.K.
Farisan W.
Miranti
Novita Wardhani
PROGRAM EKSTENSI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS INDONESIA
TAHUN AJARAN 2015/2016
2
STATEMENT OF AUTHORSHIP
“ Kami yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas
terlampir merupakan murni hasil dari pekerjaan saya/kami sendiri. Tidak ada
pekerjaan orang lain yang saya/kami gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.
Materi ini belum/tidak pernah dasajikan/digunakan sebagai bahan makalah/tugas
mataajaran lain kecuali makalah/tugas ini saya kumpulkan dapat diperbanyak
dan dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.”
Nama : Farisan Wanaputra
NPM : 1406645304
Tanda Tangan :
Nama : Miranti
NPM : 1406645701
Tanda Tangan :
Nama : Novita Wardhani
NPM : 1406645872
Tanda Tangan :
Nama : Dani Rachmat S.K
NPM : 1406645134
Tanda Tangan :
Mata Ajaran : Tata Kelola Perusahaan
Judul Makalah/Tugas : Analisis Kasus PT. Matahari Putra Prima
Tanggal : 25 September 2015
Dosen : Ibu Aria Farahmita
3
Daftar Isi
Statement Of Authorship................................................................................ 2
Daftar Isi......................................................................................................... 3
Pendahuluan ................................................................................................... 4
Pembahasan Kasus ......................................................................................... 5
Profil PT. Matahari Department Store Tbk. (MDS) ...................................... 5
Profil PT. Matahari Putra Prima Tbk. (MPP) ................................................ 6
PT. Meadow Asia Company Ltd. (MAC) ...................................................... 6
Kronologi Permasalahan ................................................................................ 7
Pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan MPP............................................. 9
Pelanggaran Regulasi ..................................................................................... 9
Pelanggaran Standar ..................................................................................... 10
Pelanggaran Peraturan .................................................................................. 10
Penyelesaian Kasus ...................................................................................... 12
Laporan Laba Rugi PT MDS ....................................................................... 14
Kesimpulan dan Saran.................................................................................. 16
Daftar Pustaka .............................................................................................. 17
4
PENDAHULUAN
Prinsip Good Corporate Governance (GCG) merupakan dasar yang
penting dalam praktek pengelolaan perusahaan di Indonesia. Prinsip tersebut
dapat dijadikan pedoman oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia guna
meningkatkan performa kerja perusahaan pada setiap sisinya. Good Corporate
Governance juga berperan penting dalam menciptakan perekonomian Indonesia
yang maju dan sehat. Diantaranya adalah menciptakan panduan-panduan untuk
menciptakan kesetaraan bagi setiap investor di pasar modal. Baik pemegang
saham mayoritas maupun minoritas memiliki hak dan kesempatan yang sama
untuk memperoleh informasi yang reliable dari perusahaan emiten. Oleh karena
itu peran GCG adalah untuk menjamin hak-hak dari para investor minoritas dapat
tercapai. Dan pedoman mengenai kesetaraan perlakuan terhadap setiap investor
tersebut tertuang secara jelas dalam prinsip nomor III OECD Principal of
Corporate Governance.
Permasalahan mengenai perlindungan hak pemegang saham minoritas ini
biasanya berkaitan dengan transaksi-transaksi yang mengandung benturan
kepentingan. Transaksi menyimpang tersebut mendapat pengaturan secara
eksplisit dalam Pasal 82 ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang
Pasar Modal dan juga peraturan Bapepam-LK IX.E.1 Tentang Transaksi Afiliasi
dan Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu.
Permasalahan yang pernah muncul terkait dengan topik tersebut adalah
mengenai rencana penjualan 90,7 % saham Matahari Department Store (MDS)
kepada Meadow Asia Company Limited (MAC) oleh PT Matahari Putra Prima
Tbk (MPP) yang menuai banyak protes. Banyak pihak mencurigai bahwa terdapat
banyak manipulasi pada transaksi tersebut yang melibatkan orang dalam
perusahaan dan akan merugikan pihak pemegang saham minoritas. Selanjutnya
akan kami bahas kronologi peristiwa dan penyelesaian kasus tersebut.
5
PEMBAHASAN KASUS
Profil PT. Matahari Department Store Tbk. ( MDS)
PT Matahari Department Store Tbk. adalah salah satu perusahaan ritel
terkemuka di Indonesia yang menyediakan perlengkapan pakaian, aksesoris,
produk-produk kecantikan dan rumah tangga dengan harga terjangkau.
Gerai pertama Matahari, yang merupakan toko pakaian anak-anak, dibuka
di daerah Pasar Baru, Jakarta pada tanggal 24 Oktober 1958. Sejak itu, Matahari
berekspansi melebarkan jejaknya dengan membuka department store modern
pertama di Indonesia pada tahun 1972 dan selanjutnya mewujudkan
keberadaannya di seluruh tanah air. Gerai Matahari tersebar di 131 toko yang
terletak di 62 kota, didukung oleh tim beranggotakan 50,000 orang dan lebih dari
1,200 pemasok lokal serta lebih dari 90% pembelian langsung dari sumber-
sumber di seluruh Indonesia. Merek eksklusif Matahari yang telah memenangkan
penghargaan hanya dijual di gerai-gerai milik sendiri dan secara konsisten berada
pada peringkat atas di kelasnya dalam hal gaya fashion, keterjangkauan dan
bernilai istimewa sehingga membantu mewujudkan posisi Matahari sebagai
department store terpilih di Indonesia.
Matahari berubah nama menjadi PT Matahari Department Store Tbk
(MDS) sesudah menjadi entitas terpisah dari PT Matahari Putra Prima Tbk (MPP)
pada tahun 2009. Asia Color Company Limited, anak Perseroan CVC Capital
Partners Asia menjadi pemegang saham mayoritas Matahari pada bulan April
2010 sebesar 98,15% (90.76% dibeli dari PT Matahari Putra Prima Tbk dan
7.24% dibeli dari PT. Pasific Asia Holding Ltd) dan sisanya 1,85% dimiliki oleh
publik dan lain-lain.
Saham Matahari ditawarkan kepada publik oleh Asia Color Company
Limited dan PT Multipolar Tbk pada tahun 2013, dan menarik perhatian dunia
sehingga meningkatkan kepemilikan publik atas Perseroan dari 1,85% menjadi
47,35% sejak 28 Maret 2013.
6
Profil PT. Matahari Putra Prima Tbk. (MPP)
PT Matahari Putra Prima Tbk. adalah perusahaan ritel Indonesia yang
merupakan anak perusahaan dari perusahaan Grup Lippo. Toko pertama PT
Matahari Putra Prima Tbk. terletak di Pasar Baru, Jakarta yang berdiri sejak 1958.
Pada tahun 1972, toko ini kemudian berkembang menjadi perintis departement
store pertama di Indonesia. Delapan tahun kemudian, toko dibuka di luar Jakarta
yaitu di Bogor dengan nama Sinar Matahari Bogor. Pada tahun 1992, perusahaan
melakukan IPO di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya.
Visi perusahaan adalah untuk menjadi ritel pilihan pertama para
konsumen. Sedangkan misinya adalah untuk membawa nilai produk fashion dan
jasa yang meningkatkan kualitas konsumen secara konsisten.
Struktur kepemilikan saham MPP adalah PT. Multipolar Tbk sebesar
50,01%, dan pemilik saham minoritas dan lain-lain sebesar 43,21%. Setelah
saham salah satu anak perusahaannya yakni Matahari Departemen Store resmi
terjual kepada CVC pada tanggal 26 Maret 2010, tidak terdapat perubahan yang
signifikan terhadap struktur kepemilikan tersebut, hal ini menunjukan bahwa
transaksi penjualan saham tersebut tidak memberikan dampak besar bagi
kepemilikan MPP.
PT. Meadow Asia Company Ltd. (MAC)
Pada tahun 2010 PT. Matahari Putra Prima (MPP) melakukan joint
venture dengan CVC Capital Partners (CVC) sebuah global private equity fund
untuk mendirikan PT. Meadow Asia Company (MAC). Struktur kepemilikan
sahamnya adalah 80% dimiliki oleh CVC dan 20% dimiliki oleh MPP. Pada tahun
2010 pula MAC mengakuisisi 90,7% saham MDS dari MPP dan 7,24% dari PT.
Pasific Asia Holding Ltd, sehingga total kepemilikan saham MDS sebesar 98,15%
.
7
Kronologi Permasalahan
Pada Januari 2010 Matahari Putra Prima melakukan pendandatanganan
sales purchase agreement dengan PT CVC Capital Partner. CVC akan melakukan
akuisisi terhadap anak perusahaan MPP yakni Matahari Department Store dengan
total kepemilikan sebesar 90,76% melalui anak perusahaanya yakni Meadow Asia
Company Limited. Kemudian pada 5 Maret 2010, Matahari Putra Prima berniat
menggelar RUPS dengan agenda persetujuan penjualan saham tersebut. MAC
mengalokasikan Rp 7,16 triliun untuk membeli 90,76 persen saham Matahari
Putra Prima di Matahari Department Store. MPP akan menerima pembayaran
tunai sebesar Rp. 5.28 triliun, piutang sebesar Rp. 1 triliun, 20% saham biasa
MAC, 20,72% saham preferen MAC, dan 8 juta warrant dengan total transaksi
sebesar Rp. 7,16 triliun. Selain membeli saham MPP yang ada pada MDS, MAC
juga berencana membeli saham Pasific Asia Holding Ltd sebesar 7,24% sehingga
total kepemilikan saham MAC pada MDS adalah sebesar 80%.
Sementara seperti kita ketahui dari profil perusahaan diatas, MAC
merupakan perusahaan patungan (joint venture) antara Matahari Putra Prima dan
CVC Capital Partners. Dimana MPP memiliki kepemilikan saham sebesar 20%
pada MAC dan CVC memiliki kepemilikan sebesar 80%. Hal ini tentu
mengindikasikan adanya insider trading yang dilakukan oleh MPP dan juga
terindikasi adanya praktek korporasi guna menaikan harga saham MDS.
Untuk indikasi pertama, sebelumnya perlu diketahui insider trading adalah
aktifitas perdagangan saham ataupun sekuritas tertentu oleh individu yang
mempunyai akses tentang informasi non publik dari perusahaan tersebut. Dengan
kata lain, perdagangan efek perusahaan yang dilakukan oleh orang yang
dikategorikan sebagai orang dalam. Individu tersebut melakukan aktifitas trading
dengan memanfaatkan informasi yang sebetulnya tidak bisa diakses oleh publik.
Seorang investor dengan akses informasi dari dalam yang sebetulnya tidak dapat
diakses publik, bisa mendapatkan keuntungan yang jauh lebih besar dibandingkan
investor lain. Dan investor lain yang tidak memperoleh informasi tersebut tentu
akan merasa dirugikan.
8
Selanjutnya indikasi kedua adanya praktek korporasi yakni praktek
“penggorengan saham” guna menaikan harga saham MDS, dapat dilihat dari
adanya lonjakan kenaikan harga saham MDS yang tidak wajar dari akhir 2009
sampai Februari 2010, sejak adanya desas-desus mengenai penjualan saham MDS
kepada MAC. Dampak dari transaksi ini, harga saham MDS naik dari Rp.
50/lembar ke tingkat harga Rp. 1350/lembar pada tanggal 22 Januari 2010,
beberapa hari sebelum MPP mengumumkan penjualan saham MDS kepada MAC.
Dari lonjakan yang sangat signifikan tersebut Bursa Efek Indonesia mencurigai
adanya kebocoran berita mengenai penjualan saham MDS kepada MAC.
Kemudian berkaitan pula dengan kasus penjualan saham MDS kepada
MAC tersebut, para pengamat mengindikasikan adanya perlakuan yang tidak
setara untuk setiap pemegang saham MPP, pemegang saham mayoritas dirasa
yang paling diuntungkan dalam penjualan tersebut terutama PT. Multipolar Tbk
yang memegang saham terbesar (50,01%) MPP. PT. Multipolar Tbk merupakan
anak usaha dari Lipo Group. Hasil penjualan MDS menghasilkan dana tunai
sebesar Rp. 5,28 triliun yang selanjutnya akan digunakan untuk melunasi hutang
kepada PT. Multipolar Tbk sebesar Rp. 3,4 triliun dan sisanya sebesar Rp. 1,88
triliun akan di gunakan untuk membayar dividen para pemegang sahamnya
dimana dividen untuk Multipolar sebesar 50,01% ( Rp. 940,1 jt) dan sisanya
dibagikan untuk para pemegang saham minoritas yakni PT. Star Pasific dan juga
publik.
Permasalahan yang lain adalah adanya unsur leverage buyout (pembelian
saham dengan menggunakan dana pinjaman) mengenai sumber dana tunai untuk
membeli MDS yang sebesar Rp. 3.25 triliun. Setelah dilakukan penelusuran, dana
sebesar Rp. 3.25 triliun itu ternyata berasal dari dana pinjaman pada bank CIMB
Niaga dan Standard Chartered yang diajukan MDS, jaminan terhadap kedua bank
tersebut adalah saham MDS sendiri sebesar 98% yang akan dibeli oleh MAC.
Selanjutnya, dana hasil pinjaman yang diperoleh Matahari Department Store
direncanakan untuk dipinjamkan kepada MAC untuk membeli saham MDS pada
saat yang bersamaan.
9
Pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh MPP
1. Pelanggaran Regulasi
Menurut analisa pengamat, Yanuar berpendapat bahwa yang terjadi
dalam penjualan saham MDS kepada MAC adalah manipulasi pasar dan
perdagangan orang dalam, menipu dengan melibatkan pembiayaan
perbankan atas transaksi fiktif. Berdasarkan ketentuan dalam UU Nomor 8
Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Dalam kasus ini terdapar sejumlah
unsur pidana, yaitu unsur menipu (Pasal 90), unsur transaksi semu (Pasal
91) unsur orang dalam (Pasal 95), unsur transaksi orang dalam (Pasal 96),
dan unsur keuntungan pihak tertentu (Pasal 92). Menurut Yanuar,
transaksi ini terjadi antar pemegang saham yang dibiayai utang emiten ke
perusahaan pemegang saham dan emiten mengambil utang ke Bank CIMB
Niaga dan Standard Chartered. Yanuar menganjurkan agar Bapepam
segera melakukan gelar perkara atas tidak terpenuhinya unsur menipu
Pasal 91, transaksi semu dan persekongkolan untuk membentuk harga.
Dan kemudian Pasal 92 terkait informasi orang dalam yang melibatkan
kecurigaan transaksi orang dalam (Pasal 95-96) secara terbuka di publik.
Kemudian juga terdapat beberapa pelanggaran dalam Undang-Undang No.
40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas antara lain :
Pasal 3 Ayat 2 mengenai pemisahan antar kepentingan pemegang
saham dengan dengan kegiatan perseroan, guna melindungi
kepentingan pemegang saham minoritas.
Pasal 84 Ayat 1 mengenai setiap satu saham memiliki satu hak
suara kecuali anggaran dasar menentukan lain. Jadi setiap
pemegang saham kecuali saham preferen berhak atas hak suaranya
dalam RUPS.
Pasal 86 Ayat 1 yang berbunyi “RUPS dapat dilangsungkan jika
dalam RUPS lebih dari 1/2 (satu perdua) bagian dari jumlah
seluruh saham dengan hak suara hadir atau diwakili, kecuali
10
Undang-Undang dan/atau anggaran dasar menentukan jumlah
kuorum yang lebih besar”
Pasal 52 Ayat 1 mengenai hak-hak pemegang saham
2. Pelanggaran Standar
Karena Indonesia mengadopsi standar corporate governance dari
OECD maka pelanggaran standar yang dilakukan adalah terhadap prinsip-
prinsip OECD terutama pada prinsip ketiga yang berisi bahwa :
“Tatakelola perusahaan harus mampu memberikan kesetaraan perlakuan
terhadap seluruh pemegang saham, termasuk pemegang saham minoritas
dan pemegang saham asing. Seluruh pemegang saham harus
mendapatkan ganti rugi apabila terjadi kecurangan atau penghilangan
hak-haknya.”
Dari prinsip tersebut tentunya MPP telah melakukan pelanggaran yang
jelas karena telah dengan terbuka melakukan insider trading yang tentu
telah menghilangkan hak-hak pemegang saham minoritas. Insider Trading
sendiri telah secara dijelas dilarang dalam prinsip III B OECD, “Insider
trading and abusive self-dealing should be prohibited.”
3. Pelanggaran Peraturan
Transaksi penjualan MDS kepada MAC yang syarat akan benturan
kepentingan, transaksi tersebut diatur secara lebih tegas dalam Peraturan
Bapepam No.IX.E.1 sebagaimana telah diperbarui dengan Keputusan
Ketua Bapepam LK No: Kep-412/BL/2009. Berdasakan Pasal 1 huruf e
peraturan tersebut, benturan kepentingan adalah perbedaan antara
kepentngan ekonomis perusahaan dengan kepentingan ekonomis pribadi
anggota direksi, anggota dewan komisaris atau pemegang saham utama
yang dapat merugikan perusahaan dimaksud.
Berikut transaksi yang mengandung benturan kepentingan
berdasarkan Peraturan Bapepam No.IX.E.1 yang berkaitan dengan kasus
Matahari :
Membeli saham perseroan lain dimana pemegang saham
pemegang saham utama, komisaris atau direksi menjadi pemegang
saham atau anggota direksi atau komisaris
11
Memberi pinjaman kepada perusahaan lain dimana direktur,
komisaris. Atau pemegang saham pengendali merupakan
pemegang saham, direktur atau komisaris
Memperoleh pinjaman dari perusahaan lain dimana pemegang
saham utama, direktur, komisaris menjadi pemegang saham,
direktur, atau komisaris
Apabila kita hubungkan transaksi tersebut dengan kriteria transaksi
yang tecantum dalam peraturan tersebut maka terdapat beberapa hal yang
dapat diindikasikan terjadinya transaksi benturan kepentingan pada
penjualan saham MDS. Ada pun beberapa hal yang dimaksud adalah
sebagai berikut:
Penjualan Saham 90.7% MDS oleh MPA kepada MAC dimana
MPA juga memiliki 20% saham MAC.
Perusahaan MDS meminjam dana kepada bank CIMB Niaga dan
Standard Chartered sebesar Rp. 3.25 triliun yang kemudian
dipinjamkan kembali pada MAC untuk membeli saham MDS.
Perusahaan MAC memperoleh pinjaman dana dari MDS yang
merupakan anak perusahaan dari perusaahan MPA yang juga
merupakan pemilik saham MAC.
12
Penyelesaian Kasus
Kabar rencana penjualan 90,7% saham yang PT. Matahari Department
Store yang dimiliki PT. Matahari Putra Prima kepada PT. Meadow Indonesia,
banyak menuai protes dikalangan masyarakat terkait dengan berbagai kecurangan
dan manipulasi yang di duga dilakukan oleh MPP seperti insider trading dan juga
“penggorengan saham” guna menaikan harga saham Matahari Department Store.
Menganggapi isu tersebut, Bapepam-LK selaku badan pengawas pasar
modal di Indonesia melakukan penyelidikan terhadap transaksi tersebut.
Bapepam-LK pun kemudian menyelenggarakan pertemuan dengan pihak
menejemen MPP. Dalam pertemuan itu Bapepam LK meminta kepada pihak
menejemen MPP untuk memberikan penjelasan secara lebih rinci kepada publik
mengenai transaksi yang bernilai triliunan rupiah tersebut.
Setelah pertemuan yang pertama dengan menejemen MPP tersebut,
Bapepam LK kembali meminta kepada pihak menejemen MPP uuntuk
memberikan penjelasan kepada publik mengenai segala bentuk utang yang
dimiliki MPP dan juga rencana penggunaan dana hasil penjualan saham MDS
sebesar Rp. 7,16 triliun. Dan kemudian memperoleh hasil bahwa hasil penjualan
tersebut akan digunakan untuk melunasi hutang MPP kepada PT. Multipolar dan
juga untuk membagikan dividen yang sebagian juga mengalir ke PT. Multipolar.
Selanjutnya karena hasil keterangan tersebut oleh Bapepam-LK dirasa
kurang jelas, Bapepam-LK pun meminta MPP untuk menunda pelaksanaan RUPS
dan membuat bussines plan mengenai penggunaan dana hasil penjualan tersebut
dan ditampilkan dalam bentuk public expose guna menjamin transparansi agar
pihak pemegang saham minoritas pun dapat mengetahui tujuan dari penjualan
saham tersebut.
Pada akhirnya Bapepam-LK tetap mengalami kesulitan untuk
mengumpulkan bukti-bukti penyimpangan transaksi penjualan yang dilakukan
MDS. Hal tersebut dikarenakan transaksi yang terjadi dan pihak-pihak yang
melakukan hanya sedikit jumlahnya. Walaupun analisa Bapepam-LK menemukan
indikasi transaksi mencurigakan, tetapi untuk melakukan proses hukum
memerlukan bukti yang materiil.
13
Dan kemudian tanggal 26 Maret 2010 dilaksanakanlah RUPS guna
membahas rencana penjualan saham MDS kepada MAC dan semua shareholder
menyetujui rencana penjualan tersebut. PT. Matahari Putra Prima pun secara
resmi menjual 90,7% saham PT. Matahari Department Store kepada PT. Meadow
Asia Company.
Dampak dari transaksi penjualan tersebut ternyata meningkatkan performa
dari PT. Matahari Putra Prima dan juga PT. Matahari departemen Store, hal
tersebut terlihat pada income statement MDS tahun 2010 sebagai berikut :
14
15
Berdasarkan laporan income statement tersebut dapat terlihat bahwa laba
bersih dan laba per saham MDS mengalami peningkatan yang signifikan dari
tahun 2009, dan kenaikan yang tejadi hampir 20 kali lipat. Hal tersebut
menunjukan bahwa strategi MPP untuk menjual saham MDS kepada MAC
bukanlah keputusan yang buruk bagi MDS.
16
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari pembahasan kasus diatas terlihat bahwa tidak terdapat bukti yang
materiil terhadap kasus transaksi penjualan MDS oleh MPPA yang banyak
menuai protes. Namun transaksi insider trading dan praktek korporasi untuk
menaikan saham memanglah sangat jelas terlihat dalam transaksi tersebut
terutama dalam dua transaksi berikut
MPPA menjual saham MDS kepada MAC pada tahun 2010
dimana MAC juga baru dibentuk pada tahun tersebut dan MPP
memiliki 20% kepemilikan terhadap MAC. Pada saat isu penjualan
saham tersebut muncul harga saham MDS melonjak naik.
Dana yang digunakan untuk pembelian saham tersebut adalah dana
yang dipinjam oleh MPP kepada dua bank CIMB Niaga dan
Standard Chartered dengan jaminan 90,7% saham MDS, yang
kemudian dana tersebut dipinjamkan kepada MAC untuk membeli
saham MDS.
Saran
1. Kepada BAPEPAM-LK dan Bursa Efek Indonesia diharapkan terus
mengawasi apabila terdapat tindak kecurangan yang dilakukan oleh
perusahaan dan memberi sanksi yang tegas apabila kecurangan tersebut
telah terbukti.
2. Kepada Investor agar terus mengawasi dan waspada terhadap operasi
perusahaan dan hendaknya mengajukan keberatan apabila merasa telah
terjadi perampasan hak ataupun tindak kecurangan.
17
DAFTAR PUSTAKA
OECD. 2004. OECD Corporate Governance Principles.
BAPEPAM.2009. Peraturan No.IX.E.1 Tentang Transaksi Afiliasi dan Benturan
Kepentingan, Jakarta : Departemen Keuangan dan Bapepam RI
Republik Indonesia.2007 . Undang-undang No. 40 Tentang Perseroan Terbatas,
Jakarta : Sekretariat Negara.
Bussines Law Comunity. 2010. Analisis Yuridis Terhadap Kasus Penjualan
Saham PT. Matahari. Diambil dari: http://blc-fhugm.blogspot.co.id/. (24
September 2015).
Fauzi, Abdul Wahid. 2010. Bapepam Turut Periksa Kasus Saham Matahari
Diambil dari: http://investasi.kontan.co.id/news/bapepam-turut-periksa-kasus-
saham-matahari. (24 September 2015).
Hukumonline.com. 2010. Ada Transaksi Afiliasi dalam Penjualan Matahari.
Diambil dari: http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4b8cd826904cc/ada-
transaksi-afiliasi-dalam-penjualan-matahari. (24 September 2015).
REPUBLIKA.CO.ID. 2010. Bapepam Perlu Gelar Perkara Kasus Matahari Putra
Prima. Diambil dari: http://www.republika.co.id/berita/breaking-
news/ekonomi/10/07/11/124218-bapepam-perlu-gelar-perkara-kasus-matahari-
putra-prima. (24 September 2015).
Matahari Departement Store. 2012. Tentang Matahari. Diambil dari:
http://www.matahari.co.id/about.(24 September 2015).
Ayuwuragil D,Kustin. Profil Matahari Putra Prima. Diambil dari:
http://profil.merdeka.com/indonesia/m/matahari-putra-prima/ . (24 September
2015).
18