Cg Sesi 4 Paper Matahari

18
Makalah Tata Kelola Perusahaan Analisis Kasus PT. Matahari Putra Prima Tahun 2010 Disusun oleh: Dani Rachmat S.K. Farisan W. Miranti Novita Wardhani PROGRAM EKSTENSI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS INDONESIA TAHUN AJARAN 2015/2016

description

makalah kasus matahari

Transcript of Cg Sesi 4 Paper Matahari

Page 1: Cg Sesi 4 Paper Matahari

Makalah Tata Kelola Perusahaan

Analisis Kasus PT. Matahari Putra Prima

Tahun 2010

Disusun oleh:

Dani Rachmat S.K.

Farisan W.

Miranti

Novita Wardhani

PROGRAM EKSTENSI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS INDONESIA

TAHUN AJARAN 2015/2016

Page 2: Cg Sesi 4 Paper Matahari

2

STATEMENT OF AUTHORSHIP

“ Kami yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas

terlampir merupakan murni hasil dari pekerjaan saya/kami sendiri. Tidak ada

pekerjaan orang lain yang saya/kami gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.

Materi ini belum/tidak pernah dasajikan/digunakan sebagai bahan makalah/tugas

mataajaran lain kecuali makalah/tugas ini saya kumpulkan dapat diperbanyak

dan dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.”

Nama : Farisan Wanaputra

NPM : 1406645304

Tanda Tangan :

Nama : Miranti

NPM : 1406645701

Tanda Tangan :

Nama : Novita Wardhani

NPM : 1406645872

Tanda Tangan :

Nama : Dani Rachmat S.K

NPM : 1406645134

Tanda Tangan :

Mata Ajaran : Tata Kelola Perusahaan

Judul Makalah/Tugas : Analisis Kasus PT. Matahari Putra Prima

Tanggal : 25 September 2015

Dosen : Ibu Aria Farahmita

Page 3: Cg Sesi 4 Paper Matahari

3

Daftar Isi

Statement Of Authorship................................................................................ 2

Daftar Isi......................................................................................................... 3

Pendahuluan ................................................................................................... 4

Pembahasan Kasus ......................................................................................... 5

Profil PT. Matahari Department Store Tbk. (MDS) ...................................... 5

Profil PT. Matahari Putra Prima Tbk. (MPP) ................................................ 6

PT. Meadow Asia Company Ltd. (MAC) ...................................................... 6

Kronologi Permasalahan ................................................................................ 7

Pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan MPP............................................. 9

Pelanggaran Regulasi ..................................................................................... 9

Pelanggaran Standar ..................................................................................... 10

Pelanggaran Peraturan .................................................................................. 10

Penyelesaian Kasus ...................................................................................... 12

Laporan Laba Rugi PT MDS ....................................................................... 14

Kesimpulan dan Saran.................................................................................. 16

Daftar Pustaka .............................................................................................. 17

Page 4: Cg Sesi 4 Paper Matahari

4

PENDAHULUAN

Prinsip Good Corporate Governance (GCG) merupakan dasar yang

penting dalam praktek pengelolaan perusahaan di Indonesia. Prinsip tersebut

dapat dijadikan pedoman oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia guna

meningkatkan performa kerja perusahaan pada setiap sisinya. Good Corporate

Governance juga berperan penting dalam menciptakan perekonomian Indonesia

yang maju dan sehat. Diantaranya adalah menciptakan panduan-panduan untuk

menciptakan kesetaraan bagi setiap investor di pasar modal. Baik pemegang

saham mayoritas maupun minoritas memiliki hak dan kesempatan yang sama

untuk memperoleh informasi yang reliable dari perusahaan emiten. Oleh karena

itu peran GCG adalah untuk menjamin hak-hak dari para investor minoritas dapat

tercapai. Dan pedoman mengenai kesetaraan perlakuan terhadap setiap investor

tersebut tertuang secara jelas dalam prinsip nomor III OECD Principal of

Corporate Governance.

Permasalahan mengenai perlindungan hak pemegang saham minoritas ini

biasanya berkaitan dengan transaksi-transaksi yang mengandung benturan

kepentingan. Transaksi menyimpang tersebut mendapat pengaturan secara

eksplisit dalam Pasal 82 ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang

Pasar Modal dan juga peraturan Bapepam-LK IX.E.1 Tentang Transaksi Afiliasi

dan Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu.

Permasalahan yang pernah muncul terkait dengan topik tersebut adalah

mengenai rencana penjualan 90,7 % saham Matahari Department Store (MDS)

kepada Meadow Asia Company Limited (MAC) oleh PT Matahari Putra Prima

Tbk (MPP) yang menuai banyak protes. Banyak pihak mencurigai bahwa terdapat

banyak manipulasi pada transaksi tersebut yang melibatkan orang dalam

perusahaan dan akan merugikan pihak pemegang saham minoritas. Selanjutnya

akan kami bahas kronologi peristiwa dan penyelesaian kasus tersebut.

Page 5: Cg Sesi 4 Paper Matahari

5

PEMBAHASAN KASUS

Profil PT. Matahari Department Store Tbk. ( MDS)

PT Matahari Department Store Tbk. adalah salah satu perusahaan ritel

terkemuka di Indonesia yang menyediakan perlengkapan pakaian, aksesoris,

produk-produk kecantikan dan rumah tangga dengan harga terjangkau.

Gerai pertama Matahari, yang merupakan toko pakaian anak-anak, dibuka

di daerah Pasar Baru, Jakarta pada tanggal 24 Oktober 1958. Sejak itu, Matahari

berekspansi melebarkan jejaknya dengan membuka department store modern

pertama di Indonesia pada tahun 1972 dan selanjutnya mewujudkan

keberadaannya di seluruh tanah air. Gerai Matahari tersebar di 131 toko yang

terletak di 62 kota, didukung oleh tim beranggotakan 50,000 orang dan lebih dari

1,200 pemasok lokal serta lebih dari 90% pembelian langsung dari sumber-

sumber di seluruh Indonesia. Merek eksklusif Matahari yang telah memenangkan

penghargaan hanya dijual di gerai-gerai milik sendiri dan secara konsisten berada

pada peringkat atas di kelasnya dalam hal gaya fashion, keterjangkauan dan

bernilai istimewa sehingga membantu mewujudkan posisi Matahari sebagai

department store terpilih di Indonesia.

Matahari berubah nama menjadi PT Matahari Department Store Tbk

(MDS) sesudah menjadi entitas terpisah dari PT Matahari Putra Prima Tbk (MPP)

pada tahun 2009. Asia Color Company Limited, anak Perseroan CVC Capital

Partners Asia menjadi pemegang saham mayoritas Matahari pada bulan April

2010 sebesar 98,15% (90.76% dibeli dari PT Matahari Putra Prima Tbk dan

7.24% dibeli dari PT. Pasific Asia Holding Ltd) dan sisanya 1,85% dimiliki oleh

publik dan lain-lain.

Saham Matahari ditawarkan kepada publik oleh Asia Color Company

Limited dan PT Multipolar Tbk pada tahun 2013, dan menarik perhatian dunia

sehingga meningkatkan kepemilikan publik atas Perseroan dari 1,85% menjadi

47,35% sejak 28 Maret 2013.

Page 6: Cg Sesi 4 Paper Matahari

6

Profil PT. Matahari Putra Prima Tbk. (MPP)

PT Matahari Putra Prima Tbk. adalah perusahaan ritel Indonesia yang

merupakan anak perusahaan dari perusahaan Grup Lippo. Toko pertama PT

Matahari Putra Prima Tbk. terletak di Pasar Baru, Jakarta yang berdiri sejak 1958.

Pada tahun 1972, toko ini kemudian berkembang menjadi perintis departement

store pertama di Indonesia. Delapan tahun kemudian, toko dibuka di luar Jakarta

yaitu di Bogor dengan nama Sinar Matahari Bogor. Pada tahun 1992, perusahaan

melakukan IPO di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya.

Visi perusahaan adalah untuk menjadi ritel pilihan pertama para

konsumen. Sedangkan misinya adalah untuk membawa nilai produk fashion dan

jasa yang meningkatkan kualitas konsumen secara konsisten.

Struktur kepemilikan saham MPP adalah PT. Multipolar Tbk sebesar

50,01%, dan pemilik saham minoritas dan lain-lain sebesar 43,21%. Setelah

saham salah satu anak perusahaannya yakni Matahari Departemen Store resmi

terjual kepada CVC pada tanggal 26 Maret 2010, tidak terdapat perubahan yang

signifikan terhadap struktur kepemilikan tersebut, hal ini menunjukan bahwa

transaksi penjualan saham tersebut tidak memberikan dampak besar bagi

kepemilikan MPP.

PT. Meadow Asia Company Ltd. (MAC)

Pada tahun 2010 PT. Matahari Putra Prima (MPP) melakukan joint

venture dengan CVC Capital Partners (CVC) sebuah global private equity fund

untuk mendirikan PT. Meadow Asia Company (MAC). Struktur kepemilikan

sahamnya adalah 80% dimiliki oleh CVC dan 20% dimiliki oleh MPP. Pada tahun

2010 pula MAC mengakuisisi 90,7% saham MDS dari MPP dan 7,24% dari PT.

Pasific Asia Holding Ltd, sehingga total kepemilikan saham MDS sebesar 98,15%

.

Page 7: Cg Sesi 4 Paper Matahari

7

Kronologi Permasalahan

Pada Januari 2010 Matahari Putra Prima melakukan pendandatanganan

sales purchase agreement dengan PT CVC Capital Partner. CVC akan melakukan

akuisisi terhadap anak perusahaan MPP yakni Matahari Department Store dengan

total kepemilikan sebesar 90,76% melalui anak perusahaanya yakni Meadow Asia

Company Limited. Kemudian pada 5 Maret 2010, Matahari Putra Prima berniat

menggelar RUPS dengan agenda persetujuan penjualan saham tersebut. MAC

mengalokasikan Rp 7,16 triliun untuk membeli 90,76 persen saham Matahari

Putra Prima di Matahari Department Store. MPP akan menerima pembayaran

tunai sebesar Rp. 5.28 triliun, piutang sebesar Rp. 1 triliun, 20% saham biasa

MAC, 20,72% saham preferen MAC, dan 8 juta warrant dengan total transaksi

sebesar Rp. 7,16 triliun. Selain membeli saham MPP yang ada pada MDS, MAC

juga berencana membeli saham Pasific Asia Holding Ltd sebesar 7,24% sehingga

total kepemilikan saham MAC pada MDS adalah sebesar 80%.

Sementara seperti kita ketahui dari profil perusahaan diatas, MAC

merupakan perusahaan patungan (joint venture) antara Matahari Putra Prima dan

CVC Capital Partners. Dimana MPP memiliki kepemilikan saham sebesar 20%

pada MAC dan CVC memiliki kepemilikan sebesar 80%. Hal ini tentu

mengindikasikan adanya insider trading yang dilakukan oleh MPP dan juga

terindikasi adanya praktek korporasi guna menaikan harga saham MDS.

Untuk indikasi pertama, sebelumnya perlu diketahui insider trading adalah

aktifitas perdagangan saham ataupun sekuritas tertentu oleh individu yang

mempunyai akses tentang informasi non publik dari perusahaan tersebut. Dengan

kata lain, perdagangan efek perusahaan yang dilakukan oleh orang yang

dikategorikan sebagai orang dalam. Individu tersebut melakukan aktifitas trading

dengan memanfaatkan informasi yang sebetulnya tidak bisa diakses oleh publik.

Seorang investor dengan akses informasi dari dalam yang sebetulnya tidak dapat

diakses publik, bisa mendapatkan keuntungan yang jauh lebih besar dibandingkan

investor lain. Dan investor lain yang tidak memperoleh informasi tersebut tentu

akan merasa dirugikan.

Page 8: Cg Sesi 4 Paper Matahari

8

Selanjutnya indikasi kedua adanya praktek korporasi yakni praktek

“penggorengan saham” guna menaikan harga saham MDS, dapat dilihat dari

adanya lonjakan kenaikan harga saham MDS yang tidak wajar dari akhir 2009

sampai Februari 2010, sejak adanya desas-desus mengenai penjualan saham MDS

kepada MAC. Dampak dari transaksi ini, harga saham MDS naik dari Rp.

50/lembar ke tingkat harga Rp. 1350/lembar pada tanggal 22 Januari 2010,

beberapa hari sebelum MPP mengumumkan penjualan saham MDS kepada MAC.

Dari lonjakan yang sangat signifikan tersebut Bursa Efek Indonesia mencurigai

adanya kebocoran berita mengenai penjualan saham MDS kepada MAC.

Kemudian berkaitan pula dengan kasus penjualan saham MDS kepada

MAC tersebut, para pengamat mengindikasikan adanya perlakuan yang tidak

setara untuk setiap pemegang saham MPP, pemegang saham mayoritas dirasa

yang paling diuntungkan dalam penjualan tersebut terutama PT. Multipolar Tbk

yang memegang saham terbesar (50,01%) MPP. PT. Multipolar Tbk merupakan

anak usaha dari Lipo Group. Hasil penjualan MDS menghasilkan dana tunai

sebesar Rp. 5,28 triliun yang selanjutnya akan digunakan untuk melunasi hutang

kepada PT. Multipolar Tbk sebesar Rp. 3,4 triliun dan sisanya sebesar Rp. 1,88

triliun akan di gunakan untuk membayar dividen para pemegang sahamnya

dimana dividen untuk Multipolar sebesar 50,01% ( Rp. 940,1 jt) dan sisanya

dibagikan untuk para pemegang saham minoritas yakni PT. Star Pasific dan juga

publik.

Permasalahan yang lain adalah adanya unsur leverage buyout (pembelian

saham dengan menggunakan dana pinjaman) mengenai sumber dana tunai untuk

membeli MDS yang sebesar Rp. 3.25 triliun. Setelah dilakukan penelusuran, dana

sebesar Rp. 3.25 triliun itu ternyata berasal dari dana pinjaman pada bank CIMB

Niaga dan Standard Chartered yang diajukan MDS, jaminan terhadap kedua bank

tersebut adalah saham MDS sendiri sebesar 98% yang akan dibeli oleh MAC.

Selanjutnya, dana hasil pinjaman yang diperoleh Matahari Department Store

direncanakan untuk dipinjamkan kepada MAC untuk membeli saham MDS pada

saat yang bersamaan.

Page 9: Cg Sesi 4 Paper Matahari

9

Pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh MPP

1. Pelanggaran Regulasi

Menurut analisa pengamat, Yanuar berpendapat bahwa yang terjadi

dalam penjualan saham MDS kepada MAC adalah manipulasi pasar dan

perdagangan orang dalam, menipu dengan melibatkan pembiayaan

perbankan atas transaksi fiktif. Berdasarkan ketentuan dalam UU Nomor 8

Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Dalam kasus ini terdapar sejumlah

unsur pidana, yaitu unsur menipu (Pasal 90), unsur transaksi semu (Pasal

91) unsur orang dalam (Pasal 95), unsur transaksi orang dalam (Pasal 96),

dan unsur keuntungan pihak tertentu (Pasal 92). Menurut Yanuar,

transaksi ini terjadi antar pemegang saham yang dibiayai utang emiten ke

perusahaan pemegang saham dan emiten mengambil utang ke Bank CIMB

Niaga dan Standard Chartered. Yanuar menganjurkan agar Bapepam

segera melakukan gelar perkara atas tidak terpenuhinya unsur menipu

Pasal 91, transaksi semu dan persekongkolan untuk membentuk harga.

Dan kemudian Pasal 92 terkait informasi orang dalam yang melibatkan

kecurigaan transaksi orang dalam (Pasal 95-96) secara terbuka di publik.

Kemudian juga terdapat beberapa pelanggaran dalam Undang-Undang No.

40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas antara lain :

Pasal 3 Ayat 2 mengenai pemisahan antar kepentingan pemegang

saham dengan dengan kegiatan perseroan, guna melindungi

kepentingan pemegang saham minoritas.

Pasal 84 Ayat 1 mengenai setiap satu saham memiliki satu hak

suara kecuali anggaran dasar menentukan lain. Jadi setiap

pemegang saham kecuali saham preferen berhak atas hak suaranya

dalam RUPS.

Pasal 86 Ayat 1 yang berbunyi “RUPS dapat dilangsungkan jika

dalam RUPS lebih dari 1/2 (satu perdua) bagian dari jumlah

seluruh saham dengan hak suara hadir atau diwakili, kecuali

Page 10: Cg Sesi 4 Paper Matahari

10

Undang-Undang dan/atau anggaran dasar menentukan jumlah

kuorum yang lebih besar”

Pasal 52 Ayat 1 mengenai hak-hak pemegang saham

2. Pelanggaran Standar

Karena Indonesia mengadopsi standar corporate governance dari

OECD maka pelanggaran standar yang dilakukan adalah terhadap prinsip-

prinsip OECD terutama pada prinsip ketiga yang berisi bahwa :

“Tatakelola perusahaan harus mampu memberikan kesetaraan perlakuan

terhadap seluruh pemegang saham, termasuk pemegang saham minoritas

dan pemegang saham asing. Seluruh pemegang saham harus

mendapatkan ganti rugi apabila terjadi kecurangan atau penghilangan

hak-haknya.”

Dari prinsip tersebut tentunya MPP telah melakukan pelanggaran yang

jelas karena telah dengan terbuka melakukan insider trading yang tentu

telah menghilangkan hak-hak pemegang saham minoritas. Insider Trading

sendiri telah secara dijelas dilarang dalam prinsip III B OECD, “Insider

trading and abusive self-dealing should be prohibited.”

3. Pelanggaran Peraturan

Transaksi penjualan MDS kepada MAC yang syarat akan benturan

kepentingan, transaksi tersebut diatur secara lebih tegas dalam Peraturan

Bapepam No.IX.E.1 sebagaimana telah diperbarui dengan Keputusan

Ketua Bapepam LK No: Kep-412/BL/2009. Berdasakan Pasal 1 huruf e

peraturan tersebut, benturan kepentingan adalah perbedaan antara

kepentngan ekonomis perusahaan dengan kepentingan ekonomis pribadi

anggota direksi, anggota dewan komisaris atau pemegang saham utama

yang dapat merugikan perusahaan dimaksud.

Berikut transaksi yang mengandung benturan kepentingan

berdasarkan Peraturan Bapepam No.IX.E.1 yang berkaitan dengan kasus

Matahari :

Membeli saham perseroan lain dimana pemegang saham

pemegang saham utama, komisaris atau direksi menjadi pemegang

saham atau anggota direksi atau komisaris

Page 11: Cg Sesi 4 Paper Matahari

11

Memberi pinjaman kepada perusahaan lain dimana direktur,

komisaris. Atau pemegang saham pengendali merupakan

pemegang saham, direktur atau komisaris

Memperoleh pinjaman dari perusahaan lain dimana pemegang

saham utama, direktur, komisaris menjadi pemegang saham,

direktur, atau komisaris

Apabila kita hubungkan transaksi tersebut dengan kriteria transaksi

yang tecantum dalam peraturan tersebut maka terdapat beberapa hal yang

dapat diindikasikan terjadinya transaksi benturan kepentingan pada

penjualan saham MDS. Ada pun beberapa hal yang dimaksud adalah

sebagai berikut:

Penjualan Saham 90.7% MDS oleh MPA kepada MAC dimana

MPA juga memiliki 20% saham MAC.

Perusahaan MDS meminjam dana kepada bank CIMB Niaga dan

Standard Chartered sebesar Rp. 3.25 triliun yang kemudian

dipinjamkan kembali pada MAC untuk membeli saham MDS.

Perusahaan MAC memperoleh pinjaman dana dari MDS yang

merupakan anak perusahaan dari perusaahan MPA yang juga

merupakan pemilik saham MAC.

Page 12: Cg Sesi 4 Paper Matahari

12

Penyelesaian Kasus

Kabar rencana penjualan 90,7% saham yang PT. Matahari Department

Store yang dimiliki PT. Matahari Putra Prima kepada PT. Meadow Indonesia,

banyak menuai protes dikalangan masyarakat terkait dengan berbagai kecurangan

dan manipulasi yang di duga dilakukan oleh MPP seperti insider trading dan juga

“penggorengan saham” guna menaikan harga saham Matahari Department Store.

Menganggapi isu tersebut, Bapepam-LK selaku badan pengawas pasar

modal di Indonesia melakukan penyelidikan terhadap transaksi tersebut.

Bapepam-LK pun kemudian menyelenggarakan pertemuan dengan pihak

menejemen MPP. Dalam pertemuan itu Bapepam LK meminta kepada pihak

menejemen MPP untuk memberikan penjelasan secara lebih rinci kepada publik

mengenai transaksi yang bernilai triliunan rupiah tersebut.

Setelah pertemuan yang pertama dengan menejemen MPP tersebut,

Bapepam LK kembali meminta kepada pihak menejemen MPP uuntuk

memberikan penjelasan kepada publik mengenai segala bentuk utang yang

dimiliki MPP dan juga rencana penggunaan dana hasil penjualan saham MDS

sebesar Rp. 7,16 triliun. Dan kemudian memperoleh hasil bahwa hasil penjualan

tersebut akan digunakan untuk melunasi hutang MPP kepada PT. Multipolar dan

juga untuk membagikan dividen yang sebagian juga mengalir ke PT. Multipolar.

Selanjutnya karena hasil keterangan tersebut oleh Bapepam-LK dirasa

kurang jelas, Bapepam-LK pun meminta MPP untuk menunda pelaksanaan RUPS

dan membuat bussines plan mengenai penggunaan dana hasil penjualan tersebut

dan ditampilkan dalam bentuk public expose guna menjamin transparansi agar

pihak pemegang saham minoritas pun dapat mengetahui tujuan dari penjualan

saham tersebut.

Pada akhirnya Bapepam-LK tetap mengalami kesulitan untuk

mengumpulkan bukti-bukti penyimpangan transaksi penjualan yang dilakukan

MDS. Hal tersebut dikarenakan transaksi yang terjadi dan pihak-pihak yang

melakukan hanya sedikit jumlahnya. Walaupun analisa Bapepam-LK menemukan

indikasi transaksi mencurigakan, tetapi untuk melakukan proses hukum

memerlukan bukti yang materiil.

Page 13: Cg Sesi 4 Paper Matahari

13

Dan kemudian tanggal 26 Maret 2010 dilaksanakanlah RUPS guna

membahas rencana penjualan saham MDS kepada MAC dan semua shareholder

menyetujui rencana penjualan tersebut. PT. Matahari Putra Prima pun secara

resmi menjual 90,7% saham PT. Matahari Department Store kepada PT. Meadow

Asia Company.

Dampak dari transaksi penjualan tersebut ternyata meningkatkan performa

dari PT. Matahari Putra Prima dan juga PT. Matahari departemen Store, hal

tersebut terlihat pada income statement MDS tahun 2010 sebagai berikut :

Page 14: Cg Sesi 4 Paper Matahari

14

Page 15: Cg Sesi 4 Paper Matahari

15

Berdasarkan laporan income statement tersebut dapat terlihat bahwa laba

bersih dan laba per saham MDS mengalami peningkatan yang signifikan dari

tahun 2009, dan kenaikan yang tejadi hampir 20 kali lipat. Hal tersebut

menunjukan bahwa strategi MPP untuk menjual saham MDS kepada MAC

bukanlah keputusan yang buruk bagi MDS.

Page 16: Cg Sesi 4 Paper Matahari

16

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari pembahasan kasus diatas terlihat bahwa tidak terdapat bukti yang

materiil terhadap kasus transaksi penjualan MDS oleh MPPA yang banyak

menuai protes. Namun transaksi insider trading dan praktek korporasi untuk

menaikan saham memanglah sangat jelas terlihat dalam transaksi tersebut

terutama dalam dua transaksi berikut

MPPA menjual saham MDS kepada MAC pada tahun 2010

dimana MAC juga baru dibentuk pada tahun tersebut dan MPP

memiliki 20% kepemilikan terhadap MAC. Pada saat isu penjualan

saham tersebut muncul harga saham MDS melonjak naik.

Dana yang digunakan untuk pembelian saham tersebut adalah dana

yang dipinjam oleh MPP kepada dua bank CIMB Niaga dan

Standard Chartered dengan jaminan 90,7% saham MDS, yang

kemudian dana tersebut dipinjamkan kepada MAC untuk membeli

saham MDS.

Saran

1. Kepada BAPEPAM-LK dan Bursa Efek Indonesia diharapkan terus

mengawasi apabila terdapat tindak kecurangan yang dilakukan oleh

perusahaan dan memberi sanksi yang tegas apabila kecurangan tersebut

telah terbukti.

2. Kepada Investor agar terus mengawasi dan waspada terhadap operasi

perusahaan dan hendaknya mengajukan keberatan apabila merasa telah

terjadi perampasan hak ataupun tindak kecurangan.

Page 17: Cg Sesi 4 Paper Matahari

17

DAFTAR PUSTAKA

OECD. 2004. OECD Corporate Governance Principles.

BAPEPAM.2009. Peraturan No.IX.E.1 Tentang Transaksi Afiliasi dan Benturan

Kepentingan, Jakarta : Departemen Keuangan dan Bapepam RI

Republik Indonesia.2007 . Undang-undang No. 40 Tentang Perseroan Terbatas,

Jakarta : Sekretariat Negara.

Bussines Law Comunity. 2010. Analisis Yuridis Terhadap Kasus Penjualan

Saham PT. Matahari. Diambil dari: http://blc-fhugm.blogspot.co.id/. (24

September 2015).

Fauzi, Abdul Wahid. 2010. Bapepam Turut Periksa Kasus Saham Matahari

Diambil dari: http://investasi.kontan.co.id/news/bapepam-turut-periksa-kasus-

saham-matahari. (24 September 2015).

Hukumonline.com. 2010. Ada Transaksi Afiliasi dalam Penjualan Matahari.

Diambil dari: http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4b8cd826904cc/ada-

transaksi-afiliasi-dalam-penjualan-matahari. (24 September 2015).

REPUBLIKA.CO.ID. 2010. Bapepam Perlu Gelar Perkara Kasus Matahari Putra

Prima. Diambil dari: http://www.republika.co.id/berita/breaking-

news/ekonomi/10/07/11/124218-bapepam-perlu-gelar-perkara-kasus-matahari-

putra-prima. (24 September 2015).

Matahari Departement Store. 2012. Tentang Matahari. Diambil dari:

http://www.matahari.co.id/about.(24 September 2015).

Ayuwuragil D,Kustin. Profil Matahari Putra Prima. Diambil dari:

http://profil.merdeka.com/indonesia/m/matahari-putra-prima/ . (24 September

2015).

Page 18: Cg Sesi 4 Paper Matahari

18