Cegah Tangkal Penyakit Di Pintu Masuk Negara Dalam Implementasi IHR (2005)

50
Cegah Tangkal Penyakit di Pintu Masuk Negara dalam Implementasi IHR (2005) Oleh: Priagung AB,SKM,MMedSc(PH) Subdit Karantina dan Kesehatan Pelabuhan Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan RI CILACAP, 21 JuLi 2010

description

Materi Sosialisasi Penanggulangan Penyakit PHEIC di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II CIlacap21 Juli 2010

Transcript of Cegah Tangkal Penyakit Di Pintu Masuk Negara Dalam Implementasi IHR (2005)

Cegah Tangkal Penyakit di Pintu Masuk Negara dalam Implementasi IHR (2005)

Oleh: Priagung AB,SKM,MMedSc(PH) Subdit Karantina dan Kesehatan Pelabuhan Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan RI CILACAP, 21 JuLi 2010

TANTANGAN KESEHATANKesenjangan Utara-Selatan Masy modern yg semakin menuntut Globalisasi

Penyakit berbasis gaya hidup, tmsk Communicated dis.

Populasi yang Bertumbuh cepat & The Bottom Billions

Migrasi & Kes Perbatasan

Biosecurity & Bioterorisme

International public health security, 1980-2009

Globalization

XXI st Century Hanta Virus, SARS, Polio, H5N1, New Influenza A H1N1.......others PHEIC

Indonesia is largest archipelagoes that has many point of enteries

Port Health Office is frontline prevent, control and provide a spread of diseases which risk control conveyances

IHR 2005

MULTIPLE BURDEN BANGSA BIDANG KESEHATAN

New Emerging Inf Disease, PHEIC

Peny Infeksi Peny. rakyat Perubahan Prilaku / kebiasaan masy. ( makan, interaksi, dll )

Arus perdagangan di Asia Timur Efek ChindiaVigorous trade flows in East Asia, anchored by China and Japan

Major Migration Flows: 1960-75

Source: Population Action International 1994

1

Major Migration Flows: 1990s

4 x increase in volume as compared to 1960-75Pada 2006: Jumlah penumpang pesawat sebanyak 2Milyar orangSource: Populati on Action Int ernati onal 1994 2

Afganistan

REGIONAL TRENDBangkok Medan Jakarta Kualalumpur Singapore Denpasar Australia

CITIES TRENDGANJAAceh Medan Sumbar Riau Lampung Jakarta Jabar Manado Pontianak Balikpapan Semarang Surabaya Bali Ujungpandang Palu KOKAIN-MORPHINHEROIN-XTC-SHABU

TUNTUTAN PERKEMBANGAN PERAN

Tuntutan Pergeseran

Penyakit KarantinaTindakan penyehatan Isolasi Vaksinasi Pencegahan Penyebaran Penyakit

PHEICRisk Analysis RH Assesment/Respon Scientific base/legal aspect Environment Safety Service Quality

PENERAPAN PERPER UU DI PINTU MASUK NEGARA

Menjamin agar tata hubungan internasional dibidang kesehatan dilaksanakan dg baik, efektif dan bertanggung jawab

WilayahBandara Pelabuhan Laut

PLB

Paradigma baru : * Deteksi secara dini dan segera melakukan respon cepat terhadap penyakit , kejadian yang bisa menyebabkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat setempat dan berpotensi mengancam keluar wilayah sampai keberbagai negara pengendalian penyebaran penyakit tersebut harus dimulai dari sumber penyakit atau masalah kesehatan. Jadi pada Paradigma baru tersebut diharapkan kita bergerak lebih kehulu atau lebih dini Penyakit yang dimaksud cukup banyak meliputi : -penyakit menular yang sudah ada, baru dan yang muncul kembali -penyakit tidak menular (contoh: bahan radio-nuklear dan bahan kimia) Paradigma baru tersebut sesuai dengan IHR 2005

Definisi

IHR adalah suatu instrumen internasional yang secara resmi mengikat untuk diberlakukan oleh seluruh negara anggota WHO, maupun bukan negara anggota WHO tetapi setuju untuk dipersamakan dengan negara anggota WHO.

The International Health Regulations (2005) (2005)

Disusun melalui negosiasi antar negara2 anggota Disepakati dalam Majelis Kesehatan Dunia (World Health Assembly 2005) dan mengikat secara legal negara2 anggota WHO. Berlaku penuh sejak 15 Juni 2007 Dalam waktu 5 tahun negara2 anggota diharapkan dapat meningkatkan kemampuan utama yang disyaratkan.

International Health SecurityIHR(2005),

Pergeseran paradigma

Dari pengawasan perbatasan Dari beberapa penyakit

penanggulangan pada sumber

semua jenis ancaman respons yang disesuaikan

Dari tindakan yang telah ditetapkan sebelumnya

IHR 1969 : menjamin tidak terjadinya penularan penyakit (kholera, pes dan yellow fever) dari satu negara ke negara lain dengan seminimal mungkin gangguan pada lalu lintas internasional IHR 2005 : mencegah, melindungi terhadap dan menanggulangi penyebaran penyakit antar negara tanpa pembatasan perjalanan dan perdagangan yang tidak perlu

Ibarat Mercu Suar.

INTERNATIONAL TRAVELS AND TRANSPORTSPorts Airports

Ancaman-Program penanggulangan khususCholera Plague Yellow fever

IHR(1969) lingkup terbatas dan pasif

Ibarat Mercu Suar.SISTEM SURVEILLANCE DAN TANGGAP NASIONAL INTERNATIONAL TRAVELS AND TRANSPORTSRisiko yang semakin luas

SISTEM KEWASPADAAN DAN TANGGAP WHO

BARU

ANCAMANPROGRAM PENANGGULANGA N KHUSUSRisiko yang semakin luas

KEMITRAAN GLOBAL

IHR(2005) merupakan landasan yang kuat dengan 4 aspek

IHR 2005 Meliputi inovasi baru dan inovasi tak terduga

Lingkupnya tak terbatas pada penyakit tertentu, namun untuk setiap kesakitan atau kondisi medis yang dapat membahayakan manusia.1. Kewajiban negara anggota: Membangun kapasitas utama minimal dalam bidang kesehatan masyarakat. Memberi tahu WHO tentang adanya potensi PHEIC sesuai kriteria Notify WHO of any potential PHEIC according to defined criteria 2. Kewajiban WHO: Mempertimbangkan laporan tak resmi atau kejadian penyakit dan meminta verifikasi dari negara anggota. Menyatakan sebagai PHEIC dan mengeluarkan rekomendasi sementara.

Menunjuk IHR National Focal Points dan WHO Contact Points untuk komunikasi darurat (siap 24/7) Pemutahiran dan revisi beberapa fungsi tehnis dan regulasi, termasuk sertifikat yang diterapkan untuk perjalanan dan angkutan internasional, serta persyaratan bandara, pelabuhan laut internasional dan pelintasan darat.

Prinsip umum pelaksanaan IHR(2005) IHR(2005)

Transparansi Kemitraan Tanggung jawab bersama Konsensus Global, Aturan global Saling membutuhkan antar negara. (economy, security) Reciprocity, reputation

Standarisasi dan Qualitas Dibangun diatas sistem yang telah ada

Dasar Hukum Penyelenggaraan Kekarantinaan

UU Nomor 1 tahun 1962 ttg Karantina Laut UU Nomor 2 tahun 1962 ttg karantina Udara UU Nomor 4 tahun 1984 ttg Wabah UU Nomor 36 tahun 2009 ttg Kesehatan UU Nomor 29 tahun 2004 ttg Praktik Kedokteran PP Nomor 40 Thn 1991 ttg Penanggulangan Wabah Peny Menular Peraturan Menteri Kesehatan di bidang Penanggulangan dan Pemberantasan Penyakit .

KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL PENERAPAN IHR 2005 ( 1 )

Tujuan Penerapan IHR 2005 di Indonesia adalah Indonesia mampu mencegah, melindungi terhadap dan menanggulangi penyebaran penyakit antar negara tanpa pembatasan perjalanan dan perdagangan yang tidak perlu . Penyakit yang dimaksud ialah penyakit yang sudah ada, baru dan yang muncul kembali serta penyakit tidak menular (contoh: bahan radio-nuklear dan bahan kimia) yang bisa menyebabkan Public Health Emergency of International Concern (PHEIC ) / kedaruratan kesehatan yang meresahkan dunia

KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL PENERAPAN IHR 2005 ( 2 )Kebijakan1.

Mempercepat meningkatkan kemampuan utama yang diarahkan terutama kemampuan menghadapi munculnya virus baru pandemi influenza Menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan bersama-sama oleh pemerintah , pemerintah daerah dan melibatkan berbagai pihak yang terkait serta masyarakat . Apabila dianggap perlu minta bisa bantuan dunia internasional melalui WHO Peningkatan kemampuan utama dilaksanakan dengan cara meningkatkan kemampuan yang sudah kita miliki meliputi sarana, peralatan termasuk sistem yang sudah berjalan , mengoptimalkan yang telah ada , jadi tidak perlu membangun lagi dari awal lagi sehingga efisien . Kemampuan surveilans dalam rangka kewaspadaan dini terhadap penyakit yang berpotensi KLB / wabah selama ini disempurnakan dengan menambahkan kemampuan mendeteksi kejadian , KLB yang berpotensi PHEIC dan menambahkan cara penggunaan algoritma yang ada pada lampiran IHR . Peningkatan kemampuan surveilans terutama ditingkat lapangan dengan lebih meningkatkan kemampuan SDM meliputi petugas dan termasuk memberdayaan masyarakat .

2.

3.

4.

5.

KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL PENERAPAN IHR 2005 ( 3 )

TargetUmumAdalah terlaksananya upaya pencegahan , pengendalian dan penyebaran penyakit lintas negara di bandar udara, pelabuhan , PLBD dan di wilayah terjangkit penyakit yang berisiko dan /atau sedang terjadi PHEIC .

Khusus1. Penyusunan peraturan /per undang-undangan di Indonesia yang berkaitan dengan IHR 2005. 2. Peningkatan kemampuan melaksanakan penerapan IHR 2005 disemua tingkatan administrasi 3. Peningkatan kemampuan melaksanakan penerapan IHR 2005 di semua pintu masuk ( point of entry ) meliputi pelabuhan , bandara dan PLBD oleh KKP

KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL PENERAPAN IHR 2005 ( 4 )

Strategi1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

8. 9.

Sosialisasi IHR ke segenap jajaran kesehatan dan sektor terkait Advokasi IHR dalam rangka mendapatkan dukungan kepada para penentu kebijakan Pembuatan/revisi peraturan perundang-undangan yg terkait dgn IHR Penyusunan /revisi manual/juklak Pemenuhan sarana komunikasi cepat Pemenuhan biaya operasional yg memadai Peningkatan kemampuan utama yg disyaratkan dlm waktu maks 5 thn , Kemampuan utama yang perlu ditingkatkan ialah : a) Kemampuan utama untuk surveilans dan respon mulai dari tingkat pusat , propinsi , kabupaten / kota sampai puskesmas beserta masyarakat b) Kemampuan utama utk pelabuhan udara / laut / pos lintas batas Penelitian kaji tindak Monitoring dan Evaluasi

BAB. IV. RENCANA KEGIATAN POKOK PENERAPAN IHR 2005 DI INDONESIA TAHUN 2009 2014

1. 2. 3.

4. 5. 6. 7.

8.

9. 10.

Rencana Kegiatan Pokok Sosialisasi Th 2009 s/d 2014 Rencana Kegiatan Pokok Advokasi Th 2009 s/d 2014 Pembuatan / Revisi Peraturan Perundang-undangan Yang Terkait Dg IHR 2005 Rencana Kegiatan Pokok Penyusunan / Revisi Pedoman dan SOP Pemenuhan Sarana Komunikasi Pemenuhan Biaya Operasional Peningkatan Kemampuan Utama Kemampuan Surveilans Dan Respon Peningkatan Kemampuan Utama Bandara , Pelabuhan , Bandara, PLBD Penelitian Dan Kaji Tindak ( Telaah Kegiatan ) Monitoring dan Evakuasi .

PETA KKP SE - INDONESIAKKP Banda Aceh KKP Medan KKP Pekanbaru KKP Tg. Pinang KKP Pontianak KKP Tarakan KKP Samarinda KKP Balikpapan KKP Gorontalo KKP Batam KKP Poso KKP Padang KKP Palembang KKP Banjarmasin KKP Tg. Priok KKP Plng Pisau KKP Makassar KKP Semarang KKP Probolinggo KKP Manado KKP Ternate KKP Jayapura KKP Biak KKP Palu

KKP Banten KKP Jakarta KKP Cirebon KKP Ciilacap

KKP Ambon KKP Kendari KKP Sorong KKP Manokwari KKP Merauke

KKP Surabaya KKP Denpasar KKP Mataram KKP Kupang

KKP Kls I = 7 KKP Kls II = 21 KKP Kls III = 20

STRATEGI PENGEMBANGAN KKPFiveFive-year stepwise approach to strengthen of PHO(KKP) capacity in Indonesia by 2014 2014Network/ collaboration Minimum core capacity

Optimum Optimum Core Capacity By 2014 2014Local / wilker capacity National / internation al Network

System development

Legal aspect, equipment

Program developmentCentral capacity

Manpower Development

Joint Assessment

Implementasi IHR (2005) di pelabuhan, bandara dan (2005) pelabuhan, lintas batas daratPENCEGAHANPengendalian Faktor Risiko yang diketahui

DETEKSI DINI

RESPONMerespon kegawatdaruratan kesehatan masyarakat

Mendeteksi kejadian kesehatan

Pengendalian rutin terhadap kondisi sanitasi di pelabuhan dan alat angkut termasuk pengendalian vektor

Pengawasan, Skrining, Informasi dan Verifikasi

Mendukung penyelidikan dan rencana kontijensi

Manajemen Risiko Penilaian Risiko Manajemen Kasus alat angkut dan tindakan pengendalian Program pengawasasan

Peningkatan aktivitas di Bandara, Pelabuhan dan Lintas Batas Negara Transmisi penyakit potensial wabah serta penyakit lainnya yang berpotensi menimbulkan Public Health Emergency of International Concern (PHEIC)Perlu

Pemberdayaan aparatur kesehatan

Upaya di bidang P2PL P2

Intervensi Terhadap : - Orang secara Individual, Massal -Lingkungan : Standar, Persyaratan,Tenaga, Pemusnahan, Penyuluhan, Izin -Barang : Jenis, Persyaratan, Standar, Pemeriksaan, Pengambilan, Pemusnahan Sarana dan Prasarana: standar dan persyaratan

Implementasi HukumRUU tentang Karantina Kesehatan Art. 2 Tujuan dan Ruang Lingkup IHR (2005) adalah untuk mencegah, melindungi, mengawasi, menyediakan dan melaksanakan tindakan kesehatan masyarakat dari penyebaran penyakit secara internasional, di dalam mana sesuai dengan dan membatasi risiko kesehatan masyarakat, dan menghindarkan hambatan yang tidak perlu bagi trafic dan perdagangan internasional.

Kaitan dg Pedoman Teknis SKD dan Penanggulangan KLB

Art. 6 Notification Art. 7 Information Sharing During Unexpected Public Health Events Art. 8 Other Report Art. 10 Verification Art. 13 Public Health Response

Kaitan dg Pedoman Teknis Penyelenggaraan Kesehatan Haji

Art. 23 Pemeriksaan Kesehatan pada Kedatangan dan Keberangkatan Art. 31 Pemeriksaan Kesehatan bagi Pendatang Art. 32 Penanganan Traveller Art. 40 Pembiayaan untuk Pemeriksaan Kesehatan Orang Bepergian

Pedoman Teknis Penyelenggaraan Kesehatan HajiArt. 20 Bandara dan Pelabuhan Negara harus menetapkan bandara dan pelabuhan yang akan mengembangkan kemampuan sesuai lampiran 1

Negara harus meyakinkan bahwa SSCEC dan SSCC diberlakukan sesuai ketentuan pada art-39 dan contoh yang disediakan pada lampiran Negara harus mengirimkan kepada WHO Daftar Pelabuhan yang berwenang memberikan SSCEC/SSCC WHO atas permintaan negara bersangkutan dan setelah suatu kajian, dapat memberikan sertifikat bandara atau pelabuhan yang telah memenuhi persyaratan pada ayat 1 dan 3. Sertifikat ini akan direview secara periodic oleh WHO dan dengan konsultasi dengan negara bersangkutan WHO dengan berkolaborasi dengan organisasi antar negara dan badan internasional harus membangun dan mempublikasikan petunjuk sertifikasi untuk bandara dan pelabuhan sesuai dengan artikel ini. WHO juga harus mempublikasikan daftar bandara dan pelabuhan yang sudah disertifikasikan.

Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan

Sesuai dengan Panduan Petugas KesehatanTentang IHR 2005 yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal PP & PL , yang menjadi Competent Authorities sesuai dengan Art. 22 adalah Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP).

Peranan KKP sesuai dengan pasal tersebut adalah: 1.a. Melaksanakan pemantauan alat angkut, kontainer, dan isinya yang datang dan pergi dari daerah terjangkit, serta menjamin bahwa barang-barang diperlakukan dengan baik dan tidak terkontaminasi dari sumber infeksi, vektor, dan reservoar.

Ortala KKP lanjutanb. Melaksanakan dekontaminasi serta pengendalian vektor dan reservoar terhadap alat angkut yang digunakan oleh orang yang bepergian. c. Melakukan pengawasan deratisasi, disinfeksi, disinseksi dan dekontaminasi. d. Menyampaikan saran/rekomendasi kepada operator alat angkut guna melakukan pemeriksaan lengkap terhadap alat angkut atau kendaraannya. e. Melakukan pengawasan pembuangan sisa-sisa bahan yang terkontaminasi (seperti air, makanan, dan sisa pembuangan manusia) f. Melakukan pemeriksaan dan pemantauan terhadap pembuangan sisa-sisa bahan alat angkut yang dapat menimbulkan pencemaran dan penyakit. g. Melakukan pengawasan terhadap agen pelaksana perjalanan dan angkutan di wilayah kedatangan.

Ortala KKP (2) (2h. Melakukan pemeriksaan yang dibutuhkan apabila terjadi hal-hal yang tidak diharapkan, sesuai dengan kebutuhan (emergency case). i. Melakukan komunikasi dengan National IHR Focal Point.

2. Melaksanakan pemeriksaan yang direkomendasikan oleh WHO untuk setiap kedatangan dari daerah tertular apabila terindikasi bahwa pemeriksaan keberangkatan dari daerah terinfeksi dianggap tidak benar/tidak sah. 3. Melaksanakan prosedur disinseksi, deratisasi, desinfeksi, dekontaminasi, serta pemeriksaan sanitasi lainnya dengan tidak menyebabkan atau seminimalnya kecelakaan, ketidaknyamanan dan kerusakan

Tugas KKP sesuai dengan IHR 2005: 2005: Pelabuhan, Bandara, Lintas Batas Art. 23 Pemeriksaan Kesehatan pada Kedatangan dan Keberangkatan Art 34. Kontainer dan Pelabuhan Peti Kemas Art. 40 Biaya Pemeriksaan Kesehatan Bagi Orang yang Bepergian Art. 41 Biaya Pemeriksaan pada Alat Angkut, Kontainer, Barang, Bagasi, dan Paket Pos Art. 44 Kerjasama dan Bantuan Art. 45 Pengelolaan Data Pribadi Art. 46 Pengangkutan dan Pengelolaan Bahan Biologis, Reagen, dan Bahan Diagnostik Lainnya.

Alat Angkut

Art. 23 Pemeriksaan Kesehatan pada Kedatangan dan Keberangkatan Art. 24 Operator Alat Angkut Art. 25 Kapal dan Pesawat Transit Art. 26 Truk, Kereta Api, dan Bus Transit Art. 27 Alat Angkut Terjangkit Art. 28 Kapal dan Pesawat pada Jalur Kedatangan Art. 29 Truk, Kereta Api, dan Bus pada Jalur Kedatangan Art. 33 Barang Transit Art. 37 Maritime Declaration of Health Art. 38 Health Part of Aircraft General Declaration Art. 39 Ships Sanitation Certificates Art. 42 Pelaksanaan Pemeriksaan Kesehatan Art. 43 Pemeriksaan Kesehatan Tambahan Art. 46 Pengangkutan dan Penanganan Bahan Biologis, Reagen, dan Bahan Diagnostik Lainnya.

Orang

Art. 23

Pemeriksaan Kesehatan pada Kedatangan dan Keberangkatan Art. 30 Orang yang Bepergian dalam Pengawasan Kesehatan Art. 31 Pemeriksaan Kesehatan bagi Orang yang Bepergian pada Jalur Kedatangan Art. 32 Perwatan/Penanganan Kesehatan bagi Orang yang Bepergian Art. 35 Ketentuan Umum Art. 36 Sertifikat Vaksinasi atau Profilaksis Lainnya Art. 42 Pelaksanaan Pemeriksaan Kesehatan Art. 43 Pemeriksaan Kesehatan Tambahan Art. 45 Pengelolaan Data Pribadi

Tata Hubungan Kerja di Lingkungan Kantor Kesehatan Pelabuhan

Pedoman Teknis Penerbitan Dokumen Kesehatan pada Pelabuhan, Bandara, dan Lintas Batas Darat Art. 36 Sertifikat Vaksinasi atau Profilaksis Lain Vaksinasi dan profilaksis bagi pendatang ditetapkan sesuai peraturan ini atau rekomendasi dan sertifikasi harus berhubungan dan sesuai dengan lampiran 6, dan apabila perlu merujuk lampiran 7 terhadap penyakit yang spesifik.

Orang bepergian yang memiliki sertifikat vaksinasi atau profilaksis yang berlaku sesuai dengan lampiran 6 dan bila perlu sesuai dengan lampiran 7 tidak akan ditolak masuknya sebagai akibat dari suatu penyakit sesuai sertifikat vaksinasi tersebut. Walaupun datang dari daerah tertular kecuali kesehatan pelabuhan mempunyai indikasi dan atau bukti bahwa vaksinasi atau profilaksis lainnya tidak efektif

Lanjutan DokumenArt. 37 Maritime Declaration of Health (MDH) Nahkoda sebelum tiba pada pelabuhan pertama menyampaikan informasi kedatangannya dan harus melaporkan status kesehatan di dalam kapal, kecuali apabila negara tidak memintanya, maka nahkoda pada saat kedatangan atau pada saat tanda peringatan kedatangan kapal, Nahkoda memberikan kepada negara dokumen yang lengkap dan mengirimkannya melalui kesehatan pelabuhan dan MDH harus disahkan oleh dokter kapal, jika ada. Nahkoda atau dokter kapal (jika ada) harus memberikan informasi kesehatan yang diminta kesehatan pelabuhan mengenai kondisi kesehatan kapal selama perjalanan internasional. MDH harus dibuat sesuai model lampiran 8 Negara dapat memutuskan: Tidak perlu memberikan MDH pada saat kedatangan Meminta MDH atas rekomendasi bahwa kapal datang dari daerah tertular atau memintanya dari kapal yang mungkin membawa sumber infeksi atau kontaminasi.

Negara harus menginformasikan kepada operator kapal atau agen atas permintaannya.

lanjutan

Art. 37 Maritime Declaration of Health (MDH) Nahkoda sebelum tiba pada pelabuhan pertama menyampaikan informasi kedatangannya dan harus melaporkan status kesehatan di dalam kapal, kecuali apabila negara tidak memintanya, maka nahkoda pada saat kedatangan atau pada saat tanda peringatan kedatangan kapal, Nahkoda memberikan kepada negara dokumen yang lengkap dan mengirimkannya melalui kesehatan pelabuhan dan MDH harus disahkan oleh dokter kapal, jika ada. Nahkoda atau dokter kapal (jika ada) harus memberikan informasi kesehatan yang diminta kesehatan pelabuhan mengenai kondisi kesehatan kapal selama perjalanan internasional. MDH harus dibuat sesuai model lampiran 8 Negara dapat memutuskan: Tidak perlu memberikan MDH pada saat kedatangan Meminta MDH atas rekomendasi bahwa kapal datang dari daerah tertular atau memintanya dari kapal yang mungkin membawa sumber infeksi atau kontaminasi.

Negara harus menginformasikan kepada operator kapal atau agen atas permintaannya

lanjutan

Art. 39 Ship Sanitation Certificate SSCEC dan SSCC harus berlaku untuk maksimal 6 bulan. Periode ini dapat diperpanjang satu bulan jika pemeriksaan atau pengawasan yang diminta tidak dapat dilaksanakan di bandara/pelabuhan. Jika pemberlakuan SSCEC atau SSCC tidak ada/tidak dapat ditunjukkan atau bukti dari risiko kesehatan masyarakat ditemukan di dalam kapal, negara boleh mengambil tindakan hukum sesuai ayat 1 art. 27. Sertifikat pada artikel ini sesuai lampiran 3. Bila mungkin, pemeriksaan pengendalian harus dilaksanakan apabila kapal dalam keadaan kosong. Apabila kapal ini ballast harus dilaksanakan sebelum muat. Apabila pemeriksaan pengawasan diminta dan sudah dilaksanakan secara lengkap, kesehatan pelabuhan harus mengeluarkan SSCC dengan catatan tidak menemukan bukti dan pemeriksaan pengawasan telah dilaksanakan. Kesehatan pelabuhan boleh menerbitkan SSCEC disetiap pelabuhan sesuai artikel 20 apabila diyakini bahwa kapal bebas dari infeksi dan kontaminasi, termasuk vektor dan reservoir. Sertifikat tersebut biasanya dikeluarkan bila pemeriksaan telah dilaksanakan dalam kapal yang kosong atau isinya hanya ballast atau material lain, seperti bahan alam yang ditimbun atau dibuang sehingga membuat kapal dapat diperiksa. Jika dalam keadaan dimana pengawasan pemeriksaan telah dilaksanakan, dan pendapat dari kesehatan pelabuhan bahwa hasilnya tidak memuaskan, maka kesehatan pelabuhan harus membuat catatan dalam SSCC.

SDM

Sumber Daya Manusia yang memiliki kompetensi dalam pelaksanaan tugas yang sesuai dengan IHR 2005: Tenaga Epidemiolog untuk melakukan surveillance setiap kejadian yang berpotensi terhadap kesehatan masyarakat dan melakukan pengkajian sesuai dengan criteria penentuan PHEIC dalam lampiran 2 IHR 2005. Tenaga medis (dokter untuk melakukan pemeriksaan kesehatan pada kedatangan dan keberangkatan) Yang menandatangani sertifikat vaksinasi atau profilaksis lain sesuai dengan art. 36 adalah dokter atau tenaga kesehatan lain yang berwenang melakukan supervisi administrasi vaksin atau profilaksis. Yang menandatangani Maritime Declaration of Health (MDH) adalah Nahkoda atau dokter kapal ( Ships surgeon ) bila ada. Yang menandatangani Health Part of the Aircraft General Declaration adalah Pilot yang bertugas. Yang menandatangani SSCEC dan SSCC adalah Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP).

Penutup

RUU KARANTINA KES masuk dalam Hak inisiatif DPR 2010 Naskah Akademik RUU karantina kes sedang di sempurnakan kembali oleh BPHN dengan mengacu pada IHR 2005 RUU Karantina Kesehatan segera di sempurnakan dengan mengacu pada IHR 2005

IHR: KKP

Input : orang, alat angkut, barang Proses : SOP, SECOND OPINION, MITIGASI RISIKO, 5 LEVEL OF PH DENGAN SENTUHAN KEGAWATAN & KEDARURATAN BERDIMENSI HAM OUTPUT : BERITA ACARA PROSES, SERTIFIKAT : MDH, SSCEC dll OUTCOME : PUBLIC SAFETY, calculated/accepted risk

49

TERIMA KASIH Wassalamualaikum wr wb