Cedera Tulang Belakang Cervical Bagian Atas
description
Transcript of Cedera Tulang Belakang Cervical Bagian Atas
CEDERA TULANG BELAKANG CERVICAL BAGIAN ATAS1. PENDAHULUAN
Tulang cervical atas ( cervicocranium), termasuk artikulasi occiput dengan atlas ( C1 ) dan atlas dengan axist ( C2 ). Trauma pada daerah ini termasuk sering.
Tujuan terapi adalah perlindungan struktur saraf, memperbaiki dan stabilisasi bagian yang cedera, dan memberikan stabilitas dalam jangka lama.Anatomi
a. Atlas
- merupakan cervical 1
- tidak mempunyai body vertebra
-berfungsi sebagai penyangga dari artikulasi antara occiput dengan vertebra, dengan tectoralis membran dan alar ligament sebagai kunci stabilitasnya- transverse atlantal ligament sebagai penghubung anterior tubercle dengan odontoid process dari C2
- pergerakan flexi dan extensi leher 50 % terjadi pada sendi occiput C11
b. Axis
- merupakan cervical 2
- ligament cruciform sebagai penyangga utama pada sendi atlantoaxial, sedangakan ligament alar sebagai stabilisasi kedua pada sendi ini.
- pergerakan rotasi leher 50 % pada perbatasan C1-C2
Klasifikasi trauma
1. Atlanto-occipital dislocation
Frequency/incidence
1% dari cedera cervical spine injuries..
Gejala Klinis
Pada umumnya fatal, kematian tersering karena anoxia karena respiratory arrest. Pada umumnya ( 70 % ) disertai trauma kepala.
Cranial nerve palsies (terutama VI, IX and XII) terjadi pada 50% kasus.
Quadriplegia komplet atau cedera brainstem pada akhirnya berakibat kematian
Brown-Sequard atau central cord syndrome dapat juga terjadi.
Pathophysiology
AOD disebabkan trauma hebat karena kecelakaan lalu lintas dan berhubungan dengan mekanisme hyperextension dengan distraction.Pada kasus yang fatal, terjadi transection spinal cord.
Management
Terapi awal immobilisasi cervical spine, pasien dilakukan reposisi dengan image dan dipasang
halo vest.Fusi posterior sebagai pilihan stabilisasi dapat dilakukan.2. Dens ( odontoid process) fracture
Frequency/incidence
10% sampai 15% dari fraktur cervical spine.
Gejala Klinis
Keluhan tersering adalah nyeri di daerah cervical atas. Patien akan memegang kepala dengan tangan saat berubah dari supine ke posisi berdiri.PathophysiologyKemungkinan terbanyak akibat flexion injuries karena trauma hebat.
Pada orang tua dan anak anak dilapuh dari ketinggian.Klasifikasi ( Anderson dan DAlonzo )Tipe 1: fractures melalui tip dari dens (amat jarang),Tipe 2: fractures melalui basis dari leher dens (palng sering),Tipe 3: fractures melalui badan dari dens Management
Tipe 1 dan 3 merupakan fraktur stabil dan diterapi hard collar selama 8 14 minggu.Tipe 2 bisa dengan terapi konservatif, halo immobilisasi. Indikasi operasi terutama bila displaced
(>46 mm), posterior displacement atau pada orang tua dengan odontoid screw atau posterior C1-2 fusion
3. Jefferson ( Atlas ) fracture
Frequency/incidence
10% dari frktur tulang belakang dan bisa disrtai fraktur pada C2 (>40% ).
Gejala Klinis
Keluhan utama adalah neck pain, jarang terjadi gangguan neurologis.
21 % disertai trauma kepala.
Pathophysiology
Yang khas adalah adanya gaya axial loading skull sebagai penyebabnya.
Karena lateral masses C1 dan occipital condyle berbentuk wedge-shaped, maka axial loading menyebabkan pelebaran ring, sehingga terjadi patah pada bagian terlemah ring C1, yaitu pada bilateral lamina/vertebral artery groove junction dan bilateral anterior arch/lateral mass junction.
Fractures biasanya diikuti tear dari transverse ligament,sehingga ring menjadi melebar dan sangat tidak stabil pada level C1-C2, tear transverse ligament selanjutnya dapat melukai cord Management
Nondisplaced fractures diterapi dengan hard collar.
Fractures dengan displacement kurang dari 7 mm diterapi hard collar atau halo vest.Fractures dengan displacement lebih dari 7 mm (menunjukkan disruption transverse
atlantal ligament) diterapi dengan halo vest
4. Hangmans fracture (traumatic spondylolisthesis of the axis)
Frequency/incidence
7% dari cervical fractures.
Gejala Klinis
Keluhan tersering adalah neck pain dan pain saat pergerakan.
Patient jarang mengalami gangguan neurologis (