CEDERA SENDI
-
Upload
rizka-kartikasari -
Category
Documents
-
view
26 -
download
8
description
Transcript of CEDERA SENDI
-
CEDERA SENDI
Sendi merupakan pertemuan antara dua tulang atau lebih, baik terjadi pergerakan atau tidak terjadi pergerakan.
Berdasarkan jenisnya sendi dibagimenjadi sinarthrosis, sindesmosis, amfiarthrosis dan diartrosis (synovial).
Sendimemberikan adanya segmentasi pada rangka manusia dan memberikankemungkinan variasi pergerakan di
anatara segmen-segmen serta kemungkinanvariasi pertumbuhan.
Trauma adalah suatu peyebab utama dari cedera sendi dimana traumamerupakan keadaan seseorang mengalami
cedera oleh salah satu sebab. Penyebabutama trauma adalah kecelakaan lalu lintas, industri, olah raga dan rumah
tangga.Setiap tahun 60 juta penduduk di Amerika Serikat mengalami trauma dan 50%memerlukan tindakan
medis, 3,6 juta (12% dari 30 juta) membutuhkan perawatandi rumah sakit
Definisi Cedera sendi adalah cedera yang terjadi pada sendi, dapat berupa traumaligament, occult joint instability,
subluksasi dan dislokasi. Mekanisme cederasendi dapat terjadi secara langsung ataupun tidak langsung.
Derajat stabilitas sendi akibat trauma:
1. Occult joint instabilityKetidakstabilan sendi hanya dapat ditemukan dalam pemeriksaan tes stress, pada foto rontgen, tampak sendi yang normal
2. Subluksasi Terjadi gangguan hubungan kedua permukaan sendi, namun masihmempertahankan kontak yang cukup
3. Dislokasi-luksasiTidak ada lagi hubungan dari kedua permukaan sendi
Cedera Sendi yang Sering Dijumpai
Trauma pada ligamen Trauma pada sendi juga dapat menyebabkan kerusakan atau robekanligamen yang bersifat total atau parsial. Rob
ekan pada ligamen yang bersifat parsial disebut sebagai sprain atau strain. Sprain
adalah cedera pada ligamensedangkan strain adalah cedera pada otot atau tendon.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis yang baik, gambaran klinis serta pemeriksaan rontgensecara stres
dengan anastesia umum. Pengobatan trauma pada ligamen ini berdasarkan dengan metode RICE ( Rest, Ice, Compression, Elevate
Rest Pada 24-48 jam pertama dianggap sebagai masa kritis dan pergerakan harus dibatasi serta aktivitas yang
menyebabkan nyeri dihindari.Penggunaan bidai diperlukan untuk imobilisasi.
Ice ada 48 jam pasca cedera, dilakukan kompres denganmenggunakan es pada lokasi cedera selama 20 menit
setiap 3-4 jam. Kompres es ini tidak boleh dilakukan lebih dari 20 menit karena dapat menyebabkankerusakan
pada jaringan.
Compression . Pada awal pengobatan dilakukan kompresi ketikamengelevasikan Sprain atau Strain Penggunaan
Ace bandage mungkindiperlukan.
Elevat. Posisikan lokasi dari sprain atau strain lebih tinggi dari jantung.
2.4.2.Subluksasi Subluksasi adalah suatu keadaan dimana sendi mulai mengalami dislokasi.Subluksasi dapat terjadi karena adanya
suatu trauma atau cedera akut. Subluksasi juga dapat terjadi akibat sendi yang longgar. Pada gambaran klinis,
pasien dengansubluksasi tidak mengalami gejala sehingga tidak memerlukan pengobatan. Jikasudah muncul
gejala, pengobatan dapat diberikan.
DISLOKASI
Definisi
-
Dislokasi berarti bahwa permukaan sendi tergeser sama sekali dan tidak lagi bersentuhan, subluksasi berarti
bahwa pergeseran dalam tingkat yang lebih kecil, sedemikian sehingga permukaan sendi sebagian masih
beraposisi.
Gambaran klinik Gejala yang dapat tamapak pada pasien yang mengalami dislokasi :
1. Setelah cedera, sendi akan terasa nyeri dan pasien akan berusaha mengurangi gerakan pada sendi yang mengalami cedera.
2. Bentuk sendi itu yang abnormal dan gambaran tulang yang tampak tergeser.
3. Tungkai sering dipertahankan dalam satu posisi yang khas
4. Gerakan akan nyeri dan terbatas
Untuk pemeriksaan lebih lanjut biasanya dilakukan pemeriksaan Sinar-X untuk memastikan diagnosis. Selain itu
pemeriksaan ini juga akan memperlihatkan apakah terdapat cedera tulang yang mempengaruhi stabilitas sendi,
yaitu fraktur dan dislokasi.
Terapi Dislokasi harus direduksi sevepat mungkin. Biasanta dibutuhkan anestesik umum, dan kadang-kadang dibutukan
pelemas otot. Sendi kemudian di istirahatkan atau diimobilisasi hingga terjadi penyembuhan jarinagan lunak
biasanya setelah 3-4 minggu. Kalau ligamen robek, maka terpaksa harus diperbaiki.
Komplikasi Banyak komplikasi fraktur yang ditemukan setelah dislokasi : cedera avaskular, cedera saraf, nekrosis tulang
avaskular, osifikasi heterotropik, kekakuan sendi dan osteoartritis sekunder.
Klasifikasi
a. Ekstremitas Superior: elbow, shoulder, wnst
b. Ekstremitas Inferior: Sendi Panggul, patella
1. DISLOKASI SIKU
Dislokasi sendi siku sering ditemukan pada orang dewasa tetapi jarang pada anak.
Mekanisme trauma
Biasanya penderita jauth dengan keras dalam keadaan tangan out stretched
Patologi
Bagian distal dari humerus terdorong ke depan melalui kapsul anterior sedangkan radius dan ulna
mengalami dislokasi ke posterior, sehingga selalu terjadi kerusakan yang hebat pada jaringan lunak kapsul
dan muskulus brakialis yang kadang-kadang mengalami robekan pada prosesus koronoid. Dislokasi pada
umumnya posterior atau posterolateral . arteri brakialis dan nervus medialis dapat terangkat bersama-sama
humerus kedepan. Dislokasi sering disertai fraktur prosesus koronoid, kapitulum atau di bagian belakang.
Gambaran klinis
Terdapat trauma dengan pembengkakan yang hebat di sekitar sendi siku sewaktu siku dalam posisi semi
fleksi. Olekranon dapat teraba dibagian belakang
Pemeriksaan radiologis
Dengan pemeriksaan radiologist dapat diketahui adanya dislokasi yang mungkin disertai fraktur tulang
sekitar sendi siku.
Pengobatan
Pada dislokasi sendi siku dilakukan reposisi secepatnya. Pada jam-jam pertama, dislokasi dapat direposisi
tanpa pembiusan umum. Setelah direposisi, lengan difleksi lebih 90 dan dipetrthankan dengan gips selama 3 minggu.
Komplikasi
1. kekauan sendi siku 2. trauma nervus medianus 3. miositis osifikasi 4. trauma arteri brakialis
2. DISLOKASI BAHU
-
Dislokasi sendi bahu sering ditemukan pada orang dewasa tetapi jarang pada anak-anak.
Klasifikasi
1. dislokasi anterior 2. dislokasi posterior 3. dislokasi inferior atau lukasi erekta 4. dislokasi disertai fraktur
1. Dislokasi anterior Dislokasi anterior disebut juga sebagai dislokasi preglenoid, subkorakoid dan subklavikuler
Mekanisme trauma
Dislokasi anterior merupakan kelainan yang sering ditemukan dan biasanya penderita jatuh dengan tangan
dalam keadaan out stretched atau trauma pada scapula sendiri dan anggota gerak dalam posisi rotasi lateral
sehingga kaput humerus menembus kapsul anterior sendi. Pada dislokasi anterior, kaput humerus berada
dibawah glenoid, subkorakoid dan subklavikuler.
Gambaran klinis
Didapatkan nyeri yang hebat serta gangguan pergerakan sendi bahu. Kontur sendi bahu menjadi rata caput
humerus bergeser kedepan.
Pemeriksaan radiologis
Kaput humerus terlihat di depan dan medial glenoid.
Pengobatan
a. Dengan pembiusan umum
metode hipocrates penderita dibaringkan di lantai, anggota gerak ditarik keatas dan kaput humerus ditekan dengan kaki agar
kembali ketempatnya
metode kocher penderita berbaring di tempat tidur dan ahli bedah berdiri di samping penderita.
Tahap reposisi menurut kocher:
o Sendi siku dalam posisi fleksi 90 dan dilakukan traksi sesuai dengan garis humerus o Lakukan rotasi kea rah lateral o Lengan diadduksi dan sendi siku dibawa mendekati tubuh kea rah garis tengah o Lengan dirotasi ke medial sehingga tangan jatuh di daerah dada
b. Tanpa pembiusan umum Teknik menggantung
Penderita diberikan petidin atau diazepam agar tercapai relaksasi yang
maksimum. Kemudian penderita tidur tengkurap dan membiarkan lengan tergantung di pinggir tempat tidur
. setelah beberpa waktu dapat terjadi reduksi secara spontan
Penanganan setelah reposisi Setelah reposisi berhasil, maka lengan harus difiksasi di daerah toraks selama 3-6 minggu dan bila reposisi
tidak dilakukan dapat terjadi dislokasi rekuren
Komplikasi
a. kerusakan nervus aksilaris
b. kerusakan pembuluh darah
c. tidak terjadi reposisi
d. kaku sendi
e. dislokasi rekuran
Pengobatan Dislokasi rekuren dengan frekuensi yang tinggi, memerlukan tindakan operasi seperti operasi menurut putti-
plat, Bristow dan bankrat
2. Dislokasi posterior Dislokasi posterior lebih jarang ditemukan dan biasanya disebabkan karena trauma langsung pada sendi
bahu dalam keadaan rotasi interna.
Gambaran klinis
Ditemukan adanya nyeri tekan serta benjolan di bagian belakang sendi
Pemeriksaan radiologis
Ditemukan adanya tanda khas berupa light bulb karena adanya rotasi interna humerus
Pengobatan
-
Dilakukan reduksi dengan menarik lengan ke depan secara hati-hati dan rotasi eksterna, serta imobilisasi
selama 3-6 minggu.
Dislokasi rekuren
Dislokasi rekurens posterior lebih jaran ditemukan dan juga memerlukan tindakan opersi
3. Dislokasi inferior atau lukasi erekta
Kaput humerus mengalami jepitan di bawah glenoid dimana lengan mengarah ke atas sehingga terjadi
dislokasi inferior
Pengobatan
Dilakukan reposisi tertutup seperti dislokasi anterior dan bila tidak berhasil dapat dilakukan reposisi terbuka
dengan opersi
3. Dislokasi disertai dengan fraktur tuberositas mayor humerus Jenis ini biasanya adalah dislokasi tipe anterior disertai fraktur. Apabila dilakukan reposisi pada dislokasi,
biasanya fraktur akan tereposisi dan melekat kembali pada humerus
3. DISLOKASI PANGGUL
Dislokasi panggul pada anak-anak karena trauma sering terjadi di Indonesia. Umumnya ditemukan di
bawah umur 5 tahun, dan lebih banyak pada anak laki-laki daripada perempuan.
Dislokasi panggul dibagi dalam tiga tipe:
1. Dislokasi posterior Tanpa fraktur Disertai fraktur rim posterior yang tunggal dan besar Disertai fraktur komunitif asetabulum bagian posterior dengan atau tanpa kerusakan pada
dasar asetabulum
Disertai fraktur pada caput femur 2. Dislokasi anterior
Obturator Iliaka Pubik Disertai fraktur kaput femur
3. Dislokasi sentral Hanya mengenai dinding bagian dalam asetabulum Fraktur sebagian dari kubah asetabulum Pergeseran menyeluruh ke panggul disertai fraktur asetabulum yang komunitif
1. Dislokasi posterior dan dislokasi posterior disertai adanya fraktur Mekanisme Trauma
Kaput femur dipaksa keluar ke belakang asetabulum melalui trauma yang dihantarkan diafisis femur dimana sendi panggul dalam keadaan fleksi atau semi fleksi
Dislokasi posterior diakibatkan trauma panggul posisi fleksi dan aduksi misal benturan dengan panil depan mobil hingga femur yg terkena dalam posisi fleksi,aduksi dan rotasi
intern dengan tungkai tampak lebih pendek.
Klasifikasi
Menurut Thomson Epstein (1973):
Tipe I : dislokasi tanpa fraktur dengan fragmen tulang yang kecil Tipe II : dislokasi dengan fragmen tunggal yang besar pada bagian posterior asetabulum Tipe III : dislokasi dengan fraktur bibir asetabulum yang komunitif Tipe IV : dislokasi dengan fraktur dasar asetabulum Tipe V : dislokasi dengan fraktur kaput femur
Gambaran Klinis
Biasanya setelah trauma hebat Nyeri Deformitas sendi panggul Sendi panggul teraba menonjol ke belakang dalam posisi adduksi, fleksi dan rotasi interna
-
Pemendekan anggota gerak bawah Pemeriksaan Radiologis
Tau disertai fraktur apa tidak
Pengobatan
Direposisi secepatnya dengan pembiusan umum disertai relaksasi yang cukup Sendi panggul difleksikan serta lutut difleksi 90 dan dilakukan tarikan pada paha secara
vertical
Stabilitas sendi diperiksa apakah sendi panggul dapat didislokasikan denan cara menggerakkan secara vertical
Tipe II : setelah direposisi fragmen yang besar difiksasi denan screw Tipe III,IV,V : reduksi tertutup
Perawatan Pasca Reposisi
Traksi kulit 4-6 minggu, setelah itu tidak menginjakkan kaki dengan menggunakan tongkat 3 bulan
Komplikasi
Dini
Kerusakan nervus skiatik Kerusakan kaput femur Kerusakan pembuluh darah Fraktur diafisis femur
Lanjut
Nekrosis avaskuler Miositis osifikans osteoartritis
2. Dislokasi anterior Mekanisme Trauma
Dislok anterior jarang terjadi dan dislokasi ini memerlukan reposisi tertutup Leher femur atau trokanter menabrak asetabulum dan terjungkir keluar mealui robekan pada
kapsul anterior
-
Terjadi akibat kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian, atau trauma dari belakang saat jongkok dan posisi penderita dalam keadaan abduksi yang dipaksakan
Sendi panggul fleksi dislokasi tipe obturator Sendi panggul ekstensi dislokasi tipe pubik atau iliaka
Gambaran Klinis
Tungkai bawah rotasi eksterna, abduksi dan sedikit fleksi Benjolan di inguinal, sehingga kaput emur dapat diraba dengan mudah Sendi panggul sulit digerakkan
Pemeriksaan Radiologis
Posisi AP kurang jelas sehingga perlu posisi lateral Pengobatan
Reposisi seperti dislokasi posterior adduksi
Komplikasi
nekrosis avaskuler
3. Fraktur dislokasi sentral Mekanisme Trauma
Kaput femur terdorong ke dinding medial asetabulum pada rongga panggul Kapsul tetap utuh Terjadi karena doronan yang kuat dari lateral atau jatuh dari ketinggian pada satu sisi atau
suatu tekanan melalui femur dimana panggul dalam keadaan abduksi
Gambaran Klinis
Pendarahan dan pembengkakan di daerah tungkai bagian proksimal tetapi posisi normal Nyeri tekan trokanter Gerakan sendi panggul terbatas
Pemeriksaan Radiologis
Dengan jelas dapat diketahui pergeseran kaput femur menembus dining panggul Pengobatan
Mereposisi fraktur dan mengembalikan bentuk asetabulum ke normalnya Tanpa penonjolan kaput femur : traksi tulang 4-6 minggu Kaput femur tembus asetabulum : traksi pada 2 komponen yaitu komponen longitudinall
dan lateral selama 6 minggu dan setelah 8 minggu dibolehkan berjalan denan menggunakan
penopang berat badan
Komplikasi
Kerusakan alat-alat dalam panggul yang dapat terjadi bersama-sama dengan fraktur panggul Kaku sendi merupakan komplikasi lanjut
-
Osteoarthritis
4. DISLOKASI LUTUT
Mekanisme trauma
Dislkasi terjadi apabila penderita mendapat trauma dari depan denagn keadaan lutut fleksi. Dislkasi anterior
ditemukan dimana tibia ke depan femur ,sehingga menimbulkan kerusakan pada kapsu
Gambaran klinis
Trauma pada lutut disertai pembengkakan ,nyeri,hematrosis ,defiormitas
Pengobatan
Reposisi dan manipulasi pembiusan harus dilakukan sesegera mungkin dan dilakukan aspirasi hemartrosis
dan dipasang bidai gips posisi selama satu minggu dan pembengkakan menurun dipasang gips sirkuler di
atas lutut selama 7-8 minggu. Jika reposisi tidak stabil operasi untuk perbaikan ligamen.
Dislokasi pada vertebra
Trauma pada vertebra C-2 dapat menyebabkan odontoid bergeser kebelakang pada kanalis spinalis.
Subluksasi odontoid karena ligament transversum yang melekatkan odontoid pada arkus anterior C-
1,dislokasi terjadi apabila jarak antara varkus anterior C-1 dan odontoid melebihi 3mm.
Kemudian bagian vertebra yang sering mendapatkan trauma adalah C-3 danT-1,terjadi karena trauma fleksi
dimana faset persendian bergerak ke depan terhadap faset dibawahnya. Pengobatanya adalah dengan reduksi
dan transi pada tengkorak
5. DISLOKASI PERGELANGAN KAKI Mekanisme Trauma
Penyelidikan-penyelidikan mekanisme trauma pada sendi talocrural ini telah dilakukan sejak lama sekali.
Tapi baru setelah tahun 1942 oleh penemuan-penemuan berdasarkan
Penyelidikan eksperimentil pada preparat-preparat anatomik, LAUGE HANSEN Dari Denmark berhasil
melakukan pem- bagian dari jenis-jenis trauma serta berdasarkan pembagian ini hampir semua fraktur serta
trauma dapat dibagi dalam
5 dasar mekanismenya:
1. Trauma supinasi/Eversi.
Dalam jenis ini termasuk lebih dari 60% dari fraktur sekitar sendi talocrural.
2. Trauma Pronasi/Eversi. Tidak begitu sering, hanya kurang lebih 7 -- 8% fraktur sekitar sendi talocrural.
3. Trauma Supinasi/Adduksi Antara 9 -- 15% dari fraktur sendir talocrural termasuk golongan ini.
4. Trauma Pronasi/Abduksi. Sekitar 6 -- 17% fraktur sendi talocrural.
5. Trauma Pronasi/Dorsifleksi Sangat jarang terjadi tapi perlu disebutkan.
Banyak pengarang telah melakukan penyelidikan pada material klinis mereka berdasarkan pembagian dari
LAUGE HA NSEN ini. Satu hal yang penting yang dapat selalu ditarik dari dasar pembagian ini adalah kita
dapat mengenal mekanismenya dari trauma dan kemudian setelah melihat penemuan radiologik ,
menghubungkan trauma yang terdapat pada liga-men-ligamennya. Mengenai trauma inversi juga telah
dilakukan penyelidikan-penyelidikan eksperimentil dan memang dapat dihasilkan secara eksperimentil tapi
suatu trauma inverse hampir tidak pernah akan ditemukan dalam kehidupan sehari- hari. Perlu ditekankan
-
kembali bahwa sprain , robekan ligament serta patah tulang pada sendi talocrural adalah suatu kesatuan
asteologi.
Diagnosa Klinik
Diagnosa pasti mengenai trauma pada sendi talocrural tidak dapat didasarkan secara radiologik saja, karena
pemeriksaan ini hanya akan memberikan keterangan yang sedikit sekali mengenai kerusakan pada
ligamenta. Diagnosa pada sendi talocrural membutuhkan palpasi secara metodik oleh karena kebanyakan
struktur yang penting berada langsung dibawah permukaan kulit. Lakukanlah palpasi pertama pada daerah
yang paling tidak memberikan rasa nyeri, dan singkirkan kemungkinan adanya Kerusakan dengan tidak
terdapatnya nyeri tekan setempat serta tidak adanya pernbengkakan pada daerah tersebut.
Misalnya kedua malleoli dapat diraba, dan bilamana tidak memberi rasa nyeri pada penekanan maka
kemungkinan frak-tur pada kedua nya kecil sekali. Ligamenta yang mudah diperiksa antara lain adalah :
Medial ligamen.
Komponen fibulocalcaneal serta talofibular anterior dari ligamen lateral. ligamen tibiofibular inferior.
Bilamana ligamenta ini tidak nyeri pada perabaan dan dapat itegangkan tanpa memberi rasa sakit,
kemungkinan kerusakan adalah kecil. Pada setiap pemeriksaan, lingkup gerak sendi arus diperiksa secara
teliti. Batasan dari gerak atau adanya rasa nyeri harus diperhatikan. Untuk mengetahui stabilitas sendi
talocrural perlu hubungan talus dengan kedua tangkai garpu malleolar diperiksa. Penting pula diingat bahwa
nyeri daerah ini mungkin juga disebabkan oleh karena terdapatnya fraktur pada os calcaneus atau pada basis
os metatarsal ke lima
Diagnosa Radiologik
Pemeriksaan radiologik perlu dilakukan bilamana dicurigai adanya patah tulang atau disangka adanya suatu
robekan ligamen. Biasanya pemotretan dari dua sudut, anteroposteriordan lateral sudah akan memberikan
jawaban adanya hal-hal tersebut. Pandangan oblique tidak banyak dapat menambah keterangan lain.
Untuk mendapatkan pandangan yang lebih baik mengenai permukaan sendi talocrural, suatu
pandangananteroposterior dengan kaki dalam inversi dapat dilakukan. Suatu stress X-ray dapat dibuat untuk
melihat berapa luas robekan dari ligamen, hal ini terutama berguna untuk ligamenta lateral.
Diastasis sendi (syndesmosis) tibiofibular distal penting sekali untuk dikenali. Tapi tidak ada suatu cara
khusus untuk melihat luasnya diastasis ini. Suatu fraktur fibula diatas permukaan sendi talocrural (dapat
sampai setinggi 1/3 proksimal fibula) secara tersendiri (tanpa fraktur tibia pada ketinggian yang sama),
selalu harus diperhatikan akan kemungkinan adanya suatu diastasis. Diastasis juga jelas bila ada subluksasi
talus menjauhi malleolus medialis. Tapi bila tidak terdapat subluksasi ini, belum berarti tidak adanya suatu
diastasis.
Pengelolaan Klinik
Penting sekali dalam pengelolaan trauma sendi talocrural untuk membuat suatu rencana yang baik. Pada
waktu mula mula melihat suatu trauma sekitar sendi ini, sebaiknya kitabedakan dahulu apakah trauma itu
sesuatu yang stabil atau tidak stabil.
Kita anggap trauma ini tidak stabil bila terdapat risiko kemungkinan adanya suatu : (i) dislokasi, (ii) distorsi
dan (iii) pelebaran dari ankle mortice. Bilamana penderita itu datang dengan sudah berjalan pada kaki
tersebut tanpa terlihat adanya dislokasi, dapat dianggap bahwa trauma tersebut stabil. Bilamana tidak stabil
sudah dapat dipastikan bahwa struktur-struktur pada kedua sisi (medial dan lateral) dari sendi talocrural ini
rusak. Atau dengan kata lain bilamana kerusakan itu hanya terdapat pada satu sisi maka trauma ini stabil dan
penggunaan salah satu cara immobilisasi boleh dilakukan (optional), tapi tidak mutlak.
Bilamana secara klinis sudah dapat dipastikan bahwa terdapat kerusakan pada kedua sisi, maka kemudian
kita fikirkan jenis yang mana dari trauma yang kita hadapi. Paling sering tentunya adalah jenis yang dalam
mekanisme trauma sudah kita bahas yaitu jenis dengan kaki yang berputar keluar (twisting putwards), rotasi
eksternal, eversi dan abduksi. Sedangkan jenis yang jarang terjadi adalah jenis berputar kedalam (twisting
inwards), rotasi internal, inversi dan adduksi.
Pengelolaan Trauma Yang Stabil
1. SPRAINED ANKLE.
(Partial rupture of the lateral ligament) sering sekali terjadi, kadang-kadang sukar sekali diobati.Tujuan
utama pengobatan adalah mengurangi pembengkakanserta mengurangi kekakuan. Penggunaan elastisch
verband sangat dianjurkan dan biarkan penderita tetap berjalan serta melakukan gerakan-gerakan aktip pada
sendi ini.
-
2. Ruptur komplit dari ligamen lateral.
Diagnosa setelah pemeriksaan klinis dipastikan dengan membuat Stress X-ray. Harus diingat bahwa Stress
X-ray hanya dapat dibuat dengan baik kalau dilakukan anestesi lokal atau umum. Pendapat mengenai harus
dilakukan immobilisasi serta repair secara chirurgik belum dapat diterima. RUTH(1961) mengemukakan
perlunya tindakan chirurgik, sedangkanFREMAN (1965) melaporkanhasil-hasil fungsionil yang jauh lebih
baik bilamana hanya dilakukan immobilisasi. Immo-bilisasi dilakukan dengan gips dibawah lutut selama
enam minggu.
3. FRAKTUR TERISOLIR DARI MALLEOL US LATERA-LIS.
Bilamana hanya sebagian tulang yang kecil teravulsi, ini dapat diperlakukan sebagai suatu robekan ligamen
lateral yang partial . Bilamana fragmen lebih besar maka lebih baik dilakukan immobilisasi dengan gips
selama dua sampai tiga minggu, setelah mana mobilisasi dilakukan tapi dengan Partial Weight Bearing, dan
masih melakukan proteksi dengan elastisch verband.
Pengelolaan Trauma Yang Tidak Stabil
TWISTING -- OUT INJURIES.Pendapat mengenai trauma yang tidak stabil ini masih berbeda hanya dalam
tindakan konservatip (reposisi se-sempurna mungkin) atau cara operatip. Persoalan lamanya immobilisasi
keduanya sama bahwa sekurang-kurangnya immobilisasi dilakukan selama dua bulan. Tidak perlu kita
tinjau alasan masing-masing, tapi pentingharus kita ingat bahwa beberapa syarat harus dipenuhi yaitu :
1. Reposisi sesempurna mungkin sehingga tidak terdapa incongruity dari permukaan sendi (ankle mortice).
2. Immobilisasi yang lama akan rnembawa akibat sisa berupa kekakuan. Akhir-akhir ini tampak bahwa
aliran operatip lebih banyak dilakukan tapi beberapa hal perlu mendapat perhatian seperti adanya
ketrampilan yang tinggi, adanya peralatan untuk tin- dakan operatip yang sempurna dan mengerti dengan
benar mekanisme trauma. Kesulitan-kesulitan penggunaan cara konservatip adalah terutama immobilisasi
yang betul-betul rigid secara skintight plastering.
TWISTING-IN INJURIES.Trauma ini tidak begitu sering terjadi. Bilamana ditemukan, pengelolaannya
adalah sama dengan prinsip-prinsip twisting outinjuries. Perbedaan pendapat konservatip dan operatip
disinipun terjadi.
FRAKTUR DISLOKASI ANKLE
Pergelangan kaki merupakan sendi yang kompleks, dimana talus duduk dan dilindungi oleh maleloulus
lateralis dan medialis yang diikat dengan ligament.
Mekanisme trauma:
Yang biasanya menimbulkan fraktur dislokasi adalah:
-
a. Trauma rotasi eksterna b. Trauma kompresi vertical.
Klasifikasi
a. Tipe A: fraktur melaolus di bawah sindesmosis b. Tipe B: fraktur maleolus lateralis yang bersifat oblik disertai avulse maleolus nedialis, dimana sering
disertai dengan robekan ligament tibiofibular bagian depan
c. Tipe C: fraktur fibula di atas sindesmosis dan atau disertai avulse dari tibia disertai fraktur atau robekan pada maleolus medialis. Terjadi robekan pada sindesmosis.
Gambaran klinis:
Pembengkakan pada pergerakan kaki, kebiruan atau deformitas.
Pengobatan:
Diperlukan reduksi secara anatomis dan akurat serta mobilisasi sendi yang sesegera mungkin. Pengobatan
terdiri atas:
a. Konservasi Pada fraktur yang tidak bergeser, berupa pemasangan gips sirkuler di bawah lutut.
b. Operatif Terdiri dari pemasangan screw, tension band wiring, pemasangan plate dan screw.
Komplikasi
a. Vaskuler b. Malunion c. Osteoarthritis d. Algodistrofi e. Kekakuan yang hebat pada sendi.
2.2. Jenis- Jenis Persendian Jenis sendi terdiri atas:
a. Sendi sinarthrosisSendi yang tidak memungkinkan tulang-tulang yang berhubungan dapat bergerak satu sama lain. b. Sendi amfiatrosisMerupakan sendi yang memungkinkan tulang-
tulang yang saling berhubungan dapat bergerak secara terbatas, misalnya sendi antaramanubrium sterni dengan korpus sterni dan sendi
antara tulang vertebra.
c. Sendi diartrosis (synovial)Sendi dengan pergerakan bebas. Permukaan sendi diliputi oleh lapisan tipisrawan hialin yang ujungnya dipisahkan oleh rongga sendi. Susunan inimemungkinkan pergerakan yang luas. Rongga sendi
dibatasi oleh membransinovial yang berjalan dari pinggir permukaan sendi ke permukaan sendilainnya. Membran sinovial dilindungi
oleh membran fibrosa yang kuat yangdinamakan kapsul sendi. Permukaan sendi dilumasi oleh cairan kental (cairansinovial). Bantalan
lemak yang terletak pada beberapa sendi sinovial terletak antara membran sinovial dan kapsula fibrosa, misalnya pada sendi
pangguldan sendi lutut. Sendi synovial dapat dikelompokkan berdasarkan pada bentuk facies articularisnya dan tipe peregerakan yang
mungkin dilakukan:
- Sendi peluru. Pada sendi ini memungkinkan gerakan tiga arah. Contohnyaadalah sendi panggul. - Sendi kondiloid. Gerakan yang mungkin dilakukan sendi ini adalah fleksi,ekstensi, abduksi, adduksi, dan sedikit rotasi. Contohnya
adalah sendilutut, sendi metakarpophalangeal.
- Sendi engsel. Sendi ini menyerupai engsel pintu sehingga memberikemungkinan untuk gerakan fleksi dan ekstensi. Contohnya adalah sendicubiti, sendi genus, dan sendi talocruralis.
- Sendi pivot. Pada sendi ini terdapat pasak tulang yang dikelilingi olehcincin ligamentum bertulang. Hanya mungkin dilakukan gerakan rotasi.Contohnya adalah sendi radioulnaris superior.
- Sendi ellipsoid. Pada sendi ini, facies articularis berbentuk konveks elipsyang sesuai dengan facies articularis konkaf elips. Gerakan fleksi,ekstensi, abduksi, adduksi dapat dilakukan kecuali rotasi. Contohnyaadalah sendi radiocarpalis.
- Sendi plana. Pada sendi ini memungkinkan pergeseran antar tulang yangsatu dengan yang lainnya. Contohnya adalah sendi interkarpalia.-Sendi pelana (saddle). Sendi ini dapat melakukan fleksi, ekstensi, abduksi,adduksi, dan rotasi. Contohnya adalah sendi
carpometacarpal.