Causal-efect Realition Ship Epidemiologi kLS C

83
BAB I PENDAHULUAN Peningkatan derajat kesehatan masyarakat sangat diperlukan dalam mengisi pembangunan yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia. Salah satu upaya peningkatan derajat kesehatan adalah perbaikan gizi masyarakat, gizi yang seimbang dapat meningkatkan ketahanan tubuh, dapat meningkatkan kecerdasan dan menjadikan pertumbuhan yang normal. Namun sebaliknya gizi yang tidak seimbang menimbulkan masalah yang sangat sulit sekali ditanggulangi oleh Indonesia, masalah gizi yang tidak seimbang itu adalah Kurang Energi Protein (KEP), Kurang Vitamin A (KVA), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) dan Anemia Gizi Besi (Depkes RI, 2004). Khusus untuk masalah Kurang Energi Protein (KEP) atau biasa dikenal dengan gizi kurang atau yang sering ditemukan secara mendadak adalah gizi buruk terutama pada anak balita, masih merupakan masalah yang sangat sulit sekali ditanggulangi oleh pemerintah, walaupun penyebab gizi buruk itu sendiri pada dasarnya sangat sederhana yaitu kurangnya intake (konsumsi) makanan terhadap kebutuhan makan seseorang, namun tidak demikian oleh pemerintah dan masyarakat karena masalah gizi buruk adalah masalah ketersediaan pangan ditingkat rumah tangga, tetapi anehnya didaearah-daearah yang 1

Transcript of Causal-efect Realition Ship Epidemiologi kLS C

Page 1: Causal-efect Realition Ship Epidemiologi kLS C

BAB I

PENDAHULUAN

Peningkatan derajat kesehatan masyarakat sangat diperlukan dalam

mengisi pembangunan yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia. Salah satu upaya

peningkatan derajat kesehatan adalah perbaikan gizi masyarakat, gizi yang

seimbang dapat meningkatkan ketahanan tubuh, dapat meningkatkan kecerdasan

dan menjadikan pertumbuhan yang normal. Namun sebaliknya gizi yang tidak

seimbang menimbulkan masalah yang sangat sulit sekali ditanggulangi oleh

Indonesia, masalah gizi yang tidak seimbang itu adalah Kurang Energi Protein

(KEP), Kurang Vitamin A (KVA), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

(GAKY) dan Anemia Gizi Besi (Depkes RI, 2004).

Khusus untuk masalah Kurang Energi Protein (KEP) atau biasa dikenal

dengan gizi kurang atau yang sering ditemukan secara mendadak adalah gizi

buruk terutama pada anak balita, masih merupakan masalah yang sangat sulit

sekali ditanggulangi oleh pemerintah, walaupun penyebab gizi buruk itu sendiri

pada dasarnya sangat sederhana yaitu kurangnya intake (konsumsi) makanan

terhadap kebutuhan makan seseorang, namun tidak demikian oleh pemerintah dan

masyarakat karena masalah gizi buruk adalah masalah ketersediaan pangan

ditingkat rumah tangga, tetapi anehnya didaearah-daearah yang telah swasembada

pangan bahkan telah terdistribusi merata sampai ketingkat rumah tangga

(misalnya program raskin), masih sering ditemukan kasus gizi buruk, padahal

sebelum gizi buruk ini terjadi, telah melewati beberapa tahapan yang dimulai dari

penurunan berat badan dari berat badan ideal seorang anak sampai akhirnya

terlihat anak tersebut sangat buruk (gizi buruk). Jadi masalah sebenarnya adalah

masyarakat atau keluarga belum mengetahui cara menilai status berat badan anak

(status gizi anak), maupun belum mengetahui pola pertumbuhan berat badan anak.

Oleh karena itu, beberapa metode Penilaian Status Gizi diperlukan sebagai

acuan untuk menilai status gizi individu. Namun, beberapa metode Penilaian

Status Gizi tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing untuk

diterapkan.

1

Page 2: Causal-efect Realition Ship Epidemiologi kLS C

BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi secara langsung menurut Supariasa (2001) dapat  

dilakukan dengan:

A.  Antropometri

Antropometri adalah ukuran tubuh manusia. Sedangkan antropometri gizi

adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan

komposisi tubuh dan tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri secara umum

digunakan untuk melihat keseimbangan asupan protein dan energi.

Menurut Nyoman et al. (2001), ditinjau dari sudut pandang gizi,

anthropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi

tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.

Penggunaan anthropometri ini secara umum digunakan untuk melihat

ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat

pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan

jumlah air dalam tubuh. Sedangkan menurut Jelliffe (1989) anthropometri

merupakan metode pengukuran secara langsung dan yang paling umum

digunakan untuk menilai dua masalah gizi utama yaitu masalah gizi kurang

(terutama pada anak-anak dan wanita hamil) dan masalah gizi lebih pada semua

kelompok umur. Menurut suhardjo dan Riyadi (1990) pengukuran status gizi

dengan menggunakan anthropometri dapat memberikan gambaran tentang status

konsumsi energi dan protein seseorang.

Adapun keunggulan dari metode ini menurut Supariasa (2001) adalah :

a. Prosedurnya sederhana, aman, dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel

yang besar.

b. Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli, tetapi cukup dilakukan oleh tenaga

yang sudah dilatih dalam waktu singkat dapat melakukan pengukuran

antropometri.

2

Page 3: Causal-efect Realition Ship Epidemiologi kLS C

c. Alatnya murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan dan dibuat di

daerah setempat.

d. Metode ini tepat dan akurat karena dapat dibakukan.

e. Mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa lampau.

f. Umumnya dapat mengidentifikasi kasus gizi sedang, kurang dan gizi

buruk karena sudah ada ambang batas yang jelas.

g. Metode antropometri dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada

periode tertentu, aatau dari satu generasi ke generasi berikutnya.

h. Metode antropometri gizi dapat digunakan untuk penapisan kelompok

yang rawan terhadap gizi.

Penggunaan

Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan

asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan

fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.

Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur

beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara

lain: umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar

dada, lingkar pinggul dan tebal lemak di bawah kulit. Di bawah ini akan diuraikan

beberapa parameter itu: (Supariasa, 2002)

a) Umur

Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan

penentuan umur akan menyebabkan interpretasi penentuan status gizi menjadi

salah. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan yang akurat menjadi tidak

berarti jika tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat.  

b) Berat Badan

Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air, dan mineral

pada tulang. Pada remaja, lemak tubuh cenderung meningkat, dan protein otot

menurun. Pada orang yang edema dan asites terjadi penambahan cairan dalam

tubuh. Adanya tumor dapat menurunkan jaringan lemak dan otot, khususnya

terjadi pada orang kekurangan gizi. Berat badan merupakan pilihan utama karena

berbagai pertimbangan, antara lain (Supariasa, 2002):

3

Page 4: Causal-efect Realition Ship Epidemiologi kLS C

a. Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat

karena perubahan-perubahan konsumsi makanan dan kesehatan.

b. Memberikan gambaran status gizi sekarang dan kalau dilakukan secara

periodik memberikan gambaran yang baik tentang pertumbuhan.

c. Merupakan ukuran antropometri yang sudah dipakai secara umum dan luas di

Indonesia sehingga tidak merupakan hal baru yang memerlukan penjelasan

secara meluas.

d. Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh keterampilan pengukur.

e. Karena masalah umur merupakan faktor penting untuk penilaian status gizi,

berat badan terhadap tinggi badan sudah dibuktikan dimana-mana sebagai

indeks yang tidak tergantung pada umur.

f. Alat pengukur dapat diperoleh di daerah pedesaan dengan ketelitian yang

tinggi dengan menggunakan dacin yang juga sudah dikenal oleh masyarakat.

Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang. Alat yang

digunakan di lapangan sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan (Supariasa,

2002):

1.      Mudah digunakan dan dibawa dari satu tempat ke tempat yang lain.

2.      Mudah diperoleh dan relatif murah harganya.

3.      Ketelitian penimbangan sebaiknya maksimum 0,1 kg.

4.      Skalanya mudah dibaca

c) Tinggi Badan

Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah

lalu dan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Di samping itu, tinggi

badan merupakan ukuran kedua yang penting, karena dengan menghubungkan

berat badan terhadap tinggi badan (Quac Suck), faktor umur dapat

dikesampingkan.

            Laporan FAO/WHO/UNU tahun 1985 menyatakan bahwa batasan berat

badan normal orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Index (BMI).

Di Indonesia istilah Body Mass Index diterjemahkan menjadi Indeks Massa Tubuh

(IMT). IMT merupaka alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang

dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan,

4

Page 5: Causal-efect Realition Ship Epidemiologi kLS C

maka mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat

mencapai usia harapan hidup lebih panjang (Supariasa, 2002).

IMT = berat badan (kg )

tinggibadan x tinggi badan(m)

Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/WHO,

yang membedakan batas ambang untuk laki-laki dan perempuan. Batas ambang

normal laki-laki adalah 20,1-25,0 dan untuk perempuan adalah 18,7-23,8. Untuk

kepentingan pemantauan dan tingkat defisiensi energi ataupun tingkat kegemukan,

lebih lanjut FAO atau WHO menyarankan menggunakan satu batas ambang

antara laki-laki dan perempuan. Ketentuan yang digunakan adalah menggunakan

ambang batas laki-laki untuk kategori kurus tingkat Berat dan menggunakan batas

ambang pada perempuan untuk kategori gemuk tingkat berat (Supariasa, 2002).

Tabel 2.1 Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia

  Kategori IMT

Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0

Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0-18,5

Normal   >18,5-25,0

Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan >25,0-27,0

Kelebihan berat badan tingkat berat >27,0

Suyono S. dan Samsuridjal DJ. pada Widya Karya Nasional Pangan dan

Gizi (1993) mengungkapkan tingkat risiko berbagai kategori dari IMT. Risiko

penyakit jantung dengan kelompok IMT dapat dilihat pada tabel berikut: 

(Supariasa, 2002:61)

Tabel 2.2 Risiko Relatif Penyakit Jantung dengan Kelompok IMT

IMT 20-25 >25-30 >30-35 35-40 >40

Kelompok 0 I II III IV

Risiko Sangat

rendah

Rendah Sedang Tinggi Sangat

Tinggi

Jumlah

Sel Lemak

Normal Normal Normal

(Naik)

Naik Naik

5

Page 6: Causal-efect Realition Ship Epidemiologi kLS C

d) Lingkar Lengan Atas (LILA) merupakan salah satu pilihan untuk penentuan

status gizi, karena mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat-alat yang sulit

diperoleh dengan harga yang lebih murah. Beberapa hal yang perlu mendapat

perhatian pada pengukuran ini adalah (Supariasa, 2002):

a. Baku Lingkar Lengan Atas (LILA) yang sekarang digunakan belum

mendapat pengujian yang memadai untuk digunakan di Indonesia. Hal ini

didasarkan pada hasil-hasil penelitian yang umumnya menunjukkan

perbedaan angka prevalensi Kekurangan Energi Protein (KEP) yang cukup

berarti antar penggunaan LILA di satu pihak dengan berat badan menurut

umur atau berat badan menurut tinggi badan maupun indeks-indeks lain di

pihak lain, sekalipun dengan LILA

b. Kesalahan pengukuran pada LILA (pada berbagai tingkat keterampilan

pengukur) relatif lebih besar dibandingkan dengan tinggi badan, megingat

batas antara baku dengan gizi kurang, lebih sempit pada LILA dari pada

tinggi badan. Ini berarti kesalahan yang sama besar jauh lebih berarti pada

LILA dibandingkan dengan tinggi badan

c. Lingkar lengan atas sensitif untuk semua golongan tertentu (prasekolah)

tetapi kurang sensitif pada golongan lain terutama orang dewasa. Tidak

demikian halnya dengan berat badan.

Pengukuran LILA pada kelompok Wanita Usia Subur (WUS) menurut

Depkes RI (1994) adalah salah satu cara deteksi dini yang mudah dan dapat

dilaksanakan oleh masyarakat awam, untuk mengetahui kelompok berisiko

Kekurangan Energi Kronis (KEK). Wanita usia subur adalah wanita usia 15-45

tahun. Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan status

gizi dalam jangka pendek. Adapun tujuan Pengukuran LILA pada kelompok

WUS tersebut adalah (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI,

2007):

a. Mengetahui risiko KEK WUS, baik ibu hamil maupun calon ibu, untuk

menapis wanita yang mempunyai risiko melahirkan bayi BBLR

b. Meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat agar lebih berperan dalam

pencegahan dan penanggulangan KEK

6

Page 7: Causal-efect Realition Ship Epidemiologi kLS C

c. Mengembangkan gagasan baru di kalangan masyarakat dengan tujuan

meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak

d. Meningkatkan peran serta petugas lintas sektoral dalam upaya perbaikan gizi

WUS yang menderita KEK

e. Mengerahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran WUS yang

menderita KEK

Ambang batas LILA dengan risiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm.

Apabila ukuran LILA kurang dari 23,5 cm atau dibagian merah pita LILA, artinya

wanita tersebut mempunyai risiko KEK dan diperkirakan akan melahirkan BBLR.

lingkar pinggang, merupkan segmen berdiameter rekecil. Nilai lingkar pinggang

melebihi 102 cm pada pria dan melebihi 88 cm pada wanita menandakan telah

terjadi obesitas abdomen (Arisman, 2008)

Rasio lingkar pinggang terhadap terhadap panggul, pembagian ukuran

lingkar pinggang dan panggul, ialah cara sederhana dalam penentuan distribusi

lemak baik dibawah kulit maupun pada jaringan intra-abdominal. Pembesaran

ukuran mencerminkan perubahan resiko penyakit degenaratif, terutama penyakit

kardiovaskular (Arisman, 2008)

Masalah kelebihan dan kekurangan gizi pada orang dewasa (18 tahun

keatas) merupakan masalah penting, karena selain mempunyai risiko penyakit-

penyakit tertentu, juga dapat mempengaruhi produktifitas kerja. Oleh karena itu,

pemantauan keadaan tersebut perlu dilakukan secara berkesinambungan. Salah

satu cara adalah dengan mempertahankan berat badan ideal atau normal. (Hadju,

2007)

Berat normal adalah idaman bagi setiap orang agar mencapai tingkat

kesehatan yang optimal. Keuntungan apabila berat badan normal adalah

penampilan baik, lincah dan risiko sakit rendah. Berat badan yang kurus dan

berlebihan akan menimbulkan risiko terhadap berbagai macam penyakit. (Hadju,

2007)

Didalam suatu pengukuran perlu diketahui pengertian presisi dan akurasi.

Deswarni Idrus dan Gatot Kunanto (1990), memberikan pengertian mengenai

presisi yaitu kemampuan mengukur subjek yang sama secara berulang-ulang

7

Page 8: Causal-efect Realition Ship Epidemiologi kLS C

dengan kesalahan minimum. Sedangkan akurasi adalah kemampuan untuk

mendapatkan hasil yang sedekat mungkin dengan hasil yang diperoleh. Namun,

dalam pengukuran sering dijumpai berbagai kesalahan, diantara penyebabnya

antara lain (Mey, tanpa tahun):

a) Pada waktu melakukan pengukuran tinggi badan tanpa memperhatikan

posisi orang yang diukur, misalnya belakang kepala, punggung, pinggul,

dan tumit harus menempel di dinding. Sikapnya harus dalam posisis

sempurna. Disamping itu pula kesalahan juga terjadi apabila petugas

tidak memperhatikan situasi pada saat anak diukur. Contohnya adalah

anak menggunakan sandal atau sepatu.

b) Pada waktu penimbangan berat badan, timbangan belum di titik nol

c) Kesalahan pada peralatan, Tinggi badan dapat diukur dengan mikrotoa

berkapasitas 200 cm dengan ketelitian 0,1 cm. LILA dapat diukur dengan

pita LILA yang berkapasitas 33 cm dengan skala 0,1 cm.

d) Kesalahan yang disebabkan oleh Tenaga Pengukur, keslahan ini dapat

terjadi karena petugas pengumpul data kurang hati-hati atau belum

mendapat pelatihan yang memadai. Kesalahan-kesalahan yang terjadi

pada saat pengukuran sering disebut Measurement Error.

Secara garis besar untuk mengatasi kesalahan pengukuran, baik dalam

mengukur sebab maupun akibat serta dampak dari suatu tindakan, dapat

dikelompokkan sebagai berikut (Supariasa, 2002):

a. Memilih ukuran yang sesuai dengan yang diukur. Misalnya mengukur tinggi

badan menggunakan Mikrotoa, dan tidak menggunakan alat ukur lain yang

bukan diperuntukkan untuk mengukur tinggi badan.

b. Membuat prosedur baku pengukuran yang harus ditaati oleh seluruh

pengumpul data. Petugas pengumpul data harus mengerti teknik, urutan dan

langkah-langkah dalam pengumpulan data.

c. Pelatihan petugas. Pelatihan petugas harus dilakukan dengan sebaik-

baiknya, baik ditinjau dari segi waktu maupun materi pelatihan. Materi

pelatihan sebaiknyamenekankan pada ketelitian pembacaan dan pencatatan

hasil.

8

Page 9: Causal-efect Realition Ship Epidemiologi kLS C

d. Penerapan alat ukur secara berkala. Alat timbang dan alat lainnya harus

selalu ditera dalam kurun waktu tertentu. Apabila ada alat yang rusak,

sebaiknya tidak digunakan lagi.

Oleh karena itu, anthropometri sering digunakan sebagai indicator status

gizi yang berkaitan dengan masalah kurang energi-protein. Indikator

anthropometri yang sering dipakai ada tiga macam yaitu : berat badan

untukmengetahui massa tubuh, tinggi badan untuk mengetahui dimensi linear

panjang tubuh dan tebal lipatan kulit serta lingkar lengan atas untuk mengetahui

komposisi dalam tubuh, cadangan energi dan protein. Dalam penggunaan

indikator anthropometri tersebut selalu dibandingkan dengan umur dari yang akan

diukur. Atas dasar itu maka penentuan status gizi dengan menggunakan

anthropometri adalah dengan indeks berat badan menurut umur (BB/U), tinggi

badan menurut umur (TB/U), berat badan menurut tinggi (BB/TB), dan lingkar

lengan atas menurut umur (LLA/U) (WHO 1995). Berat badan mencerminkan

masa tubuh, seperti otot dan lemak yang peka terhadap perubahan sesaat karena

adanya kekurangan gizi dan penyakit. Oleh karena itu, indeks BB/U

menggambarkan keadaan gizi saat ini. Tinggi badan menggambarkan skeletal

yang bertambah sesuai dengan bertambahnya umur dan tidak begitu peka terhadap

perubahan sesaat. Oleh karena itu indeks TB/U lebih banyak menggambarkan

keadaan gizi seseorang pada masa lalu. Indeks BB/TB mencerminkan

perkembangan massa tubuh dan pertumbuhan skeletal yang menggambarkan

keadaan gizi saat itu. Indeks BB/TB sangat berguna apabila umur yang diukur

sulit diketahui. lingkar lengan atas member gambaran tentang keadaan jaringan

otot dan lapisan lemak bawah kulit. Seperti halnya dengan berat badan, indikator

LLA dapat naik dan turun dengan cepat, oleh karenanya LLA/U merupakan

indikator status gizi saat ini. Diantara indikator-indikator anthropometri yang telah

disebutkan, indeks BB/U merupakan pilihan yang tepat untuk dipergunakan dalam

rangka pemantauan status gizi sebab sensitif terhadap perubahan mendadak dan

dapat menggambarkan keadaan gizi saat ini (Khumaidi 1997). Penilaian status

gizi berdasarkan indikator BB/U, hasilnya kemudian dibandingkan dengan data

anthropometri standar WHO-NCHS (National Center for Health Statistics) (WHO

9

Page 10: Causal-efect Realition Ship Epidemiologi kLS C

1995), dengan kriteria adalah gizi lebih bila skor-z > 2; normal bila skor- z antara

-2 dan 2, gizi kurang bila skor-z < -3 hingga -2 dan gizi buruk bila skor-z < -3.

e) Tebal Lemak Bawah Kulit Menurut Umur

Pengukuran lemak tubuh melalui pengukuran ketebalan lemak bawah kulit

dilakukan pada beberapa bagian tubuh, misalnya pada bagian lengan atas,

lengan bawah, di tengah garis ketiak, sisi dada, perut, paha, tempurung

lutut, dan pertengahan tungkai bawah.

f) Rasio Lingkar Pinggang dengan Pinggul

Rasio Lingkar Pinggang dengan Pinggul digunakan untuk melihat

perubahan metabolisme yang memberikan gambaran tentang pemeriksaan

penyakit yang berhubungan dengan perbedaan distribusi lemak tubuh.

Dari berbagai jenis indeks tersebut di atas, untuk menginterpretasikannya

dibutuhkan ambang batas. Ambang batas dapat disajikan kedalam 3 cara

yaitu: persen terhadap median, persentil, dan standar deviasi unit.

1) Persen terhadap Median

Median adalah nilai tengah dari suatu populasi. Dalam antropometri gizi,

median sama dengan persentil 50. Nilai median dinyatakan sama dengan

100% (untuk standar). Setelah itu dihitung persentase terhadap nilai

median untuk mendapatkan ambang batas.

Tabel 2.2 Klasifikasi Status Gizi Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat

Depkes RI Tahun 1999

Kategori

Cut of point*)

Gizi Lebih >120%

Gizi Baik 80% - 120%

Gizi Sedang 70% - 79,9%

Gizi Kurang 60% - 69,9%

Gizi Buruk <60%

Persen dinyatakan terhadap Median BB/U baku WHO-NCHS, 1983

*) Laki-laki dan perempuan sama

Sumber: supariasa. IDN, 2002: 76

10

Page 11: Causal-efect Realition Ship Epidemiologi kLS C

2). Persentil

Cara lain untuk menentukan ambang batas selain persen terhadap median

adalah persentil. Persentil 50 sama dengan Median atau nilai tengah dari

jumlah populasi berada diatasnya dan setengahnya berada dibawahnya.

NCHS merekomendasikan persentil ke 5 sebagai batas gizi buruk dan

kurang, serta persentil 95 sebagai batas gizi lebih dan gizi baik.

3). Standar Deviasi Unit (SDU)

Standar Deviasi Unit disebut juga Z-skor. WHO menyarankan

menggunakan cara ini untuk meneliti dan untuk memantau pertumbuhan.

B. Klinis

Pemeriksaan klinis adalah metode untuk menilai status gizi berdasarkan

atas perubahan-perubahan yang terjadi dihubungkan dengan ketidakcukupan zat

gizi, seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau organ yang dekat dengan

permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.

Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang

dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan

epitel (supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral

atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.

Penggunaan metode ini umumnya digunakan untuk survei klinis secara cepat

(rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat

tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping

itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan

pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit.

Penggunaan

Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid

clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda

klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Di samping itu

digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan

pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (Symptom) atau riwayat penyakit.

11

Page 12: Causal-efect Realition Ship Epidemiologi kLS C

C. Biokimia

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang

diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan. Jaringan

tubuh yang digunakan antara lain darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan

tubuh seperti hati dan otot.

Penilaian status gizi dengan melakukan pemeriksaan specimen yang diuji

secara laboratories yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan

tubuh yang digunakan antara lain : darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan

tubuh seperti hati dan otot. Metode biokimia digunakan untuk suatu peringatan

bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi.

Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih

banyak menolong untuk menentukan

kekurangan gizi yang spesifik.

Penggunaan

Metode ini digunakan untuk suata peringatan bahwa kemungkinan akan

terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang

spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk

menentukan kekurangan gizi yang spesifik.

D.  Biofisik

Penilaian status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi

dengan melibat kemamapuan fungsi dan melihat perubahan struktur dari jaringan.

Metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi

(khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan. Metode ini

digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik (epidemic of

night blindness). Cara yang

digunakan adalah tes adaptasi gelap.

Penggunaan

Umumnya dapat digunaakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta

senja epidemik (epidemic of night blindnes). Cara yang digunakan adalah tes

adaptasi gelap.

12

Page 13: Causal-efect Realition Ship Epidemiologi kLS C

Penilaian status gizi secara tidak Iangsung menurut Supariasa, IDN 

(2001)  dapat dilakukan dengan:

A. Survey Konsumsi Makanan

Survey konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara

tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat dan gizi yang dikonsumsi.

Kesalahan dalam survey makanan bisa disebabkan oleh perkiraan yang

tidak tepat dalam menentukan jumlah makanan yang dikonsumsi balita,

kecenderungan untuk mengurangi makanan yang banyak dikonsumsi dan

menambah makanan yang sedikit dikonsumsi ( The Flat Slope Syndrome ),

membesar-besarkan konsumsi makanan yang bernilai sosial tinggi, keinginan

melaporkan konsumsi vitamin dan mineral tambahan kesalahan dalam mencatat

(food record).

Metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah

dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan dapat

memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat,

keluarga dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan

kekurangan zat gizi.

Penggunaan

Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran

tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu.

Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi.

B.  Statistik Vital

Yaitu dengan menganalisis data beberapa statistik kesebatan seperti angka

kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian karena penyebab

tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.

Pengukuran status gizi dengan menganalisis data beberapa statistik

kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan

kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan

gizi. Penggunaannya dipertimbangkan sebagai dari indikator tidak langsung

pengukuran status gizi masyarakat.

Penggunaan

13

Page 14: Causal-efect Realition Ship Epidemiologi kLS C

Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak

langsung pengukuran status gizi masyarakat.

C. Faktor Ekologi

Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi antara

beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang

tersedia sangat tergantung dan keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dan

lain-lain.

Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa

faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia

sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain.

Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab

malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi

gizi.

II.2 Kriteria Kausalitas Bradford Hill

Sir Austin Bradford Hill mengemukakan 9 hal yang perlu ditegakkan dalam

membedakan suatu faktor yang dicurigai sebagai kausa dan umumnya digunakan

sebagai kriteria kausa:

1. Kekuatan asosiasi

Faktor ini dimaksudkan besarnya pengaruh kausa dalam menyebabkan

terjadinya penyakit. Hal ini secara umum dapat dilihat dengan tingginya

insiden suatu penyakit dengan keterpaparan kausa dalam masyarakat.

14

Page 15: Causal-efect Realition Ship Epidemiologi kLS C

Dalam penelitian observasi besarnya hubungan ini dinyatakan dalam

Relative Risk (RR).Semakin kuat asosiasi, maka semakin sedikit hal tersebut

dapat merefleksikan pengaruh dari faktor-faktor etiologis lainnya. Kriteria ini

membutuhkan juga presisi statistik (pengaruh minimal dari kesempatan) dan

kekakuan metodologis dari kajian-kajian yang ada terhadap bias (seleksi,

informasi, dan kekacauan).

2. Konsistensi

Replikasi dari temuan oleh investigator yang berbeda, saat yang berbeda,

dalam tempat yang berbeda, dengan memakai metode berbeda dan kemampuan

untuk menjelaskan dengan meyakinkan jika hasilnya berbeda.

3. Spesifisitas dari asosiasi

Ada hubungan yang melekat antara spesifisitas dan kekuatan yang mana

semakin akurat dalam mendefinisikan penyakit dan penularannya, semakin juat

hubungan yang diamati tersebut. Tetapi, fakta bahwa satu agen berkontribusi

terhadap penyakit-penyakit beragam bukan merupakan bukti yang melawan

peran dari setiap penyakit.

4. Temporality

Kemampuan untuk mendirikan kausa dugaan bahkan pada saat efek

sementara diperkirakan. Suatu faktor kausa haruslah mempunyai keberadaan

yang mendahului terjadinya penyakit atau akibat (out come) apa saja.

Persyaratan ini mutlak adanya jika suatu faktor dapat disebut kausa sebab tidak

mungkin akibat mendahului kausa.

5. Tahapan biologis

Perubahan yang meningkat dalam konjungsi dengan perubahan kecocokan

dalam penularan verifikasi terhadap hubungan dosis-respon konsisten dengan

model konseptual yang dihipotesakan.

6. Masuk akal

Apakah asosiasi masuk akal secara biologis. Misalnya, estrogen dan

kanker endometrial, estrogen dan kanker payudara, kontrasepsi oral dan kanker

payudara.

15

Page 16: Causal-efect Realition Ship Epidemiologi kLS C

7. Koherensi

Bagaimana semua observasi dapat cocok dengan model yang

dihipotesakan untuk membentuk gambaran yang koheren.

8. Eksperimen

Demonstrasi yang berada dalam kondisi yang terkontrol merubah kausa

bukaan untuk hasil yang merupakan nilai yang besar, beberapa orang mungkin,

mengatakannya sangat diperlukan, untuk menyimpulkan kausalitas.

9. Analogi

Hal ini dilihat dengan membandingkan satu unsure dengan unsure lainnya

yang sejenis. Jika suatu zat tertentu menyebabkan penyakit maka zat lain yang

sejenis harus punya menyebabkan hal yang sama.

Kesembilan kriteria yang diajukan oleh Hill ini dianggap sebagai kriteria

dasar yang ideal. Dalam kenyataannya sulit memenuhinya. Dan perdebatan

tentang kriteria ini tetap berlangsung. Bahkan tampaknya mustahil untuk

mendapatkan suatu faktor risiko yang dapat memenuhi kesembilan kriteria Hill.

Pengecualian dan penyesuaian tetap diperlukan sesuai dengan arah penelitian

yang sedang dilakukan. Beberapa variasi secara teoretik kemudian dikembangkan

dan diajukan terhadap penyakit / masalah tertentu.

Dalam pendekatan epidemiologi ada 4 di antara kriteria Hill yang selalu

ditekankan untuk diperhatikan, yakni kuatnya hubungan, dosis respons,

konsistensi dan kelayakan biologi. keempat criteria ini secara epidemiologi

dengan bantuan biostatistik dan percobaan-percobaan  di klinik dan laboratorium,

dapat diteliti dan diukur.

II.3 Kritik Terhadap Penilaian Status Gizi

II.3.1 Penilaian Status Gizi Secara Langsung

A. Antropometri

Kekurangan Antropometri

a. Tidak sensitive

Metode ini tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu singkat. Di samping

itu tidak dapat membedakan kekurangan zat gizi tertentu seperti zink dan Fe

16

Page 17: Causal-efect Realition Ship Epidemiologi kLS C

b. Faktor di luar gizi (penyakit, genetik, dan penurunan penggunaan energy) dapat

menurunkan spesifikasi dan sensitivitas pengukuran antropometri

c. Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi,

akurasi, dan validitas pengukuran antropometri gizi

d. Kesalahan tersebut terjadi karena:

- Pada waktu melakukan pengukuran tinggi badan tanpa memperhatikan

posisi orang yang diukur, misalnya belakang kepala, punggung, pinggul

dan tumit harus menempel di dinding. Petugas juga harus memperhatikan

situasi saat pengukuran seperti lupa melepaskan sepatu atau sandal

- Pada waktu penimbangan berat badan, timbangan belum dikalibrasi atau

belum di titik nol.

- Kesalahan pada peralatan yaitu alat tidak dikalibrasi

- Kesalahan yang disebabkan oleh tenaga pengukur. Kesalahan ini dapat

terjadi karena petugas pengumpul data kurang hati-hati atau belum

mendapat pelatihan yang memadai.

Kesalahan-Kesalahan Pada Antropometri

Kesalahan dapat terjadi pada antropometri yang dapat berefek pada

ketelitian, keakuratan, dan validitas pada pengukuran dan indicator. Ada tiga

sumber utama pada kesalahan pengukuran antropometri yaitu signifikan:

kesalahan pengukuran, perubahan komposisi dan pemeriksaan badan pada

jaringan-jaringan yang pasti, dan menggunakan penerimaan yang tidak valid pada

asal komposisi tubuh dari pengukuran antropometri.

Mekanisme pengukuran yang salah timbul dari pemeriksa yang salah hasil dari

training yang tidak cukup baik, alat yang rusak, dan kesulitan dalam membuat

pengukuran. Sumber utama pada pengukuran yang salah pada antropometri.

Pengukuran dan Keadaan Biasa Yang

Rusak

Solusi

Semua pengukuran

Alat yang rusak

Anak yang gelisah

Memiliki metode tepat untuk

sumber

17

Page 18: Causal-efect Realition Ship Epidemiologi kLS C

Membaca

Merekam

Panjang

Metode yang salah untuk usia

Alas kaki/alas kepala tidak

dilepaskan

Kepala tidak datar

Anak-anak tidak lurus pada

papan dan/ atau kaki tidak

sejajar dengan papan yang dapat

dipindahkan

Papan tidak kuat menahan tumit

Tinggi

Metode yang salah untuk usia

Alas kaki/alas kepala tidak

dilepaskan

Kepala tidak datar, subjek tidak

Pengukuran ditunda atau

melibatkan orang tua pada

prosedur atau menggunakan

prosedur tepat secara cultural

Pelatihan dan pelatihan gerak

badan atau penggunaan

menekankan akurat dan perbaikan

intermiten dari supervisor

Rekaman menghasilkan dengan

seketeika setelah pengukuran dan

mempunyai hasil yang mengecek

oleh orang lain

Hanya Menggunakan ketika subjek

adalah < 2 y

Menghilangkan sebagai adat lokal

meminta izin (atau membuat

permintaan)

Posisi yang benar pada anak

sebelum pengukuran

Mempunyai teman yang membantu

dan kehadiran orang tua anak;

tidak mengambil pengukuran

sedangkan anak sedang berjuang;

anak-anak tenang

Tekanan yang betul harus

dipraktekkan

Hanya Menggunakan ketika subjek

adalah > 2 y

18

Page 19: Causal-efect Realition Ship Epidemiologi kLS C

lurus, lutut bengkok atau kaki

tidak datar pada lantai

Papan tidak kuat menahan

kepala

Berat

Kamar dingin, tidak bebas

Skala tidak dikalibrasi pada nol

Subjek memakai baju yang

berat

Subjek bergerak atau khawatir

sebagai hasil pada kejadian

dahulu

Menghilangkan sebagai adat lokal

meminta izin (atau membuat

permintaan)

Teknik yang benar dengan praktek

dan latihan; menyediakan asisten

yang cukup; menenangkan anak-

anak yang tidak kooperatif

Gerakkan kepala ke atas untuk

memadatkan rambut

Gunakan fasilitas klinik yang tepat

Ulangi kalibrasi setelah setiap

subjek

Hilangkan atau buat permintaan

untuk baju

Menunggu hingga subjek tenang

atau menghilangkan penyebab

kegelisahan (contoh: skala terlalu

tinggi)

Tabel 1 : Kerusakan umum dan kemungkinan solusi ketika pengukuran panjang,

tinggi, dan berat. Dari Zerfas AJ (1979) di Jelliffe DB, Jellife EFP, Human

Nutrition: A Comprehensive Treatise. Volume 2: Nutrition and Growth. Plenum

Press, new York.

Pengukuran dan Keadaan Biasa Yang

Rusak

Solusi

Lingkar Lengan

Subjek tidak berdiri pada posisi

yang benar

Pita ukur elektrik terlalu tebal,

meregang atau kusut

Salah lengan

Titik tengah lengan tandanya

Posisi subjek benar

Menggunakan alat yang benar

Menggunakan lengan sebelah kiri

Pengukuran titik tengah dengan

hati-hati

19

Page 20: Causal-efect Realition Ship Epidemiologi kLS C

tidak benar

Lengang tidak menggantung

dengan bebas dari sisi/pinggang

selama pengukuran, penguji

tidak nyaman atau tingkat

dengan subjek, pita ukur di

sekitar lengan tidak pada titik

tengah; terlalu sempit

(penyebab garis datar kulit

lekuk), terlalu longgar

Lingkar Kepala

Bencolan oksipital/supraorbital

penunjuk yang kurang baik

ditetapkan

Rambut tidak cukup

memotong, telinga dibawah

pita, posisi tegangan kurang

baik merawat pada waktu

membaca

Penutup kepala tidak dilepas

Lipatan lemak trisep

Salah lengan

Titik tengah atau pengukuran

atau penanda bagian posterior

tidak benar

Lengan tidak longgar dari

sisi/samping selama pengukuran

Jari jempol pencet atau kurus

atau penempatannya

Tehnik yang benar dengan training,

pengawasan, dan penyegaran

bagian regular ; penerimaan pada

laporan apa saja masalah kultural,

seperti menggunakan pita lengan.

Posisi pita dibetulkan dengan

benar

Tehnik yang betul dengan

pelatihan, pengawasan, dan

penyegaran bagian regular

Hilangkan kultur lokal dengan

permisi terlebih dahulu

Menggunakan lengan kiri

Pengukuran titik tengah secara

hati-hati

Tehnik yang betul dengan

pelatihan, pengawasan, dan

penyegaran bagian regular dan

lokakarya

Memastikan pemeriksa

posisinya benar

20

Page 21: Causal-efect Realition Ship Epidemiologi kLS C

melengkung terlalu dalam (otot)

atau terlalu dangkal (kulit)

Lengkungan moncong tidak

pada sisi yang ditandai;

membaca selesai terlalu cepat,

cubitan tidak merawat,

pegangan lengkungan tidak

lepas

Pemeriksa tidak nyaman atau

setingkat dengan subjek

Tabel 2 Kerusakan umum dan kemungkinan solusi ketika pengukuran panjang,

tinggi, dan berat. Dari Zerfas AJ (1979) di Jelliffe DB, Jellife EFP, Human

Nutrition: A Comprehensive Treatise. Volume 2: Nutrition and Growth. Plenum

Press, new York.

Cara Pengukuran Antropometri Yang Benar

Alat

Alat yang digunakan dalam pengukuran berat badan, tinggi badan, panjang

badan, dan tinggi lutut adalah timbangan seca untuk berat badan, microtoice untuk

tinggi badan, alat ukur tinggi lutut, pita LILA, pita circumference, caliper.

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penilaian status gizi secara antropometri

adalah sumber daya manusia.

Cara Kerja

Berat Badan

Pakaian biasa digunakan oleh subjek (diusahakan dengan pakaian yang

minimal). Alas kaki tidak digunakan oleh subjek

Dipastikan timbangan berada pada penunjukan skala dengan angka 0,0

Subjek berdiri diatas timbangan dengan berat yang tersebar merata pada

kedua kaki dan posisi kepala dengan pandangan lurus kedepan. Usahakan

tetap tenang

Berat badan dibaca pada tampilan dengan skala 0,1 kg terdekat

21

Page 22: Causal-efect Realition Ship Epidemiologi kLS C

Tinggi Badan

Subjek tidak beraoas kaki. Diposisikan subjek tepat dibawah microtoice

Kakai dirapatkan, lutut lurus. Tumit, pantat, bahu menyentuh dinding vertical

Subjek dengan pandanagn lurus kedepan, kepala tidak perlu menyentuh

dinding vertical tangan lepas kesamping badan dengan telapak tangan

dihadapkan kepaha

Subjek diminta untuk menarik nafas panjang dan berdiri tegak tanpa

mengangkat tumit untuk membantu menegakkan tulang belakang. Usahakan

bahu tetap santai

Ditarik microtoice hingga menyetuh ujung kepala, pegang secara horizontal.

Pengukuran tinggi badandiambil pada saat menarik nafas maksimum. Dengan

mata pengukur sejajar dengan alat penunjuk angka untuk menghindari

kesalahan penglihatan. Catat tinggi badan pada skala 0,1 cm terdekat

Tinggi Lutut

Objek duduk dengan salah satu kaki gitekuk hingga membentuk sudut 90o

proximal hingga patella

Diletakkan alat ukur dengan dasar (titik 0) pada telapak kaki tarik hingga titik

tengah lutut

Dibaca alat ukur hingga 0,1 cm terdekat

Dientukan tinggi badan dengan rumus

TB (laki-laki) = (2,08 x TL) + 59,01

TB (wanita) = (1,91 x TL) – (0,17 x umur) + 75,0

Lingkar Pinggang

Pakaian yang digunakan subjek longgar (tidak menekan) sehingga alat ukur

dapat diletakkan dengan sempurna. Sebaiknya pita mengukur tidak berada

diatas pakaian yang digunakan

Subjek berdiri tegak dengan perut dalam keadaan yang relaks

Subjek dihadapan pengukur dan meletakkan lat ukur melingkar pinggang

secara horizontal dimana merupakan bagaian yang paling kecil dari tubuh.

Seorang pembantu diperlukan untuk meletakkan alat ukur dengan tepat. Bagi

22

Page 23: Causal-efect Realition Ship Epidemiologi kLS C

mereka yang gemuk,diaman sukar menentukan bagian paling kecil, daerah

yang harus diukur adalah antara tulang rusuk dan tonjolan iliaca

Pengukuran dilakukan di akhir dari ekspresi yang norm,al, dan alat ukur tidak

menekan kulit

Dibaca dengan teliti hasil pengukuiran pada pita hingga 0,1 cm terdekat

lingkar panggul

Subjek mengenakan pakaian yang tidak terlalu ketat

Subjek berdiri tegak dengan kedua lengan berada pada kedua sisi tubuh

dengan kaki rapat

Pengukur jongkok disamping subjek sehingga tingkat maksimal dari apnggul

terlihat

Alat pengukur dilingkarkan secara horizontal tanpa menekan kulit. Sesorang

pembantu diperlukan untuk mengatur posisi alat ukur pada sisi lainnya

Bacalah dengan telitihasil pengukuran pada pita hingga 0,1 cm terdekat

Lingkar Lengan Atas

a. Menentukan midpoint pada lengan

Subjek diminta untuk berdiri tegak

Subjek diminta untuk membuka lengan pakain yang menututp lengan kiri atas

(bagi yang kidal gunakan lengan kanan)

Subjek ditekuk membentuk 900, dengan telapak tangan menghadap ketas.

Pengukur berdiri dibelakang subjek dan menentukan titik tengah anatar tulang

atas pada bahu kiri dan siku

Tandailah titik tengah tersebut dengan pena

b. Mengukur lingkar lengan atas

Dengan tangan tergantunglepas dan siku lurus disamping badan, telapak

tangan menghadap kebawah

Ukurlah lingkar lengan atas pada posisi midpoint dengan pita lila menempel

pada kulit. Diperhatikan jangan sampai pita menekan kulit atau ada rongga

antara kulit dan pita

Lingkar lengan atas dicatat pada skala 0,1 cm terdekat

Tebal lipatan kulit (TLK)

23

Page 24: Causal-efect Realition Ship Epidemiologi kLS C

a. Mengukur TLK pada tricep

Subjek berdiri dengan kedua lengan tergantung bebas pada kedua sisi tubuh

Pengukuran dilakuakn pada mid point (sama seperti LILA)

Pengukur berdiri dibelakang subjek dan meletakkan telapak tangan kirinya

pada bagian lengan yang paling atas kearah tada yang telah dibuat dimana ibu

jari dan jari telunjuk menghadap kebawah. Tricep skinfold diambil dengan

menarik pada 1 cm daro peroximal tanda titik tengah tadi

Tricep skinfold diukur dengan mendekati 0,1 mm

b. Mengukur TLK pada subscapular

Subjek berdiri tegak dengan kedua tangan lengan tergantung bebas pada

kedua sisi tubuh

Letakkan tangan kiri kebelakang

Untuk mendapatkan tempat pengukuran, pemeriksa meraba scapula dan

mencarinya kearah bawah lateral sepanjang batas vertebrata sampai

menentukan sudut bawah scapula

Subscapular skinfold ditarik dalam arah diagonal (infero-lateral) kurang lebih

45-0 kearah horizontal garis kulit. titik scapula terletak pada bagian bawah

sudut scapula

Caliper diletakkan 1 cm infero lateral dari ibu jari dan jari telunjuk yang

mengangkat kulit dan subkutan dan ketebalan kulit diukur mendekati 0,1 mm.

B. Pemeriksaan Klinis

Kelemahan

a. Beberapa gejala klinis tidak mudah dideteksi, sehingga perlu orang-orang yang

ahli dalam menentukan gejala klinik tersebut.

b. Gejala klinis tidak bersifat spesifik, terutama pada penderita KEP ringan dan

sedang. Hal ini dikarenakan ada gejala klinik penyakit yang disebabkan oleh

kekurangan gizi lebih dari satu zat gizi. Gejala klinis yang sama adakalanya

disebabkan bukan hanya disebabkan oleh satu macam zat gizi saja.

c. Adanya gejala klinis yang bersifat multiple.

24

Page 25: Causal-efect Realition Ship Epidemiologi kLS C

d. Gejala klinis dapat terjadi pada waktu permulaan kekurangan zat gizi dan dapat

juga terjadi pada saat akan sembuh.

e. Adanya variasi dalam gejala klinis yang timbul. Hal ini karena gejala klinis

dapat diepengaruhi beberapa faktor seperti genetic, lingkungan, kebiasaan dan

lain-lain

C. Biokimia

Kelemahan

1. Pemeriksaan biokimia hanya bisa dilakukan setelah timbulnya gangguan

metabolisme

2. Membutuhkan biaya yang cukup mahal

3. Dalam melakukan pemeriksaan diperlukan tenaga yang ahli

4. Kurang praktis dilakukan di lapangan, hal ini karena pada umumnya

pemeriksaan laboratorium memerlukan pearalatan yang tidak mudah dibawa

kemana-mana

5. Pada pemeriksaan tertentu spesimen sulit untuk diperoleh misalnya penderita

tidak bersedia diambil darahnya

6. Membutuhkan peralatan dan bahan yang lebih banyak dibandingkan dengan

pemeriksaan lain

7. Belum ada keseragaman dalam memilih reference (nilai normal).

8. Dalam beberapa penentuan pemeriksaan laboratorium memerlukan peralatan

laboratorium yang hanya terdapat di laboratorium pusat sehingga di daerah

tidak dapat dilakukan

II.3.2 Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung

A. Survei Konsumsi

Kelemahan

Tingkat Rumah Tangga

1. Pencatatan (food account)

25

Page 26: Causal-efect Realition Ship Epidemiologi kLS C

- Kurang teliti, sehingga tidak dapat menggambarkan tingkat konsumsi

rumah tangga

- Sangat tergantung pada kejujuran responden untuk melaporkan/mencatat

makanan dalam keluarga

2. Metode Pendaftaran Makanan (Food List Method)

- Hasil yang diperoleh kurang teliti karena berdasarkan estimasi atau

perkiraan

- Sangat subyektif, tergantung kejujuran dari responden

- Sangat beruntung pada daya ingat responden

3. Metode Invetaris (Inventory Method)

- Petugas harus terlatih dalam menggunakan alat ukur dan formulir

perencanaan

- Tidak cocok untuk responden yang buta huruf, bila pencatatan dilakukan

oleh responden

- Memerlukan peralatan sehingga biaya relative lebih mahal

- Memerlukan waktu yang lebih lama

4. Pencatatan Makanan Rumah Tangga (Household Food Record)

- Terlalu mebebani responden

- Memerlukan biaya yang cukup mahal karena responden harus dikunjungi

lebih sering

- Memerlukan waktu yang cukup lama

- Tidak cocok untuk responden yang buta huruf

5. Metode Telepon

- Biaya relative mahal untuk rekening telepon

- Sulit dilakukan untuk daerah yang belum mempunyai jaringan telepon

- Dapat menyebabkan terjadinya kesalahan interpretasi dari hasil informasi

yang diberikan responden

- Sangat tergantung pada kejujuran dan motivasi serta kemampuan

responden unutk menyampaikan makanan keluarganya

Tingkat Individu/Perorangan

1. Metode Food Recall 24 jam

26

Page 27: Causal-efect Realition Ship Epidemiologi kLS C

- Tidak menggambarkan asupan makanan sehari-hari, bila hanya dilakukan

recall satu hari

- Ketepatan sangat tergantung pada daya ingat responden. Oleh karena itu,

responden harus mempunyai daya ingat yang baik, sehingga metode ini

tidak cocok dilakukan pada anak usia di bawah 7 tahun, orang tua disatas

70 tahun dan orang yang hilang ingatan atau orang yang pelupa

- The flat slope syndrome, yaitu kecenderungan bagi responden yang kurus

untuk melaporkan konsumsinya lebih banyak dan bagi respondennya yang

gemuk cenderung melaporkan lebih sedikit.

- Membutuhkan tenaga atau petugas yang terlatih dan terampil dalam

menggunakan alat-alat bantu URT dan ketepatan alat bantu yang dipakai

menurut kebiasaan masyarakat.

- Responden harus diberi motivasi dan penjelasan tentang tujuan dari

penelitian

- Untuk mendapat gambaran dari konsumsi makanan sehari-hari recall

jangan dilakukan sat panen, hari pasar, hari akhir pecan, pada saat

melakukan upacara-upacara keagamaan, selamatan dll.

2. Estimated Food Records

- Metode ini terlalu membebani responden sehingga sering menyebabkan

responden merubah kebiasaan makanannya

- Tidak cocok untuk responden yang buta huruf

- Sangat tergantung pada kejujuran dan kemampuan responden dalam

mencatat dan memperkirakan jumlah konsumsi

3. Penimbangan Makanan (Food Weighing)

- Memerlukan waktu dan cukup mahal karena perlu peralatan

- Bila penimbangan dilakukan dalam periode yang cukup lama, maka

responden dapat merubah kebiasaan makan mereka

- Tenaga pengumpul data harus terampil dan terlatih

- Memerlukan kerja sama yang baik dengan responden

4. Metode Riwayat Makan (Dietary History Method)

- Terlalu membebani pihak pengumpul data dan responden

27

Page 28: Causal-efect Realition Ship Epidemiologi kLS C

- Sangat sensitive dan membutuhkan pengumpul data yang sangat terlatih

- Tidak cocok dipakai untuk survey-survey besar

- Data yang dikumpulkan lebih bersifat kualitatif

- Biasanya hanya difokuskan pada makanan khusus, sedangkan variasi

makanan sehari-hari tidak diketahui

5. Metode Frekuensi Makanan (Food Frequency)

- Tidak dapat untuk menghitung intake zat gizi sehari

- Sulit mengembangkan kuesioner pengumpulan data

- Cukup menjemukan bagi pewawancara

- Perlu membuat percobaan pendahuluan unutk menentukan jenis bahan

makanan yang akan masuk dalam daftar kuesioner

- Responden harus jujur dan mempunyai motivasi tinggi

Kesalahan Pengukuran

Kesalahan sistematik dan kesalahan acak bisa terjadi selama pengukuran

konsumsi makanan dan asupan gizi. Tingkat kesalahan ini bisa berubah dengan

penggunaan metode dan populasi serta studi gizi. Kesalahan pengukuran acak dan

kesalahan pengukuran sistematik dapat diminimalkan dengan menggabungkan

bermacam mutu prosedur control ke dalam setiap tingkatan dari metode penilaian

makanan karena itu bisa dilakukan pelatihan dan latihan pewawancara dan

pembaca kode, standardisasi dari studi pilot utama untuk survey.

Kesalahan acak tidak seperti kesalahan sistematik, dapat diminimalkan dengan

menambah jumlah observasi. Sebaliknya, kesalahan sistematik bisa berkelompok

dengan hanya beberapa responden (contoh: obes atau subjek tua), wawancara

khusus atau makanan pasti (contoh: alcohol).

Banyak penyebab dari kesalahan dalam rumah tangga dan individu dengan

metode survey konsumsi makanan, kesalahan utamanya yaitu:

1. Nonrespon Bias dalam survey makanan memberi hasil, sebaliknya sampel acak

dari subjek tidak mewakili populasi tadi.

Kekurangan respon tertentu, namun penilihan subjek secara acak

menghasilkan nonrespon bisa yang signifikan dan dapat terjadi pada semua tipe

dari sistem penilaian gizi. hal ini penting karena subjek menolak mengambil

28

Page 29: Causal-efect Realition Ship Epidemiologi kLS C

peran dalam survey atau aternatif yang keluar dari intervensi karakterisitk yang

memiliki hal itu berbeda dari responden.

2. Responden Bias diakibatkan oleh kelebihan laporan sistematik atau kelemahan

laporan dari konsumsi makanan.

Selama survey atau intervensi responden bias bisa terjadi jika respponden

kurang paham atas apa yang pewawancara tanyakan atau mendapat isyarat

nonlisan untuk “jawaban terbaik” dari pewawancara. Kelemahan laporan

adalah keadaan yang biasa dari responden bias dan dari dokumen pada

beberapa survey. Kelemahan laporan dari asupan energy yang biasa dapat

meliputi kelemahan catatan dan kekurangan makanan. kelemahan catatan

adalah kegagalan untuk semua catatan memakai bagian selama periode studi

atau kelemahan estimasi dari jumlah mereka. Hal itu menegaskan atas

ketidaksesuaian antara laporan asupan energy dan ukuran pemakaian energy

tanpa perubahan massa tubuh.

Faktor yang terkait dengan laporan kekurangan asupan energy mencakup

- Status berat badan, faktor yang sangat sesuai dengan pelaporan yang

rendah

- Umur dan jenis kelamin, keduanya terkait dengan pelaporan asupan

energy rendah

- Status sosio-ekonomi, tidak memiliki kesesuaian terhadap pelaporan

asupan energy yang rendah

- Kegiatan ayng berhubungan dengan kesehatan, termasuk merokok dan

diet, selama ini sering dikaitkan dengan pelaporan energy yang rendah.

- Efek perilaku, menuntut perhatian yang lebih, termasuk sejauh mana

batas pencatatan asupan makanan dapat bertanggung jawab terhadapa

dengan pelaporan energy yang rendah yang dihubungkan denga

kurangnya asupan makanan.

- Efek-efek psikologis, termasuk yang terkait dengan gangguan makan,

telah dinilai dengan berbagai instrumen untuk mengukur dampak

mereka pada pelaporan energy yang rendah

29

Page 30: Causal-efect Realition Ship Epidemiologi kLS C

- Makanan atau minuman yang spesifik,peneliti telah mengungkapkan

bahwa perbedaan pelaporan yang rendah dapat muncul dari beberapa

makanan atau minuman yang dianggap buruk seperti alcohol, kue,

cokies, gula-gula dan lemak, sebaliknya daging, ikan, sayuran, salad

dan buah-buahan yang dianggap makanan baik.

Meskipun umumnya tidak lazim seperti pelaporan yang rendah, pelaporan

lebih dari asupan energy juga terjadi. Saat ini, penekanan lebih ditujukan untuk

mengidentifikasi pelaporan ayng kurang kemudian yang lebih.

3. Keinginan Masyarakat dan Penyimpangan Persetujuan

Keinginan sosial (kecenderungan untuk merespon sebaik mungkin untuk

menghindari kritikan) dan persetujuan sosial (kecenderungan untuk dipuji)

adalah dua sumber utama dari penyimpangan yang mungkin terjadi dalam

metode penilaia diet. Penyimpangan sifat sosial mungkin disengaja atau bentuk

sebuah penipuan diri sendiri.

Worsley dkk (1984) telah merekomendasikan penggunaan sifat sosial

dalam skala survey diet untuk mengidentifikasi dan mungkin untuk mengontrol

variable sifat masyarakat. Ada beberapa fakta bahwa jenis kelamin dapt

mempengaruhi siifat sosial dan penyimpangan persetujuan sosial.

4. Kesalahan Pewawancara atau Pewawancara Bias bisa terjadi jika ada

perbandingan pertanyaan diantara pewawancara untuk informasi yang merubah

tingkat atau catatan jawaban dari subjek tidak benar.

Kesalahan pewawancara mungkin termasuk kesalahan yang disebabakan

oleh kesalahan memeriksa pertanyaan, mencatat jawaban, kelalaian yang

disengaja, kesalahan yang terkait dengan pengaturan wawancara, gangguan,

kerahasiaan, dan anonimitas dari responden dan tingkat hubungan antara

pewawancara dan responden.

Pendekatan yang paling umum untuk menilai kesalahan pewawancar

adalah dengan cara membandingkan asupan nutrisi yang dihitung dari beberapa

pewawancara yang dilakukan secara sendiri-sendiri pada subjek yang sama

selama 24 jam waktu makan, menggunakan pewawancara yang terlatih. Hal ini

30

Page 31: Causal-efect Realition Ship Epidemiologi kLS C

untuk melihat sejauh mana kesepakatan descriptor makanan, jumlah makanan,

pemebrian kode, dan penghitungan asupan gizinya.

Kesalahan pewawancara harus selalu dianggap sebagai sumber potensial

kesalahan dalam penyelidikan diet (Wynder, 1994). Suatu kecermatan dan

acuan standar wawancara, seabiknya dijalankan melalui computer, dapat

membantu meminimilkan efek.ketika beberapa pencacah bekerja, tugas dari

pencacah-responden harus diacak, dan pencacah harus dilatih untuk mengenali

dan mengantisipasi sumber potensi dai penyimpangan dan kesalahan.

5. Responden Pelupa atau terbatasanya Daya Ingat bisa mengakibatkan

kesalahan yang tidak disengaja perlu tambahan metode untuk mengingat

kembali.

Kegagalan memori dapat mempengaruhi metode recall dalam dua cara:

responden mungkin lupa untuk mengambil makanan yang seharusnya

dikonsumsi atau laporan makanan yang tidak dikonsumsi selama hari di-recall.

Untuk meminimalkan kesalahan yang dihasilkan oleh penyimpangan memori

dalam recall 24 jam adalah dengan menggunakan teknik wawancara multiple

pass, “memeriksa” pertanyaan, standarisasi “segera” atau bantuan memori

seperti model makanan.

Bantuan memori juga dapat mengurangi hilangnya memori. Bantuan ini

terdiri dari plastic atau tanah liat simulasi makanan, lukisan berwarna

berukuran matural, atau fotograph.

Meminimalkan jangka waktu antara asupan makanan dan recall responden

akan mengurangi kehilangan memori dalam metode recall. 24 jam adalah

jangka waktu yang sering dipilih untuk memori berdasarkan prosedur recall.

6. Kesalahan Perkiraan Ukuran Porsi dapat terjadi dari responden yang gagal

mengukur dengan akurat jumlah dari konsumsi makanan atau kurang paham

“rata-rata’ ukuran porsi.

Kesalahan yang berkaitan dengan Proses kuantifikasi porsi makanan yang

dikonsumsi mungkin kesalahan terbesar dalam pengukuran diet metode

assesement. Kesalahan itu timbul dari responden yang gagal untuk mengukur

31

Page 32: Causal-efect Realition Ship Epidemiologi kLS C

secara akurat jumlah makanan yang dikonsumsi atau lebih dar salah satu “rata-

rata” porsi ukuran.

Perbedaan responden dalam kemampuan mereka untuk secara akurat

memperkirakan porsi ukuran visual. Secara umum, perbedaan tersebut muncul

secara mandiri dari umur, berat badan, status sosial, dan jenis kelamin

responden. Kesalahan besar mungkin terjadi, misalnya, untuk estimasi

makanan dalam volume tinggi atau rendah dalam berat utuh atau terpotong-

potong dari makanan dalam bentuk yang berbeda. Selain itu, responden lebih

sulit untuk memperkirakan ukuran besar makanan.

Beberapa jenis bantuan porsi ukuran pengukuran telah dikembangkan

untuk digunakan dalam studi diet, dalam upaya peningkatan keakuratan porsi

ukuran memperkirakan ketika weighting metode tidak dapat digunakan.

Pengukuran bantuan paling sering digunakan adalah ukuran rumah tangga dan

gambar foto dan model abstrak dan bentuk geometris model. Dalam semua

kasus, pengukuran bantuan yang menggambarkan berbagai ukuran dari porsi

harus digunakan untuk menghindari kecenderungan untuk tanggapan langsung.

Efek dari porsi ukuran bantuan pada ketepatan perkiraan jumlah kadang-

kadang sulit untuk menfsirkannya. Beberapa studi belum memberikan

keterangan jelas dari porsi ukuran bantuan. Belum meneliti kesalahan,

khususnya yang berkaitan dengan porsi ukuran bantuan, tapi bukan dinilai

memiliki kesalahan yang terkait dengan kombinasi prosedur yang digunakan

dalam metode diet.

7. Pemakaian Suplemen bisa menhilangkan catatan makanan atau mengingat

kembali atau kesalahan dalam kalkulasi asupan gizi.

Pencatatan yang benar dari penggunaan suplemen makanan dalam sebuah

survey yang dilakukan di Negara-negara industry sekarang telah menjadi

sangat penting. Misalnya, di AS kira-kra 40% penduduk yang disampel selama

NHANES III antara tahun 1999 dan 1994 menggunakan suplemen makanan

selama bulan sebelum wawancara.

Survey Nutrisi dan Makanan Nasional Inggris terhadap orang-orang yang

berumur 65 tahun atau lebih memperoleh informasi tentang penggunaan

32

Page 33: Causal-efect Realition Ship Epidemiologi kLS C

suplemen dari jawaban-jawaban pada sebuah kuesioner kesehatan dan gaya

hidup dan catatan makanan berbobot. Malah, sebuah kuesioner yang terstruktur

yang menyelidiki penggunaan suplemen selama periode waktu yang lebih lama

direkomendasikan. Ini meliputi pertanyaan-pertanyaan tertutup mengenai merk

khusus yang diminum, jumlah per pil, prekuensi penggunaan, dan durasi

penggunaan. Beberapa peniliti juga menekankan bahwa kesalahan-kesalahan

pengukuran yang berkaitan denga asupan vitamin dan mineral suplemen jangka

panjang mungkin bertanggung jawab untuk ketiadaan hubungan teramati

antara suplemen-suplemen vitamin dan resiko kanker.

Informasi akurat tentang nama-nama merek adalah penting untuk

suplemen-suplemmen makanan karena variabilitas antar-merk adalah besar.

Sebenarnya, kegagalan untuk menghitung secara benar dosis sebuah suplemen

bisa memiliki dampak yang lebih besar pada estimasi asupan zat gizi daripada

dari sumber asupan makanan yang dilaporkan-kurang. Selain itu, bentuk kimia

dari suplemen-suplemen makanan bisa mempengaruhi ketersediaan bilogisnya,

sehingga lebih disukai untuk mencatat karakteristik kimia dari suplemen-

suplemen makanan.

8. Kesalahan Kode dapat terjadi ketika perkiraan ukuran porsi telah dikonversi

dari rumah tangga ke dalam gram dan ketika makanan memakai kode (contoh

2% susu adalah kode untuk keseluruhan susu).

Pembuatan sebuah system pengkodean yang terstandarisasi adalah penting

untuk surveilans nutrisi dan untuk penelitian-penelitian lintas-budaya yang

melibatkan perbandingan internasional. Pada kasus-kasus demikian,

perbedaan-perbedaan dalam pengkodean, baik sepanjang waktu atau antar

negara-negara mengaburkan perubahan-perubahan potensial atau perbedaan-

perbedaan antara negara dalam asupan makanan.

Untuk mengatasi masalah-masalah dengan system pengkodean yang

digunakan selama perbandingan anatar-negara, INFOODS telah

mengembangkan aturan dan pedoman untuk identifikasi makanan, definisi

komponen makanan, dan deskripsi data komponen makanan. INFOODS juga

membuat database software yang berhubungan dengan komposisi makanan dan

33

Page 34: Causal-efect Realition Ship Epidemiologi kLS C

nutrisi. Informasi bisa diperoleh pada situs web mereka

http://www.fao.org/infoods/.

Kesalahan-kesalahan kode makanan telah banyak berkurang melalui

otomatisasi dan penyatuan pengumpulan data dan proses pengkodean dan

dengan memungkinkan kode-kode makanan dihasilkan secara otomatis oleh

pengkode yang memilih jenis makanan dari menu pull-down yang berbasis

computer. Kedua strategi ini digunakan untuk mengidentifikasi dan

mendiskripiskan makanan-makanan dalam program EPIC-SOFT yang

digunakan untuk penelitian EPIC, dalam upaya meminimalkan penafsiran-

penafsiran secara subjektif dan kesalahan pengkodean. Pertama, daftar

makanan dan hidangan campuran Negara khusus yang ditentukan sebelumnya

dikumpulkan yang diklasifikasi menurut sub-kelompok makanan dan makanan

umum.

9. Kesalahan Dalam Perlakuan Menggabungkan Hidangan mengakibatkan

kesalahan perkiraan dari kandungan gizi per gram dan juga kesalahan dalam

penilaian kelompok makanan tertentu.

Ada dua sumber utama dari kesalahan selama pencampuran makanan.

pertama kesalahan yang terjadi selama kerusakan tercampurnya masakan ke

dalam bahan mentah dan perubahannya menjadi sebuah bentuk “yang dapat

dimakan”. Perubahan selalu melibatkan faktor pengaturan dari kedua

perubahan berpengaruh samapi memasak dan untuk penyimpanan makanan

yang bergizi. Sumber utama yang kedua dari kesalahan yang mungkin berasal

dari selama pemindahan tercampurnya masakan ke kelompok makanan yang

tepat. Biasanya ini terjadi pada bahan utama di setiap masakan yang

bercampur.

Penentuan Keakuratan Dalam Metode Penilaian Diet

Penentuan keakuratan diartikan sebagai tingkat dimana pengukuran metode

diet dari apa yang ingin diukur (Block and Hartman, 1989). Metode makan yang

dirancang untuk menentukan karakteristik asupan individu yang umum dilakukan

adalah hal yang sangat sulit untuk diukur keakuratannya karena “kebenaran” tidak

dapat diketahui dengan keyakinan yang absolute.

34

Page 35: Causal-efect Realition Ship Epidemiologi kLS C

Untuk mendeteksi berbagai perubahan yang biasa terjadi selama penelitian,

maka pengamatan dalam mengasup makanan dan berbagai hal lainnya sebelum

dan setelah penelitian sebaiknya dibandingkan.

Penentuan keakuratan yang relative dapat dinilai pada metode pola makan yang

mencakup baik waktu yang singkat maupun waktu yang panjang. Penentuan

keakuratan yang realtif dapat didefinisikan sebagai perbandingan metode “uji”

dengan metode lainnya, yang diistilahkan sebagai metode “referensi” yang

mempunyai derajat keakuratan lebih tinggi.

Sebuah alternative yang meliputi penanda eksternal dari asupan, diistilahkan

dengan “biomarkers” sedang meningkat penggunaannya untuk mengatasi

terbatasnya referensi tentang metode pola makan. Agar menjadi pengukuran yang

akurat, biomarkers harus menyediakan penilaian tersendiri dari asupan gizi.

Sebagai hasilnya, biomarkers harus menyediakan penilaian tersendiri dari asupan

gizi. Sebagai hasilnya, biomarkers hanya tersedia bagi beberapa jenis zat gizi.

Kebanyakan biomarkers diukur dalam cairan tubuh atau jaringan yang digunakan

dalam penilaian pola makan dan telah menjadi sumber terjadinya bias dalam

metode pola makan.

Desain dari Penilitian Penentuan Keakuratan Realtif

Karena kesulitan dalam mengukur tingkat keakuratan absolute dari data

asupan makanan, peneliti telah memakai beberapa pendekatan dalam mengukur

tingkat keakuratan absolute. Dalam pendekatan ini, “tes” metode pemberian

makan memnuculkan subjek yang sama. Beberapa faktor harus diambil dalam

menghitung desain dari beberapa desain penelitian.

Seleksi subjek untuk penelitian penentuan keakuratan

Uji metode pola makan sebaiknya akurat pada subjek yang mewakili

populasi dalam penelitian. Ini terutama sekali penting dalam percobaan dimana

budaya atau bahasa yang berbeda dapat memengaruhi cara subjek menanggapi

metode penilaian pola makan. Cirri lain dari subjek yang dapat memengaruhi

pilihan para subjek termasuk kelebihan berat badan, riwayat diet atau

pengendalian makan, depresi, gambaran bentuk tubuh, dan keinginan sosial.

Penelitian yang objektif dan batasan waktu

35

Page 36: Causal-efect Realition Ship Epidemiologi kLS C

Referensi dari metode pola makan yang dipilih harus memiliki tingkat

objektivitas yang sama dan harus dapat mengukur parameter yang sama dalam

ruang lingkup waktu yang sama (yaitu sekarang, masa lalu, dan asupan sehari-

hari) sebagai metode uji.

Penilaian keakuratan yang relative dari desain metode untuk menentukan

makanan yang umum atau asupan gizi individu di masa yang lalu sangat sulit.

Meskipun begitu, beberapa penelitian telah melaporkan sebuah kecenderungan

pada pencatatan pola makan masa lalu dipengaruhi oleh konsumsi saat ini yang

diistilahkan efek “recency” (Byers et.al 1983; Rohan and Potter, 1984). Pengaruh

ini mungkin terutama sangat penting bagi pasien denga penyakit serius, laporan

yang lalu tentang pola makan yang didapatkan dari subjek-subjek seperti itu dapat

dibiaskan oleh pola makan masa kini yang telah berubah.

Urutan dan jarak dari uji dan referensi metode

Secara umum, uji metode sebaliknya dilaksanakan sebelum metode

referensi dalam uji penentuan keakuratan, jadi untuk menirukan situasi yang

mungkin terjadi pada penelitian yang diajukan. Lebih lanjut, uji dan metode

referensi harus diberi jarak dengan seksama sehingga penyelesaian dari uji metode

tidak mempengaruhi tanggapan terhadap metode referensi (Tabel 7.1) terlalu

panjangnya interval waktu antara tes dan metode referensi dapat mengantarkan

pada efek berkepanjangan pada asupan makanan. Seperti efek yang khususnya

terjadi pada penelitian pola makan di Negara dengan pendapatan rendah.

Sebelum pencatatan makan

(r)

Sesudah pencatatan makan

(r)

Protein 0,18 0,33

Total lemak 0,27 0,39

Lemak jenuh 0,31 0,44

Lemak tak jenuh 0,31 0,40

Kolesterol 0,46 0,52

Total karbohidrat 0,48 0,53

Vitamin A 0,37 0,41

Vitamin B6 0,44 0,54

36

Page 37: Causal-efect Realition Ship Epidemiologi kLS C

Vitamin C 0,53 0,73

Tabel 3 koefisien korelasi Pearson untuk perbandingan dari kuesioner frekuensi

makan dengan rata-rata dari empat kali 1-minggu catatan pola makan. Data dari

Willet WC et al. Jurnal Epidemiologi Amerika 122: 51-65, 1985, dengan izin dari

Society for Epidemiologic research.

Kesalahan independen (bebas)

Kesalahan dalam metode pola makan referensi sebaiknya bersifat bebas

dari metode tes/uji dan juga asupannya sungguh-sungguh. Sebagai hasilnya,

referensi metode pola makan yang dipilih harus berbeda dengan metode uji.

Penelitian baru-baru ini telah menekankan bahwa meskipun pencegehan

telah dilakukan, namun metode pola makan referensi jarang terbebas dari semua

sumber kesalahan. Kesalahan sistematik terjadi karena adanya bias pada intake-

related dan person-specific. Bias dalam asupan yang terkait biasanya terlihat

sebagai “lereng” yang datar dari kemunduran dari laporan asupan yang

sesungguhnya. Bias pada person-spesific dapat terjadi karena karakterisitik

kepribadian. Sesungguhnya adalah mungkin beberapa subjek dapat dilaporkan

tinggi atau rendah dalam metode pola makan, yang membawa pada koefisien

korelasi buatan yang tinggi antara dua metode yang berbeda.

Model statistic baru yang sekarang dapat digunakan yang mengukur dan

menghitung berbagai kesalahan sistematik dalam metode uji, sepanjang tingkat

keakuratan peneltian termasuk biochemical marker sebagai referensi pengukuran

tambahan.

Jenis kelamin dan umur

Keakuratan yang relative dari metode pola makan sebaiknya diuji terpisah

antara pria dan wanita. Penelitian menunjukkan bahwa respon wanita pada

penilaian pola makan berbeda dari pria. Sebaliknya, umur tidak menimbulkan

pengaruh terhadap keakuratan metode pola makan bagi orang dewasa yang

berusia 18-64 tahun. Meskipun begitu, tidak mengherankan , daya ingat dan

kemampuan pemahaman mempengaruhi respon anak muda (yaitu yang berusia

dibawah 18 tahun) dan orang dewasa.

Status sosial, ekonomi, etnis dan kesehatan

37

Page 38: Causal-efect Realition Ship Epidemiologi kLS C

Status sosial ekonomi dan etnis dapat mempengaruhi hasil dari penelitian

penentuan keakuratan relative, melalui perbedaan pola makan. Status kesehatan

dari subjek juga penting, terutama pada penelitian case-control, seharusnya

dilakukan usaha dalam menentukan keakuratan metode pola makan dengan

mewakili antara kasus dan control kesehatan.

Faktor lain

Berbagai faktor eksternal , termasuk hari dalam setiap minggunya, musim,

latihan dan penggunaan suplemen vitamin dan mineral, seharusnya

diperhitungkan juga dalam penelitian desain penentuan keakuratan relative.

Keakuratan Relatif dalam Penelitian Pola Makan

Tidak ada metode referensi yang menyediakan pengukuran yang

sesungguhnya dari asupan makanan. Malahan, tingkat persetujuan antara uji dan

metode referensi digunakan untuk menunjukkan keakuratan yang relatif dari

metode ujian dan juga sejauh mana metode referensi itu dipercayai kebenarannya.

Secara statistic, tingkat persetujuan dapat dinyatakan sebagai perbandingan rata-

rata kelompok (atau median), perbedaan antara pengukuran secara individu,

urutan kedudukan, analisis korelasi atau regresi dan penggunaan analisis Bland-

Altman.

Tabel 7.2 menampilkan kombinasi yang direkomendsikan bagi uji dan

referensi metode pola makan yang digunakan dalam penelitian penentuan

keakuratan yang relative dan juga menghitung berbagai faktor yang tertera pada

bagian I.1. Jumlah dari catatan penimbangan selama 1 hari digunakan untuk

menentukan keakuratan sejarah pola makan akan tergantung pada kesukaan pada

zat gizi dan penelitian kelompok.

Metode uji Metode referensi

Tunggal, catatan selama 24-jam Tunggal, 1-hari catatan penimbangan

berat

Ganda, catatan selama 24-jam Ganda, 1-hari catatan penimbangan

berat

Kuesioner frekuensi makan selama 1-

tahun

Empat kali 7-hari catatan penimbangan

berat dalam 3-bulan dengan interval 1-

38

Page 39: Causal-efect Realition Ship Epidemiologi kLS C

tahun dan diberi jarak untuk dihitung

berdasarkan variasi musim

Riwayat pola makan selama 1-bulan Tunggal, 1-hari catatan penimbangan

berat yang diberi jarak 1-bulan,

jumlahnya tergantung zat gizi

Tabel 4 kombinasi yang tepat dari metode pola makan secara uji dan referensi

untuk digunakan dalam penelitian penentuan keakuratan.

Keabsahan relatif dari 24-jam Recalls

Tidak seperti metode penilaian diet lainnya, mungkin pada keadaan yang

sama untuk menentukan keabsahan mutlak dari 24-jam recalls. Metode yang

digunakan termasuk pengamatan secara diam-diam atau penimbangan dari salinan

bagian intake sebenarnya diet recall dengan subjek yang sama, periode kurang

lebih 24-jam atau untuk satu kali makan.

Persetujuan tentang asupan nutrisi diantara studi ini kurang cocok. Sebagai

contoh, Greger and Etynre mengamati tidak ada perbedaan yang signifikan antara

intake sebenarnya dan rata-rata intake recall dari protein, kalsium, zinc untuk

wanita dewasa. Pada perbedaannya, rata-rata recal dari vitamin A, tiamin,

riboflavin, niasin, vitamin C dan besi kurang signifikan dari intake yang

sebenarnya. Kesalahan terjadi pada kedua tipe dan jumlah dari makanan recall.

Kesalahan recall terjadi tidak dicantumkannya makanan dan kekeliruan saat recall

makanan tidak dikonsumsi, walaupun kesalahan sebelumnya dianggapi biasa.

Novotny et. Al menggunakan suatu alternatif pendekatan untuk menilai

ketelitian penggambaran dari pengamatan makanan pokok pada wawancara 24-

jam recall. Pada studi ini, mereka membandingkan gambaran kualitas/mutu dari

makanan pokok yang sama dengan subjek yang secara normal mengkonsumsi

paling sedikit 2 makanan secara bersamaan menggunakan wawancara 24-jam

recall yang dilakukan dua kali. Potensial kesalahan dari asupam energy

disebabkan dari kesalahan dari pelaporan makanan pokok juga ikut menentukan.

Mereka mencatat penghilangan frekuensi dari makanan pokok (sebagaian

makanan ringan atau makanan sepinggan), khususnya pada subjek laki-laki dan

39

Page 40: Causal-efect Realition Ship Epidemiologi kLS C

ketidaksesuaian penggambaran makanan, keduanya yang dikurangkan dari recall

1 ke recall 2. Ketidaksesuaian penggambaran hasil pada perbedaan angka

kepadatan energy dari makanan yang dibuat. Karena bentuk dari studi ini, uji dan

referensi metode tidak bebas, memiliki batas penggunaan.

Keabsahan Relatif dari Pencatatan Makanan

Beberapa studi dicoba untuk menentukan keabsahan nyata dari

penimbangan atau perkiraan pencatatan makanan. gersovitz et al.

membandingkan pencatatan makanan di siang hari pada hari 7-hari pencatatan

penimbangan makanan dengan asupan sebenarnya, penimbangan secara diam-

diam selama makan siang pada tempat perkumpulan makan bagi orang lansia.

Walaupun pencatatan cenderung mengurangi asupan rata-rata sebenarnya,

perbedaan hanya tampak signifikan pada energy dan tiamin. Analisis

regresi/kemunduran memperlihatkan bahwa dari kemunduran tingkat ketelitian

pencatatan, catatan dua hari pertama dari pencatatn terjaga keabsahannya untuk

menilai/menaksir perbandingan lebih dari 3 hari terakhir pencatatn dapat dipakai

selama 5-7 hari dari responden yang berpendidikan tinggi, hasil pada bias sampel.

Kebenaran sebenarnya hasil pertanyaan ini dari 7-hari pencatatan untuk menilai

asupan yang biasa pada orang lansia, karena dari responden yang beban tinggi.

Pencatatan penimbangan berat makanan sering dianggap sebagai standar

emas pada perbandingan metode penilaian yang lain. Metode referensi diet yang

potensial kurang akurat dan tidak bisa digunakan sebagai alternatif metode

berlabel air telah digunakan di beberapa studi untuk memvalidasi rata-rata asupan

energy pada rekor penimbangan. Jelasnya, penggunaan rekor penimbangan

sebagai metode standar emas untuk penilaian diet telah mengalami hambatan.

Underreporting tidak mungkin terjadi dan laporan dari hasil efek gabungan yang

tidak lengkap dan rendahnya makanan timbul dari dampak proses pencatatn

pemilihan makanan.

Keabsahan realatif sejarah diet

Salah satu keunggulan utama dari metode sejarah diet adalah kemampuan

menilai pola makan dan rincian spesifik tentang kesiapan persiapan dan konsumsi

makanan dalam jangka waktu yang panjang. Namun, beberapa responden

40

Page 41: Causal-efect Realition Ship Epidemiologi kLS C

menemukan tugas pelaporan asupan makanan mereka dan jumlah kesulitan

makan. Selanjutnya untuk beberapa bagian populasi atau kelompok umur

(misalnya remaja) yang tidak menetapkan pola makan seperti pendekatan pola

makanan yang tidak berguna. Sangat sedikit studi yang telah diukur berlau mutlak

dari perbandingan metode sejarah diet dengan asupan makanan yang sebenarnya.

Hal ini tidak mengeherankan, sesuai dengan kesulitan monitoring individu yang

asupannya biasa jangka panjang.

Pada studi yang dilakukan secara berkala dan pada waktu yang lalu

menafsirkan asupan makanan menggunakan sejarah diet, Van Staveren et al juga

menyimpulkan bahwa asupan makanan memengaruhi pelaporan asupan “fast

food”. Studi ini menekankan kesulitan memperoleh tafsiran yang tidak

menyimpang dari asupan makanan terdahulu dan kesulitan-kesulitan ini harus

dihitung ketika menginterpretasikan hasil studi diet dan kanker.

Validitas Relative dari Kuesioner Frekuensi Makanan

Banyak kuesioner frekuensi makanan yang ada digunakan pada populasi

yang berbeda dan berbagai tujuan. Studi validitas absolute dari metode frekuensi

makanan sangat terbatas, meskipun hasilnya digunakan pada studi epidemiologi.

Mullen et. al menguji keabsolutan validitas dari kusioner frekuensi makanan

dengan membandingkna denga konsumsi makanan nyata dengan meninjau tiap

makanan selama 28 hari berturut-turut secara sembunyi-sembunyi. Responden

mencatat pokok makanan dan jumlah penyajian dipilih untuk mengatur pemilihan

makanan. hal yang telah diperiksa untuk ketepatan berlawanan dengan hasil yang

dikerjakan oleh staf. Focus dari pemilihan makanan ialah untuk menguangi

penekanan pemilihan makanan dalam usaha mencegah perubahan proprsi individu

pada supan makanannya dapat ditentukan secara akurat menggunakan kuesioner

frekuensi makanan.

Sering diakui bahwa ketika dilakukan tindakan penelitian yang realtif sah

mengenai daftar frekuensi asupan makanan di antara orang dewasa, sebaliknya

dengan menanyai para responden untuk melengkapinya kembali, baik sebelum

dan sesudah metode rekomendasi dengan cara ini, perkiraan positif dari hubungan

41

Page 42: Causal-efect Realition Ship Epidemiologi kLS C

yang benar antara daftar pertanyaan frekuensi makanan dengan metode

rekomendasi yang akan disediakan.

Kadang-kadang peneliti menggunakan catatan berat badan untuk memilih

makanan utama dan membagi ukuran rata-rata untuk daftar frekuensi makanan.

dalam kasus seperti ini, jika daftar pertanyaan di administrasi menjadi kelompok

yang sama dari objek yang dilengkapi dengan catatan pola makan, kebenaran

relative kemudian didasarkan pada hubungan koefisien yang mungkin merupakan

penaksiran yang terlalu tinggi.

Penggunaan Biomakers untuk Validitas Asupan Makanan

Pendekatan yang menggunakan variable luar diistilahkan “Biomakers”

untuk mengukur kebenaran relative dari metode penafsiran pola makan

sebelumnya untuk mereka gunakan di dalam riset penelitian kemungkinan lain,

biomkaers dapat digunakan untuk menyesuaikan kumpulan data pola makan

dalam kelompok penelitian sehingga cocok untuk sumber-sumber dugaan yang

mungkin bisa dibuat. Sebagaian biomarkers merupakan komponen dari cairan

tubuh atau jaringan yang memiliki hubungan langsung yang kuat dengan asupan

makanan dari satu atau lebih komponen pola makan. Meskipun demikian,

kepekaan mereka pada asupan umumnya rendah, begitu banyak biomarkers yang

hanya memiliki kapasitas untuk membedakan antara jarak asupan yang berbeda.

Hubungan dengan asupan makanan

Harus dipertimbangkan ketika memilih biomarkers yang sesuai. Yang

terakhir harus menggambarkan asupan dari unsure pokok makanan yang lebih

menarik pada periode waktu yang sama sebagai metode pola makan tingakatan zat

gizi di dalam serum atau plasma dan urin, sebagai contoh cenderung

menggambarkan asupan makanan yang baru saja diterima dan dengan demikian

mereka hanya mengambil biomarkers sebagai metode validitas mengenai pola

makan yang dibentuk sebagai penutup periode yang singkat, seperti pemanggilan

kembali atau pencatatan.

Mengukur pengeluaran energi

Mengukur pengeluaran energy dengan metode air berlabel ganda adalah dasar

yang singkat pada prinsip kesimbangan energy: pengeluaran energy dan

42

Page 43: Causal-efect Realition Ship Epidemiologi kLS C

pemasukan metabolisme energy merupakan hasil kondisi stabil antara berat badan

dan komposisinya. Metode ini dapat digunakan untuk mengukur total pengeluaran

energy hingga 2 minggu. Pelaksanaan metode ini membuthkan aktu setelah tidak

makan sekitar 6 jam dari mulut memuat dosis air berlabel deuterium yang baik,

yang stabil isotop hydrogen dan oksigen isotop stabil.

Penggunaan air berlabel dua kali lipat untuk mengesahkan laporan asupan

energi

Di bawah laporan total asupan energy di masyarakat yang menjadi pusat

penelitian telah memperoleh peningkatan pengenalan dengan perkembangan

untuk metode pemberian air berlabel dua kali lipat diberi label pembelanjaan

untuk mengukur energy di tubuh manusia. Ketika total asupan dibawah standar,

kemudian hal tersebut seperti asupan dari semua bahan gizi yang berhubungan

denagn masukan energy tersebut (misalnya mineral makro) juga merupakan hal-

hal yang diremehkan. Karenanya, dengan mengevaluasi kebenaran laporan asupan

energy, suatu umum dari data asupan gizi yang dikumpulkan dapat diukur.

jgn =A= biarkn sy sndri yg slesaikn kasusnya..

ndak liat.. kyk ndak minat liat pv-nya..

bs ditebak bgmn itu pv2 girlband idol jpg..

Angka metabolisme basal sebagai sebuah biomarker untuk pemasukan energy

Goldberg et al mengsulkan sebuah pilihan pendekatan pada identifikasi

underreporting dalam komunitas dasar penyelidikan. Goldberg metode ini bisa

digunakan pada kedua tingkatan individu dan kelompok. Metode ini simple, lebih

murah, dan lebih parktis daripada air berlabel ganda tetapi tidak termasuk yang

paling bias catatan. Prinsip dasar setiap individu dari jenis kelamin, umur, dan

berat badan membuthkan penasukan energy minimum. Peamsukan dibawah

tingkat yang dipetimbangkan tidak dapat diterima perwakilan dari kebiasaan

asupan dan cocok dengan masa kelangsungan hidup yang lama.

24-jam eksresi nitrogen urin untuk menyatakan asupan protein

Isaksson (1980) adalah penyelidik pertama yang menggunakan tingakt

eskresi nitrogen pada sampel urine selam 24 jam untuk menyatakan sah dalam

penilaian perkiraan asupan protein selama 24 jam melalui rekaman atau ingatan.

43

Page 44: Causal-efect Realition Ship Epidemiologi kLS C

Prosedur ini dilakukan karena adanya hubungan yang positif pada

pengamatanantara asupan nitrogen harian ketika asupan makanan dijaga agar tetap

konstan Pada penelitian metabolic orang dewasa dengan berat badan yang stabil.

- kumpulan urin lengkap 24 jam sangat dibutuhkan.

- dengan variasi subjek dalam ekskresi nitrogen sehari dari individu mungkin akan

lebih besar dan mengulangi kumpulan dari urutan contoh urin 24 jam yang perlu

jika metode digunakan untuk validasi asupan protein dari individu, sebagai catatan

harian.

Penggunaan lain nitrogen urine 24 jam dalam studi pengesahan

Meskipun pengumpulan sampel urine 24 jam merupakan prosedur yang

relative tidak rumit. Nitrogen dalam urine telah digunakan dalam berbagai cara

lain untuk mengesahkan penilaian diet.

- perubahan dalam masukan diet biasa dapat terjadi selama studi tentang diet

jangka panjang yang dirancang untuk menilai asupan makanan biasa seseorang.

Perubahan ini memengaruhi keabsahaannya.

- penilaian kesalahan pengukuran penting dalam studi diet dan penyakit. Penilaian

keslahan dapat dilakukan dengan metode referensi terhadap kesalahan yang tidak

tergantung pada masukan sebenarnya dan adanya unsur kesalahan dalam metode

“pengujian” diet.

Kalibrasi data diet menjadi semakin penting dalam studi kelompok diberbagai

lokasi untuk menyesuaikan adanya bias antar tempat dalam metode pengujian

diet. Nitrogen urin 24 jam dapat digunakan untuk kalibrasi data diet yang

dikumpulkan dalam studi di berbagai lokasi ini.

Ekskresi nutrisi dalam urine

Ekskresi nutrisi tertentu lain dalam urine dimana urine merupakan rute

ekskresi utama juga telah digunakan sebagai penanda bilogis asupan makanan

diet.

- Sodium yang ter-ekskresi dalam urine seringkali digunakan untuk mengukur

asupan makanan sodium diet bukan dengan menghitung masukan sodium dari

asupan makanan dan data komposisi makanan. Korelasi antara asupan sodium dan

ekskresi dapat diperkuat jika variabilitas pada subjek dalam ekskresi sodium urine

44

Page 45: Causal-efect Realition Ship Epidemiologi kLS C

dihitung dari sampel urine 24 berulang yang dikumpulkan dari seluruh populasi

studi atau hanya dari sub-sampel acak.

- Potassium yang ter-eskresi dalam urine juga dapat digunakan sebagai penanda

biologis dari asupan potassium, kira-kira 77% dari potassium dalam diet

dilaporkan ter-ekskresi dalam urine.

Fatty acids di jaringan adipose

Saat ini tidak ada biomarker cocok untuk diet biasa proses kuntifikasi dari

total asupan lemak. Tidak adanya biomarker sayangnya karena dari total asupan

lemak adalah sulit untuk mengukur konvensionalmenggunakan metode penilaian

diet. Sebaliknya, tingkat tertentu gemuk asam dapat digunakan sebagai

biomarkers dan terkait dengan diet intakes. Secara umum hanya mereka yang

gemuk, asam lemak yang diserap dan disimpan dalam jaringan adipose tanpa

modifikasi dan yang tidak synthesized endogenously digunakan. Beberapa faktor

lain yang mempengaruhi pengukuran profil asam lemak dalam jaringan adipose

juga harus dipertimbangkan:

- asupan makanan dari responden

- jumlah relative dari asam lemak dalam contoh jaringan adipose

- penggunaan suplemen

- polymorphisme genetic pada enzim

- sampling jaringan

- liplysis atau rusaknya lemak yang tersimpan dalam sel lemak

- status gizi (Fe, Zn, Cu dan Mg)

- lipogenesis atau produksi lemak dari metabolisme protein dan karbohidrat

- penyakit: malabsobsi, sirosis hati, syndrome Zellweger

- oksidasi lemak

Tiga kelas fatty acids telah dipelajari dalam kaitannya dengan diet intakes:

beberapa spesifik n-3 dan n-6 polyunsaturated fattu acids, tans unsaturated fatty

aicds dan beberapa nomor ganjil dan Branched-rantai asam berlemak jenuh yang

ditemukan dalam produk susu (ex: pentadecanoic asam dan heptadecanoic asam).

Tidak ada asam lemak yang dihasilkan endogenously, sehingga mereka

semuamemiliki karakteristik yang diperlukan untuk biomarker.

45

Page 46: Causal-efect Realition Ship Epidemiologi kLS C

Diantara subjek varias dalam asupan makanan, diet penilaian metode yang

digunakan, kualitas makanan komposisi database, penduduk di bawah kelompok

belajar, dan perlakuan statistic dari data tambahan adalah semua sumber berbeda.

Hanya dalam beberapa studi telah dibuat untuk penyesuaian bila karena dalam

subjek-perbedaan dalam jaringan adipose dan biomarker diet intakes.

Asam lemak dalam keping-kepingan darah

Penggunaan plasm/serum atau komponen seluler darah sebagai penanda

biologi intake asam lemak telah dipelajari ekssensif karena sampel darah lebih

sering dibaca daripada jaringan adipose dalam studi epidemiological. Asam lemak

dapat diukur sebagai asam lemak bebas dalam serum, plasma, atau komponen

seluler darah (eritrosit, membrane eritrosit, trombosit). Asam lemak sendiri dapat

juga diukur dalam beberapa pecahan bagian lemak yang ditemukan dalam plasma.

Ini meliputi ester kolesteril dan fosfolipid atau pecahan trigeliserida plasma.

Pengukuran asam lemak bebas merupakan metode yang membuthkan waktu yang

sedikit.

Pengukur Statistik yang Benar

Penggunaan metode statistic akan bergantung pada studi objektif. Untuk

sasatan level satu, hanya berkisar pada pendapat dalam kelompok berdasarkan

perhatian, sedangkan level yang lebih tinggi yaitu sasaran level dua sampai empat

dibutuhkan sebuah pengukuran valid dari data intake dietary pada level individu.

Pengukuran korelasi lainnya

Koefisien barisan korelasi spearman dapat dihitung untuk data dalam

distribusi tidak normal, meskipun pembatasan yang sama diterapkan seperti

pembatasan pada koefisien koreasi Pearson. Koefisien barisan korelasi spearman

juga dapat digunakan ketika tujuan utama pada studi validasi ialah untuk meneliti

seberapa baik metode test pada golongan subjek, lebih baik dari pada penilaian

pada tingkat pesesuaian antara pengujian dan metode referensi.

Dalam kelas korelasi (r1) juga dapat digunakan dan merupakan

pengukuran yang lebih baik untuk gabungan pengukuran interval dari pada

46

Page 47: Causal-efect Realition Ship Epidemiologi kLS C

koefisien r Pearson. Dalam kelas korelasi membandingkan tingkat

ketidaksesuaian anatar pasangan dan derajat korelasi:

r1 = Sb2−sw

2

Sb2+sw

2

Dimana Sb2 ialah varians jumlah pasangan observasi dan sw

2 adalah varians

perbedaan antara pasangan. Nilai dari r1 secara normal lebih sedikit dari nilai r

(sekitar 0,4) hal ini merupakan indikasi persesuaian yang baik.

Analisis regresi

Analisis regresi dapat ditampilkan sebagai peningkatan korelasi dan lebih

sesuai ketika ketetapan dinilai menggunakan biomarkers.

Klasifikasi silang

Beberapa subjek yang diklasifikasi dalam kategori-kategori, biasanya ada

tiga (tertulis), emapt (kuartil) atau lima (kuantil) dari pemasukan dengan

menggunakan metode tes dan referensi. Klasifikasi silang bagaimanapun

mempunyai limitasi. Faktornya, persentasi kepercayaan akan termasuk kesetujuan

yang terjadi pada kesempatan. Pendekatan ini adalah pengelekan yang terbaik

dengan menggunakan statistic berat badan Kappa Cohen (Kw). Bagaimanapun,

besarnya Kw tergantung pada jumlah kategori yang digunakan.

Mean dan standar deviasi dari perbedaan

Bland dan Altman (1986) kurang mempercayai penggunaan koefisien

korelasi untuk membandingkan dua pengukuran. Pendekatan ini membuat

beberapa asumsi tentang yang mana yang lebih baik, metode tes atau referensi.

Untuk menggunakan pendekatan Bland dan Altman yang pertama hasil

dari metode tes untuk nutrient yang penting hanya diplot secara berlawanan

dengan metode referensi itu dan garis ekualitas (tapi bukan sebuah garis regresi)

yang digambarkan. Plot akan mementingkan beberapa pengeluaran dalam data

dan mengidentifikasi beberapa bias dalam metode tes. Bias akan terlihat jika data

untuk nutrient yang penting dalam metode tes jatuh secara istimewa, di atas atau

di bawah garis ekualitas, meskipun menyebar sepanjang garis.

47

Page 48: Causal-efect Realition Ship Epidemiologi kLS C

Berikutnya, plot kedua harus digambar untuk masing-masing nutrient,

menggambarkan mean dari tes dan intake referensi untuk masing-masing subjek

yang diplot berlawanan dengan perbedaan antara masing-masing pasangan dari

pengamatan. Jika tidak ada bias dalam metode tes, perbedaan akan

dikelompokkan sepanjang garis horizontal, y = 0 dan perbedaan mean harus nol.

Plot kedua ini juga akan terlihat saat perbedaan antara dua mean menjadi lebih

besar secara progresif atau lebih kecil dengan peningkatan intake. Bland dan

Altman mengulang penjumlahan 95% derajat kepercayaan untuk perbedaan antara

dua metode. Sebuah pendapat selanjutnya dapat dibuat seperti saat kepercayaan

antara metode tes dan referensi dapat diterima.

Analisis dari kategori pengganti

Untuk menggunakan analisis dari kategori pengganti, individu dimasukkan

ke dalam kategori (misalnya kuintil atau kuartil), berdasarkan pada intake dari

nutrient spesifik yang diperkirakan dengan metode tes. Selanjutnya, rata-rata

intake dalam masing-masing kuintil yang dikalkulasi, menggunakan intake

nutrient untuk masing-masing subjek yang dideterminasi oleh metode referensi.

Hal ini member indikasi “benar” atau metode referensi intake nutrient yang

ekuivalen dengan metode tes kuintil. Sebuah jalan analisis varians yang diikutkan

oleh tes Tukey kemudian dapat digunakan untuk determinan saat pemasukan

mean dari kuintil secara statistic mempunyai perbedaan yang signifikan jika

metode tes valid, perbedaan yang seharusnya berbeda secara signifikan dan mean

harus diganti secara regular dari kategori atas ke bawah.

Karena metode ini meliputi kalkulasi pemasukan mean untuk sebuah

kelompok masing-masing kuintil/kuartil. Itu tidak memerlukan hari replikasi

ganda dari intake per individu untuk memberikan “kebenaran”. Meskipun sehari

intake akan memberikan perkiraan yang tidak dibiaskan dari nilai actual untuk

kategori ini.

Pendekatan baru

Model baru telah dikembangkan untuk memperkirakan derajat

kepercayaan antara metode tes dan kenyataan. Ini melingkupi metode triads dan

48

Page 49: Causal-efect Realition Ship Epidemiologi kLS C

model regresi multivarians. Pembaca diharapkan untuk berkonsultasi pada

seseorang stasisian sebelum menggunakan pendekatan ini.

B. Statistik Vital

Data tidak akurat karena disebabkan oleh karena kesulitan dalam

mengumpulkan data khususnya di Negara-negara yang sedang berkembang.

Kesulitan mendapatkan data yang sahih muncul karena beberapa data cenderung

ditutup-tutupi atau disembunyikan oleh pemerintah karena alasan politik.

Ketidakakuratan data juga disebabkan oleh tenaga pengumpul data yang tidak

mengerti tentang bagaimana mengumpulkan data handal dan sahih.

BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Kritik terhadap penilaian status gizi diantaranya keterbatasan pengukuran

tersebut dan kesalahan-kesalahan yang dapat terjadi saat dilakukan

pengukuran.

Penilaian status gizi secara langsung: antropometri diantaranya tidak

sensitive, faktor di luar gizi (penyakit, genetik, dan penurunan penggunaan

energy) dapat menurunkan spesifikasi dan sensitivitas pengukuran

49

Page 50: Causal-efect Realition Ship Epidemiologi kLS C

antropometri, kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat

mempengaruhi presisi, akurasi, dan validitas pengukuran antropometri

gizi.

Pemeriksaan Klinis yaitu beberapa gejala klinis tidak mudah dideteksi,

gejala klinis tidak bersifat spesifik, adanya gejala klinis yang bersifat

multiple, gejala klinis dapat terjadi pada waktu permulaan kekurangan zat

gizi dan dapat juga terjadi pada saat akan sembuh. Adanya variasi dalam

gejala klinis yang timbul; biokimia, pemeriksaan biokimia hanya bisa

dilakukan setelah timbulnya gangguan metabolisme, membutuhkan biaya

yang cukup mahal, dalam melakukan pemeriksaan diperlukan tenaga yang

ahli, kurang praktis dilakukan di lapangan, pada pemeriksaan tertentu

spesimen sulit untuk diperoleh misalnya penderita tidak bersedia diambil

darahnya, membutuhkan peralatan dan bahan yang lebih banyak

dibandingkan dengan pemeriksaan lain, belum ada keseragaman dalam

memilih reference (nilai normal), dalam beberapa penentuan pemeriksaan

laboratorium memerlukan peralatan laboratorium yang hanya terdapat di

laboratorium pusat sehingga di daerah tidak dapat dilakukan.

Penilaian status gizi secara tidak langsung yaitu survei konsumsi, tingkat

rumah tangga, pencatatan (food account), kurang teliti, sehingga tidak

dapat menggambarkan tingkat konsumsi rumah tangga, begitupula pada

metode pendaftaran makanan (food list method), metode invetaris

(inventory method), pencatatan makanan rumah tangga (household food

record), metode telepon. Begitupula tingkat individu/perorangan, metode

food recall 24 jam estimated food records, penimbangan makanan (food

weighing), metode riwayat makan (dietary history method), metode

frekuensi makanan (food frequency). Kesalahan sistematik dan kesalahan

acak bisa terjadi selama pengukuran konsumsi makanan dan asupan gizi.

Faktor yang terkait dengan laporan kekurangan asupan energi mencakup;

status berat badan, faktor yang sangat sesuai dengan pelaporan yang

rendah, umur dan jenis kelamin, keduanya terkait dengan pelaporan

asupan energi rendah, status sosio-ekonomi, tidak memiliki kesesuaian

50

Page 51: Causal-efect Realition Ship Epidemiologi kLS C

terhadap pelaporan asupan energi yang rendah, kegiatan yang

berhubungan dengan kesehatan, termasuk merokok dan diet, efek perilaku,

efek-efek psikologis, makanan atau minuman yang spesifik. Data tidak

akurat karena disebabkan oleh karena kesulitan dalam mengumpulkan data

khususnya di Negara-negara yang sedang berkembang. Kesulitan

mendapatkan data yang sahih muncul karena beberapa data cenderung

ditutup-tutupi atau disembunyikan oleh pemerintah karena alasan politik.

III.3 Saran

Setiap kesalahan dari berbagai metode dalam Penilaian Status Gizi dapat

diminimalkan, pihak yang melakukan pengukuran. Sehingga, sebaiknya pihak

yang melakukan Penilaian Status Gizi seharusnya memiliki keterampilan yang

patut diperhitungkan.

Adapun, beberapa metode Penilaian Status Gizi diketahui dapat melengkapi/

menutupi kekurangan satu sama lain, sehingga tidak ada salahnya jika beberapa

metode dapat digunakan serangkai, ketika Penilaian Status Gizi dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. http://www.creasoft.wordpress.com. Diakses pada tanggal 14 Mei 2010,

pukul 10.28

Anonim. http:// www.damandiri.or.id . Diakses pada tanggal 14 Mei 2010, pukul

10.28

Atmarita, Tatang S. Fallah. 2004. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan

Masyarakat. Makalah pada Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII, Jakarta

17-19 Mei 2004

51

Page 52: Causal-efect Realition Ship Epidemiologi kLS C

Azwar. 2004. Kecenderungan Masalah Gizi Dan Tantangan Di Masa Datang;

Makalah pada Pertemuan Advokasi Program Perbaikan Gizi Menuju Keluarga

Sadar Gizi, di Hotel Sahid Jaya, Jakarta, 27 September 2004

Depkes, RI. 2004. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta.

Gozali, Ahmad. 2010. Hubungan Antara Status Gizi Dengan Klasifikasi

Pneumonia Pada Balita Di Puskesmas Gilingan Kecamatan Banjarsari

Surakarta. http://www.eprints.uns.ac.id. Diakses pada tanggal 14 mei 2011,

pukul 10.26.

Hadi, Hamam (2005). Beban Ganda Masalah Gizi Dan Implikasinya Terhadap

Kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional: Pidato Pengukuhan Jabatan Guru

Besar Pada Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, 5 Februari 2005.

S. Gibson, Rosalind. 2005. Principles of Nutritional Assessment. New York:

Oxford University Press.

Supariasa. et.al. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.

Susilowati, 2008. Antropometri. http://www.eurekaindonesia.org. Diakses pada

tanggal 14 Mei 2010, pukul 10.27.

52