BAB I
PENDAHULUAN
Peningkatan derajat kesehatan masyarakat sangat diperlukan dalam
mengisi pembangunan yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia. Salah satu upaya
peningkatan derajat kesehatan adalah perbaikan gizi masyarakat, gizi yang
seimbang dapat meningkatkan ketahanan tubuh, dapat meningkatkan kecerdasan
dan menjadikan pertumbuhan yang normal. Namun sebaliknya gizi yang tidak
seimbang menimbulkan masalah yang sangat sulit sekali ditanggulangi oleh
Indonesia, masalah gizi yang tidak seimbang itu adalah Kurang Energi Protein
(KEP), Kurang Vitamin A (KVA), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium
(GAKY) dan Anemia Gizi Besi (Depkes RI, 2004).
Khusus untuk masalah Kurang Energi Protein (KEP) atau biasa dikenal
dengan gizi kurang atau yang sering ditemukan secara mendadak adalah gizi
buruk terutama pada anak balita, masih merupakan masalah yang sangat sulit
sekali ditanggulangi oleh pemerintah, walaupun penyebab gizi buruk itu sendiri
pada dasarnya sangat sederhana yaitu kurangnya intake (konsumsi) makanan
terhadap kebutuhan makan seseorang, namun tidak demikian oleh pemerintah dan
masyarakat karena masalah gizi buruk adalah masalah ketersediaan pangan
ditingkat rumah tangga, tetapi anehnya didaearah-daearah yang telah swasembada
pangan bahkan telah terdistribusi merata sampai ketingkat rumah tangga
(misalnya program raskin), masih sering ditemukan kasus gizi buruk, padahal
sebelum gizi buruk ini terjadi, telah melewati beberapa tahapan yang dimulai dari
penurunan berat badan dari berat badan ideal seorang anak sampai akhirnya
terlihat anak tersebut sangat buruk (gizi buruk). Jadi masalah sebenarnya adalah
masyarakat atau keluarga belum mengetahui cara menilai status berat badan anak
(status gizi anak), maupun belum mengetahui pola pertumbuhan berat badan anak.
Oleh karena itu, beberapa metode Penilaian Status Gizi diperlukan sebagai
acuan untuk menilai status gizi individu. Namun, beberapa metode Penilaian
Status Gizi tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing untuk
diterapkan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Penilaian Status Gizi
Penilaian status gizi secara langsung menurut Supariasa (2001) dapat
dilakukan dengan:
A. Antropometri
Antropometri adalah ukuran tubuh manusia. Sedangkan antropometri gizi
adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan
komposisi tubuh dan tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri secara umum
digunakan untuk melihat keseimbangan asupan protein dan energi.
Menurut Nyoman et al. (2001), ditinjau dari sudut pandang gizi,
anthropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi
tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
Penggunaan anthropometri ini secara umum digunakan untuk melihat
ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat
pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan
jumlah air dalam tubuh. Sedangkan menurut Jelliffe (1989) anthropometri
merupakan metode pengukuran secara langsung dan yang paling umum
digunakan untuk menilai dua masalah gizi utama yaitu masalah gizi kurang
(terutama pada anak-anak dan wanita hamil) dan masalah gizi lebih pada semua
kelompok umur. Menurut suhardjo dan Riyadi (1990) pengukuran status gizi
dengan menggunakan anthropometri dapat memberikan gambaran tentang status
konsumsi energi dan protein seseorang.
Adapun keunggulan dari metode ini menurut Supariasa (2001) adalah :
a. Prosedurnya sederhana, aman, dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel
yang besar.
b. Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli, tetapi cukup dilakukan oleh tenaga
yang sudah dilatih dalam waktu singkat dapat melakukan pengukuran
antropometri.
2
c. Alatnya murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan dan dibuat di
daerah setempat.
d. Metode ini tepat dan akurat karena dapat dibakukan.
e. Mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa lampau.
f. Umumnya dapat mengidentifikasi kasus gizi sedang, kurang dan gizi
buruk karena sudah ada ambang batas yang jelas.
g. Metode antropometri dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada
periode tertentu, aatau dari satu generasi ke generasi berikutnya.
h. Metode antropometri gizi dapat digunakan untuk penapisan kelompok
yang rawan terhadap gizi.
Penggunaan
Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan
asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan
fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.
Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur
beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara
lain: umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar
dada, lingkar pinggul dan tebal lemak di bawah kulit. Di bawah ini akan diuraikan
beberapa parameter itu: (Supariasa, 2002)
a) Umur
Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan
penentuan umur akan menyebabkan interpretasi penentuan status gizi menjadi
salah. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan yang akurat menjadi tidak
berarti jika tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat.
b) Berat Badan
Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air, dan mineral
pada tulang. Pada remaja, lemak tubuh cenderung meningkat, dan protein otot
menurun. Pada orang yang edema dan asites terjadi penambahan cairan dalam
tubuh. Adanya tumor dapat menurunkan jaringan lemak dan otot, khususnya
terjadi pada orang kekurangan gizi. Berat badan merupakan pilihan utama karena
berbagai pertimbangan, antara lain (Supariasa, 2002):
3
a. Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat
karena perubahan-perubahan konsumsi makanan dan kesehatan.
b. Memberikan gambaran status gizi sekarang dan kalau dilakukan secara
periodik memberikan gambaran yang baik tentang pertumbuhan.
c. Merupakan ukuran antropometri yang sudah dipakai secara umum dan luas di
Indonesia sehingga tidak merupakan hal baru yang memerlukan penjelasan
secara meluas.
d. Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh keterampilan pengukur.
e. Karena masalah umur merupakan faktor penting untuk penilaian status gizi,
berat badan terhadap tinggi badan sudah dibuktikan dimana-mana sebagai
indeks yang tidak tergantung pada umur.
f. Alat pengukur dapat diperoleh di daerah pedesaan dengan ketelitian yang
tinggi dengan menggunakan dacin yang juga sudah dikenal oleh masyarakat.
Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang. Alat yang
digunakan di lapangan sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan (Supariasa,
2002):
1. Mudah digunakan dan dibawa dari satu tempat ke tempat yang lain.
2. Mudah diperoleh dan relatif murah harganya.
3. Ketelitian penimbangan sebaiknya maksimum 0,1 kg.
4. Skalanya mudah dibaca
c) Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah
lalu dan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Di samping itu, tinggi
badan merupakan ukuran kedua yang penting, karena dengan menghubungkan
berat badan terhadap tinggi badan (Quac Suck), faktor umur dapat
dikesampingkan.
Laporan FAO/WHO/UNU tahun 1985 menyatakan bahwa batasan berat
badan normal orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Index (BMI).
Di Indonesia istilah Body Mass Index diterjemahkan menjadi Indeks Massa Tubuh
(IMT). IMT merupaka alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang
dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan,
4
maka mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat
mencapai usia harapan hidup lebih panjang (Supariasa, 2002).
IMT = berat badan (kg )
tinggibadan x tinggi badan(m)
Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/WHO,
yang membedakan batas ambang untuk laki-laki dan perempuan. Batas ambang
normal laki-laki adalah 20,1-25,0 dan untuk perempuan adalah 18,7-23,8. Untuk
kepentingan pemantauan dan tingkat defisiensi energi ataupun tingkat kegemukan,
lebih lanjut FAO atau WHO menyarankan menggunakan satu batas ambang
antara laki-laki dan perempuan. Ketentuan yang digunakan adalah menggunakan
ambang batas laki-laki untuk kategori kurus tingkat Berat dan menggunakan batas
ambang pada perempuan untuk kategori gemuk tingkat berat (Supariasa, 2002).
Tabel 2.1 Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia
Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0-18,5
Normal >18,5-25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan >25,0-27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat >27,0
Suyono S. dan Samsuridjal DJ. pada Widya Karya Nasional Pangan dan
Gizi (1993) mengungkapkan tingkat risiko berbagai kategori dari IMT. Risiko
penyakit jantung dengan kelompok IMT dapat dilihat pada tabel berikut:
(Supariasa, 2002:61)
Tabel 2.2 Risiko Relatif Penyakit Jantung dengan Kelompok IMT
IMT 20-25 >25-30 >30-35 35-40 >40
Kelompok 0 I II III IV
Risiko Sangat
rendah
Rendah Sedang Tinggi Sangat
Tinggi
Jumlah
Sel Lemak
Normal Normal Normal
(Naik)
Naik Naik
5
d) Lingkar Lengan Atas (LILA) merupakan salah satu pilihan untuk penentuan
status gizi, karena mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat-alat yang sulit
diperoleh dengan harga yang lebih murah. Beberapa hal yang perlu mendapat
perhatian pada pengukuran ini adalah (Supariasa, 2002):
a. Baku Lingkar Lengan Atas (LILA) yang sekarang digunakan belum
mendapat pengujian yang memadai untuk digunakan di Indonesia. Hal ini
didasarkan pada hasil-hasil penelitian yang umumnya menunjukkan
perbedaan angka prevalensi Kekurangan Energi Protein (KEP) yang cukup
berarti antar penggunaan LILA di satu pihak dengan berat badan menurut
umur atau berat badan menurut tinggi badan maupun indeks-indeks lain di
pihak lain, sekalipun dengan LILA
b. Kesalahan pengukuran pada LILA (pada berbagai tingkat keterampilan
pengukur) relatif lebih besar dibandingkan dengan tinggi badan, megingat
batas antara baku dengan gizi kurang, lebih sempit pada LILA dari pada
tinggi badan. Ini berarti kesalahan yang sama besar jauh lebih berarti pada
LILA dibandingkan dengan tinggi badan
c. Lingkar lengan atas sensitif untuk semua golongan tertentu (prasekolah)
tetapi kurang sensitif pada golongan lain terutama orang dewasa. Tidak
demikian halnya dengan berat badan.
Pengukuran LILA pada kelompok Wanita Usia Subur (WUS) menurut
Depkes RI (1994) adalah salah satu cara deteksi dini yang mudah dan dapat
dilaksanakan oleh masyarakat awam, untuk mengetahui kelompok berisiko
Kekurangan Energi Kronis (KEK). Wanita usia subur adalah wanita usia 15-45
tahun. Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan status
gizi dalam jangka pendek. Adapun tujuan Pengukuran LILA pada kelompok
WUS tersebut adalah (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI,
2007):
a. Mengetahui risiko KEK WUS, baik ibu hamil maupun calon ibu, untuk
menapis wanita yang mempunyai risiko melahirkan bayi BBLR
b. Meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat agar lebih berperan dalam
pencegahan dan penanggulangan KEK
6
c. Mengembangkan gagasan baru di kalangan masyarakat dengan tujuan
meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak
d. Meningkatkan peran serta petugas lintas sektoral dalam upaya perbaikan gizi
WUS yang menderita KEK
e. Mengerahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran WUS yang
menderita KEK
Ambang batas LILA dengan risiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm.
Apabila ukuran LILA kurang dari 23,5 cm atau dibagian merah pita LILA, artinya
wanita tersebut mempunyai risiko KEK dan diperkirakan akan melahirkan BBLR.
lingkar pinggang, merupkan segmen berdiameter rekecil. Nilai lingkar pinggang
melebihi 102 cm pada pria dan melebihi 88 cm pada wanita menandakan telah
terjadi obesitas abdomen (Arisman, 2008)
Rasio lingkar pinggang terhadap terhadap panggul, pembagian ukuran
lingkar pinggang dan panggul, ialah cara sederhana dalam penentuan distribusi
lemak baik dibawah kulit maupun pada jaringan intra-abdominal. Pembesaran
ukuran mencerminkan perubahan resiko penyakit degenaratif, terutama penyakit
kardiovaskular (Arisman, 2008)
Masalah kelebihan dan kekurangan gizi pada orang dewasa (18 tahun
keatas) merupakan masalah penting, karena selain mempunyai risiko penyakit-
penyakit tertentu, juga dapat mempengaruhi produktifitas kerja. Oleh karena itu,
pemantauan keadaan tersebut perlu dilakukan secara berkesinambungan. Salah
satu cara adalah dengan mempertahankan berat badan ideal atau normal. (Hadju,
2007)
Berat normal adalah idaman bagi setiap orang agar mencapai tingkat
kesehatan yang optimal. Keuntungan apabila berat badan normal adalah
penampilan baik, lincah dan risiko sakit rendah. Berat badan yang kurus dan
berlebihan akan menimbulkan risiko terhadap berbagai macam penyakit. (Hadju,
2007)
Didalam suatu pengukuran perlu diketahui pengertian presisi dan akurasi.
Deswarni Idrus dan Gatot Kunanto (1990), memberikan pengertian mengenai
presisi yaitu kemampuan mengukur subjek yang sama secara berulang-ulang
7
dengan kesalahan minimum. Sedangkan akurasi adalah kemampuan untuk
mendapatkan hasil yang sedekat mungkin dengan hasil yang diperoleh. Namun,
dalam pengukuran sering dijumpai berbagai kesalahan, diantara penyebabnya
antara lain (Mey, tanpa tahun):
a) Pada waktu melakukan pengukuran tinggi badan tanpa memperhatikan
posisi orang yang diukur, misalnya belakang kepala, punggung, pinggul,
dan tumit harus menempel di dinding. Sikapnya harus dalam posisis
sempurna. Disamping itu pula kesalahan juga terjadi apabila petugas
tidak memperhatikan situasi pada saat anak diukur. Contohnya adalah
anak menggunakan sandal atau sepatu.
b) Pada waktu penimbangan berat badan, timbangan belum di titik nol
c) Kesalahan pada peralatan, Tinggi badan dapat diukur dengan mikrotoa
berkapasitas 200 cm dengan ketelitian 0,1 cm. LILA dapat diukur dengan
pita LILA yang berkapasitas 33 cm dengan skala 0,1 cm.
d) Kesalahan yang disebabkan oleh Tenaga Pengukur, keslahan ini dapat
terjadi karena petugas pengumpul data kurang hati-hati atau belum
mendapat pelatihan yang memadai. Kesalahan-kesalahan yang terjadi
pada saat pengukuran sering disebut Measurement Error.
Secara garis besar untuk mengatasi kesalahan pengukuran, baik dalam
mengukur sebab maupun akibat serta dampak dari suatu tindakan, dapat
dikelompokkan sebagai berikut (Supariasa, 2002):
a. Memilih ukuran yang sesuai dengan yang diukur. Misalnya mengukur tinggi
badan menggunakan Mikrotoa, dan tidak menggunakan alat ukur lain yang
bukan diperuntukkan untuk mengukur tinggi badan.
b. Membuat prosedur baku pengukuran yang harus ditaati oleh seluruh
pengumpul data. Petugas pengumpul data harus mengerti teknik, urutan dan
langkah-langkah dalam pengumpulan data.
c. Pelatihan petugas. Pelatihan petugas harus dilakukan dengan sebaik-
baiknya, baik ditinjau dari segi waktu maupun materi pelatihan. Materi
pelatihan sebaiknyamenekankan pada ketelitian pembacaan dan pencatatan
hasil.
8
d. Penerapan alat ukur secara berkala. Alat timbang dan alat lainnya harus
selalu ditera dalam kurun waktu tertentu. Apabila ada alat yang rusak,
sebaiknya tidak digunakan lagi.
Oleh karena itu, anthropometri sering digunakan sebagai indicator status
gizi yang berkaitan dengan masalah kurang energi-protein. Indikator
anthropometri yang sering dipakai ada tiga macam yaitu : berat badan
untukmengetahui massa tubuh, tinggi badan untuk mengetahui dimensi linear
panjang tubuh dan tebal lipatan kulit serta lingkar lengan atas untuk mengetahui
komposisi dalam tubuh, cadangan energi dan protein. Dalam penggunaan
indikator anthropometri tersebut selalu dibandingkan dengan umur dari yang akan
diukur. Atas dasar itu maka penentuan status gizi dengan menggunakan
anthropometri adalah dengan indeks berat badan menurut umur (BB/U), tinggi
badan menurut umur (TB/U), berat badan menurut tinggi (BB/TB), dan lingkar
lengan atas menurut umur (LLA/U) (WHO 1995). Berat badan mencerminkan
masa tubuh, seperti otot dan lemak yang peka terhadap perubahan sesaat karena
adanya kekurangan gizi dan penyakit. Oleh karena itu, indeks BB/U
menggambarkan keadaan gizi saat ini. Tinggi badan menggambarkan skeletal
yang bertambah sesuai dengan bertambahnya umur dan tidak begitu peka terhadap
perubahan sesaat. Oleh karena itu indeks TB/U lebih banyak menggambarkan
keadaan gizi seseorang pada masa lalu. Indeks BB/TB mencerminkan
perkembangan massa tubuh dan pertumbuhan skeletal yang menggambarkan
keadaan gizi saat itu. Indeks BB/TB sangat berguna apabila umur yang diukur
sulit diketahui. lingkar lengan atas member gambaran tentang keadaan jaringan
otot dan lapisan lemak bawah kulit. Seperti halnya dengan berat badan, indikator
LLA dapat naik dan turun dengan cepat, oleh karenanya LLA/U merupakan
indikator status gizi saat ini. Diantara indikator-indikator anthropometri yang telah
disebutkan, indeks BB/U merupakan pilihan yang tepat untuk dipergunakan dalam
rangka pemantauan status gizi sebab sensitif terhadap perubahan mendadak dan
dapat menggambarkan keadaan gizi saat ini (Khumaidi 1997). Penilaian status
gizi berdasarkan indikator BB/U, hasilnya kemudian dibandingkan dengan data
anthropometri standar WHO-NCHS (National Center for Health Statistics) (WHO
9
1995), dengan kriteria adalah gizi lebih bila skor-z > 2; normal bila skor- z antara
-2 dan 2, gizi kurang bila skor-z < -3 hingga -2 dan gizi buruk bila skor-z < -3.
e) Tebal Lemak Bawah Kulit Menurut Umur
Pengukuran lemak tubuh melalui pengukuran ketebalan lemak bawah kulit
dilakukan pada beberapa bagian tubuh, misalnya pada bagian lengan atas,
lengan bawah, di tengah garis ketiak, sisi dada, perut, paha, tempurung
lutut, dan pertengahan tungkai bawah.
f) Rasio Lingkar Pinggang dengan Pinggul
Rasio Lingkar Pinggang dengan Pinggul digunakan untuk melihat
perubahan metabolisme yang memberikan gambaran tentang pemeriksaan
penyakit yang berhubungan dengan perbedaan distribusi lemak tubuh.
Dari berbagai jenis indeks tersebut di atas, untuk menginterpretasikannya
dibutuhkan ambang batas. Ambang batas dapat disajikan kedalam 3 cara
yaitu: persen terhadap median, persentil, dan standar deviasi unit.
1) Persen terhadap Median
Median adalah nilai tengah dari suatu populasi. Dalam antropometri gizi,
median sama dengan persentil 50. Nilai median dinyatakan sama dengan
100% (untuk standar). Setelah itu dihitung persentase terhadap nilai
median untuk mendapatkan ambang batas.
Tabel 2.2 Klasifikasi Status Gizi Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat
Depkes RI Tahun 1999
Kategori
Cut of point*)
Gizi Lebih >120%
Gizi Baik 80% - 120%
Gizi Sedang 70% - 79,9%
Gizi Kurang 60% - 69,9%
Gizi Buruk <60%
Persen dinyatakan terhadap Median BB/U baku WHO-NCHS, 1983
*) Laki-laki dan perempuan sama
Sumber: supariasa. IDN, 2002: 76
10
2). Persentil
Cara lain untuk menentukan ambang batas selain persen terhadap median
adalah persentil. Persentil 50 sama dengan Median atau nilai tengah dari
jumlah populasi berada diatasnya dan setengahnya berada dibawahnya.
NCHS merekomendasikan persentil ke 5 sebagai batas gizi buruk dan
kurang, serta persentil 95 sebagai batas gizi lebih dan gizi baik.
3). Standar Deviasi Unit (SDU)
Standar Deviasi Unit disebut juga Z-skor. WHO menyarankan
menggunakan cara ini untuk meneliti dan untuk memantau pertumbuhan.
B. Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode untuk menilai status gizi berdasarkan
atas perubahan-perubahan yang terjadi dihubungkan dengan ketidakcukupan zat
gizi, seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau organ yang dekat dengan
permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang
dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan
epitel (supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral
atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
Penggunaan metode ini umumnya digunakan untuk survei klinis secara cepat
(rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat
tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping
itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan
pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit.
Penggunaan
Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid
clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda
klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Di samping itu
digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan
pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (Symptom) atau riwayat penyakit.
11
C. Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang
diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan. Jaringan
tubuh yang digunakan antara lain darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan
tubuh seperti hati dan otot.
Penilaian status gizi dengan melakukan pemeriksaan specimen yang diuji
secara laboratories yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan
tubuh yang digunakan antara lain : darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan
tubuh seperti hati dan otot. Metode biokimia digunakan untuk suatu peringatan
bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi.
Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih
banyak menolong untuk menentukan
kekurangan gizi yang spesifik.
Penggunaan
Metode ini digunakan untuk suata peringatan bahwa kemungkinan akan
terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang
spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk
menentukan kekurangan gizi yang spesifik.
D. Biofisik
Penilaian status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi
dengan melibat kemamapuan fungsi dan melihat perubahan struktur dari jaringan.
Metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi
(khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan. Metode ini
digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik (epidemic of
night blindness). Cara yang
digunakan adalah tes adaptasi gelap.
Penggunaan
Umumnya dapat digunaakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta
senja epidemik (epidemic of night blindnes). Cara yang digunakan adalah tes
adaptasi gelap.
12
Penilaian status gizi secara tidak Iangsung menurut Supariasa, IDN
(2001) dapat dilakukan dengan:
A. Survey Konsumsi Makanan
Survey konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara
tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat dan gizi yang dikonsumsi.
Kesalahan dalam survey makanan bisa disebabkan oleh perkiraan yang
tidak tepat dalam menentukan jumlah makanan yang dikonsumsi balita,
kecenderungan untuk mengurangi makanan yang banyak dikonsumsi dan
menambah makanan yang sedikit dikonsumsi ( The Flat Slope Syndrome ),
membesar-besarkan konsumsi makanan yang bernilai sosial tinggi, keinginan
melaporkan konsumsi vitamin dan mineral tambahan kesalahan dalam mencatat
(food record).
Metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah
dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan dapat
memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat,
keluarga dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan
kekurangan zat gizi.
Penggunaan
Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran
tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu.
Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi.
B. Statistik Vital
Yaitu dengan menganalisis data beberapa statistik kesebatan seperti angka
kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian karena penyebab
tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.
Pengukuran status gizi dengan menganalisis data beberapa statistik
kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan
kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan
gizi. Penggunaannya dipertimbangkan sebagai dari indikator tidak langsung
pengukuran status gizi masyarakat.
Penggunaan
13
Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak
langsung pengukuran status gizi masyarakat.
C. Faktor Ekologi
Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi antara
beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang
tersedia sangat tergantung dan keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dan
lain-lain.
Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa
faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia
sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain.
Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab
malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi
gizi.
II.2 Kriteria Kausalitas Bradford Hill
Sir Austin Bradford Hill mengemukakan 9 hal yang perlu ditegakkan dalam
membedakan suatu faktor yang dicurigai sebagai kausa dan umumnya digunakan
sebagai kriteria kausa:
1. Kekuatan asosiasi
Faktor ini dimaksudkan besarnya pengaruh kausa dalam menyebabkan
terjadinya penyakit. Hal ini secara umum dapat dilihat dengan tingginya
insiden suatu penyakit dengan keterpaparan kausa dalam masyarakat.
14
Dalam penelitian observasi besarnya hubungan ini dinyatakan dalam
Relative Risk (RR).Semakin kuat asosiasi, maka semakin sedikit hal tersebut
dapat merefleksikan pengaruh dari faktor-faktor etiologis lainnya. Kriteria ini
membutuhkan juga presisi statistik (pengaruh minimal dari kesempatan) dan
kekakuan metodologis dari kajian-kajian yang ada terhadap bias (seleksi,
informasi, dan kekacauan).
2. Konsistensi
Replikasi dari temuan oleh investigator yang berbeda, saat yang berbeda,
dalam tempat yang berbeda, dengan memakai metode berbeda dan kemampuan
untuk menjelaskan dengan meyakinkan jika hasilnya berbeda.
3. Spesifisitas dari asosiasi
Ada hubungan yang melekat antara spesifisitas dan kekuatan yang mana
semakin akurat dalam mendefinisikan penyakit dan penularannya, semakin juat
hubungan yang diamati tersebut. Tetapi, fakta bahwa satu agen berkontribusi
terhadap penyakit-penyakit beragam bukan merupakan bukti yang melawan
peran dari setiap penyakit.
4. Temporality
Kemampuan untuk mendirikan kausa dugaan bahkan pada saat efek
sementara diperkirakan. Suatu faktor kausa haruslah mempunyai keberadaan
yang mendahului terjadinya penyakit atau akibat (out come) apa saja.
Persyaratan ini mutlak adanya jika suatu faktor dapat disebut kausa sebab tidak
mungkin akibat mendahului kausa.
5. Tahapan biologis
Perubahan yang meningkat dalam konjungsi dengan perubahan kecocokan
dalam penularan verifikasi terhadap hubungan dosis-respon konsisten dengan
model konseptual yang dihipotesakan.
6. Masuk akal
Apakah asosiasi masuk akal secara biologis. Misalnya, estrogen dan
kanker endometrial, estrogen dan kanker payudara, kontrasepsi oral dan kanker
payudara.
15
7. Koherensi
Bagaimana semua observasi dapat cocok dengan model yang
dihipotesakan untuk membentuk gambaran yang koheren.
8. Eksperimen
Demonstrasi yang berada dalam kondisi yang terkontrol merubah kausa
bukaan untuk hasil yang merupakan nilai yang besar, beberapa orang mungkin,
mengatakannya sangat diperlukan, untuk menyimpulkan kausalitas.
9. Analogi
Hal ini dilihat dengan membandingkan satu unsure dengan unsure lainnya
yang sejenis. Jika suatu zat tertentu menyebabkan penyakit maka zat lain yang
sejenis harus punya menyebabkan hal yang sama.
Kesembilan kriteria yang diajukan oleh Hill ini dianggap sebagai kriteria
dasar yang ideal. Dalam kenyataannya sulit memenuhinya. Dan perdebatan
tentang kriteria ini tetap berlangsung. Bahkan tampaknya mustahil untuk
mendapatkan suatu faktor risiko yang dapat memenuhi kesembilan kriteria Hill.
Pengecualian dan penyesuaian tetap diperlukan sesuai dengan arah penelitian
yang sedang dilakukan. Beberapa variasi secara teoretik kemudian dikembangkan
dan diajukan terhadap penyakit / masalah tertentu.
Dalam pendekatan epidemiologi ada 4 di antara kriteria Hill yang selalu
ditekankan untuk diperhatikan, yakni kuatnya hubungan, dosis respons,
konsistensi dan kelayakan biologi. keempat criteria ini secara epidemiologi
dengan bantuan biostatistik dan percobaan-percobaan di klinik dan laboratorium,
dapat diteliti dan diukur.
II.3 Kritik Terhadap Penilaian Status Gizi
II.3.1 Penilaian Status Gizi Secara Langsung
A. Antropometri
Kekurangan Antropometri
a. Tidak sensitive
Metode ini tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu singkat. Di samping
itu tidak dapat membedakan kekurangan zat gizi tertentu seperti zink dan Fe
16
b. Faktor di luar gizi (penyakit, genetik, dan penurunan penggunaan energy) dapat
menurunkan spesifikasi dan sensitivitas pengukuran antropometri
c. Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi,
akurasi, dan validitas pengukuran antropometri gizi
d. Kesalahan tersebut terjadi karena:
- Pada waktu melakukan pengukuran tinggi badan tanpa memperhatikan
posisi orang yang diukur, misalnya belakang kepala, punggung, pinggul
dan tumit harus menempel di dinding. Petugas juga harus memperhatikan
situasi saat pengukuran seperti lupa melepaskan sepatu atau sandal
- Pada waktu penimbangan berat badan, timbangan belum dikalibrasi atau
belum di titik nol.
- Kesalahan pada peralatan yaitu alat tidak dikalibrasi
- Kesalahan yang disebabkan oleh tenaga pengukur. Kesalahan ini dapat
terjadi karena petugas pengumpul data kurang hati-hati atau belum
mendapat pelatihan yang memadai.
Kesalahan-Kesalahan Pada Antropometri
Kesalahan dapat terjadi pada antropometri yang dapat berefek pada
ketelitian, keakuratan, dan validitas pada pengukuran dan indicator. Ada tiga
sumber utama pada kesalahan pengukuran antropometri yaitu signifikan:
kesalahan pengukuran, perubahan komposisi dan pemeriksaan badan pada
jaringan-jaringan yang pasti, dan menggunakan penerimaan yang tidak valid pada
asal komposisi tubuh dari pengukuran antropometri.
Mekanisme pengukuran yang salah timbul dari pemeriksa yang salah hasil dari
training yang tidak cukup baik, alat yang rusak, dan kesulitan dalam membuat
pengukuran. Sumber utama pada pengukuran yang salah pada antropometri.
Pengukuran dan Keadaan Biasa Yang
Rusak
Solusi
Semua pengukuran
Alat yang rusak
Anak yang gelisah
Memiliki metode tepat untuk
sumber
17
Membaca
Merekam
Panjang
Metode yang salah untuk usia
Alas kaki/alas kepala tidak
dilepaskan
Kepala tidak datar
Anak-anak tidak lurus pada
papan dan/ atau kaki tidak
sejajar dengan papan yang dapat
dipindahkan
Papan tidak kuat menahan tumit
Tinggi
Metode yang salah untuk usia
Alas kaki/alas kepala tidak
dilepaskan
Kepala tidak datar, subjek tidak
Pengukuran ditunda atau
melibatkan orang tua pada
prosedur atau menggunakan
prosedur tepat secara cultural
Pelatihan dan pelatihan gerak
badan atau penggunaan
menekankan akurat dan perbaikan
intermiten dari supervisor
Rekaman menghasilkan dengan
seketeika setelah pengukuran dan
mempunyai hasil yang mengecek
oleh orang lain
Hanya Menggunakan ketika subjek
adalah < 2 y
Menghilangkan sebagai adat lokal
meminta izin (atau membuat
permintaan)
Posisi yang benar pada anak
sebelum pengukuran
Mempunyai teman yang membantu
dan kehadiran orang tua anak;
tidak mengambil pengukuran
sedangkan anak sedang berjuang;
anak-anak tenang
Tekanan yang betul harus
dipraktekkan
Hanya Menggunakan ketika subjek
adalah > 2 y
18
lurus, lutut bengkok atau kaki
tidak datar pada lantai
Papan tidak kuat menahan
kepala
Berat
Kamar dingin, tidak bebas
Skala tidak dikalibrasi pada nol
Subjek memakai baju yang
berat
Subjek bergerak atau khawatir
sebagai hasil pada kejadian
dahulu
Menghilangkan sebagai adat lokal
meminta izin (atau membuat
permintaan)
Teknik yang benar dengan praktek
dan latihan; menyediakan asisten
yang cukup; menenangkan anak-
anak yang tidak kooperatif
Gerakkan kepala ke atas untuk
memadatkan rambut
Gunakan fasilitas klinik yang tepat
Ulangi kalibrasi setelah setiap
subjek
Hilangkan atau buat permintaan
untuk baju
Menunggu hingga subjek tenang
atau menghilangkan penyebab
kegelisahan (contoh: skala terlalu
tinggi)
Tabel 1 : Kerusakan umum dan kemungkinan solusi ketika pengukuran panjang,
tinggi, dan berat. Dari Zerfas AJ (1979) di Jelliffe DB, Jellife EFP, Human
Nutrition: A Comprehensive Treatise. Volume 2: Nutrition and Growth. Plenum
Press, new York.
Pengukuran dan Keadaan Biasa Yang
Rusak
Solusi
Lingkar Lengan
Subjek tidak berdiri pada posisi
yang benar
Pita ukur elektrik terlalu tebal,
meregang atau kusut
Salah lengan
Titik tengah lengan tandanya
Posisi subjek benar
Menggunakan alat yang benar
Menggunakan lengan sebelah kiri
Pengukuran titik tengah dengan
hati-hati
19
tidak benar
Lengang tidak menggantung
dengan bebas dari sisi/pinggang
selama pengukuran, penguji
tidak nyaman atau tingkat
dengan subjek, pita ukur di
sekitar lengan tidak pada titik
tengah; terlalu sempit
(penyebab garis datar kulit
lekuk), terlalu longgar
Lingkar Kepala
Bencolan oksipital/supraorbital
penunjuk yang kurang baik
ditetapkan
Rambut tidak cukup
memotong, telinga dibawah
pita, posisi tegangan kurang
baik merawat pada waktu
membaca
Penutup kepala tidak dilepas
Lipatan lemak trisep
Salah lengan
Titik tengah atau pengukuran
atau penanda bagian posterior
tidak benar
Lengan tidak longgar dari
sisi/samping selama pengukuran
Jari jempol pencet atau kurus
atau penempatannya
Tehnik yang benar dengan training,
pengawasan, dan penyegaran
bagian regular ; penerimaan pada
laporan apa saja masalah kultural,
seperti menggunakan pita lengan.
Posisi pita dibetulkan dengan
benar
Tehnik yang betul dengan
pelatihan, pengawasan, dan
penyegaran bagian regular
Hilangkan kultur lokal dengan
permisi terlebih dahulu
Menggunakan lengan kiri
Pengukuran titik tengah secara
hati-hati
Tehnik yang betul dengan
pelatihan, pengawasan, dan
penyegaran bagian regular dan
lokakarya
Memastikan pemeriksa
posisinya benar
20
melengkung terlalu dalam (otot)
atau terlalu dangkal (kulit)
Lengkungan moncong tidak
pada sisi yang ditandai;
membaca selesai terlalu cepat,
cubitan tidak merawat,
pegangan lengkungan tidak
lepas
Pemeriksa tidak nyaman atau
setingkat dengan subjek
Tabel 2 Kerusakan umum dan kemungkinan solusi ketika pengukuran panjang,
tinggi, dan berat. Dari Zerfas AJ (1979) di Jelliffe DB, Jellife EFP, Human
Nutrition: A Comprehensive Treatise. Volume 2: Nutrition and Growth. Plenum
Press, new York.
Cara Pengukuran Antropometri Yang Benar
Alat
Alat yang digunakan dalam pengukuran berat badan, tinggi badan, panjang
badan, dan tinggi lutut adalah timbangan seca untuk berat badan, microtoice untuk
tinggi badan, alat ukur tinggi lutut, pita LILA, pita circumference, caliper.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penilaian status gizi secara antropometri
adalah sumber daya manusia.
Cara Kerja
Berat Badan
Pakaian biasa digunakan oleh subjek (diusahakan dengan pakaian yang
minimal). Alas kaki tidak digunakan oleh subjek
Dipastikan timbangan berada pada penunjukan skala dengan angka 0,0
Subjek berdiri diatas timbangan dengan berat yang tersebar merata pada
kedua kaki dan posisi kepala dengan pandangan lurus kedepan. Usahakan
tetap tenang
Berat badan dibaca pada tampilan dengan skala 0,1 kg terdekat
21
Tinggi Badan
Subjek tidak beraoas kaki. Diposisikan subjek tepat dibawah microtoice
Kakai dirapatkan, lutut lurus. Tumit, pantat, bahu menyentuh dinding vertical
Subjek dengan pandanagn lurus kedepan, kepala tidak perlu menyentuh
dinding vertical tangan lepas kesamping badan dengan telapak tangan
dihadapkan kepaha
Subjek diminta untuk menarik nafas panjang dan berdiri tegak tanpa
mengangkat tumit untuk membantu menegakkan tulang belakang. Usahakan
bahu tetap santai
Ditarik microtoice hingga menyetuh ujung kepala, pegang secara horizontal.
Pengukuran tinggi badandiambil pada saat menarik nafas maksimum. Dengan
mata pengukur sejajar dengan alat penunjuk angka untuk menghindari
kesalahan penglihatan. Catat tinggi badan pada skala 0,1 cm terdekat
Tinggi Lutut
Objek duduk dengan salah satu kaki gitekuk hingga membentuk sudut 90o
proximal hingga patella
Diletakkan alat ukur dengan dasar (titik 0) pada telapak kaki tarik hingga titik
tengah lutut
Dibaca alat ukur hingga 0,1 cm terdekat
Dientukan tinggi badan dengan rumus
TB (laki-laki) = (2,08 x TL) + 59,01
TB (wanita) = (1,91 x TL) – (0,17 x umur) + 75,0
Lingkar Pinggang
Pakaian yang digunakan subjek longgar (tidak menekan) sehingga alat ukur
dapat diletakkan dengan sempurna. Sebaiknya pita mengukur tidak berada
diatas pakaian yang digunakan
Subjek berdiri tegak dengan perut dalam keadaan yang relaks
Subjek dihadapan pengukur dan meletakkan lat ukur melingkar pinggang
secara horizontal dimana merupakan bagaian yang paling kecil dari tubuh.
Seorang pembantu diperlukan untuk meletakkan alat ukur dengan tepat. Bagi
22
mereka yang gemuk,diaman sukar menentukan bagian paling kecil, daerah
yang harus diukur adalah antara tulang rusuk dan tonjolan iliaca
Pengukuran dilakukan di akhir dari ekspresi yang norm,al, dan alat ukur tidak
menekan kulit
Dibaca dengan teliti hasil pengukuiran pada pita hingga 0,1 cm terdekat
lingkar panggul
Subjek mengenakan pakaian yang tidak terlalu ketat
Subjek berdiri tegak dengan kedua lengan berada pada kedua sisi tubuh
dengan kaki rapat
Pengukur jongkok disamping subjek sehingga tingkat maksimal dari apnggul
terlihat
Alat pengukur dilingkarkan secara horizontal tanpa menekan kulit. Sesorang
pembantu diperlukan untuk mengatur posisi alat ukur pada sisi lainnya
Bacalah dengan telitihasil pengukuran pada pita hingga 0,1 cm terdekat
Lingkar Lengan Atas
a. Menentukan midpoint pada lengan
Subjek diminta untuk berdiri tegak
Subjek diminta untuk membuka lengan pakain yang menututp lengan kiri atas
(bagi yang kidal gunakan lengan kanan)
Subjek ditekuk membentuk 900, dengan telapak tangan menghadap ketas.
Pengukur berdiri dibelakang subjek dan menentukan titik tengah anatar tulang
atas pada bahu kiri dan siku
Tandailah titik tengah tersebut dengan pena
b. Mengukur lingkar lengan atas
Dengan tangan tergantunglepas dan siku lurus disamping badan, telapak
tangan menghadap kebawah
Ukurlah lingkar lengan atas pada posisi midpoint dengan pita lila menempel
pada kulit. Diperhatikan jangan sampai pita menekan kulit atau ada rongga
antara kulit dan pita
Lingkar lengan atas dicatat pada skala 0,1 cm terdekat
Tebal lipatan kulit (TLK)
23
a. Mengukur TLK pada tricep
Subjek berdiri dengan kedua lengan tergantung bebas pada kedua sisi tubuh
Pengukuran dilakuakn pada mid point (sama seperti LILA)
Pengukur berdiri dibelakang subjek dan meletakkan telapak tangan kirinya
pada bagian lengan yang paling atas kearah tada yang telah dibuat dimana ibu
jari dan jari telunjuk menghadap kebawah. Tricep skinfold diambil dengan
menarik pada 1 cm daro peroximal tanda titik tengah tadi
Tricep skinfold diukur dengan mendekati 0,1 mm
b. Mengukur TLK pada subscapular
Subjek berdiri tegak dengan kedua tangan lengan tergantung bebas pada
kedua sisi tubuh
Letakkan tangan kiri kebelakang
Untuk mendapatkan tempat pengukuran, pemeriksa meraba scapula dan
mencarinya kearah bawah lateral sepanjang batas vertebrata sampai
menentukan sudut bawah scapula
Subscapular skinfold ditarik dalam arah diagonal (infero-lateral) kurang lebih
45-0 kearah horizontal garis kulit. titik scapula terletak pada bagian bawah
sudut scapula
Caliper diletakkan 1 cm infero lateral dari ibu jari dan jari telunjuk yang
mengangkat kulit dan subkutan dan ketebalan kulit diukur mendekati 0,1 mm.
B. Pemeriksaan Klinis
Kelemahan
a. Beberapa gejala klinis tidak mudah dideteksi, sehingga perlu orang-orang yang
ahli dalam menentukan gejala klinik tersebut.
b. Gejala klinis tidak bersifat spesifik, terutama pada penderita KEP ringan dan
sedang. Hal ini dikarenakan ada gejala klinik penyakit yang disebabkan oleh
kekurangan gizi lebih dari satu zat gizi. Gejala klinis yang sama adakalanya
disebabkan bukan hanya disebabkan oleh satu macam zat gizi saja.
c. Adanya gejala klinis yang bersifat multiple.
24
d. Gejala klinis dapat terjadi pada waktu permulaan kekurangan zat gizi dan dapat
juga terjadi pada saat akan sembuh.
e. Adanya variasi dalam gejala klinis yang timbul. Hal ini karena gejala klinis
dapat diepengaruhi beberapa faktor seperti genetic, lingkungan, kebiasaan dan
lain-lain
C. Biokimia
Kelemahan
1. Pemeriksaan biokimia hanya bisa dilakukan setelah timbulnya gangguan
metabolisme
2. Membutuhkan biaya yang cukup mahal
3. Dalam melakukan pemeriksaan diperlukan tenaga yang ahli
4. Kurang praktis dilakukan di lapangan, hal ini karena pada umumnya
pemeriksaan laboratorium memerlukan pearalatan yang tidak mudah dibawa
kemana-mana
5. Pada pemeriksaan tertentu spesimen sulit untuk diperoleh misalnya penderita
tidak bersedia diambil darahnya
6. Membutuhkan peralatan dan bahan yang lebih banyak dibandingkan dengan
pemeriksaan lain
7. Belum ada keseragaman dalam memilih reference (nilai normal).
8. Dalam beberapa penentuan pemeriksaan laboratorium memerlukan peralatan
laboratorium yang hanya terdapat di laboratorium pusat sehingga di daerah
tidak dapat dilakukan
II.3.2 Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung
A. Survei Konsumsi
Kelemahan
Tingkat Rumah Tangga
1. Pencatatan (food account)
25
- Kurang teliti, sehingga tidak dapat menggambarkan tingkat konsumsi
rumah tangga
- Sangat tergantung pada kejujuran responden untuk melaporkan/mencatat
makanan dalam keluarga
2. Metode Pendaftaran Makanan (Food List Method)
- Hasil yang diperoleh kurang teliti karena berdasarkan estimasi atau
perkiraan
- Sangat subyektif, tergantung kejujuran dari responden
- Sangat beruntung pada daya ingat responden
3. Metode Invetaris (Inventory Method)
- Petugas harus terlatih dalam menggunakan alat ukur dan formulir
perencanaan
- Tidak cocok untuk responden yang buta huruf, bila pencatatan dilakukan
oleh responden
- Memerlukan peralatan sehingga biaya relative lebih mahal
- Memerlukan waktu yang lebih lama
4. Pencatatan Makanan Rumah Tangga (Household Food Record)
- Terlalu mebebani responden
- Memerlukan biaya yang cukup mahal karena responden harus dikunjungi
lebih sering
- Memerlukan waktu yang cukup lama
- Tidak cocok untuk responden yang buta huruf
5. Metode Telepon
- Biaya relative mahal untuk rekening telepon
- Sulit dilakukan untuk daerah yang belum mempunyai jaringan telepon
- Dapat menyebabkan terjadinya kesalahan interpretasi dari hasil informasi
yang diberikan responden
- Sangat tergantung pada kejujuran dan motivasi serta kemampuan
responden unutk menyampaikan makanan keluarganya
Tingkat Individu/Perorangan
1. Metode Food Recall 24 jam
26
- Tidak menggambarkan asupan makanan sehari-hari, bila hanya dilakukan
recall satu hari
- Ketepatan sangat tergantung pada daya ingat responden. Oleh karena itu,
responden harus mempunyai daya ingat yang baik, sehingga metode ini
tidak cocok dilakukan pada anak usia di bawah 7 tahun, orang tua disatas
70 tahun dan orang yang hilang ingatan atau orang yang pelupa
- The flat slope syndrome, yaitu kecenderungan bagi responden yang kurus
untuk melaporkan konsumsinya lebih banyak dan bagi respondennya yang
gemuk cenderung melaporkan lebih sedikit.
- Membutuhkan tenaga atau petugas yang terlatih dan terampil dalam
menggunakan alat-alat bantu URT dan ketepatan alat bantu yang dipakai
menurut kebiasaan masyarakat.
- Responden harus diberi motivasi dan penjelasan tentang tujuan dari
penelitian
- Untuk mendapat gambaran dari konsumsi makanan sehari-hari recall
jangan dilakukan sat panen, hari pasar, hari akhir pecan, pada saat
melakukan upacara-upacara keagamaan, selamatan dll.
2. Estimated Food Records
- Metode ini terlalu membebani responden sehingga sering menyebabkan
responden merubah kebiasaan makanannya
- Tidak cocok untuk responden yang buta huruf
- Sangat tergantung pada kejujuran dan kemampuan responden dalam
mencatat dan memperkirakan jumlah konsumsi
3. Penimbangan Makanan (Food Weighing)
- Memerlukan waktu dan cukup mahal karena perlu peralatan
- Bila penimbangan dilakukan dalam periode yang cukup lama, maka
responden dapat merubah kebiasaan makan mereka
- Tenaga pengumpul data harus terampil dan terlatih
- Memerlukan kerja sama yang baik dengan responden
4. Metode Riwayat Makan (Dietary History Method)
- Terlalu membebani pihak pengumpul data dan responden
27
- Sangat sensitive dan membutuhkan pengumpul data yang sangat terlatih
- Tidak cocok dipakai untuk survey-survey besar
- Data yang dikumpulkan lebih bersifat kualitatif
- Biasanya hanya difokuskan pada makanan khusus, sedangkan variasi
makanan sehari-hari tidak diketahui
5. Metode Frekuensi Makanan (Food Frequency)
- Tidak dapat untuk menghitung intake zat gizi sehari
- Sulit mengembangkan kuesioner pengumpulan data
- Cukup menjemukan bagi pewawancara
- Perlu membuat percobaan pendahuluan unutk menentukan jenis bahan
makanan yang akan masuk dalam daftar kuesioner
- Responden harus jujur dan mempunyai motivasi tinggi
Kesalahan Pengukuran
Kesalahan sistematik dan kesalahan acak bisa terjadi selama pengukuran
konsumsi makanan dan asupan gizi. Tingkat kesalahan ini bisa berubah dengan
penggunaan metode dan populasi serta studi gizi. Kesalahan pengukuran acak dan
kesalahan pengukuran sistematik dapat diminimalkan dengan menggabungkan
bermacam mutu prosedur control ke dalam setiap tingkatan dari metode penilaian
makanan karena itu bisa dilakukan pelatihan dan latihan pewawancara dan
pembaca kode, standardisasi dari studi pilot utama untuk survey.
Kesalahan acak tidak seperti kesalahan sistematik, dapat diminimalkan dengan
menambah jumlah observasi. Sebaliknya, kesalahan sistematik bisa berkelompok
dengan hanya beberapa responden (contoh: obes atau subjek tua), wawancara
khusus atau makanan pasti (contoh: alcohol).
Banyak penyebab dari kesalahan dalam rumah tangga dan individu dengan
metode survey konsumsi makanan, kesalahan utamanya yaitu:
1. Nonrespon Bias dalam survey makanan memberi hasil, sebaliknya sampel acak
dari subjek tidak mewakili populasi tadi.
Kekurangan respon tertentu, namun penilihan subjek secara acak
menghasilkan nonrespon bisa yang signifikan dan dapat terjadi pada semua tipe
dari sistem penilaian gizi. hal ini penting karena subjek menolak mengambil
28
peran dalam survey atau aternatif yang keluar dari intervensi karakterisitk yang
memiliki hal itu berbeda dari responden.
2. Responden Bias diakibatkan oleh kelebihan laporan sistematik atau kelemahan
laporan dari konsumsi makanan.
Selama survey atau intervensi responden bias bisa terjadi jika respponden
kurang paham atas apa yang pewawancara tanyakan atau mendapat isyarat
nonlisan untuk “jawaban terbaik” dari pewawancara. Kelemahan laporan
adalah keadaan yang biasa dari responden bias dan dari dokumen pada
beberapa survey. Kelemahan laporan dari asupan energy yang biasa dapat
meliputi kelemahan catatan dan kekurangan makanan. kelemahan catatan
adalah kegagalan untuk semua catatan memakai bagian selama periode studi
atau kelemahan estimasi dari jumlah mereka. Hal itu menegaskan atas
ketidaksesuaian antara laporan asupan energy dan ukuran pemakaian energy
tanpa perubahan massa tubuh.
Faktor yang terkait dengan laporan kekurangan asupan energy mencakup
- Status berat badan, faktor yang sangat sesuai dengan pelaporan yang
rendah
- Umur dan jenis kelamin, keduanya terkait dengan pelaporan asupan
energy rendah
- Status sosio-ekonomi, tidak memiliki kesesuaian terhadap pelaporan
asupan energy yang rendah
- Kegiatan ayng berhubungan dengan kesehatan, termasuk merokok dan
diet, selama ini sering dikaitkan dengan pelaporan energy yang rendah.
- Efek perilaku, menuntut perhatian yang lebih, termasuk sejauh mana
batas pencatatan asupan makanan dapat bertanggung jawab terhadapa
dengan pelaporan energy yang rendah yang dihubungkan denga
kurangnya asupan makanan.
- Efek-efek psikologis, termasuk yang terkait dengan gangguan makan,
telah dinilai dengan berbagai instrumen untuk mengukur dampak
mereka pada pelaporan energy yang rendah
29
- Makanan atau minuman yang spesifik,peneliti telah mengungkapkan
bahwa perbedaan pelaporan yang rendah dapat muncul dari beberapa
makanan atau minuman yang dianggap buruk seperti alcohol, kue,
cokies, gula-gula dan lemak, sebaliknya daging, ikan, sayuran, salad
dan buah-buahan yang dianggap makanan baik.
Meskipun umumnya tidak lazim seperti pelaporan yang rendah, pelaporan
lebih dari asupan energy juga terjadi. Saat ini, penekanan lebih ditujukan untuk
mengidentifikasi pelaporan ayng kurang kemudian yang lebih.
3. Keinginan Masyarakat dan Penyimpangan Persetujuan
Keinginan sosial (kecenderungan untuk merespon sebaik mungkin untuk
menghindari kritikan) dan persetujuan sosial (kecenderungan untuk dipuji)
adalah dua sumber utama dari penyimpangan yang mungkin terjadi dalam
metode penilaia diet. Penyimpangan sifat sosial mungkin disengaja atau bentuk
sebuah penipuan diri sendiri.
Worsley dkk (1984) telah merekomendasikan penggunaan sifat sosial
dalam skala survey diet untuk mengidentifikasi dan mungkin untuk mengontrol
variable sifat masyarakat. Ada beberapa fakta bahwa jenis kelamin dapt
mempengaruhi siifat sosial dan penyimpangan persetujuan sosial.
4. Kesalahan Pewawancara atau Pewawancara Bias bisa terjadi jika ada
perbandingan pertanyaan diantara pewawancara untuk informasi yang merubah
tingkat atau catatan jawaban dari subjek tidak benar.
Kesalahan pewawancara mungkin termasuk kesalahan yang disebabakan
oleh kesalahan memeriksa pertanyaan, mencatat jawaban, kelalaian yang
disengaja, kesalahan yang terkait dengan pengaturan wawancara, gangguan,
kerahasiaan, dan anonimitas dari responden dan tingkat hubungan antara
pewawancara dan responden.
Pendekatan yang paling umum untuk menilai kesalahan pewawancar
adalah dengan cara membandingkan asupan nutrisi yang dihitung dari beberapa
pewawancara yang dilakukan secara sendiri-sendiri pada subjek yang sama
selama 24 jam waktu makan, menggunakan pewawancara yang terlatih. Hal ini
30
untuk melihat sejauh mana kesepakatan descriptor makanan, jumlah makanan,
pemebrian kode, dan penghitungan asupan gizinya.
Kesalahan pewawancara harus selalu dianggap sebagai sumber potensial
kesalahan dalam penyelidikan diet (Wynder, 1994). Suatu kecermatan dan
acuan standar wawancara, seabiknya dijalankan melalui computer, dapat
membantu meminimilkan efek.ketika beberapa pencacah bekerja, tugas dari
pencacah-responden harus diacak, dan pencacah harus dilatih untuk mengenali
dan mengantisipasi sumber potensi dai penyimpangan dan kesalahan.
5. Responden Pelupa atau terbatasanya Daya Ingat bisa mengakibatkan
kesalahan yang tidak disengaja perlu tambahan metode untuk mengingat
kembali.
Kegagalan memori dapat mempengaruhi metode recall dalam dua cara:
responden mungkin lupa untuk mengambil makanan yang seharusnya
dikonsumsi atau laporan makanan yang tidak dikonsumsi selama hari di-recall.
Untuk meminimalkan kesalahan yang dihasilkan oleh penyimpangan memori
dalam recall 24 jam adalah dengan menggunakan teknik wawancara multiple
pass, “memeriksa” pertanyaan, standarisasi “segera” atau bantuan memori
seperti model makanan.
Bantuan memori juga dapat mengurangi hilangnya memori. Bantuan ini
terdiri dari plastic atau tanah liat simulasi makanan, lukisan berwarna
berukuran matural, atau fotograph.
Meminimalkan jangka waktu antara asupan makanan dan recall responden
akan mengurangi kehilangan memori dalam metode recall. 24 jam adalah
jangka waktu yang sering dipilih untuk memori berdasarkan prosedur recall.
6. Kesalahan Perkiraan Ukuran Porsi dapat terjadi dari responden yang gagal
mengukur dengan akurat jumlah dari konsumsi makanan atau kurang paham
“rata-rata’ ukuran porsi.
Kesalahan yang berkaitan dengan Proses kuantifikasi porsi makanan yang
dikonsumsi mungkin kesalahan terbesar dalam pengukuran diet metode
assesement. Kesalahan itu timbul dari responden yang gagal untuk mengukur
31
secara akurat jumlah makanan yang dikonsumsi atau lebih dar salah satu “rata-
rata” porsi ukuran.
Perbedaan responden dalam kemampuan mereka untuk secara akurat
memperkirakan porsi ukuran visual. Secara umum, perbedaan tersebut muncul
secara mandiri dari umur, berat badan, status sosial, dan jenis kelamin
responden. Kesalahan besar mungkin terjadi, misalnya, untuk estimasi
makanan dalam volume tinggi atau rendah dalam berat utuh atau terpotong-
potong dari makanan dalam bentuk yang berbeda. Selain itu, responden lebih
sulit untuk memperkirakan ukuran besar makanan.
Beberapa jenis bantuan porsi ukuran pengukuran telah dikembangkan
untuk digunakan dalam studi diet, dalam upaya peningkatan keakuratan porsi
ukuran memperkirakan ketika weighting metode tidak dapat digunakan.
Pengukuran bantuan paling sering digunakan adalah ukuran rumah tangga dan
gambar foto dan model abstrak dan bentuk geometris model. Dalam semua
kasus, pengukuran bantuan yang menggambarkan berbagai ukuran dari porsi
harus digunakan untuk menghindari kecenderungan untuk tanggapan langsung.
Efek dari porsi ukuran bantuan pada ketepatan perkiraan jumlah kadang-
kadang sulit untuk menfsirkannya. Beberapa studi belum memberikan
keterangan jelas dari porsi ukuran bantuan. Belum meneliti kesalahan,
khususnya yang berkaitan dengan porsi ukuran bantuan, tapi bukan dinilai
memiliki kesalahan yang terkait dengan kombinasi prosedur yang digunakan
dalam metode diet.
7. Pemakaian Suplemen bisa menhilangkan catatan makanan atau mengingat
kembali atau kesalahan dalam kalkulasi asupan gizi.
Pencatatan yang benar dari penggunaan suplemen makanan dalam sebuah
survey yang dilakukan di Negara-negara industry sekarang telah menjadi
sangat penting. Misalnya, di AS kira-kra 40% penduduk yang disampel selama
NHANES III antara tahun 1999 dan 1994 menggunakan suplemen makanan
selama bulan sebelum wawancara.
Survey Nutrisi dan Makanan Nasional Inggris terhadap orang-orang yang
berumur 65 tahun atau lebih memperoleh informasi tentang penggunaan
32
suplemen dari jawaban-jawaban pada sebuah kuesioner kesehatan dan gaya
hidup dan catatan makanan berbobot. Malah, sebuah kuesioner yang terstruktur
yang menyelidiki penggunaan suplemen selama periode waktu yang lebih lama
direkomendasikan. Ini meliputi pertanyaan-pertanyaan tertutup mengenai merk
khusus yang diminum, jumlah per pil, prekuensi penggunaan, dan durasi
penggunaan. Beberapa peniliti juga menekankan bahwa kesalahan-kesalahan
pengukuran yang berkaitan denga asupan vitamin dan mineral suplemen jangka
panjang mungkin bertanggung jawab untuk ketiadaan hubungan teramati
antara suplemen-suplemen vitamin dan resiko kanker.
Informasi akurat tentang nama-nama merek adalah penting untuk
suplemen-suplemmen makanan karena variabilitas antar-merk adalah besar.
Sebenarnya, kegagalan untuk menghitung secara benar dosis sebuah suplemen
bisa memiliki dampak yang lebih besar pada estimasi asupan zat gizi daripada
dari sumber asupan makanan yang dilaporkan-kurang. Selain itu, bentuk kimia
dari suplemen-suplemen makanan bisa mempengaruhi ketersediaan bilogisnya,
sehingga lebih disukai untuk mencatat karakteristik kimia dari suplemen-
suplemen makanan.
8. Kesalahan Kode dapat terjadi ketika perkiraan ukuran porsi telah dikonversi
dari rumah tangga ke dalam gram dan ketika makanan memakai kode (contoh
2% susu adalah kode untuk keseluruhan susu).
Pembuatan sebuah system pengkodean yang terstandarisasi adalah penting
untuk surveilans nutrisi dan untuk penelitian-penelitian lintas-budaya yang
melibatkan perbandingan internasional. Pada kasus-kasus demikian,
perbedaan-perbedaan dalam pengkodean, baik sepanjang waktu atau antar
negara-negara mengaburkan perubahan-perubahan potensial atau perbedaan-
perbedaan antara negara dalam asupan makanan.
Untuk mengatasi masalah-masalah dengan system pengkodean yang
digunakan selama perbandingan anatar-negara, INFOODS telah
mengembangkan aturan dan pedoman untuk identifikasi makanan, definisi
komponen makanan, dan deskripsi data komponen makanan. INFOODS juga
membuat database software yang berhubungan dengan komposisi makanan dan
33
nutrisi. Informasi bisa diperoleh pada situs web mereka
http://www.fao.org/infoods/.
Kesalahan-kesalahan kode makanan telah banyak berkurang melalui
otomatisasi dan penyatuan pengumpulan data dan proses pengkodean dan
dengan memungkinkan kode-kode makanan dihasilkan secara otomatis oleh
pengkode yang memilih jenis makanan dari menu pull-down yang berbasis
computer. Kedua strategi ini digunakan untuk mengidentifikasi dan
mendiskripiskan makanan-makanan dalam program EPIC-SOFT yang
digunakan untuk penelitian EPIC, dalam upaya meminimalkan penafsiran-
penafsiran secara subjektif dan kesalahan pengkodean. Pertama, daftar
makanan dan hidangan campuran Negara khusus yang ditentukan sebelumnya
dikumpulkan yang diklasifikasi menurut sub-kelompok makanan dan makanan
umum.
9. Kesalahan Dalam Perlakuan Menggabungkan Hidangan mengakibatkan
kesalahan perkiraan dari kandungan gizi per gram dan juga kesalahan dalam
penilaian kelompok makanan tertentu.
Ada dua sumber utama dari kesalahan selama pencampuran makanan.
pertama kesalahan yang terjadi selama kerusakan tercampurnya masakan ke
dalam bahan mentah dan perubahannya menjadi sebuah bentuk “yang dapat
dimakan”. Perubahan selalu melibatkan faktor pengaturan dari kedua
perubahan berpengaruh samapi memasak dan untuk penyimpanan makanan
yang bergizi. Sumber utama yang kedua dari kesalahan yang mungkin berasal
dari selama pemindahan tercampurnya masakan ke kelompok makanan yang
tepat. Biasanya ini terjadi pada bahan utama di setiap masakan yang
bercampur.
Penentuan Keakuratan Dalam Metode Penilaian Diet
Penentuan keakuratan diartikan sebagai tingkat dimana pengukuran metode
diet dari apa yang ingin diukur (Block and Hartman, 1989). Metode makan yang
dirancang untuk menentukan karakteristik asupan individu yang umum dilakukan
adalah hal yang sangat sulit untuk diukur keakuratannya karena “kebenaran” tidak
dapat diketahui dengan keyakinan yang absolute.
34
Untuk mendeteksi berbagai perubahan yang biasa terjadi selama penelitian,
maka pengamatan dalam mengasup makanan dan berbagai hal lainnya sebelum
dan setelah penelitian sebaiknya dibandingkan.
Penentuan keakuratan yang relative dapat dinilai pada metode pola makan yang
mencakup baik waktu yang singkat maupun waktu yang panjang. Penentuan
keakuratan yang realtif dapat didefinisikan sebagai perbandingan metode “uji”
dengan metode lainnya, yang diistilahkan sebagai metode “referensi” yang
mempunyai derajat keakuratan lebih tinggi.
Sebuah alternative yang meliputi penanda eksternal dari asupan, diistilahkan
dengan “biomarkers” sedang meningkat penggunaannya untuk mengatasi
terbatasnya referensi tentang metode pola makan. Agar menjadi pengukuran yang
akurat, biomarkers harus menyediakan penilaian tersendiri dari asupan gizi.
Sebagai hasilnya, biomarkers harus menyediakan penilaian tersendiri dari asupan
gizi. Sebagai hasilnya, biomarkers hanya tersedia bagi beberapa jenis zat gizi.
Kebanyakan biomarkers diukur dalam cairan tubuh atau jaringan yang digunakan
dalam penilaian pola makan dan telah menjadi sumber terjadinya bias dalam
metode pola makan.
Desain dari Penilitian Penentuan Keakuratan Realtif
Karena kesulitan dalam mengukur tingkat keakuratan absolute dari data
asupan makanan, peneliti telah memakai beberapa pendekatan dalam mengukur
tingkat keakuratan absolute. Dalam pendekatan ini, “tes” metode pemberian
makan memnuculkan subjek yang sama. Beberapa faktor harus diambil dalam
menghitung desain dari beberapa desain penelitian.
Seleksi subjek untuk penelitian penentuan keakuratan
Uji metode pola makan sebaiknya akurat pada subjek yang mewakili
populasi dalam penelitian. Ini terutama sekali penting dalam percobaan dimana
budaya atau bahasa yang berbeda dapat memengaruhi cara subjek menanggapi
metode penilaian pola makan. Cirri lain dari subjek yang dapat memengaruhi
pilihan para subjek termasuk kelebihan berat badan, riwayat diet atau
pengendalian makan, depresi, gambaran bentuk tubuh, dan keinginan sosial.
Penelitian yang objektif dan batasan waktu
35
Referensi dari metode pola makan yang dipilih harus memiliki tingkat
objektivitas yang sama dan harus dapat mengukur parameter yang sama dalam
ruang lingkup waktu yang sama (yaitu sekarang, masa lalu, dan asupan sehari-
hari) sebagai metode uji.
Penilaian keakuratan yang relative dari desain metode untuk menentukan
makanan yang umum atau asupan gizi individu di masa yang lalu sangat sulit.
Meskipun begitu, beberapa penelitian telah melaporkan sebuah kecenderungan
pada pencatatan pola makan masa lalu dipengaruhi oleh konsumsi saat ini yang
diistilahkan efek “recency” (Byers et.al 1983; Rohan and Potter, 1984). Pengaruh
ini mungkin terutama sangat penting bagi pasien denga penyakit serius, laporan
yang lalu tentang pola makan yang didapatkan dari subjek-subjek seperti itu dapat
dibiaskan oleh pola makan masa kini yang telah berubah.
Urutan dan jarak dari uji dan referensi metode
Secara umum, uji metode sebaliknya dilaksanakan sebelum metode
referensi dalam uji penentuan keakuratan, jadi untuk menirukan situasi yang
mungkin terjadi pada penelitian yang diajukan. Lebih lanjut, uji dan metode
referensi harus diberi jarak dengan seksama sehingga penyelesaian dari uji metode
tidak mempengaruhi tanggapan terhadap metode referensi (Tabel 7.1) terlalu
panjangnya interval waktu antara tes dan metode referensi dapat mengantarkan
pada efek berkepanjangan pada asupan makanan. Seperti efek yang khususnya
terjadi pada penelitian pola makan di Negara dengan pendapatan rendah.
Sebelum pencatatan makan
(r)
Sesudah pencatatan makan
(r)
Protein 0,18 0,33
Total lemak 0,27 0,39
Lemak jenuh 0,31 0,44
Lemak tak jenuh 0,31 0,40
Kolesterol 0,46 0,52
Total karbohidrat 0,48 0,53
Vitamin A 0,37 0,41
Vitamin B6 0,44 0,54
36
Vitamin C 0,53 0,73
Tabel 3 koefisien korelasi Pearson untuk perbandingan dari kuesioner frekuensi
makan dengan rata-rata dari empat kali 1-minggu catatan pola makan. Data dari
Willet WC et al. Jurnal Epidemiologi Amerika 122: 51-65, 1985, dengan izin dari
Society for Epidemiologic research.
Kesalahan independen (bebas)
Kesalahan dalam metode pola makan referensi sebaiknya bersifat bebas
dari metode tes/uji dan juga asupannya sungguh-sungguh. Sebagai hasilnya,
referensi metode pola makan yang dipilih harus berbeda dengan metode uji.
Penelitian baru-baru ini telah menekankan bahwa meskipun pencegehan
telah dilakukan, namun metode pola makan referensi jarang terbebas dari semua
sumber kesalahan. Kesalahan sistematik terjadi karena adanya bias pada intake-
related dan person-specific. Bias dalam asupan yang terkait biasanya terlihat
sebagai “lereng” yang datar dari kemunduran dari laporan asupan yang
sesungguhnya. Bias pada person-spesific dapat terjadi karena karakterisitik
kepribadian. Sesungguhnya adalah mungkin beberapa subjek dapat dilaporkan
tinggi atau rendah dalam metode pola makan, yang membawa pada koefisien
korelasi buatan yang tinggi antara dua metode yang berbeda.
Model statistic baru yang sekarang dapat digunakan yang mengukur dan
menghitung berbagai kesalahan sistematik dalam metode uji, sepanjang tingkat
keakuratan peneltian termasuk biochemical marker sebagai referensi pengukuran
tambahan.
Jenis kelamin dan umur
Keakuratan yang relative dari metode pola makan sebaiknya diuji terpisah
antara pria dan wanita. Penelitian menunjukkan bahwa respon wanita pada
penilaian pola makan berbeda dari pria. Sebaliknya, umur tidak menimbulkan
pengaruh terhadap keakuratan metode pola makan bagi orang dewasa yang
berusia 18-64 tahun. Meskipun begitu, tidak mengherankan , daya ingat dan
kemampuan pemahaman mempengaruhi respon anak muda (yaitu yang berusia
dibawah 18 tahun) dan orang dewasa.
Status sosial, ekonomi, etnis dan kesehatan
37
Status sosial ekonomi dan etnis dapat mempengaruhi hasil dari penelitian
penentuan keakuratan relative, melalui perbedaan pola makan. Status kesehatan
dari subjek juga penting, terutama pada penelitian case-control, seharusnya
dilakukan usaha dalam menentukan keakuratan metode pola makan dengan
mewakili antara kasus dan control kesehatan.
Faktor lain
Berbagai faktor eksternal , termasuk hari dalam setiap minggunya, musim,
latihan dan penggunaan suplemen vitamin dan mineral, seharusnya
diperhitungkan juga dalam penelitian desain penentuan keakuratan relative.
Keakuratan Relatif dalam Penelitian Pola Makan
Tidak ada metode referensi yang menyediakan pengukuran yang
sesungguhnya dari asupan makanan. Malahan, tingkat persetujuan antara uji dan
metode referensi digunakan untuk menunjukkan keakuratan yang relatif dari
metode ujian dan juga sejauh mana metode referensi itu dipercayai kebenarannya.
Secara statistic, tingkat persetujuan dapat dinyatakan sebagai perbandingan rata-
rata kelompok (atau median), perbedaan antara pengukuran secara individu,
urutan kedudukan, analisis korelasi atau regresi dan penggunaan analisis Bland-
Altman.
Tabel 7.2 menampilkan kombinasi yang direkomendsikan bagi uji dan
referensi metode pola makan yang digunakan dalam penelitian penentuan
keakuratan yang relative dan juga menghitung berbagai faktor yang tertera pada
bagian I.1. Jumlah dari catatan penimbangan selama 1 hari digunakan untuk
menentukan keakuratan sejarah pola makan akan tergantung pada kesukaan pada
zat gizi dan penelitian kelompok.
Metode uji Metode referensi
Tunggal, catatan selama 24-jam Tunggal, 1-hari catatan penimbangan
berat
Ganda, catatan selama 24-jam Ganda, 1-hari catatan penimbangan
berat
Kuesioner frekuensi makan selama 1-
tahun
Empat kali 7-hari catatan penimbangan
berat dalam 3-bulan dengan interval 1-
38
tahun dan diberi jarak untuk dihitung
berdasarkan variasi musim
Riwayat pola makan selama 1-bulan Tunggal, 1-hari catatan penimbangan
berat yang diberi jarak 1-bulan,
jumlahnya tergantung zat gizi
Tabel 4 kombinasi yang tepat dari metode pola makan secara uji dan referensi
untuk digunakan dalam penelitian penentuan keakuratan.
Keabsahan relatif dari 24-jam Recalls
Tidak seperti metode penilaian diet lainnya, mungkin pada keadaan yang
sama untuk menentukan keabsahan mutlak dari 24-jam recalls. Metode yang
digunakan termasuk pengamatan secara diam-diam atau penimbangan dari salinan
bagian intake sebenarnya diet recall dengan subjek yang sama, periode kurang
lebih 24-jam atau untuk satu kali makan.
Persetujuan tentang asupan nutrisi diantara studi ini kurang cocok. Sebagai
contoh, Greger and Etynre mengamati tidak ada perbedaan yang signifikan antara
intake sebenarnya dan rata-rata intake recall dari protein, kalsium, zinc untuk
wanita dewasa. Pada perbedaannya, rata-rata recal dari vitamin A, tiamin,
riboflavin, niasin, vitamin C dan besi kurang signifikan dari intake yang
sebenarnya. Kesalahan terjadi pada kedua tipe dan jumlah dari makanan recall.
Kesalahan recall terjadi tidak dicantumkannya makanan dan kekeliruan saat recall
makanan tidak dikonsumsi, walaupun kesalahan sebelumnya dianggapi biasa.
Novotny et. Al menggunakan suatu alternatif pendekatan untuk menilai
ketelitian penggambaran dari pengamatan makanan pokok pada wawancara 24-
jam recall. Pada studi ini, mereka membandingkan gambaran kualitas/mutu dari
makanan pokok yang sama dengan subjek yang secara normal mengkonsumsi
paling sedikit 2 makanan secara bersamaan menggunakan wawancara 24-jam
recall yang dilakukan dua kali. Potensial kesalahan dari asupam energy
disebabkan dari kesalahan dari pelaporan makanan pokok juga ikut menentukan.
Mereka mencatat penghilangan frekuensi dari makanan pokok (sebagaian
makanan ringan atau makanan sepinggan), khususnya pada subjek laki-laki dan
39
ketidaksesuaian penggambaran makanan, keduanya yang dikurangkan dari recall
1 ke recall 2. Ketidaksesuaian penggambaran hasil pada perbedaan angka
kepadatan energy dari makanan yang dibuat. Karena bentuk dari studi ini, uji dan
referensi metode tidak bebas, memiliki batas penggunaan.
Keabsahan Relatif dari Pencatatan Makanan
Beberapa studi dicoba untuk menentukan keabsahan nyata dari
penimbangan atau perkiraan pencatatan makanan. gersovitz et al.
membandingkan pencatatan makanan di siang hari pada hari 7-hari pencatatan
penimbangan makanan dengan asupan sebenarnya, penimbangan secara diam-
diam selama makan siang pada tempat perkumpulan makan bagi orang lansia.
Walaupun pencatatan cenderung mengurangi asupan rata-rata sebenarnya,
perbedaan hanya tampak signifikan pada energy dan tiamin. Analisis
regresi/kemunduran memperlihatkan bahwa dari kemunduran tingkat ketelitian
pencatatan, catatan dua hari pertama dari pencatatn terjaga keabsahannya untuk
menilai/menaksir perbandingan lebih dari 3 hari terakhir pencatatn dapat dipakai
selama 5-7 hari dari responden yang berpendidikan tinggi, hasil pada bias sampel.
Kebenaran sebenarnya hasil pertanyaan ini dari 7-hari pencatatan untuk menilai
asupan yang biasa pada orang lansia, karena dari responden yang beban tinggi.
Pencatatan penimbangan berat makanan sering dianggap sebagai standar
emas pada perbandingan metode penilaian yang lain. Metode referensi diet yang
potensial kurang akurat dan tidak bisa digunakan sebagai alternatif metode
berlabel air telah digunakan di beberapa studi untuk memvalidasi rata-rata asupan
energy pada rekor penimbangan. Jelasnya, penggunaan rekor penimbangan
sebagai metode standar emas untuk penilaian diet telah mengalami hambatan.
Underreporting tidak mungkin terjadi dan laporan dari hasil efek gabungan yang
tidak lengkap dan rendahnya makanan timbul dari dampak proses pencatatn
pemilihan makanan.
Keabsahan realatif sejarah diet
Salah satu keunggulan utama dari metode sejarah diet adalah kemampuan
menilai pola makan dan rincian spesifik tentang kesiapan persiapan dan konsumsi
makanan dalam jangka waktu yang panjang. Namun, beberapa responden
40
menemukan tugas pelaporan asupan makanan mereka dan jumlah kesulitan
makan. Selanjutnya untuk beberapa bagian populasi atau kelompok umur
(misalnya remaja) yang tidak menetapkan pola makan seperti pendekatan pola
makanan yang tidak berguna. Sangat sedikit studi yang telah diukur berlau mutlak
dari perbandingan metode sejarah diet dengan asupan makanan yang sebenarnya.
Hal ini tidak mengeherankan, sesuai dengan kesulitan monitoring individu yang
asupannya biasa jangka panjang.
Pada studi yang dilakukan secara berkala dan pada waktu yang lalu
menafsirkan asupan makanan menggunakan sejarah diet, Van Staveren et al juga
menyimpulkan bahwa asupan makanan memengaruhi pelaporan asupan “fast
food”. Studi ini menekankan kesulitan memperoleh tafsiran yang tidak
menyimpang dari asupan makanan terdahulu dan kesulitan-kesulitan ini harus
dihitung ketika menginterpretasikan hasil studi diet dan kanker.
Validitas Relative dari Kuesioner Frekuensi Makanan
Banyak kuesioner frekuensi makanan yang ada digunakan pada populasi
yang berbeda dan berbagai tujuan. Studi validitas absolute dari metode frekuensi
makanan sangat terbatas, meskipun hasilnya digunakan pada studi epidemiologi.
Mullen et. al menguji keabsolutan validitas dari kusioner frekuensi makanan
dengan membandingkna denga konsumsi makanan nyata dengan meninjau tiap
makanan selama 28 hari berturut-turut secara sembunyi-sembunyi. Responden
mencatat pokok makanan dan jumlah penyajian dipilih untuk mengatur pemilihan
makanan. hal yang telah diperiksa untuk ketepatan berlawanan dengan hasil yang
dikerjakan oleh staf. Focus dari pemilihan makanan ialah untuk menguangi
penekanan pemilihan makanan dalam usaha mencegah perubahan proprsi individu
pada supan makanannya dapat ditentukan secara akurat menggunakan kuesioner
frekuensi makanan.
Sering diakui bahwa ketika dilakukan tindakan penelitian yang realtif sah
mengenai daftar frekuensi asupan makanan di antara orang dewasa, sebaliknya
dengan menanyai para responden untuk melengkapinya kembali, baik sebelum
dan sesudah metode rekomendasi dengan cara ini, perkiraan positif dari hubungan
41
yang benar antara daftar pertanyaan frekuensi makanan dengan metode
rekomendasi yang akan disediakan.
Kadang-kadang peneliti menggunakan catatan berat badan untuk memilih
makanan utama dan membagi ukuran rata-rata untuk daftar frekuensi makanan.
dalam kasus seperti ini, jika daftar pertanyaan di administrasi menjadi kelompok
yang sama dari objek yang dilengkapi dengan catatan pola makan, kebenaran
relative kemudian didasarkan pada hubungan koefisien yang mungkin merupakan
penaksiran yang terlalu tinggi.
Penggunaan Biomakers untuk Validitas Asupan Makanan
Pendekatan yang menggunakan variable luar diistilahkan “Biomakers”
untuk mengukur kebenaran relative dari metode penafsiran pola makan
sebelumnya untuk mereka gunakan di dalam riset penelitian kemungkinan lain,
biomkaers dapat digunakan untuk menyesuaikan kumpulan data pola makan
dalam kelompok penelitian sehingga cocok untuk sumber-sumber dugaan yang
mungkin bisa dibuat. Sebagaian biomarkers merupakan komponen dari cairan
tubuh atau jaringan yang memiliki hubungan langsung yang kuat dengan asupan
makanan dari satu atau lebih komponen pola makan. Meskipun demikian,
kepekaan mereka pada asupan umumnya rendah, begitu banyak biomarkers yang
hanya memiliki kapasitas untuk membedakan antara jarak asupan yang berbeda.
Hubungan dengan asupan makanan
Harus dipertimbangkan ketika memilih biomarkers yang sesuai. Yang
terakhir harus menggambarkan asupan dari unsure pokok makanan yang lebih
menarik pada periode waktu yang sama sebagai metode pola makan tingakatan zat
gizi di dalam serum atau plasma dan urin, sebagai contoh cenderung
menggambarkan asupan makanan yang baru saja diterima dan dengan demikian
mereka hanya mengambil biomarkers sebagai metode validitas mengenai pola
makan yang dibentuk sebagai penutup periode yang singkat, seperti pemanggilan
kembali atau pencatatan.
Mengukur pengeluaran energi
Mengukur pengeluaran energy dengan metode air berlabel ganda adalah dasar
yang singkat pada prinsip kesimbangan energy: pengeluaran energy dan
42
pemasukan metabolisme energy merupakan hasil kondisi stabil antara berat badan
dan komposisinya. Metode ini dapat digunakan untuk mengukur total pengeluaran
energy hingga 2 minggu. Pelaksanaan metode ini membuthkan aktu setelah tidak
makan sekitar 6 jam dari mulut memuat dosis air berlabel deuterium yang baik,
yang stabil isotop hydrogen dan oksigen isotop stabil.
Penggunaan air berlabel dua kali lipat untuk mengesahkan laporan asupan
energi
Di bawah laporan total asupan energy di masyarakat yang menjadi pusat
penelitian telah memperoleh peningkatan pengenalan dengan perkembangan
untuk metode pemberian air berlabel dua kali lipat diberi label pembelanjaan
untuk mengukur energy di tubuh manusia. Ketika total asupan dibawah standar,
kemudian hal tersebut seperti asupan dari semua bahan gizi yang berhubungan
denagn masukan energy tersebut (misalnya mineral makro) juga merupakan hal-
hal yang diremehkan. Karenanya, dengan mengevaluasi kebenaran laporan asupan
energy, suatu umum dari data asupan gizi yang dikumpulkan dapat diukur.
jgn =A= biarkn sy sndri yg slesaikn kasusnya..
ndak liat.. kyk ndak minat liat pv-nya..
bs ditebak bgmn itu pv2 girlband idol jpg..
Angka metabolisme basal sebagai sebuah biomarker untuk pemasukan energy
Goldberg et al mengsulkan sebuah pilihan pendekatan pada identifikasi
underreporting dalam komunitas dasar penyelidikan. Goldberg metode ini bisa
digunakan pada kedua tingkatan individu dan kelompok. Metode ini simple, lebih
murah, dan lebih parktis daripada air berlabel ganda tetapi tidak termasuk yang
paling bias catatan. Prinsip dasar setiap individu dari jenis kelamin, umur, dan
berat badan membuthkan penasukan energy minimum. Peamsukan dibawah
tingkat yang dipetimbangkan tidak dapat diterima perwakilan dari kebiasaan
asupan dan cocok dengan masa kelangsungan hidup yang lama.
24-jam eksresi nitrogen urin untuk menyatakan asupan protein
Isaksson (1980) adalah penyelidik pertama yang menggunakan tingakt
eskresi nitrogen pada sampel urine selam 24 jam untuk menyatakan sah dalam
penilaian perkiraan asupan protein selama 24 jam melalui rekaman atau ingatan.
43
Prosedur ini dilakukan karena adanya hubungan yang positif pada
pengamatanantara asupan nitrogen harian ketika asupan makanan dijaga agar tetap
konstan Pada penelitian metabolic orang dewasa dengan berat badan yang stabil.
- kumpulan urin lengkap 24 jam sangat dibutuhkan.
- dengan variasi subjek dalam ekskresi nitrogen sehari dari individu mungkin akan
lebih besar dan mengulangi kumpulan dari urutan contoh urin 24 jam yang perlu
jika metode digunakan untuk validasi asupan protein dari individu, sebagai catatan
harian.
Penggunaan lain nitrogen urine 24 jam dalam studi pengesahan
Meskipun pengumpulan sampel urine 24 jam merupakan prosedur yang
relative tidak rumit. Nitrogen dalam urine telah digunakan dalam berbagai cara
lain untuk mengesahkan penilaian diet.
- perubahan dalam masukan diet biasa dapat terjadi selama studi tentang diet
jangka panjang yang dirancang untuk menilai asupan makanan biasa seseorang.
Perubahan ini memengaruhi keabsahaannya.
- penilaian kesalahan pengukuran penting dalam studi diet dan penyakit. Penilaian
keslahan dapat dilakukan dengan metode referensi terhadap kesalahan yang tidak
tergantung pada masukan sebenarnya dan adanya unsur kesalahan dalam metode
“pengujian” diet.
Kalibrasi data diet menjadi semakin penting dalam studi kelompok diberbagai
lokasi untuk menyesuaikan adanya bias antar tempat dalam metode pengujian
diet. Nitrogen urin 24 jam dapat digunakan untuk kalibrasi data diet yang
dikumpulkan dalam studi di berbagai lokasi ini.
Ekskresi nutrisi dalam urine
Ekskresi nutrisi tertentu lain dalam urine dimana urine merupakan rute
ekskresi utama juga telah digunakan sebagai penanda bilogis asupan makanan
diet.
- Sodium yang ter-ekskresi dalam urine seringkali digunakan untuk mengukur
asupan makanan sodium diet bukan dengan menghitung masukan sodium dari
asupan makanan dan data komposisi makanan. Korelasi antara asupan sodium dan
ekskresi dapat diperkuat jika variabilitas pada subjek dalam ekskresi sodium urine
44
dihitung dari sampel urine 24 berulang yang dikumpulkan dari seluruh populasi
studi atau hanya dari sub-sampel acak.
- Potassium yang ter-eskresi dalam urine juga dapat digunakan sebagai penanda
biologis dari asupan potassium, kira-kira 77% dari potassium dalam diet
dilaporkan ter-ekskresi dalam urine.
Fatty acids di jaringan adipose
Saat ini tidak ada biomarker cocok untuk diet biasa proses kuntifikasi dari
total asupan lemak. Tidak adanya biomarker sayangnya karena dari total asupan
lemak adalah sulit untuk mengukur konvensionalmenggunakan metode penilaian
diet. Sebaliknya, tingkat tertentu gemuk asam dapat digunakan sebagai
biomarkers dan terkait dengan diet intakes. Secara umum hanya mereka yang
gemuk, asam lemak yang diserap dan disimpan dalam jaringan adipose tanpa
modifikasi dan yang tidak synthesized endogenously digunakan. Beberapa faktor
lain yang mempengaruhi pengukuran profil asam lemak dalam jaringan adipose
juga harus dipertimbangkan:
- asupan makanan dari responden
- jumlah relative dari asam lemak dalam contoh jaringan adipose
- penggunaan suplemen
- polymorphisme genetic pada enzim
- sampling jaringan
- liplysis atau rusaknya lemak yang tersimpan dalam sel lemak
- status gizi (Fe, Zn, Cu dan Mg)
- lipogenesis atau produksi lemak dari metabolisme protein dan karbohidrat
- penyakit: malabsobsi, sirosis hati, syndrome Zellweger
- oksidasi lemak
Tiga kelas fatty acids telah dipelajari dalam kaitannya dengan diet intakes:
beberapa spesifik n-3 dan n-6 polyunsaturated fattu acids, tans unsaturated fatty
aicds dan beberapa nomor ganjil dan Branched-rantai asam berlemak jenuh yang
ditemukan dalam produk susu (ex: pentadecanoic asam dan heptadecanoic asam).
Tidak ada asam lemak yang dihasilkan endogenously, sehingga mereka
semuamemiliki karakteristik yang diperlukan untuk biomarker.
45
Diantara subjek varias dalam asupan makanan, diet penilaian metode yang
digunakan, kualitas makanan komposisi database, penduduk di bawah kelompok
belajar, dan perlakuan statistic dari data tambahan adalah semua sumber berbeda.
Hanya dalam beberapa studi telah dibuat untuk penyesuaian bila karena dalam
subjek-perbedaan dalam jaringan adipose dan biomarker diet intakes.
Asam lemak dalam keping-kepingan darah
Penggunaan plasm/serum atau komponen seluler darah sebagai penanda
biologi intake asam lemak telah dipelajari ekssensif karena sampel darah lebih
sering dibaca daripada jaringan adipose dalam studi epidemiological. Asam lemak
dapat diukur sebagai asam lemak bebas dalam serum, plasma, atau komponen
seluler darah (eritrosit, membrane eritrosit, trombosit). Asam lemak sendiri dapat
juga diukur dalam beberapa pecahan bagian lemak yang ditemukan dalam plasma.
Ini meliputi ester kolesteril dan fosfolipid atau pecahan trigeliserida plasma.
Pengukuran asam lemak bebas merupakan metode yang membuthkan waktu yang
sedikit.
Pengukur Statistik yang Benar
Penggunaan metode statistic akan bergantung pada studi objektif. Untuk
sasatan level satu, hanya berkisar pada pendapat dalam kelompok berdasarkan
perhatian, sedangkan level yang lebih tinggi yaitu sasaran level dua sampai empat
dibutuhkan sebuah pengukuran valid dari data intake dietary pada level individu.
Pengukuran korelasi lainnya
Koefisien barisan korelasi spearman dapat dihitung untuk data dalam
distribusi tidak normal, meskipun pembatasan yang sama diterapkan seperti
pembatasan pada koefisien koreasi Pearson. Koefisien barisan korelasi spearman
juga dapat digunakan ketika tujuan utama pada studi validasi ialah untuk meneliti
seberapa baik metode test pada golongan subjek, lebih baik dari pada penilaian
pada tingkat pesesuaian antara pengujian dan metode referensi.
Dalam kelas korelasi (r1) juga dapat digunakan dan merupakan
pengukuran yang lebih baik untuk gabungan pengukuran interval dari pada
46
koefisien r Pearson. Dalam kelas korelasi membandingkan tingkat
ketidaksesuaian anatar pasangan dan derajat korelasi:
r1 = Sb2−sw
2
Sb2+sw
2
Dimana Sb2 ialah varians jumlah pasangan observasi dan sw
2 adalah varians
perbedaan antara pasangan. Nilai dari r1 secara normal lebih sedikit dari nilai r
(sekitar 0,4) hal ini merupakan indikasi persesuaian yang baik.
Analisis regresi
Analisis regresi dapat ditampilkan sebagai peningkatan korelasi dan lebih
sesuai ketika ketetapan dinilai menggunakan biomarkers.
Klasifikasi silang
Beberapa subjek yang diklasifikasi dalam kategori-kategori, biasanya ada
tiga (tertulis), emapt (kuartil) atau lima (kuantil) dari pemasukan dengan
menggunakan metode tes dan referensi. Klasifikasi silang bagaimanapun
mempunyai limitasi. Faktornya, persentasi kepercayaan akan termasuk kesetujuan
yang terjadi pada kesempatan. Pendekatan ini adalah pengelekan yang terbaik
dengan menggunakan statistic berat badan Kappa Cohen (Kw). Bagaimanapun,
besarnya Kw tergantung pada jumlah kategori yang digunakan.
Mean dan standar deviasi dari perbedaan
Bland dan Altman (1986) kurang mempercayai penggunaan koefisien
korelasi untuk membandingkan dua pengukuran. Pendekatan ini membuat
beberapa asumsi tentang yang mana yang lebih baik, metode tes atau referensi.
Untuk menggunakan pendekatan Bland dan Altman yang pertama hasil
dari metode tes untuk nutrient yang penting hanya diplot secara berlawanan
dengan metode referensi itu dan garis ekualitas (tapi bukan sebuah garis regresi)
yang digambarkan. Plot akan mementingkan beberapa pengeluaran dalam data
dan mengidentifikasi beberapa bias dalam metode tes. Bias akan terlihat jika data
untuk nutrient yang penting dalam metode tes jatuh secara istimewa, di atas atau
di bawah garis ekualitas, meskipun menyebar sepanjang garis.
47
Berikutnya, plot kedua harus digambar untuk masing-masing nutrient,
menggambarkan mean dari tes dan intake referensi untuk masing-masing subjek
yang diplot berlawanan dengan perbedaan antara masing-masing pasangan dari
pengamatan. Jika tidak ada bias dalam metode tes, perbedaan akan
dikelompokkan sepanjang garis horizontal, y = 0 dan perbedaan mean harus nol.
Plot kedua ini juga akan terlihat saat perbedaan antara dua mean menjadi lebih
besar secara progresif atau lebih kecil dengan peningkatan intake. Bland dan
Altman mengulang penjumlahan 95% derajat kepercayaan untuk perbedaan antara
dua metode. Sebuah pendapat selanjutnya dapat dibuat seperti saat kepercayaan
antara metode tes dan referensi dapat diterima.
Analisis dari kategori pengganti
Untuk menggunakan analisis dari kategori pengganti, individu dimasukkan
ke dalam kategori (misalnya kuintil atau kuartil), berdasarkan pada intake dari
nutrient spesifik yang diperkirakan dengan metode tes. Selanjutnya, rata-rata
intake dalam masing-masing kuintil yang dikalkulasi, menggunakan intake
nutrient untuk masing-masing subjek yang dideterminasi oleh metode referensi.
Hal ini member indikasi “benar” atau metode referensi intake nutrient yang
ekuivalen dengan metode tes kuintil. Sebuah jalan analisis varians yang diikutkan
oleh tes Tukey kemudian dapat digunakan untuk determinan saat pemasukan
mean dari kuintil secara statistic mempunyai perbedaan yang signifikan jika
metode tes valid, perbedaan yang seharusnya berbeda secara signifikan dan mean
harus diganti secara regular dari kategori atas ke bawah.
Karena metode ini meliputi kalkulasi pemasukan mean untuk sebuah
kelompok masing-masing kuintil/kuartil. Itu tidak memerlukan hari replikasi
ganda dari intake per individu untuk memberikan “kebenaran”. Meskipun sehari
intake akan memberikan perkiraan yang tidak dibiaskan dari nilai actual untuk
kategori ini.
Pendekatan baru
Model baru telah dikembangkan untuk memperkirakan derajat
kepercayaan antara metode tes dan kenyataan. Ini melingkupi metode triads dan
48
model regresi multivarians. Pembaca diharapkan untuk berkonsultasi pada
seseorang stasisian sebelum menggunakan pendekatan ini.
B. Statistik Vital
Data tidak akurat karena disebabkan oleh karena kesulitan dalam
mengumpulkan data khususnya di Negara-negara yang sedang berkembang.
Kesulitan mendapatkan data yang sahih muncul karena beberapa data cenderung
ditutup-tutupi atau disembunyikan oleh pemerintah karena alasan politik.
Ketidakakuratan data juga disebabkan oleh tenaga pengumpul data yang tidak
mengerti tentang bagaimana mengumpulkan data handal dan sahih.
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Kritik terhadap penilaian status gizi diantaranya keterbatasan pengukuran
tersebut dan kesalahan-kesalahan yang dapat terjadi saat dilakukan
pengukuran.
Penilaian status gizi secara langsung: antropometri diantaranya tidak
sensitive, faktor di luar gizi (penyakit, genetik, dan penurunan penggunaan
energy) dapat menurunkan spesifikasi dan sensitivitas pengukuran
49
antropometri, kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat
mempengaruhi presisi, akurasi, dan validitas pengukuran antropometri
gizi.
Pemeriksaan Klinis yaitu beberapa gejala klinis tidak mudah dideteksi,
gejala klinis tidak bersifat spesifik, adanya gejala klinis yang bersifat
multiple, gejala klinis dapat terjadi pada waktu permulaan kekurangan zat
gizi dan dapat juga terjadi pada saat akan sembuh. Adanya variasi dalam
gejala klinis yang timbul; biokimia, pemeriksaan biokimia hanya bisa
dilakukan setelah timbulnya gangguan metabolisme, membutuhkan biaya
yang cukup mahal, dalam melakukan pemeriksaan diperlukan tenaga yang
ahli, kurang praktis dilakukan di lapangan, pada pemeriksaan tertentu
spesimen sulit untuk diperoleh misalnya penderita tidak bersedia diambil
darahnya, membutuhkan peralatan dan bahan yang lebih banyak
dibandingkan dengan pemeriksaan lain, belum ada keseragaman dalam
memilih reference (nilai normal), dalam beberapa penentuan pemeriksaan
laboratorium memerlukan peralatan laboratorium yang hanya terdapat di
laboratorium pusat sehingga di daerah tidak dapat dilakukan.
Penilaian status gizi secara tidak langsung yaitu survei konsumsi, tingkat
rumah tangga, pencatatan (food account), kurang teliti, sehingga tidak
dapat menggambarkan tingkat konsumsi rumah tangga, begitupula pada
metode pendaftaran makanan (food list method), metode invetaris
(inventory method), pencatatan makanan rumah tangga (household food
record), metode telepon. Begitupula tingkat individu/perorangan, metode
food recall 24 jam estimated food records, penimbangan makanan (food
weighing), metode riwayat makan (dietary history method), metode
frekuensi makanan (food frequency). Kesalahan sistematik dan kesalahan
acak bisa terjadi selama pengukuran konsumsi makanan dan asupan gizi.
Faktor yang terkait dengan laporan kekurangan asupan energi mencakup;
status berat badan, faktor yang sangat sesuai dengan pelaporan yang
rendah, umur dan jenis kelamin, keduanya terkait dengan pelaporan
asupan energi rendah, status sosio-ekonomi, tidak memiliki kesesuaian
50
terhadap pelaporan asupan energi yang rendah, kegiatan yang
berhubungan dengan kesehatan, termasuk merokok dan diet, efek perilaku,
efek-efek psikologis, makanan atau minuman yang spesifik. Data tidak
akurat karena disebabkan oleh karena kesulitan dalam mengumpulkan data
khususnya di Negara-negara yang sedang berkembang. Kesulitan
mendapatkan data yang sahih muncul karena beberapa data cenderung
ditutup-tutupi atau disembunyikan oleh pemerintah karena alasan politik.
III.3 Saran
Setiap kesalahan dari berbagai metode dalam Penilaian Status Gizi dapat
diminimalkan, pihak yang melakukan pengukuran. Sehingga, sebaiknya pihak
yang melakukan Penilaian Status Gizi seharusnya memiliki keterampilan yang
patut diperhitungkan.
Adapun, beberapa metode Penilaian Status Gizi diketahui dapat melengkapi/
menutupi kekurangan satu sama lain, sehingga tidak ada salahnya jika beberapa
metode dapat digunakan serangkai, ketika Penilaian Status Gizi dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. http://www.creasoft.wordpress.com. Diakses pada tanggal 14 Mei 2010,
pukul 10.28
Anonim. http:// www.damandiri.or.id . Diakses pada tanggal 14 Mei 2010, pukul
10.28
Atmarita, Tatang S. Fallah. 2004. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan
Masyarakat. Makalah pada Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII, Jakarta
17-19 Mei 2004
51
Azwar. 2004. Kecenderungan Masalah Gizi Dan Tantangan Di Masa Datang;
Makalah pada Pertemuan Advokasi Program Perbaikan Gizi Menuju Keluarga
Sadar Gizi, di Hotel Sahid Jaya, Jakarta, 27 September 2004
Depkes, RI. 2004. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta.
Gozali, Ahmad. 2010. Hubungan Antara Status Gizi Dengan Klasifikasi
Pneumonia Pada Balita Di Puskesmas Gilingan Kecamatan Banjarsari
Surakarta. http://www.eprints.uns.ac.id. Diakses pada tanggal 14 mei 2011,
pukul 10.26.
Hadi, Hamam (2005). Beban Ganda Masalah Gizi Dan Implikasinya Terhadap
Kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional: Pidato Pengukuhan Jabatan Guru
Besar Pada Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, 5 Februari 2005.
S. Gibson, Rosalind. 2005. Principles of Nutritional Assessment. New York:
Oxford University Press.
Supariasa. et.al. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
Susilowati, 2008. Antropometri. http://www.eurekaindonesia.org. Diakses pada
tanggal 14 Mei 2010, pukul 10.27.
52
Top Related