Catatan Inspirasi Transformasi

210

Transcript of Catatan Inspirasi Transformasi

Page 1: Catatan Inspirasi Transformasi
Page 2: Catatan Inspirasi Transformasi

CITRA

CATATAN INSPIRASI TRANSFORMASI

Inovasi dan Terobosan untuk

Inspirasi Perubahan

Penerbit

Balai Pustaka

KEMENTERIAN KEUANGAN

Page 3: Catatan Inspirasi Transformasi

Catatan Inspirasi Transformasi Inovasi dan Terobosan untuk Inspirasi Perubahan

Diterbitkan oleh

Penerbit dan Percetakan

PT Balai Pustaka (Persero)

Jalan Bunga No.8-8A, Matraman Jakarta Timur

Tel. 021-8583369 Faks. 021-8583369

Website: http://balaipustaka.co.id

BP No. 6610

No KDT. 371.3

Cetakan ke-1 : 2015

Penyusun : Tim Central Transformation Office

Editor : Tim Central Transformation Office

x + 197 hlm.; 14,8 x 21 cm

ISBN: 978-602-260-054-1

Kerjasama Penerbit antara PT Balai Pustaka ( Persero )

dan Central Transformation Office Kementerian Keuangan RI

Copyright © 2015 Kementerian Keuangan RI

Page 4: Catatan Inspirasi Transformasi

ii

TIM KERJA

CENTRAL TRANSFORMATION OFFICE

KEMENTERIAN KEUANGAN

Disclaimer:

Buku Catatan Inspirasi Transformasi (CITRA) merupakan kontribusi dari

seluruh jajaran pegawai Kementerian Keuangan berdasarkan pengalaman,

kisah, atau inovasi pegawai Kementerian Keuangan. Isi merupakan

perspektif individu masing-masing kontributor dan tidak mencerminkan

pendapat Kementerian Keuangan.

Central Transformation Office mengompilasi cerita, dan menyajikan Buku ini

sebagai bagian dari upaya untuk membangkitkan semangat seluruh

pegawai Kementerian Keuangan dalam rangka menyukseskan program

Transformasi Kelembagaan.

Page 5: Catatan Inspirasi Transformasi

iii

Daftar Isi

Daftar Isi.......................................................................................................... iii

Pengantar Menteri Keuangan ............................................................... vii

1 MPN-Info, Aplikasi Seputar Penerimaan - Ichdyan

Thalasa, dikisahkan oleh Muhammad Yogi Iskandar,

Direktorat Jenderal Pajak ........................................................ 1

2 Di Balik SIMPeL, Terobosan Sistem Informasi Di Bidang

Pengadaan - Rachman Sukri, Sekretariat Jenderal ............ 6

3 RTPA Online, Solusi Minimalis Proses Bisnis

Kerumahtanggaan - Andi Nur Syamsudin, Badan

Pendidikan dan Pelatihan Keuangan ................................... 12

4 MAS Kohir Tercinta: Sebuah Testimoni Pengguna Aplikasi -

Suyamto, dikisahkan oleh Wellfrietd Sitompul, Direktorat

Jenderal Pajak .......................................................................... 17

5 Langkah Mudah Tanpa Biaya, Tapi Berarti Bagi Kita - Tim

Pengelolaan LP2P, dikisahkan oleh Dianita

Wahyuningtyas, Inspektorat Jenderal ................................... 22

Page 6: Catatan Inspirasi Transformasi

iv

6 Menjinakkan Dokumen Hardcopy - Mohammad Tsani

Annafari, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai ...................... 28

7 Pemberdayaan Masyarakat Melalui Customs Goes to

Kampoung - Panca Putra Jaya, Direktorat Jenderal Bea

dan Cukai ................................................................................... 33

8 Inovasi Jemput Bola Via Operasi Pasar dan Surat Setoran

Pajak - Jhonny Ricardo Simanjuntak, Direktorat Jenderal

Pajak ............................................................................................ 40

9 Ferrari dan McLaren - Andy Prijanto, Direktorat Jenderal

Pajak ............................................................................................ 46

10 SIPERBAN, Sistem Informasi Pengurangan, Keberatan dan

Banding - Hiqma Nur Agustiningsih, Direktorat Jenderal

Pajak ............................................................................................ 51

11 Kini, Proses Bisnis Jadi Lebih Mudah dan Teratur dengan

ALMIRA - Yunis Kripsiawan Watuaji, Sekretariat Jenderal .. 57

12 Penggunaan Drone dan Foto Udara dalam Kegiatan

Penggalian Potensi Pajak - Bambang Wijono, Direktorat

Jenderal Pajak ........................................................................... 62

13 Membangun Komunikasi Pasca Otonomi Daerah -

S.Sentot Wardoyo, Direktorat Jenderal Pajak ...................... 68

14 Lahirnya Digital Signature dalam Bentuk PIN pada SPM

sebagai Langkah Peningkatan Keamananan Transaksi

Keuangan Elektronik Pemerintah - Dody Dharma

Hutabarat, dikisahkan oleh Windasena Winarno,

Direktorat Jenderal Perbendaharaan ................................... 74

15 Triple One - I Putu Sudiana, Direktorat Jenderal Pajak ....... 79

16 Memanfaatkan SIMDA Untuk Mengoptimalkan

Penerimaan Pajak - La Masikamba, Direktorat Jenderal

Pajak ............................................................................................ 85

Page 7: Catatan Inspirasi Transformasi

v

17 Formulir Pelayanan: Upaya Sederhana Menjamin Kualitas

Pelayanan - Toupik Kurohman, Direktorat Jenderal Bea

dan Cukai ................................................................................... 90

18 Sepenggal Kisah MATAPPA - Agusman, Direktorat

Jenderal Pajak ........................................................................... 96

19 Implementasi Penganggaran Berbasis Kinerja di

Kementerian Keuangan - Marudut R. Napitupulu,

Sekretariat Jenderal .................................................................. 100

20 Sepenggal Kisah TPT Offline - Fahmi Harzi, dikisahkan

oleh Hasan, Direktorat Jenderal Pajak .................................. 107

21 Menu Mesin Antrian Terpadu Layanan Satu Atap - Yogi

Bekti Swasana, Direktorat Jenderal Perbendaharaan ....... 112

22 Kumpulan Modul Satker - Andika Rohman Prasetia,

Direktorat Jenderal Perbendaharaan ................................... 117

23 Rekonsiliasi Eksternal KPPN Vs Satker Melalui Email - Nur

Abdul Haris, Direktorat Jenderal Perbendaharaan ............ 123

24 Work Effectively with Community - Ardiyanto Basuki,

dikisahkan oleh Hasan, Direktorat Jenderal Pajak .............. 128

25 Tim Kreatif - Dian Handayani, Direktorat Jenderal

Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko ................................... 134

26 Buka Hati Buka Pikiran - Agus Suharsono, Badan

Pendidikan dan Pelatihan Keuangan ................................... 139

27 Assessment Center: Salah Satu Pilar Merit System

Kementerian Keuangan - Zuraida Retno Pamungkas,

dikisahkan oleh Anang Rohmawan, Sekretariat

Jenderal ...................................................................................... 144

Page 8: Catatan Inspirasi Transformasi

vi

28 AGREGAT: Pemanfaatan Data Perpajakan Jadi Mudah -

Khoiril, Tomi Wardana, Susanto, Dhilalurrahman,

Direktorat Jenderal Pajak ......................................................... 150

29 Rapat Kecil, Awal Transformasi untuk Indonesia - Sarimin,

Direktorat Jenderal Perbendaharaan ................................... 156

30 Meniti Jalan Setapak Menuju Kesempurnaan - Eko

Purbono, Sekretariat Jenderal................................................. 162

31 Kisah Sebuah Kantor Kecil di Kota Besar - Yetty Yulianty,

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai ....................................... 169

32 Inovasi Proses Bisnis Melalui Desain Flowchart dan

Infografis dalam Rangka Transformasi Kementerian

Keuangan - Syena Idfilandu, Sekretariat Jenderal ............. 175

33 Inspirasi Transformasi melalui e-Auction DJKN

Kementerian Keuangan - Tim e-Auction, Direktorat

Jenderal Kekayaan Negara .................................................... 180

34 Satgas Penanganan Faktur Pajak yang Tidak

Berdasarkan Transaksi yang Sebenarnya - Nur Fathoni,

Direktorat Jenderal Pajak ......................................................... 187

35 Penerapan Sistem Informasi dalam Program

Perencanaan Peraturan Perundang-undangan dengan

Aplikasi SIMFONI – Bakhtiar Amaludin, dikisahkan oleh

Yunis Kripsiawan Watuaji, Sekretariat Jenderal .................... 193

Page 9: Catatan Inspirasi Transformasi

vii

Pengantar Menteri Keuangan

Melalui kesempatan ini, saya mengucapkan terima kasih kepada para

pegawai Kementerian Keuangan yang telah menunjukkan dedikasi yang

tinggi melalui berbagai inovasi yang telah memberikan manfaat bagi para

pemangku kepentingan. Berbagai inovasi dan terobosan yang dihasilkan

merupakan wujud kepedulian dan rasa tanggung jawab yang tinggi untuk

mewujudkan Kementerian Keuangan yang lebih baik. Di samping itu, inovasi

yang dilakukan menunjukkan bahwa pegawai Kementerian Keuangan

memiliki semangat yang tinggi dalam melaksanakan transformasi.

Kisah-kisah yang terangkum di dalam buku Catatan Inspirasi

Transformasi ini diharapkan mampu memicu dan memacu semangat segenap

pegawai Kementerian Keuangan untuk senantiasa melakukan transformasi

yang berorientasi pada outcome di dalam pelaksanaan tugasnya. Berbagai

keberhasilan inovasi dan terobosan yang dikisahkan di dalam buku ini

diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi unit lain untuk melakukan inovasi

dan terobosan serupa.

Page 10: Catatan Inspirasi Transformasi

viii

Semangat perubahan yang dibangun melalui upaya-upaya

transformasi sebagaimana dikisahkan di dalam buku ini akan menjadi

modalitas di dalam upaya perubahan yang lebih mendasar yang sedang

berlangsung di Kementerian Keuangan, yaitu Transformasi Kelembagaan.

Segenap pegawai Kementerian Keuangan diharapkan agar berpartisipasi

dan mendukung keberhasilan Program Transformasi Kelembagaan yang

manfaatnya tidak hanya untuk Kementerian Keuangan yang lebih baik,

namun juga untuk Indonesia yang lebih baik.

Salam Transformasi....

Jakarta, Mei 2015

ttd. .

Bambang P.S. Brodjonegoro

Page 11: Catatan Inspirasi Transformasi

1

MPN-Info, Aplikasi Seputar Penerimaan

Ichdyan Thalasa KPP Pratama Biak,

dikisahkan oleh Muhammad Yogi Iskandar KPP Pratama

Bireuen

Direktorat Jenderal Pajak

Direktorat Jenderal Pajak (DJP) bertugas mengumpulkan penerimaan

yang bersumber dari Pajak. Dalam pekerjaan sehari-hari, salah satu tugas para

punggawa DJP adalah mengawasi pembayaran pajak yang dilakukan oleh

para Wajib Pajak (WP). Pengawasan pembayaran pajak tersebut dilakukan

melalui Modul Penerimaan Negara atau lazim disebut MPN. Direktorat

Jenderal Pajak, melalui Direktorat TIP, telah menyediakan sebuah aplikasi web

untuk memantau penerimaan yang disebut MPN Harian Rekon. MPN Harian

1

Page 12: Catatan Inspirasi Transformasi

2

Rekon ini menyajikan data penerimaan dalam bentuk bulanan yang dapat

diunduh datanya dalam format csv atau Excell.

Kendala yang ada selama ini adalah, para fiskus khususnya yang

berada di KPP, membutuhkan data penerimaan yang jenisnya bermacam-

macam. Karena kebutuhan yang bermacam-macam itu masing-masing fiskus

mengolah data penerimaan sesuai dengan selera dan kebutuhan masing-

masing. Hal ini menjadi masalah ketika para fiskus tidak memiliki kemampuan

yang sama dalam mengolah data sehingga bisa saja data yang dihasilkan

antara satu fiskus dengan fiskus lainnya berbeda.

Selain itu, dalam pengolahan data MPN ini, para fiskus juga harus

mengunduh data penerimaan dari MPN Harian Rekon setiap ingin

memutakhirkan data. Hal ini sangat merepotkan apabila dilakukan setiap hari.

Satu hal lagi yg menjadi perhatian saya adalah tidak semua pegawai DJP

mempunyai hak akses ke MPN Harian Rekon. Menurut saya, setiap pegawai

DJP seharusnya punya akses ke MPN karena dari MPN-lah hasil kerja pegawai

DJP terlihat.

Sebenarnya untuk mengatasi kendala di atas beberapa KPP telah

membuat aplikasi penerimaan berbasis web yang bisa diakses di KPP masing-

masing. Aplikasi-aplikasi tersebut memiliki keunggulan dan kekurangan

masing-masing. Sayangnya tidak semua KPP memiliki SDM yang mampu

membuat aplikasi penerimaan berbasis web. Selain itu aplikasi-aplikasi tadi

juga dibuat atas kebutuhan KPP masing-masing sehingga sangat jarang

digunakan di KPP lain.

MPN-Info, itulah nama aplikasi yang diciptakan oleh Ichdyan Thalasa,

Operator Console (OC) KPP Pratama Biak. Ide awal pembuatan aplikasi ini

dimulai ketika saya bertemu dengan beliau di Diklat Operator Console di

Jakarta pada bulan Mei 2012. Pada waktu itu saya meminta Ichdyan untuk

membuatkan aplikasi yg bisa membaca file Excel atau Database Access yang

Page 13: Catatan Inspirasi Transformasi

3

berisi data penerimaan, dan kemudian membuatkan filter pencarian data

penerimaan. Saya meminta aplikasi seperti ini karena pada waktu itu, Aplikasi

MPN Harian Rekon belum memiliki filter pencarian. Kira-kira 10 bulan kemudian,

tepatnya pada 19 Maret 2013, saya mendapatkan sebuah email dengan

subjek "MPN-Info". Pada hari itulah MPN-Info mulai ada di lingkungan DJP.

Pada awalnya kami membuat MPN-Info untuk meringankan pekerjaan

OC. OC sering kali diminta Kepala Kantor atau AR untuk mempersiapkan data

penerimaan. Biasanya permintaan tersebut berulang-ulang dilakukan setiap

hari yang pada akhirnya membuat OC agak repot apabila jenis data yang

diminta berbeda-beda. Setelah kurang lebih setahun berjalan, akhirnya saya

pun menjadi AR. MPN-Info pun mulai mengakomodasi data penyampaian SPT

dan juga menyediakan data penerimaan terkait Seksi Ekstensifikasi dan

Pemeriksaan/Penagihan. Selain itu di KPP saya sendiri, dengan menggunakan

MPN-Info, Seksi Pelayanan dan Seksi PDI juga diinstruksikan untuk mengecek

NTPN SSP yang dilampirkan di SPT apakah benar sudah disetorkan atau tidak.

Bahkan di KP2KP yang berada di bawah KPP pun, MPN-Info ini dapat

digunakan untuk memantau data penerimaan, walaupun di KP2KP biasanya

Page 14: Catatan Inspirasi Transformasi

4

tidak ada pelaksana yang mengurusi data penerimaan. Pada akhirnya,

melalui MPN-Info ini, hampir setiap seksi yang berada di bawah KPP dapat

melihat data penerimaan.

Satu hal yang membedakan MPN-Info dengan aplikasi sejenis lainnya

adalah MPN-Info dibuat agar dapat digunakan di seluruh unit kerja Kanwil dan

KPP di seluruh Indonesia. Selain itu berbeda dengan aplikasi penerimaan yang

biasanya berbasis web, MPN-Info bisa dibilang merupakan aplikasi

penerimaan pertama yang

berbasis desktop. Mungkin ada

yang bilang bahwa aplikasi

berbasis desktop akan susah di-

update, tapi tidak dengan MPN-

Info. Dengan fitur automatic

update-nya MPN-Info akan

otomatis ter-update apabila ada

update-an baru yang dibuat oleh

Mas Ichdyan. Dan karena ada

fitur ini juga, pengembangan

MPN-Info dapat disesuaikan

dengan perubahan aturan yang

terjadi. Sebagai contoh ketika

berlakunya PMK- 206.2 terjadi

pemisahan fungsi pengawasan

dan konsultasi, dalam jangka waktu 2 minggu setelah berlakunya PMK tersebut

MPN-Info telah mengakomodir pokok-pokok perubahan yang ada.

Keunggulan MPN-Info lainnya adalah sifatnya open source dan

crowdsource. Crowdsource disini diwujudkan dalam dukungan aplikasi

maupun penyampaian ide pengembangan aplikasi melalui Forum

Shalahuddin di Intranet DJP maupun Forum Telegram MPN-Info melalui internet.

.

Page 15: Catatan Inspirasi Transformasi

5

Forum tersebut diisi oleh pegawai DJP dengan latar belakang jabatan dan

seksi yang berbeda. Hal ini membuat MPN-Info dapat mengakomodir

kebutuhan KPP yang berbeda-beda. Selain itu apabila terdapat bug atau

masalah dalam aplikasi, pengguna Aplikasi MPN-Info dapat dengan cepat

memberitahu sehingga penanganannya dapat dengan cepat dilakukan.

Salah satu fitur andalan MPN-Info adalah fitur lokasi atau geotagging

WP. Hal ini dimaksudkan agar para pengguna di KPP bisa mengetahui lokasi

WP yang terdaftar di kantornya masing-masing. Lokasi WP tersebut dapat

digunakan oleh AR atau Fungsional Pemeriksa (FP), maupun pegawai lain

untuk mengetahui posisi domisili WP. Bahkan di beberapa KPP, ketika pegawai

hendak melakukan dinas kunjungan kerja ke WP, pegawai tersebut diwajibkan

untuk tag lokasi WP tersebut agar dikemudian hari lokasinya gampang

ditemukan. Berbicara soal tag lokasi, MPN-Info juga hadir dalam versi Android.

Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah AR atau FP dalam melihat data

penerimaan ketika sedang berkunjung ke WP. Selain itu di dalam MPN-Info

Android juga ada fitur untuk tag lokasi tadi, sekaligus fitur navigasi berbasis

Google Maps

Saya sangat berharap di masa depan KPDJP dapat membuka keran

data yang dapat diakses dengan mudah, untuk melengkapi data yang sudah

ada pada Aplikasi MPN-Info. MPN-Info ini menurut saya memiliki potensi untuk

menjadi DSS (Decision Support System) dalam pekerjaan sehari-hari di DJP.

Tampilan yang sederhana dan sifatnya yang user- friendly membuat aplikasi ini

mudah digunakan. Dengan jumlah hampir 3500 pengguna yang tersebar di

210 KPP, saya rasa tidak salah jika MPN-Info ini go national menjadi salah satu

alat untuk penggalian potensi.

.

Page 16: Catatan Inspirasi Transformasi

6

Di Balik SIMPeL, Terobosan Sistem Informasi di Bidang Pengadaan

Rachman Sukri Pegawai Pusat LPSE, Project Manager

Pengembangan SIMPeL

Sekretariat Jenderal

Pengembangan aplikasi Sistem Infomasi Manajemen Pengadaan

Langsung (SIMPeL) yang menjadi salah satu quick wins program Transformasi

Kelembagaan Sekretariat Jenderal, memiliki perjalanan yang panjang sejak

digagas pada Oktober 2012, kemudian diluncurkan pada 5 November 2014

dan menjadi satu dari quick wins Transformasi Kelembagaan yang diselebrasi

pada tanggal 6 Januari 2015.

2

Page 17: Catatan Inspirasi Transformasi

7

Jika melihat kembali kilas balik pengembangan sistem ini, sungguh tidak

disangka bahwa gagasan yang bermula dari rasa kesal terhadap penyedia

pengadaan langsung yang seenaknya menentukan harga dan tidak

profesional dalam memberikan layanan purna jual kepada

pelanggan/pengguna, kemudian menjadi sebuah rancangan proses bisnis

dan sistem informasi yang besar, yang pada akhirnya diwujudkan dalam

sebuah aplikasi SIMPeL. Rasa kesal tersebut sebenarnya merupakan puncak

dari sebuah keprihatinan mendalam terhadap pelaksanaan pengadaan

langsung yang tidak transparan, jarang diawasi, dan tidak dikelola dengan

baik. Kondisi seperti ini tentu akan berdampak pada menurunnya tingkat

efisiensi dan efektifitas pengadaan langsung, serta menurunkan kepercayaan

masyarakat terhadap proses pengadaan barang/jasa pemerintah.

Ide pemikiran tersebut muncul pada rapat internal Pusat LPSE di bulan

Oktober 2012, dimana Kepala Pusat LPSE waktu itu, Bapak Moh. Hatta meminta

masukan kepada para pejabat

Eselon III dan IV mengenai peran apa

yang bisa diambil oleh Pusat LPSE

untuk meningkatkan akuntabilitas

dan transparansi pengadaan

langsung. Hal ini sejalan dengan

peningkatan batasan pengadaan

langsung yang diatur dalam

Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun

2012, yaitu untuk pengadaan

langsung barang/pekerjaan kon-

struksi/jasa lainnya yang semula

sampai dengan 100 juta menjadi 200

juta, dan pengadaan jasa konsultansi

sampai dengan 50 juta. Sedangkan

.

Page 18: Catatan Inspirasi Transformasi

8

saat itu pengadaan langsung masih dilakukan secara manual yang memiliki

beberapa kelemahan dari sisi transparansi dan akuntabilitas. Hal ini tidak

seperti pada pengadaan yang menggunakan metode lelang dan seleksi

yang sudah menggunakan sistem pengadaan secara elektronik atau e-

procurement.

Pada kesempatan tersebut, saya selaku Kepala Subbidang

Pemeliharaan Infrastruktur Sistem memberikan masukan/usulan untuk

membangun aplikasi e-pengadaan langsung. Usulan tersebut langsung

disetujui oleh Kepala Pusat dan diminta untuk ditindaklanjuti.

Aplikasi e-pengadaan langsung ini sempat mengalami perubahan

nama. Semula aplikasi ini bernama Sistem e-Pengadaan Langsung (SePL),

kemudian saat rapat pembahasan sistem dengan Inspektorat Jenderal

dibahas nama lain, yaitu Sistem Informasi Manajemen Pengadaan Langsung

(SIMPeL). Nama tersebut dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa aplikasi ini

diperuntukkan untuk pengadaan yang bersifat “simpel”, nilainya kecil, dan

metode pengadaannya juga sederhana. Usulan tersebut kemudian disetujui

oleh peserta rapat, dan SIMPeL ditetapkan menjadi nama aplikasi e-

pengadaan langsung.

Secara garis besar, inovasi pembangunan sistem ini mencakup dua hal,

yaitu :

a. Proses pengadaan langsung secara elektronik.

Inti dari inovasi ini adalah mengelektronikkan proses pengadaan langsung

yang semula dilakukan secara manual menjadi secara elektronik,

termasuk pula proses audit yang dilakukan melalui modul e-Audit (saat ini

modul e-Audit masih dalam tahap pengembangan dan akan dirilis di versi

3.0.0 pada Oktober 2015).

b. Manajemen database hasil pengadaan langsung.

Page 19: Catatan Inspirasi Transformasi

9

Inovasi ini meliputi pengelolaan dan penyajian informasi mengenai

perbandingan harga per kategori dan per jenis barang/jasa sampai

dengan detail spesifikasi, per daerah dan per periode. Informasi ini

nantinya akan berguna dalam penyusunan spending analysis, seperti

analisis kebutuhan suatu jenis barang atau analisis kecenderungan

penggunaan suatu merek tertentu per daerah dan per periode, serta

analisis standar biaya. Disamping itu juga mencakup manajemen data

penyedia untuk pengembangan vendor management pengadaan

langsung.

Pembangunan dan pengembangan aplikasi SIMPeL ini selain

melibatkan tim pengembang aplikasi, juga melibatkan tim regulasi dan

kebijakan, pejabat dan staf Pusat LPSE, Biro Perlengkapan, Biro Hukum, serta

Inspektorat Jenderal selaku aparat pengawas internal pemerintah di

Kementerian Keuangan. Selain itu, tim pengembang juga meminta masukan

dari PPK, Pejabat Pengadaan, dan penyedia terkait implementasi sistem pada

saat kegiatan field testing dan sosialisasi di beberapa daerah dan kantor pusat.

Dengan diimplementasikannya pengadaan langsung secara elektronik

melalui aplikasi SIMPeL, diperoleh beberapa manfaat yang dapat dirasakan

langsung oleh pemangku kepentingan, antara lain sebagai berikut:

a. Memperluas referensi penyedia pengadaan langsung.

b. Sebagai salah satu referensi dalam penyusunan HPS (akan dikembangkan

pada versi berikutnya).

c. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi pengadaan langsung.

d. Sebagai e-filing dokumentasi pengadaan langsung.

e. Meningkatkan efektifitas dan kualitas pelaporan pengadaan langsung.

Meskipun terdapat pro kontra dalam implementasi SIMPeL ini, namun

respon dari pengguna sistem rata-rata sangat baik. Salah satunya adalah

tanggapan dari Bapak CM. Susetya, Kepala Bagian Umum dan Komunikasi

Page 20: Catatan Inspirasi Transformasi

10

Pengawasan Inspektorat Jenderal. Pada

rapat dalam kantor pembahasan

kegiatan monitoring dan evaluasi,

dengan penuh semangat beliau

mengajak Unit Eselon I lainnya untuk

menggunakan SIMPeL, “Tidak ada yang

perlu ditakuti untuk menggunakan

simpel, aplikasi ini memang benar-benar

simpel, proses-nya sangat sederhana dan

mudah” ujarnya.

Disamping itu terdapat pula

beberapa

Kementerian/Lembaga/Instansi yang

ingin bekerja sama menggunakan aplikasi SIMPeL, diantaranya dari ANRI,

SETNEG, BPK, termasuk juga dari Pemprov Kalimantan Selatan dan Universitas

Dipenogoro Semarang yang telah melakukan studi banding ke Pusat LPSE dan

ingin melakukan kerja sama penggunaan aplikasi SIMPeL. Namun untuk saat

ini keinginan tersebut belum dapat dipenuhi, karena masih perlu dilakukan

evaluasi penerapan sistem tersebut di lingkungan Kementerian Keuangan,

serta mempersiapkan dari sisi IT Operation.

Perlu diakui bahwa untuk mengimplementasikan sistem ini bukanlah

suatu hal yang mudah. Tantangan terberat adalah perubahan mindset para

pelaku pengadaan langsung (PPK, Pejabat Pengadaan, PPHP, Penyedia)

untuk mau bertransformasi menerima sistem pengadaan yang baru. Untuk

mengatasi hal ini, selain dari penguatan sosialisasi dan pelatihan, juga perlu

ditempuh pendekatan lain meliputi peningkatan peran para pengelola LPSE

daerah sebagai agen perubahan, koordinasi dan kerja sama dengan unit

eselon I, kerja sama dengan Itjen, dan pemanfataan semua jalur media

komunikasi dan publikasi, seperti berita melalui web, majalah, brosur/leaflet,

.

Page 21: Catatan Inspirasi Transformasi

11

banner, pemberian souvenir, dan sebagainya. Inti dari aksi ini adalah

bagaimana pesan manfaat implementasi SIMPeL dapat tersampaikan

dengan baik kepada para pengguna sistem atau pemangku kepentingan,

terutama penyampaian tujuan dari pembuatan aplikasi ini yaitu untuk

memperkuat pengadaan dan pengelolaan aset.

Namun demikian, walaupun tantangan yang dihadapi begitu berat,

semangat perubahan, khususnya untuk membuat sistem pengadaan menjadi

lebih baik tidak akan pernah terhenti, sebagaimana ungkapan Gede Prama

dalam bukunya “Inovasi atau Mati”, “Siapapun dan di manapun ia berada,

ia tidak akan pernah bisa mengelak dari paksaan empat I, yaitu Inovasi,

Inovasi, Inovasi, dan Inovasi. Makhluknya memang satu (inovasi), namun ia

mesti dilakukan selama kita masih bernapas”. Mari bertransformasi.

Page 22: Catatan Inspirasi Transformasi

12

RTPA Online, Solusi Minimalis Proses Bisnis Kerumahtanggaan

Andi Nur Syamsudin Pelaksana pada Pusdiklat

Pengembangan SDM,

Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan

Tidak pernah terbayangkan sebelumnya, saya akan bekerja di

subbagian Rumah Tangga dan Pengelolaan Aset (RTPA), Pusdiklat

Pengembangan SDM (PPSDM), BPPK. Berawal dari adanya formulir usulan

rotasi internal kantor yang menanyakan tempat tujuan rotasi di PPSDM, tanpa

pretensi saya menulis, “kemana saja, semoga menjadi pilihan yang terbaik”.

3

Page 23: Catatan Inspirasi Transformasi

13

Mungkin dari situlah saya akhirnya mengalami mutasi internal per Januari 2015

ke subbagian berakronim RTPA ini. Saya merasa tertantang!

Setelah menjalani waktu bekerja di subbagian RTPA ini, saya

menemukan bahwa pekerjaan yang ditangani oleh subbagian RTPA ini sangat

kompleks dan beragam, kalau boleh saya sarikan dalam empat penjelasan

singkat, yaitu:

Pertama, RTPA ibarat subbagian lain-lain. Semua pekerjaan yang tak

dikerjakan oleh subbagian yang lainnya adalah pekerjaan subbagian RTPA.

Dengan tiga bidang Pusdiklat PSDM yang memiliki karakteristik masing-masing,

belum adanya proses bisnis yang jelas sehingga Bagian Tata Usaha pun harus

menyesuaikan, sedangkan subbagian RTPA wajib menunjang semua proses

bisnis tersebut.

Kedua, lingkup kinerjanya meliputi semua konversi kas. Kalau kas dikelola

oleh Subbagian Perencanaan dan Keuangan, maka semua konversi kas

dilakukan oleh subbagian RTPA. Mulai dari yang terkecil misal Alat Tulis Kantor,

Barang Milik Negara, Gedung, hingga Pengelolaan SDM non-PNS.

Ketiga, kinerja RTPA memberikan pengaruh secara tidak langsung bagi

kinerja Pusdiklat secara keseluruhan. Sehingga sarat menjadi sasaran keluhan,

kritik bahkan terkadang sindiran. Kami harus siap mental.

Keempat, ladang kreativitas. Menyambung penjelasan pertama, bila

semua hal yang tak dikerjakan bidang lain adalah pekerjaan RTPA, maka

dengan kata lain ladang kreativitas terhampar luas.

Dari hal-hal diatas, sembari memanfaatkan waktu yang luang pasca

rotasi saya melakukan beberapa eksperimen. Dimulai dari pemetaan teknis

pekerjaan, terdapat beberapa praktik yang saya rasa janggal. Misalnya,

permintaan ATK yang ditulis menggunakan tulisan tangan saja, peminjaman

Page 24: Catatan Inspirasi Transformasi

14

mobil dinas via chatting, peminjaman ruang didasari kedekatan dengan

satpam sehingga terkadang terjadi perebutan ruang. Semua itu merujuk pada

akuntabilitas yang kurang.

Berkaca dari hal-hal tersebut, saya mencoba membuat konsep sistem

formulir berbasis internet. Berharap bila sukses nanti, akan terjadi perubahan

mindset para pemangku kepentingan internal khususnya dalam

menyampaikan permintaan layanan. Meskipun saya diberikan amanat untuk

mengelola ATK, saya tidak hanya membuat e-form pengelolaan ATK saja

melainkan juga membuat e-form BMN, Peminjaman Ruang, Pengantaran

Surat, bahkan form untuk Masukan.

Gayung bersambut, usulan saya tersebut disambut dengan antusias

oleh rekan-rekan RTPA yang sebagian besar adalah anak muda. Semangat

mereka begitu tinggi. Dalam sebuah forum perbincangan, kami membuat

deadline pengalihan sistem terkait perubahan tersebut. “Ini momen yang

bagus, mengingat subbag kita ketambahan satu orang”, kata salah seorang

rekan.

Hasil perbincangan dengan rekan-rekan akhirnya didengar oleh

kasubbag. Beliau memberi masukan atas e-form yang sudah kami bicarakan

bersama. Hasilnya positif, bahkan usulan ke kasubbag ternyata masuk ke

pembahasan rapat Bagian Tata Usaha. “Saya tunggu ya mas, secepatnya”,

komen Kepala Bagian Tata Usaha. “Nanti nota dinasnya dibuat, biar

diumumkan ke semuanya”. Alhasil, setelah hampir dua bulan bereksperimen,

pertengahan April 2015 menjadi momen dinotakannya Nota Dinas

Softlaunching RTPA Online. Nota Dinas tentang lima layanan e-form RTPA, yang

dapat diakses melalui blog dengan alamat layananrtpa.wordpress.com.

Berikut gambaran lima layanan tersebut:

1. Permohonan Alat Tulis Kantor (ATK), baik rutin maupun untuk diklat

Page 25: Catatan Inspirasi Transformasi

15

Diawali dari mengisi identitas dan memilih ATK di e-form berbasiskan

google form, permintaan akan masuk ke sistem online google drive.

Setelah dipindahkan ke sistem offline berbasis mail merge dengan aplikasi

word, formulir permintaan (berupa dokumen softcopy), sekaligus tanda

terimanya kemudian dicetak atau di-email ke pemohon setelah ATK-nya

dipenuhi. Harapannya, pemohon ATK melengkapi tanda tangan

dokumen, baru kemudian menyampaikannya kembali ke Subbagian

RTPA sebagai dokumen legal. Sederhana bukan?

2. Peminjaman BMN

Beraneka agenda bidang di Pusdiklat Pengembangan SDM, seperti

seminar, diklat, tes, dan seleksi banyak memerlukan BMN. BMN-BMN

seperti mobil dan motor dinas, laptop, proyektor, kamera, tentu perlu

dikelola sebaik mungkin agar pertanggungjawabannya valid.

Prosedurnya mirip dengan permohonan ATK. Pegawai peminjam akan

menandatangani formulir hasil entry ke e-form setelah BMN

dialihpinjamkan. Nah, bedanya dalam form tersebut ada semacam

komitmen untuk memelihara BMN dengan baik selama peminjaman.

3. Peminjaman Ruang

Walaupun dokumen hardcopy peminjaman ruang belum dipraktekkan,

e-form ini sengaja dibuat sebagai langkah awal untuk mewujudkan

akuntabilitas penggunaan ruang. Prosedurnya mirip peminjaman BMN.

Harapannya, dokumen outputnya bisa menjadi pegangan satpam

dalam memonitor penggunaan ruang kantor.

4. Masukan

“Semua mata tertuju padamu”, tagline RTPA ini menjadi ihwal dibuatnya

e-form ini. Saran dan kritik bisa diketik sesuai objeknya, meliputi pegawai

honorer, ATK, BMN, bangunan dan taman, juga konsumsi. Jenis masukan

dapat meliputi penambahan, perbaikan, juga penghapusan. Khusus

masukan terkait teknisi (bangunan dan BMN), formulir masukan akan

Page 26: Catatan Inspirasi Transformasi

16

dieksekusi sesuai prosedur. Pihak yang mangajukan perbaikan dan teknisi

akan menandatangani formulir bila perbaikan sudah dilakukan.

5. Pengiriman Surat

E-form ini merupakan pesanan khusus caraka. Terkendala skala prioritas

pengiriman surat yang cukup banyak di Pusdiklat PSDM, akhirnya e-form

ini dibuat dan dikelola caraka. Tak ada formulir hardcopy sebagai

dokumentasi proses bisnis ini. Yang ada hanya kontrol dalam bentuk excel

yang dapat dipantau oleh caraka, atau bila perlu disampaikan kepada

pihak pembuat surat yang membutuhkan.

Nota Dinas Softlaunching RTPA Online bukan berarti membuat

semuanya berubah dalam seketika. Banyak hal yang masih perlu dilakukan

demi terlaksananya perubahan itu. Karena banyak pula suara muncul pasca

digencarkannya nota dinas tersebut. Bahkan, hingga ditulisnya artikel ini, masih

ada pegawai yang menyampaikan permintaan layanan secara lisan. Kalau

diingatkan, ia berdalih, “Lhah, kamu yang ngentri lah!”. Walau ditimpali

candaan, hal tersebut membuat kami geleng-geleng kepala.

Melihat kenyataan itu, ibarat mata elang , rekan-rekan RTPA tetap fokus

dalam mencari celah kekurangan perubahan agar dapat diperbaiki dan

disempurnakan. Kami meyakini bahwa perubahan ini takkan terjadi tanpa

kerja tim. Maka, koordinasi dengan pegawai honorer dioptimalkan, SOP

disempurnakan, monitoring ditautkan ke internet, karena kami juga meyakini

bahwa masih banyak ladang kreatifitas lain yang bisa dijadikan ajang

perubahan.

Page 27: Catatan Inspirasi Transformasi

17

MAS Kohir Tercinta: Sebuah Testimoni Pengguna Aplikasi

Suyamto Kepala Seksi PDI KPP Madya Medan,

dikisahkan oleh Wellfrietd Sitompul Kepala Seksi Penagihan

KPP Pratama Medan Belawan

Direktorat Jenderal Pajak

Bagaimana saya tidak langsung jatuh cinta pada MAS Kohir ini, soalnya

dia sangat baik membantu saya dalam bekerja. Mau tahu siapa MAS Kohir ini?

MAS Kohir ini bukanlah nama orang tetapi suatu aplikasi. Saya

berkenalan dengan MAS Kohir sejak ditugaskan di Kantor Pelayanan Pajak

(KPP) Pratama Medan Belawan. Berawal saat saya dipromosikan menjadi Kasi

Penagihan di KPP tersebut. Saya langsung mencari tahu apa tugas dan fungsi

4

Page 28: Catatan Inspirasi Transformasi

18

(tusi) dari Seksi Penagihan, yakni melakukan urusan penatausahaan piutang

pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan

penghapusan piutang pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen

penagihan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 167/PMK.01/2012

tanggal 6 Nopember 2012.

Menurut saya salah satu yang

merepotkan adalah mengerjakan

penatausahaan piutang pajak dan

pencarian dokumen pada saat

diperlukan. Saya tidak bermaksud untuk

mengatakan bahwa pekerjaan tersebut

adalah pekerjaan yang super sulit,

namun juga tidak mau

menyepelekannya. Pengalaman pribadi

menunjukkan tidak sedikit kejadian dan

kasus yang sederhana menjadi pelik

gara-gara dokumen lupa dimana

meletakkan dan menyimpannya.

Sebelumnya penataan berkas penagihan masih manual atau belum

ada aplikasi yang dapat mempermudah untuk mengelola penataan berkas

penagihan. Masalah yang sering timbul adalah relatif sulitnya menemukan

kembali dokumen dengan cepat dan tepat apabila dibutuhkan. Berdasarkan

data Aplikasi Laporan Pemeriksaan dan Penagihan (ALPP) bahwa jumlah kohir

yang harus diarsipkan saja sebanyak 63.437 kohir dan jumlah Wajib Pajak (WP)

yang mempunyai hutang pajak adalah sebanyak 9.791. Itu masih kohirnya

saja, belum termasuk dokumen lainnya seperti keputusan/putusan atas upaya

hukum yang dilakukan oleh WP tersebut, seluruh bukti pembayaran tunggakan

pajak dari WP, Bukti Pemindahbukuan, dokumen tindakan penagihan,

dokumen penagihan lainnya. Walau bagaimanapun kami harus mengerjakan

.

.

Page 29: Catatan Inspirasi Transformasi

19

penataan berkas penagihan karena diwajibkan tertib administrasi sesuai

dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak nomor: SE-29/PJ/2012 tanggal 11

Mei 2012 tentang Kebijakan Penagihan Pajak.

Untungnya tidak berapa lama kemudian kebetulan sekali diadakan

lomba pelayanan di lingkungan DJP, agar kantor kelihatan rapi, maka Kepala

Kantor mengingatkan agar dokumen-dokumen ditatausahakan dengan rapi.

Ternyata Bapak Sujarwo, Kepala KPP Pratama Medan Belawan, sudah

mendengar bahwa Bapak Suyamto membuat aplikasi Manajemen Berkas,

beliau memberitahu nomor handphone Bapak Suyamto dan menginginkan

agar saya segera menghubungi Bapak Suyamto dan minta izin agar aplikasi

itu dapat dipakai juga di KPP Pratama Medan Belawan.

Saya pun langsung menghubungi Bapak Suyamto. Pada saat

berkenalan dengan beliau ternyata beliau ramah dan bersedia

memperkenalkan aplikasi Manajemen Berkas yang diciptakannya yang

dinamainya MAS Kohir yang

merupakan singkatan dari

Manajemen Berkas Kohir. Atas seijin

beliau aplikasi MAS Kohir dapat

dipakai di kantor saya dan tidak

tanggung-tanggung beliau

melakukan sharing knowledge

dengan membimbing dan

membantu bagaimana melakukan

penatausahaan berkas. Itulah cerita

singkat saya berkenalan dengan MAS

Kohir. Seingat saya aplikasi MAS Kohir

ini mulai digunakan di KPP Pratama

Medan Belawan pada awal

Nopember 2013.

.

Page 30: Catatan Inspirasi Transformasi

20

Aplikasi MAS Kohir mudah digunakan dan tidak berbiaya bisa

dikatakan high tech but no cost yang mana memiliki kemudahan instalasi

program dan user friendly. Aplikasi MAS Kohir ini dapat membantu

mempermudah dalam menata berkas penagihan sesuai dengan ketentuan

untuk memudahkan pencarian lokasi tempat/letak berkas penagihan yang

kita simpan, serta mempermudah mencetak kembali dokumen yang telah

didigitalisasi (scan). Pekerjaan menjadi lebih efektif dan efisien karena aplikasi

MAS Kohir dapat menata/mengurutkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Kita

dapat mencari berkas dengan hanya memasukkan NPWP atau nama Wajib

Pajak (WP) pada menu pencarian rumah berkas. Selanjutnya aplikasi akan

memunculkan WP yang bisa kita cari dan menunjukkan nomor rumah berkas.

Dengan menemukan nomor rumah berkas maka pelaksana penagihan bisa

dengan cepat mengetahui di mana letak rumah berkas dan salinan (hasil

image scanning) dengan cepat. Dengan demikian maka kita tidak perlu repot

lagi untuk membongkar rumah berkas untuk mencari dokumen.

Saya merasakan banyak

manfaat setelah menggunakan

aplikasi MAS Kohir. Selain berfungsi

untuk membantu mengelola

pemberkasan khususnya adminis-

trasi pemberkasan kohir sesuai

dengan ketentuan, MAS Kohir juga

bisa membantu dalam mening-

katkan kepatuhan WP dalam

melunasi hutang pajaknya, karena

aplikasi MAS Kohir bisa membuat

surat himbauan untuk membayar

hutang pajak secara massal.

.

Page 31: Catatan Inspirasi Transformasi

21

Setahu saya Aplikasi MAS Kohir ini sudah diperkenalkan di seluruh KPP

lingkungan Kantor Wilayah DJP Sumatera Utara I. Saya mendengar ada juga

KPP di Kanwil lain yang sudah menggunakan aplikasi ini seperti KPP di Kanwil

DJP Sumut II dan Kanwil DJP Aceh bahkan pernah saya bertemu di Medan

dengan salah satu Kepala Seksi Penagihan dari KPP di Jakarta yang ternyata

tujuannya datang ke Medan adalah untuk bertemu dengan Bapak Suyamto

untuk berkenalan dengan MAS Kohir untuk dapat dipergunakan di kantornya.

Kita harus bangga pada Bapak Suyamto, karena beliau sangat kreatif

dan inovatif, ternyata tidak hanya aplikasi MAS Kohir yang dibuatnya, terdapat

aplikasi lain yang telah dibuat, seperti aplikasi tanda terima Surat

Pemberitahuan (SPT) Tahunan. Bapak Suyamto adalah orang yang selalu

berpikiran positif, kreatif, inovatif dan menerapkan nilai-nilai Kementerian

Keuangan. Beliau berusaha menemukan cara-cara baru untuk menyelesaikan

permasalahan, tidak puas dengan hasil kerja apabila masih bisa ditingkatkan,

selalu mengamati dan membuat perbandingan atas kinerja pihak lain

terhadap kinerja sendiri.

.

Page 32: Catatan Inspirasi Transformasi

22

Langkah Mudah Tanpa Biaya, Tapi Berarti Bagi Kita

Tim Pengelolaan LP2P,

dikisahkan oleh Dianita Wahyuningtyas

Pelaksana pada Subbagian Komunikasi dan Tata Usaha

Pengawasan/Anggota Tim Pengelolaan LP2P Kemenkeu,

Inspektorat Jenderal

Gaung ‘Kasus Gayus’ cukup menggema di kalangan Kementerian

Keuangan, bahkan di Indonesia. Namanya membuat torehan hitam di rumpun

keluarga Kementerian Keuangan. Sebagai pengawas internal di lingkungan

ini, Inspektorat Jenderal bak dicambuk untuk banyak melakukan perubahan

atas apa yang telah terjadi. Arahan Menteri Keuangan ketika itu agar

Inspektorat Jenderal berbenah salah satunya untuk memegang kendali atas

pengelolaan Laporan Pajak-Pajak Pribadi (LP2P) di Kementerian Keuangan.

5

Page 33: Catatan Inspirasi Transformasi

23

Bagi beliau, cukup perlu untuk dapat mengetahui daftar harta yang dimiliki

pejabat/pegawai dan melakukan pemantauan atas hal itu. Respon cepat

kita lakukan dengan berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk

mewujudkan mimpi beliau.

Produk Lama-Rasa Baru

Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 1986 menjadi pijakan Inspektorat

Jenderal untuk melakukan transformasi. Cukup aneh bagi saya mengingat

tahun penetapannya seusia dengan saya. Namun itulah yang ada. Dengan

pihak terkait, kami memulai tahap demi tahap menuangkannya dalam dasar

hukum yang menguatkan peran Inspektorat Jenderal. Yaaa...peran yang

bukan hanya ‘mengobati’ dengan memberikan rekomendasi atas temuan

hasil pengawasan, namun juga ‘mencegah’ terjadinya penyalahgunaan

wewenang oleh Pejabat/Pegawai di lingkungan Kementerian Keuangan.

Hadirnya Keputusan Menteri Keuangan Nomor 7/KMK.09/ 2011 tentang

Pengelolaan Laporan Pajak-Pajak Pribadi (LP2P) menjadi pintu lebar

Inspektorat Jenderal untuk bergerak. Bergerak untuk memperbaiki proses bisnis

dan budaya kerja yang ada. LP2P yang semula dikenal di antara kita sekedar

pelaporan pajak yang seolah hanya ‘formalitas’, diubah menjadi LP2P dengan

lampiran Daftar Harta Kekayaan (DHK), surat pernyataan dan surat kuasa.

Inspektur Jenderal yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan sebagai

pengelola LP2P, kemudian menunjuk Tim Pengelolaan LP2P untuk dapat

membantu tugas beliau. Ya itulah kami Tim Pengelolaan LP2P yang terdiri dari

Sekretariat Inspektorat Jenderal selaku Tim Penatausahaan LP2P dan

Inspektorat Bidang Investigasi selaku Tim Eksaminasi LP2P.

Produk lama namun rasa baru, kami menyebutnya demikian. Menjadi

pekerjaan rumah yang luar biasa waktu itu, mengingat kami harus mengelola

dokumen LP2P beserta kelengkapannya dari ± 37.000 pegawai Kementerian

Page 34: Catatan Inspirasi Transformasi

24

keuangan yang terdiri dari pejabat struktural, pejabat fungsional, Pegawai

Negeri Sipil (PNS) berpangkat Penata Muda (Golongan III/a) atau lebih tinggi,

atau pejabat/pegawai lainnya yang tugasnya terkait dengan pelayanan

publik yang ditetapkan oleh pejabat Eselon I di lingkungan Kementerian

Keuangan.

Menjelang batas waktu bulan April misalnya, antrian ekspedisi

surat/dokumen silih ganti datang membawa berkarung-karung berkas LP2P.

Tapi hal ini cukup kami nikmati, dengan bantuan tenaga pengolah kami input

data LP2P pejabat/pegawai pada aplikasi. Kerja kami pun tak henti sampai

disini, Tim Eksaminasi melakukan eksaminasi atas data LP2P tersebut untuk

dilakukan penilaian kewajaran data LP2P dan harta pada DHK

pejabat/pegawai Kemenkeu.

Segala kendala dan tantangan senantiasa ada mengiringi langkah

kami untuk terus memperbaiki proses bisnis pengelolaan LP2P. Ruang

penyimpanan yang lambat laun tidak memadai dan sumber daya manusia

Page 35: Catatan Inspirasi Transformasi

25

yang terbatas menjadi dua di antara beberapa kendala yang kami hadapi.

Kami mulai berfikir untuk bergerak melakukan inovasi yang membuat segala

yang ‘sulit’ dalam pengelolaan LP2P menjadi lebih mudah. Kesepakatan dari

kami untuk memulai pengelolaan LP2P melalui aplikasi. Aplikasi e-LP2P

namanya.

Mudah, Murah, dan Manfaat

Motif utama kami mengelola LP2P melalui aplikasi e-LP2P adalah

kemudahan. Tidak hanya kami, pengelola yang merasa mudah, namun wajib

LP2P sebagai pengguna pun menjadi lebih praktis dan mudah. Berbekal

Keputusan KMK Nomor 366/KMK.09/2012 tentang perubahan atas KMK Nomor

07/KMK.09/2011 tentang Pengelolaan Laporan Pajak-Pajak Pribadi (LP2P), kami

bersama Pusat Informasi dan Teknologi Keuangan Sekretariat Jenderal

memulai perbaikan proses bisnis dengan basis pengembangan aplikasi system

informasi. Wajib LP2P tidak lagi perlu bersusah payah menulis lembaran berkas

LP2P untuk dikirimkan kepada kami,

hanya dengan ‘klik’ http://

lp2p.depkeu.go.id/ wajib LP2P dapat

mengakses dan melaporkan LP2P di

mana pun dan kapan pun tanpa

mengeluarkan biaya yang membe-

bankan pegawai. Pengelolaan melalui

aplikasi e-LP2P tidak mengurangi

manfaat yang kami peroleh dari

pengelolaan fisik LP2P yang kami

lakukan sebelumnya. Meminimalisir

human error yang terjadi karena wajib

LP2P langsung dapat bersentuhan

dengan repositori data LP2P mereka dan

tim eksaminasi pun dapat dengan mudah melakukan eksaminasi atas

.

Page 36: Catatan Inspirasi Transformasi

26

pelaporan LP2P pejabat/pegawai di lingkungan Kementerian Keuangan. Jelas

diketahui ketika kami dapat dengan mudah mengelola LP2P, maka Menteri

Keuangan selaku pemangku kepentingan tertinggi dapat serta merta

melakukan pemantauan melekat atas LP2P beserta DHK pejabat/pegawai di

lingkungan Kemenkeu.

Bagi kami E-LP2P merupakan sebuah aplikasi yang sejalan dengan

semangat ‘Go Green’ yang ramah lingkungan dengan menghemat

penggunaan kertas. Awalnya perubahan kebiasaan pejabat/pegawai yang

selama bertahun-tahun melakukan pelaporan secara fisik beralih dengan

penggunaan aplikasi, tidak serta merta mendapat respon positif dari

penggunanya. Namun, kami tidak gentar untuk terus menerus aktif

memberikan asistensi kepada wajib LP2P baik di kantor pusat maupun unit

vertikal di daerah serta terus menerus menambahkan fitur-fitur yang

bermanfaat bagi pengguna dalam aplikasi e-LP2P semakin menggerakkan

respon positif bagi pengguna, para wajib LP2P.

Berawal dari Mimpi, Berharap jadi

Prestasi

Kemudahan akses yang hadir

dalam aplikasi e-LP2P ini merupakan

output yang sangat bernilai. Ini terlihat

dari tren peningkatan kepatuhan

penyampaian LP2P dari tahun ke

tahun, baik kepatuhan penyampaian-

nya maupun kepatuhan waktu

penyampaiannya. Bagi kami ini

menjadi sebuah indikator positif

keberhasilan pengelolaan LP2P oleh

Inspektorat Jenderal. Ini semua

Page 37: Catatan Inspirasi Transformasi

27

menjawab mimpi kami, bahkan mimpi pemangku kepentingan tertinggi

Menteri Keuangan tentunya. Mimpi Menteri Keuangan untuk dapat memberi

tindakan preventif atas potensi penyalahgunaan wewenang oleh

pejabat/pegawai Kementerian Keuangan.

Tidak hanya itu, kebanggaan bagi kami semua ketika capaian output

pengelolaan e-LP2P ini mendapat respon yang positif pula dari pihak eksternal

Kemenkeu. E-LP2P Kementerian Keuangan hadir sebagai pionir pengelolaan

LP2P melalui aplikasi di saat Kementerian dan Lembaga Negara yang lain

masih menggunakan media fisik (kertas) dalam menyampaikan LP2P

pegawainya. Berbagi informasi juga kami lakukan kepada Kementerian/

lembaga/pemerintahan daerah yang berharap pengelolaan LP2P berbasis

aplikasi untuk dapat diterapkan di lingkungannya.

Tidak perlu mahal untuk bisa melakukan perubahan, semangat upaya

pencegahan (preventif) untuk mewujudkan Kementerian Keuangan bebas

KKN membuat langkah ini berarti bagi kami...berarti bagi kita.

.

Page 38: Catatan Inspirasi Transformasi

28

Menjinakkan Dokumen Hardcopy

Mohammad Tsani Annafari Pegawai Negeri Sipil pada

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

Ada hal yang membuat saya bertanya-tanya ketika memulai karir saya

sebagai praktisi IT di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) lebih dari lima

belas tahun yang lalu. Rasanya aneh melihat layanan impor yang telah

dilengkapi teknologi pertukaran data elektronik sehingga pemberitahuan

dapat disampaikan secara elektronik masih membutuhkan kehadiran importir

ke kantor pelayanan untuk menyerahkan hardcopy dokumen impor dan

\dokumen pelengkapnya. Hal tersebut membuat fungsi pengirimanelektronik

menjadi kurang bermakna karena importir tetap harus mengeluarkan biaya

transportasi ke kantor pelayanan, terjadi kontak fisik dengan petugas yang

6

Page 39: Catatan Inspirasi Transformasi

29

rawan penyimpangan, dan yang lebih penting antrian dan kesemrawutan

penatalaksanaan dokumen masih terjadi.

Hal tersebut setidaknya masih berlangsung hingga tahun 2013 ketika

bersama tim McKinsey kami melakukan diagnostik layanan impor. Diagnostik

yang ada menunjukkan bahwa dokumen hardcopy yang disampaikan

importir ternyata berdampak signifikan pada kecepatan layanan pemeriksaan

dokumen, karena waktu yang diperlukan untuk mendistribusikan dokumen dari

loket hingga ke tangan pemeriksa dokumen bisa mencapai lima hari. Saat

diagnostik dilakukan, kami mengamati di KPU Bea dan Cukai Tanjung Priok

bahwa dari tujuh gudang pengarsipan yang dibangun hanya tinggal 2 yang

tersisa.

Sebagian dokumen yang diserahkan sebenarnya telah diserahkan

importir pada proses registrasi kepabeanan, misalnya copy NPWP, SIUP, API

dan dokumen non-traksaksional lainnya. Namun dokumen tersebut harus

selalu dicopy dan tersedia di pemberitahuan impor sehingga terjadi

redundansi dokumen yang luar biasa, karena jika sebuah perusahaan dalam

sebulan melakukan 100 kali impor, maka perusahaan itu harus menyiapkan 100

copy NPWP, SIUP dan API. Hal tersebut mendorong penulis bersama tim

McKinsey untuk merumuskan solusi yang bisa diimplementasikan.

Dalam diskusi bersama tim minilab, disepakati untuk membangun

system yang disebut Dokumen Pelengkap Pabean online sebagai bagian dari

Inisiatif Strategis Kantor Modern Tanjung Priok jilid 2. Ide dasar dari system

tersebut adalah dengan mengubah penyerahan hardcopy menjadi

penyerahan berbentuk file hasil pindai yang dapat dikirimkan secara

elektronik. Hal tersebut ditempuh karena dalam kegiatan pemeriksaan

dokumen, bukti berupa dokumen pelengkap pabean seperti invoice, packing

list dan lain sebagainya perlu diperoleh dalam bentuk format fisik, dan bukan

dalam format metadata.

Page 40: Catatan Inspirasi Transformasi

30

Ide tersebut ternyata mengundang banyak kontroversi dari berbagai

pihak. Sebagian berpendapat bahwa hal tersebut akan beresiko karena

menurut Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, dokumen hasil pindai

bukanlah alat bukti yang sah. Sebagian lagi berpendapat bahwa belum ada

dasar untuk melakukan hal tersebut dan bisa jadi bertentangan dengan

Undang-undang Kepabeanan. Diskusi yang cukup alot pun bahkan mewarnai

forum rapat staf inti di jajaran eselon II kantor pusat.

Menyikapi hal tersebut, penulis selaku Koordinator PMO inisiatif strategis

Kantor Modern, menggelar pertemuan dengan unit terkait dan mengundang

salah satu perumus Undang-undang Pabean nomor 10 tahun 1995, yang

ternyata menemukan fakta di penjelasan pasal 28 Undang-undang bahwa

penyampaian dokumen pelengkap pabean dalam bentuk eletronik ternyata

dimungkinkan. Disaat yang sama forum dalam pertemuan juga menemukan

bahwa Undang-undang Transaksi Elektronik nomor 11 tahun 2008, khususnya

pasal 5 dan pasal 6 ternyata mengakui bahwa dokumen hasil pindai sebagai

alat bukti yang sah. Namun hal tersebut tetap saja memantik kontroversi,

karena disadari atau tidak banyak pihak yang merasa kepentingannya akan

terganggu dengan kebijakan pengembangan sistem Dokap online itu.

Berbekal hasil pertemuan tersebut, disusunlah draft Peraturan Menteri

Keuangan yang berproses cukup lama, hingga akhirnya ditetapkan menjadi

PMK nomor 175/PMK.04/2014 pada tanggal 28 Agustus tahun 2014. Kurang

lebih 5 minggu sejak PMK tersebut terbit, sistem Dokap online diluncurkan

dengan 17 peserta uji coba. Dengan sistem baru tersebut, importir tidak perlu

lagi mengirimkan hardcopy, melainkan cukup mengirimkan hasil pindainya

saja dengan syarat-syarat teknis tertentu. Pengiriman itu pun dapat dilakukan

kapan-pun dan dimanapun serta hanya cukup dilakukan sekali untuk

dokumen non-transaksional seperti copy NPWP, SIUP, API dsb. karena sistem

telah terhubung dengan database sistem registrasi. Sedangkan untuk

Page 41: Catatan Inspirasi Transformasi

31

dokumen transaksional, pengiriman dokumen tetap dilakukan secara

elektronik untuk tiap pemberitahuan impor.

Dengan sistem ini, petugas

pemeriksa dokumen maupun pemeriksa

fisik barang dapat menerima dokumen

pelengkap pabean secara elektronik.

Bahkan untuk pemeriksaan fisik, saat ini

sedang dilakukan finalisasi pengemban-

gan aplikasi pemeriksaan fisik untuk

gadget yang berbasis teknologi mobile

dan dapat membaca dokumen hasil

pindai yang dikrimkan melalu sistem

Dokap online. Sistem yang sama

diharapkan juga dapat menerima

pengiriman hasil laboratorium Balai

Penelitian dan Identifikasi Barang maupun

notifikasi formil lainnya. Kini, sistem telah di

– mandatory – kan untuk 500 importir dan

direncanakan untuk 3000-an importir lagi dalam kurun 6 bulan tersisa sesuai

amanat PMK nomor 175/PMK.04/2014. Penerapan sistem ini juga telah

diujicobakan di Kantor Pelayanan Bea dan Cukai Tanjung Perak dan dalam

tahap persiapan untuk penerapan di Kantor Pelayanan Bea dan Cukai

Soekarno Hatta.

Namun tak ada gading yang tak retak. Hal mendasar yang perlu

disempurnakan dari sistem ini adalah ketentuan dalam pasal 2 ayat 3 PMK

nomor 175/PMK.04/2014 yang masih menghendaki penyampaian dokumen

certificate of origin dalam format hardcopy sehingga masih kurang

mendorong pengembangan budaya paperless. Selain itu, sejumlah fitur teknis

.

Page 42: Catatan Inspirasi Transformasi

32

dari aplikasi yang dibangun secara insource ini juga terus disempurnakan untuk

merespon kebutuhan lapangan dan tuntutan pengguna jasa.

Hanya kesungguhan dan semangat yang kuat yang mampu

mendorong terwujudnya mimpi. Kini, sebagian besar importir di KPU Bea dan

Cukai Tanjung Priok tidak perlu lagi datang ke kantor pelayanan untuk

menyampaikan hardcopy. Pengiriman dokumen pelengkap juga dapat

dilakukan kapan saja dan dari mana saja secara online. Selain itu terdapat

manfaat lain seperti:

a. Dokumen pelengkap pabean yang dikirim dapat dibandingkan dengan

mudah, misalnya invoice dari supplier yang sama dapat dibandingkan

bentuk dan karakteristiknya karena tersedia dan diarsipkan dalam format

elektronik yang mudah dicari.

b. Dengan fitur aplikasi IT, dokumen yang dikirim dapat direview keasliannya,

misalnya dengan fasilitas zoom untuk meneliti presisi tanda tangan atau

kualitas dan bentuk cetakan sehingga jika meragukan dapat dimintakan

dokumen aslinya.

c. Memudahkan tracking dokumen yang diarsipkan jika diperlukan,

misalnya untuk penetapan ulang atau referensi untuk nilai pabean dsb.

Tentu saja sinergi dan kemauan untuk membuka diri dan menghargai

pendapat orang lain yang membuat sistem Dokap online ini dapat terwujud.

Semoga perjuangan tersisa untuk menuntaskan mandatory sistem ini di KPU

Bea dan Cukai Tanjung Priok, Kantor Pelayanan Bea dan Cukai Tanjung Perak

dan kantor-kantor pelayanan Bea dan Cukai lainnya di seluruh Indonesia

dapat terwujud dalam waktu tidak terlalu lama.

Page 43: Catatan Inspirasi Transformasi

33

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Customs Goes to Kampoung

Panca Putra Jaya, Kepala Kantor KPPBC Type Madya

Pabean C Kupang

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

Mendengar nama Nusa Tenggara Timur (NTT) terlintas di pikiran kita akan

pesona keindahan alam dan keanekaragaman budayanya. Wilayah yang

terletak di tenggara Indonesia ini berbatasan langsung dengan dua Negara,

Australia dan Timor Leste. Potensi wisata dan budaya di wilayah ini semakin hari

semakin dikenal. Siapa yang tidak kenal Pulau Komodo, yang merupakan

salah satu keajaiban dunia. Keindahan danau tiga warna Kelimutu dan

keindahan Taman Laut Alor pun sudah mendunia. Selain keindahan alam dan

7

Page 44: Catatan Inspirasi Transformasi

34

budayanya NTT juga memiliki potensi alam yang perlu dikembangkan seperti

perikanan dan kelautan serta peternakan.

Mengenal KPPBC TMP C Kupang

Kupang merupakan Ibukota Provinsi NTT. Di sini berdiri Kantor

Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Kupang

(KPPBC Kupang) yang merupakan instansi vertikal Direktorat Jenderal Bea dan

Cukai (DJBC) dibawah koordinasi Kantor Wilayah DJBC Bali, NTB dan NTT.

Kantor ini telah bertransformasi menjadi kantor modern pada tahun 2012

dengan visi Menjadi Administrator Kepabeanan dan Cukai Terbaik dalam

Pelayanan dan Pengawasan di Bidang Industri, Perdagangan, dan Pariwisata

serta memiliki misi Memberikan Pelayanan dan Pengawasan Terbaik di Bidang

Industri, Perdagangan, dan Pariwisata, serta Perlindungan Masyarakat.

KPPBC Kupang memiliki wilayah pengawasan yang cukup luas, yaitu

Pelabuhan laut Tenau Kupang, Pelabuhan Udara El Tari, Kantor Pos Lalu Bea

Kupang, Kantor Bantu Pelayanan Bea dan Cukai Waingapu, Pos Pengawasan

Bea dan Cukai Tambolaka, Pos Pengawasan Bea dan Cukai Baa Rote, Pos

Pengawasan Bea dan Cukai Tenau, Pos Pengawasan Bea dan Cukai Mauhau,

Pos Pengawasan Bea dan Cukai Rua dan Pos Pengawasan Bea dan Cukai

Ilwaki Wetar. Selain itu KPPBC Kupang juga memiliki wilayah pengawasan yang

berbatasan langsung dengan Oecusse yang merupakan wilayah kantung

(enclave) di Timor Barat.

Salah satu Pos Pengawasan Bea dan Cukai di bawah pengawasan

KPPBC Kupang terletak di Oepoli, Kabupaten Kupang merupakan perbatasan

darat yang merupakan perbatasan darat dengan Timor Leste. Untuk

mencapai pos ini melalui darat membutuhkan waktu kurang lebih sekitar tujuh

sampai delapan jam dari Kota Kupang dengan kondisi jalan yang

memprihatinkan. Jumlah pegawai yang sangat minim dan wilayah

pengawasan yang cukup luas bukan menjadi penghalang bagi KPPBC

Page 45: Catatan Inspirasi Transformasi

35

Kupang untuk melaksanakan tugas dan fungsinya dalam melakukan

pengawasan dan pelayanan kepada masyarakat.

Melihat sumber daya yang ada di NTT, perlu adanya inovasi yang

dilakukan oleh kantor ini untuk dapat memberikan peran yang nyata kepada

masyarakat untuk dapat menggali potensi daerah yang ada. Potensi daerah

yang ada tersebut diharapkan dapat meningkatkan penerimaan negara dari

sektor cukai, peningkatan ekspor hasil perikanan dan kelautan. Hal ini perlu

diimbangi dengan peningkatan kesadaran masyarakat dalam mematuhi dan

melaksanakan peraturan perundang-undangan dibidang Kepabeanan dan

Cukai.

Langkah Awal Pemberdayaan Masyarakat

Sebelum kantor ini bertransformasi menjadi kantor modern,

penerimaan negara sangat bergantung pada kegiatan importasi beras yang

dilakukan oleh BULOG. Hasil perikanan dan pertambangan di ekspor melalui

Surabaya dan Denpasar sehingga seolah-olah Kupang tidak memiliki potensi

yang dapat dijadikan sebagai komoditi ekspor. Melihat keadaan ini KPPBC

Kupang tidak berdiam diri dan berupaya untuk lebih berperan dalam

menggali potensi daerah yang ada. Bersama dengan pemerintah daerah dan

instansi-instansi terkait, KPPBC Kupang tidak henti-henti melakukan koordinasi

dengan asosiasi nelayan dan stakeholder seperti UPT Perikanan, Laboratorium

Perikanan, Karantina dan maskapai penerbangan untuk mencari potensi-

potensi daerah yang dapat dikembangkan untuk ekspor.

Page 46: Catatan Inspirasi Transformasi

36

Dalam melakukan pemberdayaan masyarakat sekitar, KPPBC Kupang

melalui kegiatan Customs Goes to Kampoung mengunjungi desa-desa,

kampung-kampung dan pulau-pulau di wilayah pengawasan KPPBC Kupang.

Istilah ini memang tidak terdengar familiar dan “menjual” tapi itulah yang

KPPBC Kupang lakukan untuk dapat diterima keberadaanya dan untuk

menyampaikan tugas dan fungsinya ke masyarakat. Hal ini bertujuan untuk

lebih mendekatkan Bea Cukai dengan masyarakat, seperti melakukan

pendekatan kepada masyarakat dalam rangka pengawasan cukai untuk

minuman beralkohol.

Bagi masyarakat Kupang,

minuman tradisional yang

mengandung alkohol atau di

Kupang lebih dikenal dengan sopi

adalah hal biasa bahkan menjadi

bagian dari budaya dan acara

adat masyarakat. Dalam praktek-

nya, tidak mudah untuk dapat

langsung masuk dalam masyarakat

ini, masyarakat masih beranggapan

bahwa keberadaan kami akan

menjadi ancaman dalam mata

pencaharian mereka karena belum

mengenal tugas dan fungsi Bea dan

Cukai. Disinilah kami berpikir

perlunya peran nyata KPPBC

Kupang untuk dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat. Namun

kami melakukannya secara perlahan dengan melakukan pendekatan

kepada pemerintah daerah dan tokoh masyarakat setempat sehingga kami

dapat sedikit demi sedikit memberikan pemahaman kepada masyarakat

....

.

Page 47: Catatan Inspirasi Transformasi

37

bahwa minuman tradisonal yang mereka buat dapat bernilai tambah

daripada sebatas konsumsi sendiri dan diperjualbelikan dalam jumlah yang

kecil. Selain itu kami juga menyampaikan kepada masyarakat bahwa mereka

dapat menciptakan peluang usaha untuk meningkatkan taraf hidup dan

pekonomian keluarga mereka, serta berkontribusi dalam meningkatkan

penerimaan negara dari sektor cukai Minuman Mengandung Etil Alkohol

(MMEA).

Meminjam istilah yang lagi tren saat ini “disitu kadang kami merasa

sedih”. Potensi daerah NTT yang kaya akan hasil perikanan dan kelautan

belum secara optimal dimanfaatkan karena tidak banyak ikan yang dihasilkan

baik oleh perusahaan yang bergerak dalam bidang perikanan maupun

nelayan-nelayan tradisonal di Kupang. Hal ini disebabkan masih kurangnya

teknologi penangkapan dan pengolahan hasil tangkapan ikan serta informasi

terkait distribusi dan pemasaran hasil perikanan.

Salah satu fungsi DJBC adalah sebagai trade facilitator yaitu

bagaimana DJBC berperan dalam memberi fasilitas perdagangan antara lain

peningkatan kelancaran arus barang dan perdagangan sehingga dapat

menekan ekonomi biaya tinggi yang pada akhirnya akan menciptakan iklim

perdagangan yang kondusif. Dalam menjalankan fungsi ini KPPBC Kupang

secara intensif memberikan sosialisasi dan penyuluhan baik dalam forum-forum

peningkatan ekspor antara pelaku usaha dibidang perikanan dengan

berkoordinasi dengan pemerintah daerah, instansi terkait perijinan perikanan,

maskapai penerbangan sebagai pengangkut untuk dapat mencari solusi

dalam rangka peningkatan ekspor hasil perikanan yang merupakan potensi

yang berasal dari Kupang. Melalui kegiatan Customs Goes to Kampoung

KPPBC Kupang melakukan pendekatan yang bersifat merakyat ke kampung-

kampung nelayan dan tempat pelelangan ikan untuk mendengarkan aspirasi

dari nelayan dan sekaligus memberikan pemahaman kepada nelayan,

bahwa Kupang memiliki potensi perikanan dan kelautan yang dapat diekspor.

Page 48: Catatan Inspirasi Transformasi

38

Untuk memfasilitasi kegiatan ekspor ikan, KPPBC Kupang selalu siap untuk

memberikan pelayanan dan informasi.

Dalam rangka penegakan hukum terhadap dua kasus pelanggaran

Kepabeanan di bidang impor pakaian bekas, KPPBC Kupang juga melakukan

perjalanan ke Pulau Pemana yang merupakan pulau terpencil yang mayoritas

penduduknya sebagai pelaut. Dalam rangka mengumpulkan keterangan dan

bukti-bukti pelanggaran untuk keperluan kelengkapan berkas perkara, banyak

kendala yang dihadapi oleh petugas KPPBC Kupang. Namun berkat bantuan

dan koordinasi dengan Kantor Wilayah DJBC Bali, NTB dan NTT serta KPPBC

Maumere, kasus ini dapat diselesaikan. Dalam menyelesaikan kasus ini cukup

banyak hambatan dan kendala yang dihadapi, seperti ditetapkannya

Penyidik PNS Bea dan Cukai sebagai tersangka, pengumpulan keterangan

dan bukti-bukti di Pulau Pemana yang harus ditempuh melalui udara ke

Maumere dan dilanjutkan dengan kapal kayu sekitar satu setengah jam

perjalanan laut, dan penduduk setempat yang tidak kooperatif untuk

memberikan keterangan bahkan cenderung melindungi dan

menyembunyikan tersangka. Selain itu usaha untuk menarik barang bukti

berupa kapal menjadi tidak mudah karena mesin kapal sudah dalam kondisi

tidak terpasang lagi. Pegawai KPPBC Kupang harus menyewa kapal nelayan

untuk menarik kapal dari Pulau Pemana ke Kupang selama tiga hari tiga

malam. Hal tersebut tidak menyurutkan semangat petugas KPPBC Kupang

untuk menyelesaikan kasus ini. Berkas penyidikan telah diserahkan kepada

Jaksa Penuntut Umum untuk disidangkan di Pengadilan Negeri Kupang.

Kegiatan Customs Goes to Kampoung Berbuah Manis

Peran KPPBC Kupang dalam melakukan program pemberdayaan

masyarakat melalui kegiatan Customs Goes to Kampoung sudah

membuahkan hasil. Hal ini dapat dilihat dari kepatuhan masyarakat terhadap

ketentuan perijinan cukai dan diimbangi dengan peningkatan realisasi

Page 49: Catatan Inspirasi Transformasi

39

penerimaan negara dari sektor cukai khususnya dari cukai MMEA.

Pemberdayaan masyarakat nelayan dan dunia usaha untuk memperluas

pangsa pasar ikan di luar negeri telah direalisasikan dengan ekspor ikan

perdana melalui cargo service Garuda cabang Kupang pada tahun 2012. Hal

ini tidak terlepas dari peranan KPPBC Kupang dalam memfasilitasi para

nelayan dan stakeholder seperti UPT Perikanan, Laboratorium Perikanan,

Karantina dan maskapai penerbangan untuk merealisasikan ekspor ikan dan

produk perikanan. Penegakan hukum dalam mengatasi importasi pakaian

bekas memberikan pembelajaran dan kesadaran kepada masyarakat untuk

melakuan pekerjaan yang lebih baik dan tidak melanggar hukum, seperti

nelayan. Hal ini sesuai dengan tujuan organisasi KPPBC Kupang, yaitu

Meningkatkan dan Mengamankan Penerimaan Bea Masuk dan Cukai dengan

Mempertimbangkan Perkembangan Ekonomi Daerah.

.

Page 50: Catatan Inspirasi Transformasi

40

Inovasi Jemput Bola Via Operasi Pasar dan Surat Setoran Pajak

Jhonny Ricardo Simanjuntak AR KPP Pratama Kudus

Direktorat Jenderal Pajak

Kisah ini dimulai dari unit kerja Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama

Kudus dengan wilayah kerja meliputi kabupaten Kudus yang terletak di

sebelah timur Jawa Tengah. Kisah ini bercerita tentang inovasi ‘jemput bola’

yang saya lakukan sendiri maupun bersama-sama dengan para rekan kerja

KPP dalam rentang waktu Oktober 2013 hingga Desember 2014. Inovasi ini

ditujukan untuk meraih dua target yaitu peningkatan tingkat kepatuhan

8

Page 51: Catatan Inspirasi Transformasi

41

perpajakan para Wajib Pajak (WP) pedagang Pasar Kliwon dan perbaikan

administrasi setoran perpajakan para Wajib WP bendahara pengeluaran

satuan kerja pemerintah daerah Kudus. Inovasi ‘jemput bola’ ini merupakan

kegiatan proaktif sekaligus preventif KPP dalam mengurai serta memecahkan

masalah kepatuhan maupun administrasi perpajakan para WP.

Kabupaten Kudus memiliki Pasar Kliwon yang dikenal sebagai salah satu

sentra perdagangan kain batik di Jawa Tengah selain Pasar Sentono di

Pekalongan dan Pasar Klewer di Solo. Pasar Kliwon merupakan pasar

tradisional yang memiliki lebih dari 500 kios yang melakukan perdagangan

secara grosir maupun eceran. Data internet menyebutkan bahwa Pasar Kliwon

ini mampu mencetak omzet hingga 3 Miliar rupiah per harinya. Bahkan,

besarnya omzet tesebut diperkirakan meningkat hingga berpuluh kali lipat jika

mendekati hari raya Lebaran. Namun sayangnya keuletan para pedagang

Pasar Kliwon dalam mencapai omset sebesar itu tidak diimbangi dengan

kontribusi pembayaran pajaknya yang hanya menyentuh angka puluhan juta

rupiah di tahun 2012. Kontribusi ini pun hanya berasal dari kurang dari separuh

pedagang saja yang sudah terdaftar NPWP-nya di KPP. Ini menggambarkan

bahwa tingkat kepatuhan perpajakan para WP pedagang Pasar Kliwon masih

rendah.

Berawal dari rendahnya kontribusi pajak dari para pedagang Pasar

Kliwon maka disusunlah inovasi ‘jemput bola’ yang melibatkan berbagai pihak

seperti Dinas Pengelolaan Pasar (Pemerintah Daerah/Pemda) serta Asosiasi

Pedagang Pasar Kliwon (Asosiasi). Secara garis besar, target inovasi ini meliputi

ekstensifikasi (peningkatan pembayar pajak melalui pemberian NPWP dan

SSP/Surat Setoran Pajak) dan intensifikasi (peningkatan pembayaran pajak

melalui himbauan dan pemeriksaan). Beragam kiat/strategi pun ditempuh,

diantaranya berupa kegiatan pemetaan pedagang pasar yang berujung

pada pemberian NPWP, pengawasan intensif yang dituangkan dalam

pengiriman surat himbauan, pemeriksaan dan komunikasi persuasif melalui

Page 52: Catatan Inspirasi Transformasi

42

sosialisasi ke Asosiasi dan penempatan Pojok Pajak di pasar dalam rangka

menyadarkan para pedagang, serta pemberian SSP dan penagihan dalam

rangka merealisasikan pembayaran pajak. Semua strategi ini dinamakan

‘Operasi PASAR’ yang merupakan singkatan dari operasi Petakan-Awasi

secara intensif-Sadarkan-Audit/Periksa-Realisasikan. Strategi ‘Operasi PASAR’

ini sukses mendulang sejumlah pencapaian positif di sisi intensifikasi berupa

peningkatan potensi pembayaran pajak yang mencapai miliaran rupiah

(meningkat 3.700% dari sebelumnya hanya puluhan juta). Sedangkan di sisi

ekstensifikasi, terjadi peningkatan jumlah pembayar pajak sebesar 78% dari

sebelumnya. Peningkatan pembayaran ini bermanfaat secara langsung bagi

KPP dalam mengejar target penerimaannya. Pembayaran pajak yang berasal

dari setoran perorangan para pedagang

ini meningkat sehingga berdampak juga

pada meningkatnya jumlah bagi hasil

pajak yang diterima Pemda.

Beberapa pedagang Pasar Kliwon

menyebutkan bahwa mereka sering lupa

membayar utang apalagi membayar

pajak. Sesuai aspirasi kekhawatiran

beberapa pedagang tersebut dan

dalam rangka mempertahankan

pencapaian positif diatas, KPP sedang

mengkaji penerapan inovasi ‘jemput

bola’ jilid II yaitu secara rutin bersama

dengan Bank Persepsi/Pos mendatangi

para pedagang agar mereka mudah

membayar pajaknya tepat waktu. Para pedagang juga tidak merasa khawatir

akan sanksi denda/bunga akibat kelupaan membayar pajak. Hal ini juga

mendidik mereka untuk disiplin dan tertib membayar pajak. Bagi bank/Pos,

.

Page 53: Catatan Inspirasi Transformasi

43

inovasi ini baik bagi pencitraan usaha mereka karena turut memudahkan

transaksi para pedagang. Selain itu, mereka juga dapat memasarkan produk

kredit mereka kepada para pedagang yang sedang kesulitan finansial dalam

membayar pajak.

Inovasi ‘jemput bola’ juga diterapkan pada pembenahan administrasi

setoran perpajakan para WP bendahara pengeluaran satuan kerja Pemda

(bendahara SKPD) Kudus. Alur administrasinya dimulai dari bendahara SKPD

membuat SPM (Surat Perintah Membayar) yang dilampiri Surat Pernyataan

bahwa pajak telah dihitung-dipotong-diisi dengan benar. Setelah menerima

SPM dari bendahara SKPD, Kuasa BUD (Bendahara Umum Daerah) membuat

SP2D (Surat Perintah Pencairan Dana). Lalu, SP2D tersebut diteruskan ke BPD

(Bank Pembangunan Daerah) untuk

ditindaklanjuti dengan pembayaran.

Setiap bulan Desember, Kuasa BUD

biasanya memproses ratusan SPM per

harinya selama 2 minggu.

Masalah administrasi setoran

perpajakan ini terletak pada formulir

SSP (Surat Setoran Pajak) itu sendiri

sebagai sarana administrasi

penyetoran pajak. Banyak

bendahara SKPD melakukan

kekeliruan menghitung/memotong

pajak dan mengisi SSP. Para

bendahara SKPD tidak memotong

pajak atau menghitung/memotong

dengan tarif yang keliru dan tarif

terlalu kecil. Pada formulir SSP, mereka

mengisi field NPWP dengan NPWP

.

Page 54: Catatan Inspirasi Transformasi

44

bendahara seharusnya NPWP rekanan atau sebaliknya. Mereka juga keliru

mengisi field kode setor (Kode Akun Pajak dan Kode Jenis Setoran). Mereka

beralasan bahwa pajak sangat rumit dan banyak karena mereka harus

menghafal 4 jenis Pajak Penghasilan/PPh (PPh 21, 22, 23, Final) dan Pajak

Pertambahan Nilai/PPN serta 241 kode setor pajak. Masalah administrasi ini

berdampak pada tidak akuratnya porsi penerimaan pajak KPP yang dapat

membuat analisa penerimaan pajak menjadi bias. Bahkan lebih serius lagi,

masalah ini dapat berakibat menurunnya setoran pajak baik yang

diadministrasikan KPP maupun yang diterima secara nasional.

Setelah mempertimbangkan efisiensi dan efektivitas pembenahan

adminis-trasi setoran pajak ini pada bulan Desember 2014, akhirnya, KPP

menerapkan inovasi ‘jemput bola’ dengan menempatkan beberapa petugas

pajak Account Represen-tative (AR) di lingkungan Pemda Kudus. Inovasi yang

diterapkan di kantor Kuasa BUD Kudus ini diberi nama ‘Operasi SSP’ yang

merupa-kan singkatan dari operasi penelitian: Salahkah isi NPWP-nya?

Salahkah isi Kode Setornya? dan Pastikan pajak telah dihitung/dipotong

dengan benar. Target utama operasi ini adalah perbaikan administrasi setoran

pajak melalui penelitian SSP yang dilampirkan dalam SPM sebelum Kuasa BUD

membuat SP2D.

Inovasi ‘jemput bola’ berupa ‘Operasi SSP’ ini berjalan sukses serta

mendapatkan apresiasi yang baik dari pihak Kuasa BUD dan bendahara SKPD.

Mereka merasa terbantu dalam melakukan verifikasi/penelitian pembayaran

pajak. Temuan audit BPK maupun BPKP terkait kesalahan penyetoran pajak

para bendahara ini pun bisa ditekan. Bagi KPP, inovasi ini telah membuat kerja

sama dengan pihak Pemda semakin baik. KPP semakin mudah memperoleh

data-data dari Pemda seperti data IMB dan perijinan lainnya. Sebagai

informasi, acara penting KPP yaitu ‘Pekan Panutan Pelaporan SPT’ di bulan

Maret 2015 dihadiri oleh Bupati secara tepat waktu bila dibandingkan

beberapa tahun sebelumnya.

Page 55: Catatan Inspirasi Transformasi

45

Inovasi ‘jemput bola’ ini telah mengubah budaya kerja petugas KPP

menjadi lebih pro aktif dibandingkan sebelumnya yang hanya duduk di kantor

melakukan analisIS berdasarkan data yang masuk ke KPP. Inovasi ini juga telah

mendorong banyak perbaikan sistem informasi PADI (Pengawasan, Analis

Data dan Informasi) di KPP untuk menampung banyaknya data yang diterima

dari Pemda.

Page 56: Catatan Inspirasi Transformasi

46

Ferrari dan McLaren

Andy Prijanto Kepala Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan,

KPP Pratama Rengat

Direktorat Jenderal Pajak

Saat dimutasi ke salah satu KPP Pratama di Lampung di akhir tahun 2010,

saya harus memulai dengan kebiasaan baru. Jika di KPP Madya saya hanya

mengawasi lima puluh wajib pajak (WP), maka di KPP Pratama terdapat ribuan

WP yang menjadi tanggung jawab pekerjaan saya. Jika di KPP lama wilayah

kerja saya bisa melintasi batas kota atau kabupaten bahkan lintas propinsi,

maka di KPP baru hanya terbatas pada lingkup kecamatan.

9

Page 57: Catatan Inspirasi Transformasi

47

Tiga bulan pertama, saya merasakan situasi yang kurang kondusif dalam

pengawasan WP dengan sistem wilayah kerja per-Kelurahan/Desa. Namun

itulah standard operating prossedure (SOP) yang diterapkan untuk setiap KPP

Pratama. Suka tidak suka saya harus mengikuti. Meskipun secara pribadi saya

menganggap perlu ada perbaikan sistem, saya belum berani

mengungkapkan gagasan pada tahun pertama saya bekerja di tempat baru.

Seiring berjalannya waktu, saya mendapatkan masukan dan keluhan dari

beberapa rekan Account Representative (AR), khususnya yang merasa kurang

mampu melakukan penggalian potensi WP. Alasannya, kapasitas mereka

kurang dalam memahami ilmu akuntansi dan peratutan perundang-

undangan di bidang perpajakan dengan dalih faktor usia dan tingkat

pendidikan yang terbatas. Kebanyakan mereka memang sudah berusia di

atas lima puluh tahun dan hanya berijazah Sekolah Menengah Atas (SMA).

Di sisi lain, bagi AR yang mempunyai kemampuan dalam menggali

potensi dengan bekal ilimunya yang cukup, merasa kurang fokus karena

terlalu banyaknya jumlah WP yang menjadi tanggung jawabnya. Bahkan

sebagian besar waktu mereka lebih dicurahkan untuk memberikan pelayanan

terhadap WP yang kurang potensial.

Setelah meyakini bahwa kegelisahan tentang sistem pengawasan

berdasarkan wilayah tersebut ternyata bukan hanya saya yang merasakan,

saya usulkan kepada rekan-rekan AR untuk memodifikasi sistemnya. Saya

menawarkan sistem yang sangat sederhana yaitu membagi AR menjadi dua

kelompok besar yang terdiri dari:

1. AR yang bertanggung jawab penuh pada sembilan puluh persen

penerimaan kantor, dengan mekanisme mengawasi seribu atau lebih WP

besar yang menunjang 90% penerimaan tanpa dibatasi wilayah kerja;

dan

2. AR yang bertanggung jawab penuh pada WP berdasarkan wilayah per-

Kelurahan dan hanya bertanggung jawab untuk mengamankan

penerimaan kantor sebesar sepuluh persen dan penambahan WP baru.

Page 58: Catatan Inspirasi Transformasi

48

Penentuan kriteria anggota kelompok tersebut tidak berdasarkan

parameter yang rumit. Cukup masing-masing AR introspeksi dan menilai diri

sendiri, di kelompok mana mereka merasa nyaman bekerja sesuai dengan

kapasitas dan kerelaannya. Bagi yang kurang mampu menggali potensi

berdasarkan anlisis laporan keuangan dan peraturan perundang-undangan

perpajakan, mereka memilih untuk menjadi AR Wilayah. Sedangkan yang

sesuai dengan disiplin ilmu dan kapasitasnya memilih menjadi AR Penggalian

Potensi.

Berdasarkan semangat perbaikan untuk mengamankan penerimaan

pajak di tahun berikutnya saya dan beberapa AR lain mengajukan gagasan

tersebut ke Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi (Waskon) dan Kepala

Kantor. Setelah beberapa hari berdiskusi dan meyakini tidak ada pelanggaran

prosedur yang dilakukan, Kepala KPP memutuskan untuk memakai sistem

pengawasan tersebut di tahun berikutnya.

Meskipun belum berhasil mencapai target penerimaan pada tahun 2011,

namun dapat dirasakan dampak perbaikan yang terjadi baik secara moril

maupun materiil, seperti:

1. Target penerimaan tercapai sebesar 97,5% naik dibandingkan tahun

sebelumnya yang hanya 92%;

2. Naiknya motivasi AR yang merasa kurang mampu melakukan penggalian

potensi, karena beban pikiran mereka berkurang. Bahkan ada beberapa

yang semula berniat mengajukan pengunduran diri sebagai AR,

mengurungkan niatnya karena mulai menyenangi pekerjaannya;

3. Penggalian potensi oleh AR menjadi lebih fokus karena tidak terbebani

oleh pengawasan WP yang semula jumlah mencapai ribuan WP per-AR.

Perbaikan terus dilakukan pada tahun berikutnya dengan menambah

variasi perubahan pada kelompok AR Penggalian Potensi seperti ditunjuknya

AR khusus WP Bendahara dan AR khusus WP besar OP.

Pada akhir tahun 2012, Kepala Kanwil DJP Bengkulu dan Lampung saat

itu, Bapak Peni Hirjanto, mengapresiasi modifikasi sistem yang digunakan di KPP

Page 59: Catatan Inspirasi Transformasi

49

saya. Setelah melakukan rapat dan diskusi dengan para kepala KPP, beliau

mengumpulkan seluruh AR untuk memberikan pengarahan tentang sistem

pengawasan yang akan diterapkan tahun depan dengan membagi

kelompok AR menjadi AR Penggalian Potensi dan AR Penggalian Wilayah.

Beliau memberi nama pengelompokan tersebut dengan analogi kejadian

yang ada di lintasan lomba mobil formula satu yaitu AR Ferrari dan AR Mclaren.

Sejak saat itu, seluruh KPP Pratama di Kanwil DJP Bengkulu dan Lampung

menerapkan modifikasi sistem sesuai instruksi dari Kepala Kanwil. Masing-

masing kantor diberi kebebasan untuk mengembangkannya sesuai dengan

kondisi kantornya masing-masing. Sayangnya pada pertengahan tahun 2013,

saya harus pindah tugas mengemban amanah ke KPP Pratama di Kanwil lain.

Meskipun saya tidak lagi bertugas di Kanwil DJP Bengkulu dan Lampung, saya

mengetahui bahwa pada tahun 2014 menunjukkan adanya peningkatan

kinerja di beberapa KPP Pratama di Kanwil DJP Bengkulu dan Lampung,

khususnya di KPP Pratama tempat saya bekerja sebelumnya.

Selain itu, saya juga mengetahui bahwa pada tahun 2014 merupakan

tonggak sejarah bagi KPP Pratama Teluk Betung yang untuk pertama kalinya

mampu mencapai target penerimaan pajak sejak berdiri tahun 2008.

Adapun bagi saya pelajaran yang paling berharga yang dapat saya

ambil hikmahnya adalah:

1. Gagasan yang baik dan mempunyai tujuan yang baik tidak sekedar

untuk dikemukakan saja, namun harus diperjuangkan untuk diwujudkan

meskipun harus menempuh waktu perjalanan yang panjang;

2. Keberhasilan tidak akan datang dengan cara yang instan, namun harus

direncanakan dan memerlukan waktu untuk mengujinya;

3. Mengutip pendapat Albert Einstein: “Hanya orang gila yang

mengharapkan hasil yang berbeda dengan melakukan cara yang

sama”, maksudnya jangan takut untuk think out of the box, sepanjang

tidak melanggar SOP yang ada dan bertujuan untuk kebaikan.

Page 60: Catatan Inspirasi Transformasi

50

Akhir berbagi kisah ini saya dedikasikan pada rekan-rekan AR, Kasi

Waskon, dan Kepala Kantor di KPP Pratama Teluk Betung, serta Bapak Peni

Hirjanto, yang sekarang mengemban amanah sebagai Kepala Kanwil DJP WP

Besar. Semoga senantiasa amanah dalam menjalankan tugas di tempat

masing-masing.

Page 61: Catatan Inspirasi Transformasi

51

SIPERBAN, Sistem Informasi Pengurangan, Keberatan dan Banding

Hiqma Nur Agustiningsih Kepala Seksi Pengurangan,

Keberatan dan Banding IV, Kanwil DJP Jatim III

Direktorat Jenderal Pajak

Bermula saat saya berpindah tugas pada bulan Februari 2014 menjadi

Kepala Seksi Pengurangan Keberatan dan Banding (PKB) IV di Kanwil DJP Jawa

Timur III, setelah sebelumnya menjadi Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi

III di sebuah KPP di wilayah ujung selatan Kanwil DJP jawa Timur III, yaitu KPP

Pratama Tulungagung.

Ada perbedaan nyata yang sempat membuat saya surprise di awal

bertugas di tempat baru, karena selama bekerja di tempat sebelumnya

10

Page 62: Catatan Inspirasi Transformasi

52

hampir semua bentuk pekerjaan telah terdokumentasi dan terjaga dengan

sistem aplikasi yang memadai, handal dan dapat menjadi panduan dalam

monitoring dan evaluasi Kinerja Account Representatif (AR) maupun Kinerja

Kepala Seksi. Ternyata di tempat baru, untuk melakukan pemantauan dan

evaluasi terhadap Kinerja para Penelaah Keberatan dan Kepala Seksi masih

dilakukan secara manual.

Pengawasan dan pengamanan terhadap berkas permohonan yang

masuk dan yang sedang dikerjakan oleh Penelaah Keberatan dilakukan oleh

masing-masing seksi dan belum terintegrasi. Sehingga apabila ingin

mengetahui dan mengevaluasi perkembangan permohonan berkas (yang

jatuh tempo), harus melalui rekapitulasi data dari masing-masing seksi. Belum

lagi adanya kesulitan untuk melihat frekuensi pengajuan permohonan oleh

wajib pajak. Hal-hal tersebut tidak efisien dan memakan waktu, padahal kami

selalu berupaya untuk menyelesaikan berkas sesuai standar Layanan

Unggulan.

Tetapi hal tersebut tidak

membuat saya patah semangat

apalagi hanya diam, mandek, ataupun

pasrah dengan keadaan. Bagi saya itu

adalah sebuah tantangan, bukan

sebuah hambatan tetapi hanya

masalah pola pikir. Saya berpikir harus

ada sebuah solusi, sebuah jawaban

akan PR dan permasalahan yang terjadi

di lingkungan saya bertugas.

Hal ini sangat penting, me-

ngingat petugas pajak yang selalu

berpindah tugas sehingga dibutuhkan

.

Page 63: Catatan Inspirasi Transformasi

53

sebuah rekam jejak terhadap pekerjaan yang dilakukan serta sebagai bentuk

tanggungjawab dan pengawasan terhadap apa yang dilakukan selama

bertugas. Saya berpikir harus ada sebuah terobosan dalam bentuk aplikasi

yang dapat memantau dan mengawasi pekerjaan yang dilakukan oleh Para

Penelaah Keberatan, Kepala Seksi serta Kepala Bidang PKB.

Ternyata gayung bersambut, ketika ide itu saya sampaikan kepada

Kepala Bidang, Bapak Ar Ar Aryaman, ternyata beliau juga memiliki pemikiran

dan ide yang sama dengan apa yang ada di benak saya. Akhirnya beliau

menugasi saya untuk mencari solusi bagaimana mengatasi kesulitan atau

kondisi yang kita hadapi dengan sebuah sistem aplikasi untuk pengawasan

kinerja di Bidang PKB.

Sebagai langkah awal, saya mencari informasi kepada Kanwil-kanwil

terdekat dengan wilayah Kanwil Jatim III mana kira-kira kanwil yang telah

menggunakan sistem aplikasi untuk monitoring dan penjagaan kinerja

pengelolaan berkas di bidang PKB. Ternyata di Kanwil-kanwil di sekitar kanwil

DJP Jawa Timur III juga masih menggunakan aplikasi penjagaan sederhana

untuk masing-masing seksi, belum terintegrasi dalam satu bidang. Sebetulnya

ada aplikasi yang sudah dipakai di Kanwil yang lain namun belum memenuhi

kebutuhan keinginan dan kebutuhan pengawasan bidang PKB.

Ternyata semesta mendukung, suatu hari di momen rekonsiliasi laporan

keuangan tingkat Eselon I di Jakarta yang diikuti oleh seluruh Kanwil seluruh

Indonesia, saya bertemu dengan seorang teman Kasi PKB Kanwil Kalimantan

Barat, Bapak Irfan Budiman. Dari beliau saya belajar tentang aplikasi

monitoring yang telah mereka gunakan, My PK namanya. Keberadaan aplikasi

My PK tersebut saya sampaikan ke Bapak Kepala Bidang, dDan sebagai upaya

kita belajar tentang aplikasi tersebut, Bapak Kakanwil menugaskan Tim Kecil,

yaitu Bapak Kepala Bidang, saya, Bapak Budi Prasetyo, dan seorang

Page 64: Catatan Inspirasi Transformasi

54

pelaksana bidang dukungan

teknis, Baskoro Suryo Mukti untuk

melakukan studi aplikasi tersebut

ke Kanwil Kalimantan Barat.

Itulah trigger untuk

mewujudkan apa yang kami

impikan, awal dan sekaligus

merupakan motivasi terbesar

bagi kami untuk dapat

merealisasikan sebuah sistem

aplikasi bidang PKB yang dapat

memantau dan menjaga serta

mengawasi pekerjaaan yang

dilakukan. Sepulang dari

Kalimantan, awalnya kami

berpikir akan mengadopsi sistem

aplikasi My PK yang telah dijalan-

kan oleh teman-teman kanwil

Kalimantan Barat. Namun kami

memutuskan setelah berdiskusi

dengan tim kecil dan berdasar-

kan kemampuan yang dimiliki oleh Baskoro, kita bersepakat untuk membuat

aplikasi kami sendiri.

Aplikasi tersebut kami namai SIPERBAN, Sistem Informasi Pengurangan

Keberatan dan Banding. Aplikasi yang kami ciptakan ini dapat mengawasi

dan memantau Pengawasan Berkas Berjalan – Jatuh Tempo, Pengawasan

Berkas Berjalan – Jatuh Tempo Layanan Unggulan, Melihat History Permohonan

Wajib Pajak, Sistem Aliran/Flow Berkas, Dashboard untuk melihat tunggakan

dan Reporting/Laporan, serta yang tidak kalah penting dapat mengetahui

.

Page 65: Catatan Inspirasi Transformasi

55

dan mengevaluasi rata-rata penyelesaian dan nilai produktivitas dari masing-

masing PK melalui pembobotan. Sehingga kita dapat mengevaluasi kinerja PK

lebih optimal.

Aplikasi ini memang belum sempurna, sampai dengan hari ini pun

aplikasi ini masih terus kami sempurnakan. Terdapat beberapa pelajaran

penting yang dapat saya sampaikan melalui kisah ini, yaitu:

1. Bahwa ketika kita melihat kondisi atau situasi lingkungan kerja yang

belum berjalan optimal/sempurna atau mengalami suatu kesulitan

dalam bekerja, jangan berhenti atau diam di tempat, pikirkan dan

cari solusi untuk dapat mengatasi persoalan yang ada.

2. Selalu berpikir positif, disetiap kesulitan pasti ada jalan atau

kemudahan. Jika ada masalah atau persoalan pasti selalu ada

jawaban atau solusi. Sepanjang kita mau berpikir dan berupaya.

3. Upayakan sharing dan diskusi serta berkomunikasi terkait hal-hal yang

menyangkut pekerjaan kita dengan lingkungan atau tim yang ada,

teman-teman sejawat, bawahan, Kepala bidang, dan Kepala kanwil

maupun teman-teman DJP di lingkungan Kanwil lain di seluruh

Indonesia. Karena tanpa support dan dukungan dari mereka semua

apa yang mejadi persoalan atau ide tersebut tidak akan terealisasi.

Terima kasih untuk motivasi bapak Kakanwil, Bapak Budi Susanto yang

mengajarkan kepada kita untuk jangan selalu menunggu solusi dari

kantor Pusat, buat dan create langkah atau solusi, ciptakan inovasi

yang dapat mempercepat kita dalam bekerja dan lebih baik lagi jika

menjadi solusi/terobosan baru baik untuk lingkungan kita maupun

nasional. Karena kita adalah sebuah keluarga besar. Keluarga besar

DJP, keluarga besar Kementerian Keuangan.

4. Terus berusaha melakukan upaya terbaik dengan menjalin kerjasama

dan bersinergi dengan lingkungan di mana kita berada, sebagai

contoh kami, dengan Bidang Data dan Pengawasan Potensi

Page 66: Catatan Inspirasi Transformasi

56

Perpajakan (DP3), yang sekaligus merupakan patner dalam

mewujudkan impian kami bidang PKB Kanwil DJP Jawa Timur III. Karena

tanpa sinergi bidang lain, bisa jadi ide atau mimpi kita tidak akan

terealisasi.

Akhir kata, tulisan ini saya dedikasikan untuk seluruh crew Seksi PKB IV,

seluruh teman-teman Kasi PKB dan seluruh Penelaah Keberatan, Bapak Dedi

Kurniawan dan crew Bidang DP3, Bapak Ar Ar Aryaman atas bimbingan dan

supportnya, Bapak Budi Susanto, selaku Kakanwil DJP Jatim III atas motivasi dan

keleluasaannya sehingga memberikan ruang bagi kami untuk berpikir kreatif,

cerdas dan terus berinovasi.

Selalu Semangat, terus berkarya memberikan yang terbaik dimanapun

berada untuk Indonesia tercinta.

Page 67: Catatan Inspirasi Transformasi

57

Kini, Proses Bisnis jadi Lebih Mudah dan Teratur dengan ALMIRA

Yunis Kripsiawan Watuaji Pelaksana pada Biro Hukum,

Sekretariat Jenderal

Anda sering pusing karena banyak tugas dari atasan? Bingung tugas

mana yang dikerjakan terlebih dahulu? Anda pernah mengalami tugas yang

melewati deadline sedangkan ada undangan yang harus dihadiri? Atau

sebagai atasan, Anda ingin memonitor penugasan yang telah didelegasikan?

Anda ingin administrasi persuratan lebih rapi tapi tetap sederhana sehingga

11

Page 68: Catatan Inspirasi Transformasi

58

tidak membebani proses bisnis utama

organisasi? Tidak perlu khawatir.

Sekarang ada ALMIRA yang akan

membantu Anda.

atau Aplikasi

Manajemen dan Informasi Pekerjaan

merupakan aplikasi yang dikem-

bangkan oleh Bakhtiar Amaludin.

Awalnya Bakhtiar, sebagai pegawai

subbagian Jasa Keuangan III diminta

oleh atasannya, Ambarwati Retno Dewi,

Kasubbag Jasa Keuangan III, untuk mengadakan sistem informasi guna

memonitor daftar pekerjaan apa saja yang harus diselesaikan dalam unit

kerjanya. Hal ini dikarenakan kadang terjadi manajemen pekerjaan yang

belum terorganisasi dengan baik sehingga beberapa penugasan terlewat

atau berkas pekerjaan yang terselip. Kemudian, Bakhtiar mengembangkan

aplikasi ini, selama kurang lebih tiga bulan mulai Oktober 2014 dan

diujicobakan mulai 1 Januari 2015. Dalam proses pembuatannya, ALMIRA

berkembang menjadi tidak sekedar untuk manajemen pekerjaan tetapi juga

integrasi sistem-sistem yang lain seperti, sistem persuratan, sistem informasi

rapat, dan pengukuran kinerja.

Siapa saja yang bisa menggunakan ALMIRA? Pengguna ALMIRA adalah

seluruh pegawai dalam suatu organisasi baik pejabat maupun pelaksana.

Setiap pegawai akan diberikan satu akun pengguna untuk masuk ke ALMIRA.

Setiap penguna juga akan mendapatkan tingkatan yang berbeda sesuai level

jabatannya. Dengan ALMIRA, pejabat eselon IV dapat memonitor pekerjaan

pelaksananya, pejabat eselon III dapat memonitor pekerjaan pejabat eselon

IV ,dan seterusnya.

.

Page 69: Catatan Inspirasi Transformasi

59

Karena sifatnya masih pilot project, ALMIRA baru digunakan di

lingkungan organisasi eselon III Biro Hukum, yakni Bagian Hukum Jasa

Keuangan dan Perjanjian. Selama empat bulan, ALMIRA cukup memadai

untuk membantu proses bisnis sehari-hari.

ALMIRA dilengkapi dengan fitur-fitur sebagai berikut:

1. Sistem Persuratan: Pengguna dapat merekam dan mengupdate disposisi

serta data dalam menu Persuratan, seperti Surat Masuk, Undangan, Surat

Keluar dan Surat Tugas.

2. Sistem Informasi Kegiatan: Pengguna dapat melihat jadwal rapat yang

harus dihadirinya pada menu Jadwal Rapat dalam bentuk kalender

kegiatan. Dalam menu Monitor Undangan, pengguna dapat melihat dan

memonitor undangan yang telah dihadiri, tidak dihadiri, akan datang dan

lainnya.

3. Monitoring Pekerjaan: Pengguna dapat memonitor penugasan yang

sedang ditanganinya dalam menu Penugasanku. Dalam menu Monitor

Disposisi, Pengguna dapat memonitor penugasan yang ditangani oleh

pejabat Eselon di bawahnya atau pelaksananya.

4. Early Warning System: Pengguna dapat melihat norma waktu atas

penugasan yang ditanganinya pada Dashboard.

5. Katalog Pekerjaan: Pengguna dapat mencari informasi terkait penugasan

yang pernah ditanganinya dalam menu Katalog Pekerjaan.

6. E-Filing Management: Pengguna dapat mengupload seluruh file softcopy

terkait pekerjaannya ke dalam sistem sehingga memudahkan apabila di

kemudian hari dibutuhkan lagi. Selain itu, fitur ini juga sebagai media

kolaborasi atau pertukaran file antar pegawai-pegawai yang terkait. Di

Bagian Hukum Jasa Keuangan dan Perjanjian, setiap disposisi, surat

masuk, undangan, surat keluar dan lainnya yang terkait, discan oleh

masing-masing pegawai kemudian diupload di ALMIRA.

Page 70: Catatan Inspirasi Transformasi

60

Secara teknis, Bakhtiar berharap ALMIRA dapat diperkaya dengan fitur-

fitur lainnya yang bermanfaat seperti fungsi diseminasi informasi

diklat/kegiatan yang sifatnya rutin, media penyampaian pesan antar

pegawai, dan lain sebagainya. Selanjutnya apabila berhasil digunakan di

Bagian Hukum Jasa Keuangan dan Perjanjian, ia berharap aplikasi ini dapat

diperluas untuk digunakan di level Biro Hukum.

Tampilan ALMIRA

Menurut Bakhtiar, semangat dan prinsip pengembangan ALMIRA

adalah “Sederhana, Andal dan Berdayaguna”

Sederhana: Proses Bisnis dalam ALMIRA dibuat sesederhana mungkin dan

memudahkan user. Karena pada dasarnya ini adalah aplikasi untuk

mendukung dari aspek administrasi. Jangan sampai waktu untuk

mengadministrasikan pekerjaan lebih lama dari substansi penyelesaian

pekerjaan itu sendiri.

Page 71: Catatan Inspirasi Transformasi

61

Andal: ALMIRA menghasilkan informasi yang berkualitas dan dapat

dipercaya yang dapat digunakan untuk mendukung fungsi organisasi.

Berdayaguna: Semua fungsi dalam ALMIRA dapat menghasilkan

manfaat yang signifikan bagi terpenuhinya kebutuhan proses bisnis

dalam organisasi.

Page 72: Catatan Inspirasi Transformasi

62

Penggunaan Drone dan Foto Udara dalam Kegiatan Penggalian Potensi Pajak

Bambang Wijono Kepala Bidang Data dan Potensi

Perpajakan, Kanwil DJP Sumatera Selatan dan

Kepualauan Bangka Belitung

Direktorat Jenderal Pajak

Tingginya target perimaan pajak yang diamanatkan kepada DJP tentu

menciptakan tantangan tersendiri bagi DJP untuk senantiasa menciptakan

langkah-langkah strategis, terobosan dan inovasi sehingga amanat untuk

menghimpun penerimaan pajak tersebut dapat dilaksanakan dengan baik.

Sebagai salah satu inovasi, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tanjung

Pandan mencoba menggunakan teknologi mutakhir berupa Pesawat Nir

Awak (Drone) yang saat ini banyak digunakan berbagai macam tujuan,

12

Page 73: Catatan Inspirasi Transformasi

63

seperti di kalangan militer sebagai pendukung pertahanan maupun di

kalangan sipil, yang kebanyakan digunakan untuk kegiatan pemetaan

wilayah, foto/video udara, keamanan sipil, pemadam kebakaran, atau

pemeriksaan jalur pemipaan dan sebagainya.

Hasil Pelatihan drone di Kebun Karet

Penggunaan drone untuk tujuan penggalian potensi tercetus pertama kali

pada tahun 2014, ketika DJP dalam hal ini Kantor Pelayanan Pajak Tanjung

Pandan mengalami kesulitan dalam melakukan pengujian validitas data yang

disampaikan oleh Wajib Pajak karena kesulitan memperoleh data

pembanding.

Secara garis besar, kerangka kerja penggunaan drone dimaksudkan

sebagai salah satu alternatif pengujian validitas data yang disampaikan oleh

Page 74: Catatan Inspirasi Transformasi

64

Wajib Pajak, baik berupa SPT (PPh dan PPN) maupun SPPT (PBB-P3), dapat

diuraikan sebagai berikut:

1. Terdapat dua kendala yang dihadapi dalam kegiatan penggalian

potensi dalam kaitannya dengan identifikasi potensi pajak (PPh, PPN dan

PBB-P3) dan ketersediaan data internal dan data pendukung yang dapat

dijadikan pembanding atas kesesuaian data yang telah disampaikan

oleh Wajib Pajak melalui Surat Pemberitahuan (SPT) PPh dan PPN serta

Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) PBB.

2. Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, diperlukan sarana dan data

alternatif yang dapat menjadi pembanding secara akurat. Sarana

alternatif yang dimaksud adalah melalui penggunaan drone. Dengan

data pembanding alternatif yang dihasilkan berupa foto udara yang

mencerminkan kondisi sebenarnya objek yang akan diuji kebenaran

datanya.

3. Drone dipilih karena dapat melakukan pekerjaan pemetaan secara

efektif dan efesien dengan biaya yang relatif murah, baik menyewa

maupun membeli sendiri. Sebagai gambaran, biaya sewa drone

termasuk hasil foto udara yang dihasilkan hanya berkisar Rp70.000/hektar

dengn minimal luasan lahan 500 ha. Selain itu, data yang dihasilkan relatif

dapat dijadikan pembanding yang akurat, karena diperoleh gambaran

detil mengenai kondisi terkini objek yang sedang diteliti, serta dapat

menjadi patokan apabila yang hendak diuji terkait data-data tahun

sebelumnya. Dengan jumlah potensi pajak yang besar, tentu

penggunaan drone menjadi relatif lebih murah namun potensi hasil yang

akan direalisasikan menjadi penerimaan pajak masih sangat besar.

Page 75: Catatan Inspirasi Transformasi

65

Untuk menggambarkan lebih

detil mengenai penggunaan drone

dalam kegiatan penggalian potensi

pajak, berikut ini disajikan contoh kasus

penggalian potensi Wajib Pajak Orang

Pribadi dengan inisial CW, yang

memiliki beberapa jenis usaha

termasuk diantaranya perdagangan

dan kebun kelapa sawit.

Kegiatan foto udara melalui drone dilakukan pada medio 2014, dengan

tujuan menguji kesesuaian data SPOP PBB P3 dan SPT Tahunan Tahun Pajak

2013. Adapun data-data yang dihimpun disajikan dalam ikhtisar sebagai

berikut ini:

1. Berdasarkan SPT Tahunan PPh OP Tahun Pajak 2013, Wajib Pajak

menyatakan bahwa total peredaran bruto adalah sebesar Rp.572 juta

dengan norma penghasilan sebesar 20% belum termasuk penghasilan

yang berasal dari kebun sawit sebesar Rp.41.500.000, sehingga total

penghasilan neto yang dilaporkan sebesar Rp.155.961.500, dengan PPh

Terutang sebesar Rp.14.141.650. Wajib Pajak tersebut belum

manyampaikan SPOP PBB P3 atas kebun sawit yang dimiliki.

2. Berdasarkan data yang diperoleh dari citra satelit (Google Earth) dan

pengukuran dengan aplikasi Global Mapper, diketahui bahwa luasan

lahan yang dimiliki oleh Wajib Pajak kurang lebih 72 Ha, dengan komposisi

tanaman yang sudah produktif dengan rata-rata umur tanaman di

bawah 5 tahun. Apabila disandingkan dengan data Standar Investasi

Tanaman (SIT) sawit, maka diperkirakan hasil kebun sawit Wajib Pajak

adalah 19 ton/ha, atau total hasil setahun setara 1.368 ton.

3. Data-data tersebut tentu masih harus diuji keabsahannya. Melalui

penggunaan drone dan foto udara yang dihasilkan, diketahui bahwa

dari total lahan seluas 72ha, areal produktif yang dapat diidentifikasi

Page 76: Catatan Inspirasi Transformasi

66

hanya seluas 29ha, dapat dilihat dari bentang dahan pohon sawit dan

sudah dikonfirmasikan baik dengan ahli tanaman sawit maupun sampling

di lapangan. Dengan demikian, dengan berpatokan pada Standar

Investasi Tanaman (SIT) dan

harga rata-sata TBS sebesar

Rp1.000.000/ton, potensi hasil

kebun sawit diperkirakan sebesar

29 ha X 19ton/ha X 1.000.000/ton

= Rp.551.000.000. Sehingga

terdapat selisih jumlah

penghasilan yang besar karena

sesuai data SPT Wajib Pajak

penghasilan dari kebun sawit

belum dilaporkan.

4. Berbekal data tersebut dan

himbauan serta konseling yang

dilakukan kepada Wajib Pajak, pada tahun 2014, Wajib Pajak bersedia

melakukan pembetulan SPT Tahunan PPh OP dan melakukan

pembayaran PPN sebesar Rp200 juta dan PPh Final (PP46/2013) sekitar

Rp50 juta. Belum termasuk PBB-P3 yang disetorkan.

Berdasarkan latar belakang dan contoh kasus yang diuraikan di atas

dapat ditarik benang merah sebagai berikut:

1. DJP perlu melakukan upaya-upaya luar biasa untuk mencapai target

penerimaan pajak yang tergolong sangat tinggi pada tahun 2015.

Penggunaan teknologi mutakhir, salah satunya drone, dapat dijadikan

alternatif untuk mendorong upaya pengamanan penerimaan pajak.

2. Penggunaan drone di DJP sangat tepat terutama pada daerah-daerah

yang dominan dengan pertambangan, perkebunan dan kehutanan,

mengingat Indonesia masih tergantung pada Sumber Daya Alam dan

.

Page 77: Catatan Inspirasi Transformasi

67

pertanian, perkebunan dan kehutanan, sehingga dapat didapatkan

data pembanding yang relatif akurat dalam menguji kesesuaian

pelaporan dan pembayaran pajak yang dilakukan oleh Wajib Pajak.

3. Penggunaan drone dengan biaya sewa hanya 35juta dengan minimal

luas 500ha, dapat menghasilkan penerimaan pajak sebesar kurang lebih

300 juta (hampir 10 kali lipat), hanya dari satu WP. Hitungan tersebut tentu

akan menjadi lebih besar lagi, mengingat contoh kasus yang dipaparkan

di sini hanya satu WP dengan luasan lahan 79ha. Sedangkan tingkat

coverage foto udara yang dihasilkan adalah 500 ha.

4. Apabila drone diterapkan secara nasional, dapat dibayangkan berapa

besar peningkatan penerimaan pajak yang dapat dihasilkan oleh DJP.

Hal ini tentu dapat menjadi pertimbangan lebih lanjut untuk penerapan

dan penggunaan drone sebagai salah satu alternatif pengujian

kepatuhan Wajib Pajak dalam lingkup nasional.

Page 78: Catatan Inspirasi Transformasi

68

Membangun Komunikasi Pasca Otonomi Daerah

S.Sentot Wardoyo Kepala Seksi Pengawasan dan

Konsultasi II, KPP Pratama Muara Teweh

Direktorat Jenderal Pajak

KPP Pratama Muara Teweh sebagai instansi vertikal DJP memiliki tugas

untuk melaksanakan kebijakan operasional di lapangan terkait dengan upaya

pencapaian target penerimaan pajak. Dari data yang ada, target

penerimaan nasional dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2015 cenderung

mengalami kenaikan. Bahkan target penerimaan pajak tahun 2015 ini

13

Page 79: Catatan Inspirasi Transformasi

69

mengalami kenaikan hampir 30% dari realisasi penerimaan pajak nasional

tahun sebelumnya. Kenaikan target tersebut sebagai imbas adanya program

pembangunan yang akan

dilaksanakan oleh pemerintah

sebagaimana ter-cantum dalam

Nawacita.

Kenaikan target tersebut

pasti berimbas pada target

penerimaan pajak dari KPP

Pratama Muara Teweh pada

tahun 2015 ini. Jika pada tahun

2014 target penerimaan KPP

Pratama Muara Teweh sebesar

508,298 M, sementara realisasi

penerimaan tahun 2015 adalah

516, 911 M atau 101,69%. Dengan

adanya kenaikan target secara

nasional, maka pada tahun 2015 ini, KPP Pratama Muara Teweh mendapatkan

target penerimaan sebesar 820,665 M atau mengalami kenaikan hampir 60%

dari realisasi penerimaan tahun 2015.

Dengan memperhatikan kenaikan target penerimaan yang signifikan

tersebut, KPP Pratama Muara Teweh tentu perlu dan harus mendapat

dukungan dan kerja sama dari pihak lain yang menjadi mitra dan stakeholders

penerimaan pajak, agar target yang telah ditetapkan tersebut dapat tercapai

sehingga program pembangunan yang akan dilaksanakan dan dapat

dirasakan oleh semua elemen bangsa ini. Salah satu kegiatan yang

dilaksanakan adalah menggagas kerja sama dengan Pemerintah Daerah

(Pemda). Saat ini pihak yang telah melakukan penandatangan Perjanjian

Kerja Sama adalah Pemda yang berada dalam wilayah kerja KPP Pratama

.

.

Page 80: Catatan Inspirasi Transformasi

70

Muara Teweh yaitu Pemda Barito Utara, Pemda Barito Timur, Pemda Barito

Selatan dan Pemda Murung Raya dalam hal ini diwakili oleh beberapa Satuan

Kerja Perangkat Daerah (SKPD).

Namun membangun komunikasi dengan Pemerintah Daerah bukanlah

hal yang mudah dan perlu usaha yang luar biasa pasca terbitnya Undang-

undang nomor 22 Tahun 1999 sebagaimana terakhir diubah dengan Undang-

undang nomor 32 Tahun 2014 tentang Otonomi Daerah. Dengan adanya

otonomi daerah, masing-masing Pemerintah Daerah merasa menjadi sebuah

unit mandiri yang mampu membiayai pembangunan di masing-masing

daerahnya, sehingga kurang begitu memperhatikan manakala ada unit lain

yang memerlukan bantuannya guna kepentingan bersama. Sebagai contoh,

pada tahun 2012 KPP Pratama Muara Teweh telah melakukan

penandatangan nota kesepahaman dengan selurh Kepala Daerah yang

berada dalam wilayah kerja KPP Pratama Muara Teweh.

Namun pasca penandatangan Nota Kesepahaman tersebut, aliran

data dan informasi dari Pemda yang diperlukan dalam upaya peningkatan

kepatuhan Wajib Pajak dan penerimaan negara dari sektor pajak belum

konsisten atau bahkan tidak berjalan dengan optimal. Dengan

memperhatikan kondisi tersebut, KPP Pratama Muara Teweh pada tahun 2014

kemudian mencoba melakukan penjajagan ulang model Perjanjian Kerja

Sama yang efektif guna meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dan

penerimaan pajak.

Beberapa kegiatan yang dilakukan guna meyakinkan dan mendapat

kepercayaan dari Pemda adalah pertama, meyakinkan Pemda bahwa

sebagian besar pembiayaan pembangunan tersebut berasal dari

penerimaan pajak bukan dari Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sebagai

informasi, PAD dari keempat Kabupaten yang menjadi wilayah kerja KPP

Pratama Muara Teweh adalah berkisar 5-10% dari DIPA/DPA. Artinya 90-95%

Page 81: Catatan Inspirasi Transformasi

71

DIPA/DPA Pemda tersebut berasal dari penerimaan negara yang ditransfer ke

daerah dalam bentuk Dana Perimbangan (Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi

Khusus, dan Dana Bagi Hasil), Dana Otonomi Khusus dan Dana

Penyesuaian/Dana Desa.

Upaya kedua untuk memperoleh dukungan Pemda dalam upaya

pencapaian penerimaan target pajak adalah melakukan pendekatan yang

intensif pada Kepala Satuan Kerja Perangkat daerah (SKPD). Karena secara

teknis pemilik data dan informasi secara teknis adalah Kepala Satuan Kerja

Perangkat daerah (SKPD), sementara Kepala Daerah adalah penanggung

jawab secara umum. Sehingga, kesepakatan yang telah ditatandatangani

oleh para Bupati dan Kepala KPP Pratama Muara Teweh belum sepenuhnya

dipahami dan dilaksanakan oleh SKPD. Ketiga adalah dengan memberikan

time schedule yang jelas kepada Pemda. Hal ini sebagai pengingat dan

penegas bagi seluruh SKPD yang menjadi mitra atau menjadi pihak yang akan

melakukan penandatangan Perjanjian Kerja Sama.

Dengan beberapa upaya di atas, maka pada tahun 2014 KPP Pratama

Muara Teweh berhasil melakukan penadantangan Perjanjian Kerja Sama

dengan beberapa SKPD di keempat Kabupaten tersebut yaitu tanggal 4

September 2014 dengan Pemda Barito Timur (Dinas Pendapatan dan

Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, Dinas Pertambangan dan Energi,

serta Dinas Kehutanan dan Perkebunan), tanggal 1 Oktober 2014 dengan

Pemda Barito Selatan (Sekretariat Daerah, Dinas Pertambangan dan Energi,

Dinas Kehutanan dan Perkebunan), tanggal 4 Desember 2014 dengan Pemda

Barito Utara (Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah,

Dinas Pertambangan dan Energi, Dinas Kehutanan dan Perkebunan) dan

tanggal 9 Desember 2014 dengan Pemda Murung Raya (Dinas Pendapatan

dan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, Dinas Pertambangan dan

Energi, Dinas Kehutanan, dan Dinas Perkebunan).

Page 82: Catatan Inspirasi Transformasi

72

Bentuk Perjanjian Kerja Sama yang disepakati adalah:

1. penyediaan tenaga ahli, bahan, sarana dan prasarana dalam

pelaksanaan sosialisasi, bimbingan, konsultasi, dan pengawasan Wajib

Pajak;

2. pemanfaatan data dan informasi yang berkaitan dengan calon Wajib

Pajak atau Wajib Pajak;

3. penyelenggaraan koordinasi, konsolidasi dan harmonisasi kegiatan yang

terkait dengan upaya peningkatan penerimaan pajak;

4. Penyelenggaraan pembahasan

Rencana Kerja, Anggaran dan

Biaya (RKAB) atau Rencana Kerja

Tahunan (RKT).

Manfaat yang telah dirasakan

oleh KPP Pratama Muara Teweh dari

adanya Perjanjian Kerja Sama

tersebut adalah adanya aliran data

dan informasi dari SKPD tersebut

secara periodik yaitu berupa data

DIPA/DPA, SPJ Fungsional, data Izin

Usaha Pertambangan/perkebunan/kehutanan, data produksi tambang/hasil

hutan dan hasil kebun. Dengan data dan informasi tersebut, kami yakin KPP

Pratama Muara Teweh mampu melakukan penggalian potensi perpajakan

dalam rangka pencapaian target penerimaan pajak tahun 2014 dan tahun-

tahun mendatang. Dampak riil yang dirasakan pasca penadantanganan

Perjanjian Kerja Sama tersebut adalah pada tahun tahun 2014 KPP Pratama

Muara Teweh berhasil mencapai target peneriman yang ditetapkan yaitu

sebesar 516,911 M atau 101,69% dari 508,298 M. Sementara itu kinerja

penerimaan pada tahun 2015 sampai dengan bulan Februari yaitu pasca

penandatangan perjanjian kerja sama adalah sebesar 11,74 % dan

.

Page 83: Catatan Inspirasi Transformasi

73

mengalami pertumbuhan sebesar 79,71% dan merupakan pencapaian

tertinggi di lingkungan Kanwil DJP Kalimantan Selatan dan Tengah.

Dengan memperhatikan dampak yang diperoleh KPP Pratama Muara

Teweh dari Perjanjian Kerja Sama tersebut, maka pada awal 2015 Direktorat

Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat menjadikan kegiatan

tersebut sebagai benchmark (contoh) secara nasional bagi KPP lain yang

akan melaksanakan Perjanjian Kerja Sama dengan Pemerintah Daerah dan

menjadi satu-satunya KPP yang telah melakukannya di lingkungan Kanwil DJP

Kalimantan Selatan dan Tengah. Tentu ini menjadi sebuah kebanggaan bagi

kami, segenap pegawai KPP Pratama Muara Teweh.

Page 84: Catatan Inspirasi Transformasi

74

Lahirnya Digital Signature Dalam Bentuk PIN pada SPM sebagai Langkah Peningkatan Keamananan Transaksi Keuangan Elektronik Pemerintah

Dody Dharma Hutabarat,

dikisahkan oleh Windasena Winarno

Direktorat Jenderal Perbendaharaan

“Risiko yang dihadapi tidak main-main. Nilainya setara dengan nominal

SP2D yang diterbitkan dan nasib pegawai Ditjen Perbendaharaan di depan

hukum”. Begitulah landasan utama yang menjadi semangat pengembangan

tanda tangan elektronik pada arsip data komputer (ADK) Surat Perintah

Membayar (SPM) yang diimplementasikan dalam bentuk PIN PPSPM.

14

Page 85: Catatan Inspirasi Transformasi

75

Dengan APBN yang sudah berada pada angka di atas 1000 Triliun sejak

tahun 2011, aspek keamanan menjadi hal yang membutuhkan perhatian

tinggi. Tidak optimalnya sistem pengamanan atas transaksi keuangan negara

akan menimbulkan risiko yang tinggi, yaitu setara dengan nominal SP2D yang

diterbitkan, dan harus dapat dipertanggungjawabkan para pihak terkait di

lingkungan Ditjen Perbendaharaan di depan hukum. Hal ini terutama juga

terkait dengan aspek keamanan pegawai KPPN di depan hukum sebagai

pegawai yang berada pada garda

terdepan dalam pencairan dan

penyaluran dana APBN.

Sebelum tahun 2012, pelak-

sanaan pengamanan pada data

interchange dari Satker kepada KPPN

yang menggunakan ADK SPM

dilaksanakan dengan beberapa

mekanisme yaitu (1) pencocokkan

antara ADK SPM dengan hardcopy

SPM sesuai dengan checklist

kelengkapan berkas SPM; (2) Pencocokkan tanda tangan Pejabat

Penandatangan SPM (PPSPM) dengan spesimen tanda tangannya yang

terdapat pada KPPN; dan (3) Pemeriksaan identitas petugas pengantar SPM

dan Kartu identitas Pengantar SPM (KIPS) dan kesesuaiannya dengan data

pada aplikasi di KPPN.

Adalah pegawai Ditjen Perbendaharaan bernama Dody Dharma

Hutabarat yang pada saat itu menjabat sebagai Kepala Seksi pada Direktorat

Transformasi Perbendaharaan yang melihat adanya potensi perbaikan

keamanan pada aspek data interchange. Pada saat itu, terdapat celah risiko

untuk timbulnya suatu tindakan kesalahan dan bahkan kecurangan yang

dapat terjadi diantaranya yaitu berupa pemalsuan atas tanda tangan PPSPM

.

Page 86: Catatan Inspirasi Transformasi

76

oleh pengantar SPM dengan ADK SPM yang juga dapat dibuat oleh

pengantar SPM tanpa persetujuan PPSPM (Hutabarat & Winarno, 2011),

dengan demikian jelas terlihat pada saat itu bahwa ADK SPM yang diproses

KPPN memiliki celah keamanan yang dapat dieksploitasi oleh pihak yang tidak

bertanggung-jawab.

Bergerak dari alasan tersebut, Dody bersama dengan staf nya

berupaya untuk memperbaiki celah keamanan pada data interchange

tersebut dengan berlandaskan pada tiga kriteria pengamanan pada

dokumen elektronik yaitu keaslian, integritas, dan tidak terbantahkan.

Menggunakan prinsip ini, Dody mengusulkan agar ADK SPM dapat dilengkapi

dengan tanda tangan elektronik yang dapat membuktikan keaslian ADK SPM

yang benar-benar berasal dari PPSPM berkenaan, ADK tersebut juga tidak

mengalami perubahan dalam perjalanannya sejak dihasilkan oleh aplikasi

SPM (integritas), dan ADK tersebut dapat menjadi alat bukti yang tidak dapat

dibantah oleh PPSPM berkenaan. Dalam tanda tangan elektronik pada ADK

SPM, Dody mengembangkan mekanisme yang menggunakan teknologi

Personal Identification Number (PIN), dimana PIN ini akan menjadi bagian dari

ADK SPM sebagai tanda tangan elektronik PPSPM dan disebut sebagai PIN

PPSPM. Bagaimana PIN ini akan membantu dalam optimalisasi pengamanan

data interchange ADK SPM? Dalam kajiannya, ayah satu anak ini

menyebutkan bahwa PIN PPSPM ini akan bekerja layaknya PIN pada kartu

ATM, yaitu bersifat rahasia dan dapat diperbahurui sewaktu-waktu, dan

penggunaannya serta penyalahgunaannya (bila terjadi) merupakan

tanggung jawab pribadi PPSPM sepenuhnya. Dengan demikian, keamanan

pegawai KPPN di hadapan hukum dapat lebih terlindungi.

Dalam pengembangannya, Dody beserta staf nya terlebih dahulu

melakukan kajian “Penerapan Electronic Signature Pada Surat Perintah

Membayar Sebagai Langkah Peningkatan Keamananan Transaksi Keuangan

Elektronik Pemerintah” yang dirampungkan pada Mei 2011. Kajian ini

Page 87: Catatan Inspirasi Transformasi

77

diselesaikan melalui studi pustaka, wawancara dengan pegawai KPPN, dan

juga diskusi yang melibatkan para pegawai Ditjen Perbendaharaan yang

tergabung dalam Tim Penyempurnaan Koneksitas Sistem Perbendaharaan

Dengan Perbankan Dalam Rangka Implementasi Penyelesaian Transaksi SP2D

Secara Elektronik. Selanjutnya, hasil kajian tersebut dilanjutkan dengan

pembangunan aplikasi sms gateway yang merupakan perangkat lunak yang

mendistribusikan pesan-pesan terkait PIN PPSPM, dan aplikasi injeksi PIN yang

akan digunakan untuk

menambahkan PIN PPSPM

sebagai tanda tangan elektronik

ke dalam ADK SPM dengan

melibatkan tim pengembang

aplikasi dari Direktorat Sistem

Perbendaharaan. Sebagai lan-

dasan implementasi dari PIN

PPSPM juga telah diterbitkan

Peraturan Direktur Jenderal

Perbendaharaan Nomor PER-

19/PB/2012 tentang Petunjuk

Teknis Penerapan Tanda Tangan

Elektronik Pada Arsip Data Komputer Surat Perintah Membayar pada 11 Mei

2012. Dengan demikian, proses implementasi PIN PPSPM ini membutuhkan

waktu yang cukup lama waktu yaitu satu tahun dari semenjak diselesaikannya

kajian hingga fase implementasi sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal

Perbendaharaan tersebut.

Manfaat dari penerapan PIN PPSPM ini dapat dirasakan hingga saat ini

yang masih digunakan sejalan dengan implementasi Sistem Perbendaharaan

dan Anggaran Negara, khususnya dengan menutup celah risiko untuk

timbulnya suatu tindakan kesalahan atau bahkan kecurangan yang dapat

.

Page 88: Catatan Inspirasi Transformasi

78

terjadi atas ADK SPM yang pada masa sebelumnya dapat dibuat oleh

pengantar SPM tanpa persetujuan PPSPM.

Dalam melakukan implementasi tanda tangan digital ini diakui tidaklah

mudah. Dalam kajiannya, ayah satu anak ini juga menyebutkan bahwa dalam

implementasinya, PIN PPSPM sebagai tanda tangan digital pejabat

merupakan suatu proses bisnis baru di lingkungan pemerintahan yang

memerlukan perubahan mind set dan kebiasaan para pihak di dalamnya.

Para Pejabat Penandatangan SPM yang sebelumnya tidak terlibat dalam

pembuatan ADK SPM, sudah harus mulai memahami apa isi dari ADK yang

disampaikan dan bertanggungjawab atas ADK tersebut, sehingga dapat

meminimalisir risiko kecurangan yang dapat terjadi akibat dari

penyalahgunaan ADK SPM. Sehingga, diakui pula bahwa dukungan unsur

pimpinan Ditjen Perbendaharaan dan juga Kementerian Keuangan sangatlah

diperlukan, yang akan diperkuat pula dengan sosialisasi dan aktifitas

manajemen perubahan lainnya khususnya terhadap para pemangku

kepentingan terkait.

Ke depannya, berbagai inisiatif pengembangan dan penyempurnaan

proses bisnis menuju Kementerian Keuangan yang lebih baik perlu mendapat

dukungan, sehingga dapat muncul Dody-Dody lainnya yang mencurahkan

segenap tenaganya untuk dapat meningkatkan pertanggungjawaban

pengelolaan Keuangan Negara.

Page 89: Catatan Inspirasi Transformasi

79

Triple One

I Putu Sudiana Pegawai KPP PMA Empat,

Kanwil DJP Jakarta Khusus,

Direktorat Jenderal Pajak

Isu kepatuhan akan senantiasa menjadi satu isu sentral dalam

administrasi perpajakan. Kepatuhan menjadi salah satu tujuan dan juga

sekaligus ukuran keberhasilan administrasi perpajakan suatu negara. Beranjak

dari kondisi obyektif bahwa tingkat kepatuhan Wajib Pajak (WP) di Indonesia

masih perlu ditingkatkan, maka tahun 2012 muncul pemikiran perlu suatu

mekanisme pembinaan (edukasi) WP yang lebih terencana, terstruktur dan

akhirnya dapat diukur. Gagasan ini merupakan penjabaran 9 kuadran strategi

penyuluhan yang penulis gagas bersama teman-teman Subdit Penyuluhan

15

Page 90: Catatan Inspirasi Transformasi

80

sejak tahun 2011. Pada awalnya program yang ditawarkan dinamakan three

on three (3-3-3) namun dalam perjalannya program ini disesuaikan dengan

kontinum waktu yang dirasakan lebih sesuai yaitu 1 minggu, 1 bulan dan 1

tahun sejak WP terdaftar dan

selanjutnya diberi nama program

Triple One.

Secara sederhana program

Triple One merupakan serangkaian

kegiatan menghubungi/meng-

himbau WP dalam periode waktu

satu minggu setelah terdaftar

dengan maksud menanyakan

apakah WP telah menerima NPWP,

Surat Keterangan Terdaftar (SKT), dan

juga informasi sederhana

perpajakan (starter kit NPWP)

disamping itu juga dapat dilakukan

survei mengenai kualitas layanan

pada waktu WP mendaftar diri

memperoleh NPWP. Kegiatan

menghubungi WP dalam tahap

pertama ini, sekaligus dimak-sudkan

untuk menguji validitas nomor

telepon yang diberikan oleh WP.

Kegiatan menghubungi WP yang

kedua dilakukan setelah satu bulan

WP terdaftar yang pada intinya menanyakan apakah WP telah memahami

kewajiban maupun hak-hak perpajakannya, kesempatan ini juga

dimanfaatkan untuk menawarkan kegiatan sosialisasi kelas pajak yang

.

Page 91: Catatan Inspirasi Transformasi

81

dilakukan secara berkala setiap bulan oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP).

Sedangkan kegiatan menghubungi WP yang ketiga dilakukan setahun setelah

WP terdaftar yang intinya menghimbau WP melaporkan SPT Tahunannya

maupun menawarkan sosialisasi tata cara pengisian SPT jika WP

membutuhkan.

Program Triple One dikembangkan sejalan dengan hasil survei layanan

DJP yang menyatakan bahwa saluran komunikasi dalam rangka pemberian

informasi perpajakan dari DJP kepada WP yang dibutuhkan masyarakat

adalah dalam bentuk sosialisasi langsung dan diurutan kedua adalah informasi

melalui telepon. Kebijakan inilah yang diterjemahkan dalam bentuk program

Triple One. Asumsi dasar program ini adalah WP akan berperilaku positif (patuh)

jika DJP mampu menyentuh tiga hal yaitu kemampuan (ability), kemauan

(willingness) dan pemicu (trigger) untuk menjadi patuh. Program Triple One

mencoba memenuhi ketiga faktor tersebut yaitu membangun kemampuan

(ability) WP melalui pemberian informasi sederhana yang dikaitkan dengan

program edukasi Kelas Pajak. Melalui kegiatan Triple One juga dicoba

dibangun kesadaran (willingness) WP untuk memenuhi kewajiban perpajakan

melalui himbauan secara persuasif. Melalui kegiatan menghubungi WP secara

berkala, hal ini akan menjadi pemicu (trigger) bagi WP dalam memenuhi

kewajiban perpajakannya, misalnya call setahun setelah WP terdaftar menjadi

trigger WP melaporkan SPT Tahunan.

Perjuangan merealisasikan program ini merupakan sebuah proses yang

sangat menantang khususnya dalam ‘membumikan’ gagasan yang

terkadang samar dan absurd. Pada awalnya cukup sulit menyampaikan

gagasan ini kepada pimpinan bahwa pola ini patut dicoba, khususnya dalam

mengedukasi WP baru. Jalan ternyata dibukakan, penulis melalui sebuah

kesempatan pada tahun 2012 berdiskusi dengan pejabat yang baru saja

memangku jabatan Kepala Subdit Ekstensifikasi Perpajakan. Penulis

menyatakan bahwa upaya menambah jumlah WP semata tanpa adanya

Page 92: Catatan Inspirasi Transformasi

82

upaya yang sistematis untuk membuat WP menjadi ‘berkualitas’ pada

akhirnya akan menjadi boomerang buat DJP. Penulis juga mencoba

memanfaatkan momentum pengalihan pengelolaan Pajak Bumi dan

Bangunan (PBB) dari DJP kepada Pemerintah Daerah dan menyatakan

bahwa nantinya Seksi Ekstensifikasi akan memiliki waktu luang mengingat tidak

lagi mengelola PBB. Gayung bersambut, kerja sama dan keyakinan bersama

bahwa program edukasi (khususnya WP baru) menjadi hal yang dapat

disinergikan dengan kegiatan ekstensifikasi, mendapat dukungan.

Tantangan selanjutnya adalah meyakinkan gagasan ini kepada atasan

langsung di lingkungan Direktorat P2Humas. Terkait hal ini, penulis menginisiasi

pembuatan video yang menggambarkan cara kerja program tersebut.

Dengan hadirnya visualisasi program tersebut, ternyata ide program Triple One

lebih cepat diterima oleh pimpinan dan pada akhirnya sangat mendukung.

Dalam merealisasikan gagasan ini disamping Direktorat P2Humas, Direktorat

Ekstensifikasi dan Penilaian, pihak krusial yang lain adalah Kantor Layanan

Informasi dan Pengaduan (KLIP). KLIP memiliki kesamaan dengan program

Triple One yaitu layanan edukasi melalui telepon. Meskipun secara prinsip KLIP

umumnya bersifat inbound call (WP yang menghubungi DJP karena

membutuhkan informasi) sedangkan Triple One pada dasarnya adalah

outbound call yaitu KPP yang menghubungi WP untuk menginformasikan

kewajiban perpajakan.

Tahun 2013, program Triple One dibakukan sebagai bagian dari tata

cara pelaksanakan penyuluhan perpajakan melalui Surat Edaran Direktur

Jenderal Pajak Nomor SE-05/PJ/2013. Namun kendala lain muncul bahwa

program ini akan sangat time consuming jika dijalankan secara manual tanpa

bantuan aplikasi. Where there's a will there's a way, beruntung penulis teringat

dengan program Non-Filer yang pernah dikembangkan tahun 2007 yang

kembali diangkat oleh teman-teman penagihan dalam bentuk outbound call

untuk penagihan pada tahun 2013 akhir. Dengan berbekal keyakinan bahwa

Page 93: Catatan Inspirasi Transformasi

83

aplikasi yang dikembangkan untuk program outbound call tersebut serupa

dengan yang dibutuhkan oleh program Triple One maka diadopsilah aplikasi

serupa untuk program Triple One. Satu hal yang perlu disampaikan juga

adalah pemilihan level pelaksanaan program Triple One di level KPP

merupakan pilihan yang didasarkan atas pertimbangan obyektif. Sentralisasi

program Triple One ke depan akan dapat dilakukan jika kualitas data dan

mekanisme pemanfaatan data secara sentralistik telah terbangun dengan

baik antara KPP dan Kantor Pusat DJP. Kedepan program Triple One dapat

dikembangkan sebagai salah titik awal edukasi WP termasuk untuk

memastikan kualitas data WP terjaga dengan baik. Triple One juga menjadi

sarana untuk menunjukan bahwa DJP itu ‘ada’ dan melakukan pengawasan.

Triple One akan lebih optimal jika nantinya dapat dipadukan dengan

dukungan aplikasi pengawasan pembayaran, pelaporan dan juga aplikasi

yang berisikan informasi berbagai treatment yang telah diberikan kepada

masing-masing WP.

Pertengahan tahun 2014 sampai dengan 2015, Triple One diuji coba

secara terbatas di 10 KPP dengan standar operasional dan juga aplikasi yang

disiapkan oleh KP DJP. Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi dibeberapa

KPP tempat uji coba, program ini dirasakan cukup baik dan secara konkrit

membantu meningkatkan kepatuhan WP baru sehingga hal ini menjadi daya

tarik bagi KPP yang lain untuk melakukan study banding dan akhirnya

menerapkan di KPP masing-masing. Terlalu dini menyatakan bahwa program

Triple One ini telah sukses, namun sinyal positif yang ditunjukkan beberapa KPP

tempat uji coba menjadi sebuah tanda bahwa program Triple One patut

dikembangkan untuk membantu mewujudkan kepatuhan WP. Kondisi ini juga

diperkuat dengan adanya perhatian dari Komite Pengawas Perpajakan yang

melakukan kegiatan pengawasan dan pendampingan tahun 2015 guna

mengawal program ini berhasil dengan baik di tingkat nasional.

Page 94: Catatan Inspirasi Transformasi

84

Akhirnya pesan pokok dari program Triple One adalah penambahan WP

sudah seharusnya diikuti oleh suatu pola pembinaan yang terstruktur, sistematis

dan berkelanjutan dan dipadukan dengan upaya memastikan eksistensi WP

dan validitas data. Penulis berkeyakinan bahwa program ini sejalan dengan

upaya transformasi kelembagaan khususnya perluasan jangkauan layanan

(outbound call) kepada WP. Tidak mungkin memperoleh kepatuhan WP yang

tinggi tanpa adanya upaya edukasi yang baik. Self assessment system tanpa

WP yang ‘melek’ hanya akan menghasilkan pseudo-compliance (kepatuhan

semu) yang akan membebani administrasi perpajakan di masa depan.

Page 95: Catatan Inspirasi Transformasi

85

Memanfaatkan SIMDA untuk Mengoptimalkan Penerimaan Pajak

La Masikamba

Kepala KPP Pratama Tahuna

Direktorat Jenderal Pajak

Kabupaten Kepulauan Sangihe dengan ibu kota Tahuna merupakan

induk kabupaten yang telah dimekarkan menjadi tambahan dua kabupaten,

yaitu Kabupaten Kepulauan Talaud dan Kabupaten Kepulauan Sitaro. Akses

menuju Kota Tahuna cukup memadai, bisa melalui udara (dengan pesawat

yang empat kali dalam seminggu) atau melalui laut (dengan kapal yang

berangkat dua sampai tiga kali sehari).

16

Page 96: Catatan Inspirasi Transformasi

86

Meskipun sering dilanda iklim yang ekstrim sebagai daerah pesisir, tetap

saja ada pilihan untuk sampai di Ibukota Provinsi Sulawesi Utara, Manado.

Tahuna terletak di ujung utara dari provinsi Sulawesi Utara, terselip di antara

jejeran pulau-pulau kecil yang berbaris dari Manado hingga Filipina. Jejeran

pulau-pulau itulah yang menjadi wilayah kerja KPP Pratama Tahuna.

KPP Tahuna tempat saya bertugas sejak bulan januari 2012 dibebani

target penerimaan yang begitu menantang. Agar target penerimaan

tercapai, dibutuhkan dukungan potensi yang salah satunya bersumber dari

bendaharawan pemerintah baik APBD/APBN. Total potensi penerimaan dari

sektor bendaharawan sekitar 95% yang terdiri dari APBD 75 %, APBN 20 %.

Sedangkan sisanya dari sektor swasta sekitar 5%. Dengan kondisi ini maka

potensi dari bendaharawan merupakan andalan dan harapan KPP Tahuna

untuk memenuhi target yang diberikan Kantor Pusat DJP.

Setelah diberi amanat untuk menjabat Kepala KPP Tahuna saya

langsung berupaya untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi KPP ini

dengan melakukan orientasi dalam kurung waktu 3 (tiga) bulan atas beban

kerja pada setiap seksi, terutama seksi pengawasan atas penerimaan KPP

Tahuna. Saya mencoba merumuskan permasalahan yang dihadapi KPP

Tahuna sebagai bentuk tanggung jawab antara lain:

1. Perencanaan tugas yang tidak jelas

2. Tugas belum terorganisir dengan baik

3. Pengawasan yang belum efektif dan efisien

4. Belum mampu bersinergi dengan pemerintah daerah

Permasalahan itulah yang kemudian jadi pokok perhatian saya sebagai

Kepala KPP Pratama Tahuna. Berdasarkan diagnosis permasalahan tersebut

lahirlah gagasan untuk memudahkan penggalian potensi dan pencapaian

target penerimaan dengan mengoptimalkan pengawasan atas APBD di

wilayah kerja KPP Tahuna. Dengan berdasar pada pengalaman yang saya

Page 97: Catatan Inspirasi Transformasi

87

dimiliki, saya kemudian memunculkan ide berupa pemanfaatan Sistem

Informasi Manajemen Keuangan Daerah (SIMDA) untuk mengamankan

pencapaian target penerimaan yang ditetapkan.

Meskipun upaya penggalian potensi penerimaan pajak terhadap

bendaharawan telah dilakukan oleh setiap KPP. Namun demikian, AR

mengalami kendala yang besar yaitu tidak mendapatkan data yang akurat

dari bendahara, baik data belanja pegawai, belanja barang, dan belanja

modal. Mengingat belum adanya metode penggalian potensi pajak dan

pengawasan penerimaan yang tepat, terdapat kesan yang cukup kuat di

masa lalu bahwa para AR KPP Tahuna berjalan sendri-sendiri dan kurang

sistematis dalam mengejar penerimaan dari sektor bendaharawan ini.

Ditambah lagi dengan terabaikannya wajib pajak sektor swasta membuat

penerimaan dari sektor ini tidak tercapai.

Berkaca pada keadaan

tersebut saya berupaya untuk

mencari solusi yang bisa

meminimalkan jumlah petugas yang

mengerjakan penggalian potensi,

dengan mengedepankan keakuratan

data penyerapan APBD dan realisasi

penerimaan pajak yang maksimal,

sehingga AR lebih banyak diarahkan

untuk melakukan upaya lain dalam

rangka penggalian potensi.

Terkait dengan pengalian potensi dari sektor bendahawaran ini,

dibutuhkan suatu metode yang lebih terencana, terstruktur, dan terarah. Salah

satu metode tersebut adalah dengan memanfaatkan SIMDA yang

mempunyai tujuan antara lain:

.

Page 98: Catatan Inspirasi Transformasi

88

1. SIMDA merupakan alat yang tepat bagi terwujudnya penggalian potensi

dan pengawasan kewajiban perpajakan bendaharawan APBD secara

efisien dan efektif;

2. Meningkatkan kepatuhan pelaporan SPT Tahunan wajib pajak orang

pribadi Pegawai Negeri Sipil Pemda;

3. Memberikan metode kerja yang terstruktur dan mendapatkan hasil yang

maksimal.

Bertolak dari uraian di atas, pada tahun 2013 KPP Pratama Tahuna telah

membuktikan efektifnya penggunaan SIMDA untuk perhitungan penggalian

potensi terhadap APBD. Pada tahun 2013 tersebut, KPP Pratama Tahuna

berhasil memenuhi target penerimaan sebesar 98,69 %.

Salah satu kendala terbesar dalam menggunakan SIMDA sebagai alat

pengawasan adalah cara mendapatkan data SIMDA itu sendiri. Tidak banyak

Pemerintah Daerah yang mau transparan apalagi memberikan data

keuangannya kepada Kantor Pelayanan Pajak. Itulah yang menyebabkan

sulitnya mendapatkan data SIMDA untuk diolah menjadi alat pengawasan.

Masalah tersebut menjadi poin penting yang tidak bisa dikesampingkan,

sebab tanpa data SIMDA, kita tidak memiliki dasar yang kuat mengawasi

bendahara. Untuk itu diperlukan sinergitas antara KPP Pratama dengan

Pemerintah Daerah.

Sinergitas tersebut bisa berbentuk hubungan timbal balik yang saling

menguntungkan antara kedua pihak, baik dalam manajemen keuangan

daerah maupun pendekatan personal lainnya. Wujud pendekatan personal

yaitu dengan menjaga hubungan baik melalui komunikasi yang intens. Kepala

Kantor Pelayanan Pajak Pratama harus memberikan edukasi melalui

bimbingan teknis tentang tata cara perhitungan pajak. Proses edukasi tersebut

untuk menghilangkan kesalahan baik dalam perhitungan pajak maupun

Page 99: Catatan Inspirasi Transformasi

89

penyetoran pajak ke Kas Negara. Di samping itu, perlu diberikan pemahaman

yang baik kepada kalangan bendahara khususnya dan setiap Pemerintah

Daerah pada umumnya mengenai manfaat sangat besar dari pajak yang

dipungut untuk kelangsungan manajemen keuangan daerah.

Berkat kepercayaan dan sinergi yang telah kami jalin bersama, saya

mampu mendapatkan dukungan dari ketiga Pemerintah Daerah yaitu Pemda

Kabupaten Kepulauan Sangihe, Kabupaten Kepulauan Sitaro, dan Kabupaten

Kepulauan Talaud. Dukungan yang diberikan adalah berupa keinginan

Pemda untuk menyerahkan data SIMDA serta transparan terkait pengelolaan

keuangan. Hal itu tentu saja lebih menguntungkan KPP Pratama karena

dengan demikian hanya dengan dua orang tenaga yang mengelola data

SIMDA tersebut dapat memberikan hasil yang maksimal berupa pengawasan

yang lebih baik.

Pengawasan bendahara dengan menggunakan SIMDA telah

mendapat pengakuan dan respon positif oleh Kanwil Suluttenggo dan Malut

yang diwujudkan keseragaman pelaksanaan pengawasan SIMDA di setiap

KPP di wilayah kerja Kanwil Sulutteggo Malut. KPP Pratama Tahuna dengan

pengelolaan SIMDA diberi kesempatan menyusun buku panduan yang

kemudian dicetak dan diperbanyak oleh Kanwil. Saat ini buku panduan

pengolahan data SIMDA telah tersebar ke seluruh KPP di Indonesia. Dan berkat

itu pulalah saya kemudian terpilih menjadi juara ketiga Kepala Kantor Peduli

Pajak.

Page 100: Catatan Inspirasi Transformasi

90

Formulir Pelayanan:Upaya Sederhana Menjamin Kualitas Pelayanan

Toupik Kurohman

KPPBC Tipe Pratama Pomalaa

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

Suatu siang menjelang sore sekelompok orang tergesa-gesa

mendatangi Kantor Pelayanan Bea Cukai yang terletak di ujung jalan Jenderal

Ahmad Yani, Pomalaa. Beberapa kendaraan yang mengangkut mereka

diparkir asal begitu saja. Wajah-wajah mereka tampak tak bersahabat.

Mereka lebih terlihat hendak melakukan unjuk rasa dibanding melakukan

17

Page 101: Catatan Inspirasi Transformasi

91

urusan pelayanan kepabeanan. Mereka yang terprovokasi mencari-cari

seorang petugas yang dianggap menghambat proses pemuatan barang

ekspor. Tidak hanya itu mereka mengeluarkan ancaman akan merusak kantor.

Emosi mereka sudah mendidih, sedikit saja tersulut bisa meledak.

Beruntung aksi mereka tidak berujung anarkis. Mereka datang disaat yang

tidak tepat, hari Sabtu di saat kantor libur, dan pegawai yang dicari tidak ada.

Petugas keamanan kantor menyarankan mereka untuk datang kembali

secara baik-baik pada hari kerja. Rupanya kesalahpahaman tersebut muncul

karena mereka keliru memahami penjelasan petugas. Pegawai Bea Cukai

waktu itu menyampaikan bahwa perusahaan yang hendak melakukan ekspor

harus memenuhi persyaratan yang ditentukan instansi terkait, sementara pihak

perusahaan yang menyampaikan permohonan ijin pemuatan ekspor tidak

dapat menunjukan persyaratan tersebut sebagaimana mestinya. Petugas

menyarankan agar melengkapi permohonan tersebut, namun saran petugas

tersebut disalahartikan sebagai penolakan ijin muat ekspor dan

memperlambat pelayanan.

Cerita tersebut saya dengar dari rekan-rekan sekantor, ketika awal-awal

mulai menjalankan tugas di KPPBC Tipe Pratama Pomalaa. Saya coba

menggali dan mengenali lingkungan baru tempat saya bekerja. Hal-hal apa

saja yang sudah dilakukan, belum dilakukan, yang sudah baik dan yang harus

diperbaiki. Tantangan dan peristiwa-perstiwa apa saja yang terjadi dalam

perjalanan pengabdian teman-teman. Pengalaman adalah pelajaran

kehidupan yang tidak ada di bangku kuliah. Dari sekilas pengalaman tersebut

saya mulai berpikir upaya apa yang bisa dilakukan agar kejadian tersebut

tidak terulang. Mencegah agar tidak terjadi bias informasi dalam setiap

pelayanan yang dilakukan. Ada mekanisme sederhana yang mudah

dipahami dan diikuti oleh pengguna jasa. Dengan demikian mereka dapat

mengetahui apa-apa saja kewajiban yang harus dipenuhi terlebih dahulu

sebelum mereka memperoleh hak untuk mendapatkan pelayanan. Berbagai

Page 102: Catatan Inspirasi Transformasi

92

persyaratan sebuah layanan tergambar secara jelas dan dapat mereka

ketahui secara detail bahkan tanpa harus bertanya terhadap petugas.

Saya mulai memetakan kondisi pelayanan pada saat itu. Subseksi

Perbendaharaan dan Pelayanan sebelum saya datang belum ada yang

memimpin, rupaya saya adalah kasubsi pertama disitu. SOP kegiatan

pelayanan masih tumpang tindih pada Subseksi Perbendaharaan dan

Pelayanan serta Subseksi Penindakan dan Penyidikan, belum terdapat

pemisahan fungsi pelayanan dan pengawasan yang tegas antara kedua

subseksi tersebut.

Setiap pengajuan permohonan pelayanan, pengguna jasa langsung

menyampaikan surat permohonan, petugas membukukannya dalam buku

agenda, tidak ada tanda terima yang diberikan kepada pengguna jasa.

Pelayanan PIB (Pemberitahuan Impor Barang), PEB (Pemberitahuan Ekspor

Barang) dan Manifest memulai diterapkan mandatory secara penuh Customs

and Excise Information System & Automations (CEISA) dengan menggunakan

media penyimpanan data elektronik pada bulan Juli 2013, tepat satu bulan

sejak saya mengawali tugas di Pomalaa. Dalam pengajuan PIB, PEB dan

Manifes, checklist kelengkapan dokumen hanya terdapat dalam cover map

dokumen untuk keperluan internal, tanda terima diberikan dalam lembaran

terpisah untuk pengajuan yang sudah memenuhi syarat dan mendapat nomor

pendaftaran.

Langkah pertama yang kami lakukan adalah menyempurnakan SOP

Pelayanan. Kemudian mulai membuat konsep formulir layanan. Berbekal

pengalaman ketika bertugas di Seksi Kepatuhan Internal di KPPBC Tipe Madya

Tanjung Perak saya mulai mengambil contoh formulir layanan yang

digunakan di Tanjung Perak. Konsep formulir layanan yang akan dibuat di

Pomalaa sedapat mungkin bisa multi-fungsi. Memenuhi kepentingan kedua

belah pihak (pihak pengguna jasa dan pihak Bea Cukai). Formulir layanan

ditujukan agar dapat memperkuat prinsip self assessment. Formulir layanan

Page 103: Catatan Inspirasi Transformasi

93

juga dapat meningkatkan transaparansi dan kepastian layanan kepada

pengguna jasa.

Formulir Layanan ini mempunyai fungsi sebagai berikut:

- Memberikan informasi daftar persyaratan dari setiap jenis layanan yang

harus dipenuhi, pengguna jasa dapat mengambil dan membawa pulang

formulir tersebut sebelum nanti kemudian menyerahkan ketika

mengajukan pelayanan

- Lembar checklist untuk pernyaratan dokumen yang akan disampaikan

- Berfungsi sebagai bukti tanda terima atas pelayanan yang diberikan

- Menyediakan kolom untuk memberikan informasi berupa alasan

penolakan sebuah layanan untuk memberikan transparansi kepada

pengguna jasa jika layananan ditolak

- Alat kontrol untuk menjaga kualitas dan kecepatan pelayanan,

mencantumkan nama dan kontak pengurus, identitas pegawai yang

melayani serta tertulis waktu diterima layananan.

Formulir layanan pada tahap awal dirancang untuk layanan-layanan

dengan frekuensi yang cukup sering dilakukan di KPPBC Tipe Pratama

Pomalaa. Setiap formulir layanan diberikan kode untuk memudahkan

identifikasi. Beberapa formulir layanan yang sudah disusun antara lain sebagai

berikut:

No Kode Pelayanan Pengguna

1 PBPL-01 Permohonan Repro Modul Eksportir /

Importir / Sarana Pengangkut

Eksportir,

Importir, Agen

2 PBPL-02 Rencana Kedatangan Sarana

Pengangkut (RKSP)

Agen

3 PBPL-03 Inward Manifes Agen

4 PBPL-04 Outward Manifes Agen

5 PBPL-05 Ijin Pemuatan Ekspor Barang Curah

(Form 3D)

Eksportir

6 PBPL-06 Pengajuan PEB Eksportir

7 PBPL-07 Perbaikan PEB Eksportir

Page 104: Catatan Inspirasi Transformasi

94

8 PBPL-08 Pembatalan PEB Eksportir

9 PBPL-09 Pengajuan PIB Importir

Setelah selesai dilakukan desain bentuk formulir layanan dan mendapat

persetujuan kepala kantor. Kami melakukan sosialisasi forulir layanan kepada

pengguna jasa bertepatan dengan kegiatan sosialiasi tentang aplikasi CEISA

dan setelah itu dilakukan ujicoba pemberlakukan pengisian formulir layanan

sementara dengan mengunakan hasil cetak foto kopi.

Setelah dilakukan evaluasi dan semuanya dapat berjalan sesuai

rencana, desain formulir kemudian diserahkan kepada bagian umum untuk

dilakukan proses percetakan. Formulir layanan dibuat rangkap dua dengan

kertas lembar kedua berjenis NCR yang berkarbon, sehingga apabila menulis

pada kertas yang paling atas (lembar pertama) akan tembus ke kertas

dibawahnya (lembar kedua). Lembar pertama berwarna putih diperuntukan

untuk arsip kantor dan lembar kedua berwarna hijau untuk pengguna jasa.

Manfaat yang dirasakan dengan adaya formulir layanan bagi

pengguna jasa adalah sebagai upaya preventif, yaitu pengguna layanan

dapat mempersiapkan dengan lebih baik persyaratan yang dibutuhkan

dalam sebuah pelayanan. Pengguna layanan juga dapat memperoleh

kepastian dan transparansi. Survey kepuasan pengguna layanan yang

dilakukan pasca diterapkannya formulir layanan memperoleh hasil indeks 4,67

(skala 5) dengan kategori sangat puas, untuk variabel sistem dan prosedur

pelayanan.

Bagi pihak Bea Cukai formulir layanan bermanfaat untuk menjaga

kualitas layanan dan berfungsi sebagai alat kontrol untuk para petugas

pelayanan. Tanda terima yang mencantumkan waktu layanan sangat

berrmanfaat untuk menghitung batas waktu yang berkonsekuensi timbulnya

denda administrasi kepada pengguna jasa akibat keterlambatan

penyampaian pemberitahuan. Beberapa perusahaan yang terkena denda

Page 105: Catatan Inspirasi Transformasi

95

tidak pernah ada yang keberatan karena formulir layanan ini menjadi bukti

yang otentik dan dipegang kedua belah pihak. Dan syukur alhamdulillah

kejadian seperti yang diceritakan diawal tulisan ini tidak akan terjadi lagi.

Page 106: Catatan Inspirasi Transformasi

96

Sepenggal Kisah MATAPPA

Agusman Account Representatife KPP Pratama Makassar

Barat

Direktorat Jenderal Pajak

Seiring dengan perkembangan dunia teknologi di era globalisasi ini, di

dalam dunia yang serba digital sekarang ini, ditambah lagi teknologi yang

terus berkembang, penerapan aplikasi teknologi dalam berbagai bidang pun

terus dilakukan, tidak terkecuali dalam sektor perpajakan

Salah satu contoh penerapan teknologi ini adalah aplikasi GIS

atau Geographical Information System. Salah satu yang dapat dilakukan GIS

dalam bidang perpajakan adalah mencakup inventarisasi, manajemen, dan

kesesuaian lokasi Wajib Pajak (WP), singkatnya adalah mengelola pemetaan

WP

18

Page 107: Catatan Inspirasi Transformasi

97

GIS dapat digunakan untuk membantu mengelola pemetaan WP

seperti lokasi WP, manajemen visit ke lokasi WP, perbandingan antara lokasi WP

dengan WP yang lain, dan analisa lainnya. Dengan menggunakan GIS kita

dapat membandingkan setoran pajak antara WP yang satu dengan WP yang

lain dengan analisa luas lahan, jenis usaha serta lokasi usaha yang

sama/berdekatan. Dengan adanya GIS membantu menginventarisasi data-

data tersebut menjadi lebih cepat dianalisis.

Seorang AR harus memiliki data yang akurat tentang lokasi dan analisa

WP sebelum melakukan visit ke WP. Namun hal ini kadang tidak sejalan di

lapangan takala terjadi pergantian AR di suatu kantor pelayanan pajak

sehingga AR yang baru harus memulai dari awal lagi untuk melakukan

pengenalan wilayah lagi dengan melakukan pencarian WP, dan seorang AR

kurang optimal dalam melakukan pengaturan jadwal serta titik lokasi visit ke

WP hal ini terjadi dan terus terjadi karena belum tersedianya sarana untuk

melakukan pemetaan wilayah WP secara baik dan mudah.

Selama ini DJP memiliki peta blok eks PBB dalm bentuk GIS sudah tidak

digunakan lagi. GIS ini memuat data digital tentang bidang berupa NOP dan

luas tanah suatu wilayah. Dengan modal peta blok ini dibuatlah Map Tax Payer

Profile Application (MATAPPA) yang dalam bahasa daerah artinya percaya

atau pencerahan, dengan harapan dengan adanya MATAPPA seorang AR

tidak buta lagi mengenai wilayahnya termasuk lokasi, kegiatan dan gambaran

usaha WP terutama bila terjadi pergantian AR.

Sistem MATAPPA ini bukan semata-mata software atau aplikasi

komputer, namun merupakan keseluruhan dari pekerjaan managemen

pengelolaan WP sehingga bisa melakukan analisis dan pemetaan potensi

pajak ke dalam database.

Page 108: Catatan Inspirasi Transformasi

98

Manajemen pengelolaan

sistem perlu dilakukan secara

sistematis, cepat, dan akurat

untuk mengimbangi

pertumbuhan dan

perkembangan data WP di

wilayah tersebut, Melalui

pengaturan data yang baik,

dengan melibatkan parameter-parameter perpajakan, dapat dilakukan

pemetaan WP dan potensinya secara efektif dan efisien. Guna mendukung

sistem pengelolaan tersebut, perlu adanya sistem informasi yang lebih bagus

lagi.

Setiap bagian dari peta MATAPPA mengandung data informatif yang

dimungkinkan untuk diolah, disunting, disimpan dan dipanggil kembali serta

dianalisis secara terpadu sehingga pembaruan data bisa dilakukan dengan

mudah. Dengan sistem ini proses penggaian potensi perpajakan akan semakin

ringkas, sederhana dan menyeluruh.

Salah satu komponen utama MATAPPA adalah peta blok, akan tetapi

untuk menjadi bagian dari sebuah sistem infomasi maka peta tersebut harus

“dikawinkan” terlebih dahulu dengan NPWP. Wujud utama dari perkawinan

antara peta dan data tersebut masih berupa peta. Hanya saja, berkat proses

penggabungan data dan grafis peta blok menjelma menjadi sebuah “peta

pintar”. Kenapa disebut pintar? Karena peta ini dapat disajikan dalam bentuk

lapisan-lapisan (layer) gambar yang masing-masing mewakili informasi yang

berasal dari database. Data tersebut dipilah sesuai dengan kebutuhan atau

tujuan yang hendak dicukupi melalui sistem informasi ini, misalnya saja untuk

memenuhi kebutuhan inventarisasi, dokumentasi atau navigasi. Layanan lain

yang jauh lebih pintar adalah kemampuan aplikasi MATAPPA untuk melakukan

analisis. Dengan penggabungan beberapa jenis data yang relevan, dapat

Page 109: Catatan Inspirasi Transformasi

99

diperoleh analisis mengenai suatu permasalahan atau potensi pajak. Hasil

analisis tersebut bisa dimanfaatkan sebagai rekomendasi atau dasar

pengambilan keputusan yang mencakup perencanaan, pengelolaan atau

penentuan kebijakan

Dari paparan di atas, rasanya tidak mengada-ada bahwa sistem

pemetaan wilayah WP dalam bentuk aplikasi MATAPPA yang berasal dari peta

digital yang begitu mahal sisa peninggalan PBB yang mana dulunya sudah

tidak terpakai lagi bisa diolah kembali

menjadi sesuatu yang berharga dan

dimanfaatkan oleh dan untuk pegawai

pajak.

Dengan MATAPPA, lokasi WP bisa

diubah menjadi data alamat atau data

koordinat yang berguna dalam penentuan

lokasi pada WP pada peta. Sehingga

penggalian potensi perpajak seorang AR maupun petugas pajak yang lain

bisa lebih maksimal. Tentu dibutuhkan pula data-data lainnya seperti master

file, setoran WP dan jenis pajak, sektor dominan, penyebaran WP yang

ditampilkan dalam bentuk pewarnaan dan grafik yang kesemuanya bisa

dirangkum dalam suatu aplikasi yang dinamakan MATAPPA.

.

Page 110: Catatan Inspirasi Transformasi

100

Implementasi Penganggaran Berbasis Kinerja di Kementerian Keuangan

Marudut R. Napitupulu Kepala Subbagian Perencanaan II

Biro Perencanaan dan Keuangan

Sekretariat Jenderal

Proses reformasi perencanaan penganggaran di internal Kementerian

Keuangan mendapatkan momentum yang tepat sejalan dengan hasil cetak

biru Transformasi Kelembagaan yang ditetapkan dalam KMK 36/2014. Dalam

salah satu butir inisiatif transformasi Sekretariat Jenderal memandatkan untuk:

“Menyelaraskan strategi, perencanaan dan kinerja melalui penganggaran

19

Page 111: Catatan Inspirasi Transformasi

101

berbasis kinerja – Kemenkeu akan berada di garis depan penerapan reformasi

penganggaran utama dengan memastikan keselarasan antara keseluruhan

strategi Kemenkeu, perencanaan program dan outcome, dan alokasi

anggaran melalui penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja (PBB), sebagai

bagian dari proyek pilot bagi sektor pemerintahan” (hal 28). Inisiatif ini

bukanlah tantangan yang mudah, mengingat negara-negara maju

memerlukan waktu dalam hitungan dekade baru sampai pada tahap

kematangan implementasi Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK).

Bersama-sama dengan

Direktorat Jenderal Anggaran,

Sekretariat Jenderal c.q Biro

Perencanaan dan Keuangan

menjadi inisiator dan owner dari

inisiatif transformasi Implementasi

Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK)

tersebut. Dalam perja-lanannya, Biro

Perencanaan dan Keuangan

sebagai koordinator implementasi

PBK di lingkungan internal Kemenkeu

dituntut untuk menjadi Prime Mover

perubahan bagi 11 (sebelas) unit

Eselon I. Perubahan yang menuntut

Biro Perencanaan dan Keuangan

untuk mengambil peran dan posisi

yang proporsional karena Biro kami

bukan sebagai regulator seperti DJA

yang harus menghasilkan kebijakan

penganggaran bagi unit teknis di

internal Kemenkeu.

Page 112: Catatan Inspirasi Transformasi

102

Selain itu, Biro Perencanaan dan Keuangan harus mampu mewujudkan

Kemenkeu menjadi benchmark atau showcase bagi Kementerian Lembaga di

Republik ini untuk mengubah paradigma penganggaran yang input-based,

line-item, incremental menjadi pengalokasian uang rakyat yang

memperhatikan kinerja dan hasil (outcome oriented). Kalau Kemenkeu saja

tidak bisa, bagaimana mungkin Kementerian Lembaga lainnya, kira-kira

begitu tantangannya.

The show must go on. Go or not Go bukan lagi suatu pertanyaan!

Melainkan, suatu keharusan dan totalitas yang harus disikapi secara

profesional. Tantangannya adalah bagaimana menyusun suatu kebijakan di

internal Kemenkeu untuk mengakselerasi implementasi PBK yang menjadi

kunci dari keselarasan tata kelola strategi, kinerja dan anggaran. Dengan

keterbatasan sumber daya manusia dan pengalaman menerbitkan kebijakan

Biro Perencanaan dan Keuangan dituntut untuk menghasilkan kebijakan di

tahun 2014 sebagai milestone implementasi PBK.

Salah satu key success factors dalam

pelaksanaan insiatif ini adalah dukungan

pimpinan, dalam hal ini Kepala Biro

Perencanaan dan Keuangan yang luar biasa

sebagai enabler yang memberikan diskresi

untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang

diperlukan, memonitor perkembangan serta

memberikan support atas setiap tahapan.

Pada tahap awal, dibentuk sebuah

Champion tim yang terdiri dari pegawai lintas Bagian di lingkup Biro

Perencanaan dan Keuangan meliputi Bagian Perencanaan, Bagian

Penganggaran, Bagian Perbendaharaan serta Bagian Akuntansi dan

Pelaporan.

Page 113: Catatan Inspirasi Transformasi

103

Pemilihan Champion tim dilakukan langsung oleh Kepala Biro dengan

pertimbangan kombinasi ilmu yang saling melengkapi. Semua anggota tim

kemudian mengikuti pelatihan di School of Business and Management (SBM)

ITB, selama 3 (tiga) hari sebulan selama 6 (enam) bulan. Tujuannya,

menambah kapasitas sekaligus membentuk kekompakan tim. Disela-sela

pendidikan dimanfaatkan untuk melakukan diskusi-diskusi (bersama

widyaswara BPPK dan unit eselon I) yang difokuskan pada penyusunan

Kebijakan Implementasi PBK.

Tantangan penulisan kebijakan ini sangat banyak. Semua anggota tim

‘dipaksa’ berpikir ‘out of the box’ dan keluar dari ‘comfort zone’. Bagaimana

tidak, setiap sub bab buku panduan yang akan disusun dibagi habis ke dalam

setiap anggota tim baik perorangan maupun kelompok kecil dua atau tiga

orang dengan rencana kerja yang ketat sambil melaksanakan tugas dan

fungsi keseharian yang juga padat. Selain referensi yang kebanyakan

bersumber dari artikel, jurnal dan buku manual berbahasa asing, jumlah

peraturan Perencanaan dan Penganggaran yang berlaku di Republik ini juga

luar biasa banyak. Mulai dari Undang-Undang, Peraturan Pemerintah sampai

Peraturan Menteri terkait. Belum lagi masing-masing individu dan kelompok

kecil diharuskan untuk melakukan presentasi atas sub bab yang menjadi

tanggung jawabnya, yang bisa dibayangkan menjadi extra-effort bagi

anggota tim yang bukan berasal dari bagian Perencanaan dan Bagian

Penganggaran.

Tidak berhenti disitu, setiap peserta diskusi juga diwajibkan untuk

memberikan pendapat, WAJIB, tidak boleh ada yang menjadi penumpang

gelap (free riders). Satu putaran! Demikian istilah Cahyo Widjayanto, Project

Manager (PM) tim penyusunan kebijakan. Ya, dalam diskusi yang semi informal

dan egaliter ini setiap peserta harus memberikan komentar yang kritis, skeptis

bahkan kadang menyakitkan karena hasil kerja setiap orang dikomentari

sedemikian ‘tajam’ tanpa hak jawab secara langsung. Budaya open-minded

Page 114: Catatan Inspirasi Transformasi

104

dan responsible sangat terasa dalam proses diskusi dan dialog dalam tim.

Open-minded karena harus siap menerima kritik, masukan dan perbaikan

suatu nilai yang jarang sebelum era transformasi. Serta responsible, karena

secara profesional harus memenuhi tuntutan kualitas dan deadline serta

memberikan masukan yang merujuk pada literatur.

Demikian proses sub-bab demi sub-bab berlangsung berbulan-bulan

selama tahun 2014 yang diikuti dengan Seminar untuk menjaga quality

assurance yang dihadiri oleh pihak eksternal yang ahli di bidang Perencanaan

dan Pengadaan dari DJA, Bappenas, Pakar Kebijakan Publik Universitas

Indonesia dan Australia Government Partnership Fund (GPF). Dalam seminar,

kembali tim penulis mendapat kritik, masukan-masukan dan perspektif yang

luar biasa untuk memperkaya panduan yang disusun. Meskipun, dengan tulus

para pakar tersebut sangat mengapresiasi kerja keras tim.

Setelah perbaikan final, akhirnya, buku panduan perencanaan

penganggaran diterbitkan Better Practice Guide: Implementasi

Penganggaran Berbasis Kinerja dan mendapatkan endorsement dari Menteri

Keuangan pada November 2014. Endorsement yang luar biasa juga diperoleh

dari Sekretaris Jenderal serta Ketua GPF Australia, serta sambutan yang

antusias dari 11 (sebelas) unit Eselon I yang akan menggunakan panduan ini

pada masing-masing unit. Terbayar sudah investasi waktu, tenaga dan pikiran

berbulan-bulan lamanya.

Meskipun telah diterbitkan, panduan ini menyisakan dua pertanyaan

kritis yang sekaligus dua keunggulan utama panduan ini yaitu: mengapa

panduan tidak dalam bentuk Ketetapan Menteri Keuangan (KMK), dan

mengapa hanya better practice bukan best practice?

Page 115: Catatan Inspirasi Transformasi

105

Untuk pertanyaan

pertama tim penulis

mengambil lesson learned dari

pengalaman reformasi

penganggaran di Australia

bahwa semakin banyak

regulasi semakin menyulitkan

bagi pengguna anggaran,

disamping itu dalam seni

alokasi anggaran panduan

yang bersifat himbauan lebih

mengedepankan dialog

substansi yang sehat dibanding

aturan yang rigid. Untuk

pertanyaan kedua, kami

berpendapat panduan yang diterbitkan perlu fokus pada praktik

perencanaan penganggaran yang belum baik menjadi lebih baik (better).

Juga identifikasi atas sesuatu praktik yang better akan menjadi pekerjaan

rumah yang dinamis, berkelanjutan serta semangatnya tidak akan berhenti

hanya sampai pada penerbitan panduan ini. Pun demikian, kami juga

mengenalkan praktik-praktik baru sebagai hasil lesson learn di negara-negara

maju yang fit dengan konteks Kemenkeu seperti Resource Forum dan Budget

Statement yang mengharuskan komitmen dan keterlibatan pimpinan

(leadership) untuk mengawal perencanaan yang baik. Bagaimana tidak,

‘gagal merencanakan adalah merencanakan untuk gagal’, kata Alan Lakein

untuk menekankan pentingnya perencanaan anggaran yang baik.

Demikian, bagi Champion tim penerbitan pedoman ini adalah bukti

nyata Sekretariat Jenderal menjadi contoh Prime Mover dalam mensukseskan

agenda Transformasi Kelembagaan di Kemenkeu. Juga menjadi bukti nyata

.

.

Page 116: Catatan Inspirasi Transformasi

106

sinergi strategis top-down dan semangat persistensi bottom-up. Pesannya,

Transformasi Kelembagaan memberikan ruang dan kesempatan bagi setiap

individu maupun tim di Kementerian Keuangan untuk menjadi ‘driver’

transformasi sesuai peran kita masing-masing.

Mari kita nikmati setiap proses transformasi karena kaya dengan

pembelajaran sekaligus menjadi portofolio bagi kita masing-masing dalam

menjawab tuntutan serta keraguan beberapa pihak atas kompetitifnya

remunerasi yang diterima pegawai Kemenkeu. Salam transformasi dan terima

kasih untuk semua pihak yang telah berkontribusi dan bersinergi dalam

pencapaian milestone inisiatif implementasi Penganggaran Berbasis Kinerja.

Page 117: Catatan Inspirasi Transformasi

107

Sepenggal Kisah TPT Offline

Fahmi Harzi, KPP Pratama Palangkaraya,

dikisahkan oleh Hasan, KPP Pratama Mempawah

Direktorat Jenderal Pajak

Jika para pegawai pajak ditanya tentang Kantor Pelayanan,

Penyuluhan, dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) apa yang terbersit dalam

pikiran mereka? Jika penulis boleh menyimpulkan berdasarkan survey

sederhana yang dilakukan, kira-kira jawabannya seperti ini; jauh, tempatnya

terpencil, pegawainya sedikit, pekerjaannya banyak, hingga tidak ada sistem

dan aplikasi penerimaan surat-surat wajib pajak baik SPT maupun permohonan

lainnya yang terstandardisasi.

20

Page 118: Catatan Inspirasi Transformasi

108

Apabila kita sandingkan dengan teori persepsi dan fakta, empat

jawaban pertama merupakan persepsi. Hal ini karena pernyataan-pernyataan

tersebut bisa disanggah keabsahannya, tergantung dari sudut pandang

orang yang menilai. Sedangkan pernyataan kelima merupakan fakta yang

nyata dan dapat diverifikasi kevalidannya. Pembedaan antara persepsi dan

fakta tersebut menjadi penting dilakukan dalam upaya melakukan

transformasi di tubuh KP2KP, karena seharusnya fakta-fakta negatif itulah yang

seharusnya dilakukan perbaikan terlebih dahulu.

KP2KP merupakan ‘kepanjangan tangan’ dari Kantor Pelayanan Pajak.

Istilah ini sering digunakan mengingat KP2KP biasanya dibentuk untuk

memudahkan pelayanan kepada Wajib Pajak yang letaknya jauh dari wilayah

Kantor Pelayanan Pajak. Pelayanan yang diberikan tidak hanya berupa

konsultasi dan penyuluhan saja, akan tetapi juga terkait fungsi pelayanan

berupa penerimaan SPT dan permohonan wajib pajak lainnya.

Terkait fungsi pelayanan ini, KP2KP di seluruh Indonesia memang belum

mempunyai aplikasi khusus yang terstandardisasi, berbeda dengan KPP yang

sudah mempunyai beberapa aplikasi yang standar dan berlaku secara

nasional seperti Aplikasi TPT Lokal, SIDJP, hingga Sismiop. Karena tidak adanya

sistem yang terstandardisasi, KP2KP membuat aplikasi penerimaan sendiri, dan

kebanyakan menggunakan aplikasi excel sederhana.

Penulis pun pernah bertugas di KP2KP Mempawah selama satu minggu

di tahun 2012. Aplikasi yang digunakan di KP2KP Mempawah saat itu masih

menggunakan format microsoft excel. Ada beberapa kekurangan ketika

penerimaan SPT dan permohonan Wajib Pajak menggunakan format microsoft

excel sederhana; Pertama, sulit memberikan penomoran untuk Lembar

Pengawasan Arus Dokumen (LPAD) dan Bukti Penerimaan Surat (BPS) yang

diberikan ke Wajib Pajak karena diberikan nomor secara manual. Kedua, Tidak

mampu mendeteksi kesalahan penulisan Nomor Pokok Wajib Pajak. Ketiga,

Page 119: Catatan Inspirasi Transformasi

109

Tidak terdapat history atas data SPT yang telah disampaikan, sehingga ada

kemungkinan Wajib Pajak dapat melapor atas jenis dan masa pajak yang

sama lebih dari satu kali dengan status yang sama serta tidak dimungkinkan

adanya menu cetak ulang BPS bagi Wajib Pajak. Keempat, pencetakan

register harian (rekap penerimaan SPT dan permohonan) yang dilakukan

secara manual yang menyebabkan lamanya pengiriman berkas ke KPP.

Melihat kondisi tersebut, seorang pria yang saat itu masih berumur 23

tahun berinisiasi untuk membuat aplikasi sederhana penerimaan SPT dan

permohonan wajib pajak di KP2KP Mempawah yang kemudian diberi nama

Aplikasi TPT Offline.

Aplikasi TPT Offline

Januari 2013, Fahmi Harzi mulai memperkenalkan aplikasi TPT Offline di

KP2KP Mempawah. Aplikasi TPT Offline sendiri merupakan aplikasi yang

dirancang berdasarkan peraturan dan Standard Operating Procedure (SOP)

yang berlaku dalam Direktorat Jenderal Pajak.

Ada beberapa syarat berupa sarana dan prasarana yang diperlukan

agar aplikasi ini dapat diimplementasikan dengan baik. Hardware yang

digunakan berupa perangkat komputer dengan spesifikasi Operating System

(OS) minimal windows XP dan Printer LaserJet untuk pencetakan BPS dan LPAD.

Sedangkan software yang digunakan adalah: Visual Basic (untuk pembuatan

formulir-formulir), Microsoft Access (untuk database Wajib Pajak), dan Crystal

Report (untuk pencetakan).

Selain hardware dan software, syarat tambahan dari aplikasi ini adalah

perlunya update data Wajib Pajak dari bagian Pengolahan Data dan Informasi

Perpajakan KPP Pratama Mempawah minimal satu bulan sekali. Fungsi update

data ini adalah untuk memberikan validasi data terkait dengan perubahan-

Page 120: Catatan Inspirasi Transformasi

110

perubahan yang terjadi seperti; penambahan Wajib Pajak baru, perubahan

status PKP, perubahan status NPWP, dan perubahan data Wajib Pajak lainnya.

Melihat beberapa persyaratan yang telah tertulis diatas, aplikasi ini

sebenarnya bisa diterapkan di KP2KP yang lain. KP2KP yang lain bisa

mengubah database dengan data masterfile Wajib Pajak mereka. Tampilan

aplikasi juga bisa diubah sesuai dengan keinginan dari KP2KP yang

bersangkutan.

Aplikasi TPT offline ini pun telah memberikan beberapa manfaat yang

nyata-nyata dirasakan oleh para pegawai KP2KP Mempawah. Pertama,

Dapat menghasilkan auto numbering pada BPS dan LPAD, sehingga hasil

keluaran yang tercetak mempunyai nomor yang urut dan berbeda untuk

setiap jenis SPT maupun permohonan lainnya. Kedua, Dapat mendeteksi

kesalahan penulisan NPWP hingga pelaporan ganda oleh Wajib Pajak,

sehingga Wajib Pajak dapat dihimbau untuk mengubah status pelaporan

menjadi pembetulan. Ketiga, Mempunyai fitur untuk mencetak ulang BPS dan

LPAD, hingga edit dan hapus data jika terdapat kesalahan dalam perekaman.

Keempat, Dapat melakukan register harian secara otomatis yang

terkelompokkan berdasarkan jenis SPT dan permohonan Wajib Pajak lainnya.

Disamping itu, aplikasi TPT offline juga mempunyai fungsi ganda, karena

disamping memberikan manfaat langsung kepada pegawai, aplikasi ini pun

bermanfaat untuk meningkatkan kepuasan Wajib Pajak terkait dengan

pelayanan yang diberikan oleh pegawai KP2KP. Kepuasan Wajib Pajak

tersebut dapat dilihat dari adanya fitur-fitur baru yang bisa diperoleh wajib

pajak seperti pencetakan ulang tanda terima atau BPS jika Wajib Pajak

kehilangan tanda terima tersebut.

Manfaat lain yang bisa diperoleh Wajib Pajak adalah terkait waktu

pelayanan penerimaan SPT dan surat-surat yang lebih cepat serta hasil

cetakan bukti penerimaan surat yang lebih baik karena disamping memuat

Page 121: Catatan Inspirasi Transformasi

111

nomor yang unik (berbeda atas setiap masa dan jenis pajak) hasil cetakan

menggunakan printer LaserJet juga lebih rapi. Efek lanjutan dari pelayanan

yang lebih cepat serta hasil cetakan yang terkesan lebih formal ini adalah

meningkatnya profesionalisme para pegawai pajak di mata Wajib Pajak.

Akan tetapi, aplikasi ini tidaklah sempurna. Salah satu kekurangan dari

aplikasi ini adalah keterbatasan jumlah data Wajib Pajak karena hanya

memuat masterfile dalam lingkup wilayah kerja KPP Pratama Mempawah saja.

Hal ini juga terkait dengan penggunaan Microsoft Access sebagai aplikasi

database Wajib Pajak.

Meskipun demikian, aplikasi TPT offline tetap merupakan inovasi

impelementatif yang bisa terus dikembangkan dan disempurnakan. Dengan

berbagai masukan dari para ahli IT baik di Kementerian Keuangan maupun

Direktorat Jenderal Pajak secara khusus, penulis yakin sepenggal kisah TPT

offline dari kota kecil, Mempawah, ini mampu menjadi pilot project

terstandardisasinya aplikasi penerimaan SPT dan permohonan Wajib Pajak di

KP2KP. Demi citra Direktorat Jenderal Pajak yang lebih baik.

Page 122: Catatan Inspirasi Transformasi

112

Menu Mesin Antrian Terpadu Layanan Satu Atap

Yogi Bekti Swasana

Kepala Seksi bank KPPN Amlapura

Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Kisah ini diawali dengan pepatah :

“Tidak ada yang abadi selain perubahan”

Sebuah jargon yang sering kita dengar ketika program Transformasi

sebuah lembaga dicanangkan, tidak terkecuali ketika Kementerian Keuangan

mencanangkan Transformasi Kelembagaan pada tahun 2012. Hasil Blueprint

Transfomasi Kelembagaan Kementerian Keuangan mengamanatkan bahwa

salah satu quick win nya adalah shared service Direktorat Jenderal

21

Page 123: Catatan Inspirasi Transformasi

113

Perbendaharan dan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, hal ini menuntut

setiap insan Perbendaharaan dan Kekayaan Negara untuk selalu siap

menyongsong sebuah perubahan.

Sebagai implementasinya,

pada tahun 2014, Kantor

Pelayanan Perbendaharan

Negara (KPPN) Amlapura merintis

dibentuknya layanan bersama

antara Direktorat Jenderal

Perbendaharaan (DJPB),

Direktorat Jenderal Pajak (DJP)

dan Direktorat Jenderal

Kekayaan Negara (DJKN)

dengan meluncurkan program

layanan satu atap. Layanan Satu

Atap merupakan layanan yang

diberikan untuk kemudahan

pelayanan dalam satu tempat

terhadap kebutuhan satker dalam layanan terpadu yakni layanan

perbendaharaan, layanan pengelolaan BMN dan layanan konsultasi

perpajakan. Pelayanan dipusatkan di satu tempat layanan dengan

kelengkapan penyediaan sarana pendukung pada KPPN Amlapura yang

dilaksanakan secara terjadwal dalam suatu kesepakatan bersama untuk

memberikan sinergi layanan bekerjasama dengan para petugas yang

berkompeten sesuai fungsi layanan dari KPKNL Denpasar, KPKNL Singaraja, KPP

Gianyar ddan KPPN Amlapura terhadap peningkatan pelayanan kepada

satker-satker mitra kerja dalam wilayah tugas yang sama. Layanan satu atap

ini di launching pada tanggal 3 Juli 2014.

.

Page 124: Catatan Inspirasi Transformasi

114

Saat ini, dengan diterbitkannya Surat Ketua Project Management Office

Direktorat Jenderal Perbendaharaan Nomor S-29/TRBTKPB/2015 Tanggal 22

April 2015 tentang Persipan layanan bersama kantor vertikal Ditjen

Perbendaharaan dan Ditjen Kekayaan Negara, layanan satu atap akan

diterapkan di beberapa Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara sebagai

wujud Sinergi antara DJPB dan DJKN.

Untuk mendukung layanan satu

atap, Kepala KPPN Amlapura pada

tahun 2014, Lasmaria Manurung

berinovasi dengan merancang menu

layanan satu atap pada mesin antrian

layanan terpadu. Ide pembuatan

mesin antrian terpadu sebenarnya

merupakan ide sederhana akan

tetapi mempunyai manfaat yang

besar bagi penerima jasa layanan

pada KPPN Amlapura. Sebelum

adanya inovasi mesin layanan antrian

terpadu, mesin antrian hanya

melayani layanan utama pada KPPN Amlapura, yaitu CSO, Penerimaan SPM

dan ADK, Laporan Bank/Pos dan Validasi Surat Setoran, Rekonsiliasi SAKPA dan

Penyerahan SP2D dan Penerimaan Surat Masuk. Sedangkan bagi pemangku

kepentingan yang membutuhkan layanan satu atap KPPN Amlapura, harus

memilih jenis layanan dengan sistem manual yaitu mendaftar pada buku tamu

pada CSO KPPN Amlapura, kemudian menyampaikan jenis layanan yang

diinginkan dan menunggu antrian. Dengan keterbatasan jumlah SDM yang

menangani CSO, hal ini tentunya menyita waktu dan dalam melayani kurang

maksimal. Selain itu akan menyulitkan KPPN Amlapura dalam menyusun statistik

secara tepat dan cepat tentang jumlah satker dan jenis layanan satu atap

yang dibutuhkan. Atas dasar hal ini, maka untuk mendukung layanan satu

.

.

Page 125: Catatan Inspirasi Transformasi

115

atap KPPN Amlapura, diusulkan untuk mensinergikan mesin antrian layanan

satu atap dengan mesin antrian layanan utama KPPN Amlapura.

Dengan menggunakan menu mesin layanan satu atap, stakeholder

KPPN Amlapura dapat ,melakukan pilihan terhadap layanan unggulan KPPN

Amlapura yaitu:

• Customer Service Officer (CSO), layanan untuk jasa konsultasi tentang

proses pencairan APBN, SPAN dan SAKPA pada seksi Pencairan Dana

dan Manajemen Satuan Kerja (PDMS);

• Penerimaan SPM dan ADK, layanan penerimaan SPM dan ADK untuk

dilakukan proses konversi pada FO Seksi PDMS;

• Laporan Bank/Pos dan Validasi Surat Setoran, layanan penerimaan

ADK LHP Bank/Pos dan layanan konfirmasi Surat Setoran Pajak dan

PNBP pada FO Seksi Bank;

• Rekonsiliasi SAKPA, Layanan untuk melakukan rekonsiliasi SAKPA pada

seksi Verifikasi Akuntansi dan Kepatuhan Internal (Veraki);

• Penyerahan SP2D dan Penerimaan Surat Masuk, Layanan penerimaan

SP2D lembar 2, SPM dan Surat Masuk pada Subbagian Umum;

• Konsultasi Pengelolaan BMN, Layanan Konsultasi tentang Pengelolaan

Barang Milik Negara pada Layanan satu Atap;

• Konsultasi Perpajakan, Layanan konsultasi Perpajakan yang diberikan

oleh KPPN Gianyar;

• BISA (Bimbingan Satker), Layanan Bimbingan Satuan Kerja terkait

Aplikasi yang diberikan oleh seksi PDMS/Veraki

Manfaat yang diperoleh oleh satuan kerja adalah dengan adanya

beberapa menu pada layanan satu atap adalah setiap pemangku

kepentingan akan mudah memilih dan menetapkan jenis layanan yang

diinginkan dalam sebuah sarana yang terintegrasi. Pemangku kepentingan

Page 126: Catatan Inspirasi Transformasi

116

dapat memilih lebih dari satu layanan yang diberikan baik layanan pokok

KPPN Amlapura maupun layanan satu atap.

Dengan dukungan mesin antrian terpadu pada layanan satu atap,

KPPN Amlapura meraih penghargaan pada Kantor Pelayanan Percontohan

Tingkat Kementerian Keuangan pada Tahun 2014. Dalam melakukan

perubahan dari manual antrian ke sistem antrian terpadu diperlukan inovasi

dan ketekunan dalam menciptakan jenis layanan yang dapat membantu

para pemangku kepentingan. Awalnya, untuk membangun sebuah inovasi

baru yang belum pernah dilakukan oleh unit lain cukup susah, tetapi dengan

dukungan dan keja keras tim, akhirnya KPPN Amlapura kembali membuat

sebuah inovasi sederhana tetapi bermanfaat bagi pengguna jasa layanan.

Page 127: Catatan Inspirasi Transformasi

117

Kumpulan Modul Satker

Andika Rohman Prasetia

KPPN Pelaihari

Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Nama saya Andika Rohman Prasetia, teman-teman biasanya

memanggil saya dengan sebutan Dika. Saat ini saya bekerja di KPPN Pelaihari,

Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Mungkin teman-teman bertanya-tanya,

dimanakah itu KPPN Pelaihari ??? Buat sebagian orang nama Pelaihari begitu

sangat asing. Tak terkecuali saya sendiri awalnya. Pada sekitar pertengahan

bulan Juni tahun 2011, dimana merupakan hari bersejarah buat Lulusan STAN

2010. Dimana dihari itu merupakan pengumuman penempatan buat

22

Page 128: Catatan Inspirasi Transformasi

118

angkatan kami. Rasa galau dan gelisah terlihat dari wajah seluruh teman

angkatan STAN 2010 yang ditempatkan di Direktorat Jenderal

Perbendaharaan.

Ketika giliran saya menerima amplop berwarna coklat itu, hati ini serasa

deg-degan untuk membukanya. Akhirnya terbukalah amplop tersebut. Dan

seketika saya baca dan tertulis nama KPPN Pelaihari. rasa senang atau sedih

belum bisa utarakan saat itu juga, kenapa?? Karena saya sendiri tidak tahu

dimanakah KPPN Pelaihari itu, Jauh atau Dekat lokasinya ??

Coba bertanya-tanya dengan teman seangkatan lainnya, katanya

Pelaihari tidak jauh-jauh amat, transportasi juga cukup mudah. Alhamdulillah

saya ucapkan saat itu, Insya Allah penempatan di Pelaihari akan memberikan

berkah untuk kedepannya. Aminn…

Diawal bekerja di KPPN Pelaihari, saya ditempatkan di seksi Verifikasi dan

Akuntansi di bagian Back Office dimana tugasnya menyusun arsip SPM

maupun SP2D sebagai pertinggal KPPN. Awal tahun 2012, saya ditugaskan

menjadi Front Office Seksi Verifikasi dan Akuntansi sebagai petugas Rekonsiliasi.

Saat itu baru saya mengenal aplikasi-aplikasi yang digunakan oleh satuan

kerja. Walaupun awalnya baru mengenal yang namanya Aplikasi SAKPA,

karena di FO Verifikasi dan Akuntansi melayani rekonsiliasi data antara data

SAI dan SAU, dimana satker diharuskan menggunakan Aplikasi SAKPA sebagai

aplikasi yang membentuk ADK Rekonsiliasi.

Di FO Rekonsiliasi ini, saya baru belajar bagaimana menggunakan

Aplikasi SAKPA, cara mengatasi masalah yang terjadi Aplikasi SAKPA dan

sebagiannya yang berhubungan dengan Aplikasi untuk Rekonsiliasi ini.

Seiring berjalannya waktu, saya juga mencoba belajar Aplikasi satker

yang lain, seperti Aplikasi SPM, GPP, SILABI, SAS, RKAKL DIPA, SIMAK BMN, SAIBA.

Karena kadangkala di bagian CSO KPPN Pelaihari cukup terjadi antrian satker

Page 129: Catatan Inspirasi Transformasi

119

yang berkonsultasi terkait masalah Aplikasi yang sedang mereka hadapi. Dan

saat itu saya coba membantu CSO untuk melayani satker yang mau konsultasi

ataupun sedang mengalami masalah terhadap aplikasinya.

Diakhir tahun 2013, saya diamanahi oleh Kepala Kantor untuk menjadi

CSO menggantikan CSO sebelumnya yang pindah/mutasi. Jadi pada waktu

itu, saya merangkap 2 jabatan di Front Office KPPN Pelihari, sebagai CSO serta

Petugas Rekonsiliasi.

Awalnya memang saya merasa kewalahan, karena selain antrian satker

yang mau melakukan rekonsiliasi data juga ditambah antrian satker yang ingin

konsultasi maupun sedang mengalami masalah terhadap aplikasinya. Setelah

coba saya kompilasi ternyata beberapa pertanyaan yang diajukan oleh

satker satu dengan yang lainnya hampir sama dan permasalahan yang

dihadapi pun juga hampir serupa.

Oleh karena itu saya berpikir bagaimana agar permasalahan satker

beserta solusinya ini bisa dikompilasi dan bisa dimanfaatkan oleh satker tanpa

harus mereka datang ke KPPN. Sehingga tidak terjadi antrian lagi satker yang

berkonsultasi terkait permasalahan aplikasi. Pada mulanya saya berencana

untuk membuat suatu buku kumpulan permasalahan dan solusi bagaimana

mengatasi masalah yang terjadi pada aplikasi satuan kerja. Akan tetapi jika

dibuat buku sepertinya kurang efektif dan efisien, karena nantinya jika ada

updating Permasalahan dan Solusi harus mencetak dan membagikan buku

tersebut lagi kepada satuan kerja.

Page 130: Catatan Inspirasi Transformasi

120

Akhirnya tercetuslah ide untuk membuat website, karena selain dapat

diakses dimana saja dan kapan saja serta jika ada updating Tutorial Satker

akan mudah untuk ditambahkan. Di dalam website tersebut berisi Tutorial

Satker dari mulai cara membuat SPM sampai solusi-solusi bagaimana yang

harus dilakukan oleh satuan kerja ketika mengalami permalasahan pada

Aplikasi Satker itu sendiri.

Alamat website tersebut dapat diakses di andikaprasetia.com. Di

website tersebut saya juga menyertakan kolom pertanyaan yang bisa

digunakan oleh satker untuk menanyakan permasalahan yang sedang

dihadapi. Dan juga saya mencantumkan alamat email yang bisa digunakan

oleh satuan kerja jika memang ada pertanyaan yang cukup kompleks

sehingga teman-teman satker bisa mengirimkan permaslahan dan

pertanyaan yang sedang mereka hadapi lewat email.

Page 131: Catatan Inspirasi Transformasi

121

Awal mulanya memang website ini saya tujukan untuk satuan kerja di

lingkup KPPN Pelaihari saja. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, ternyata

banyak pertanyaan yang masuk dari satuan kerja diluar KPPN Pelaihari.

Memang awalnya kaget juga, karena website sederhana yang pada mulanya

saya bangun untuk satker lingkup KPPN Pelaihari, saat ini juga diakses hampir

seluruh satker di wilayah Indonesia. Pernah suatu hari kalau saya tidak salah

ingat, ada pertanyaan yang masuk dari salah satu pegawai Kedubes

Indonesia di Slovakia menanyakan permasalahan terkait Aplikasi SPM.

Alhamdulillah, dengan adanya website ini selain dapat bermanfaat

buat satker lingkup KPPN Pelaihari, juga dapat bermanfaat buat teman-teman

satker lainnya di seluruh wilayah Indonesia. Tahun lalu saya punya sedikit

pemikiran untuk membuat Tutorial Satker selain lewat tulisan, saya berencana

bagaimana kalau membuat Tutorial Satker lewat Video. Akhirnya

tercetuslahnya website Treasutytube. Website Treasurytube sementara bisa

diakses di http://treasurytube.andikaprasetia.com . Karena menurut saya

dengan media video, dapat lebih memudahkan satuan kerja, khususnya

satuan kerja yang baru mengenal Aplikasi Satker.

Pada bulan Agustus tahun lalu, Ditjen Perbendaharaan mengadakan

Lomba Karya Inovasi Teknologi Informasi (L-KITI) 2014. Karena kebetulan juga

saya baru membuat Treasurytube, maka saya mencoba untuk mengikutkan

Treasurytube dan web andikaprasetia.com di ajang L-KITI 2014. Alhamdulillah

pada bulan Oktober 2014, diumumkan karya saya masuk Finalis L-KITI 2014, dan

diundang ke Bogor untuk dipresentasikan dan dilakukan penjurian. Syukur

Alhamdulillah, saya mendapatkan Juara 2 diajang L-KITI 2014, serta diundang

Rapimnas Ditjen Perbendaharaan 2014 untuk penyerahan piagam dan

hadiah.

Page 132: Catatan Inspirasi Transformasi

122

Sampai saat ini Treasurytube masih saya kembangkan kontennya

karena selain bisa bermanfaat untuk satuan kerja, semoga bisa digunakan

juga untuk lebih memasyarakatkan Ditjen Perbendaharaan dan Unit Eselon I

Kementerian Keuangan lainnya, serta semoga bisa ikut menyukseskan

Transformasi Kelembagaan Kementerian Keuangan. Amiinn…

Page 133: Catatan Inspirasi Transformasi

123

Rekonsiliasi Eksternal KPPN Vs Satker Melalui Email

Nur Abdul Haris,

Kepala Sub Bagian Umum KPPN Bima

Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Menurut Pasal 30 Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang

Keuangan Negara berbunyi

1. Presiden menyampaikan rancangan undang-undang tentang

pertanggungjawaban pelaksanaan APBN kepada DPR berupa laporan

keuangan yang telah diperiksa oleh BPK, selambat-lambatnya 6 (enam)

bulan setelah tahun anggaran berakhir;

2. Laporan keuangan dimaksud setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi

APBN, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan,

23

Page 134: Catatan Inspirasi Transformasi

124

yang dilampiri dengan laporan keuangan perusahaan negara dan badan

lainnya

Presiden memberikan mandat kepada Menteri Keuangan selaku

Bendahara Umum Negara untuk melaksanakan pertanggungjawaban

pelaksanaan APBN serta Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara

mengangkat Kuasa Bendahara Umum Negara untuk melaksanakan tugas

kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran dalam wilayah kerja

yang telah ditetapkan. Pengangkatan Kuasa Bendahara Umum Negara pada

Kepala KPPN mempunyai konsekuensi tanggung jawab untuk menyusun dan

menyampaikan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) Kuasa BUN di

daerah.

KONDISI, PROSES PENYUSUNAN, DAN KUALITAS LKPP KUASA BUN

Penulis dimutasi ke KPPN Yogyakarta (Subbag Umum) pada Juli 2007

saat pembentukan KPPN Percontohan, pada waktu bersamaan terdapat

banyak data pada LKPP KPPN Yogyakarta yang harus diperbaiki guna

menghasilkan LKPP Kuasa BUN yang akurat. Hal ini memberikan dampak

psikologis kepada petugas rekonsiliasi dan staf penyusun laporan keuangan

pada Seksi Verifikasi dan Akuntansi KPPN Yogyakarta untuk bekerja keras

mempelajari permasalahan, memverifikasi dokumen sumber, dan

menganalisis laporan keuangan.

Salah satu konsekuensi pembentukan KPPN Percontohan yakni Petugas

Rekonsiliasi dan staf penyusun laporan keuangan yang baru akibat mutasi.

Jumlah satker sekitar 350 dan kompleksitas transaksi yang terdapat pada KPPN

Yogyakarta serta petugas yang baru mengharuskan KPPN Yogyakarta segera

berbenah dengan sisa waktu 5 bulan dari akhir tahun 2007.

Kualitas LKPP Kuasa BUN dapat tercermin dari penilaian dan pemberian

peringkat oleh Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Ditjen Perbendaharaan

pada KPPN Yogyakarta. Adapun peringkat LKPP Kuasa BUN Daerah pada

Page 135: Catatan Inspirasi Transformasi

125

tahun 2007 pada posisi 174 dari 178 KPPN se-Indonesia dan Kanwil Ditjen

Perbendaharaan Prov. DIY pada posisi 29 dari 30 kanwil (sesuai surat Nomor S-

4470/PB/2008).

PERBAIKAN DATA, SHARING KNOWLEDGE, TIM YANG SOLID BERDAMPAK PADA

KUALITAS LKPP

KPPN Yogyakarta melakukan mutasi intern pada bulan Februari 2008

yang salah satu tujuan untuk menata ulang posisi pegawai demi terciptanya

pelayanan dan kinerja pegawai yang lebih baik. Penulis yang sebelumnya

ditugaskan pada Subbag Umum diberi kepercayaan bertugas di Seksi Verifikasi

dan Akuntansi untuk membantu Tim penyusunan LKPP. Penulis mempelajari

tugas pokok dan fungsi pada Seksi Verifikasi dan Akuntansi dan melaksanakan

tugas sesuai arahan atasan langsung maupun Kepala Kantor serta

memberikan ide dan pendapat demi perbaikan kualitas dalam penyusunan

LKPP Tingkat Kuasa BUN Daerah.

Latar belakang pendidikan Penulis, pengalaman pekerjaan yang

pernah digeluti, serta aktif dalam berdiskusi terutama di internal Seksi Verifikasi

dan Akuntansi menjadikan modal untuk meningkatkan semangat bekerja dan

menciptakan inovasi demi kualitas LKPP yang lebih baik. Penulis yang

merupakan bagian tim rekonsiliasi dan penyusun LKPP berkomitmen untuk

meyakinkan bahwa data yang terdapat pada KPPN sevalid mungkin dengan

cara pembagian tugas dalam melakukan verifikasi dokumen sumber, selalu

menjaga komunikasi agar kenyamanan dalam bekerja dapat tercipta

sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil yang lebih baik.

Semangat dan kerja sama tim untuk senantiasa melakukan inovasi demi

memudahkan pekerjaan dan meningkatkan keakuratan. Adapun inovasi

yang dimaksud antara lain: pelaksanaan rekonsiliasi eksternal antara KPPN

selaku Kuasa BUN Daerah dan Satuan Kerja Mitra kerja KPPN melalui surat

elektronik (email). Kegiatan rekonsiliasi via email dimulai sejak bulan Juli 2009

Page 136: Catatan Inspirasi Transformasi

126

dengan menunjuk beberapa satuan kerja sebagai uji coba pelaksanaan

rekonsiliasi. Alhamdulillah, sampai dengan tahun 2012 satker yang telah

melaksanakan rekonsiliasi via email sebanyak 345 dari 352 satker, aktivitas

tersebut sangat bermanfaat dan memuaskan kedua belah pihak antara lain:

1. Efisien : memangkas waktu yang terbuang untuk antri, karena satker dapat

melakukan rekonsiliasi via email sehingga sambil menunggu jawaban

email, satker dapat menyelesaikan pekerjaan yang lain di kantor masing-

masing;

2. Hemat biaya: diharapkan operator dari satker menyampaikan laporan ke

KPPN sekali datang langsung diterbitkan Berita Acara Rekonsiliasi (BAR),

dengan asumsi rekonsiliasi telah dilakukan sebelumnya via email dan telah

dinyatakan sama dan benar oleh petugas KPPN sehingga petugas dari

satker tidak mondar-mandir (hemat BBM);

3. Mempercepat pelaksanaan rekonsiliasi dan penyusunan LKPP KPPN

Yogyakarta

4. Psikologis petugas KPPN merasa lebih nyaman dan tingkat konsentrasi

lebih baik karena dapat melayani satker dengan cepat dan tepat.

Pelaksanaan rekonsiliasi via email mendapat apresiasi secara langsung

oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan saat itu yang dijabat oleh Bp. Herry

Purnomo, saat beliau melakukan kunjugan kerja di KPPN Yogyakarta. Saat itu

juga, Pak Dirjen memerintahkan kepada Direktur Sistem Perbendaharaan

untuk membuat SOP Pelaksanaan Rekonsiliasi via email. Selang beberapa

bulan setelah kunjungan kerja Dirjen Perbendaharaan di KPPN Yogyakarta,

Ditjen Perbendaharaan menerbitkan SOP Pelaksanaan Rekonsiliasi via Email.

Kualitas LKPP KPPN Yogyakarta yang semakin bagus memberikan

dampak yang signifikan terhadap penyusunan LKPP Kanwil Ditjen

Perbendaharaan Prov. DIY dan berkontribusi terhadap penyusunan LKPP yang

disusun oleh Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Ditjen

Perbendaharaan. Pengakuan kualitas LKPP yang disusun oleh KPPN

Page 137: Catatan Inspirasi Transformasi

127

Yogyakarta dengan diterbitkan Keputusan Dirjen Perbendaharaan sebagai

berikut:

Tahun

Anggaran

Peringkat LKPP

Penetapan Peringkat KPPN

Yogyakarta

Kanwil Ditjen

PBN Prov. DIY

2008 Peringkat 5 Peringkat 1 S-4119/PB/2009

2009 Peringkat 2 Peringkat 1 KEP-172/PB/2010

2010 Peringkat 2 Peringkat 1 KEP-106/PB/2011

2011 Peringkat 2 Peringkat 4 KEP-212/PB/2012

2012 Peringkat 1 Peringkat 1 KEP-191/PB/2013

Pencapaian di atas merupakan kerja keras dan komitmen pegawai

KPPN Yogyakarta dalam mempertanggungjawabkan pelaksanaan APBN

selaku Kuasa Bendahara Umum Negara.

Demi meningkatkan layanan terhadap satuan kerja sebagai mitra kerja

KPPN Yogyakarta, Penulis berinovasi untuk membuat Aplikasi CaLK (Catatan

atas Laporan Keuangan) tingkat satuan kerja yang berbasis Excel dengan

tujuan untuk mempermudah satuan kerja untuk menyusun CaLK khususnya

keakuratan angka dalam laporan keuangan satker. Aplikasi CaLK tersebut

dimulai sejak tahun 2009, dan sampai dengan tahun 2014 masih digunakan

satker dengan catatan Penulis menyesuaikan format untuk memenuhi

ketentuan peraturan yang berlaku (Basis Excel tampilan Printout seperti Word).

Penulis juga berinovasi untuk membuat biodata satuan kerja berbasis Excel,

dengan memanfaatkan data pada masing-masing seksi yang terangkum

pada Aplikasi Tracer. Aplikasi tersebut memuat kodefikasi dan uraian satker,

alamat dan no telpon, pejabat perbendaharaan satker, jumlah DIPA, data izin

pembukaan rekening (no rek, atas nama rek, dan nomor surat izin pembukaan

rekening), petugas KIPS, operator SAKPA/SAIBA, dan operator SPM.

Page 138: Catatan Inspirasi Transformasi

128

Work Effectively with Community

Ardiyanto Basuki,

Dikisahkan oleh Hasan KPP Pratama Mempawah

Direktorat Jenderal Pajak

Tahun 2014 bukanlah tahun yang mudah bagi KPP Pratama

Mempawah. Bagaimana tidak, selain dituntut untuk mempertahankan

performa di bidang pelayanan dan konsultasi kepada masyarakat, KPP

Pratama Mempawah pun diharapkan mempunyai kenaikan signifikan dalam

hal penerimaan perpajakan. Berdasarkan Rapat Koordinasi Daerah di awal

tahun 2014, penerimaan KPP Pratama Mempawah diharapkan meningkat

sebesar 30% dari target di tahun 2013 lalu.

24

Page 139: Catatan Inspirasi Transformasi

129

Memang, target KPP Pratama Mempawah tidak seberapa jika harus

dibandingkan dengan beberapa KPP di seluruh Indonesia, bahkan dalam

lingkup Kantor Wilayah DJP Kalimantan Barat pun KPP Pratama Mempawah

merupakan kantor pelayanan pajak dengan target penerimaan pajak yang

paling rendah. Target tahun 2014 sebesar 142,66 Milyar Rupiah bahkan tidak

sampai sepersepuluh dari target penerimaan kantor pelayanan pajak

tetangga (baca: KPP Pratama Pontianak), akan tetapi kita tidak bisa

membandingkan kantor pelayanan pajak berdasarkan penerimaan semata.

Salah satu faktor yang menentukan besar kecilnya target penerimaan kantor

pelayanan pajak adalah karakteristik wajib pajak di wilayah kantor pelayanan

pajak tersebut.

KPP Pratama Mempawah merupakan Kantor Pelayanan Pajak yang

membawahi satu wilayah, yaitu Kabupaten Mempawah yang terdiri dari 60

desa dan 7 kelurahan yang dibawahi oleh 9 kecamatan. Sementara itu, jika

dilihat dari karakteristik mata pencaharian, Wajib Pajak Orang Pribadi di

kabupaten Mempawah sebagian besar merupakan pedagang kecil dan

pegawai. Sedangkan untuk Wajib Pajak Badan Usahanya sebagian besar

adalah jasa konstruksi yang mayoritas pelaporan pajaknya nihil (karena tidak

ada proyek yang dijalankan). Maka bisa dibayangkan betapa sulitnya para

pegawai di lingkungan KPP Pratama Mempawah dalam menggali potensi

wajib pajak mereka.

Awal Kuartal keempat tahun 2014, KPP Pratama Mempawah dibawah

instruksi Bapak Ardiyanto Basuki, berdiskusi dengan seluruh pegawai terkait

upaya dalam peningkatan penerimaan KPP Pratama Mempawah. Hal ini

mengingat penerimaan KPP Pratama Mempawah yang cukup

mengkhawatirkan sampai akhir September 2014. Seksi pengawasan konsultasi

dan pengolahan data internal di KPP Pratama Mempawah saat itu, bahkan

hanya memprediksi penerimaan pajak di akhir Desember 2014 maksimal

terhenti di angka 95% dari target yang dibebankan di awal tahun 2014. Hal ini

Page 140: Catatan Inspirasi Transformasi

130

berdasarkan pertimbangan asumsi pertumbuhan alami dan extra effort yang

sudah dicapai oleh KPP Pratama Mempawah hingga akhir September 2014.

Diskusi yang dibalut dalam konsep rapat pembinaan tersebut berjalan

sangat hidup. Ide-ide bermunculan dari banyak kepala. Setelah berbagai

pertimbangan, Ide work with community pun menjadi terobosan pilihan yang

realistis dilakukan dalam jangka pendek pada saat itu.

Bekerja dengan Komunitas

Work with community, atau bekerja dengan komunitas merupakan ide

yang dimunculkan pertama kali oleh Bapak Ardiyanto Basuki selaku Kepala

KPP Pratama Mempawah. Hal ini berdasarkan pengalaman beliau ketika

menimba ilmu di Australia beberapa tahun silam.

Menurut beliau, pajak di

Australia mempunyai terobosan

dalam upaya peningkatan

penerimaan pajak. Australian

Taxation Office (ATO), melakukan

pendekatan dengan komunitas

street vendor (di Indonesia biasa

disebut pedagang kecil) yang

sangat sulit untuk diawasi karena

tempat usaha yang sering

berpindah. Dengan adanya

kerjasama dan komunikasi yang

intensif dengan para koordinator dari komunitas tersebut, pengawasan

terhadap para pedagang kecil di Australia menjadi lebih mudah dilakukan.

Dengan kata lain, kerjasama yang baik dengan komunitas eksternal juga

mampu meningkatkan penerimaan pajak. “Kenapa tidak kita coba terapkan

di wilayah kabupaten Mempawah?” Ujar beliau saat itu.

.

Page 141: Catatan Inspirasi Transformasi

131

Setelah work with community menjadi ide pilihan, maka critical point

selanjutnya adalah menentukan komunitas yang akan menjadi prioritas saat

itu. Setelah mempertimbangkan aspek karakteristik wajib pajak dan jangka

waktu yang sangat singkat, maka ditentukan KPP Pratama Mempawah akan

melakukan pendekatan dengan tokoh masyarakat dan para kepala desa di

wilayah kabupaten Mempawah. Untuk memperlancar kegiatan tersebut, KPP

Pratama Mempawah langsung berkoordinasi dengan seluruh kecamatan di

wilayah kabupaten Mempawah.

Konsep work with comunnity yang ditawarkan KPP Pratama Mempawah

sebenarnya sangat sederhana; Mengumpulkan masyarakat dalam satu

kecamatan dalam satu forum besar. Hal yang menjadi unik adalah kapan dan

bagaimana forum tersebut dilakukan.

Waktu pelaksanaan forum tersebut dilakukan berdasarkan keinginan

sebagian besar masyarakat di wilayah kecamatan masing-masing. Misalnya

untuk kecamatan Sungai Pinyuh meminta dilakukan kegiatan di malam hari

(mengingat sebagian besar wajib pajak merupakan pedagang kecil), lain

halnya untuk masyarakat kecamatan Segedong, Toho, Sadaniang, Sungai

Kunyit, Mempawah Hilir, Mempawah Timur, dan Anjungan yang meminta

dilakukan sosialisasi di pagi hari, sedangkan kecamatan Siantan di siang hari.

Penyesuaian waktu berdasarkan keinginan masyarakat setempat ini dilakukan

dengan tujuan supaya masyarakat setempat bisa berpartisipasi aktif dalam

forum tersebut.

Selain memertimbangkan waktu, KPP Pratama Mempawah pun

memberikan perhatian khusus terkait konsep sosialisasi. Forum kepada

masyarakat di tiap-tiap kecamatan tersebut dilakukan dengan konsep

talkshow santai dengan mengundang para tokoh masyarakat dan kepala

desa di masing-masing kecamatan. Penuturan dalam penyampaian materi

pun dibuat sederhana sehingga mudah dipahami oleh masyarakat awam.

Page 142: Catatan Inspirasi Transformasi

132

Selain itu, para pegawai pun membaur dalam masyarakat sehingga

masyarakat dapat secara langsung bertanya maupun berdiskusi dengan para

pegawai pajak. Tidak lupa talkshow tersebut diselingi dengan acara hiburan

live music dan berbagai doorprize menarik bagi masyarakat yang berani

bertanya dalam forum terbuka dengan pertanyaan yang berkualitas.

Dengan masifnya partisipasi

masyarakat dalam forum tersebut

maka bisa dilakukan brainstorming

terkait permasalahan perpajakan di

masing-masing kecamatan. Hasil

brainstorming ini kemudian menjadi

salah satu pertimbangan dalam

melakukan pendekatan lain di

masyarakat. Misalnya adalah

masyarakat di wilayah kecamatan

Anjungan yang meminta dilakukan

sosialisasi lanjutan terkait penerapan

PP 46 untuk para pedagang kecil di

wilayah pasar Anjungan, sementara itu banyak para bendaharawan di

kecamatan Mempawah Hilir dan Mempawah Timur yang mengharapkan

adanya sosialisasi bendaharawan tambahan.

Pada akhirnya, efek positif mulai terlihat dalam tabel penerimaan pajak

KPP Pratama Mempawah. Memang, terlalu naif jika kita mengambil

kesimpulan bahwa tercapainya penerimaan pajak KPP Pratama Mempawah

hingga menyentuh angka 104.95% dari target, karena efek dari pelaksanaan

work with community. Akan tetapi, work with community merupakan salah satu

ide kreatif yang dilakukan dengan peluh para pegawai KPP Pratama

Mempawah dalam upaya pencapaian target penerimaan pajak. Suatu

.

Page 143: Catatan Inspirasi Transformasi

133

upaya kreatif yang diharapkan mampu memberikan multiplier effect jangka

panjang pada penerimaan pajak KPP Pratama Mempawah.

Tidak lupa kita pun perlu mengangkat topi untuk para pahlawan pajak

yang sesungguhnya, bukan kami para pegawai pajak, kami hanya tax officer

yang kebetulan mendapatkan amanah dari pemerintah untuk mengawal

penerimaan pajak. Berikanlah hormat kita untuk para Wajib Pajak yang

dengan sukarela membayar pajak sesuai dengan ketentuan, Para penunggak

Pajak yang masih mau membayar tagihan-tagihan pajak karena

kekhilafannya dalam melanggar peraturan perpajakan, serta para

bendaharawan yang telah dengan rutin menyetorkan pajak instansi atau

perusahaannya ke dalam kas negara. Terima kasih.

Page 144: Catatan Inspirasi Transformasi

134

Tim Kreatif

Dian Handayani

Kepala Seksi Pelayanan Publik dan Hubungan Investor

Direktorat Pembiayaan Syariah,

Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko

Dulu, bagi saya tidak ada yang lebih membahagiakan daripada

memiliki atasan yang akomodatif. Namun sejak menjadi eselon IV,

kebahagiaan saya bertambah, yaitu jika memiliki tim kreatif yang saling

mengisi.

Saya mendapat amanah menjadi Kepala Seksi Perencanaan Transaksi

di Direktorat Pembiayaan Syariah pada tahun 2009. Sekitar dua tahun

25

Page 145: Catatan Inspirasi Transformasi

135

setelahnya, ada perubahan pada tupoksi saya dimana penyiapan infrastruktur

transaksi Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) menjadi salah satunya. Dalam

penyiapan infrastruktur transaksi, ada satu tugas besar setiap tahunnya yaitu

menyiapkan decision support system dalam rangka penerbitan Sukuk Ritel.

Pemesan Sukuk Ritel yang jumlahnya ribuan harus diteliti, diolah, dan diproses

untuk selanjutnya menjadi bahan rekomendasi kepada pimpinan Direktorat

Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (dulu Direktorat Jenderal

Pengelolaan Utang). Selanjutnya Dirjen akan menetapkan penjatahan

(allotment) atau pemesanan yang diterima, yang merupakan jumlah

penerbitan Sukuk Ritel pada tahun itu.

Dalam melakukan pemasaran Sukuk Ritel, Pemerintah bekerja sama

dengan Agen Penjual yang terdiri dari bank dan perusahaan sekuritas. Waktu

itu belum ada sistem yang dapat memudahkan proses validasi apakah data

pemesanan investor yang direkam oleh Agen Penjual sesuai dengan yang

diminta. Data yang masuk harus benar-benar “bersih” agar selanjutnya dapat

diproses dengan sistem yang kami miliki. Ini baru satu hal, membersihkan data.

Proses selanjutnya akan semakin “menantang” ketika setiap pemesan

dikenakan batas maksimal pemesanan. Karena Sukuk Ritel memberikan

keuntungan investasi yang menarik, banyak pihak yang ingin memiliki Sukuk

Ritel sejak pertama kali ditawarkan. Ada saja akal mereka, antara lain

melakukan pemesanan di berapa Agen Penjual sehingga batas maksimal

pembelian terlampaui. Meneliti pesanan belasan bahkan puluhan ribu orang,

dalam jangka waktu selama akhir minggu, bukan pekerjaan yang

menyenangkan jika tidak didukung oleh infrastruktur yang memadai.

Saya tidak memiliki latar belakang pengetahuan mengenai sistem

informasi. Menghadapi tugas baru tersebut, saya hanya mengandalkan

seorang staf saya yang handal dalam pengolahan data serta teman-teman

dari Bagian Teknologi Informasi (TI) yang menyiapkan sistemnya. Dalam benak

saya, “Yah kalau memang harus lembur dari Jumat sampai Minggu, ya

Page 146: Catatan Inspirasi Transformasi

136

sudahlah dijalani saja.” Namun di sini lah saya benar-benar diuntungkan

memiliki staf yang kreatif. Ihwan Hadi namanya. Dia yang pertama kali memiliki

ide untuk membuat suatu sistem sederhana yang dapat memudahkan kerja

kami. Saya pun menyambut idenya dan mendukungnya dengan bersama-

sama menyusun user requirement yang akan disampaikan kepada Bagian TI.

Ketika Bagian TI menyanggupi permintaan kami, saya dibantu Ihwan untuk

menjelaskan secara lebih teknis kebutuhan kami.

Aplikasi Data Cleansing Sukuk Ritel pertama kali digunakan pada tahun

2011. Karena singkatnya waktu penyiapan, kami belum berhasil menyelesaikan

seluruh rangkaian uji coba. Dan ketika dibutuhkan pada harinya, masih ada

satu fungsi di akhir bisnis proses yang belum berjalan sesuai harapan.

Menghadapi kondisi tersebut, saya sempat ditegur oleh atasan serta rekan

kerja yang memang bertanggung jawab atas hasil akhir penerbitan Sukuk Ritel.

Kenekatan saya meminta aplikasi tersebut padahal waktu yang tersedia tidak

memadai, sulit diterimanya. Saya yang merasa sangat bersalah telah

mempersiapkan mental untuk menghadapi yang terburuk, yaitu harus

mengolah ribuan data dengan cara lama. Cara yang tidak saya sukai karena

prosesnya dapat dikatakan semi manual sehingga memerlukan waktu lebih

lama. Jika memang pengolahannya dapat diefisienkan, kenapa tidak.

Pekerjaan dapat selesai pada hari Sabtu tentu lebih baik daripada harus

lembur hingga hari Minggu. Selain itu, bukan semata soal waktu, namun

kredibilitas data dipertaruhkan. Pada kondisi tersebut Ihwan yang lebih

memahami sistem pengolahan data masih berusaha untuk mencari jalan

keluar dan berkoordinasi dengan Pak Ilham Nugroho sebagai programmer

untuk menyelesaikannya.

Saya pun ditenangkan dengan dukungan teman-teman Bagian TI yang

ahli di bidangnya untuk membantu menyelesaikan seluruh proses tersebut.

Fungsi yang belum berjalan dicarikan jalan keluarnya. Pada akhirnya, kami

berhasil menyelesaikan pekerjaan tersebut dan Sukuk Ritel seri SR-003 pada

Page 147: Catatan Inspirasi Transformasi

137

tahun 2011 berhasil terbit. Ini berkat profesionalisme tim TI, Pak Agus Gunawan,

Pak Ilham Nugroho serta Iman Failani.

Aplikasi Data Cleansing Sukuk Ritel tetap digunakan dan terus

mengalami evaluasi serta penambahan fungsi. Aplikasi tersebut telah

berkembang tidak hanya sebatas membersihkan data, namun juga

memproses penjatahan sesuai kebutuhan. Ihwan tidak lagi menjadi staf saya,

namun masih terlibat dalam proses penjatahan. Ketika dilakukan

pengembangan menu dan fungsi pada aplikasi, Wawan Sugiyarto dan Ricky

Gigih Prayoga menjadi tim saya. Karakter Wawan yang selalu terus ingin

belajar dan maju, serta ketekunan Ricky telah membantu mewujudkan hal-hal

yang ingin diperbaiki dan dikembangkan dari aplikasi tersebut. Dalam

perjalanan waktu rasa jenuh menghinggapi saya, namun semangat mereka

telah membuat saya malu sehingga saya pun tetap berusaha menyelesaikan

pekerjaan tersebut. Tentu masih ada mimpi lagi yang ingin diwujudkan terkait

pengembangan sistem pengolahan data tersebut.

Sekarang saya sudah tidak bertugas sebagai Kepala Seksi Perencanaan

Transaksi. Namun pengalaman tersebut menjadi pelajaran dan kenangan

berharga bagi saya. Selama perjalanan tersebut saya beruntung dipimpin oleh

atasan yang akomodatif terhadap pengembangan ide dan kreativitas, Ibu

Fatati Sri Wahyuni dan Bapak Wien Irwanto. Segala ide kami tidak serta merta

dibenamkan namun ditantang hingga memicu kami untuk terus berpikir dan

berkreasi.

Tidak satu orang pun yang sempurna. Saya beruntung memiliki tim yang

kreatif, bersemangat tinggi untuk maju dan saling mengisi, rekan-rekan kerja

yang profesional dan mendukung, serta tidak kalah penting atasan yang

memiliki keyakinan terhadap kami anak buahnya. Seperti dikatakan oleh

Albert Einstein, “Creativity is contagious, pass it on.” Kreativitas itu menular,

maka berbahagialah kita berada di tengah-tengah orang yang kreatif.

Page 148: Catatan Inspirasi Transformasi

138

Demikian pula lah salah satu cara Kementerian Keuangan dapat sukses

melakukan transformasi kelembagaan. Dengan memberikan stimulus untuk ide

dan kreativitas yang membawa pada kemajuan, serta ruang gerak yang

cukup untuk mewujudkan dan mengembangkannya. Organisasi Kementerian

Keuangan memiliki peran strategis untuk mewujudkan segala rencana

pembangunan bangsa di tengah perekonomian dunia yang makin kompetitif.

Untuk melaksanakan itu, Kementerian Keuangan semakin dituntut untuk

adaptif terhadap perubahan, sehingga mau tidak mau harus terus bergerak

maju dan berkembang supaya tidak tertinggal zaman. Dengan tim yang

profesional, kreatif, dan saling mengisi, itu semua dapat terwujud.

Page 149: Catatan Inspirasi Transformasi

139

Buka Hati Buka Pikiran

Agus Suharsono

Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan

Mengkuti diklat merupakan hak setiap Pegawai Kemenkeu, namun

tidak semua pegawai Kemenkeu yang dipanggil ikut diklat datang dengan

hati senang. Tidak jarang ada peserta yang datang tidak siap dan tidak niat

ikut diklat. Paling tidak itu yang saya rasakan pada awal-awal menjadi

Widyaiswara di Pusdiklat Pajak pada akhir tahun tahun 2011. Suasana itu masih

saya rasakan pada tahun 2012. Tentu saja masih ada, mungkin banyak peserta

26

Page 150: Catatan Inspirasi Transformasi

140

diklat yang ikut diklat sudah siap dan senang ikut diklat, tetapi karena tidak

menimbulkan masalah maka tidak menjadi perhatian saya.

Menarik bagi saya adalah bagaimana mengatasi masalah peserta

diklat yang mempunyai potensi bermasalah selama diklat. Secara garis besar

potensi masalah adalah tidak semangat atau tidak mau mengalah. Berbagai

cara sudah saya coba lakukan, beberapa cara ice breaking dan energizer

dari berbagai buku saya coba lakukan. Hasilnya belum memuaskan.

Pertengahan tahun 2013 salah satu pegawai bagian humas meminta saya

untuk membuat semacam jargon untuk menyambut peserta diklat.

Permintaan ini menarik hati saya untuk mengotak-atik kata menjadi

rangkaian kata bermakna dan mudah diingat dan tentu saja harus

bermanfaat. Beberapa kata saya rangkai, namun saya tidak puas. Masih

kurang indah, kadang rangkaiannya indah tapi kurang dalam maknanya. Sore

itu, selepas pulang kantor saya masih mencorat-coret rangkaian kata. Belum

juga menemukan rangkaian kata yang pas. Bergegas saya ke samping

pusdiklat pajak, pesan mie ayam, memenuhi tuntutan perut. Saat makan mie

ayam itulah terbersit sebuah rangkaian kata yang langsung saya SMS ke

teman di bagian humas ‘Ilmu diperoleh dengan keterbukaan hati dan pikiran’.

Plong rasanya, akhirnya menemukan kata yang dapat mewakili apa yang

saya pikir dan rasa.

Sejak itu, peserta diklat selalu disambut dengan spanduk selamat

datang dan jargon itu. Di aula Pusdiklat Pajak yang sering dipakai untuk

pembukaan diklat juga terpampang spanduk besar dengan tulisan itu. Saat

mengajar di kelas saya selalu sampaikan makna rangkaian kata itu di awal

pertemuan. Rasanya cukup bisa memotivasi dan menghidupkan kelas.

Mengapa harus buka hati, buka pikiran? Pertanyaan itu selalu saya

tanyakan kepada peserta sebelum ke materi pokok. Diklat adalah salah satu

Page 151: Catatan Inspirasi Transformasi

141

cara mendapatkan ilmu, jargon di Pusdiklat Pajak adalah Ilmu diperoleh

dengan keterbukaan hati dan pikiran. Mengapa ilmu diperoleh dengan

keterbukaan hati dulu, bukankah ilmu itu identik dengan kecerdasan kognitif

atau kecerdasan pikiran. Ternyata tidak. Menurut pengalaman saya, semua

peserta diklat yang diadakan oleh Pusdiklat Pajak pasti sudah pintar, sudah

mempunyai pengalaman bertahun-tahun di DJP, bahkan beberapa diklat

diikuti oleh pejabat eselon empat. Peserta diklat bukanlah gelas kosong, tapi

sudah berisi. Jadi hati yang harus dibuka terlebih dahulu, baru pikirannya. Hati

yang terbuka akan memotivasi peserta ikut diklat.

Yang menarik adalah bagaimana mengetahui apakah peserta yang

hadir di kelas hatinya sudah terbuka. Untuk menjelasakan makna kalimat

tersebut saya sering minta peserta untuk meletakkan tangan kanannya di atas

hatinya. Sebagian besar peserta meletakkan tangannya di atas dada, namun

selalu ada yang di atas perut atau kepala. Artinya belum ada kesepahaman

apa yang dimaksud hati tersebut. Sebagian besar mengartikan hati sebagai

jantung terjemahan dari heart, sehingga ada di dada, ada yang mengartikan

hati adalah liver yang ada di perut, dan ada yang mengira hati itu pikiran atau

yang ada di kepala. Semua pendapat itu tidak salah, namun harus ada

kesepahaman apa yang dimaksud hati dalam jargon ini. Hati yang saya

maksud bukanlah liver, jantung, atau pikiran tetapi hati yang merupakan

padanan kata dari qolbu.

Bukankah hati (qolbu) itu sesuatu yang tidak tampak? Tentu saja, namun

semua setuju bahwa setiap orang pasti mempunyai hati. Meskipun kita tidak

bisa melihatnya secara langsung namun kita bisa melihat dari gejala yang

nampak apakah orang hatinya sudah terbuka atau belum. Paling tidak ada

dua ciri orang yang hatinya terbuka. Pertama, tersenyum, semakin lebar orang

tersenyum semakin lebar hatinya terbuka. Tentu saja selebar-lebarnya senyum

hanya mampu membuka pintu hati setengahnya saja. Masih ada gejala yang

Page 152: Catatan Inspirasi Transformasi

142

kedua yaitu memuji, orang yang sudah mampu memuji orang sekitarnya

merupakan tanda lainnya bahwa hatinya sudah terbuka.

Dalam diklat selalu saya sampaikan bahwa memuji yang sebenarnya

bukanlah saat orang lain melakukan kebaikan kemudian kita puji, tetapi justru

sebaliknya. Pujian yang sebenarnya adalah saat orang lain melakukan hal

yang tidak menyenangkan namun kita tetap memujinya. Pujian itu

bermacam-macam karena dalam suasana diklat maka kita samakan persepsi

selama diklat bentuk pujian kita adalah mengangkat jempol ke arah peserta

yang berpendapat dan teriakkan “BAGUSS….!”

Banyak peserta yang tidak langsung menyetujui pendapat saya,

bagaimana mungkin orang melakukan kejelekkan tetap harus kita puji.

Penjelasannya begini, semua orang punya kebaikan dan ketidakbaikan.

Semua orang setuju dengan pernyataan ini. Artinya sebaik-baiknya orang

pasti ada jeleknya dan sejelek-jeleknya orang pasti ada baiknya. Jadi

pilihannya mau mencari baiknya atau jeleknya. Dalam konteks diklat, semua

setuju kita mencari baiknya. Oleh karena itu apa pun pendapat teman pasti

ada sisi baiknya, maka harus kita puji dulu, baru dicari apa sisi-sisi baiknya.

Sebaliknya pendapat yang baik sekalipun kita bisa menemukan jeleknya jika

memang diawali dengan melihat sisi jeleknya. Penjelasan ini biasanya diterima

dan menjadi ciri khas kelas saya. Setelah hati terbuka kita juga harus buka

pikiran, mengapa? Saya punya jawaban singkat bahwa pikiran ibarat parasut,

ia akan menyelamatkan pemiliknya jika terbuka. Pikiran yang tertutup

bagaikan terjun payung dengan parasut tidak membuka.

Page 153: Catatan Inspirasi Transformasi

143

Hasil yang dapat saya rasakan luar biasa, kelas bisa hidup dengan

diskusi-diskusi terbuka. Semua peserta menjadi berani berpendapat tidak lagi

malu atau canggung, karena apapun pendapatnya kita angkat jempol dan

teriak “BAGUSSS….!” Ritual ini biasanya akan dilupakan setelah diskusi

berlangsung agak panjang dan terjadi perbedaan pendapat. Namun selalu

ada saja yang ingat dan angkat jempol sambil teriak “BAGUSS….!” Biasanya

kelas kembali cair. Diakhir pertemuan dalam diklat sering saya berpesan

kepada peserta jika saling senyum dan memuji itu baik dalam team work

bawalah ke kantor masing-masing. Bukankah diklat hanya ajang latihan,

pertandingan sebenarnya ada di kantor.

Sayang saya tidak bisa memantau

apakah ada peserta diklat yang

melakukannya di kantor.

Awal Mei 2015, saya menghadiri

reuni teman-teman yang masuk DJP

pada tahun 1995 di Yogyakarta. Riuh

sekali suasananya, di antara kami sudah

beberapa menduduki jabatan eselon

dua dan eselon tiga. Masih ada juga yang eselon empat dan pelaksana.

Namun suasananya masih segar seperti dua puluh tahun yang lalu, bercanda

dan tertawa. Dari kerumunan satu ke kerumunan lain kita berbagi cerita dan

foto bersama. Tiba-tiba ada teman saya yang pernah diklat di kelas saya

mengacungkan jempol sambil bilang “BAGUSS…..!”

.

Page 154: Catatan Inspirasi Transformasi

144

Assessment Center: Salah Satu Pilar Merit System Kementerian Keuangan

Zuraida Retno Pamungkas,

dikisahkan oleh Anang Rohmawan

Biro Sumber Daya Manusia,

Sekretariat Jenderal

Kisah ini merupakan prequel Episode Reformasi Birokrasi Jilid I, betapa

sebuah perubahan membutuhkan kekuatan dua sisi, determinasi anak buah

dan komitmen pimpinan.

Zuraida Retno Pamungkas, atau dikenal akrab sebagai

Onyin menghela nafas lega, setelah proposal pengajuan kegiatan assessment

center Biro Kepegawaian mendapat ‘lampu hijau’ dari Pimpinan

Kemenkeu. Telah beberapa tahun proposal ini direncanakan dan diajukan

27

Page 155: Catatan Inspirasi Transformasi

145

oleh para pendahulunya di Biro Kepegawaian, sampai akhirnya disetujui di

tahun 2007. Pandangan profesional psikolog yang pernah bekerja sebagai

HRD pada satu grup perusahaan swasta nasional terkemuka, adalah aneh jika

Kementerian Keuangan sebagai sebuah institusi besar dan terbaik di

lingkungan Pemerintah belum mengadopsi assessment center. Mungkin

gagasan untuk menyediakan sistem pengukuran kemampuan pegawai

secara fair dan obyektif belum dapat dilihat urgensinya oleh Pimpinan atau

ide tersebut dianggap sangat berpotensi mengurangi diskresi Pimpinan

terhadap proses Baperjakat, yang berarti juga mengurangi kekuasaan

Pimpinan?

Atasan Bu Onyin, Ibu Humaniati, sesungguhnya yang awalnya

mempunyai mimpi mengenai penilaian objektif bagi pejabat di Kemenkeu,

dan untuk mewujudkannya mulai merekrut beberapa psikolog di Biro

Kepegawaian di tahun 1998-1999. Gagasan bahwa jika kebijakan promosi

dan mutasi di Kemenkeu disepakati dilaksanakan atas dasar kemampuan

atau kompetensi seorang pegawai bukannya berdasarkan like or dislike, maka

diperlukan suatu sistem didasarkan atas suatu parameter yang dapat diukur

secara obyektif melalui sebuah metode yang dikenal sebagai assessment

center. Sebagai suatu metode penilaian yang berbasis perilaku dan

melibatkan beragam teknik evaluasi, termasuk menggunakan bermacam alat

ukur. Assessment center dinilai sebagai suatu sistem yang memiliki akurasi yang

cukup tinggi dalam menilai kompetensi pegawai. Ternyata ide perubahan

yang merupakan best practice saja tidak mudah untuk diterapkan, satu hal

yang masih diperlukan selain ide brilian, yaitu restu Pimpinan. Tanpa komitmen

Pimpinan yang buy in atas gagasan tersebut, pasti sulit diwujudkan.

Angin perubahan reformasi Indonesia yang diusung pada tahun 1998-

an akhirnya berhembus juga birokrasi Pemerintahan pada tahun 2007, dengan

digulirkannya program Reformasi Birokrasi Kemenkeu yang dipimpin Menteri

Keuangan saat itu, Ibu Sri Mulyani Inderawati. Bak gayung bersambut,

Page 156: Catatan Inspirasi Transformasi

146

reformasi birokrasi yang selanjutnya dikenal sebagai RB jilid I tersebut membuka

pintu yang lebar atas gagasan assessment center tersebut. Dalam waktu tidak

terlalu lama, Pimpinan Kemenkeu mendukung penuh dengan terbitnya

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 47/PMK.01/2008 tentang Assessment

Center Departemen Keuangan, yang ditindaklanjuti dengan

diterbitkannya Peraturan Sekretaris Jenderal tentang Pelaksanaan Assessment

Center Departemen Keuangan.

Perubahan yang amat

nyata adalah ketika dalam proses

promosi dan mutasi, semua

kandidat di Kementerian

Keuangan harus melewati

proses assessment. Konsepsi

dasar assessment adalah

kompetensi atau kemampuan

seorang pegawai dapat diukur

secara cukup obyektif apabila

menggunakan metode yang

tepat. Assessment, sebagai

metode pengukuran kompetensi

yang sangat berimbas pada karir

seseorang tidak dapat dilakukan hanya dengan satu parameter saja, namun

menggunakan beberapa metode untuk mengukur kompetensi seseorang.

Kompetensi diartikan sebagai kemampuan (capability) atau keahlian

(expertise) yang lebih dari sekedar keterampilan (skill) belaka, namun

merupakan hasil dari pengalaman yang melibatkan pemahaman/

pengetahuan, tindakan nyata, serta proses mental yang terjadi dalam jangka

waktu tertentu serta berulang-ulang sehingga menghasilkan kemampuan/

keahlian dalam bidang tertentu. Oleh karena itu dikatakan pula bahwa

.

.

Page 157: Catatan Inspirasi Transformasi

147

kompetensi dibentuk oleh interaksi antara faktor pengalaman dan faktor

bawaan, hal itulah yang ingin dilihat dalam proses assessment.

Proses assesment pada dasarnya terdiri atas beberapa tahap. Yang

pertama adalah tahap persiapan menentukan jenis-jenis kompetensi atau

lebih dikenal sebagai kamus kompetensi. Secara umum kamus ini dibagi

menjadi 3 cluster kompetensi, yaitu kelompok kompetensi yang berhubungan

dengan aspek thinking, working, dan relating yang meliputi 36 jenis

kompetensi.

Proses selanjutnya sebagai kelanjutan tahap persiapan adalah

menyusun Standar Kompetensi Jabatan (SKJ), SKJ dapat diartikan

sebagaiberupa kumpulan/klaster karakteristik yang mencakup pengetahuan,

keterampilan dan sikap perilaku yang relevan dengan tugas pokok, fungsi, dan

perilaku kerja serta berkaitan dengan keberhasilan atau kegagalan suatu

jabatan. Dalam SKJ, kompetensi dibagi dalam tiga penggolongan, yaitu:

1. Kompetensi Umum, yaitu kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap PNS di

lingkungan Kementerian Keuangan;

2. Kompetensi Inti, yaitu kompetensi yang harus dimiliki oleh tiap Pejabat

sesuai jenjang eseloneringnya;

3. Kompetensi Khusus, yaitu kompetensi yang harus dimiliki oleh masing-

masing Pejabat sesuai dengan jabatan yang dipangkunya.

Dalam hal ini pengetahuan penyusun SKJ akan suatu pekerjaan/

jabatan menjadi sangat penting, sehingga proses penyusunan SKJ menjadi

amat sulit apabila tidak dibekali oleh kemampuan analisa jabatan dan job

description yang valid dan standar.

Tahap kedua adalah pengukuran kompetensi melalui

metode assessment center. Metode assessment center adalah suatu cara

yang dilakukan untuk menggali dan mengukur kompetensi dalam

Page 158: Catatan Inspirasi Transformasi

148

pelaksanaan assessment center dengan menggunakan alat ukur tertentu.

Beberapa metode assessment center yang digunakan:

1. Metode inventory, yaitu metode yang digunakan untuk memahami

potensi dan kompetensi;

2. Metode Simulasi, yaitu suatu metode assessee (peserta Assessment

center) diminta untuk melakukan suatu aktifitas yang berkaitan dengan

situasi riil dalam pekerjaan. Perilaku/ tindakan yang muncul dalam proses

simulasi ini merupakan bahan yang diobservasi/ dipelajari dan dinilai;

3. Metode Assignment, yaitu metode evaluasi dengan cara memberikan

penugasan kepada assessee yang dapat berupa analisa terhadap kasus,

evaluasi diri, atau tugas-tugas lain yang dapat menampilkan potensi dan

kompetensi perilaku assessee;

4. Metode Wawancara, yaitu metode

untuk menggali informasi langsung

dari assessee dengan teknik tanya

jawab tertentu (Behaviour Event

Interview Technique) berdasarkan

panduan wawancara yang telah

disusun sebelumnya, serta

memanfaatkan data dan informasi

yang diperoleh dari 3 (tiga) metode

lainnya.

Tahap berikutnya adalah

pelaporan, yaitu penyusunan laporan

penilaian kompetensi sehingga

diperoleh profil kompetensi pejabat/

pegawai. Ketika akan menempati suatu jabatan tertentu, profil kompetensi

pegawai/pejabat akan diproyeksikan dengan SKJ pada jabatannya atau

.

Page 159: Catatan Inspirasi Transformasi

149

jabatan target sehingga akan membentuk Job Person Match(JPM). JPM inilah

yang digunakan sebagai salah satu norma didalam proses Baperjakat selain

nanti akan dikombinasikan dengan nilai kinerja pegawai berbasis BSC

(balanced score cards) untuk membentuk 9 kotak peta pegawai yang dikenal

sebagai HAV (human asset value matrix).

Kelahiran assessment center Kementerian Keuangan merupakan pionir

di lingkungan birokrasi nasional. Selanjutnya secara perlahan assessment

center sudah diadopsi di banyak Kementerian seperti Kementerian

Perhubungan, Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Kelautan dan

Perikanan, Kementerian Agama dan juga BKN. Ke depan metode dan

proses assessment center serta metode feed back untuk pegawai akan

disempurnakan terus. Hal ini penting bahwa selain dipergunakan untuk proses

promosi dan mutasi, hasil penilaian kompetensi dengan dikombinasi dengan

kinerja pegawai akan sangat berguna sebagai landasan kebijakan

pengelolaan SDM seperti pendidikan dan pelatihan, manajemen talenta,

pemberian reward, penataan pegawai dan bahkan bisa dipergunakan

sebagai feedback proses perencanaan SDM dan rekrutmen

Page 160: Catatan Inspirasi Transformasi

150

AGREGAT: Pemanfaatan Data Perpajakan Jadi Mudah

Khoiril, Tomi Wardana, Susanto, Dhilalurrahman

KPP Pratama Jakarta Tamansari Satu,

Kanwil DJP Jakarta Barat

Direktortl Jenderal Pajak

Saat itu awal Juli 2011, Saya menempati kantor baru di KPP Pratama

Jakarta Tamansari Satu, sebagai Kasi Pengawasan dan Konsultasi setelah

sebelumnya juga sebagai Kasi Pengawasan dan Konsultasi di KPP Pratama

Biak (Kanwil Papua Maluku), yang salah satu tugasnya adalah melakukan

penggalian potensi pajak. Pepatah mengatakan "lain ladang lain belalang,

lain lubuk lain ikannya", bagi orang pajak pas sekali rasanya kalau ditambah

"lain KPP lain WP". Meskipun jenis jabatan sama, ternyata pengalaman kerja

ditempat sebelumnya, terutama penggalian potensi pajak ternyata tidak bisa

28

Page 161: Catatan Inspirasi Transformasi

151

dilakukan dengan cara yang sama, karena jenis dan kondisi wajib pajaknya

jauh berbeda. Potensi pajak di daerah lebih banyak tergantung pada

pencairan APBN/APBD dan kegiatan rekanan pemerintah, sedangkan di

Jakarta jenis usaha Wajib Pajak sangat beragam dan tentunya khusus di

kawasan Tamansari potensi dari Wajib Pajak orang pribadi ‘orang kaya lama’,

mengingat kawasan Glodok adalah sentra bisnis sejak sungai ciliwung masih

bersih dahulu.

Pengenalan medan dan penyesuaian

diri tetap harus saya lakukan. Cukup banyak

kendala yang ditemui ketika menggali

potensi pajak. Data Wajib Pajak terpisah-

pisah dibeberapa aplikasi yg tersedia, inilah

kesulitannya. Selain itu data tidak bisa

tertandai dengan aplikasi yang ada,

sehingga tidak bisa diketahui mana data

yang sudah ditindaklanjuti/diklarifikasi ke

wajib Pajak dan mana data yang belum

pernah ditindaklanjuti. Pernah terjadi

beberapa kali kami klarifikasi data ke Wajib

Pajak, padahal sebelumnya atas data yang

sama telah diklarifikasi oleh Account

Representative (AR) yang lama dan telah direspon oleh Wajib Pajak. Kesulitan

lain adalah proses manual yang panjang dari pengumpulan data,

penyandingan data sampai dengan pembuatan surat klarifikasi/himbauan.

Tingkat kemampuan dan pengalaman masing-masing AR berbeda-beda

dalam menganalisa data, selain itu banyaknya tugas-tugas adhoc dan

menumpuknya pekerjaan administrasi yang harus diselesaikan membuat

tuntutan pembuatan himbauan/tindak lanjut data yg cepat tidak bisa

dilakukan.

.

Page 162: Catatan Inspirasi Transformasi

152

Pada tahun-tahun awal, saya merasa perlu turun langsung mencari

data, mengumpulkan, merekapitulasi, analisa data sampai penghitungan

potensi. Anggaplah seperti ‘blusukan’. Saya ingin tau permasalah apa yang

menyangkut tugas-tugas para AR dan tugas saya sendiri sebagai kepala seksi

pengawasan dan konsultasi. Kira-kira satu tahun lamanya saya mempelajari

pola penggalian potensi Wajib Pajak terutama dengan pendekatan analisa

harta Wajib Pajak dan pemanfaatan data perpajakan. Berdasarkan

pengalaman itu, saya sampai pada kesimpulan bahwa secara garis besar

tugas penggalian potensi, terutama dengan pemanfaatan data sebenarnya

merupakan pekerjaan yang terpola sehingga sangat mungkin

disederhanakan.

Manisnya ‘buah sinergi’

Direktorat Jenderal Pajak telah memanjakan Wajib Pajak dengan

banyak aplikasi perpajakan yang sangat membantu dari e-FIN, e-Nofa, e-SPT,

e-Filing dan terakhir telah ada e-Faktur meskipun pemberlakuannya masih

terbatas. Maka kedepannya saya sangat optimis, data perpajakan akan lebih

cepat diperoleh dan lebih valid karena meminimalisir proses perekaman data

di internal DJP.

Pertanyaannya adalah, lalu bagaimana dengan pemanfaatan data

tersebut oleh para Account Representative (AR)? Apakah para AR dan Kasi

Waskon masih harus dengan cara manual mengumpulkan, mengolah dan

menindaklajuti ke Wajib Pajak semua data itu dengan cara manual? Adalah

sebuah kepastian bahwa makin lama data internal dari SPT Wajib Pajak dan

data dari hasil proses bisnis internal DJP (himbauan, pemeriksaan, penagihan,

dll) pasti akan bertambah banyak, apalagi data eksternal dari ILAP (Instansi,

Lembaga, Asosiasi dan pihak lain) juga makin banyak dan berkembang,

apakah harus ditangani secara manual? Rasanya tidak adil kalau Wajib Pajak

sudah serba e-elektronik sementara kita harus mengolahnya secara manual.

Page 163: Catatan Inspirasi Transformasi

153

Disitu kadang saya merasa sedih. Singkatnya kita butuh sebuah aplikasi kertas

kerja untuk membantu tugas penggalian potensi dan pengawasan Wajib

Pajak bagi para Account Representative.

Saat itu akhir tahun 2013, Pak

Mutamam yang saat itu sebagai

Kabid Duktekon di Kanwil

mempunyai inisiatif untuk membuat

suatu aplikasi yang bisa memu-

dahkan pekerjaan AR. Pengalaman

beliau sebagai fungsional pemeriksa

pajak dengan memanfaatkan

software Audit Command Language

(ACL) rupanya punya andil besar.

Apalagi inisiatif pembuatan aplikasi

untuk membatu kerja Account

Representative ini sangat di dukung

oleh Bapak Sakli Anggoro selaku

Kepala Kanwil Jakarta Barat.

Disinilah kami menemukan apa yang kami inginkan; menyederhanakan

proses pengawasan dan penggalian potensi dengan sebuah aplikasi. Dengan

framework yang dibuat Pak Mutaman, setelah saya buat rancangan dan flow

aplikasi sekedarnya, selama kurang lebih 4 bulan, pada April 2014, akhirnya

dengan sinergi seluruh anggota tim, termasuk programer yang juga sebagai

Account Representative mas Tomi Wardana dan Susanto serta mas Adil OC di

Kanwil, jadilah sebuah aplikasi kertas kerja yang kami beri nama ‘AGREGAT’,

singkatan dari Aplikasi Gabungan Rekapitulasi dan Penggalian Data. Sebuat

aplikasi e-worksheet untuk mempermudah tugas pengawasan dan

penggalian potensi pajak, dari pengumpulan / penggabungan, rekapitulasi,

penyandingan dan klarifikasi data kepada Wajib Pajak. Mudah-mudahan bisa

.

Page 164: Catatan Inspirasi Transformasi

154

mengantisipasi kondisi makin banyaknya data Wajib Pajak yang makin

berkembang di masa yang akan datang. Dengan aplikasi ini data sudah

terkumpul dalam satu tempat, bahkan untuk semua jenis data menyangkut

Wajib Pajak. Penyandingan data dan validasi data dapat dilakukan dengan

mudah bahkan sampai dengan surat tindak lanjut data berupa klarifikasi

kepada Wajib Pajak. Pengawasan pelaporan dan penyetoran pajak juga

lebih mudah dilakukan oleh Account Representative. Inilah manisnya buah

dari nilai-nilai kementrian keuangan: SINERGI.

Saat ini, Aplikasi Agregat telah terinstall dan dipakai diseluruh Kanwil DJP

di seluruh Indonesia, sebagaimana diamanatkan retreat pimpinan DJP Januari

2015.

Perenungan nilai kemenkeu ‘kesempurnaan’

Setiap kemajuan yang dicapai tentulah berasal dari ketidaknyamanan,

ada AC karena kita tidak tahan ‘gerah’, ada mobil karena kita ‘malas’ jalan

kaki, dan lain-lain. Ketidaknyamaan inilah yang mendorong kita untuk

melakukan inovasi sehingga semua keadaan kita menjadi lebih nyaman dan

lebih baik. Inilah sebenarnya yang dimaksud oleh nilai Kementrian Keuangan

‘kesempurnaan’, kita terus perbaiki semua proses dan hasil secara terus

menerus sehingga menjadi lebih baik. Beberapa hal yang menjadi renungan

saya disetiap tempat tugas antara lain;

1. Pada tahun-tahun pertama, kenali tugas dan fungsi kita disetiap tempat

tugas kita. Kenali medan, staf / rekan kerja dan para stakeholder kita.

2. Diagnosa permasalahan-permasalahan yang kita hadapi. Kiranya tidak

salah kalau orang bijak mengatakan bahwa ‘diagnosa penyakit adalah

separuh dari kesembuhan’. Sebagus apapun obatnya tidak akan

menyembuhkan kalau diagnosa penyakitnya salah.

Page 165: Catatan Inspirasi Transformasi

155

3. Cari solusi-solusi permasalahan, lakukan inovasi-inovasi untuk mendapatkan

hasil terbaik terus-menerus. Jangan cepat puas / cepat nyaman dengan

kondisi yanga ada.

Bekerja bersama sebuah tim dan dapat berbagi kepada orang lain

adalah suatu kebahagiaan. Berguna bagi orang lain adalah sebuah nilai

universal, sebagaimana jargon sebuah media di Yogyakarta “Migunani

Tumraping Liyan” atau jargon sebuah sekolah di Magelang “Nafi’un Lighoirihi”

yang artinya berguna bagi orang lain. Sebuah hadits Nabi sangat relevan :

Khairunnaas anfa’uhum linnaas, sebaik-baiknya manusia adalah yang

memberi manfaat kepada orang lain. Semoga menjadi renungan untuk kita

semua. Selamat bekerja untuk Indonesia.

Page 166: Catatan Inspirasi Transformasi

156

Rapat Kecil, Awal Transformasi untuk Indonesia

Sarimin

Pelaksana pada Direktorat Pengelolaan Kas Negara,

Direktorat Jenderal Perbendaharaan

“Saya bermimpi bahwa suatu saat nanti kita tidak lagi disibukkan

dengan urusan clerical dan berhadapan dengan tumpukan kertas laporan

rekening dari KPPN. Namun kita bisa melakukan penatausahaan dan

monitoring rekening secara online dan real time. Bahkan saya bermimpi

ruangan kita berisi beberapa monitor yang terhubung internet dan dari situ kita

29

Page 167: Catatan Inspirasi Transformasi

157

bisa memantau ribuan rekening pemerintah serta langsung bisa melakukan

konfirmasi sebab sistem kita terhubung dengan sistem perbankan dan KPPN

maupun Kanwil DJPBN.” Rudy Widodo - Direktur Pengelolaan Kas Negara, awal

2012.

Untaian kalimat harapan itu langsung masuk ke dalam hatiku dan terus

terngiang di benakku hingga hampir meneteskan air mataku. Teringat

pekerjaan yang aku lakukan saat melakukan rekapitulasi laporan daftar

rekening dari seluruh KPPN dari hardcopy, padahal sudah berulang kali

ditekankan agar disampaikan dalam bentuk Excel. Laporan daftar rekening itu

pun juga sering kali melebihi tenggat waktu yang ditentukan dan sulitnya

melakukan konfirmasi.

Aku pun menengok raut wajah atasanku Kasi Penatausahaan Rekening

Bendahara Instansi (PRBI), Hermawan Sukoasih, dan Kasubdit Rekening

Pemerintah Lainnya dan Bendahara Instansi (RPLBI), Yuni Wibawa, yang

tampak tertegun dan menahan nafas. Sepertinya, dalam benak mereka juga

berkecamuk pikiran yang sama denganku. Kalimat bernada mimpi dari

Direktur yang baru beberapa bulan menjabat itu seakan menjadi pelecut

semangat kami untuk mencurahkan segala upaya untuk melakukan

transformasi menyeluruh dalam penatausahaan rekening pemerintah.

Seusai pertemuan dengan Direktur PKN itu, Kasubdit RPLBI langsung

mengadakan rapat kecil dengan beberapa kasi terkait dan saya sebagai

pelaksana teknis. Dalam rapat itu, dibahas kondisi dan analisis keadaan atas

penatausahaan rekening pemerintah saat itu dan kemungkinan langkah yang

bisa dilakukan untuk mencapai mimpi Direktur PKN yang rupanya menjadi

mimpi yang sama bagi kami semua.

Sebagai pelaksana teknis, saya menyampaikan kondisi-kondisi yang

ada misal: masih terpisahnya antara penatausahaan Rekening Bendahara

dengan RPL. Padahal, keduanya termasuk rekening milik K/L yang dasar

Page 168: Catatan Inspirasi Transformasi

158

pengaturannya sama. Dan keduanya harus disajikan sebagai lampiran dalam

LKKL. Selain itu, penatausahaan dan pelaporan rekening masih dilakukan

secara manual menggunakan excell dan dilakukan secara berjenjang (KPPN

ke Kanwil lalu Kanwil mengkompilasi dulu baru kemudian disampaikan ke Dit.

PKN). Hal lainnya adalah perubahan

dan status rekening yang tidak

terupdate secara real time akan

memberikan informasi yang bias

termasuk kelengkapan informasi

setiap rekening (misal: apakah sudah

TNP atau tidak) belum ter-

administrasikan dengan baik. Dan

mengingat jumlah rekening yang

ditatausahakan mencapai ribuan,

tidak jarang lembur harus dilakukan.

Terlebih bila tim pemeriksa datang

dan meminta data rekening

pemerintah hari itu juga.

Dalam rapat itu akhirnya diputuskan langkah-langkah yang bisa

dilakukan untuk mewujudkan pembangunan aplikasi yang terintegrasi antara

rekening Bendahara dengan RPL dalam database tunggal yang bisa diakses

oleh semua KPPN dan Kanwil sesuai kewenangan masing-masing. Selain itu,

wacana revisi peraturan yang ada juga harus mulai diinisiasi.

Setelah rapat kecil itu, hari-hariku banyak disibukkan dengan konsep

prosedur, komponen data dan laporan yang akan dituangkan dalam aplikasi

yang akan dibangun bersama Kasi PRBI. Sedangkan Kasubdit RPLBI lebih fokus

pada upaya pembangunan/pengembangan aplikasinya. Disinilah kesabaran

kami diuji saat permintaan pembangunan aplikasi itu tidak mendapat respon

.

Page 169: Catatan Inspirasi Transformasi

159

yang baik dari unit terkait. Saya pun sempat patah arang membayangkan

akan berhadapan kembali dengan pekerjaan clerical dan manual.

Saat-saat seperti itulah peran Kasubdit RPLBI sangat terasa untuk

menyemangatiku bahkan membangkitkan semangatku dengan mengatakan

bahwa dia berhasil melobi salah seorang pegawai yang memiliki kemampuan

programming untuk membangun aplikasi rekening sesuai permintaan kami.

Semangatku pun kembali membuncah dan saya beserta Kasi PRBI akhirnya

secara intens berkomunikasi dengan pegawai itu untuk membangun aplikasi

yang diharapkan.

Tahun 2012 menjadi masa

pembangunan aplikasi yang diwujudkan

berupa Modul Rekening pada aplikasi

PBN Open yang secara default bisa

diakses setiap pegawai DJPBN. Namun,

untuk keamanan, hanya pegawai/

pejabat yang diajukan saja yang bisa

mengaksesnya. Selanjutnya, ada tugas

besar untuk menyampaikan dan

mensosialisasikan keberadaan modul itu

kepada seluruh KPPN dan Kanwil DJPBN.

Padahal tidak ada dana sama sekali

untuk melakukannya. Solusinya, mau

tidak mau, sosialisasi dilakukan dengan

memanfaatkan sarana email, telepon/

selular bahkan chatting. Dan sejak itulah,

saya merelakan nomor pribadi tersebar dan menjadi Contact Person untuk

operasionalisasi modul rekening tersebut. Pernah suatu kali saya harus

menerima telepon selama setengah jam lebih untuk membimbing secara

detail bagaimana mengoperasionalkan modul rekening. Namun saya

.

.

Page 170: Catatan Inspirasi Transformasi

160

menjalaninya dengan senang hati karena sadar itu adalah bagian dari upaya

mewujudkan mimpi transformasi pengelolaan rekening pemerintah milik K/L

yang pada akhirnya mampu menghasilkan output inovasi dan terobosan baik

berupa perbaikan prosedur kerja/proses bisnis, pengembangan aplikasl sistem

informasi maupun perubahan budaya kerja.

Yah, dari hasil rapat kecil itulah kini saya bisa langsung mengetahui dan

melaporkan data rekening pemerintah secara real time tanpa perlu

berhadapan dengan pekerjaan clerical dan manual plus tumpukan kertas

laporan sebab tahun 2013 sudah fully implemented. Saya pun bisa langsung

mengonfirmasi detail surat izin dari KPPN sebab aplikasi itu juga memfasilitasi

upload PDF surat izin. Saya pun juga tak perlu berhadapan dengan waktu

yang lama sebab KPPN bisa langsung menginput di aplikasi dan saya langsung

bisa mengaksesnya. Terjadi pula penyederhanaan proses bisnis sehingga KPPN

bisa langsung menyampaikan laporan ke Dit. PKN tanpa melalui Kanwil dulu

namun Kanwil tetap bisa memantau dan melakukan pembinaan karena juga

bisa mengakses data laporan KPPN.

Upaya transformasi itu juga mendapat apresiasi dari BPK. Temuan BPK

pada tahun 2012 dan 2013 menyebut Menteri Keuangan selaku Bendahara

Umum tidak dapat melakukan monitoring dengan baik terhadap rekening

pemerintah, sebagai wujud bahwa pengelolaan rekening pemerintah harus

dibenahi, namun di tahun 2014 temuan itu sudah down grade karena

pemerintah telah berupaya memperbaiki tata kelola dan ketentuan baru

melalui penerbitan PMK No. 252/PMK.05/2014 yang menggabungkan dan

menyempurnakan beberapa peraturan yaitu PMK No. 57/PMK.05/2007, PMK

No. 58/PMK.05/2007, PMK No. 67/PMK.05/2007 dan PMK No. 05/PMK.05/2010

dan aplikasi rekening yang teritegrasi

Page 171: Catatan Inspirasi Transformasi

161

Kini, saat menulis kisah ini, saya tak lagi disibukkan urusan clerical dan

hardcopy sebab semua data sudah ada dalam aplikasi web based yang

menyajikan data lengkap dan real time.

Namun, di saat saya menulis kisah ini, saya tidak lagi bersama Kasi dan

Kasubdit yang hadir saat rapat kecil itu dilakukan. Mereka telah mutasi ke

tempat baru. Namun, momen itu masih melekat seolah kami masih bersama

mendengar kalimat mimpi Direktur PKN saat itu. Sebentar lagi, mimpi itu akan

terwujud seutuhnya. InsyaAlloh. Untuk kita, untuk Indonesia. (@rie)

Page 172: Catatan Inspirasi Transformasi

162

Meniti Jalan Setapak Menuju Kesempurnaan

Eko Purbono

Kepala Bagian Manajemen Informasi SDM, Biro SDM

Sekretariat Jenderal

Masih teringat dalam ingatan ketika dilantik menjadi pajabat di Biro

Sumber Daya Manusia (SDM), perasaan Penulis bercampur aduk. Ada rasa

senang, khawatir, sedih karena meninggalkan tempat kerja serta kawan lama

dan sebagainya. Ternyata perasaan khawatir yang mendominasi adalah

pekerjaan Penulis sehari-hari. Gimana tidak khawatir kalau Penulis diberikan

tanggung jawab untuk melakukan Pemutakhiran (Updating) Data

30

Page 173: Catatan Inspirasi Transformasi

163

Kepegawaian sebanyak kurang lebih 69.000 Pegawai dengan variasi elemen

data yang beragam, seperti data pokok, pendidikan & pelatihan, grading,

jabatan, jabatan tambahan, karya tulis, data keluarga, keahlian khusus dan

sebagainya. Pelan tapi pasti penulis mencoba untuk ‘metani’ (cari kutu dalam

bahasa Jawa) permasalahan dalam mengelola Data Kepegawaian tersebut.

Penulis menyadari jika masalah data pegawai yang tidak update maka akan

banyak proses pengambilan keputusan di bidang kepegawaian yang tidak

pas nantinya, belum lagi adanya komplain dari Pegawai jika datanya tidak

Update. Untuk itu mari kita simak hasil ‘metani’ plus kiat-kiat dalam

permasalahan data kepegawaian tersebut.

Pada bulan Maret tahun 2009 terdapat Sistem Informasi Kepegawaian

(SIMPEG) yang sedang diimplementasikan oleh Biro SDM dengan prakarsa dari

Tim Reformasi Birokrasi (TRB) yang diketuai oleh Bapak DR. Marwanto, MA

(sekarang Direktur Jenderal Perbendaharaan). SIMPEG yang dibuat saat itu

masih terbatas untuk dipakai oleh

para pengelola kepegawaian

untuk mengupdate data

pegawai di masing-masing unit

nya, sedangkan pegawai

Kemenkeu pada saat itu belum

mempunyai media untuk

berinteraksi langsung dengan

Biro SDM. Setelah beberapa

bulan, penulis memanfaatkan

media yang dinamakan

Website/situs Biro SDM dengan

alamat www.sdm.depkeu.go.id dengan memakai satu basis data (database)

yaitu basis data SIMPEG. Di dalam Website atau situs tersebut penulis

menggagas Modul yang disebut sebagai ‘Modul Update Data’ dimana fungsi

.

Page 174: Catatan Inspirasi Transformasi

164

dari modul tersebut adalah untuk memberikan kesempatan bagi pegawai

melakukan updating data sesuai dengan data riil yang dimiliki oleh pegawai.

Update data dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja (mirip seperti

tagline merk minuman ringan yang terkenal itu) dan data akan diverifikasi oleh

pengelola kepegawaian yang telah ditunjuk oleh Biro SDM guna menjaga

integritas dan validitas data.Total elemen data pegawai yang sudah diupdate

adalah sebanyak 20.844 di tahun 2013 dan 36.342 elemen data pegawai di

tahun 2014 dengan kriteria seorang bisa mengupdate lebih dari satu elemen

data. Kalau diasumsikan bahwa satu elemen data membutuhkan 4 lembar

copy, maka pada tahun 2013 Kemenkeu bisa menghemat 83.376 lembar

kertas dan pada Tahun 2014 bisa menghemat 145.368 lembar kertas,

bayangkan berapa jumlah pohon yang bisa diselamatkan. Tetapi dampak

yang lebih signifikan adalah pegawai bisa langsung mengupdate data

kepegawaiannya sesuai dengan kenyataan serta para pengelola SDM dapat

dengan tepat dan cepat memutuskan hal-hal yang berkenaan dengan proses

bisnis ke-SDM-an seperti untuk promosi, mutasi, pemberian tunjangan keluarga,

dan sebagainya.

Masalah lain adalah terkait proses Kenaikan Pangkat (KP). Proses ini

adalah satu proses administrasi yang dibutuhkan oleh seluruh PNS Kemenkeu.

Masalah muncul ketika proses KP ini harus melalui proses entry melalui Sistem

Aplikasi Pelayanan Kepegawaian (SAPK). SAPK adalah sistem pelayanan

kepegawaian yang dibuat oleh Badan Kepegawaian Negara (BKN) dimana

Badan tersebut adalah Badan yang ditunjuk untuk melakukan proses

administrasi seluruh Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Indonesia. Sebelum penulis

masuk ke biro SDM, seluruh PNS Kemenkeu hanya bisa ‘pasrah’ dengan nasib

status kenaikan pangkatnya. Jika mereka beruntung dan punya teman di

bagian kepegawaian atau di Biro SDM, barulah mereka dapat mengetahui

dengan cepat tentang status serta keberlangsungan proses kenaikan

pangkatnya.

Page 175: Catatan Inspirasi Transformasi

165

Penulis mulai memikirkan benefit apa yang bisa diperoleh antara

pemakaian SAPK BKN sebagai aplikasi terpusat dalam proses KP dengan

kebutuhan Keterbukaan Informasi untuk pegawai. Penulis mulai

memanfaatkan ‘sharing folder’ yang ada di Portal BKN dengan membuat fitur

kecil di situs Biro SDM yang dinamakan “Pemantauan Proses Kenaikan Pangkat

Pegawai.” Di dalam fitur tersebut setiap proses KP bisa dilihat secara langsung

oleh masing-masing pegawai (jika pegawai tersebut naik pangkat) setelah

pegawai login ke situs Biro SDM. Bahkan secara otomatis status KP nya

langsung dikirim ke email Kemenkeu yang memang dimiliki oleh setiap

pegawai Kemenkeu. Manfaat adanya fitur pemantauan kenaikan pangkat ini

adalah untuk mengurangi ‘ketergantungan’ pegawai dengan unit pengelola

kepegawaian untuk menanyakan proses kenaikan pangkatnya serta dalam

rangka Keterbukaan Informasi bagi pegawai Kemenkeu. Manfaat lain dari fitur

tersebut adalah untuk memantau kurang/tidaknya dokumen yang harus

disertakan dalam proses KP. Sampai dengan tulisan ini dibuat (Tanggal

08/05/15 Pukul 17.00), diperoleh data 169 pegawai yang merasa puas (85,35%)

Page 176: Catatan Inspirasi Transformasi

166

dengan fitur Pemantauan KP dan 29 orang yang tidak puas (14,65%). Jumlah

pegawai yang berpartisipasi adalah 198 pegawai (Hasil survei bisa dilihat di

situs Biro SDM). Alhamdulillah masih lebih banyak yang puas, begitu pikir

Penulis.

Selain data-data yang

bersifat softcopy, Penulis

bertanggung jawab untuk

menyimpan hardcopy berupa

dokumen-dokumen kepegawaian.

Jenis-jenis dokumen yang disimpan

pun bermacam-macam, mulai dari

Surat Keputusan (SK) Calon

Pegawai Negeri Sipil sampai

dengan dokumen-dokumen SK

yang lainnya seiring dengan

perkembangan karir dan perjalanan hidup seorang pegawai. Pada saat

Penulis datang pertama kali, proses pemberkasan masih dilakukan secara

manual. Ruang penyimpanan dokumen pegawai masih lembab, gelap dan

konon ada hantu ’noni Belanda’ di ruangan tersebut karena letaknya di

bangunan peninggalan jaman Belanda. Penulis pun melakukan penataan

dan hasilnya dapat terlihat perbedaaan sebagai berikut :

.

Page 177: Catatan Inspirasi Transformasi

167

Sebelum Sesudah

Selain dari pengerjaan fisik dalam rangka penataan dokumen/dossier

kepegawaian tersebut Penulis juga menggagas sistem pencarian dossier

pegawai atau disebut dengan SIMPEDOS (Sistem Pencarian Dossier Pegawai).

Tujuan dari dibuatnya SIMPEDOS ini adalah untuk memigrasikan dossier secara

fisik ke dalam bentuk digital dan dimasukkan ke dalam satu database.

Sebagaimana kita ketahui bahwa jika dokumen dalam bentuk kertas rawan

akan kerusakan baik secara alami seperti rapuh, dimakan rayap, lembab, dan

lain-lain maupun secara kecelakaan/kelalaian seperti hilang, terbakar, banjir,

gempa bumi dan sebagainya. Untuk itu maka perlu langkah preventif

terhadap hal-hal tersebut di atas dan SIMPEDOS adalah jawabannya. Salah

satu tugas dan fungsi yang Penulis miliki adalah proses peminjaman dossier

oleh pihak-pihak yang memerlukan dan biasanya dalam pencarian dossier

memakan waktu lebih-kurang 1 Hari, namun setelah SIMPEDOS diterapkan,

maka peminjaman dossier bisa dilakukan kurang dari 1 Menit. Memang

SIMPEDOS masih dipakai secara terbatas oleh Bagian tempat Penulis bekerja,

akan tetapi ke depan Penulis akan mengintegrasikannya dengan SIMPEG dan

Website Biro SDM guna dossier yang sudah terdigitalisasi dan dapat

dimanfaatkan oleh seluruh pegawai Kemenkeu atau stakeholder lainnya jika

membutuhkan.

Page 178: Catatan Inspirasi Transformasi

168

Demikian hal-hal yang dapat Penulis sampaikan untuk kiat-kiat meniti

jalan setapak ke arah kesempurnaan terutama didalam pekerjaan Penulis

sehari-hari. Insya Allah paparan dari Penulis ini dapat menginspirasi dan

memotivasi kepada seluruh pegawai Kemenkeu untuk lebih membuat

torobosan-terobosan yang lebih baik lagi guna kemajuan Kementerian

Keuangan. Yakinlah bahwa kita bisa mewujudkannya. Aaamiin.

Page 179: Catatan Inspirasi Transformasi

169

Kisah Sebuah Kantor Kecil di Kota Besar

Yetty Yulianty

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

Ini adalah kisah saya di sebuah kantor yang sudah saya tinggalkan.

Setiap kejadian di sana menyisakan senyum bagi saya. Barangkali sepanjang

perjalanan karir saya, di tempat inilah saya benar-benar mendedikasikan

seluruh energi yang saya punya untuk membangun kantor ini.

Memelihara semangat itulah inti dari semuanya. Jangan dikira hanya

pegawai yang ditempatkan di daerah terpencil dan jauh saja yang memiliki

31

Page 180: Catatan Inspirasi Transformasi

170

semangat dan motivasi yang turun naik, menurut saya tidak demikian. Bahkan

mereka yang berkantor di ibukota pun mengalami hal yang sama, jika tidak

mendapatkan perhatian dan bimbingan sesuai kebutuhannya.

Ketika pada awalnya bulan oktober tahun 2012 saya diberi kesempatan

untuk memimpin KPPBC tipe pratama Kantor Pos Pasar Baru, tidak terbayang

satu kesulitan pun di benak saya, dengan pengalaman kerja selama kurang

lebih 17 tahun bekerja dan saya sudah memiliki pengalaman di berbagai

penugasan (di bidang teknis kepabeanan, audit, kepegawaian,

perbendaharaan) yang membuat saya cukup percaya diri ketika

diperintahkan untuk menjadi Kepala Kantor setingkat eselon IV yang memiliki

pegawai tidak lebih dari 20 orang.

Ternyata medan yang dihadapi tidak semudah yang saya semula

bayangkan, ketika saya datang pertama kali, masuk melewati ruang tunggu

yang kumuh ditambah spanduk anti korupsi yang dipasang seadanya dengan

huruf-huruf besar berwarna merah. Wow, kesan pertama saya inilah kantor

terburuk sepanjang perjalanan mutasi saya di DJBC. “Harap maklum, Bu,” kata

Kaur Umum seperti bisa membaca fikiran saya ketika itu. “Bea Cukai disini kan

cuma numpang sama kantor pos, jadi mau dibikin bagus juga percuma,”

lanjutnya.

Di hari-hari berikutnya, sangat terasa bahwa hanya sedikit pegawai

yang punya rasa memiliki terhadap kantor, ketika pekerjaan sudah selesai,

mereka pergi entah kemana, sibuk dengan urusan di luar tugas, dan kembali

sore harinya pada saat absen. Kedisiplinan berpakaian dinas pun luntur karena

lokasi kantor yang berada di kantor orang, bayangkan semua orang

berseragam oranye, dan hanya kami yang memakai seragam biru seperti

satpam kantor pos, mungkin ini juga salah satu alasan mengapa para

pegawai saat itu enggan memakai pakaian dinas. Sedikit demi sedikit saya

berusaha mengembalikan kami semua pada khitah-nya bahwa semua

Page 181: Catatan Inspirasi Transformasi

171

pegawai DJBC dituntut untuk bersikap profesional dalam memberikan

pelayanan kepada pengguna jasa, memiliki aturan jam kerja, dan berpakaian

dinas yang harus ditaati. Selalu saya tekankan bahwa kantor kita adalah

kantor kecil, tapi merupakan satu display pelayanan yang diberikan oleh DJBC

kepada masyarakat.

Saat itu, jika kita menyempatkan

diri mengunjungi ruang pemeriksaan

paket, kita akan melihat bahwa ruang

pemeriksaan paket berada di ruangan

seperti aula, proses pemeriksaan

terhadap paket-paket dari luar negeri

yang masih terhutang bea-nya

menyatu dengan paket-paket lain. Hal

ini sangat berisiko karena besar

kemungkinan ada paket yang hilang

sebelum dilakukan pemeriksaan,

mengingat terlalu banyak orang yang

tidak berkepentingan masuk. Untuk meminimalisir hal tersebut, saya bersama

teman-teman melakukan koordinasi intensif dengan pihak PT Pos Indonesia

untuk menyediakan ruang pemeriksaan Bea Cukai yang steril, dan dipisahkan

dari paket-paket yang merupakan tanggung jawab PT Pos. Alhamdulillah,

dengan komunikasi yang baik dan itikad untuk sama-sama memberikan

pelayanan baik dan cepat untuk masyarakat, pihak PT. Pos Indonesia

merespon dengan membuatkan ruangan pemeriksaan yang steril. Itu adalah

salah satu bentuk sinergi kami, DJBC dan PT. Pos Indonesia.

Dari segi pengawasan, ketika ditunjuk menjadi Kepala KPPBC Tipe

Pratama Kantor Pos Pasar Baru bulan Oktober 2012, dan pada raker di bulan

Desember 2012 disampaikan oleh Direktorat Pencegahan Penyelundupan (P2)

bahwa dalam 2 tahun terakhir, penyelundupan narkotika, yang berhasil

.

Page 182: Catatan Inspirasi Transformasi

172

digagalkan melalui Barang Kiriman lewat Kantor Pos hanya 3 kali, seharusnya

bisa lebih banyak lagi. Ketika itu, saya yang awam terhadap pengawasan,

mencoba belajar bersama-sama dengan teman-teman di KPPBC Pasar Baru

untuk menemukan formula yang mungkin bisa meningkatkan pengawasan

penyelundupan narkotika melalui kiriman pos.

Formula tersebut dimulai dari meminta penambahan sarana dan

prasarana, berkordinasi dengan kantor pusat dan kantor wilayah untuk selalu

memperoleh info yang up to date dan modus yang berkembang berkaitan

dengan maraknya peredaran narkotika. Dan info tersebut selalu dibagikan

kepada seluruh pegawai baik yang berinteraksi langsung dengan

pemeriksaan maupun yang ada di unit pendukung seperti urusan umum,

Kepatuhan Internal dan Layanan Informasi. Tujuannya adalah apabila ada

pergantian pemeriksa karena satu dan lain hal, siapa pun yang menggantikan

sudah memiliki informasi yang terbaru. Beberapa hal yang mungkin bisa

dijadikan contoh bagi kantor-kantor kecil lainnya yang memiliki SDM terbatas,

yang kami lakukan adalah mensinergikan semua unit terutama P2 dan

Pemeriksa Fisik, bahwa tanggungjawab untuk mengawasi paket-paket

tersebut ada di 2 lini yaitu P2 dan pemeriksa fisik.

Apabila ada paket

mencurigakan yang mungkin lolos dari

pemeriksaan P2, pemeriksa tidak

hanya melakukan penilaian terhadap

jumlah dan jenis barang tetapi juga

tetap waspada terhadap

kemungkinan ada tempat tersembunyi

di paket-paket tersebut. Kami juga

mengubah cara pemeriksaan lebih

mendalam, yaitu menjadi dua kali

pemeriksaan jika paket-paket tersebut

.

Page 183: Catatan Inspirasi Transformasi

173

berasal dari negara-negara suspect, seperti: India, Iran, Belanda, dan

sebagainya. Seraya mengucap syukur Alhamdulillah, usaha kami

membuahkan hasil dengan keberhasilan KPPBC Pasar Baru menegah

penyelundupan narkotika melalui barang kiriman pos sebanyak 18 kali dalam

periode 2 tahun (2012-2014).

Lain pengawasan, lain pula dari segi pelayanan. Untuk kantor kecil

dengan anggaran minim seperti KPPBC Pasar Baru biaya untuk membuat

website sangatlah mahal, sedangkan kami memerlukan sarana untuk

menampung keluhan para pengguna jasa barang kiriman terutama mereka

yang berkecimpung di dunia belanja online yang tidak asing dengan media

sosial. Jika tidak puas tapi tidak tau

cara menyalurkannya mereka bisa

curhat di mana saja, di surat

pembaca, di media sosial, di blog,

dan sebagainya. Untuk mengatasi

hal tersebut, saya menggagas

untuk membuat akun twitter

@BC_PasarBaru, sehingga apa pun

bentuk keluhan dari mereka dapat

kita jawab dan kita berikan solusi

secara cepat, yang Alhamdulillah

sampai hari ini telah memiliki hampir

500 followers.

Untuk mengedukasi masyarakat, terutama para pengguna jasa barang

kiriman melalui kantor pos, kami telah melakukan pemetaan bahwa mereka

ini adalah orang-orang yang minim pengetahuan tentang peraturan dan

tata cara mengimpor barang melalui barang kiriman kantor pos. Mereka

jarang mencari tahu bagaimanakah aturan dan tata caranya, langsung

memesan barang via online, dan ketika barang kiriman sampai di Indonesia

.

Page 184: Catatan Inspirasi Transformasi

174

mereka diminta membayar bea masuk dan pungutan pajaknya mereka baru

complain. Sehingga cara efektif yang kami pilih salah satunya adalah dengan

menyelipkan leaflet tentang barang kiriman pada paket-paket pos secara

random. Dengan harapan masyarakat yang menerima dapat membaca dan

akhirnya mengerti prosedur pengiriman barang impor melalui pos dan bisa

berbagi ilmu dengan komunitasnya

Satu pengalaman besar yang saya peroleh dari sebuah kantor kecil

yang bernama KPPBC tipe Pratama Kantor Pos Pasar Baru itu adalah bahwa

semangat kerja, jika tidak dipupuk akan hilang, tiap atasan harus men-

challenge agar pegawai senantiasa bekerja dengan penuh semangat,

prestasi sekecil apapun harus dihargai. Ketika sebagian orang mencibir bahwa

prestasi yang diperoleh kantor kami bukanlah hal yang luar biasa, selalu saya

tanamkan, bahawa ini mungkin prestasi kecil untuk kantor besar seperti KPU

Tanjung Priok atau KPPBC Soetta, tapi untuk kantor kecil seperti KPPBC Pasar

Baru, ini adalah prestasi yang sungguh-sungguh luar biasa, dan kita semua

sebagai bagian dari kantor ini patut bangga.

Page 185: Catatan Inspirasi Transformasi

175

Inovasi Proses Bisnis Melalui Desain Flowchart dan Infografis dalam Rangka Transformasi Kementerian Keuangan

Syena Idfilandu

Pelaksana pada Biro Umum

Sekretariat Jenderal

Transformasi tidak hanya berupa gagasan dari pimpinan. Transformasi

tidak dapat terwujud hanya dari pembahasan rapat oleh para pejabat eselon.

Transformasi bukan sekedar kajian dari staf ahli maupun konsultan. Transformasi

tidak hanya dituangkan dalam lembaran peraturan yang ditulis dengan

bahasa hukum. Transformasi juga dapat dituangkan dalam sebuah karya

desain, karena sejatinya perubahan dimulai dari hal-hal yang kecil.

32

Page 186: Catatan Inspirasi Transformasi

176

Itulah semangat yang saya bawa untuk mengubah proses bisnis yang

sebelumnya dipandang terlalu rumit, bertele-tele, dan membosankan,

menjadi lebih ringkas, mudah dimengerti, dan lebih menarik dipandang.

Menurut saya, alangkah baiknya jika proses bisnis yang ada dikemas dalam

bentuk dan desain yang menarik.

Dengan pengalaman bekerja di instansi pemerintahan yang relatif

masih baru dan awam, saya tetap memberanikan diri untuk membawa

perubahan di Bagian Rumah Tangga, Biro Umum, Sekretariat Jenderal. Meski

baru menjalani On The Job Training (OJT) CPNS selama kurang lebih 5 bulan,

saya tidak mau diam saja. Di usia produktif ini, saya ingin berbuat sesuatu demi

perubahan, walaupun dari hal terkecil sekalipun.

Saya memiliki passion dalam bidang desain grafis, terutama desain

berbasis vektor. Itulah yang saya manfaatkan untuk membuat perubahan.

Dengan berbekal imajinasi dan aplikasi desain berbasis vektor (Corel Draw X7),

saya membuat Flowchart berbagai

macam Proses Bisnis yang ada di

Bagian Rumah Tangga. Selama

beberapa bulan saya melakukan

Inovasi Proses Bisnis yang dimulai

dengan mengumpulkan Analisis Beban

Kerja Bagian Rumah Tangga, Biro

Umum (data diambil dari berbagai

sumber, yaitu dari website

http://bebankerja.depkeu.go.id/,

softcopy, maupun langsung bertanya

ke Pegawai yang bersangkutan menangani layanan/PIC). Selanjutnya, dari

data ABK yang masih mentah masih perlu diringkas tanpa mengubah esensi

dari proses bisnis itu sendiri, sehingga menjadi lebih ramping dan mudah

divisualisasikan dalam desain gambar. Setelah data dianggap sudah cukup

.

Page 187: Catatan Inspirasi Transformasi

177

memadai, tahap selanjutnya adalah membuat desain melalui Corel Draw X7.

Tahap ini merupakan tahap yang paling lama dan sulit, semakin detail desain

maka semakin lama pula waktu pembuatannya. Tahap selanjutnya adalah

verifikasi keabsahan desain, yang melibatkan Pegawai bersangkutan / PIC.

Setelah proses bisnis terkonfirmasi, tahap selanjutnya adalah mengedarkan

desain tersebut ke berbagai sudut ruangan kantor yang strategis, sehingga

dapat dibaca oleh para stakeholder. Dengan demikian, keberadaan

Flowchart tersebut dapat memudahkan stakeholder dalam mendapatkan

informasi yang diinginkan. Dampaknya, para stakeholder lebih mudah

memahami tata cara untuk mendapatkan pelayanan di Bagian Rumah

Tangga, Biro Umum.

Saat ini, sudah ada total 7 Proses Bisnis yang dikemas dalam bentuk

Flowchart. Salah satunya adalah Flowchart Proses Perbaikan Alat Pengolah

Data, yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Page 188: Catatan Inspirasi Transformasi

178

Page 189: Catatan Inspirasi Transformasi

179

Selain Flowchart, beberapa waktu yang lalu saya juga sempat

membuat Infografis yang outputnya tidak hanya digunakan di lingkungan

Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan, tetapi juga digunakan oleh

Eselon I lainnya, contohnya Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan

sesuai gambar di bawah ini:

Perubahan yang saya buat berupa Flowchart Proses Bisnis dan

Inofografis memang masih sangat kecil pengaruhnya bagi Transformasi

Kementerian Keuangan. Tetapi saya yakin, dengan semangat perubahan

tinggi menuju Kementerian Keuangan yang lebih baik, tidak ada kata tidak

mungkin bagi saya untuk terus berkembang dan berinovasi sehingga cepat

atau lambat, inovasi tersebut berdampak pada kemajuan Kementerian

Keuangan pada umumnya, dan Sekretariat Jenderal pada khususnya.

Page 190: Catatan Inspirasi Transformasi

180

Inspirasi Transformasi melalui e-Auction DJKN Kementerian Keuangan

Tim e-Auction

Direktorat Jenderal Kekayaan Negara

Lelang sebagai penjualan barang yang terbuka untuk umum dengan

penawaran harga secara tertulis dan/atau lisan yang semakin meningkat atau

menurun untuk mencapai harga tertinggi, yang didahului dengan

Pengumuman Lelang. Lelang memiliki tiga fungsi, yaitu fungsi publik, fungsi

privat, dan fungsi budgeter. Fungsi publik, lelang dilaksanakan untuk

33

Page 191: Catatan Inspirasi Transformasi

181

menjalankan hak-hak publik dan penegakan hukum (law enforcement),

diantaranya pelaksanaan amanat peraturan perundang-undangan dan

amar putusan lembaga peradilan. Fungsi privat, lelang sebagai sarana jual

beli. Fungsi budgeter, adanya pungutan negara dalam pelaksanaan lelang,

berupa bea lelang dan pajak-pajak sebagai salah satu sumber penerimaan

negara.

Pasal 54 Peraturan Menteri

Keuangan (PMK) Nomor

106/PMK.06/2013 tentang

Perubahan Atas PMK Nomor

93/PMK.06/2010 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Lelang, penawaran

lelang dapat dilakukan secara

tertulis tanpa kehadiran peserta

lelang melalui email dan internet,

keduanya dikenal dengan istilah e-

auction.

Sebelum diimplementasikannya e-

auction, fungsi publik lelang sebagai bagian penegakan hukum dan

pemenuhan hak-hak publik terlihat lebih kuat dan menonjol, sedangkan fungsi

privat dan fungsi budgeter belum sepenuhnya terlaksana. Harga jual yang

terbentuk dari lelang dengan kehadiran (konvensional) belum optimal, karena

berkumpulnya para peserta lelang justru dimanfaatkan untuk saling

berkooperasi atau bahkan saling intimidasi.

Pengembangan Aplikasi e-auction

Aplikasi e-auction terdiri dari Aplikasi Lelang Email (ALE) dan Aplikasi

Lelang Internet (ALI). Dalam rangka pengembangan e-auction, melalui

Kepdirjen Nomor Kep-76/KN/2014 dibentuk Tim. ALE dibangun oleh Tim e-

.

Page 192: Catatan Inspirasi Transformasi

182

Auction DJKN Evaluasi pada tahun 2013, sudah diimplementasikan secara

nasional sejak Januari 2014. Dalam mengembangkan aplikasi e-auction, Tim

telah melaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1. Penyesuaian bisnis proses

Langkah pertama pengembangan e-auction melakukan penyesuaian

bisnis proses lelang. Pertama, dari lelang dengan kehadiran peserta lelang

menjadi peserta lelang tidak hadir. Kedua, bisnis proses manajemen uang

jaminan lelang, khususnya penyetoran Uang Jaminan melalui virtual account,

yang sebelumnya pengembalian Uang Jaminan melalui media cek, menjadi

pengembalian melalui mekanisme pemindahbukuan antar rekening bank

dengan menggunakan aplikasi cash management perbankan. Bagi petugas

pada KPKNL, penyetoran uang jaminan melalui virtual account selain

memudahkan pemeriksaan dan validasi, juga dalam pengawasan.

2. Pembangunan e-auction

Pembangunan e-auction dikerjakan secara mandiri oleh para pegawai

DJKN, dengan basis utama penyesuaian bisnis proses lelang yang mendukung

Page 193: Catatan Inspirasi Transformasi

183

terciptanya optimalisasi harga jual barang dari proses lelang. e-auction

dibangun berbasis internet dan terdiri dari dua sub sistem, yaitu aplikasi untuk

peserta lelang (front end) dan aplikasi untuk petugas KPKNL (back-end).

Pemisahan ini ditujukan untuk meningkatkan keamanan sistem.

Untuk memenuhi standar layanan publik berbasis internet, e-auction

telah memperoleh sertifikat kelayakan uji Quality Assurance oleh Pusintek

Kementerian Keuangan dan dilakukan pendaftaran (hosting) alamat domain

e-auction berbasis secure (“https”) serta sertifikasi keamanan oleh lembaga

“Comodo CA”.

3. Kemitraan strategis dengan perbankan dan keterlibatan pihak lain

Pelaksanaan e-auction pada KPKNL membutuhkan Kemitraan strategis

dengan perbankan melalui layanan internet banking dan nomor virtual

account tanpa biaya, yang dilakukan dengan PT Bank BNI (Pesero), PT Bank

Mandiri (Persero) dan PT Bank BRI (Persero). Kedua fitur layanan perbankan,

internet banking dan virtual account memudahkan Bendahara Penerimaan

KPKNL dalam melakukan pengecekan setoran uang jaminan lelang secara

real time dan pengembalian uang jaminan lelang gratis. Nomor virtual

account bermanfaat untuk menertibkan dan memudahkan penyetoran uang

jaminan lelang, karena nomor virtual account mencerminkan identitas peserta

lelang.

4. Berbagai pihak yang terlibat dalam e-auction

Berbagai pihak yang terlibat dalam e-auction (KPKNL, Pemohon Lelang,

Peserta Lelang/masyarakat). Pemohon lelang dalam lelang eksekusi, sebagai

pengguna jasa lelang terdiri dari lembaga peradilan, kreditor pemegang hak

tanggungan, kreditor pemegang hak jaminan fidusia, Komisi Pemberantasan

Korupsi, Kepolisian, Balai Harta Peninggalan, Panitia Urusan Piutang Negara,

Direktorat Jenderal Pajak, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, kurator, dan lain-

lain. Lelang non eksekusi wajib, pemohon/penjual adalah seluruh

Page 194: Catatan Inspirasi Transformasi

184

kementerian/lembaga, Bank Indonesia, dan BUMN/BUMD yang berbentuk

selain Persero. BUMN/BUMD yang berbentuk persero, badan hukum, badan

usaha, dan perorangan, dapat bertindak selaku pemohon/penjual dalam

lelang non eksekusi sukarela.

KPKNL sebagai unit terdepan dalam pelayanan lelang e-auction,

utamanya Kepala Seksi Lelang , Pejabat Lelang dan Bendahara Penerimaan

menjadi salah satu kunci utama penerapan e-auction. Demikian juga

masyarakat umum sebagai peserta lelang juga menjadi pihak yang

mengajukan penawaran melalui e-auction. Dengan demikian banyak pihak

harus mengikuti perubahan sebagai akibat dari inovasi pelayanan e-auction.

Output

Tujuan utama pelaksanaan e-auction adalah peningkatan kualitas

pelayanan lelang melalui terwujudnya lelang yang mudah, cepat, efisien,

optimal sekaligus adil. Tujuan ini sekaligus menjadi manfaat dari e-auction.

E-auction terbukti mudah dan efisien, karena peserta dapat mengikuti

e-auction darimana saja dan kapan saja (sepanjang masih masa penawaran),

tanpa hadir diruang lelang. Efisien, karena dengan e-auction peserta lelang

dapat mengikuti lelang di seluruh KPKNL pada saat yang bersamaan tanpa

harus hadir di lokasi lelang. Waktu, biaya transportasi dan akomodasi dapat

dihemat dari penyelenggaraan e-auction ini, Peserta dalam lelang e-auction

dapat menggunakan mobile gadget seperti laptop dan smartphone. Data

Page 195: Catatan Inspirasi Transformasi

185

tahun 2015 sudah diikuti sebanyak 1.489 peserta lelang dengan 2.539

penawaran.

Cepat, karena penawaran lelang dengan cepat dalam hitungan detik

diterima oleh petugas KPKNL penyelenggara e-auction dan uang jaminan

secara cepat segera dikembalikan kepada peserta yang kalah lelang melalui

pemindahbukuan.

E-auction membuat harga

optimal, didukung oleh fakta tahun

2014, pelaksanaan e-auction atas

aset kelolaan eks PT PPA pada

KPKNL Sidoarjo (29/09/2014) dibuka

pada harga limit Rp24 miliar, terjual

Rp35 miliar, bongkaran gedung

rektorat Universitas Indonesia dari

limit Rp365 juta terjual menjadi

Rp1,266 miliar, sebidang tanah di Karawang dari limit Rp37,5 miliar terjual Rp45

miliar. KPKNL Bontang satu paket alat berat dengan dari limit Rp 573 juta terjual

Rp1,17 miliar. Pada tahun 2015, e-auction telah dilaksanakan oleh 69 KPKNL di

seluruh Indonesia. Dari total 1.852 lot barang yang dilelang, 638 lot laku (34%)

E-auction adil, karena setiap orang mempunyai kesempatan yang

sama untuk menawar dan membeli barang yang dijual lelang. Para peserta

lelang bebas menawar dan terhindar dari pengaruh/intimidasi atau tekanan

dari peserta lelang lainya. Adil juga bagi penjual/pemohon lelang, karena

memperoleh harga barangnya yang optimal.

.

Page 196: Catatan Inspirasi Transformasi

186

Pengakuan dan Penghargaan

Atas inovasi layanan publik ini sebagai bagian dari program Transformasi

Kelembagaan Kementerian Keuangan, telah masuk sebagai kelompok 99

Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2015 oleh Kementerian PAN dan RB.

Kiat-kiat dalam melakukan perubahan

E-auction merupakan inovasi layanan publik ini bagian dari trasnformasi

Kementerian Keuangan, yang esensinya suatu perubahan. Keberhasilan dari

suatu perubahan, diperlukan peran internal dan eksternal. Terkait eksternal

diperlukan sosialisasi kepada para pengguna jasa yaitu para pemohon

lelang/penjual maupun sosialisasi kepada para masyarakat peserta lelang.

Untuk itu telah dan akan dilakukan terus menerus sosialisasi kepada

masyarakat untuk memahami dan menerima perubahan dari lelang

konvensional (dengan kehadiran peserta lelang) menjadi e-auction (tanpa

kehadiran peserta lelang).

Terkait internal, diperlukan peran aktif dari pemimpin (Direktur Jenderal),

middle manager (para Kepala Kantor pelayanan/KPKNL), serta front liner yaitu

para Pejabat Lelang dan Bendaharawan Penerima diseluruh kantor

pelayanan. Peran pimpinan terlihat dengan adanya penetapan IKU 20%

frekuensi lelang harus melalui e-auction. Peran middle manager terlihat

sebagai pimpinan kantor di dalam melakukan e-auction, terhadapnya juga

dilakukan dengan adanya upaya-upaya pemahaman mengenai e-auction

sekaligus sebagai ujung tombak DJKN didalam melakukan sosialisasi e-auction

kepada para pengguna jasa.

Terhadap para Pejabat Lelang dan Bendaharawan Penerima dilakukan

melalui pendidikan dan latihan yang terus menerus serta pendampingan

kepada para Pejabat Lelang dan Bendaharawan Penerima untuk familier

menggunakan e-auction, sekaligus sebagi ujung tombak pelaksana e-auction.

Page 197: Catatan Inspirasi Transformasi

187

Satgas Penanganan Faktur Pajak yang Tidak Berdasarkan Transaksi yang Sebenarnya

Nur Fathoni

Direktorat Intelijen dan Penyidikan,

Direktorat Jenderal Pajak

Jika Anda pergi ke Glodok, Mangga Dua, Pasar Kenari atau beberapa

tempat lain di Jakarta dan Anda menginginkan untuk mencari atau membeli

faktur pajak bukanlah hal yang sulit. Faktur pajak ibarat komoditas yang bisa

diperjualbelikan sesuka hati tanpa mengharuskan adanya transaksi yang

mendasari atau underlying transaction. Para penjual dan pembeli melakukan

transaksi jual beli faktur pajak secara terbuka seolah-olah hal tersebut

merupakan hal yang legal, padahal tindakan penerbitan dan/atau

34

Page 198: Catatan Inspirasi Transformasi

188

penggunaan faktur fiktif merupakan tindak pidana di bidang perpajakan

dalam Undang-Undang KUP. Begitulah salah satu potret penyalahgunaan

faktur pajak yang terjadi di Jakarta.

Berawal dari keprihatinan atas masih maraknya kasus penerbitan dan

penggunaan faktur pajak yang tidak berdasarkan transaksi yang sebenarnya

atau lebih dikenal dengan sebutan “faktur fiktif” yang dalam banyak kasus

telah di perjualbelikan oleh pihak-pihak yang ingin menghindari pembayaran

pajak, Kasubdit Pemeriksaan Bukti Permulaan, Abdul Azis, menggagas

pembentukan Satgas Penanganan Faktur Pajak yang Tidak Berdasarkan

Transaksi yang Sebenarnya (selanjutnya disebut Satgas) di lingkungan

Direktorat Jenderal Pajak pada akhir 2013. Pembentukan Satgas ini diharapkan

menjadi terobosan baru yang efektif untuk memberantas peredaran faktur

fiktif.

Beberapa fakta terkait faktur fiktif dan penanganannya di Direktorat

Jenderal Pajak. Pertama, selama ini penegakan hukum berupa pemeriksaan

bukti permulaan dan penyidikan lebih banyak dilakukan terhadap penerbit

faktur fiktif. Sementara penerbit faktur fiktif biasanya berupa jaringan dan men-

setting usia perusahaan antara 2-3 tahun sehingga ketika dilakukan

pemeriksaan bukti permulaan Wajib Pajak penerbit sudah tidak aktif lapor SPT

dan keberadaannya tidak diketahui. Kedua, kasus-kasus penerbitan faktur fiktif

yang berhasil diungkap melalui kegiatan penyidikan dan masuk pengadilan

banyak yang divonis percobaan atau hukuman beberapa bulan saja, dan

kerugian negara pun masih bisa diganti dengan kurungan. Ketiga, jaringan

penerbit faktur fiktif banyak menggunakan alamat dan identitas palsu atau

menggunakan “boneka-boneka” yang tidak tahu menahu terkait penerbitan

faktur fiktif. Keempat, terhadap para pengguna faktur fiktif hanya dilakukan

himbauan untuk pembetulan SPT. Kelima, hasil kegiatan himbauan terkait

penggunaan faktur fiktif berdasarkan laporan bulanan Kanwil DJP seluruh

Page 199: Catatan Inspirasi Transformasi

189

Indonesia per akhir 2013 menunjukkan, recovery rate kerugian negara hanya

sekitar 21%.

Belum tegasnya penindakan terhadap para pengguna faktur fiktif bisa

jadi menjadi salah satu penyebab masih suburnya penerbitan dan

penggunaan faktur fiktif sehingga diperlukan tindakan yang lebih keras

terhadap mereka. Di sisi lain, tenaga PPNS yang ada di Direktorat Jenderal

Pajak masih terbatas. Berdasarkan hal-hal tersebut Satgas menawarkan

konsep pananganan faktur fiktif secara efektif, yaitu terhadap jaringan

penerbit faktur fiktif dilakukan kegiatan penanganan tindak pidana yang

diketahui seketika (lebih dikenal dengan istilah operasi tangkap tangan).

Sedangkan terhadap Wajib Pajak pengguna faktur fiktif dilakukan klarifikasi

oleh Account Representative dan Kepala Seksi Waskonnya dengan

didampingi oleh Penyidik PNS Kanwil DJP atau Direktorat Intelijen dan

Penyidikan dan dilakukan di Kantor Pusat DJP. Kedua hal tersebut dilakukan

dengan tujuan untuk recovery kerugian negara dan menciptakan deterrent

effect bagi Wajib Pajak yang lain.

Bukanlah perkara mudah untuk

melaksanakan ide pembentukan

Satgas. Sebelum Satgas dibentuk,

dilakukan rapat koordinasi dengan

seluruh Kepala KPP se-DKI Jakarta dan

selanjutnya dilakukan sosialisasi ke

seluruh Kanwil DJP yang ada di DKI

Jakarta karena DKI Jakarta akan

dijadikan pilot project. Dalam setiap

kegiatan sosialisasi selalu berlangsung

seru karena KPP menganggap

penanggulangan penerbitan/

penggunaan faktur fiktif adalah tugas

.

Page 200: Catatan Inspirasi Transformasi

190

Direktorat Intelijen dan Penyidikan dan tidak perlu melibatkan KPP. Belum lagi

terkait apakah kegiatan klarifikasi tersebut bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan di bidang perpajakan atau tidak karena merupakan

hal baru. Dalam diskusi yang cukup hangat dan kadang panas tersebut, tim

dari Kantor Pusat DJP selalu menegaskan bahwa urusan faktur fiktif tidak hanya

monopoli Direktorat Intelijen dan Penyidikan, perlu peran serta KPP dan Kanwil

DJP terutama dalam hal pengawasan Wajib Pajak untuk mencegah

menjamurnya peredaran faktur fiktif. Satgas menawarkan data yang cukup

valid untuk dilakukan klarifikasi sehingga pilihan bagi Wajib Pajak hanya dua,

membayar pajak terutang dan pembetulan SPT Masa PPN atau dilakukan

pemeriksaan bukti permulaan. Hasil kegiatan ini tentu sangat membantu

penerimaan KPP sebagai extra effort. Selain itu, kegiatan klarifikasi dalam

rangka Satgas, meskipun tidak diatur secara khusus dalam suatu peraturan

perundang-undangan perpajakan, kegiatan ini juga tidak bertentangan

dengan ketentuan yang ada, khususnya Undang-Undang KUP, sehingga boleh

dilakukan.

Satgas merupakan kegiatan tim yang melibatkan beberapa direktorat

di KPDJP, Kanwil DJP, dan KPP dengan Direktorat Inteldik sebagai fasilitatornya.

Sejak Keputusan Dirjen Pajak nomor KEP-30/PJ/2014 tentang Pembentukan

Satgas Penanganan Faktur Pajak yang Tidak Berdasarkan Transaksi yang

Sebenarnya ditandatangani tanggal 27 Februari 2014, Satgas melakukan

kegiatan klarifikasi di Lantai 23 Gedung Utama KPDJP mulai tanggal 3 Juni

sampai dengan 16 Desember 2014. Selama periode tersebut, Satgas telah

berhasil memanggil 653 Wajib Pajak dengan tingkat kehadiran 76,42%, Wajib

Pajak yang tidak hadir sebagian besar adalah Wajib Pajak layer dan tidak

ditemukan keberadaannya. Dari Wajib Pajak yang hadir, 81% diantaranya

mengaku bahwa transaksinya tidak benar dan bersedia melakukan

pembayaran PPN terutang dan pembetulan SPT Masa PPN terkait. Sedangkan

dari sisi nilai, jumlah PPN yang diklarifikasi adalah Rp 934,2 miliar, jumlah PPN

Page 201: Catatan Inspirasi Transformasi

191

yang disetujui untuk dibayar adalah Rp 715,36 miliar, dan jumlah PPN yang

telah disetor adalah Rp 291,86 miliar. Selain itu, selama 2014 telah dilakukan

operasi tangkap tangan sebanyak 5 kali dengan nilai kerugian negara

mencapai Rp 274,9 miliar dan melibatkan 16 tersangka.

Mengingat hasil kegiatan Satgas pada tahun 2014 cukup baik, Direktur

Intelijen dan Penyidikan menyetujui untuk memperpanjang masa tugas Satgas

pada tahun 2015 dan memperluas cakupan wilayah kerja menjadi seluruh

Kanwil DJP di Pulau Jawa. Sistem pengawasannya pun juga diubah dari

manual menjadi melalui suatu aplikasi yang ditambahkan dalam Approweb

DJP.

Keberadaan Satgas 2014 setidaknya menunjukkan kepada internal DJP

dan stakeholder bahwa penyelewengan terkait faktur pajak masih terjadi dan

menimbulkan kerugian negara yang tidak kecil. Untuk memberantas praktik

penerbitan/penggunaan faktur fiktif memerlukan peran serta dan kerja sama

semua pihak terkait di DJP terutama Seksi Pelayanan dan Seksi Pengawasan

dan Konsultasi di KPP, Bidang Pemeriksaan Penagihan Intelijen dan Penyidikan

di Kanwil DJP, dan Direktorat TIP, TPB, TTKI, P2Humas, dan Inteldik di KPDJP.

Usulan terkait pencegahan dan pemberantasan faktur fiktif dituangkan dalam

Laporan Akhir Satgas 2014 dan telah ditindaklanjuti dengan pembahasan

dengan subdirektorat dan direktorat terkait.

Page 202: Catatan Inspirasi Transformasi

192

Suksesnya kegiatan Satgas

tidak lepas dari satu kata, yaitu

SINERGI. Kata ini mudah untuk

diucapkan tetapi tidak gampang

untuk diaplikasikan. Perlu

kesadaran bersama baik di level

staf maupun eselon. Ketika semua

pihak terkait memandang bahwa

Satgas adalah tujuan bersama

dan memerlukan kontribusi

bersama maka kegiatan Satgas

dapat berjalan dengan baik dan

lancar. Sebagai penyemangat

bagi kami para pelaksana,

Kasubdit saya sering memberikan

nasihat “Jika bekerja hanya melaksanakan tugas rutin, itu biasa dan standar

saja. Biasakan membuat ide-ide baru dan melakukan tugas atau kegiatan

tambahan maka kepuasan yang Anda peroleh akan berbeda dan Anda

berada di atas rata-rata”.

.

.

Page 203: Catatan Inspirasi Transformasi

193

Penerapan Sistem Informasi dalam Program Perencanaan Peraturan Perundang-undangan dengan Aplikasi SIMFONI

Bakhtiar Amaludin, dikisahkan oleh Yunis Kripsiawan

Watuaji

Pelaksana pada Biro Hukum

Sekretariat Jenderal

Pada Tahun 2012, terbit Peraturan Menteri Keuangan Nomor

123/PMK.01/2012 tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Menteri

Keuangan, Keputusan Menteri Keuangan, Peraturan Pimpinan Unit Organisasi

Eselon I, Dan Keputusan Pimpinan Unit Organisasi Eselon I di Lingkungan

Kementerian Keuangan. Dalam peraturan tersebut mengatur, salah satunya,

35

Page 204: Catatan Inspirasi Transformasi

194

terkait program perencanaan peraturan. Program perencanaan ini

merupakan suatu upaya dalam rangka meningkatkan koordinasi penyusunan

peraturan perundang-undangan yang merupakan lingkup tugas Kementerian

Keuangan secara terencana, terpadu dan sistematis dalam jangka waktu satu

tahun.

Pada mulanya, program perencanaan tersebut dilakukan secara

manual. Prosesnya dimulai dari inventarisasi rencana, kompilasi, monitoring,

hingga pelaporan. Setelah proses tersebut berjalan, ditemukan beberapa

hambatan dalam pelaksanaannya. Hambatan tersebut antara lain,

banyaknya jumlah produk hukum, banyaknya stakeholder, serta ragam

produk hukum. Terlebih dengan proses manual, hambatan-hambatan tersebut

menyebabkan pelaksanaannya kadang menjadi kurang efisien. Selain itu,

human error juga beberapa kali terjadi, sehingga menyebabkan

ketidakakuratan data.

Berawal dari beberapa

masalah tersebut, Bakhtiar Amaludin,

Pelaksana di Biro Hukum, berinisiatif

untuk memanfaatkan Teknologi

Informasi dan Komunikasi sehingga

lahirlah aplikasi Simfoni (Sistem

Informasi Program Perencanaan

Penyusunan Peraturan Perundang-

Undangan Kementerian Keuangan

RI).

Aplikasi Simfoni digunakan

sebagai salah satu terobosan dalam

mendukung pelaksanaan Program Perencanaan Peraturan Perundang-

Undangan di Lingkungan Kementerian Keuangan (Program Perencanaan).

Hal tersebut sejalan dengan prinsip-prinsip pelaksanaan proses legislasi

.

.

Page 205: Catatan Inspirasi Transformasi

195

(legislative process) yang baik yang menekankan pada asas efisiensi dan

transparansi.

Pada awalnya, yakni pada tahun 2012, aplikasi Simfoni dikembangkan

dalam bentuk aplikasi Desktop (Simfoni Versi 1.0). Kemudian, perbaikan dan

penyempurnaan dilakukan pada tahun 2013 menjadi Simfoni Versi 2.0.

Selanjutnya, pada tahun 2014, Aplikasi sSimfoni dikembangkan berbasis web

(Simfoni Web Versi 1.0/ www.simfoni.kemenkeu.go.id) dan terakhir

disempurnakan lagi menjadi Simfoni Web Versi 2.0.

Pengguna Aplikasi Simfoni

Secara umum pengguna Aplikasi Simfoni dibagi menjadi dua

kelompok, yaitu:

1. Unit organisasi pengusul rancangan peraturan (Unit Pengusul). Unit

Pengusul merupakan unit organisasi di Lingkungan Kementerian Keuangan

yang memprakarsasi penyusunan rancangan peraturan Perundang-

undangan. Kelompok ini terdiri dari dua level koordinator yakni Koordinator

Eselon I dan Koordinator Eselon II.

2. Biro Hukum. Biro Hukum sebagai pusat koordinasi perencanaan peraturan

perundang-undangan di lingkungan Kementerian Keuangan memiliki

tugas melakukan koordinasi dan monitoring rancangan peraturan dari

masing-masing unit pengusul terkait yang kemudian hasilnya dikompilasi

dan dilaporkan kepada pimpinan secara periodik.

Manfaat dan Kemudahan

Beberapa manfaat dan kemudahan dalam aplikasi Simfoni adalah sebagai

berikut:

1. Mempercepat dan menyeragamkan data inventarisasi rancangan

peraturan.

2. Mempermudah proses monitoring status penyelesaian rancangan

peraturan secara kronologis dalam satu sistem yang terintegrasi.

Page 206: Catatan Inspirasi Transformasi

196

3. Penyusunan laporan program perencanaan penyusunan peraturan yang

lebih variatif karena dapat diseleksi sesuai dengan beberapa parameter

yang diinginkan.

4. Menyediakan Early Warning System terkait kontrol waktu penyelesaian

proses penyusunan rancangan peraturan.

5. Sarana pertukaran dan manajemen file terkait penyusunan rancangan

peraturan perundang-undangan.

Implementasi

Program Perencanaan menggunakan Aplikasi Simfoni meliputi empat tahap,

yakni:

1. Inventarisasi. Pada akhir tahun guna mempersiapkan Program Perencanaan

tahun berikutnya, Biro Hukum melalui Surat Sekretaris Jenderal meminta

kepada unit organisasi Eselon I pengusul untuk mengirimkan usulan

rancangan peraturan kepada Sekretariat Jenderal.

2. Mapping dan Cleansing. Hingga tahap ini, aplikasi Simfoni memasukkan

semua item peraturan ke dalam kelompok Daftar Tunggu (Pending List).

Selanjutnya Biro Hukum melakukan penelaahan terhadap tiap usulan

rancangan peraturan untuk kemudian menyetujui atau menolak usulan

dari Unit Pengusul. Usulan yang disetujui diklasifikasikan ke dalam kelompok

Daftar Prioritas sebagai kelompok peraturan yang diprioritaskan untuk

diselesaikan dalam tahun berjalan. Sistem secara otomatis memberikan

kode perencanaan berupa ID unik atas usulan yang disetujui. Usulan

peraturan yang ditolak akan tetap berada di Pending List. Selain masuk ke

dalam Daftar Prioritas, suatu usulan peraturan dapat pula masuk ke dalam

kelompok Kumulatif Terbuka ataupun Diluar Perencanaan.

3. Monitoring. Masing-masing PIC, baik Unit Pengusul maupun Biro Hukum,

dituntut untuk secara konsisten, tertib, dan tepat waktu melakukan input

data dan update status selama tahapan proses penyusunan peraturan.

Page 207: Catatan Inspirasi Transformasi

197

4. Pelaporan. Setiap akhir tahun atau ketika dibutuhkan sewaktu-waktu,

Kepala Biro Hukum menyampaikan laporan kepada Sekretaris Jenderal

dan Menteri Keuangan tentang perkembangan program perencanaan

penyusunan peraturan perundangan di lingkungan Kementerian

Keuangan. Melalui aplikasi Simfoni, masing-masing unit Eselon I/II pengusul

dapat mencetak daftar ataupun rekap rencana penyusunan peraturan

yang diusulkannya.

Harapan Pengembang

Aplikasi Simfoni telah berjalan selama dua tahun, namun, bakhtiar sebagai

pengembang berharap agar aplikasi Simfoni tidak hanya sekedar untuk

inventarisasi dan monitoring, tapi juga dapat dilengkapi dengan beberapa hal

seperti:

1. Media Komunikasi antara perancang peraturan perundang-undangan

dan stakeholder.

Page 208: Catatan Inspirasi Transformasi

198

2. Knowledge Center/Pusat referensi ilmu hukum dan penyusunan peraturan

perundang-undangan bagi para perancang peraturan perundang-

undangan.

3. Integrasi dengan Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum (JDIH)

Kementerian Keuangan.

4. Integrasi dengan Sistem Perencanaan dan Penganggaran (Implementasi

atas konsep integrasi kerangka regulasi dengan sistem perencanaan

pembangunan nasional)

Page 209: Catatan Inspirasi Transformasi

RALAT

BUKU CITRA

CATATAN INSPIRASI TRANSFORMASI

Inovasi dan Terobosan untuk Inspirasi Perubahan

halaman 58

kalimat "Awalnya Bakhtiar, sebagai pegawai Subbagian Jasa Keuangan III

diminta oleh atasannya, Ambarwati Retno Dewi, Kasubbag Jasa Keuangan III,

untuk mengadakan sistem informasi guna memonitor daftar pekerjaan apa

saja yang harus diselesaikan dalam unit kerjanya."

seharusnya:

"Awalnya Bakhtiar, sebagai pegawai Subbagian Hukum Jasa Keuangan III

diminta oleh atasannya, Eva Theresia Bangun, Kepala Bagian Hukum Jasa

Keuangan dan Perjanjian, untuk mengadakan sistem informasi guna

memonitor daftar pekerjaan apa saja yang harus diselesaikan dalam unit

kerjanya."

Page 210: Catatan Inspirasi Transformasi