Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul...

68
Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan Lonceng Kematian (Pelumpuhan Hak Atas Pangan 34.119 orang di Jawa Tengah) LBH SEMARANG

Transcript of Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul...

Page 1: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa

Catatan Akhir Tahun 2015

LBH Semarang

Membunyikan Lonceng Kematian

(Pelumpuhan Hak Atas Pangan 34.119 orang di Jawa Tengah)

LBH SEMARANG

Page 2: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa

Kontributor:Misbakhul MunirZaenal ArifinSiti Rakhma Mary HerwatiErwin Dwi KristiantoEti OktavianiAtma KhikmiMazaya LatifasariYuniantoSlamet RiyadiDestigastuti LestianiEditor:Siti Rakhma Mary Herwati & Eti Oktaviani

YLBHI- Lembaga Bantuan Hukum (LBH) SemarangIndonesia Legal Aid Foundation - Semarang Legal Aid InstituteJl.Jomblang Sari IV Nomor 17 Kelurahan Jomblang, Kecamatan Candisari, SemarangTelp. (024) 86453050. Fax. (024) 86453054.

KIARA – Koalisi Rakyat untuk Keadilan PerikananJl. Kendondong Blok C No. 19 Perumahan Kalibata Indah Jakarta SelatanTelp: +62 21 799 4888Email: [email protected]

Page 3: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa

Membunyikan Lonceng Kematian - iii

KATA PENGANTAR

Terdapat 34.119 orang di Jawa Tengah berpotensi terlanggar hak atas pangannya akibat kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah, baik pemerintah

pusat maupun pemerintah daerah. Membunyikan Lonceng Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa akan terjadi kematian dalam waktu jangka panjang akibat kebijakan yang melanggar hak atas pangan masyarakat secara masif dan terstruktur. Laporan ini merupakan refleksi kami atas aktivitas bantuan hukum yang kami lakukan selama tahun 2015.

Selama tahun 2015, masyarakat berjuang melalui penga-dilan untuk mengembalikan hak-haknya. Masyarakat sadar menjadikan pengadilan sebagai panggung perjuangan yang dapat menjadi salah satu pintu perubahan sosial. Melalui pengadilan, masyarakat menggugat pemerintah, dan meng-gugat perusahaan semen. Perjuangan tersebut tidak berhenti di pengadilan, masyarakat mulai memasuki ruang-ruang non-litigasi untuk memenangkan gugatannya. Melalui

Page 4: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa

iv - (Pelumpuhan Hak Atas Pangan 34.119 orang di Jawa Tengah)

audiensi, aksi dan terus mengkampanyekan persoalan mereka kepada publik.

Semisal, kasus rencana pendirian pabrik semen oleh PT SMS di Pati, masyarakat mampu memenangkan gugatannya pada pengadilan Tata Usaha Negara di tingkat pertama. Sebanyak 22.856 orang di sebelas Desa di Kabupaten Pati berpotensi kehilangan hak milik dan/atau pengelolaan atas kawasan pertanian. Sementara puluhan ribu petani lain yang tinggal di bagian bawah pabrik itu berdiri terancam kehilangan pasokan air minum dan pengairan pertanian.

Tak hanya memberikan bantuan hukum struktural, kami juga melakukan aktivitas pendidikan hukum kritis untuk masyarakat, organisasi rakyat, dan mahasiswa Perguruan Tinggi di Jawa Tengah. Bagi mahasiswa, tujuan umum pendidikan adalah meningkatkan kesadaran kritis mahasiswa dan pengetahuan advokasi masyarakat. Sedangkan bagi masyarakat dan organisasi rakyat, tujuan umum pendidikan adalah menyediakan ruang komunikasi, membangun kesadaran kritis dan konsolidasi serta penguatan di tingkat masyarakat yang berkonflik.

Sebanyak 4 kasus hukum melalui jalur litigasi di tahun 2015 harus kami tangani ditengah keadaan sumber daya pengacara LBH Semarang yang amat terbatas. Rasa-rasanya mustahil LBH Semarang mampu menangani kasus litigasi dengan dua advokat magang. Sehingga mengharuskan Pengabdi Bantuan Hukum LBH Semarang menguras pikiran dan tenaga untuk mencari celah dan jalan agar tetap mampu

Page 5: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa

Membunyikan Lonceng Kematian - v

menyelesaikan kasus tersebut. Namun, dengan kerjasama yang baik dengan seluruh pekerja bantuan hukum di LBH Semarang, paralegal, para pengacara dari lembaga lain yang menjadi jaringan dari LBH Semarang, dan para alumni LBH Semarang yang bersedia membantu dan beracara secara prodeo. Untuk itu, terima kasih kami sampaikan sedalam-dalamnya kepada mereka yang bekerja tanpa pamrih demi penegakkan hak-hak asasi manusia. Mereka melakukannya ditengah carut marut peradilan di Indonesia, diskriminasi penegakkan hukum, besarnya intervensi korporasi dalam penanganan kasus, dan keacuhan pemerintah terhadap pelanggaran hak yang terjadi pada masyarakat.

Dugaan pelumpuhan hak atas pangan terhadap 34.119 orang di Jawa Tengah akibat kebijakan, pemeritah harus mela kukan penyelidikan terhadap pelanggaran hak tersebut. Apalagi situasi perekonomian Indonesia yang semakin sulit dan terbatasnya akses terhadap lahan pertanian (baik pinggir hutan maupun tidak) menambah penderitaan masyarakat marginal yang diduga telah terlanggar hak atas pangannya. Untuk itu, harapan besar kami ada pada pemerintah (daerah maupun pusat) untuk mencabut kebijakan atau setidaknya merevisi kebijakan yang jelas-jelas membenarkan praktek-praktek pelucutan hak atas pangan yang telah bertentangan dengan cita-cita kedaulatan pangan yang digariskan dalam UU Pangan maupun dalam program Nawacita Presiden Joko Widodo.

Page 6: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa

vi - (Pelumpuhan Hak Atas Pangan 34.119 orang di Jawa Tengah)

Akhirnya, kami mengucapkan terimakasih kepada selu-ruh pihak yang membantu penerbitan buku ini, khususnya para kontributor, penulis dan editor, masyarakat, media massa, HuMa, dan KIARA yang mendanai penerbitan buku ini.Selamat membaca.

Semarang, 4 Desember 2015.

Misbakhul MunirDirektur

Page 7: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa

Membunyikan Lonceng Kematian - vii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................... iii D Pendahuluan ................................................................ 1 D Kondisi Hak Asasi Manusia di Jawa Tengah ........... 5 D Bantuan Hukum LBH Semarang .............................. 15 D Konsultasi dan Pendidikan Hukum .......................... 34 D Pendidikan Hukum LBH Semarang ......................... 38 D Analisa Kondisi Hak Asasi Manusia di Jawa Tengah 43 D Refleksi dan Rekomendasi LBH Semarang.............. 54

Page 8: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa

viii - (Pelumpuhan Hak Atas Pangan 34.119 orang di Jawa Tengah)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 D Sebaran Penerima Manfaat Kegiatan LBH Semarang Sepanjang 2015 ................................ 4Grafik 2

D Sebaran Kasus Dugaan Pelanggaran HAM di Jawa Tengah Sepanjang 2015 ................................ 6Grafik 3

D Sebaran Kasus Struktural yang Ditangani LBH Semarang Selama 2015 ...................................... 16Grafik 4

D Sebaran Penerima Manfaat Konsultasi dan Pendidikan Hukum LBH Semarang Sepanjang 2015 ............................................................ 35Grafik 5

D Jenis Masalah Hukum yang Ditangani LBH Semarang ............................................................. 36

Page 9: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa

Membunyikan Lonceng Kematian - ix

Grafik 6 D Sebaran Bantuan Hukum LBH Semarang Berdasar Asal Kota ...................................................... 36Grafik 7

D Sebaran Bantuan Hukum LBH Semarang Berdasar Penghasilan .................................................. 37Grafik 8

D Sebaran Jenis dan Penerima Manfaat D Pendidikan Hukum LBH Semarang ......................... 39

Grafik 9 D Sebaran Pelaku dan Jumlah Pelanggaran HAM di Jawa Tengah Sepanjang 2015 ................................ 44

Page 10: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa
Page 11: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa

Membunyikan Lonceng Kematian - 1

PENDAHULUAN

“Aku orak meh adol tanahku, tanah kuwi warisan seko wong tuwoku, meh tak wariske neng anak putuku, kanggo urip anak putuku.

Lha kok tanahku di patok-patok nganggo kayu seng dicat abang, nek ngerti sopo seng matok-matok tak sangokke aret.”

(Kesaksian ibu Sujarmi, warga Karangawen, Kecamatan Tambakromo dalam persidangan di Pengadilan Tata Usaha

Negara Semarang)

Ruang sidang PTUN Semarang mendadak riuh ketika Sujarmi memberi kesaksian dengan nada tinggi dan tegas. Peserta sidang mayoritas adalah masyarakat

Kecamatan Tambakromo dan Kayen, Kabupaten Pati yang menolak semen membenarkan ungkapan ibu Sujarmi sambil berteriak “betul...betul...!”. Majelis Hakim yang memimpin jalannya persidangan sampai mengetuk palu berkali-kali agar peserta sidang tenang dan persidangan kasus PT SMS bisa dilanjutkan. Kasus PT SMS adalah satu dari beberapa kasus yang ditangani oleh LBH Semarang. LBH Semarang

Page 12: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa

2 - (Pelumpuhan Hak Atas Pangan 34.119 orang di Jawa Tengah)

menerapkan bantuan hukum struktural dalam penangan kasus ini.

***

LBH Semarang berdiri pada 20 Mei 1978 dengan nama LBH Peradin. Pada tahun 1985, LBH Peradin berafiliasi dengan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), selanjutnya menjadi LBH Semarang. LBH Semarang menerapkan bantuan hukum struktural (BHS) dalam kerja-kerjanya.

Bantuan Hukum Stuktural (BHS) pertamakali diperkenalkan oleh Prof. Paul Mudikdo, seorang kriminolog yang tinggal di Belanda. BHS diperkenalkan dan disahkan sebagai Ideologi Kerja LBH oleh LBH Jakarta (1978) dan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (1980).  Dalam wawancara dengan Radar, jurnal yang diterbitkan oleh YLBHI, Mudikdo menyatakan bahwa dirinya hanya kawan diskusi Buyung. Mudigdo menilai para pendiri YLBHI adalah pribadi-pribadi yang memiliki kecintaan terhadap bangsanya. Karena itu orientasi dan praktek LBH diarahkan pada cita-cita perjuangan kemerdekaan Indonesia yang terumus dengan luhur dalam Mukadimah UUD 1945.

Pada pelaksanaanya BHS diterjemahkan dengan kegi-atan, seperti memberikan bantuan hukum, mendidik masya-rakat dalam arti yang seluas-luasnya dan mengadakan pemba haruan hukum dan perbaikan pelaksanaan hukum. Pengadilan, misalkan, hanya menjadi satu panggung untuk menyuarakan nilai-nilai yang diperjuangkan. Melalui proses-

Page 13: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa

Membunyikan Lonceng Kematian - 3

proses persidangan, masyarakat dan aparat penegak hukum dididik secara langsung. Sehingga, LBH Semarang fokus memilah secara ketat kasus-kasus yang ditangani melalui pengadilan. Kasus hanya menjadi “pintu masuk”   untuk mendorong perubahan hukum dan sosial.

Hampir setiap tahun LBH Semarang merumuskan catatan akhir tahun (catahu) sebagai bagian dari program kerja dan sekaligus merupakan laporan kerja tahunan. Selain itu, catahu dibuat sebagai tradisi dan bentuk pertanggungjawaban terhadap publik. Catahu berisikan situasi Hak Asasi Manusia (HAM), penanganan kasus serta layanan bantuan hukum dan pendidikan hukum yang diberikan oleh LBH Semarang.

Catahu 2015 disusun dari data hasil data kliping koran, data layanan bantuan hukum dan data kasus yang ditangani berdasarkan bantuan hukum struktural baik litigasi maupun non-litigasi sepanjang tahun 2015.

Dalam Catahu 2015 ini, LBH Semarang melaporkan penerima manfaat bantuan hukum struktural berjumlah 34.119 orang1. Angka ini termasuk orang yang berpotensi dilanggar hak atas pangannya. Untuk pelayanan konsultasi hukum, 295 orang menerima manfaat layanan ini dan 195 orang menerima manfaat pendidikan hukum. Sehingga sepanjang 2015, total 34.609 orang menerima manfaat bantuan hukum dari LBH Semarang.

1 Data tersebut merupakan data yang diolah oleh LBH Semarang berdasarkan kasus-kasus yang ditangani secara bantuan hukum struktural selama tahun 2015 oleh LBH Semarang.

Page 14: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa

4 - (Pelumpuhan Hak Atas Pangan 34.119 orang di Jawa Tengah)

Grafik 1Sebaran Penerima Manfaat Kegiatan LBH Semarang

Sepanjang 2015

Sumber: Database LBH Semarang, 2015

Page 15: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa

Membunyikan Lonceng Kematian - 5

KONDISI HAK ASASI MANUSIADI JAWA TENGAH

Berdasar monitoring kasus-kasus struktural sepanjang 2015, LBH Semarang mencatat beberapa kasus yang masuk kategori dugaan pelanggaran HAM di

Jawa Tengah. Perinciannya, di isu pertanahan terdapat 54 kasus, pertanahan dengan luas lahan sekitar 2.319,24 ha. Di dalamnya meliputi kasus-kasus konflik tanah Hak Guna Usaha (HGU), kasus tanah Perhutani, dan pengadaan tanah untuk kepentingan umum. Di isu perburuhan terdapat 15 kasus yang terdiri dari kasus Tunjangan Hari Raya (THR), upah, dan buruh migran. Di isu lingkungan terdapat 36 kasus yang meliputi pertambangan, pencemaran lingkungan, pendirian tower, dan 13 kasus pada isu pesisir yaitu penolakan kebijakan pelarangan penggunaan cantrang, reklamasi, dan rob. Sedangkam di isu masyarakat miskin perkotaan terdapat 65 kasus yang meliputi penggusuran Pedagang Kaki Lima

Page 16: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa

6 - (Pelumpuhan Hak Atas Pangan 34.119 orang di Jawa Tengah)

(PKL) dan pedagang lainnya, penggusuran perumahan, dan razia/penggarukan.

Grafik 2Sebaran Kasus Dugaan Pelanggaran HAM di Jawa Tengah

Sepanjang 2015

Sumber: Database LBH Semarang, 2015

Adapun dugaan kasus pelanggaran HAM di Jawa Tengah sepanjang 2015 adalah sebagai berikut.

1) Kasus PertanahanLBH Semarang telah menangani kasus-kasus tanah

struktural sejak berdirinya. Namun kasus-kasus struktural berbasis perkebunan dan kehutanan baru ditangani sejak tahun 1997. Setelah menjadi mitra Perkumpulan Untuk Pembaharuan Hukum Berbasis Masyarakat dan Ekologis (HuMA), LBH Semarang menggunakan program database HuMawin untuk mendata dan mengolah kasus-kasus

Page 17: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa

Membunyikan Lonceng Kematian - 7

berbasis sumber daya alam. Adapun 54 kasus pertanahan tersebut meliputi: 22 kasus kehutanan, 16 kasus tanah perkebunan, 3 konflik akses, 1 kasus pertambangan, dan 12 kasus pengadaan tanah untuk kepentingan umum. Total luas tanah dalam konflik-konflik tersebut sekitar 10.5867,18 hektar. Konflik-konflik pertanahan tersebut juga disertai dengan penangkapan para petani (kriminalisasi petani) oleh aparat kepolisian. Selama 15 tahun terakhir terdapat, 262 kasus kriminalisasi petani di Jawa Tengah.

Kasus-kasus tanah perkebunan antara petani melawan perusahaan perkebunan diawali dari perampasan lahan petani oleh perusahaan-perusahaan perkebunan. Perampasan tanah tersebut terjadi dalam kurun waktu 1957-1967. Tahun 1957-1959 adalah masa nasionalisasi perusahaan-perusahaan perkebunan Belanda oleh pemerintah Orde Lama. Pada masa tersebut, lahan-lahan pertanian yang diperoleh dari membuka hutan turut dirampas pemerintah menjadi tanah negara. Lahan-lahan tersebut kemudian berubah menjadi perkebunan negara atau yang sekarang dikenal dengan PTPN dan perkebunan-perkebunan swasta lainnya. Sedangkan perampasan lahan yang kedua terjadi pada tahun 1965-1966 ketika para petani penggarap lahan dituduh pemerintah Orde Baru dan aparat militernya sebagai terlibat Partai Komunis Indonesia (PKI). Aparat militer menangkap banyak petani pada masa itu; mereka dipenjarakan di Pulau Buru atau Pulau Nusakambangan. Sementara itu lahan-lahan para petani hasil membuka hutan dirampas militer dan menjadi perkebunan yang dikuasai negara atau perkebunan yang

Page 18: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa

8 - (Pelumpuhan Hak Atas Pangan 34.119 orang di Jawa Tengah)

di bawah kekuasaan militer. Pada tahun 1998 ketika tiba masa reformasi, para petani di berbagai daerah termasuk yang diorganisir oleh aktivis YLBHI-LBH mereklaim atau mengambil alih lahan-lahan perkebunan. Aksi-aksi mereka dinamakan aksi reklaiming. Para petani mematok lahan dan menanam berbagai tanaman palawija di atas atau di sela-sela lahan perkebunan tersebut. Di beberapa daerah, aksi reklaiming ini berhasil mengembalikan ribuan hektar lahan-lahan petani. Namun, pada tahun 1999, reaksi dari pihak perkebunan dan pemerintah mulai berdatangan. Mereka menangkapi para petani dan memenjarakannya. Di sisi lain, para aktivis Lembaga Bantuan Hukum berjuang mendampingi para petani secara litigasi maupun mendorong penyelesaian kasus-kasus tanah perkebunan tersebut secara non-litigasi.

Selama tahun 1998 sampai 2015, para petani terus menun tut pembatalan HGU perkebunan-perkebunan tersebut. Mereka menggunakan jalur-jalur non litigasi atau jalur di luar pengadilan. Penyelesaian di luar pengadilan dipandang lebih membawa rasa keadilan dibanding penyelesaian melalui jalur pengadilan mengingat jalur pengadilan mensyaratkan bukti-bukti formil berupa sertifikat hak atas tanah, satu hal yang jarang dimiliki petani. Selama proses penyelesaian secara non-litigasi terhadap sekitar 20 kasus tanah perkebunan, pemerintah hanya menyelesaikan satu kasus dengan membatalkan HGU, yaitu kasus HGU di PT Sinar Kartasura di Kabupaten Semarang. Lahan HGU PT Sinar Kartasura ditelantarkan oleh perusahaannya

Page 19: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa

Membunyikan Lonceng Kematian - 9

sehingga dibatalkan BPN pada tahun 2001. Meski kasus ini sedang dalam tahap kasasi, namun 6000 petani di 3 Desa di Bandungan, Kabupaten Semarang tersebut telah menggarap lahan terlantar itu menjadi lahan subur untuk pertanian.

Penyelesaian kasus secara non-litigasi juga membawa hasil di tahun 2002. Tahun itu, BPN meredistribusikan sekitar 45 ha lahan yang sebelumnya diklaim PT Ambarawa Maju kepada para petani di Desa Simbang Desa dan Desa Kebumen, Kecamatan Tulis dan Subah, Kabupaten Batang. Demikian juga di Desa Kuripan Kecamatan Subah, Kabupaten Batang, pada tahun 2010 pemerintah membagikan sertifikat Hak Milik 144 KK petani atas lahan PTPN Siluwok seluas 32,6 ha yang merupakan tanah timbul yang berada di luar HGU. Sementara itu, di Mekarsari, Sidasari, Carui, Kutasari, dan Desa Karangreja Kecamatan Cipari Kabupaten Cilacap, BPN meredistribusikan sekitar 300 ha lahan yang telah dilepaskan PT Rumpun Sari Antan kepada 5.114 keluarga.

Di sisi lain, pemerintah juga telah merampas hak atas tanah sekitar 300 warga Desa Trisobo, Kecamatan Boja, Kabupaten Kendal di tahun 2009. Pada saat itu, sepuluh petani yang tergabung dalam Paguyuban Petani Ngaglik Trisobo (PPNT) ditangkap polisi dan divonis rata-rata 6 bulan sampai 1 tahun penjara karena dituduh menebang 9 pohon durian milik PT Karyadeka Alam Lestari (KAL) yang berada di sekitar area perkebunan. Sedangkan Kepala Desa Trisobo yang menjadi pimpinan organisasi tani tersebut divonis selama 1,5 tahun karena dituduh menggelapkan kayu

Page 20: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa

10 - (Pelumpuhan Hak Atas Pangan 34.119 orang di Jawa Tengah)

yang tidak jelas asal-usulnya pada tahun 20042. Selama para pimpinan ini dipenjara, BPN meredistribusikan 11,5 ha lahan perkebunan PT KAL yang telah dilepaskannya kepada organisasi massa lain diluar PPNT yang bernama FORMAT. Organisasi tani yang didukung Kepala Desa Trisobo yang baru terpilih tersebut berada di pihak perusahaan (PT KAL). Akibat redistribusi lahan yang diklaim sebagai keberhasilan pelaksaan reforma agraria tersebut, 300 KK petani penggarap yang sebenarnya kehilangan lahan garapannya sejak tahun 1998. Mereka juga tak mau menerima pembagian lahan yang seluas hanya 11,5 ha tersebut karena yang para petani tuntut adalah 80 hektar.

Pada kasus-kasus di atas, pemerintah memaknai reforma agraria yang dikemas dalam Program Pembaruan Agraria Nasional (PPAN) sebagai program bagi-bagi lahan bersertifikat Hak Milik semata. Pelaksanaan reforma agraria di beberapa daerah juga diwarnai skandal, seperti yang terjadi di Desa Trisobo di atas. Sedangkan di Kabupaten Cilacap, banyak para penerima objek redistribusi tanah yang sebenarnya tidak layak menerimanya karena mereka bukan kelompok yang memperjuangkan. Selain itu, adanya ketidakjelasan objek tanah yang diredistribusikan bahkan pengakumulasian tanah dengan cara pembelian tanah–tanah yang diredistribusikan oleh oknum pejabat pemerintah desa.

2 Mahkamah Agung kemudian memutuskan dalam putusan kasasi bahwa Djarmadji, Kepala Desa tersebut lepas dari segala tuntutan hukum karena perbuatan yang dilakukan bukanlah perbuatan pidana. Saat dilepaskan dari penjara itu, Djarmadji telah menjalani hukuman selama 9 bulan penjara.

Page 21: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa

Membunyikan Lonceng Kematian - 11

Sementara, dalam melaksanakan access reform, badan–badan pemerintah memberikan modal usaha dengan jaminan sertifikat hak milik masyarakat. Dengan demikian, PPAN tak lebih dari sekedar legalisasi aset tanah. Dengan melegalisasi aset tanah, tanah dapat dijaminkan di di Bank maupun diperjualbelikan.

2) Kasus Perburuhan, Lingkungan, dan PerkotaanDalam kurun waktu 2015 LBH Semarang melaporkan

15 kasus perburuhan yang 2 (dua) diantaranya adalah kasus buruh migran. Persoalan buruh migran sangat kompleks, dimulai dari pra-penempatan, pendidikan, paska-penempatan, dan paska kepulangan ke Indonesia. Selain persoalan buruh migran, seperti pada tahun sebelumnya kasus yang muncul dan mendominasi isu perburuhan masih berkutat pada pelanggaran terhadap hak-hak normatif buruh seperti upah, union busting3, PHK, dan THR.

Di bidang lingkungan hidup, ada 36 kasus lingkungan sepanjang 2015. Kasus-kasus yang menonjol adalah penambangan yang dilakukan oleh perusahaan maupun penambang illegal. Kasus-kasus itu bisa terjadi karena walaupun

3 Union Busting adalah pemberangusan serikat pekerja. Union Busting merupakan salah satu strategi perusahaan dalam mempertahankan kewenangannya dalam mengkebiri hak-hak pekerja yang sudah ditetapkan oleh aturan ketenagakerjaan oleh pemerintah. Praktek union busting ini dilakukan pengusaha dalam berbagai bentuk, antara lain; menghalang-halangi pengurus serikat pekerja dalam menjalankan fungsinya, kampanye anti serikat pekerja, melakukan mutasi, sampai melakukan PHK terhadap pekerja yang merupakan anggota serikat pekerja.

Page 22: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa

12 - (Pelumpuhan Hak Atas Pangan 34.119 orang di Jawa Tengah)

ada peraturan mengenai tata ruang, namun perencanaan tata ruang wilayah yang dilakukan pemerintah pusat dan daerah telah menimbulkan ketidaksesuaianperuntukkan. Contohnya lokasi untuk kegiatan penambanganyang sebenarnya diperuntukkan untuk pertanian.

Seperangkat peraturan mengenai lingkungan juga belum menjamin keberlanjutan dan kelestarian lingkungan, karena lebih menekankan aspek prosedural. Peraturan yang berkaitan dengan lingkungan yaitu Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang jo.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Peraturan Daerah Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 – 2030, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air, Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2011 tentang Penetapan Cekungan Air Tanah, dan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Kegiatan usaha yang telah memiliki izin lingkungan nyatanya kerap mendapatkan penolakan masyarakat. Pangkalnya adalah proses pembuatan AMDAL perusahaan mengabaikan pelibatan masyarakat. Komisi penilai AMDAL seringkali memberikan rekomendasi kelayakan yang berujung pada terbitnya izin lingkungan meskipun dalam penyusunan AMDALnya terdapat masalah. Minimnya pengawasan yang

Page 23: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa

Membunyikan Lonceng Kematian - 13

ketat dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan  Badan Lingkungan Hidup juga berakibat pada tidak terkontrolnya aktivitas pertambangan.

Lebih lanjut, di isu pesisir terdapat 13 kasus, yaitu kebijakan pelarangan penggunaan cantrang, reklamasi, dan rob. Adapun 11 dari 13 kasus tersebut adalah persoalan penolakan terhadap Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) tentang Larangan Penggunaan Alat Penangkapan Ikan Pukat Hela (Trawls) dan Pukat Tarik (Seine Nets) Di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia. Penolakan dilakukan oleh nelayan di sepanjang pesisir Rembang, Pati, Tegal dan Batang.

Penolakan tersebut dilatarbelakangi karena tidak adanya sosialisasi dari pemerintah terhadap larangan penggunaan cantrang tersebut. Apalagi selama ini nelayan Jateng telah menggunakan cantrang dalam beroperasi dan mampu menghasilkan 27,26% dari total produksi di Jawa Tengah. Dalam kebijakan tersebut KKP tidak menyediakan pengganti alat tangkap bagi nelayan. Sehingga nelayan yang selama ini telah menggunakan alat tangkap cantrang dipaksa tidak melaut. Nelayan dari Rembang, Pati, Batang, dan Tegal berdemonstrasi untuk menolak kebijakan yang dikeluarkan oleh Menteri Susi Pudjiastuti.

LBH Semarang dalam menyikapi kebijakan yang dikeluarkan Menteri Susi Pudjiastuti tentang pelarangan penggunaan alat tangkap ikan pukat hela dan pukat tarik yang ditolak oleh sebagian nelayan di Jawa Tengah adalah mendukung dari kebijakan tersebut. Alat Tangkap pukat

Page 24: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa

14 - (Pelumpuhan Hak Atas Pangan 34.119 orang di Jawa Tengah)

hela dan pukat tarik sering dipergunakan oleh nelayan telah mengakibatkan menurunnya sumber daya ikan dan mengancam kelestarian lingkungan sumberdaya ikan. Namun, pemberlakuan larangan tersebut tidak serta merta diterapkan tanpa adanya alternatif pengganti bagi nelayan Jawa Tengah yang selama ini telah menggunakan alat tangkap cantrang dan masyarakat yang akan terdampak.

Di isu masyarakat miskin perkotaan, pedagang kaki lima (PKL) masih menjadi pihak yang paling terdampak di tahun 2015. PKL disini tidak hanya pedagang yang mengunakan gerobak namun semua pedagang yang bekerja di trotoar, termasuk para pemilik rumah makan yang menggunakan tenda dengan mengkooptasi jalur pejalan kaki maupun jalur kendaraan bermotor.

Terdapat beberapa kasus penggusuran PKL yang dilakukan oleh Satpol PP dibeberapa kota besar seperti Semarang, Pekalongan, Solo, dan lain-lain. Adapun alasan penggusuran ini adalah karena peruntukan kawasan, ketertiban lalu lintas, keindahan kota, dan untuk memperoleh adipura. Terdapat 17 kasus penertiban Pedagang Kaki Lima yang dilakukan oleh aparat pemerintahan kota semarang dengan dalih penerapan Perda Kota Semarang No 11 Tahun 2000 tentang Pengaturan dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima.

Page 25: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa

Membunyikan Lonceng Kematian - 15

BANTUAN HUKUMLBH SEMARANG

LBH Semarang telah memberikan bantuan hukum struktural di 29 kasus pada tahun 2015, baik litigasi maupun non-litigasi. Jumlah penerima manfaat dari

bantuan hukum struktural adalah 34.119 orang.Bantuan hukum struktural tersebut diberikan di

empat sektor. Di sektor perburuhan, LBH Semarang telah memberikan bantuan hukum kepada buruh sebanyak 2 kasus, melalui jalur tripartit. Di sektor komunitas miskin perkotaan, LBH Semarang telah memberikan bantuan hukum terhadap PKL dan pedagang pasar sebanyak 2 kasus melalui proses non-litigasi. Di sektor lingkungan dan pesisir, LBH Semarang telah memberikan bantuan hukum di 4 kasus, yaitu litigasi sebanyak 2 kasus dan 2 kasus lainnya melalui non-litigasi. Di sektor pertanahan, LBH Semarang telah memberikan bantuan hukum sebanyak 1 kali lewat proses litigasi. Dalam isu pelanggaran HAM terdapat 2 kasus yang ditangani secara litigasi 1 kasus dan non litigasi 1 kasus.

Page 26: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa

16 - (Pelumpuhan Hak Atas Pangan 34.119 orang di Jawa Tengah)

Grafik 3Sebaran Kasus Struktural yang Ditangani LBH Semarang

Selama 2015

Sumber: Database LBH Semarang, 2015Adapun beberapa gambaran tentang kasus-kasus yang

mendapat bantuan hokum dari LBH Semarang adalah sebagai berikut.

1) Kasus Dayunan Sukorejo, KendalPada Juli 2014 warga melakukan reclaiming tanah atas

nama pewaris. Warga mereklaim lahan setelah memastikan ke BPN Kendal tentang kepemilikan tanah tersebut. Tanah tersebut dibagi rata kepada 75 KK atau sebanyak 242 orang di Dusun Dayunan. Pada bulan Juli juga warga menjual tana-man yang tumbuh diatas tanah mereka (tanaman cengkeh). Setelah warga menjual tanaman tersebut warga dilaporkan ke

Page 27: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa

Membunyikan Lonceng Kematian - 17

polisi oleh pihak yang mengatasnamakan PT. Soekarli. Pada bulan September PT. Soekarli mengajukan gugatan perdata ke Pengadilan Negeri Kendal. Perusahaan ini menuntut sebagian warga Dayunan melakukan perbuatan melawan hukum dan penguasaan tanah tanpa hak. Masyarakat Dayunan yang telah terlanggar hak atas tanah-nya selama berpuluh-puluh tahun dan berusaha merebut kembali haknya malah dipengadilankan oleh perusahaan yang mengklaim sebagai pemilik tanah.

Tanah seluas kurang-lebih 16 Ha (tanah GG/vrijlands domein) adalah milik 13 warga yang telah menggarap sejak 1960. 13 warga tersebut adalah Rasidin, Satari Kisut, Karso, Satari, Harno, Tarmo, Surat, Kusen, Karjo Ngadimin, Warno, Pawiro Setu, dan Suparto. Atas penggarapan tersebut terbit Petok D sebagai bukti kepemilikan. Pada tahun 1970 Petok D tersebut dirampas oleh Kepala Desa (saat itu Sudirman) dan menyampaikan kepada pemilik agar tidak menggarap tanah lagi. Sejak saat itulah warga kehilangan tanahnya dan secara tiba-tiba muncul PT Soekarli Nawaputra Plus menanam cengeh di lahan tersebut.

Setelah 44 tahun mesyarakat dirampas tanahnya hidup miskin ditengah melimpahnya sumber daya alam yang tidak dapat di akses, pada pertengahan 2014 warga menduduki tanah tersebut. Pendudukan tersebut didasarkan ada bukti kepemilikan sertifikat tanah yang terbit tahun 1978 yang masih atas nama warga. Kemudian diperkuat dengan keterangan Kantor BPN Kendal yang menyatakan status kepemilikan tanah tersebut masih atas nama 13 warga.

Page 28: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa

18 - (Pelumpuhan Hak Atas Pangan 34.119 orang di Jawa Tengah)

Bantuan Hukum: LBH Semarang memberikan bantuan hukum dengan melakukan pendampingan di jalur litigasi yaitu menjadi kuasa hukum para tergugat di persidangan. LBH Semarang juga mendampingi warga dalam proses non-litigasi. LBH Semarang bergabung dengan JAMAK (Jaringan Masyarakat Kendal) untuk melakukan penguatan kepada masyarakat dan mengkampanyekan isu tersebut kepada publik. LBH Semarang juga selalu mendampingi di tiap aksi dan audiensi yang dilakukan masyarakat. Akhirnya, majelis hakim memutuskan gugatan Penggugat tidak dapat diterima. Putusan itu dibacakan pada tanggal 1 April 2015. Tetapi, pihak penggugat kembali mengajukan upaya banding di Pengadilan Tinggi Semarang. Dalam proses banding ini, LBH Semarang kembali menjadi kuasa hukum Para Tergugat.

Penerima manfaat dari advokasi yang diberikan   LBH Semarang adalah 242 orang warga Dusun Dayunan, Desa Pesaren, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal.

2) Kasus  Pabrik Semen di Kabupaten RembangWarga Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang, Jawa

Tengah berjuang menolak pendirian pabrik semen di kawasan tersebut. Hari Senin 1 September 2014, perwa-kilan warga bersama Wahana Lingkungan Hidup Indonesia mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara atas Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 668.1/17 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan Kegiatan Penambangan Oleh PT. Semen Gresik (Persero) Tbk, di Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah tertanggal 7 Juni 2012. Penerbitan SK Gubernur tersebut melanggar banyak

Page 29: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa

Membunyikan Lonceng Kematian - 19

peraturan perundang-undangan khususnya UU No. 32 tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Selain itu, SK ini juga melanggar Asas-asas Umum Pemerintahan yang Baik (AAUPB), termasuk di dalamnya diabaikannya akses informasi dan transparansi.

Hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat yang sejatinya merupakan hak setiap warga Indonesia namun dalam kasus rencana pendirian pabrik semen di Rembang, hal ini harus diperjuangkan terlebih dulu. Masyarakat harus menggugat ke Pengadilan TUN terlebih dahulu untuk mempertahankan keberlanjutan lingkungan yang ada di wilayahnya. Bantuan Hukum:  LBH Semarang memberikan bantuan hukum dengan melakukan pendampingan di jalur litigasi dan non-litigasi. Melalui jalur litigasi yaitu menjadi kuasa hukum warga atas gugatan pembatalan Izin Lingkungan PT Semen Indonesia ke PTUN Semarang. Adapun gugatan ini telah diputus pada tanggal 16 April 2015. Bunyi putusannya: gugatan dinyatakan tidak dapat diterima karena melebihi batas waktu 90 hari pengajuan gugatan (daluwarsa). Atas putusan ini, Penggugat mengajukan banding ke PT TUN Surabaya dan LBH Semarang tetap menjadi kuasa hukumnya. Bantuan hukum lain di bidang litigasi yang diberikan LBH Semarang adalah melakukan pendampingan di kepolisian ketika beberapa masyarakat mendapat kekerasan saat melakukan aksi di sekitar tapak pabrik semen.  Di jalur non-litigasi, LBH Semarang mendampingi tiap aksi dan audiensi yang dilakukan masyarakat untuk menolak pabrik semen.

Page 30: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa

20 - (Pelumpuhan Hak Atas Pangan 34.119 orang di Jawa Tengah)

Penerima manfaat dari advokasi yang diberikan  LBH Semarang adalah 9.466 warga Desa Kajar, Desa Timbrangan, Desa Tegaldowo, Desa Pasucen, dan Desa Kadiwono.

3) Kasus Pabrik Semen di Kabupaten PatiWarga Kecamatan Tambakromo dan Kayen Kabupaten

Pati melakukan penolakan terhadap rencana pendirian pabrik semen PT Sahabat Mulia Sakti di Kabupaten Pati. Pada Rabu tanggal 4 Maret 2015 dengan didampingi ratusan warga Pati, perwakilan warga mengajukan gugatan tata usaha negara terhadap terbitnya Surat Keputusan Bupati Kabupaten Pati Nomor: 660.1/4767 tahun 2014 tertanggal 8 Desember 2014 tentang Izin Lingkungan Pembangunan Pabrik Semen serta Penambangan Batugamping dan Batulempung di Kabupaten Pati oleh PT Sahabat Mulia Sakti. Gugatan itu diajukan karena data yang disajikan dalam dokumen AMDAL yang dijadikan pijakan dalam penerbitan izin tidak sesuai dengan fakta dilapangan. Fakta yang menunjukan kawasan tersebut merupakan kawasan karst yang dibuktikan dengan ditemukannya ponor, goa dan mata air. Kawasan karst yang berfungsi sebagai tandon raksasa yang menampung air hujan. Jika ditambang akan mengakibatkan banjir bandang dan kekeringan ketika musim kemarau. Mata air di kawasan tersebut menjadi sumber pengairan 9.603 Ha sawah dan permukiman di Kecamatan Kayen dan 7.247 Ha di Kecamatan Tambakromo.

Tak berbeda dengan konflik yang terjadi di Rembang, masya rakat Pati pun harus mempertahankan hak atas ling-kungan melalui panggung perjuangan di pengadilan. Hak

Page 31: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa

Membunyikan Lonceng Kematian - 21

untuk bertani akan terampas ketika rencana pendirian pabrik dan penambangan semen terealisasikan.Bantuan Hukum:  LBH Semarang memberikan bantuan hukum dengan melakukan pendampingan di jalur litigasi dan non-litigasi. Di jalur litigasi, LBH Semarang menjadi kuasa hukum warga yang mengajukan gugatan terhadap keluarnya Surat Keputusan Bupati Kabupaten Pati ke PTUN Semarang. Lima perwakilan warga yaitu Jasmo, Wardyo, Paini, Samiun dan Sarjudi berperan sebagai penggugat. Bupati Kabupaten Pati menjadi tergugat dan PT SMS sebagai tergugat intervensi. Adapun putusan majelis yang diucapkan tanggal 17 November 2015 berbunyi: mengabulkan gugatan warga. Izin Lingkungan yang telah dikeluarkan Bupati Kabupaten Pati akhirnya dibatalkan melalui putusan PTUN Semarang. Saat ini, pihak tergugat telah mengajukan banding terhadap putusan tersebut. LBH Semarang tetap menjadi kuasa hukum warga dalam proses banding. LBH Semarang juga mendampingi warga dalam proses non-litigasi.  LBH Semarang melakukan penguatan kepada masyarakat dan mengkampanyekan isu tersebut kepada publik. LBH Semarang selalu mendampingi di tiap aksi dan audiensi yang dilakukan masyarakat untuk menolak pabrik semen di Pati.

Penerima manfaat dari advokasi yang diberikan   LBH Semarang adalah 22.859 warga Desa Brati, Desa Karangawen, Desa Larangan, Desa Mojomulyo, Desa Pakis, Desa Purwokerto, Desa Sumbersari, Desa Wukirsari, dan Desa Tambakromo.

Page 32: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa

22 - (Pelumpuhan Hak Atas Pangan 34.119 orang di Jawa Tengah)

4) Kasus Kriminalisasi Aktivis Anti KorupsiKasus ini berawal ketika Ronny Maryanto, aktivis anti

korupsi/Komite Penyelidikan dan Pemberantasan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KP2KKN) melaporkan dugaan politik uang saat Pilpres yang dilakukan oleh Fadli Zon saat kampanye di Pasar Bulu, Semarang pada 2 Juli 2014 ke Panwaslu Kota Semarang.

Atas hal tersebut, Fadli Zon Wakil Ketua DPR RI, pada tanggal 7 Juli 2014 melaporkan Ronny Maryanto ke Bareskrim Mabes Polri dengan delik Pasal 27 ayat (3) UU ITE serta Pasal Pencemaran Nama Baik (310 dan 311 KUHP).

Ronny, saat itu sebagai warga sipil biasa yang melihat money politics. Kemudian, Ronny berinsiatif melaporkannya ke Panwaslu. Perbuatan baik itu malah dilaporkan balik dengan perbuatan fitnah oleh Fadli Zon. Laporan dari Fadli Zon sebagai wakil rakyat menunjukan kemunduran demokrasi di Indonesia dan pembatasan pengawasan publik terhadap penyelenggaraan pemilu yang bersih.

Bantuan Hukum:  LBH Semarang memberikan bantuan hukum dengan melakukan pendampingan di jalur litigasi yaitu menjadi penasehat hukum Ronny Maryanto.  LBH Semarang bersama 9 lain membentuk tim advokasi untuk pemilu bersih yang terdiri dari  LBH Semarang, KP2KKN Jawa Tengah, LRC-KJHAM, YASANTI, PBHI Jawa Tengah, PATTIRO, PERMAHI, AJI, ICW, dan SRI.

Page 33: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa

Membunyikan Lonceng Kematian - 23

Penerima manfaat dari advokasi yang diberikan   LBH Semarang adalah satu orang. Meskipun advokasi ini hanya berdampak pada satu orang, namun LBH Semarang terlibat dalam perlawanan pembungkaman gerakan anti korupsi yang membawa manfaat lebih luas.

5) Kasus Rencana Reklamasi Kawasan Mangrove TapakKawasan mangrove di Dukuh Tapak, Kelurahan Tugurejo,

Semarang memiliki sejarah panjang upaya peningkatan kualitas lingkungan di Kota Semarang bahkan di Indonesia. Kasus pencemaran Kali Tapak yang terjadi pada tahun 70-an adalah kasus yang pertama kali di Indonesia yang diselesaikan melalui jalur mediasi.  

Paska permasalahan pencemaran Kali Tapak yang dilakukan oleh beberapa industri di kawasan Tambak Aji, masyarakat Tapak dengan kondisi lingkungan yang telah tercemar mulai melakukan perbaikan lingkungan. Bangkitnya masyarakat Dukuh Tapak ditandai dengan menggeliatnya aktivitas Kelompok Petani Tambak dan Perkumpulan Pemuda Peduli Lingkungan Tapak “PRENJAK”. Aktifitas mereka adalah merehabilitasi mangrove, mengembangkan budidaya perikanan, eko wisata, dan pendidikan lingkungan. Kawasan mangrove yang telah berfungsi sebagai penahan abrasi berpotensi meningkatkan perekonomian warga sekitar.

Namun warga dikejutkan dengan diterbitkannya Surat Rekomendasi Walikota Semarang Nomor: 654/2306 tertanggal 3 Mei 2013. Surat itu merekomendasikan Kelurahan Tugurejo dan Karanganyar menjadi kawasan

Page 34: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa

24 - (Pelumpuhan Hak Atas Pangan 34.119 orang di Jawa Tengah)

Industri, pergudangan dan jasa, serta perumahan dan wisata komersil di Kota Semarang kepada PT Bumi Raya Perkasa Nusantara.

Pada tahun 2014 antara bulan Mei–Juli dilakukan pengu-kuran dan pematokan lahan secara sepihak oleh konsultan investor. Pada bulan Agustus warga menerima undangan sosialisasi AMDAL Rencana Reklamasi dari PT Bumi Raya Perkasa Nusantara. Kemudian pada bulan November 2015 warga kembali menerima undangan sosialisasi AMDAL untuk rencana reklamasi jalur lingkar utara.

Rencana reklamasi di kawasan mangrove di Dukuh Tapak melanggar hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Selain itu, kawasan mangrove yang dimanfaatkan petani tambak dan masyarakat sekitar akan membatasi akses mereka terhadap kawasan pesisir yang selama ini menjadi lahan mata pencaharian.Bantuan Hukum:  LBH Semarang beserta jaringannya yang terdiri dari unsur organisasi rakyat, NGO, dan mahasiswa bergabung dalam Jaringan Advokasi Kasus Tapak. Jaringan advokasi ini kemudian mendorong kampanye kasus tersebut dengan melakukan Focus Group Discussion (FGD) dan audiensi-audiensi dengan pihak Pemerintah Kota Semarang. Selain itu, jaringan juga melakukan penguatan di tingkat masyarakat akar rumput melalui pendidikan hukum kritis di komunitas. Penerima manfaat dari advokasi yang diberikan LBH Semarang adalah 50 orang petani tambak, nelayan dan masyarakat pesisir di Tapak.

Page 35: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa

Membunyikan Lonceng Kematian - 25

6) Kasus Buruh PT Karang Surya ProfilindoKristika Kurniawan merupakan orang yang pernah

bekerja sebagai buruh di PT. Karang Surya Profilindo kemudian mengundurkan diri dari pekerjaannya. Ketika mengundurkan diri, Kristika Kurniawan merasa ada haknya selama menjadi buruh di PT Karang Surya Profilindo yaitu bonus yang seharusnya diberikan oleh perusahaan, belum juga ia terima. Kristika  menuntut bonus yang seharusnya diberikan oleh PT Karang Surya Profilindo selama bekerja di perusahaan tersebut.

Buruh berhak atas upah yang layak maupun tunjangan-tunjangan kerja atas hasil kerjanya yang diberikan kepada pengusaha. Namun demikian tidak serta merta pengusaha mau membayarkan tunjangan ataupun bonus yang seharusnya diterima oleh pekerja/buruh. Kristika berhak menerima hak berupa bonus yang diberikan selama bekerja, namun haknya tak kunjung dibayarkan bahkan setelah ia mengundurkan diri.Bantuan Hukum: LBH Semarang melakukan pendampingan kepada Buruh Kristika dalam proses mediasi dengan PT Karang Surya Profilindo. Setelah penyelesaian bipartit antara Buruh Kristika dengan PT Surya Profilindo tidak menemukan titik temu, LBH Semarang bersama dengan Buruh Kristika mengadukan permasalahan tersebut ke Dinas Tenaga Kerja Kota Semarang untuk diselesaikan secara tripartit. Sampai saat ini proses masih berlanjut dan menunggu Dinas Tenaga Kerja Kota Semarang untuk melaksanakan mediasi.

Page 36: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa

26 - (Pelumpuhan Hak Atas Pangan 34.119 orang di Jawa Tengah)

Penerima manfaat dari advokasi yang diberikan LBH Semarang adalah satu orang.

7) Kasus Pencemaran di Sayung, Kabupaten Demak Warga RT 01/RW 03 Desa Purwosari,   Kecamatan

Sayung menduga lingkungan mereka dan tubuh mereka telah tercemar limbah industri di daerahnya. Mereka merasa pusing dan mual akibat bau menyengat yang dihasilkan dari proses pemasakan sari kelapa.

Warga telah berusaha untuk mendialogkan permasalahan tersebut dengan pemilik usaha, namun pemilik usaha tidak mengindahkan ajakan dari warga. Sehingga warga berinisatif melaporkan dugaan pencemaran tersebut kepada Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Demak. Namun KLH Demak belum menindaklanjuti laporan warga.

Kantor Lingkungan Hidup adalah lembaga yang seharusnya melakukan pengawasan terhadap perusahaan yang diduga melakukan pencemaran lingkungan hidup atau melakukan pelanggaran terhadap hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Hal ini diatur dalam Pasal 71 angka (3) UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, “dalam melaksanakan pengawasan, Menteri, gubernur, atau bupati/walikota menetapkan pejabat pengawas lingkungan hidup yang merupakan pejabat fungsional”. Berikut dengan tugas pokok dan fungsi dari KLH Kabupaten Demak, salah satunya adalah pelaksanaan penyelesaian kasus-kasus pencemaran dan perusakan lingkungan hidup dan sumber daya alam. Dalam hal ini, KLH

Page 37: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa

Membunyikan Lonceng Kematian - 27

telah mendapatkan laporan dari masyarakat.Seharusnya, KLH mendayagunakan hukum lingkungan untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup.Bantuan Hukum:  LBH Semarang mendampingi warga RT 1/RW 03 dan mengupayakan penyelesaian kasus secara non-litigasi.  LBH Semarang mengusahakan mediasi antara Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Demak, Setda Bagian Hukum Kabupaten Demak, Aparat Desa Purwosari dan pemilik pabrik di Kemenkumham. Hasil mediasi tersebut, Kantor Lingkungan Hidup dan Setda Bagian Hukum Kabupaten Demak bersedia menyelesaikan permasalahan yang telah diadukan oleh warga.

Perkembangan terakhir kasus tersebut, setelah dilaksanakan mediasi di Kemenkumham keluar rekomendasi berupa mengembalikan persoalan tersebut ke Desa (Aparat Pemerintah Desa) untuk diselesaikan. Kepala Desa menjadi mediator pada pertemuan di Desa antara Pengusaha dan perwakilan warga. Kesepakatannya adalah pengusaha tersebut akan berusaha menghilangkan bau tersebuut, dan apabila dikemudian hari bau tetap masih ada maka pengusaha bersedia menutup tempat usahanya.

Penerima manfaat dari advokasi yang diberikan LBH Semarang adalah 80 orang warga RT 1/RW 03 Desa Purwosari.

Page 38: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa

28 - (Pelumpuhan Hak Atas Pangan 34.119 orang di Jawa Tengah)

8) Kasus Ahmad Fauzi (KBB)Ahmad Fauzi merupakan seorang penulis. Ahmad Fauzi

menulis buku, namun isinya dipersoalkan oleh sejumlah Ormas dengan tuduhan penodaan agama. Akibatnya, ia dipanggil polisi untuk dimediasi dengan pihak FPI (Front Pembela Islam) yang bersangkutan.

Ahmad Fauzi resmi dilaporkan ke Polda Jateng pada tanggal 10 Oktober 2015 oleh FPI Jateng dengan tuduhan penodaan agama dan UU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Hal tersebut karena Ahmad Fauzi dituduh melecehkan agama Islam dan penghinaan agama melalui jejaring sosial Facebook dan Twitternya.

Pembatasan untuk mengungkapkan gagasan menjadi salah satu bentuk pelanggaran terhadap kebebasan berekspresi yang telah dijamin oleh UUD 1945 amandemen II Pasal 28 E ayat (2) menyatakan, “Setiap orang berhak atas meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya”. Selanjutnya dalam ayat (3) menyatakan, “Setiap orang berhak kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat”. Selain itu, UU Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia secara lebih dalam mengatur mengenai kebebasan berekspresi, termaktub dalam Pasal 22 ayat (3), “Setiap orang bebas mempunyai, mengeluarkan dan menyebarluaskan pendapat sesuai hati nuraninya, secara lisan atau tulisan melaluui media cetak elektronik dengan memperhatikan nilai-nilai agama, kesusilaan, ketertiban, kepentingan umum, dan keutuhan bangsa”. Ahmad Fauzi, seorang penulis buku yang telah menuliskan gagasan dari

Page 39: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa

Membunyikan Lonceng Kematian - 29

pikirannya dilaporkan ke polisi atas dasar penistaan agama. Padahal kebebasan berpendapat telah dijamin oleh peraturan perundang-undangan.Bantuan Hukum: LBH Semarang melakukan pendampingan kepada Ahmad Fauzi. Pendampingan non-litigasi LBH Semarang membentuk jaringan advokasi bersama yang terdiri dari unsur mahasiswa, akademisi, jurnalis dan advokat. Perkembangan terakhir kasus ini Ahmad Fauzi masih menunggu surat panggilan dari Polda sebagai terlapor dalam kasus ini.

Penerima manfaat dari advokasi yang diberikan LBH Semarang adalah satu orang.

9) Kasus PKL Jalan Sawah BesarKasus ini berawal ketika 33 PKL yang telah menempati

lahan milik MAJT (Masjid Agung Jawa Tengah) hendak dipindahkan ke lokasi lain karena lahan tersebut akan digunakan oleh pihak MAJT. Ke-33 PKL tersebut bersedia pindah jika pihak MAJT menyediakan sarana dan prasarana di tempat baru.

Penggusuran terhadap PKL maupun sektor informal lainnya dalam rangka mengimplementasikan kebijakan pemba ngunan selalu menjadi alasan pembenar bagi peme-rintah maupun sebagian masyarakat. Padahal PKL telah mampu menciptakan lapangan pekerjaan sendiri dan bahkan bisa menyelesaikan persoalan-persoalan pemenuhan hak-hak lainnya. Ketika PKL digusur, lahan mata pencaharian mereka telah terampas. Penggusuran ini bertentangan dengan hak

Page 40: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa

30 - (Pelumpuhan Hak Atas Pangan 34.119 orang di Jawa Tengah)

atas pekerjaan, Pasal 6 UU Nomor 11 tahun 2005 tentang Konvenan Internasional tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya.Bantuan Hukum:  LBH Semarang melakukan pendampingan kepada 33 PKL Jalan Sawah Besar tersebut.  LBH Semarang mengupayakan terjadinya mediasi antara pihak PKL dengan pihak MAJT. Dari audiensi tersebut pihak MAJT bersedia memenuhi persyaratan yang diajukan oleh 33 PKL.

Penerima manfaat dari advokasi yang diberikan LBH Semarang adalah 33  PKL.

10) Kasus Pasar PeteronganKasus ini berawal ketika Pemerintah Kota Semarang

hendak melakukan revitalisasi terhadap bangunan pasar Peterongan. Pemerintah tidak melakukan sosialisasi yang baik dengan para pedagang sehingga pedagangpun menolak revitalisasi pasar.Apalagi revitalisasi pasar hendak dilakukan menjelang bulan Ramadhan.Pada bulan ini, para pedagang bisa mendapatkan keuntungan lebih.Para pedagang meminta Dinas Pasar agar revitalisasi dilaksanakan setelah lebaran.

Dinas Pasar Kota Semarang kemudian membongkar pasar secara langsung tanpa mendiskusikan terlebih dahulu dengan ahli cagar budaya. Bangunan usia pasar yang lebih dari 50 tahun seharusnya telah masuk menjadi bangunan cagar budaya dan harus dilindungi sebagai aset untuk Kota Semarang.

Dalam merencanakan pembangunan, pemerintah seharusnya memasukkan instrumen HAM di dalamnya

Page 41: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa

Membunyikan Lonceng Kematian - 31

sebagai tolak ukur keberhasilannya. Keberhasilan pembangunan tak semata-mata diukur dengan indikator pertumbuhan ekonomi, tetapi juga aspek pemenuhan, perlindungan dan penghormatan HAM. Pedagang pasar yang mendapatkan penghasilan dari berjualan harus menghentikan kegiatannya demi revitalisasi pasar. Selama revitalisasi berlangsung pedagang harus mencari mata pencaharian lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan demikian pemerintah telah melanggar hak atas pekerjaan.Bantuan Hukum: LBH Semarang melakukan pendampingan kepada pedagang Pasar Peterongan untuk audiensi ke Dinas pasar kota Semarang. Hasil audiensi, Dinas Pasar Kota Semarang memberikan keterangan bahwa pemerintah akan mempercepat proses revitalisasi pasar.Penerima manfaat dari advokasi yang diberikan LBH Semarang adalah 1.320 pedagang Pasar Peterongan.

11) Kasus PHK Buruh PT Purindera NusarayaKasus ini berawal sejak 16 buruh di-PHK oleh PT.

Purindera Nusaraya. Ke-16 buruh tersebut merasa haknya tidak dipenuhi oleh Perusahaan karena di-PHK tanpa diberi pesangon.Ke-16 buruh tersebut telah meminta perusahaan untuk memberikan uang pesangon tersebut, namun diabaikan oleh perusahaan.

Maraknya PHK, baik itu merupakan dampak krisis keuangan global atau bukan, menyebabkan banyak buruh

Page 42: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa

32 - (Pelumpuhan Hak Atas Pangan 34.119 orang di Jawa Tengah)

kehilangan pekerjaan. Tidak hanya kehilangan pekerjaan, 16 buruh tersebut tidak mendapat pesangon dari perusahaan.Bantuan Hukum:  LBH Semarang melakukan pendampingan kepada 16 buruh tersebut. LBH Semarang mengusahakan mediasi antara ex-buruh dengan perusahaan. Hasil mediasi, perusahaan bersedia membayarkan uang pesangon dengan cara diangsur.

Penerima manfaat dari advokasi yang diberikan LBH Semarang adalah 16 orang.

12) Kasus Petani Hutan Desa Cemoro, TemanggungPerum Perhutani mengeluarkan kebijakan di sekitar

kawasan hutan di Kecamatan Wonoboyo Temanggung. 10 (sepuluh) desa di Temanggung terancam kehilangan mata pencahariannya. Dalam forum sosialisasi, Perhutani melarang masyarakat di sepuluh (10) desa untuk menanam tanaman tembakau. Forum yang dihadiri Kepala BKPH Temanggung beserta jajarannya tersebut juga menyampaikan ancaman-ancaman pidana jika masyarakat tetap melanjutkan penanaman tembakau.

Di lapangan, Perhutani merusak tanaman pertanian dan mengambil beberapa peralatan pertanian. Tiga orang anggota AGRA Ranting Cemoro mendapatkan surat panggilan sebagai saksi dari Kepolisian Sektor Tretep dalam perkara tindak pidana melakukan kegiatan perkebunan di dalam kawasan hutan sebagaimana dimaksud dalam UU No. 18 tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan Pasal 17 ayat 2 huruf b.

Page 43: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa

Membunyikan Lonceng Kematian - 33

Bantuan Hukum: LBH Semarang memberikan bantuan hukum dengan melakukan pendampingan di jalur non litigasi yaitu dengan mendampingi warga di Polsek Tretep. Selain itu, LBH juga mendampingi warga saat audiensi yang dihadiri oleh Perhutani, Camat, dan masyarakat. Akhirnya,Perhutani mencabut laporannya kepada polisi.

Penerima manfaat dari advokasi yang diberikan LBH Semarang adalah 50 orang

Page 44: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa

34 - (Pelumpuhan Hak Atas Pangan 34.119 orang di Jawa Tengah)

KONSULTASIDAN PENDIDIKAN HUKUM

Seperti yang diuraikan di awal, LBH Semarang membe-rikan bantuan hukum kepada masyarakat dalam kasus-kasus struktural. Namun, LBH Semarang

tidak menutup terhadap kasus-kasus non struktural dan memberikan layanan bantuan hukum dalam bentuk konsultasi hukum.

Dalam satu tahun terakhir, layanan hukum yang diberikan LBH Semarang berjumlah 39 layanan. Penerima manfaat dari layanan hukum ini terdiri atas 3 kelompok kepentingan yaitu bertindak untuk kepentingan sendiri sebanyak 27 orang, bertindak untuk orang lain sebanyak 5 layanan dengan penerima manfaat sebanyak 7 orang, dan bertindak untuk kepentingan kelompok ada 7 layanan. Adapun 7 kelompok tersebut mewakili 260 orang. Sehingga total penerima manfaat layanan hukum tahun 2015 adalah 295 orang.

Page 45: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa

Membunyikan Lonceng Kematian - 35

Grafik 4Sebaran Penerima Manfaat Konsultasi dan Pendidikan

Hukum LBH Semarang Sepanjang 2015

Sumber: Database LBH Semarang, 2015

Dalam satu tahun terakhir, layanan hukum yang diberikan LBHSemarang berjumlah 39 layanan. Penerima manfaat dari layanan hukum ini terdiri atas 3 kelompok kepentingan yaitu bertindak untuk kepentingan sendiri sebanyak 27 orang, bertindak untuk orang lain sebanyak 5 layanan dengan penerima manfaat sebanyak 7 orang, dan bertindakuntuk kepentingan kelompokada 7 layanan. Adapun 7 kelompok tersebut mewakili 260 orang. Sehingga total penerima manfaat layanan hukum tahun 2015 adalah 295 orang.

Page 46: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa

36 - (Pelumpuhan Hak Atas Pangan 34.119 orang di Jawa Tengah)

Grafik 5Jenis Masalah Hukum yang ditangani LBH Semarang

Sumber: Database LBH Semarang, 2015

Masalah hukum yang paling banyak dibawa masyarakat adalah persoalan perdata 9 kasus, masalah pidana 9 kasus, masalah perkawinan 6 kasus, masalah pertanahan-non struktural 5 kasus, persoalan perburuhan 6 kasus, dan persoalan lingkungan hidup yang kemudian ditangani secara struktural 4 kasus.

Grafik 6Sebaran Bantuan Hukum LBH Semarang Berdasar Asal Kota

Sumber: Database LBH Semarang, 2015

Page 47: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa

Membunyikan Lonceng Kematian - 37

Layanan hukum yang diberikan mencakup beberapa wilayah di Jawa Tengah, namun mayoritas masyarakat yang datang berasal dari kota Semarang yakni 29. Sedangkan sisanya berasal dari kota-kota sekitar Semarang, seperti Kabupaten Semarang, Demak, Pekalongan, Pati, dan Temanggung, seluruhnya ada 9. Beberapa klien juga datang dari luar Jawa seperti dari Jayapura ada 1. Biasanya mereka mendapat informasi dari orang lain yang mengetahui aktivitas LBH Semarang.

Grafik 7Sebaran Bantuan Hukum LBH Semarang Berdasar

Penghasilan

Sumber: Database LBH Semarang, 2015

Berdasarkan tingkat penghasilan, penerima layanan hukum didominasi oleh masyarakat yang berpenghasilan 1–2 juta yang mencapai 27 layanan hukum dari klien yang datang. Adapun yang berpenghasilan dibawah Rp. 1.000.000,-/bulan ada 7 orang. Sedangkan yang berpenghasilan diatas 2 juta ada 3 layanan bantuan hukum.

Page 48: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa

38 - (Pelumpuhan Hak Atas Pangan 34.119 orang di Jawa Tengah)

PENDIDIKAN HUKUMLBH SEMARANG

Selain layanan konsultasi hukum, LBH Semarang juga memberikan pendidikan hukum kritis. Pendidikan hukum kritis ini tak hanya dikhususkan untuk

masyarakat yang berkonflik atau di kasus yang ditangani oleh LBH Semarang melalui metode bantuan hukum struktural. Pendidikan hukum juga dilaksanakan untuk masyarakat, organisasi rakyat, dan mahasiswa Perguruan Tinggi di Jawa Tengah.

Bagi mahasiswa, tujuan umum pendidikan adalah mening katkan kesadaran kritis mahasiswa dan pengetahuan advokasi masyarakat. Sedangkan bagi masyarakat dan orga-nisasi rakyat, tujuan umum pendidikan adalah menye-diakan ruang komunikasi, membangun kesadaran kritis dan konsolidasi serta penguatan di tingkat masyarakat yang berkonflik.

Sepanjang 2015, di luar pendidikan hukum di basis-basis tradisional LBH Semarang dan di luar bagian penanganan

Page 49: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa

Membunyikan Lonceng Kematian - 39

kasus struktural, LBH Semarang memberikan pendidikan hukum di 6 (enam) kegiatan yang diikuti 195 orang.

Grafik 8Sebaran Jenis dan Penerima Manfaat Pendidikan Hukum

LBH Semarang

Sumber: Database LBH Semarang, 2015

1) Training Advokasi Lembaga Mahasiswa Fiat Justicia FH UNNESLBH Semarang melakukan training advokasi bersama

lembaga mahasiswa Fiat Justicia.Training ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai advokasi masyarakat sebagaimanayang telah dilakukan LBH Semarang. Selain itu, sangat penting bagi mahasiswa untuk meningkatkan kesadaran kritis mengenai permasalahan yang terjadi di masyarakat, khususnya masyarakat miskin dan terpinggirkan. Training tersebut dilaksanakan di Fakultas

Page 50: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa

40 - (Pelumpuhan Hak Atas Pangan 34.119 orang di Jawa Tengah)

Hukum Unniversitas Negeri Semarang dan diikuti oleh 50 mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Hukum UNNES.

2) Pendidikan Hukum Kritis untuk Petani GroboganPendidikan hukum kritis ini dikhususkan bagi para

petani pinggir hutan yang berkonflik dengan Perhutani di Kabupaten Grobogan. Konflik tersebut meliputi konflik akses pengelolaan hutan dan konflik hak atas tanah. Tujuan pendidikan ini adalah memberikan pengetahuan tentang hukum kehutanan, sejarah penguasaan hutan, hak-hak masyarakat sekitar hutan, dan proses penyelesaian konflik kehutanan. Pendidikan ini diikuti oleh 50 orang petani pinggir hutan di Desa Sedayu Kecamatan Grobogan Kabupaten Grobogan.

3) Pelatihan Paralegal Petani Hutan BloraKonflik perebutan sumber daya hutan banyak terjadi

di Jawa Tengah, salah satunya di Kabupaten Blora. Konflik hak atas tanah dan akses terhadap sumber daya hutan telah terjadi sejak tahun 1998.Konflik antara petani melawan Perhutani ini seringkali berakhir dengan kriminalisasi terhadap petani hutan. Kriminalisasi merupakan ancaman besar bagi kehidupan petani hutan dan masyarakat yang hidup di pinggir hutan. Perhutani kerap menuduh petani sebagai perusak hutan karena mengakses sumber daya hutan. Perhutani tak segan menangkap petani atau melaporkan petani ke polisi.

LBH Semarang telah beberapa kali mendampingi petani Blora ketika kriminalisasi terjadi pada para petani. Selain

Page 51: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa

Membunyikan Lonceng Kematian - 41

LBH, lembaga lain yang telah lama mendampingi petani Blora adalah Arupa. Menghadapi ancaman kriminalisasi ini, Arupa menyelenggarakan pelatihan paralegal petani hutan di Blora dimana LBH Semarang terlibat sebagai pematerinya.

Target yang hendak dicapai dalam pelatihan ini adalah memberikan pengetahuan dasar tentang paralegal, memberikan pengetahuan mengenai hak-hak tersangka dan terdakwa, dan meningkatkan kesadaran kritis para petani.Selain itu, peserta pelatihan mampu menjadi pendamping petani ketika menghadapi kasus kriminalisasi petani hutan dan masyarakat pinggir hutan. Pelatihan Paralegal ini diikuti oleh 15 orang.

4) Pendidikan Keamanan Komunitas di RembangKonflik sumber daya alam antara petani dengan perusa-

haan seringkali melahirkan kerentanan terhadap Pembela HAM/aktivis lingkungan maupun petani. LBH-Semarang dan Protection International (PI) menyeleng garakan pendidikan keamanan komunitas di Kabupaten Rembang. Tujuannya adalah mendorong sistem keamanan komunitas. Pendidikan ini diikuti oleh 30 orang.

Target yang hendak dicapai: masyarakat memahami dan sadar terhadap resiko, masyarakat mengerti apa itu ancaman serta bagaimana perlindungannya, masyarakat mengerti apa itu HAM dan Pembela HAM, dan masyarakat mampu membangun sistem perencanaan sendiri di komunitasnya.

Page 52: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa

42 - (Pelumpuhan Hak Atas Pangan 34.119 orang di Jawa Tengah)

5) Pendidikan Keamanan Komunitas di PatiSerupa dengan yang dilakukan di Kabupaten Rembang,

LBH-Semarang dan Protection International (PI) menyeleng-garakan pendidikan keamanan komunitas di Pati. Tujuannya adalah mendorong sistem keamanan komunitas. Pendidikan ini diikuti oleh 30 orang.  

Adapun target yang hendak dicapai sama dengan pendidikan di Kabupaten Rembang.

6) Pendidikan dan Pelatihan SPPQT (Serikat Paguyuban Petani Qaryah Thayibah)Masyarakat yang tengah menghadapi konflik agraria

membutuhkan pendampingan baik pendampingan hukum maupun pendampingan non-hukum. SPPQT menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan advokasi bagi relawan yang akan memberikan pendampingan kepada masyarakat yang berkonflik. Dalam hal ini, LBHSemarang sebagai lembaga yang kerap menangani kasus tanah di Jawa Tengah menjadi pemateri dalam kegiatan tersebut. Pendidikan ini diikuti oleh 20 orang.

Target yang hendak dicapai: menyiapkan relawan dan kader SPPQT yang mampu dan berani mendampingi masyarakat yang berkonflik khususnya pelanggaran hak atas tanah.

Page 53: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa

Membunyikan Lonceng Kematian - 43

ANALISA KONDISIHAK ASASI MANUSIA

DI JAWA TENGAH

Sepanjang 2015, LBH Semarang mencatat terjadinya pelanggaran hak asasi manusia di issueisu pertanahan, lingkungan hidup, perburuhan, dan komunitas miskin

perkotaan. Jumlah warga negara yang terlanggar hak asasinya berdasarkan pemaparan di atas adalah 34.119 orang.

Ditinjau dari pelaku, perusahaan, baik badan usaha milik negara maupun perusahaan swasta paling sering menjadi pelaku. Perusahaan menjadi pelaku pelanggaran HAM dalam 96 kasus. Disusul kemudian Pemerintah Daerah sebagai pelaku dengan 61 kasus, Satpol PP sebagai pelaku dengan 34 kasus, Perhutani sebagai pelaku dengan 25 kasus, Pemerintah Pusat sebagai pelaku dengan 17 kasus, DPRD Provinsi, dan Kab/Kota sebagai pelaku dengan 3 kasus, Militer sebagai pelaku dengan 1 kasus, Polisi sebagai pelaku

Page 54: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa

44 - (Pelumpuhan Hak Atas Pangan 34.119 orang di Jawa Tengah)

dengan 1 kasus, dan 3 kasus melibatkan aktor lainnya yang terdiri dari pengelola MAJT, dan Pemerintah Arab.

Pelanggaran HAM yang dilakukan para pelaku antara lain, perampasan tanah, tidak memberikan upah, tidak mem-berikan THR, tidak membayarkan uang pesangon, pembe-ra ngusan serikat pekerja, penggusuran paksa, pembata san akses sumber daya hutan, pembatasan akses wilayah pesi-sir, pembatasan pengawasan publik oleh masyarakat sipil, tidak memberikan akses informasi, penganiayaan oleh militer, menghilangkan pengelolaan atas kawasan pertanian, meng hilang kan hak milik, menghilangkan pekerjaan/mata pencaharian, pembatasan mengeluarkan berekspresi (ide/gagasan/pendapat), dan melakukan pencemaran akibat produksi.

Grafik 9Sebaran Pelaku dan Jumlah Pelanggaran HAM

di Jawa Tengah Sepanjang 2015

Sumber: Database LBH Semarang, 2015

Page 55: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa

Membunyikan Lonceng Kematian - 45

Beberapa kasus menonjol di tahun 2015. Pertama, di Kabupaten Pati, proyek pembangunan pabrik semen di Desa Tambakromo-Pati  berpotensi menghilangkan hak milik dan/atau pengelolaan atas kawasan pertanian. Sementara puluhan ribu petani lain yang tinggal di bagian bawah pabrik itu berdiri terancam kehilangan pasokan air minum dan pengairan pertanian.

Yang kedua, kasus di Dayunan, Kendal.Kasus ini adalah perampasan hak atas tanah dan hak mengambil manfaat atas tanah warga oleh PT Soekarli. Pada bulan September PT. Soekarli mengajukan gugatan perdata ke Pengadilan Negeri Kendal menuntut sebagian warga Dayunan melakukan perbuatan melawan hukum dan penguasaan tanah tanpa hak.

Ketiga, di daerah Tapak, Semarang, kawasan yang telah dikelola warga dengan ditanami mangrove, pengembangan budidaya perikanan, eko wisata dan pendidikan lingkungan akan diubah menjadi kawasan industri. Hal itu berpotensi merusak kawasan yang telah dikembangkan dan dikelola warga.

Dari kasus LBH Semarang ada berbagai jenis hak yang terlanggar antara lain, hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat, hak atas kebebasan berpendapat, hak atas pekerjaan, dll. Namun, yang terutama pelanggarannya adalah pelanggaran hak atas pangan. 22.859 petani di Kabupaten Pati, 9.466 petani di Rembang dan 242 petani di Kendal terancam hak atas pangannya karena pertambangan dan karena lahannya diklaim perusahaan. Di Semarang, 1.320 pedagang dan 17 buruh menurun kemampuannya mengakses

Page 56: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa

46 - (Pelumpuhan Hak Atas Pangan 34.119 orang di Jawa Tengah)

pangan karena penurunan pendapatan akibat penggusuran dan PHK.

Hukum dan kebijakan suatu negara berpengaruh signifikan terhadap pelaksanaan hak asasi manusia. Pelanggaran terhadap HAM yang sering terjadi disebabkan oleh kurangnya/tidak adanya implementasi peraturan perundang-undangan yang memberikan jaminan perlindungan hak asasi manusia. Sejak reformasi, pemerintah telah menerbitkan berbagai peraturan perundang-undangan tentang HAM, diantaranya adalah Undang-undang No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia; Undang-Undang No. 26 tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia; dan Undang-Undang No. 9 tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum. Indonesia juga telah meratifikasi berbagai kovenan internasional seperti Kovenan Hak Sipil Politik yang diratifikasi melalui UU No 12 tahun 2005 tentang Konvenan Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik dan Kovenan Hak Ekonomi, Sosial, Budaya yang diratifikasi melalui UU No 11 tahun 2015 tentang Konvenan Internasional tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya.

Negara menjadi pelanggar HAM melalui kebijakan-kebijakan yang dikeluarkannya. Tabel di bawah ini memaparkan pelanggaran HAM dan potensi pelanggaran HAM oleh negara melalui kebijakan yang dikeluarkannya di sektor pertanahan, lingkungan hidup dan pesisir, perburuhan, dan masyarakat miskin perkotaan.

Page 57: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa

Membunyikan Lonceng Kematian - 47

Kebijakan Kritik Terhadap Kebijakan

SK Gubernur Jateng Nomor: 660.1/17 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan Kegiatan Penambangan dan Pembangunan Pabrik Semen Oleh PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Di Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah

Gubernur Jawa Tengah mengeluarkan izin lingkungan kepada PT. Semen Gresik (Persero) Tbk untuk melakukan penambangan di area yang masuk ke dalam kawasan CAT Watuputih yang merupakan kawasan lindung imbuhan air yang seharusnya dilindungi sehingga berpotensi dapat menyebabkan kerusakan dan pencemaran lingkungan. Surat Keputusan Izin Lingkungan tersebut bertentangan dengan berbagai peraturan. SK Kelayakan Lingkungan yang menjadi dasar keluarnya Izin Lingkungan tidak berdasarkan informasi yang benar. Selain itu, SK yang dikeluarkan oleh Gubernur Jateng bertentangan dengan Asas-asas Umum Pemerintahan yang Baik (AAUPB).

Page 58: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa

48 - (Pelumpuhan Hak Atas Pangan 34.119 orang di Jawa Tengah)

Kebijakan Kritik Terhadap Kebijakan

SK Bupati Kabupaten Pati Nomor: 660.1/4767 tahun 2014 tentang Izin Lingkungan Pembangunan Pabrik Semen serta Penambangan Batugamping dan Batulempung di Kabupaten Pati oleh PT Sahabat Mulia Sakti.

Kebijakan tersebut berpotensi menggusur dan menghilangkan lahan-lahan pertanian masyarakat yang selama ini menjadi salah satu penyokong kedaulatan pangan. Dengan demikian keputusan tersebut telah mengutamakan kepentingan pemodal (pertambangan) dari pada kepentingan masyarakat (pertanian). Keputusan tersebut tidak mendahulukan kepentingan umum, kesejahteraan masyarakat, dan keberlanjutan lingkungan. Terbitnya Surat Keputusan tersebuttelah mengabaikan hubungan masyarakat petani yang selama ini menggantungkan pertanian dan kebutuhan sehari-hari dari mata air yang berada di kawasan karst pegunungan Kendeng Utara. Keputusan tersebut telah memposisikan keberpihakan Bupati kepada industri pertambangan dan mengesampingkan kepentingan masyarakat atas lingkungan, lahan pertanian, air dan pangan.

Page 59: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa

Membunyikan Lonceng Kematian - 49

Kebijakan Kritik Terhadap Kebijakan

Surat Rekomendasi Walikota Semarang Nomor: 654/2306 tahun 2013  yang merekomendasikan Kelurahan Tugurejo dan Karanganyar menjadi Kawasan Industri, Pergudangan dan Jasa serta Perumahan dan Wisata Komersil di Kota Semarang kepada PT Bumi Raya Perkasa Nusantara.

Melalui kebijakan tersebut, pemerintah berencana melakukan reklamasi diatas kawasan yang telah ditanami mangrove dan dikelola oleh masyarakat. Kebijakan tersebut berpotensi akan mematikan mata pencaharian 50 petani tambak dan masyarakat pesisir yang menggantungkan hidup dari hasil mangrove. Kawasan mangrove yang telah dicanangkan sebagai kawasan ekowisata di Kota Semarang yang berpotensi memberikan penghasilan bagi masyarakat. Kawasan Mangrove yang berfungsi sebagai sabuk hijau dan penahan abrasipun akan hilang dan mengancam kelangsungan hidup masyarakat sekitar.

Page 60: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa

50 - (Pelumpuhan Hak Atas Pangan 34.119 orang di Jawa Tengah)

Kebijakan Kritik Terhadap Kebijakan

Permen KP Nomor 2 tahun 2015 tentang Larangan Penggunaan Alat Penangkapan Ikan Pukat Hela (Trawls) dan Pukat Tarik (Seine Nets) di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia

Kebijakan tersebut berpotensi akan mematikan mata pencaharian ribuan nelayan di Indonesia. Kurangnya sosialisasi dan tidak adanya alat penangkap pengganti yang disediakan pemerintah (KKP) ketika kebijakan tersebut diberlakukan. Nelayan di Indonesia, khususnya yang ada di Jawa Tengah selama ini telah menggunakan alat tangkap ikan pukat hela dan pukat tarik harus berhenti melaut. Beragam reaksi, sebagian besar reaksi keras melawan, muncul ke permukaan. Salah satunya yang terbesar adalah demonstrasi nelayan di halaman KKP pada Kamis, 26 Februari 2015.

UU Nomor 2 tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum

Kebijakan tersebut mengancam hak atas tanah masyarakat karena rawan diselewengkan untuk kepentingan bisnis yang justru meminggirkan akses masyarakat terhadap pembangunan itu sendiri. Masyarakat pemilik hak harus melepaskan haknya demi kepentingan swasta yang berlindung dibalik kepentingan umum.

Page 61: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa

Membunyikan Lonceng Kematian - 51

Kebijakan Kritik Terhadap Kebijakan

PP 72 tahun 2010 tentang Perusahaan Umum Kehutanan Negara

Melalui kebijakan tersebut hampir seluruh kawasan hutan di Jawa dikelola oleh Perum Perhutani. Namun, pengelolaan hutan oleh Perhutani meningkatkan krisis ekologis di Pulau Jawa. Tak hanya itu,  jumlah penduduk miskin di desa di Pulau Jawa mencapai 8,7 juta jiwa berdasarakan data BPS tahun 2012. Penyebabnya tak lain karena makin terbatasnya lahan yang dimiliki. Penyebab kemiskinan yang lain karena terbatasnya akses terhadap sumberdaya hutan yang ada di sekitarnya. Kebijakan tersebuttak bisa mengatasi krisis sosial, bahkan konflik dan eksploitasi terhadap masyarakat semakin tajam.

Page 62: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa

52 - (Pelumpuhan Hak Atas Pangan 34.119 orang di Jawa Tengah)

Kebijakan Kritik Terhadap Kebijakan

Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 17 tahun 2012 tentang Penetapan Bentang Alam Karst

Peraturan mengenai penetapan kawasan karst sebagai kawasan lindung geologi belum sepenuhnya mengakomodir seluruh kawasan yang menurut penelitian ilmiah telah menunjukan ciri sebagai kawasan karst. Keputusan Menteri ESDM tentang penetapan kawasan bentang alam karst hanya menetapkan beberapa kawasan saja, seperti di Sukolilo, Gombong dan Gunung Sewu. Kawasan karst yang telah ditetapkan tersebut juga masih mengalami perubahan luas, contohnya adalah Kawasan Bentang Alam Karst (KBAK) Sukolilo yang mengalami penyusutan luas. Akibatnya, banyak kawasan karst yang seharusnya menjadi kawasan lindung geologi dan berfungsi sebagai pengatur lamai tata air menjadi rusak dan terancam oleh eksploitasi.

Page 63: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa

Membunyikan Lonceng Kematian - 53

Kebijakan Kritik Terhadap Kebijakan

Perda Nomor 11 Tahun 2000 tentang Pengaturan dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima

Pemerintah menggunakan kebijakan tersebut sebagai alat untuk menertibkan para PKL ketimbang memberdayakanya. PKL  masih dianggap sebagai masalah perkotaan. Kebijakan tersebut bertentangan dengan ratifikasi kovenan internasional tentang hak ekonomi, sosial, dan budaya.

Page 64: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa

54 - (Pelumpuhan Hak Atas Pangan 34.119 orang di Jawa Tengah)

REFLEKSI DAN REKOMENDASI LBH SEMARANG

Refleksi: Kewajiban Negara

Indonesia telah meratifikasi Kovenan Internasional Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya (KIHESB), Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik (KIHSP), Kovensi

Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (KPSBDP), Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial (KPSBDR), dan Konvensi Hak Anak (KHA).

Indonesia juga telah mengeluarkan UU No. 18 tahun 2012 tentang Pangan yang di dalamnya mengatur mengenai kedaulatan pangan dan UU No. 19 tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani yang beberapa Pasalnya telah dibatalkan MK.

Dengan itu, Indonesia terikat dengan kewajiban yang dibebankan perjanjian internasional tentang pengakuan hak atas bahan pangan yang layak. Kewajiban-kewajiban

Page 65: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa

Membunyikan Lonceng Kematian - 55

itu antara lain, mengormati, melindungi, memenuhi, dan mefasilitasi penikmatan hak atas bahan pangan yang layak dari  individu atau kelompok, perempuan, dan anak-anak baik itu yang memperolehnya melalui cara produksi secara mandiri dan atau pun melalui mekanisme pasar.

Dalam konteks penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan (termasuk memfasilitasi) hak untuk memenuhi hak atas bahan pangan yang layak dengan cara memproduksi bahan pangan secara mandiri, ketentuan hukum hak asasi manusia yang mengatur adalah Pasal 11 KIHESB dan Pasal 6 KIHSP.

Pasal 11 KIHESB ayat 1 menyebutkan bahwa Negara pihak mengakui hak atas atas standar hidup yang layak yang meliput hak atas bahan pangan yang layak, pakaian, dan perumahan. Sementara ayat 2 dari Pasal ini menyebutkan Negara pihak mengakui hak bebas dari kelaparan sebagai hak yang fundamental sehingga berkewajiban untuk mengambil langkah-langkah yang tepat melalui kerjasama internasional, dan atau program-program spesifik yang ditujukan untuk meningkatkan metode produksi, konservasi, dan distribusi bahan pangan yang layak melalui pengembangan atau reformasi sistem agraria untuk mencapati pembangunan dan pengunaan sumber daya alam yang efisien.  Komentar Umum No.12 Komite Hak EKOSOB PBB para 12-16 juga menjadi rujukan utama tentang bagaimana negara wajib melindungi individu, kelompok, perempuan, dan anak-anak yang memenuhi bahan pangannya secara mandiri dari lahan pertanian dan atau sumber daya alam lainnya.

Page 66: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa

56 - (Pelumpuhan Hak Atas Pangan 34.119 orang di Jawa Tengah)

Para 12 (Komentar Umum No. 12 Komite EKOSOB PBB), menjelaskan bahwa dalam menjalankan Pasal 11 (1) dan (2) Negara berkewajiban untuk mengambil langkah-langkah efektif yang ditujukan untuk memastikan bahwa  kelompok-kelompok masyarakat yang mampu memenuhi kebutuhann bahan pangan yang layak secara mandiri dari lahan-lahan produktif atau sumber daya alam lainnya dilindungi. Langkah-langkah  ini juga dianggap sebagai bagian dari pelaksanaan kewajiban negara untuk Pasal 6 KIHSP yang dijelaskan dalam Komentar Umum No.6 Komite HAM PBB dimana mewajibakan negara untuk mengambil langkah-langkah efektif untuk menghapuskan kelaparan, malnutrisi, dan angka kematian bayi.

Sejalan dengan itu, Oliver De Schutter -Pelapor khusus PBB untuk Hak Atas Pangan- menjelaskan detail langkah-langkah negara dalam hal melindungi orang-orang yang mampu memenuhi kebutuhan pangannya secara mandiri. Pertama negara harus menghormati model-model pertanian dari kelompok-kelompok masyarakat yang bermaksud memenuhi kebutuhan pangannya secara mandiri. Kedua Negara harus memproduksi kebijakan di semua level pemerintahan yang melindungi orang-orang semacam ini dari berbagai aktivitas bisnis yang dapat melumpuhkan kemampuannya ini. Dan ketiga Negara harus memfasilitasi kelompok ini untuk memperkuat kemampuannya memproduksi bahan pangan secara mandiri dengan berbagai macam bantuan teknologi dan managemen sehingga

Page 67: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa

Membunyikan Lonceng Kematian - 57

membantu kelompok ini menghadapi cuaca ekstrem atau pun bencana alam lainnya.

Kebijakan-kebijakan negara di atas kontraproduktif dengan cita-cita kedaulatan pangan yang digariskan dalam UU Pangan maupun dalam program Nawacita Presiden Joko Widodo. Penggusuran lahan-lahan pertanian untuk industri adalah upaya yang berlawanan dengan kemandirian petani mencapai kedaulatan pangan.

UUD RI 1945 Pasal 33 ayat (4) menyatakan bahwa Dan perekonomian indonesia diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Seharusnya menjadi langkah-langkah yang dilakukan pemerintah dalam melaksanakan Pasal 33 ayat (3) bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Rekomendasi: Ubah KebijakanIndonesia adalah Negara Pihak dari hukum hak asasi

manusia internasional dan juga merupakan negara yang paling banyak memiliki hukum nasional tentang hak asasi manusia di kawasan Asia. Atas dasar itu pula, pemerintah di semua level pemerintahan berkewajiban untuk menghormati, melindungi, dan memenuhi hak atas bahan pangan yang layak dari  individu dan kelompok yang memenuhi bahan pangannya melalui mekanisme mandiri.

Page 68: Catatan Akhir Tahun 2015 LBH Semarang Membunyikan …Kematian, bukan tanpa sebab kami memilih judul tersebut. Membunyikan Lonceng Kematian berarti sebagai penanda bagi pemerintah bahwa

58 - (Pelumpuhan Hak Atas Pangan 34.119 orang di Jawa Tengah)

Negara harus mengambil langkah-langkah segera guna mencegah meluasnya tindakan-tindakan negara dan badan usaha negara/swasta yang dapat melumpuhkan kemampuan para warga negara dalam memenuhi kebutuhan bahan pangannya secara mandiri.

Dalam jangka pendek, Negara juga harus melakukan penyelidikan atas dugaan pelucutan dugaan pelanggaran hak atas pangan dengan tujuan memberikan keadilan yang memuaskan kepada para korban dari tindakan ini. Negara harus segera melakukan pemulihan kepada kemampuan produksi bahan pangan yang menjadi korban tindakan ini, termasuk merancang kebijakan dan program-program pertanian yang tujuannya memastikan proses pemulihan ini akan mampu mengembalikan kemampuan tersebut seperti sedia kala.

Selanjutnya, negara sebagai regulator masih harus bertanggung jawab atas sekian produk kebijakan baik hukum maupun politiknya yang selama ini memicu ketimpangan akses, atau persoalan demokrasi. Dalam jangka pendek dan menengah, negara harus segera mencabut atau setidaknya merevisi segala kebijakan, yang jelas-jelas membenarkan praktik-praktik pelucutan hak atas pangan.  

***