Case Report - OA Genu
-
Upload
chairunnisa-kusumawardhani -
Category
Documents
-
view
154 -
download
14
description
Transcript of Case Report - OA Genu
CASE REPORT
Osteoartritis Genu
DOKTER PEMBIMBING
dr. David, Sp.OT
DISUSUN OLEH
Muhamad Alfi Auliya Rachman
030.10.184
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH
PERIODE 5 JANUARI 2014 – 14 MARET 2015
LEMBAR PENGESAHAN
Case Report yang berjudul Osteoatritis Genu telah diterima dan disetujui pada tanggal
16 Februari 2015 sebagai salah satu syarat menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu
Bedah periode 5 Januari 2014 – 14 Maret 2015 di Rumah Sakit Umum Daerah Budhi
Asih
Jakarta, 16 Februari 2015
dr. David Sp.OT
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Case
Report dengan judul “Osteoartritis Genu”. Case report ini diajukan dalam rangka
melaksanakan tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah Rumah Sakit Umum Daerah
Budhi Asih periode 5 Januari 2014 – 14 Maret 2015 dan juga bertujuan untuk
menambah wawasan bagi penulis serta pembaca mengenai Osteoartritis Genu. Dalam
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih atas bantuan dan kerja
sama yang telah diberikan selama penyusunan case report ini, kepada dr. David, Sp.OT,
selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah Rumah Sakit Umum Darerah
Budhi Asih.
Penulis menyadari case report ini masih jauh dari sempurna, sehingga penulis
mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun dari semua pihak agar case
report ini dapat menjadi lebih baik dan berguna bagi semua pihak yang membacanya.
Penulis memohon maaf sebesar-besarnya apabila masih banyak kesalahan maupun
kekurangan dalam case report ini.
Jakarta,16 Februari 2015
Penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit degeneratif pada kartilago sendi yang
banyak ditemukan. OA lutut lebih sering menyebabkan disabilitas dibandingkan OA
pada sendi lain. Penderita mengeluh nyeri pada waktu melakukan aktivitas atau jika ada
pembebanan pada sendi yang terkena. (1)
Prevalensi osteoarthritis meningkat seiring dengan usia. Penambahan usia
berhubungan langsung dengan proses degeneratif dalam sendi, mengingat kemampuan
kartilago artikuler untuk bertahan terhadap mikrofraktur dengan beban muatan rendah
yang berulang-ulang mengalami penurunan. Osteoarthritis sering dimulai pada dekade
usia ketiga, dan mencapai puncaknya di antara dekade kelima dan keenam. Lebih dari
75% orang dengan usia di atas 70 tahun menunjukan bukti radiografi adanya
osrteoarthritis.(2)
Osteoarthritis lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. Sebelum usia
50 tahun pria memiliki prevalensi yang lebih tinggi dibandingkan wanita, namun
setelah usia 50 tahun wanita memiliki prevalensi yang lebih tinggi dibandingkan pria.
Hal ini disebabkan karena defisiensi hormon esterogen post-menopause yang berperan
dalam peningkatan risiko terjadinya osteoarthritis pada wanita (1). WHO memperkirakan
9,6% pria dan 18% wanita di seluruh dunia dengan usia lebih dari 60 tahun memiliki
gejala osteoarthritis (3)
Dengan merangkum perubahan klinis, patofisiologi, histologis, biomekanik, dan
biokimia yang merupakan karakteristik dari osteoarthritis. Secara klinis, penyakit ini
ditandai dengan nyeri sendi, tenderness, keterbatasan gerak, krepitasi dan derajat yang
bervariasi dari inflamasi lokal, namun tanpa efek sistemik. (2)
4
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : Tn Yoewono Soehartono
Usia : 67 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Jalan Abdul Gani No 47 RT 08 RW 02, Jakarta.
Agama : Islam
Nomor Rekam Medis : 769856
ANAMNESIS
Diperoleh dengan cara autoanamnesis tanggal 20 Januari 2015 (kepada pasien sendiri)
Keluhan Utama : Pasien datang dengan keluhan nyeri pada kaki sebelah kanan sejak 1
bulan yang lalu
Keluhan Tambahan : terdengar suara “krek” saat berjalan, sesak, bengkak dan linu
pada kaki kanan
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien laki-laki usia 67 tahun datang ke poli bedah orthopedi RSUD Budhi Asih pada
tanggal 20 Januari 2015 dengan keluhan nyeri dan bengkak pada kaki sebelah kanan.
Dan didiagnosis sebagai osteoartritis genu bilateral
Ia mengaku nyeri kaki tersebut dirasakan sejak 2 tahun yang lalu dan bertambah berat.
Pasien mengatakan nyeri kaki bertambah berat sejak beberapa bulan yang lalu,
ditambah dengan bengkak pada awalnya namun kini bengkak sudah berangsur
menghilang. Ia juga mengaku merasakan linu pada kaki kanan dan terdengar bunyi
5
“krek” saat berjalan. Pasien menyangkal adanya riwayat trauma pada kaki dan kaku
pada pagi hari. Pasien juga mengeluhkan sesak dan memiliki riwayat PPOK dan sedang
menjalani pengobatan di poli paru RSUD Budhi Asih. Tidak ada mual dan muntah,
BAK dan BAB lancar.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien datang ke UGD RSUD Budhi Asih dengan keluhan bengkak pada kaki kanan
dan didiagnosis Gout Athritis dan di intruksikan untuk kontrol ke poli orthopedi RSUD
Budhi Asih . Lalu pasien datang ke RSUD Budhi Asih pada tanggal 14 Oktober 2014
dengan keluhan yang sama dan diagnosis sebagai Osteoartritis Genu Bilateral grade III
dan IV dan direncanakan untuk operasi.
Pasien mengaku memiliki riwayat DM, penyakit paru yakni PPOK dan riwayat alergi
obat sedangkan riwayat asma, riwayat hipertensi, riwayat koleterol tinggi, riwayat asam
urat tinggi, riwayat penyakit jantung dan tumor disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
Di keluarga pasien tidak ada yang mengalami penyakit darah tinggi, DM, penyakit
jantung, keganasan, maupun alergi.
Riwayat Pengobatan
Pasien mengkonsumsi obat-obatan yang didapatkan dari Poli Paru RSUD Budhi Asih
Riwayat Kebiasaan
Riwayat merokok (+)
Riwayat minum alkohol (-)
Riwayat pekerjaan yang sering menggunakan kedua kaki secara terus menerus (+)
6
PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan tanggal 20 Januari 2015 di ruang poli orthopedi RSUD Budhi Asih.
I. Keadaan Umum
a. Kesan Sakit : Tampak Sakit Sedang, kooperatif
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. Status Gizi : Gizi cukup
II. Tanda Vital dan Antropometri
PEMERIKSAA
N
NILAI
NORMAL
HASIL PASIEN
Suhu 36,5o - 37,2o C 36,7oC
Nadi 60-100 x/mnt 84x/mnt, reguler, isi cukup
Tekanan darah 120/80 mmHg 140/80 mmHg
Nafas 14-18 x/mnt 20x/mnt
A. Status Generalis
Kepala : Ukuran normosefali, bentuk bulat oval, tidak tampak deformitas, pada
perabaan tidak ada nyeri, rambut berwarna hitam dan beruban,
tipis, tidak kering, tidak mudah dicabut
Mata : Bentuk normal, konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil
bulat isokor, 3mm, reflek cahaya (+/+), kornea jernih
Telinga : Normotia, kartilago sempurna, secret (-/-)
Hidung : Bentuk normal, deviasi septum (-), sekret (-/-), nafas cuping hidung (-
/-)
Mulut : Bibir sianosis (-), bibir kering (-), trismus (-)
Leher : Trakhea teraba ditengah, KGB serta kelenjar tiroid tidak teraba
membesar
7
Paru-paru:
Inspeksi : bentuk simetris pada saat statis & dinamis, retraksi (-),
Palpasi : tidak dilakukan
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : Suara dasar nafas vesikuler, rhonki (-/-) wheezing (-/-)
Jantung :
Inspeksi : tidak dilakukan
Palpasi : tidak dilakukan
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : S1 S2 normal regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen:
Inspeksi : dalam batas normal
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Supel, NT (-)
Perkusi : dalam batas normal
Genitalia/ Anorektal : tidak dinilai
Ekstremitas:
Ekstremitas Superior Inferior
Deformitas -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Akral sianosis -/- -/-
Ikterik -/- -/-
CRT < 2 detik < 2 detik
Tonus Baik Baik
Kulit
tidak ikterik ataupun sianotik
8
STATUS LOKALIS
Regio genu dextra
Look : Bengkak (-), kemerahan (-), deformitas (+)
Feel : Suhu teraba hangat, nyeri (+)
Move : Krepitasi (+) gerakan dalam batas normal
Regio genu sinistra
Look : Bengkak (-), kemerahan (-), deformitas (-)
Feel : Teraba hangat (-)
, nyeri (-)
Move : Krepitasi (-) gerakan dalam batas normal
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium tanggal 14 Desember 2014
Hematologi
Leukosit : 16,1 ribu/ µL
Eritrosit : 5,1 juta / µL
Hemoglobin : 14,9 g/Dl
9
Hematokrit : 46%
Trombosit : 313.000 / µL
LED : 82 mm / jam*
MCV : 89,2 fL
MCH : 29.2 pg
MCHC : 32,7 g/Dl
RDW : 15,9 %
Hitung Jenis (%)
Basofil 0
Eosinofil 2
Netrofil Batang 0
Netrofil Segmen 73
Limfosit 15
Monosit 10
SGOT : 22
SGPT : 16
GDS : 110
Ureum : 23
Kreatinin : 0,97
Foto Rontgen Genu Dextra Sinistra
10
Terlihat celah sendi menyempit, terdapat gambaran osteofit
Kesan : Osteoartritis Genu Bilateral grade III-grade IV
RESUME
Seorang laki-laki umur 67 datang dengan keluhan nyeri pada kaki sebelah kanan sejak 1
bulan yang lalu ditambah dengan terdengar suara “krek” saat berjalan, sesak, bengkak
dan linu pada kaki kanan. Pasien datang ke RSUD Budhi Asih pada tanggal 14 Oktober
2014 dan diagnosis sebagai Osteoatritis Genu Bilateral grade III dan IV dan
direncanakan untuk operasi.
Pasien mengaku nyeri kaki tersebut dirasakan sejak 2 tahun yang lalu dan bertambah
berat. Pasien mengatakan nyeri kaki bertambah berat sejak beberapa bulan yang lalu,
ditambah dengan bengkak dan linu pada kaki kanan dan terdengar bunyi “krek” saat
berjalan. Pasien menyangkal adanya riwayat trauma pada kaki. Pasien juga
mengeluhkan sesak dan memiliki riwayat PPOK dan sedang menjalani pengobatan di
poli paru RSUD Budhi Asih. Pasien mengaku memiliki riwayat DM, penyakit paru
yakni PPOK dan riwayat alergi obat.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan krepitasi positif, nyeri pada ekstrimitas kanan bawah.
Sedangkan pada pemeriksaan fisik lainnya didapatkan dalam batas normal.
DIAGNOSIS KERJA
Osteoartritis Genu Bilateral grade III-grade IV
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Sirdalud 2x2 mg
Meloxicam 2x15 mg
Osteor C 60 g cream
Non medikamentosa
o Edukasi :
a. Menjelaskan mengenai penyakit yang diderita
b. Sementara untuk tidak menaiki ataupun menuruni anak tangga
c. Menjaga berat badan ideal
d. Makan makanan yang bergizi
e. Perubahan gaya hidup
11
f. Menggunakan alat bantu jika diperlukan
o Tindakan operasi : Total Knee Replacement (TKR)
PROGNOSIS
Ad Vitam : dubia ad bonam
Ad Fungtionam : dubia ad bonam
Ad Sanationam : dubia ad bonam
12
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
a. Definisi
Osteoarthritis adalah suatu penyakit sendi degeneratif
disebabkan karena trauma berulang pada sendi dalam kurun waktu
lama, biasanya terjadi pada tulang lutut, panggul, jari tangan dan
kaki juga tulang belakang bagian bawah (1). Osteoarthritis merupakan
kelainan sendi yang paling sering ditemukan dan seringkali
menimbulkan ketidakmampuan dam keterbatasan gerak(2).
Osteoarthritis berkembang dengan perlahan, namun
merupakan penyakit aktif dari degenerasi tulang rawan sendi dan
berhubungan dengan gejala nyeri pada persendian, kekakuan, dan
keterbatasan gerak. Osteoarthritis dapat terjadi pada berbagai sendi,
namun lebih sering terjadi pada pangkal paha, lutut, sendi pada
tangan, kaki, dan tulang belakang (3) .
Dengan merangkum perubahan klinis, patofisiologi, histologis,
biomekanik, dan biokimia yang merupakan karakteristik dari
osteoarthritis. Secara klinis, penyakit ini ditandai dengan nyeri sendi,
tenderness, keterbatasan gerak, krepitasi, efusi okasional, dan
derajat yang bervariasi dari inflamasi lokal, namun tanpa efek
sistemik. Berdasarkan patofisiologi, penyakit ini ditandai dengan
hilangnya kartilago yang lebih sering terjadi pada area yang
menumpu beban berat, sklerosis tulang subkondral, kista subkondral,
peningkatan aliran darah metaphyseal, dan inflamasi synovial. Secara
histologis, penyakit ini ditandai dengan pemecahan dini permukaan
kartilago, kloning kondrosit, pemecahan vertikal pada kartilago,
endapan kristal, dan remodelling. Secara biomekanik, penyakit ini
ditandai dengan perubahan daya regang, tekanan dan permeabilitas
hidraulik kartilago, peningkatan air, dan bengkak yang berlebih.
Perubahan kartilago tersebut disertai dengan peningkatan
kekakuan tulang subkondral. Secara biokimia, penyakit ini ditandai
dengan pengurangan konsentrasi proteoglycans, perubahan ukuran
13
dan agregasi proteoglycans, perubahan ukuran kolagen fibril, dan
peningkatan sintesis dan degradasi matriks makromolekul.(4)
b. Epidemiologi
Prevalensi osteoarthritis meningkat seiring dengan usia (3).
Penambahan usia berhubungan langsung dengan proses degeneratif
dalam sendi, mengingat kemampuan kartilago artikuler untuk
bertahan terhadap mikrofraktur dengan beban muatan rendah yang
berulang-ulang mengalami penurunan. Osteoarthritis sering dimulai
pada dekade usia ketiga, dan mencapai puncaknya di antara dekade
kelima dan keenam (2). Lebih dari 75% orang dengan usia di atas 70
tahun menunjukan bukti radiografi adanya osrteoarthritis (3)
Osteoarthritis lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan
pria. Sebelum usia 50 tahun pria memiliki prevalensi yang lebih tinggi
dibandingkan wanita, namun setelah usia 50 tahun wanita memiliki
prevalensi yang lebih tinggi dibandingkan pria. Hal ini disebabkan
karena defisiensi hormon esterogen post-menopause yang berperan
dalam peningkatan risiko terjadinya osteoarthritis pada wanita (1)
WHO memperkirakan 9,6% pria dan 18% wanita di seluruh dunia
dengan usia lebih dari 60 tahun memiliki gejala osteoarthritis (3)
c. Diagnosis (5)
Seperti pada penyakit reumatik umumnya diagnosis tak dapat
didasarkan hanya pada satu jenis pemeriksaan saja. Biasanya kita
lakukan pemeriksaan reumatologi ringkas berdasarkan prinsip
pemeriksaan GALS (Gait, arms, legs, spine). Penegakan diagnosis OA
berdasarkan gejala klinis. Tidak ada pemeriksaan penunjang khusus
yang dapat menentukan diagnosis OA. Pemeriksaan penunjang saat
ini terutama dilakukan untuk memonitoring penyakit dan untuk
menyingkirkan kemungkinan arthritis karena sebab lainnya.
Pemeriksaan radiologi dapat menentukan adanya OA, namun tidak
berhubungan langsung dengan gejala klinis yang muncul. Gejala OA
umumnya dimulai saat usia dewasa, dengan tampilan klinis kaku
sendi di pagi hari atau kaku sendi setelah istirahat. Sendi dapat
mengalami pembengkakan tulang, dan krepitasi saat digerakkan,
14
dapat disertai keterbatasan gerak sendi. Peradangan umumnya tidak
ditemukan atau sangat ringan.
Banyak sendi yang dapat terkena OA, terutama sendi lutut, jari-
jari kaki, jari-jari tangan, tulang punggung dan panggul. Pada
seseorang yang dicurigai OA, direkomendasikan melakukan
pemeriksaan berikut ini:
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pendekatan untuk menyingkirkandiagnosis penyakit lain.
4. Pemeriksaan penunjang
1. Anamnesis
- Nyeri dirasakan berangsur-angsur (onset gradual)
-Tidak disertai adanya inflamasi (kaku sendi dirasakan < 30 menit,
bila disertai inflamasi, umumnya dengan perabaan hangat, bengkak
yang minimal, dan tidak disertai kemerahan pada kulit)
- Tidak disertai gejala sistemik
- Nyeri sendi saat beraktivitas
- Sendi yang sering terkena:
Sendi tangan: carpo-metacarpal (CMCI), Proksimal interfalang (PIP)
dan distal interfalang (DIP), dan Sendi kaki: Metatarsofalang (MTP)
pertama. Sendi lain: lutut, V. servikal, lumbal, dan hip.
Faktor risiko penyakit :
- Bertambahnya usia
- Riwayat keluarga dengan OA generalisata
- Aktivitas fisik yang berat
- Obesitas
- Trauma sebelumnya atau adanya deformitas pada sendi yang
bersangkutan.
15
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi keluhan nyeri dan fungsi sendi
- Nyeri saat malam hari (night pain)
- Gangguan pada aktivitas sehari-hari
- Kemampuan berjalan
- Lain-lain: risiko jatuh
- Gambaran nyeri dan derajat nyeri (skala nyeri yang dirasakan
pasien)
2. Pemeriksaan fisik
- Tentukan BMI
- Perhatikan gaya berjalan/pincang?
- Adakah kelemahan/atrofi otot
- Tanda-tanda inflamasi?
- Lingkup gerak sendi (ROM)
- Krepitus
- Deformitas/bentuk sendi berubah
- Gangguan fungsi/keterbatasan gerak sendi
- Nyeri tekan pada sendi dan periartikular
- Penonjolan tulang (Nodul Bouchard’s dan Heberden’s)
- Pembengkakan jaringan lunak
- Instabilitas sendi
3. Pendekatan untuk menyingkirkan diagnosis lain
- Adanya infeksi
- Adanya fraktur
- Kemungkinan keganasan
- Kemungkian Artritis Reumatoid
Diagnosis banding yang menyerupai penyakit OA
- Inflammatory arthropaties
- Artritis Kristal (gout atau pseudogout)
- Bursitis
- Sindroma nyeri pada soft tissue
- Tumor Genu
16
4. Pemeriksaan Penunjang
- Tidak ada pemeriksaan darah khusus untuk mendiagnosis OA.
Pemeriksaan darah membantu menyingkirkan diagnosis lain dan
monitor terapi.
- Pemeriksaan radiologi dilakukan untuk klasifikasi diagnosis atau
untuk merujuk ke ortopedi.
- Pemeriksaan penunjang rutin yang dilakukan untuk evaluasi OA
lutut adalah pemeriksaan rontgen konvensional. Gambaran khas
pada OA ltut adalah adanya osteofit dan oenyempitan celah sendi.
Berdasarkan pemeriksaan radiologi, Kellgren dan Lawrence
menyusun gradasi OA lutut menjadi :
o Grade 0 : tidak ada OA
o Grade 1 : sendi dalam batas normal dengan osteofit
meragukan
o Grade 2 : terdapat osteofit yang khas tetapi celah sendi baik
dan tampak deformitas tulang
o Grade 3 : terdapat osteofit dan deformitas ujung tulang dan
penyempitan celah sendi
o Grade 4 : terdapat osteofit dan deformitas tulang dan
disertai hilangnya celah sendi
d. Klasifikasi diagnosis Osteoartritis berdasarkan kriteria
American College of Rheumatology (ACR)
• Berdasarkan kriteria klinis:
- Nyeri sendi lutut dan paling sedikit 3 dari 6 kriteria di bawah ini:
1. krepitus saat gerakan aktif
2. kaku sendi < 30 menit
3. umur > 50 tahun
4. pembesaran tulang sendi lutut
5. nyeri tekan tepi tulang
6. tidak teraba hangat pada sinovium sendi lutut.
Sensitivitas 95% dan spesifisitas 69%.
17
• Berdasarkan kriteria klinis dan radiologis:
Nyeri sendi lutut dan adanya osteofit dan paling sedikit 1 dari 3
kriteria di bawah ini:
1. kaku sendi <30 menit
2. umur > 50 tahun
3. krepitus pada gerakan sendi aktif
Sensitivitas 91% dan spesifisitas 86%.
• Berdasarkan kriteria klinis dan laboratoris:
Nyeri sendi lutut dan paling sedikit 5 dari 9 kriteria berikut ini:
1. Usia >50 tahun
2. kaku sendi <30 menit
3. Krepitus pada gerakan aktif
4. Nyeri tekan tepi tulang
5. Pembesaran tulang
6. Tidak teraba hangat pada sinovium sendi terkena
7. LED<40 mm/jam
8. RF <1:40
9. Analisis cairan sinovium sesuai OA
Sensitivitas 92% dan spesifisitas 75%.
Pemeriksaan Radiografi pada panggul, lutut dan pergelangan kaki
dibuat dengan film yang panjang, dengan pasien berdiri pada posisi
tegak dapat menilai adanya perubahan bentuk/ deformitas OA.
Pasien harus dapat berdiri dengan seluruh berat badannya menumpu
pada seluruh tungkainya, untuk mendapatkan ketepatan deformitas
tungkai. Pemeriksaan radiografi harus dilakukan bilateral dan
dibandingkan, termasuk penilaian anteroposterior pelvis, pada posisi
berdiri (weight-bearing dengan rotasi interna dari jari-jari kaki 15-20
derajat), dan penilaian anteroposterior dengan fokus pada satu
panggul.
e. Tatalaksana
Tahap Pertama (Terapi Non farmakologi)
18
a. Edukasi pasien.
b. Program penatalaksanaan mandiri : modifikasi gaya hidup.
c. Bila berat badan berlebih (BMI > 25), program penurunan berat
badan, minimal penurunan 5% dari berat badan, dengan target BMI
18,5-25.
d. Program latihan aerobik (low impact aerobic fitness exercises).
e. Terapi fisik meliputi latihan perbaikan lingkup gerak sendi,
penguatan otot- otot (quadrisep/pangkal paha) dan alat bantu gerak
sendi (assistive devices for ambulation): pakai tongkat pada sisi yang
sehat.
f. Terapi okupasi meliputi proteksi sendi dan konservasi energi,
menggunakan splint dan alat bantu gerak sendi untuk aktivitas fisik
sehari-hari.
Tahap kedua (Terapi Farmakologi)
• Pendekatan terapi awal
a. Untuk OA dengan gejala nyeri ringan hingga sedang, dapat
diberikan salah satu obat berikut ini, bila tidak terdapat kontraindikasi
pemberianobat tersebut:
• Acetaminophen (kurang dari 4 gram per hari).
• Obat anti inflamasi non-steroid (OAINS).
b. Untuk OA dengan gejala nyeri ringan hingga sedang, yang memiliki
risiko pada sistim pencernaan (usia >60 tahun, disertai penyakit
komorbid dengan polifarmaka, riwayat ulkus peptikum, riwayat
perdarahan saluran cerna, mengkonsumsi obat kortikosteroid dan
atau antikoagulan), dapat diberikan salah satu obat berikut ini:
• Acetaminophen ( kurang dari 4 gram per hari).
• Obat anti inflamasi non-steroid (OAINS) topikal
• Obat anti inflamasi non-steroid (OAINS) non selektif, dengan
pemberian obat pelindung gaster (gastro- protective agent).
Obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) harus dimulai dengan dosis
analgesik rendah dan dapat dinaikkan hingga dosis maksimal hanya
bila dengan dosis rendah respon kurang efektif. Pemberian OAINS
19
lepas bertahap (misalnya Na-Diklofenak SR75 atau SR100) agar
dipertimbangkan untuk meningkatkan kenyamanan dan kepatuhan
pasien. Penggunaan misoprostol atau proton pump inhibitor
dianjurkan pada penderita yang memiliki faktor risiko kejadian
perdarahan sistem gastrointestinal bagian atas atau dengan adanya
ulkus saluran pencernaan.
c. Untuk nyeri sedang hingga berat, dan disertai pembengkakan
sendi, tindakan aspirasi dan tindakan injeksi glukokortikoid
intraartikular (misalnya triamsinolone hexatonide 40 mg) untuk
penanganan nyeri jangka pendek (satu sampai tiga minggu) dapat
diberikan, selain pemberian obat anti-inflamasi nonsteroid per oral
(OAINS).
• Pendekatan terapi alternatif
Bila dengan terapi awal tidak memberikan respon yang adekuat:
a. Untuk penderita dengan keluhan nyeri sedang hingga berat, dan
memiliki kontraindikasi pemberian COX-2 inhibitor spesifik dan
OAINS, dapat diberikan Tramadol (200-300 mg dalam dosis terbagi).
Manfaatnya dalam pengendalian nyeri OA dengan gejala klinis
sedang hingga berat dibatasi adanya efek samping yang harus
diwaspadai, seperti: mual (30%), konstipasi (23%), pusing/dizziness
(20%), somnolen (18%), dan muntah (13%).
b. Terapi intraartikular seperti pemberian hyaluronan atau
kortikosteroid jangka pendek (satu hingga tiga minggu) pada OA
lutut.
Injeksi intra artikular ataupun periartikular bukan merupakan pilihan
utama dalam penanganan osteoartritis. Diperlukan kehati-hatian dan
selektifitas dalam penggunaan modalitas terapi ini, mengingat efek
merugikan baik yang bersifat lokal maupun sistemik. Pada dasarnya
ada 2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan simtomatik
dengan steroid, dan viskosuplementasi dengan hyaluronan untuk
memodifikasi perjalanan penyakit. Dengan pertimbangan ini yang
sebaiknya melakukan tindakan adalah dokter ahli reumatologi atau
20
dokter ahli penyakit dalam dan dokter ahli lain, yang telah
mendapatkan pelatihan.
1. Kortikosteroid (triamsinolone hexacetonide dan methyl
prednisolone)
Dapat diberikan pada OA lutut, jika mengenai satu atau dua sendi
dengan keluhan nyeri sedang hingga berat yang kurang responsif
terhadap pemberian OAINS, atau tidak dapat mentolerir OAINS atau
terdapat penyakit komorbid yang merupakan kontra indikasi
terhadap pemberian OAINS. Diberikan juga pada OA lutut dengan
efusi sendi atau secara pemeriksaan fisik terdapat tanda-tanda
inflamasi lainnya. Teknik penyuntikan harus aseptik, tepat dan benar
untuk menghindari penyulit yang timbul. Sebagian besar literatur
tidak menganjurkan dilakukan penyuntikan lebih dari sekali dalam
kurun 3 bulan atau setahun 3 kali terutama untuk sendi besar
penyangga tubuh. Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50
mg/injeksi, sedangkan untuk sendi-sendi kecil biasanya digunakan
dosis 10 mg. Injeksi kortikosteroid intra-artikular harus
dipertimbangkan sebagai terapi tambahan terhadap terapi utama
untuk mengendalikan nyeri sedang-berat pada penderita OA
Tahap Ketiga
Indikasi untuk tindakan lebih lanjut:
1. Adanya kecurigaan atau terdapat bukti adanya artritis inflamasi:
bursitis, efusi sendi: memerlukan pungsi atau aspirasi diagnostik dan
teurapeutik (rujuk ke dokter ahli reumatologi/bedah ortopedi.
2. Adanya kecurigaan atau terdapat bukti artritis infeksi (merupakan
kasus gawat darurat, resiko sepsis tinggi: pasien harus dirawat di
Rumah Sakit)
Segera rujuk ke dokter bedah ortopedi pada:
a. Pasien dengan gejala klinis OA yang berat, gejala nyeri menetap
atau bertambah berat setelah mendapat pengobatan yang standar
sesuai dengan rekomendasi baik secara non-farmakologik dan
farmakologik (gagal terapi konvensional).
21
b. Pasien yang mengalami keluhan progresif dan mengganggu
aktivitas fisik sehari-hari.
c. Keluhan nyeri mengganggu kualitas hidup pasien: menyebabkan
gangguan tidur (sleeplessness), kehilangan kemampuan hidup
mandiri, timbul gejala/gangguan psikiatri karena penyakit yang
dideritanya.
d. Deformitas varus atau valgus (>15 hingga 20 derajat) pada OA
lutut
e. Subluksasi lateral ligament atau dislokasi: rekonstruksi retinakular
medial, distal patella realignment, lateral release.
f. Gejala mekanik yang berat (gangguan berjalan/giving way, lutut
terkunci/locking, tidak dapat jongkok/inability to squat): tanda adanya
kelainan struktur sendi seperti robekan meniskus: untuk
kemungkinan tindakan artroskopi atau tindakan unicompartmental
knee replacement or osteotomy/realignment osteotomies.
g. Operasi penggantian sendi lutut (knee replacement: full, medial
unicompartmental, patellofemoral and rarely lateral
unicompartmental) pada pasien dengan:
a. Nyeri sendi pada malam hari yang sangat mengganggu
b. Kekakuan sendi yang berat
c. Mengganggu aktivitas fisik sehari-hari
Tata laksana OA berdasarkan grade nya dapat disimpulkan sebagai
berikut. (5,6)
Grade 0
Tidak ada treatment yang diperlukan untuk grade 0
Grade 1
Tidak ada treatment khusus yang diperlukan pada OA grade ini,
namun jika terdapat resiko untuk terjadinya resiko OA lanjut
maka disarankan untuk mengkonsumsi suplemen seperti
glucosamine dan chondroitin, atau latihan rutin untuk
memperlamat progresitivitas dari OA.
Grade 2
22
Treatment yang dianjurkan pada grade ini diutamakan bersifat
non farmakologi misalnya pada pasien yang overweight atau
berat badan berlebih disarankan untuk menurunkan berat
badan melalui diet dan olaharga. Bahkan pasien yang tidak
memiliki kelebihan berat badan pun bisa mendapatkan
keuntungan dari aerobic dan latihan kekuatan otot sehingga
dapat membantu untuk memperkuat otot-otot sekitar sendi
yang meningkatkan stabilitas dan mengurangi kerusakan sendi
tambahan.
Beberapa pasien pada grade ini mungkin perlu obat untuk
menghilangkan rasa sakitnya. Pada grade ini disarankan untuk
mengkonsumsi obat obatan NSAID atau acetaminophen (seperti
Tyenol) untuk menghilangkan rasa sakit serta disarankan untuk
beroloahraga, menurunkan berat badan, melindungi lutut dari
stress yang tidak perlu. Namun penggunaan NSAID jangka
panjang perlu diwaspadai terkait dengan efek sampping yang
ditimbulkan seperti masalah pencernaan, ginjal dan kerusakan
hati.
Grade 3
Jika terapi nonfarmaka tidak lagi menghilangkan rasa nyeri,
maka disarankan untuk dilakukannya penyuntikan steroid pada
daerah sendi yang sakit. Fungsi steroid itu sendiri adalah
mengurang rasa sakit yang disebabkan oleh peradangan yang
terjadi pada OA.
Selain itu penggunaan asam hyaluronat secara injeksi pada
sendi yang sakit juga dapat digunakan pada grade ini.
Pemberian obat anti nyeri lainnya seperti codein dapat
diberikan pada terapi jangka pendek untuk menghilangkan rasa
nyeri ringan sampai berat namun perlu disarankan untuk
penggunaan efek terapi jangka panjang karena meningkatkan
resiko ketergantungan dan toleransi terhadap obat tersebut
ditambah dengan efek samping lainnya seperti
mual,mengantuk dan kelelahan
23
Grade 4
Pada grade ini diperlukan tindakan bedah dengan penggatian
lutut total atau artroplasti. Dimana tindakan ini adalah pilihan
terakhir bagi sebagian besar pasien dengan OA lutut parah.
Tindakan pembedahan ini mengganti sendi yang rusak dengan
perangkat logam. Pemulihan dari prosedur ini memakan waktu
beberapa minggu serta membutuhkan terapi fisik untuk
pemulihan.
DAFTAR PUSTAKA
24
1. World Health Organization. Chronic diseases and health promotion.
2015. Available in www.who.int/chp/topica/rheumatic/en. Accesed
on 26 Januari 2015.
2. Smeltzer, S.C., Bare, B.G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-
Bedah Brunner & Suddarth. 8th Ed. Jakarta: EGC.
3. Pearson, D., Miller, C.G. 2008. Clinical Trial in Rheumatoid Arthritis
and Osteoarthritis. Newtown: Springer
4. Brandt, K.D., Doherty, M., Lohmander, L.S. 2003. Osteoarthritis,
Second edition. New York : Oxford University Press Inc.
5. George Krucik, MD, MBA . Stages of Osteoarthritis of the knee.
2013. Available in www.healthline.com/health/osteoarthritis-stages-
of-oa-of-the-knee. Accesed on : 26 February 2015
6. Viscosupplementation : Managed Care Issues for Osteoarthritis of
the Knee. Journal of Managed Care Pharmacy. 2007
25