Case Report - OA Genu

32
CASE REPORT Osteoartritis Genu DOKTER PEMBIMBING dr. David, Sp.OT DISUSUN OLEH Muhamad Alfi Auliya Rachman 030.10.184 RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH

description

OA

Transcript of Case Report - OA Genu

Page 1: Case Report - OA Genu

CASE REPORT

Osteoartritis Genu

DOKTER PEMBIMBING

dr. David, Sp.OT

DISUSUN OLEH

Muhamad Alfi Auliya Rachman

030.10.184

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH

PERIODE 5 JANUARI 2014 – 14 MARET 2015

Page 2: Case Report - OA Genu

LEMBAR PENGESAHAN

Case Report yang berjudul Osteoatritis Genu telah diterima dan disetujui pada tanggal

16 Februari 2015 sebagai salah satu syarat menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu

Bedah periode 5 Januari 2014 – 14 Maret 2015 di Rumah Sakit Umum Daerah Budhi

Asih

Jakarta, 16 Februari 2015

dr. David Sp.OT

2

Page 3: Case Report - OA Genu

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang telah

melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Case

Report dengan judul “Osteoartritis Genu”. Case report ini diajukan dalam rangka

melaksanakan tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah Rumah Sakit Umum Daerah

Budhi Asih periode 5 Januari 2014 – 14 Maret 2015 dan juga bertujuan untuk

menambah wawasan bagi penulis serta pembaca mengenai Osteoartritis Genu. Dalam

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih atas bantuan dan kerja

sama yang telah diberikan selama penyusunan case report ini, kepada dr. David, Sp.OT,

selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah Rumah Sakit Umum Darerah

Budhi Asih.

Penulis menyadari case report ini masih jauh dari sempurna, sehingga penulis

mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun dari semua pihak agar case

report ini dapat menjadi lebih baik dan berguna bagi semua pihak yang membacanya.

Penulis memohon maaf sebesar-besarnya apabila masih banyak kesalahan maupun

kekurangan dalam case report ini.

Jakarta,16 Februari 2015

Penulis

3

Page 4: Case Report - OA Genu

BAB I

PENDAHULUAN

Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit degeneratif pada kartilago sendi yang

banyak ditemukan. OA lutut lebih sering menyebabkan disabilitas dibandingkan OA

pada sendi lain. Penderita mengeluh nyeri pada waktu melakukan aktivitas atau jika ada

pembebanan pada sendi yang terkena. (1)

Prevalensi osteoarthritis meningkat seiring dengan usia. Penambahan usia

berhubungan langsung dengan proses degeneratif dalam sendi, mengingat kemampuan

kartilago artikuler untuk bertahan terhadap mikrofraktur dengan beban muatan rendah

yang berulang-ulang mengalami penurunan. Osteoarthritis sering dimulai pada dekade

usia ketiga, dan mencapai puncaknya di antara dekade kelima dan keenam. Lebih dari

75% orang dengan usia di atas 70 tahun menunjukan bukti radiografi adanya

osrteoarthritis.(2)

Osteoarthritis lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. Sebelum usia

50 tahun pria memiliki prevalensi yang lebih tinggi dibandingkan wanita, namun

setelah usia 50 tahun wanita memiliki prevalensi yang lebih tinggi dibandingkan pria.

Hal ini disebabkan karena defisiensi hormon esterogen post-menopause yang berperan

dalam peningkatan risiko terjadinya osteoarthritis pada wanita (1). WHO memperkirakan

9,6% pria dan 18% wanita di seluruh dunia dengan usia lebih dari 60 tahun memiliki

gejala osteoarthritis (3)

Dengan merangkum perubahan klinis, patofisiologi, histologis, biomekanik, dan

biokimia yang merupakan karakteristik dari osteoarthritis. Secara klinis, penyakit ini

ditandai dengan nyeri sendi, tenderness, keterbatasan gerak, krepitasi dan derajat yang

bervariasi dari inflamasi lokal, namun tanpa efek sistemik. (2)

4

Page 5: Case Report - OA Genu

LAPORAN KASUS

Identitas Pasien

Nama : Tn Yoewono Soehartono

Usia : 67 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status Pernikahan : Menikah

Alamat : Jalan Abdul Gani No 47 RT 08 RW 02, Jakarta.

Agama : Islam

Nomor Rekam Medis : 769856

ANAMNESIS

Diperoleh dengan cara autoanamnesis tanggal 20 Januari 2015 (kepada pasien sendiri)

Keluhan Utama : Pasien datang dengan keluhan nyeri pada kaki sebelah kanan sejak 1

bulan yang lalu

Keluhan Tambahan : terdengar suara “krek” saat berjalan, sesak, bengkak dan linu

pada kaki kanan

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien laki-laki usia 67 tahun datang ke poli bedah orthopedi RSUD Budhi Asih pada

tanggal 20 Januari 2015 dengan keluhan nyeri dan bengkak pada kaki sebelah kanan.

Dan didiagnosis sebagai osteoartritis genu bilateral

Ia mengaku nyeri kaki tersebut dirasakan sejak 2 tahun yang lalu dan bertambah berat.

Pasien mengatakan nyeri kaki bertambah berat sejak beberapa bulan yang lalu,

ditambah dengan bengkak pada awalnya namun kini bengkak sudah berangsur

menghilang. Ia juga mengaku merasakan linu pada kaki kanan dan terdengar bunyi

5

Page 6: Case Report - OA Genu

“krek” saat berjalan. Pasien menyangkal adanya riwayat trauma pada kaki dan kaku

pada pagi hari. Pasien juga mengeluhkan sesak dan memiliki riwayat PPOK dan sedang

menjalani pengobatan di poli paru RSUD Budhi Asih. Tidak ada mual dan muntah,

BAK dan BAB lancar.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien datang ke UGD RSUD Budhi Asih dengan keluhan bengkak pada kaki kanan

dan didiagnosis Gout Athritis dan di intruksikan untuk kontrol ke poli orthopedi RSUD

Budhi Asih . Lalu pasien datang ke RSUD Budhi Asih pada tanggal 14 Oktober 2014

dengan keluhan yang sama dan diagnosis sebagai Osteoartritis Genu Bilateral grade III

dan IV dan direncanakan untuk operasi.

Pasien mengaku memiliki riwayat DM, penyakit paru yakni PPOK dan riwayat alergi

obat sedangkan riwayat asma, riwayat hipertensi, riwayat koleterol tinggi, riwayat asam

urat tinggi, riwayat penyakit jantung dan tumor disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga

Di keluarga pasien tidak ada yang mengalami penyakit darah tinggi, DM, penyakit

jantung, keganasan, maupun alergi.

Riwayat Pengobatan

Pasien mengkonsumsi obat-obatan yang didapatkan dari Poli Paru RSUD Budhi Asih

Riwayat Kebiasaan

Riwayat merokok (+)

Riwayat minum alkohol (-)

Riwayat pekerjaan yang sering menggunakan kedua kaki secara terus menerus (+)

6

Page 7: Case Report - OA Genu

PEMERIKSAAN FISIK

Dilakukan tanggal 20 Januari 2015 di ruang poli orthopedi RSUD Budhi Asih.

I. Keadaan Umum

a. Kesan Sakit : Tampak Sakit Sedang, kooperatif

b. Kesadaran : Compos Mentis

c. Status Gizi : Gizi cukup

II. Tanda Vital dan Antropometri

PEMERIKSAA

N

NILAI

NORMAL

HASIL PASIEN

Suhu 36,5o - 37,2o C 36,7oC

Nadi 60-100 x/mnt 84x/mnt, reguler, isi cukup

Tekanan darah 120/80 mmHg 140/80 mmHg

Nafas 14-18 x/mnt 20x/mnt

A. Status Generalis

Kepala : Ukuran normosefali, bentuk bulat oval, tidak tampak deformitas, pada

perabaan tidak ada nyeri, rambut berwarna hitam dan beruban,

tipis, tidak kering, tidak mudah dicabut

Mata : Bentuk normal, konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil

bulat isokor, 3mm, reflek cahaya (+/+), kornea jernih

Telinga : Normotia, kartilago sempurna, secret (-/-)

Hidung : Bentuk normal, deviasi septum (-), sekret (-/-), nafas cuping hidung (-

/-)

Mulut : Bibir sianosis (-), bibir kering (-), trismus (-)

Leher : Trakhea teraba ditengah, KGB serta kelenjar tiroid tidak teraba

membesar

7

Page 8: Case Report - OA Genu

Paru-paru:

Inspeksi : bentuk simetris pada saat statis & dinamis, retraksi (-),

Palpasi : tidak dilakukan

Perkusi : tidak dilakukan

Auskultasi : Suara dasar nafas vesikuler, rhonki (-/-) wheezing (-/-)

Jantung :

Inspeksi : tidak dilakukan

Palpasi : tidak dilakukan

Perkusi : tidak dilakukan

Auskultasi : S1 S2 normal regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen:

Inspeksi : dalam batas normal

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Palpasi : Supel, NT (-)

Perkusi : dalam batas normal

Genitalia/ Anorektal : tidak dinilai

Ekstremitas:

Ekstremitas Superior Inferior

Deformitas -/- -/-

Akral dingin -/- -/-

Akral sianosis -/- -/-

Ikterik -/- -/-

CRT < 2 detik < 2 detik

Tonus Baik Baik

Kulit

tidak ikterik ataupun sianotik

8

Page 9: Case Report - OA Genu

STATUS LOKALIS

Regio genu dextra

Look : Bengkak (-), kemerahan (-), deformitas (+)

Feel : Suhu teraba hangat, nyeri (+)

Move : Krepitasi (+) gerakan dalam batas normal

Regio genu sinistra

Look : Bengkak (-), kemerahan (-), deformitas (-)

Feel : Teraba hangat (-)

, nyeri (-)

Move : Krepitasi (-) gerakan dalam batas normal

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium tanggal 14 Desember 2014

Hematologi

Leukosit : 16,1 ribu/ µL

Eritrosit : 5,1 juta / µL

Hemoglobin : 14,9 g/Dl

9

Page 10: Case Report - OA Genu

Hematokrit : 46%

Trombosit : 313.000 / µL

LED : 82 mm / jam*

MCV : 89,2 fL

MCH : 29.2 pg

MCHC : 32,7 g/Dl

RDW : 15,9 %

Hitung Jenis (%)

Basofil 0

Eosinofil 2

Netrofil Batang 0

Netrofil Segmen 73

Limfosit 15

Monosit 10

SGOT : 22

SGPT : 16

GDS : 110

Ureum : 23

Kreatinin : 0,97

Foto Rontgen Genu Dextra Sinistra

10

Page 11: Case Report - OA Genu

Terlihat celah sendi menyempit, terdapat gambaran osteofit

Kesan : Osteoartritis Genu Bilateral grade III-grade IV

RESUME

Seorang laki-laki umur 67 datang dengan keluhan nyeri pada kaki sebelah kanan sejak 1

bulan yang lalu ditambah dengan terdengar suara “krek” saat berjalan, sesak, bengkak

dan linu pada kaki kanan. Pasien datang ke RSUD Budhi Asih pada tanggal 14 Oktober

2014 dan diagnosis sebagai Osteoatritis Genu Bilateral grade III dan IV dan

direncanakan untuk operasi.

Pasien mengaku nyeri kaki tersebut dirasakan sejak 2 tahun yang lalu dan bertambah

berat. Pasien mengatakan nyeri kaki bertambah berat sejak beberapa bulan yang lalu,

ditambah dengan bengkak dan linu pada kaki kanan dan terdengar bunyi “krek” saat

berjalan. Pasien menyangkal adanya riwayat trauma pada kaki. Pasien juga

mengeluhkan sesak dan memiliki riwayat PPOK dan sedang menjalani pengobatan di

poli paru RSUD Budhi Asih. Pasien mengaku memiliki riwayat DM, penyakit paru

yakni PPOK dan riwayat alergi obat.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan krepitasi positif, nyeri pada ekstrimitas kanan bawah.

Sedangkan pada pemeriksaan fisik lainnya didapatkan dalam batas normal.

DIAGNOSIS KERJA

Osteoartritis Genu Bilateral grade III-grade IV

PENATALAKSANAAN

Medikamentosa

Sirdalud 2x2 mg

Meloxicam 2x15 mg

Osteor C 60 g cream

Non medikamentosa

o Edukasi :

a. Menjelaskan mengenai penyakit yang diderita

b. Sementara untuk tidak menaiki ataupun menuruni anak tangga

c. Menjaga berat badan ideal

d. Makan makanan yang bergizi

e. Perubahan gaya hidup

11

Page 12: Case Report - OA Genu

f. Menggunakan alat bantu jika diperlukan

o Tindakan operasi : Total Knee Replacement (TKR)

PROGNOSIS

Ad Vitam : dubia ad bonam

Ad Fungtionam : dubia ad bonam

Ad Sanationam : dubia ad bonam

12

Page 13: Case Report - OA Genu

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

a. Definisi

Osteoarthritis adalah suatu penyakit sendi degeneratif

disebabkan karena trauma berulang pada sendi dalam kurun waktu

lama, biasanya terjadi pada tulang lutut, panggul, jari tangan dan

kaki juga tulang belakang bagian bawah (1). Osteoarthritis merupakan

kelainan sendi yang paling sering ditemukan dan seringkali

menimbulkan ketidakmampuan dam keterbatasan gerak(2).

Osteoarthritis berkembang dengan perlahan, namun

merupakan penyakit aktif dari degenerasi tulang rawan sendi dan

berhubungan dengan gejala nyeri pada persendian, kekakuan, dan

keterbatasan gerak. Osteoarthritis dapat terjadi pada berbagai sendi,

namun lebih sering terjadi pada pangkal paha, lutut, sendi pada

tangan, kaki, dan tulang belakang (3) .

Dengan merangkum perubahan klinis, patofisiologi, histologis,

biomekanik, dan biokimia yang merupakan karakteristik dari

osteoarthritis. Secara klinis, penyakit ini ditandai dengan nyeri sendi,

tenderness, keterbatasan gerak, krepitasi, efusi okasional, dan

derajat yang bervariasi dari inflamasi lokal, namun tanpa efek

sistemik. Berdasarkan patofisiologi, penyakit ini ditandai dengan

hilangnya kartilago yang lebih sering terjadi pada area yang

menumpu beban berat, sklerosis tulang subkondral, kista subkondral,

peningkatan aliran darah metaphyseal, dan inflamasi synovial. Secara

histologis, penyakit ini ditandai dengan pemecahan dini permukaan

kartilago, kloning kondrosit, pemecahan vertikal pada kartilago,

endapan kristal, dan remodelling. Secara biomekanik, penyakit ini

ditandai dengan perubahan daya regang, tekanan dan permeabilitas

hidraulik kartilago, peningkatan air, dan bengkak yang berlebih.

Perubahan kartilago tersebut disertai dengan peningkatan

kekakuan tulang subkondral. Secara biokimia, penyakit ini ditandai

dengan pengurangan konsentrasi proteoglycans, perubahan ukuran

13

Page 14: Case Report - OA Genu

dan agregasi proteoglycans, perubahan ukuran kolagen fibril, dan

peningkatan sintesis dan degradasi matriks makromolekul.(4)

b. Epidemiologi

Prevalensi osteoarthritis meningkat seiring dengan usia (3).

Penambahan usia berhubungan langsung dengan proses degeneratif

dalam sendi, mengingat kemampuan kartilago artikuler untuk

bertahan terhadap mikrofraktur dengan beban muatan rendah yang

berulang-ulang mengalami penurunan. Osteoarthritis sering dimulai

pada dekade usia ketiga, dan mencapai puncaknya di antara dekade

kelima dan keenam (2). Lebih dari 75% orang dengan usia di atas 70

tahun menunjukan bukti radiografi adanya osrteoarthritis (3)

Osteoarthritis lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan

pria. Sebelum usia 50 tahun pria memiliki prevalensi yang lebih tinggi

dibandingkan wanita, namun setelah usia 50 tahun wanita memiliki

prevalensi yang lebih tinggi dibandingkan pria. Hal ini disebabkan

karena defisiensi hormon esterogen post-menopause yang berperan

dalam peningkatan risiko terjadinya osteoarthritis pada wanita (1)

WHO memperkirakan 9,6% pria dan 18% wanita di seluruh dunia

dengan usia lebih dari 60 tahun memiliki gejala osteoarthritis (3)

c. Diagnosis (5)

Seperti pada penyakit reumatik umumnya diagnosis tak dapat

didasarkan hanya pada satu jenis pemeriksaan saja. Biasanya kita

lakukan pemeriksaan reumatologi ringkas berdasarkan prinsip

pemeriksaan GALS (Gait, arms, legs, spine). Penegakan diagnosis OA

berdasarkan gejala klinis. Tidak ada pemeriksaan penunjang khusus

yang dapat menentukan diagnosis OA. Pemeriksaan penunjang saat

ini terutama dilakukan untuk memonitoring penyakit dan untuk

menyingkirkan kemungkinan arthritis karena sebab lainnya.

Pemeriksaan radiologi dapat menentukan adanya OA, namun tidak

berhubungan langsung dengan gejala klinis yang muncul. Gejala OA

umumnya dimulai saat usia dewasa, dengan tampilan klinis kaku

sendi di pagi hari atau kaku sendi setelah istirahat. Sendi dapat

mengalami pembengkakan tulang, dan krepitasi saat digerakkan,

14

Page 15: Case Report - OA Genu

dapat disertai keterbatasan gerak sendi. Peradangan umumnya tidak

ditemukan atau sangat ringan.

Banyak sendi yang dapat terkena OA, terutama sendi lutut, jari-

jari kaki, jari-jari tangan, tulang punggung dan panggul. Pada

seseorang yang dicurigai OA, direkomendasikan melakukan

pemeriksaan berikut ini:

1. Anamnesis

2. Pemeriksaan Fisik

3. Pendekatan untuk menyingkirkandiagnosis penyakit lain.

4. Pemeriksaan penunjang

1. Anamnesis

- Nyeri dirasakan berangsur-angsur (onset gradual)

-Tidak disertai adanya inflamasi (kaku sendi dirasakan < 30 menit,

bila disertai inflamasi, umumnya dengan perabaan hangat, bengkak

yang minimal, dan tidak disertai kemerahan pada kulit)

- Tidak disertai gejala sistemik

- Nyeri sendi saat beraktivitas

- Sendi yang sering terkena:

Sendi tangan: carpo-metacarpal (CMCI), Proksimal interfalang (PIP)

dan distal interfalang (DIP), dan Sendi kaki: Metatarsofalang (MTP)

pertama. Sendi lain: lutut, V. servikal, lumbal, dan hip.

Faktor risiko penyakit :

- Bertambahnya usia

- Riwayat keluarga dengan OA generalisata

- Aktivitas fisik yang berat

- Obesitas

- Trauma sebelumnya atau adanya deformitas pada sendi yang

bersangkutan.

15

Page 16: Case Report - OA Genu

Faktor-faktor lain yang mempengaruhi keluhan nyeri dan fungsi sendi

- Nyeri saat malam hari (night pain)

- Gangguan pada aktivitas sehari-hari

- Kemampuan berjalan

- Lain-lain: risiko jatuh

- Gambaran nyeri dan derajat nyeri (skala nyeri yang dirasakan

pasien)

2. Pemeriksaan fisik

- Tentukan BMI

- Perhatikan gaya berjalan/pincang?

- Adakah kelemahan/atrofi otot

- Tanda-tanda inflamasi?

- Lingkup gerak sendi (ROM)

- Krepitus

- Deformitas/bentuk sendi berubah

- Gangguan fungsi/keterbatasan gerak sendi

- Nyeri tekan pada sendi dan periartikular

- Penonjolan tulang (Nodul Bouchard’s dan Heberden’s)

- Pembengkakan jaringan lunak

- Instabilitas sendi

3. Pendekatan untuk menyingkirkan diagnosis lain

- Adanya infeksi

- Adanya fraktur

- Kemungkinan keganasan

- Kemungkian Artritis Reumatoid

Diagnosis banding yang menyerupai penyakit OA

- Inflammatory arthropaties

- Artritis Kristal (gout atau pseudogout)

- Bursitis

- Sindroma nyeri pada soft tissue

- Tumor Genu

16

Page 17: Case Report - OA Genu

4. Pemeriksaan Penunjang

- Tidak ada pemeriksaan darah khusus untuk mendiagnosis OA.

Pemeriksaan darah membantu menyingkirkan diagnosis lain dan

monitor terapi.

- Pemeriksaan radiologi dilakukan untuk klasifikasi diagnosis atau

untuk merujuk ke ortopedi.

- Pemeriksaan penunjang rutin yang dilakukan untuk evaluasi OA

lutut adalah pemeriksaan rontgen konvensional. Gambaran khas

pada OA ltut adalah adanya osteofit dan oenyempitan celah sendi.

Berdasarkan pemeriksaan radiologi, Kellgren dan Lawrence

menyusun gradasi OA lutut menjadi :

o Grade 0 : tidak ada OA

o Grade 1 : sendi dalam batas normal dengan osteofit

meragukan

o Grade 2 : terdapat osteofit yang khas tetapi celah sendi baik

dan tampak deformitas tulang

o Grade 3 : terdapat osteofit dan deformitas ujung tulang dan

penyempitan celah sendi

o Grade 4 : terdapat osteofit dan deformitas tulang dan

disertai hilangnya celah sendi

d. Klasifikasi diagnosis Osteoartritis berdasarkan kriteria

American College of Rheumatology (ACR)

• Berdasarkan kriteria klinis:

- Nyeri sendi lutut dan paling sedikit 3 dari 6 kriteria di bawah ini:

1. krepitus saat gerakan aktif

2. kaku sendi < 30 menit

3. umur > 50 tahun

4. pembesaran tulang sendi lutut

5. nyeri tekan tepi tulang

6. tidak teraba hangat pada sinovium sendi lutut.

Sensitivitas 95% dan spesifisitas 69%.

17

Page 18: Case Report - OA Genu

• Berdasarkan kriteria klinis dan radiologis:

Nyeri sendi lutut dan adanya osteofit dan paling sedikit 1 dari 3

kriteria di bawah ini:

1. kaku sendi <30 menit

2. umur > 50 tahun

3. krepitus pada gerakan sendi aktif

Sensitivitas 91% dan spesifisitas 86%.

• Berdasarkan kriteria klinis dan laboratoris:

Nyeri sendi lutut dan paling sedikit 5 dari 9 kriteria berikut ini:

1. Usia >50 tahun

2. kaku sendi <30 menit

3. Krepitus pada gerakan aktif

4. Nyeri tekan tepi tulang

5. Pembesaran tulang

6. Tidak teraba hangat pada sinovium sendi terkena

7. LED<40 mm/jam

8. RF <1:40

9. Analisis cairan sinovium sesuai OA

Sensitivitas 92% dan spesifisitas 75%.

Pemeriksaan Radiografi pada panggul, lutut dan pergelangan kaki

dibuat dengan film yang panjang, dengan pasien berdiri pada posisi

tegak dapat menilai adanya perubahan bentuk/ deformitas OA.

Pasien harus dapat berdiri dengan seluruh berat badannya menumpu

pada seluruh tungkainya, untuk mendapatkan ketepatan deformitas

tungkai. Pemeriksaan radiografi harus dilakukan bilateral dan

dibandingkan, termasuk penilaian anteroposterior pelvis, pada posisi

berdiri (weight-bearing dengan rotasi interna dari jari-jari kaki 15-20

derajat), dan penilaian anteroposterior dengan fokus pada satu

panggul.

e. Tatalaksana

Tahap Pertama (Terapi Non farmakologi)

18

Page 19: Case Report - OA Genu

a. Edukasi pasien.

b. Program penatalaksanaan mandiri : modifikasi gaya hidup.

c. Bila berat badan berlebih (BMI > 25), program penurunan berat

badan, minimal penurunan 5% dari berat badan, dengan target BMI

18,5-25.

d. Program latihan aerobik (low impact aerobic fitness exercises).

e. Terapi fisik meliputi latihan perbaikan lingkup gerak sendi,

penguatan otot- otot (quadrisep/pangkal paha) dan alat bantu gerak

sendi (assistive devices for ambulation): pakai tongkat pada sisi yang

sehat.

f. Terapi okupasi meliputi proteksi sendi dan konservasi energi,

menggunakan splint dan alat bantu gerak sendi untuk aktivitas fisik

sehari-hari.

Tahap kedua (Terapi Farmakologi)

• Pendekatan terapi awal

a. Untuk OA dengan gejala nyeri ringan hingga sedang, dapat

diberikan salah satu obat berikut ini, bila tidak terdapat kontraindikasi

pemberianobat tersebut:

• Acetaminophen (kurang dari 4 gram per hari).

• Obat anti inflamasi non-steroid (OAINS).

b. Untuk OA dengan gejala nyeri ringan hingga sedang, yang memiliki

risiko pada sistim pencernaan (usia >60 tahun, disertai penyakit

komorbid dengan polifarmaka, riwayat ulkus peptikum, riwayat

perdarahan saluran cerna, mengkonsumsi obat kortikosteroid dan

atau antikoagulan), dapat diberikan salah satu obat berikut ini:

• Acetaminophen ( kurang dari 4 gram per hari).

• Obat anti inflamasi non-steroid (OAINS) topikal

• Obat anti inflamasi non-steroid (OAINS) non selektif, dengan

pemberian obat pelindung gaster (gastro- protective agent).

Obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) harus dimulai dengan dosis

analgesik rendah dan dapat dinaikkan hingga dosis maksimal hanya

bila dengan dosis rendah respon kurang efektif. Pemberian OAINS

19

Page 20: Case Report - OA Genu

lepas bertahap (misalnya Na-Diklofenak SR75 atau SR100) agar

dipertimbangkan untuk meningkatkan kenyamanan dan kepatuhan

pasien. Penggunaan misoprostol atau proton pump inhibitor

dianjurkan pada penderita yang memiliki faktor risiko kejadian

perdarahan sistem gastrointestinal bagian atas atau dengan adanya

ulkus saluran pencernaan.

c. Untuk nyeri sedang hingga berat, dan disertai pembengkakan

sendi, tindakan aspirasi dan tindakan injeksi glukokortikoid

intraartikular (misalnya triamsinolone hexatonide 40 mg) untuk

penanganan nyeri jangka pendek (satu sampai tiga minggu) dapat

diberikan, selain pemberian obat anti-inflamasi nonsteroid per oral

(OAINS).

• Pendekatan terapi alternatif

Bila dengan terapi awal tidak memberikan respon yang adekuat:

a. Untuk penderita dengan keluhan nyeri sedang hingga berat, dan

memiliki kontraindikasi pemberian COX-2 inhibitor spesifik dan

OAINS, dapat diberikan Tramadol (200-300 mg dalam dosis terbagi).

Manfaatnya dalam pengendalian nyeri OA dengan gejala klinis

sedang hingga berat dibatasi adanya efek samping yang harus

diwaspadai, seperti: mual (30%), konstipasi (23%), pusing/dizziness

(20%), somnolen (18%), dan muntah (13%).

b. Terapi intraartikular seperti pemberian hyaluronan atau

kortikosteroid jangka pendek (satu hingga tiga minggu) pada OA

lutut.

Injeksi intra artikular ataupun periartikular bukan merupakan pilihan

utama dalam penanganan osteoartritis. Diperlukan kehati-hatian dan

selektifitas dalam penggunaan modalitas terapi ini, mengingat efek

merugikan baik yang bersifat lokal maupun sistemik. Pada dasarnya

ada 2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan simtomatik

dengan steroid, dan viskosuplementasi dengan hyaluronan untuk

memodifikasi perjalanan penyakit. Dengan pertimbangan ini yang

sebaiknya melakukan tindakan adalah dokter ahli reumatologi atau

20

Page 21: Case Report - OA Genu

dokter ahli penyakit dalam dan dokter ahli lain, yang telah

mendapatkan pelatihan.

1. Kortikosteroid (triamsinolone hexacetonide dan methyl

prednisolone)

Dapat diberikan pada OA lutut, jika mengenai satu atau dua sendi

dengan keluhan nyeri sedang hingga berat yang kurang responsif

terhadap pemberian OAINS, atau tidak dapat mentolerir OAINS atau

terdapat penyakit komorbid yang merupakan kontra indikasi

terhadap pemberian OAINS. Diberikan juga pada OA lutut dengan

efusi sendi atau secara pemeriksaan fisik terdapat tanda-tanda

inflamasi lainnya. Teknik penyuntikan harus aseptik, tepat dan benar

untuk menghindari penyulit yang timbul. Sebagian besar literatur

tidak menganjurkan dilakukan penyuntikan lebih dari sekali dalam

kurun 3 bulan atau setahun 3 kali terutama untuk sendi besar

penyangga tubuh. Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50

mg/injeksi, sedangkan untuk sendi-sendi kecil biasanya digunakan

dosis 10 mg. Injeksi kortikosteroid intra-artikular harus

dipertimbangkan sebagai terapi tambahan terhadap terapi utama

untuk mengendalikan nyeri sedang-berat pada penderita OA

Tahap Ketiga

Indikasi untuk tindakan lebih lanjut:

1. Adanya kecurigaan atau terdapat bukti adanya artritis inflamasi:

bursitis, efusi sendi: memerlukan pungsi atau aspirasi diagnostik dan

teurapeutik (rujuk ke dokter ahli reumatologi/bedah ortopedi.

2. Adanya kecurigaan atau terdapat bukti artritis infeksi (merupakan

kasus gawat darurat, resiko sepsis tinggi: pasien harus dirawat di

Rumah Sakit)

Segera rujuk ke dokter bedah ortopedi pada:

a. Pasien dengan gejala klinis OA yang berat, gejala nyeri menetap

atau bertambah berat setelah mendapat pengobatan yang standar

sesuai dengan rekomendasi baik secara non-farmakologik dan

farmakologik (gagal terapi konvensional).

21

Page 22: Case Report - OA Genu

b. Pasien yang mengalami keluhan progresif dan mengganggu

aktivitas fisik sehari-hari.

c. Keluhan nyeri mengganggu kualitas hidup pasien: menyebabkan

gangguan tidur (sleeplessness), kehilangan kemampuan hidup

mandiri, timbul gejala/gangguan psikiatri karena penyakit yang

dideritanya.

d. Deformitas varus atau valgus (>15 hingga 20 derajat) pada OA

lutut

e. Subluksasi lateral ligament atau dislokasi: rekonstruksi retinakular

medial, distal patella realignment, lateral release.

f. Gejala mekanik yang berat (gangguan berjalan/giving way, lutut

terkunci/locking, tidak dapat jongkok/inability to squat): tanda adanya

kelainan struktur sendi seperti robekan meniskus: untuk

kemungkinan tindakan artroskopi atau tindakan unicompartmental

knee replacement or osteotomy/realignment osteotomies.

g. Operasi penggantian sendi lutut (knee replacement: full, medial

unicompartmental, patellofemoral and rarely lateral

unicompartmental) pada pasien dengan:

a. Nyeri sendi pada malam hari yang sangat mengganggu

b. Kekakuan sendi yang berat

c. Mengganggu aktivitas fisik sehari-hari

Tata laksana OA berdasarkan grade nya dapat disimpulkan sebagai

berikut. (5,6)

Grade 0

Tidak ada treatment yang diperlukan untuk grade 0

Grade 1

Tidak ada treatment khusus yang diperlukan pada OA grade ini,

namun jika terdapat resiko untuk terjadinya resiko OA lanjut

maka disarankan untuk mengkonsumsi suplemen seperti

glucosamine dan chondroitin, atau latihan rutin untuk

memperlamat progresitivitas dari OA.

Grade 2

22

Page 23: Case Report - OA Genu

Treatment yang dianjurkan pada grade ini diutamakan bersifat

non farmakologi misalnya pada pasien yang overweight atau

berat badan berlebih disarankan untuk menurunkan berat

badan melalui diet dan olaharga. Bahkan pasien yang tidak

memiliki kelebihan berat badan pun bisa mendapatkan

keuntungan dari aerobic dan latihan kekuatan otot sehingga

dapat membantu untuk memperkuat otot-otot sekitar sendi

yang meningkatkan stabilitas dan mengurangi kerusakan sendi

tambahan.

Beberapa pasien pada grade ini mungkin perlu obat untuk

menghilangkan rasa sakitnya. Pada grade ini disarankan untuk

mengkonsumsi obat obatan NSAID atau acetaminophen (seperti

Tyenol) untuk menghilangkan rasa sakit serta disarankan untuk

beroloahraga, menurunkan berat badan, melindungi lutut dari

stress yang tidak perlu. Namun penggunaan NSAID jangka

panjang perlu diwaspadai terkait dengan efek sampping yang

ditimbulkan seperti masalah pencernaan, ginjal dan kerusakan

hati.

Grade 3

Jika terapi nonfarmaka tidak lagi menghilangkan rasa nyeri,

maka disarankan untuk dilakukannya penyuntikan steroid pada

daerah sendi yang sakit. Fungsi steroid itu sendiri adalah

mengurang rasa sakit yang disebabkan oleh peradangan yang

terjadi pada OA.

Selain itu penggunaan asam hyaluronat secara injeksi pada

sendi yang sakit juga dapat digunakan pada grade ini.

Pemberian obat anti nyeri lainnya seperti codein dapat

diberikan pada terapi jangka pendek untuk menghilangkan rasa

nyeri ringan sampai berat namun perlu disarankan untuk

penggunaan efek terapi jangka panjang karena meningkatkan

resiko ketergantungan dan toleransi terhadap obat tersebut

ditambah dengan efek samping lainnya seperti

mual,mengantuk dan kelelahan

23

Page 24: Case Report - OA Genu

Grade 4

Pada grade ini diperlukan tindakan bedah dengan penggatian

lutut total atau artroplasti. Dimana tindakan ini adalah pilihan

terakhir bagi sebagian besar pasien dengan OA lutut parah.

Tindakan pembedahan ini mengganti sendi yang rusak dengan

perangkat logam. Pemulihan dari prosedur ini memakan waktu

beberapa minggu serta membutuhkan terapi fisik untuk

pemulihan.

DAFTAR PUSTAKA

24

Page 25: Case Report - OA Genu

1. World Health Organization. Chronic diseases and health promotion.

2015. Available in www.who.int/chp/topica/rheumatic/en. Accesed

on 26 Januari 2015.

2. Smeltzer, S.C., Bare, B.G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-

Bedah Brunner & Suddarth. 8th Ed. Jakarta: EGC.

3. Pearson, D., Miller, C.G. 2008. Clinical Trial in Rheumatoid Arthritis

and Osteoarthritis. Newtown: Springer

4. Brandt, K.D., Doherty, M., Lohmander, L.S. 2003. Osteoarthritis,

Second edition. New York : Oxford University Press Inc.

5. George Krucik, MD, MBA . Stages of Osteoarthritis of the knee.

2013. Available in www.healthline.com/health/osteoarthritis-stages-

of-oa-of-the-knee. Accesed on : 26 February 2015

6. Viscosupplementation : Managed Care Issues for Osteoarthritis of

the Knee. Journal of Managed Care Pharmacy. 2007

25