Case Radius Ulna

43
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Data dari National Hospital Ambulatory Medical Care Survey menunjukkan bahwa fraktur radius dan/atau ulna mewakili 44% dari keseluruhan fraktur lengan bawah dan tangan di Amerika Serikat. Insiden tertinggi pada usia 10-14 tahun pada pasien laki-laki dan di atas 85 tahun pada wanita. Insiden fraktur diperkirakan pada usia 50 tahun keatas akan meningkat 81%, dibandingkan dengan 11% untuk usia dibawah 50 tahun. Pada kelompok usia tua, jumlah wanita yang beresiko lebih tinggi 4,7 kali dibandingkan dengan pria. Pada kecelakaaan kendaraan bermotor, pengemudi lebih sering mengalami fraktur radius ulna dibandingkan dengan penumpangnya, terutama tanpa airbag depan. Pada anak anak fraktur radius ulna terjadi karena bermain skateboard, roller skating, dan mengendarai skooter. Pada usia tua biasanya menderita trauma minimal dan mempunyai faktor risiko osteoporosis Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh tekanan yang berlebihan. Mekanisme trauma pada antebrachii yang paling sering adalah jatuh dengan outstreched hand atau trauma langsung. Bila salah satu tulang antebrachii mengalami fraktur dan menglami 1

description

radius ulna

Transcript of Case Radius Ulna

Page 1: Case Radius Ulna

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Data dari National Hospital Ambulatory Medical Care Survey

menunjukkan bahwa fraktur radius dan/atau ulna mewakili 44% dari keseluruhan

fraktur lengan bawah dan tangan di Amerika Serikat. Insiden tertinggi pada usia

10-14 tahun pada pasien laki-laki dan di atas 85 tahun pada wanita. Insiden fraktur

diperkirakan pada usia 50 tahun keatas akan meningkat 81%, dibandingkan

dengan 11% untuk usia dibawah 50 tahun.

Pada kelompok usia tua, jumlah wanita yang beresiko lebih tinggi 4,7 kali

dibandingkan dengan pria. Pada kecelakaaan kendaraan bermotor, pengemudi

lebih sering mengalami fraktur radius ulna dibandingkan dengan penumpangnya,

terutama tanpa airbag depan. Pada anak anak fraktur radius ulna terjadi karena

bermain skateboard, roller skating, dan mengendarai skooter. Pada usia tua

biasanya menderita trauma minimal dan mempunyai faktor risiko osteoporosis

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau tulang

rawan yang umumnya disebabkan oleh tekanan yang berlebihan. Mekanisme

trauma pada antebrachii yang paling sering adalah jatuh dengan outstreched hand

atau trauma langsung. Bila salah satu tulang antebrachii mengalami fraktur dan

menglami angulasi, maka tulang tersebut menjadi lebih pendek terhadap tulang

lainnya.

1.2 Tujuan PenulisanTujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui dan memahami tentang

fraktur radius ulna.

1.3 Manfaat PenulisanManfaat penulisan ini adalah untuk menambah pengetahuan dan

pemahaman mengenai fraktur radius ulna.

1.4 Metode PenulisanMetode penulisan ini adalah tinjauan kepustakaan yang merujuk dari

berbagai literatur.

1

Page 2: Case Radius Ulna

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1. FRAKTUR 2.1.1. Definisi

Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang

rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun parsial akibat rudapaksa.

Sedangkan fraktur radius ulna adalah fraktur yang terjadi pada tulang radius

dan/atau ulna. Dibagi menjadi sepertiga proksimal, sepertiga tengah, dan sepertiga

distal.

2.1.2 Epidemiologi

Fraktur radius ulna dapat mengenai orang dewasa maupun anak-anak,

terutama terjadi pada dewasa muda dan orang tua. Fraktur yang mengenai lengan

bawah pada anak sekitar 82% pada daerah metafisis tulang radius distal. Fraktur

tulang radius dapat terjadi pada 1/3 proksimal, 1/3 tengah atau 1/3 distal.

Menurut pusat dokumentasi AO (Arbeitsgemeinschaft für

Osteosynthesefragen/Persatuan untuk Osteosintesis), fraktur lengan bawah

mewakili 10-14% dari semua kasus fraktur pada tahun 1980 hingga 1996.

Literatur oleh McQueen dkk menganalisis insidensi fraktur radius dan ulna pada

orang dewasa di unit trauma Royal Infirmary of Edinburgh selama 3 tahun dan

mendapatkan mayoritas 76% dari 2812 kasus fraktur adalah fraktur distal radius.

Fraktur distal radius mewakili kira-kira 15% dari semua fraktur pada orang

dewasa. Fraktur Galeazzi mewakili antara 3-7% dari kesemua fraktur lengan

bawah dan kebanyakannya terjadi pada laki-laki. Fraktur Monteggia mewakili

kurang dari 5% dari kasus fraktur lengan bawah (1-2%).

2.1.3 Etiologi

Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung,

misalnya benturan pada lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radius dan

ulna, dan dapat berupa trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada

tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah. Fraktur tidak

2

Page 3: Case Radius Ulna

selalu disebabkan oleh trauma yang berat; kadang-kadang trauma ringan saja

dapat menimbulkan fraktur bila tulangnya sendiri terkena penyakit tertentu

(fraktur patologis).

2.1.3 Klasifikasi Fraktur

1. Klasifikasi Etiologis

- Fraktur Traumatik : Terjadi karena trauma yang tiba-tiba

- Fraktur Patologis : Terjadi karena kelemahan tulang sebelumnya

akibat kelainan patologis di dalam tulang.

- Fraktur Stres : Terjadi karena adanya trauma yang terus menerus

pada suatu tempat tertentu.

2. Klasifikasi Klinis

- Fraktur tertutup (simple/closed fracture)

Fraktur tertutup adalah suatu fraktur yang tidak mempunyai hubungan

dengan dunia luar.

- Fraktur terbuka (compound/open fracture)

Fraktur terbuka adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia

luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak.

- Fraktur dengan komplikasi (complicated fracture)

Fraktur dengan komplikasi adalah fraktur yang disertai dengan

komplikasi misalnya malunion, delayed union, nonunion, infeksi tulang.

3. Klasifikasi Radiologis

Klasifikasi ini berdasarkan atas:

a. Lokalisasi

- Diafisis

- Metafisis

- Intra artikuler

- Fraktur dengan dislokasi

b. Konfigurasi

- Fraktur transversal

- Fraktur oblik

3

Page 4: Case Radius Ulna

- Fraktur spiral

- Fraktur Z

- Fraktur segmental

- Fraktur komunitif, fraktur lebih dari dua fragmen

- Fraktur baji biasanya pada vertebra karena trauma kompresi

- Fraktur avulsi, fragmen kecil tertarik oleh otot atau tendon

- Fraktur depresi, karena trauma langsung misalnya pada tengkorak

- Fraktur impaksi

- Fraktur pecah (burst) dimana terjadi fragmen kecil yang berpisah

misalnya pada fraktur vertebra, patella

- Fraktur epifisis

Gambar 1. Jenis fraktur berdasarkan konfigurasi

c. Menurut ekstensi

- Fraktur total

- Fraktur tidak total (fraktur crack)

- Fraktur buckle atau torus

- Fraktur garis rambut

- Fraktur green stick

d. Menurut hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya

- Tidak bergeser (undisplaced)

- Bergeser (displaced) : i. Bersampingan

4

Page 5: Case Radius Ulna

ii. Angulasi

iii. Rotasi

iv. Distraksi

v. over-riding

vi. Impaksi

e. Menurut hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya

- Fraktur Tertutup

- Ftaktur Terbuka

2.1.4 Patofisiologi Fraktur

Mekanisme trauma pada antebrachii yang paling sering adalah jatuh

dengan outstreched hand atau trauma langsung. Gaya twisting menghasilkan

fraktur spiral pada level tulang yang berbeda. Trauma langsung atau gangguan

angulasi menyebabkan fraktur transversal pada level tulang yang sama. Jika salah

satu tulang antebrachii mengalami fraktur dan menglami angulasi, maka tulang

tersebut menjadi lebih pendek terhadap tulang lainnya.

2.1.5 Manifestasi Klinis

Gejala yang didapatkan dapat berupa:

1. Deformitas di daerah yang fraktur: angulasi, rotasi (pronasi atau

supinasi) atau shorthening

2. Nyeri

3. Bengkak

Pemeriksaan fisik harus meliputi evaluasi neurovaskular dan

pemeriksaan elbow dan wrist. Evaluasi kemungkinan adanya sindrom

kompartemen.

2.1. 6 Diagnosis fraktur

a) Anamnesis

Biasanya penderita datang dengan suatu trauma (traumatik, fraktur),

baik yang hebat maupun trauma ringan dan diikuti dengan

ketidakmampuan untuk menggunakan anggota gerak. Anamnesis harus

5

Page 6: Case Radius Ulna

dilakukan dengan cermat, karena fraktur tidak selamanya terjadi di

daerah trauma dan mungkin fraktur terjadi pada daerah lain. Penderita

biasanya datang karena adanya nyeri, pembengkakan, gangguan fungsi

anggota gerak, krepitasi atau datang dengan gejala-gejala lain.

b) Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan awal penderita, perlu diperhatikan adanya:

i. Syok, anemia atau perdarahan

ii. Kerusakan pada organ-organ lain, misalnya otak, sumsum tulang

belakang atau organ-organ dalam rongga toraks, panggul dan

abdomen

iii. Fraktur predisposisi, misalnya pada fraktur patologis

c) Pemeriksaan Lokal

1. Inspeksi

Bandingkan dengan bagian yang sehat

Posisi anggota gerak

Keadaan umum penderita secara keseluruhan

Ekspresi wajah karena nyeri

Adanya tanda-tanda anemia karena perdarahan

Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak untuk

membedakan fraktur tertutup atau fraktur terbuka

Ekstravasasi darah subkutan dalam beberapa jam sampai

beberapa hari

Perhatikan adanya deformitas berupa angulasi, rotasi dan

kependekan

Lakukan survei pada seluruh tubuh apakah ada trauma pada

organ-organ lain

Perhatikan kondisi mental penderita

Keadaan vaskularisasi

6

Page 7: Case Radius Ulna

2. Palpasi (Feel)

Palpasi dilakukan secara hati-hati oleh karena penderita biasanya

mengeluh sangat nyeri.

Temperatur setempat yang meningkat

Nyeri tekan; nyeri tekan yang bersifat superfisial biasanya

disebabkan oleh kerusakan jaringan lunak yang dalam akibat

fraktur pada tulang

Krepitasi; dapat diketahui dengan perabaan dan harus dilakukan

secara hati-hati.

Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi

arteri radialis, arteri dorsalis pedis, arteri tibialis posterior sesuai

dengan anggota gerak yang terkena.

Refilling (pengisian) arteri pada kuku, warna kulit pada bagian

distal daerah trauma , temperatur kulit.

Pengukuran tungkai terutama pada tungkai bawah untuk

mengetahui adanya perbedaan panjang tungkai.

3. Pergerakan (Moving)

Pergerakan dengan mengajak penderita untuk menggerakkan

secara aktif dan pasif sendi proksimal dan distal dari daerah yang

mengalami trauma. Pada pederita dengan fraktur, setiap gerakan

akan menyebabkan nyeri hebat sehingga uji pergerakan tidak boleh

dilakukan secara kasar, disamping itu juga dapat menyebabkan

kerusakan pada jaringan lunak seperti pembuluh darah dan saraf.

4. Pemeriksaan Neurologis

Pemeriksaan neurologis berupa pemeriksaan saraf secara sensoris

dan motoris serta gradasi kelelahan neurologis, yaitu neuropraksia,

aksonotmesis atau neurotmesis.Kelaianan saraf yang didapatkan

harus dicatat dengan baik karena dapat menimbulkan masalah

asuransi dan tuntutan (klaim) penderita serta merupakan patokan

untuk pengobatan selanjutnya.

7

Page 8: Case Radius Ulna

5. Pemeriksaan Radiologis

Pemeriksaan radiologis diperlukan untuk menentukan keadaan,

lokasi serta ekstensi fraktur.Untuk menghindarkan nyeri serta

kerusakan jaringan lunak selanjutnya, maka sebaliknya kita

mempergunakan bidai yang bersifat radiolusen untuk imobilisasi

sementara sebelum dilakukan pemeriksaan radiologis.

2.1.7 Penatalaksanaan

Terapi fraktur diperlukan konsep ”4R” yaitu : rekognisi, reduksi/reposisi,

terensi/fiksasi, dan rehabilitasi.

1. Rekognisi atau pengenalan adalah dengan melakukan berbagai diagnosa

yang benar sehingga akan membantu dalam penanganan fraktur karena

perencanaan terapinya dapat dipersiapkan lebih sempurna.

2. Reduksi atau reposisi adalah tindakan mengembalikan fragmen-fragmen

fraktur semirip mungkin dengan keadaan atau kedudukan semula atau

keadaan letak normal.

3. Retensi atau fiksasi atau imobilisasi adalah tindakan mempertahankan

atau menahan fragmen fraktur tersebut selama penyembuhan.

4. Rehabilitasi adalah tindakan dengan maksud agar bagian yang menderita

fraktur tersebut dapat kembali normal.

Tujuan dari penatalaksanaan/pengobatan adalah untuk menempatkan

ujung-ujung dar patah tulang supaya satu sama lain saling berdekatan dan untuk

menjaga agar mereka tetap menempel sebagai mana mestinya. Patah tulang

lainnya harus benar-benar tidak boleh digerakkan (imobilisasi).

Imobilisasi bisa dilakukan melalui:

a. Pembidaian : benda keras yang ditempatkan di daerah sekeliling

tulang.

b. Pemasangan gips : merupakan bahan kuat yang dibungkuskan di

sekitar tulang yang patah

8

Page 9: Case Radius Ulna

c. Penarikan (traksi) : menggunakan beban untuk menahan sebuah

anggota gerak pada tempatnya.

d. Fiksasi internal : dilakukan pembedahan untuk menempatkan

piringan atau batang logam pada pecahan-pecahan tulang..

2.1.7.1 Teknik Penanganan Terapi Konservatif

Prinsipnya dengan melakukan traksi ke distal dan kembalikan posisi

tangan berubah akibat rotasi.Posisi tangan dalam arah benar dilihat letak garis

patahnya

1/3 proksinal posisi fragmen proksimal dalam supinasi untuk dapat

kesegarisan fragmen distal supinasi.

1/3 tengah posisi radius netral maka posisi distal netral.

1/3 distal radius pronasi maka posisi seluruh lengan pronasi,

setelah itu dilakukan immobilisasi dengan gips atas siku.

2.1.7.2 Metode Penanganan Operatif

Empat eksposur dasar yang direkomendasikan:

a) Straight ulnar approach untuk fraktur shaft ulna

b) Volar antecubital approach untuk fraktur radius proximal

c) Dorsolateral approach untuk fraktur shaft radius, mulai dari

kapitulum radius sampai ¼ distal shaft radius

d) Palmar approach untuk fraktur radius 1/3 distal

Di Dalam Ruang Operasi

1. Posisikan pasien terlentang pada meja operasi. Meja hand sangat

membantu untuk memudahkan operasi. Tourniquet dapat digunakan

kecuali bila didapatkan lesi vaskuler.

2. Ekspos tulang yang mengalami fraktur sesuai empat prinsip diatas.

3. Reposisi fragmen fraktur seoptimal mungkin

4. Letakkan plate idealnya pada sisi tension yaitu pada permukaan

dorsolateral pada radius, dan sisi dorsal pada ulna. Pada 1/3 distal

9

Page 10: Case Radius Ulna

radius plate sebaiknya diletakkan pada sisi volar untuk menghindari

tuberculum Lister dan tendon-tendon ekstensor.

5. Pasang drain, luka operasi ditutup lapis demi lapis

Perawatan Pasca Bedah

1) Drain dilepas 24-48 jam post operatif atau sesuai dengan produksinya

2) Elevasi lengan 10 cm di atas jantung

3) Mulai latihan ROM aktif dan pasif dari jari-jari, pergelangan tangan,

siku sesegera mungkin setelah operasi

Follow Up

1. Fisioterapi aktif ROM tangan, pergelangan dan siku

2. Melakukan X Ray kontrol 6 minggu dan 3 bulan sesudahnya

3. Penyembuhan biasanya setelah 16-24 minggu, selama ini hindari olah

raga kontak dan mengangkat beban lebih dari 2 kilogram.

2.1.8 Komplikasi

2.1.8.1 Komplikasi Dini

Komplikasi patah tulang dapat dibagi menjadi komplikasi segera,

komplikasi dini, dan komplikasi lambat atau kemudian. Komplikasi segera terjadi

pada saat patah tulang atau segera setelahnya, komplikasi dini terjadi dalam

beberapa hari setelah kejadian, dan komplikasi kemudian terjadi lama setelah

tulang patah. Pada ketiganya, dibagi lagi menjadi komplikasi umum dan lokal.

2.1.8.2 Komplikasi lanjut

a) Malunion

Malunion sering ditemukan, baik karena reduksi tidak lengkap atau karena

pergeseran dalam gips yang terlewatkan. Penampilannya buruk, kelemahan dan

hilangnya rotasi dapat bersifat menetap. Pada umumnya terapi tidak diperlukan.

Bila ketidakmampuan hebat dan pasiennya relatif muda, 2,5 cm bagian bawah

ulna dapat dieksisi untuk memulihkan rotasi, dan deformitas radius dikoreksi

dengan osteotomi.

10

Page 11: Case Radius Ulna

b) Osteomyelitis

Adapun komplikasi infeksi jaringan tulang disebut sebagai

osteomyelitis, dan dapat timbul akut atau kronik. Bentuk akut dicirikan

dengan adanya awitan demam sistemik maupun manifestasilocal yang berjalan

dengan cepat. Pada anak-anak infeksi tulang seringkali timbul sebagaikomplikasi

dari infeksi pada tempat-tempat lain seperti infeksi faring (faringitis), telinga

(otitis media) dan kulit (impetigo). Bakterinya (Staphylococcus

aureus, Streptococcus, Haemophylus influenzae) berpindah melalui aliran

darah menuju metafisis tulang didekat lempeng pertumbuhan dimana darah

mengalir ke dalam sinusoid.

2.1.9 Prognosis

Proses penyembuhan patah tulang adalah proses biologis alami yang akan

terjadi pada setiap patah tulang, tidak peduli apa yang telah dikerjakan dokter

pada patahan tulang tersebut.

Waktu yang diperlukan untuk penyembuhan fraktur tulang sangat

bergantung pada lokasi fraktur dan umur pasien. Rata-rata masa penyembuhan

fraktur:

Lokasi Fraktur Masa Penyembuhan Lokasi Fraktur Masa Penyembuhan

1. Pergelangan

tangan

3-4 minggu 7. Kaki 3-4 minggu

2. Fibula 4-6 minggu 8. Metatarsal 5-6 minggu

3. Tibia 4-6 minggu 9. Metakarpal 3-4 minggu

4. Pergelangan kaki 5-8 minggu 10. Hairline 2-4 minggu

5. Tulang rusuk 4-5 minggu 11. Jari tangan 2-3 minggu

6. Jones fracture 3-5 minggu 12. Jari kaki 2-4 minggu

2.2. FRAKTUR RADIUS DAN ULNA

2.2.1 Anatomi dan Kinesiologi

Kedua tulang lengan bawah dihubungkan oleh sendi radioulnar yang

diperkuat oleh ligamentum anulare yang melingkari kapitulum radius dan di distal

11

Page 12: Case Radius Ulna

oleh sendi radioulnar yang diperkuat oleh ligamentum radioulnar, yang

mengandung fibrokartilago triangularis. Membranea interosseous memperkuat

hubungan ini sehingga radius dan ulna merupakan satu kesatuan yang kuat. Oleh

karena itu, fraktur yang mengenai satu tulang agak jarang terjadi atau bila

patahnya hanya mengenai satu tulang hampir selalu disertai dislokasi sendi

radioulnar yang dekat dengan yang patah tersebut.

Gambar 2. Tulang Radius Gambar 3. Tulang Ulna

Gambar 4. Anatomi radius dan ulna

12

Page 13: Case Radius Ulna

Selain itu, radius dan ulna dihubungkan oleh otot antartulang, yaitu

m.supinator, m.pronator teres, dan m.pronator kuadratus yang membuat gerakan

pronasi-supinasi. Ketiga otot itu bersama dengan otot lain yang berinsersi pada

radius dan ulna menyebabkan fraktur lengan bawah disertai dislokasi angulasi dan

rotasi, terutamanya pada radius.

2.2.2 Fraktur Galeazzi

Fraktur Galeazzi adalah fraktur distal radius disertai dislokasi atau

subluksasi sendi sendi radioulnar distal. Radius-ulna dihubungkan oleh jaringan

yang kuat yaitu membrane interosseous. Apabila terjadi salah satu tulang yang

patah, dan tulang yang patah tersebut dislokasi, pasti disertai dislokasi sendi yang

berdekatan.

2.2.2.1 Mekanisme Trauma

Biasanya pada anak-anak muda laki-laki, jatuh dengan tangan terbuka

menahan badan dan terjadi pula rotasi. Hal ini menyebabkan patah pada sepertiga

distal radius dan fragmen distal-proksimal mengadakan angulasi ke anterior.

Gambar 5. Fraktur Galeazzi

2.2.2.2 Gejala Klinik

Tangan bagian distal dalam posisi angulasi ke dorsal. Pada pergelangan

tangan dapat diraba tonjolan ujung distal ulna. Bila ringan, nyeri dan dan tegang

13

Page 14: Case Radius Ulna

hanya dirasakan di darah fraktur; bila berat biasanya terjadi pemendekan lengan

bawah.

2.2.2.3 Radiologi

Pada foto antebrachii AP/Lateral memperlihatkan fraktur radius distal

disertai dislokasi sendi radioulna distal.

Gambar 6. Fraktur-dislokasi Galeazzi

2.2.2.4 Penatalaksanaan

Dapat dilakukan reposisi tertutup. Bila hasilnya baik, dilakukan

imobilisasi dengan gips sirkular di atas siku, dipertahankan selama 4-6 minggu.

Bila hasilnya kurang baik, dapat dilakukan internal fiksasi pada tulang radius.

Dengan reposisi akurat dan cepat maka dislokasi sendi ulna distal juga tereposisi

dengan sendirinya. Apabila reposisi spontan tidak terjadi maka reposisi dilakukan

dengan fiksasi K-wire.

2.2.2.5 Komplikasi

Mal-union, Delayed union, Non-union.

2.2.3 Fraktur Monteggia

Fraktur Monteggia adalah fraktur sepertiga proksimal ulna yang disertai

dengan dislokasi sendi radio-ulnar proksimal. Sama seperti halnya fraktur

Galeazzi, apabila terjadi salah satu fraktur tulang radius atau ulna disertai

dislokasi pasti akan diikuti oleh dislokasi sendi yang berdekatan. Hal ini

disebabkan kedua tulang radius dan ulna dihubungkan dengan jaringan membrane

interosseous.

2.2.3.1 Klasifikasi

14

Page 15: Case Radius Ulna

Menurut Klasifikasi Bado

Tipe I : dislokasi anterior kepala radius dengan fraktur diafisis ulna dengan

angulasi anterior

Tipe II : dislokasi posterior/posterolateral kepala radius dengan fraktur diafisis

ulna dengan angulasi posterior

Tipe III : dislokasi patellar/anterolateral kepala radius dengan fraktur metafisis

ulna

Tipe IV : dislokasi anterior kepala radius dengan fraktur sepertiga proksimal

radius-ulna

Gambar 7. Klasifikasi Fraktur Moteggio

2.2.3.2 Mekanisme Trauma

Terjadi karena trauma langsung. Gaya yang terjadi mendorong ulna ke

arah hiperekstensi dan pronasi. Hal ini menyebabkan fraktur Monteggia tipe

ekstensi. Tipe ini yang paling sering terjadi. Tipe fleksi lebih jarang terjadi

dimana gaya mendorong dari depan ke arah fleksi yang menyebabkan fragmen

ulna mengadakan angulasi ke posterior

2.2.3.3 Gejala Klinik

Gambaran klinis pada umumnya menyerupai fraktur pada lengan bawah

dan apabila terdapat dislokasi ke anterior, sendi radio-ulnar proksimal akan dapat

diraba pada fossa kubitus.

2.2.3.4 Radiologi

15

Page 16: Case Radius Ulna

Pada foto antebrachii AP/Lateral jelas memperlihatkan adanya fraktur

proksimal ulna yang disertai dislokasi sendi radiohumeral.

Gambar 8. X-ray Fraktur Monteggia

2.2.3.5 Penatalaksanaan

Fraktur ulna adalah fraktur yang tidak stabil dan harus dilakukan reposisi

tertutup atau internal fiksasi (k.wire/platescrew) disertai imobilisasi segera sendi

siku. Asisten memegang lengan atas, penolong melakukan tarikan lengan bawah

ke distal, kemudian diputar ke arah supinasi penuh. Setelah itu dengan ibu jari

kepala radius dicoba ditekan ke tempat semula. Setelah berhasil, dilakukan

imobilisasi gips sirkulasi di atas siku dengan posisi siku fleksi 90 derajat. Bila

reposisi tertutup ini gagal dilakukan tindakan reposisi terbuka dengan pemasangan

internal fiksasi.

2.2.4 Fraktur Radius Ulna Sepertiga Tengah

2.2.4.1 Mekanisme Trauma

Umumnya trauma yang terjadi pada antebrachii adalah trauma langsung,

dimana radius-ulna patah satu level yaitu biasanya pada sepertinga tengah dan

biasanya garis patahnya transversal. Tetapi bisa pula terjadi trauma tak langsung

yang akan menyebabkan level garis patah pada radius dan ulna tak sama dan

bentuk garis patahnya juga dapat berupa oblik atau spiral.

2.2.4.2 Gejala Klinik

Patah radius ulna mudah dilihat, adanya deformitas di daerah yang patah,

bengkak, angulasi, rotasi (pronasi atau supinasi), pemendekan.

2.2.4.3 Radiologi

16

Page 17: Case Radius Ulna

Pada foto antebrachii AP/Lateral jelas terlihat garis patahnya, level garis

patahnya serta dislokasinya.

Gambar 9. Fraktur Radius

Ulna Sepertiga Tengah

2.2.4.4 Penatalaksanaan

Dilakukan reposisi tertutup. Prinsipnya dengan melakukan traksi kea rah

distal dan mengembalikan posisi tangan yang sudah berubah akibat rotasi. Untuk

menempatkan posisi tangan dalam arah yang benar, harus dilihat letak garis

patahnya. Kalau garis patahnya terletak sepertiga proksimal, posisi fragmen

proksimal selalu dalam posisi supinasi karena kerja otot-otot supinator. Maka

untuk mendapatkan kesegarisan yang baik, fragmen distal diletakkan dalam posisi

supinasi. Kalau letak garis patahnya di sepertiga tengah, posisi radius dalam posisi

netral akibat kerja otot-otot supinator dan otot pronator seimbang. Maka posisi

bagian distal diletakkan dalam posisi netral. Kalau letak garis patahnya sepertiga

distal, radius selalu dalam posisi pronasi karena kerja otot-otot pronator kuadratus,

posisi seluruh lengan harus dalam posisi pronasi.

Setelah ditentukan kedudukannya, baru dilakukan immobilisasi dengan

gips sirkular di atas siku. Gips dipertahankan 6 minggu. Kalau hasil reposisi

tertutup tidak baik, dilakukan tindakan operasi atau reposisi terbuka dengan

pemasangan internal fiksasi dengan plate-screw.

2.2.4.5 Komplikasi

Mal union, Delayed union, Non union

17

Page 18: Case Radius Ulna

2.2.8. Fraktur Radius Distal

Fraktur Radius distal paling sering terjadi pada cedera ortopedi, sekitar

74% dari seluruh cedera lengan bawah dan seperenam dari seluruh kasus fraktur

di bagian kegawatdaruratan; 50% mencakup sendi radiocarpal dan radioulnar.

Fraktur ini terbagi menjadi dua kategori: penderita usia muda yang mengalami

cedera berkekuatan tinggi dan penderita usia tua yang terjatuh.

Sistem Klasifikasi Frykman

Tipe I : Fraktur ekstra-artikular

Tipe II : Fraktur ekstra-artikular dengan fraktur styloid ulna

Tipe III : Keterlibatan radiokarpal artilkular

Tipe IV : Keterlibatan radiokarpal articular dengan fraktur styloid ulna

Tipe V : Keterlibatan radioulnar

Tipe VI : Keterlibatan radioulnar dengan fraktur styloid ulna

Tipe VII : Keterlibatan radioulnar dan radiokarpal

Tipe VIII : Keterlibatan radioulnar dan radiokarpal dengan fraktur styloid ulna

Gambar 10. Klasifikasi Fraktur Sepertiga Distal

Fraktur distal radius dapat dibagi dalam:

1. Fraktur Colles

2. Fraktur Smith

3. Fraktur Barton

18

Page 19: Case Radius Ulna

2.8.1 Fraktur Colles

Fraktur terjadi pada metafisis distal radius. Kebanyakan dijumpai pada

penderita-penderita wanita usia > 50 tahun, karena tulang pada wanita setelah usia

tersebut mengalami osteoporosis post menopause.

2.8.1.1 Mekanisme Trauma

Biasanya penderita jatuh terpeleset sedang tangan berusaha menahan

badan dalam posisi terbuka dan pronasi atau jatuh bertumpu pada telapak tangan

dengan tangan dalam posisi dorsofleksi. Gaya akan diteruskan ke daerah metafisis

distal radius yang akan menyebabkan fraktur radius sepertiga distal dimana garis

patahnya berjarak 2 cm dari permukaan persendian pergelangan tangan.

Fragmen bagian distal radius terjadi dislokasi ke arah dorsal, radial dan

supinasi. Gerakan ke arah radial sering menyebabkan fraktur avulsi dari processus

styloid ulna, sedangkan dislokasi bagian distal ke dorsal dan gerakan ke arah

distal menyebabkan subluksasi sendi radio ulna distal.

2.8.1.2 Gejala Klinik

Pada inspeksi bentuk khas yang dapat dilihat seperti sendok makan (dinner

fork deformity). Gambaran ini terjadi karena adanya angulasi dan pergeseran ke

dorsal, deviasi radial, supinasi dan impaksi ke arah proksimal. Gejala-gejala yang

lain seperti lazimnya gejala patah tulang, ada pembengkakan, nyeri gerak, nyeri

tekan, deformitas.

19

Page 20: Case Radius Ulna

Gambar 11. Dinner Fork Deformity

2.8.1.3 Radiologi

Pada foto antebrachii tampak fraktur distal radius dengan jarak 1 inci dari

sendi pergelangan tangan, angulasi dorsal pada fragmen distal, pergeseran ke

dorsal pada fragmen distal, dan terdapat dengan fraktur prosesus styloideus ulna.

Pada gambaran radiologis juga dapat diklasifikasikan stabil dan tidak stabil. Stabil

bila terjadi satu garis; tidak stabil bila patahnya komunitif.

Gambar 12. X-ray Fraktur Colles

2.8.1.4 Penatalaksanaan

Jika tidak dirawat, fraktur ini akan menyatu dengan angulasi ke belakang

(backward angulation), kehilangan fungsi supinasi, kelemahan genggaman, dan

kehilangan fungsi deviasi ulna. Fungsional lengan bawah masih baik.

Pada fraktur displaced, fraktur ini harus dimanipulasi ke posisi yang baik

dengan menarik tangan ke arah distal, memfleksikan sendi pergelangan tangan,

dan menarik tangan ke arah deviasi ulnar. Setelah direduksi, gips diletakkan dari

siku hingga ke sendi metacarpophalangeal, tepat dimana terdapat garis kulit

proksimal pada telapak tangan. Jari-jari dan jari jempol harus dibiarkan bebas

bergerak. Pasien disuruh kembali lagi antara 7 hingga 10 hari kemudian dan

dilakukan radiografi untuk memeriksa posisi. Jika posisi fragmen beranjak,

20

Page 21: Case Radius Ulna

manipulasi lanjutan harus dilakukan. Fisioterapi turut harus dimulai sekiranya

pasien masih tidak menggunakan tangan dan bahunya. Gips dikekalkan selama 4

minggu dimana dalam tempoh tersebut harus ada pergerakan penuh dari jari-jari,

jempol, siku, dan bahu.

Pada fraktur impacted yang berada dalam posisi baik, kadang-kadang

impact terjadi dalam posisi yang dapat diterima dengan sedikit angulasi ke

belakang. Fraktur seperti ini tidak memerlukan manipulasi lanjutan namun adalah

lebih baik untuk dipasangkan gips selama 2 minggu untuk mengelakkan

pergeseranyang tidak disengajakan.

2.8.1.5 Komplikasi

Sering dapat berupa kekakuan jari-jari tangan, kekakuan sendi bahu, mal

union subluksasio sendi radio-ulnar distal. Jarang terjadi atrofi Suddeck, rupture

tendon ekstensor polisis longus, sindrom karpal tunnel. Pada atrofi Suddeck,

tangan menjadi kaku, biru, dan dingin akibat reflex sympathetic dystrophy yang

disebabkan oleh gangguan sensoris dan otonom pada tulang dan pembuluh darah.

Hal ini sering terjadi pada pasien yang tidak menggerakkan jari-jarinya dan bisa

juga turut terjadi pada bahu setelah terjadi fraktur pada lengan bawah.

Kerusakan pada nervus medianus bisa terjadi akibat fraktur Colles dan

bisa menyebakan kompresi pada saraf tersebut. Simptom ini akan menghilang

setelah frakturnya menyatu namun dekompresi harus dilakukan untuk mengurangi

simptom. Ruptur tendon longus pollicis ekstensor bisa terjadi akibat pergerakan

dari pinggir tajam dari tulang yang patah di daerah dorsal pergelangan tangan.

Pasien akan mengeluhkan jempolnya tidak bisa diangkat.

2.8.2 Fraktur Smith

Lebih jarang terjadi dibandingkan fraktur colles. Kadang-kadang

diistilahkan sebagai reverse colles fracture walaupun tidak tepat. Banyak

dijumpai pada penderita laki-laki muda.

21

Page 22: Case Radius Ulna

Gambar 13. X-ray Fraktur Smith

2.8.2.1 Mekanisme Trauma

Penderita jatuh, tangan menahan badan, sedang posisi tangan dalam volar

fleksi pada pergelangan tangan, pronasi. Garis patah biasanya transversal, kadang-

kadang intraartikular.

2.8.2.2 Penatalaksanaan

Dilakukan reposisi dalam anestesi lokal atau anestesi umum. Posisi tangan

diletakkan dalam posisi dorsofleksi – supinasi (kebalikan dari posisi colles).

Diimobilisasi dalam gips sirkular di bawah siku selama 4-6 minggu. Jika tidak

berhasil, dapat difiksasi dengan plate.

22

Page 23: Case Radius Ulna

BAB 3LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS

Nama : Tn. AR

Usia : 16 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Status : Pelajar

Alamat : Padangpanjang

No. RM : 427264

II. ANAMNESIS

a. Keluhan Utama:

Lengan bawah kiri nyeri dan tidak bisa digerakkan.

b. Riwayat Penyakit Sekarang :

Lengan bawah kiri nyeri dan tidak bisa digerakkan setelah pasien jatuh

dari motor. Pasien kehilangan keseimbangan saat mengendarai motor 4

jam sebelum masuk rumah sakit, terjatuh dengan tangan kiri menumpu

badan dan beban motor.

b. Riwayat penyakit dahulu

Pasien tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya.

c. Riwayat penyakit keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang memiliki sakit sama dengan pasien

sekarang.

III. PEMERIKSAAN FISIK

Kesadaran : GCS (E4V5M6 = 15) Compos Mentis, sedang, gizi sedang.

Vital sign :

23

Page 24: Case Radius Ulna

- TD : 110/70

- T : 36.7oC

- RR : 18x/menit

- Nadi : 80x/menit

a. KEPALA DAN LEHER

- Kepala : tidak ada kelainan

- Rambut : beruban tidak mudah dicabut

- Mata : conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

- Telinga : tidak ada kelainan

- Hidung : tidak ada kelainan

- Mulut : tidak ada kelainan

- Leher : tidak ada pembesaran kelenjar limfe

b. THORAX

- Jantung : dalam batas normal

- Paru : dalam batas normal

c. ABDOMEN

- Inspeksi : datar, tak tampak massa dan sikatriks

- Auskultasi : Bising usus (+) normal

- Perkusi : Timpani Seluruh lapang abdomen, Nyeri ketuk (-)

- Palpasi : Dinding abdomen supel, defans muscular (-),

organomegali (-), nyeri tekan (-), nyeri lepas (-)

d. EKSTREMITAS

Akral hangat, tidak sianosis, tampak deformitas pada lengan bawah kiri.

e. STATUS LOKALIS (Left Forearm)

- Look : Bengkak (+), deformitas (+)

- Feel : nyeri tekan (+), distal neurovascular (+) normal

- Motion : ROM (-)

24

Page 25: Case Radius Ulna

IV. DIAGNOSIS KERJA

Susp. Closed fracture left radius distal

Susp. Closed fracture left ulna distal

V. PEMERIKSAAN LAB

Hb : 13,8 gr%

Leukosit : 8.440/mm3

Trombosit : 221.000/mm3

Hematokrit : 38,1%

PT : 10,2 detik

APTT : 35,1 detik

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Foto rongten AP-Lat

VII. DIAGNOSIS

25

Page 26: Case Radius Ulna

Closed fracture left radius distal 2nd

Closed fracture left ulna distal 2nd

VIII. TERAPI

- IVFD RL 20 gtt/i- Ranitidine inj 2x1- Posterior splint- Pro-ORIF Radius + ORIF Ulna

IX. PROGNOSIS

Quo ad vitam : dubia ad bonamQuo ad functionam : dubia ad bonamQuo ad sanam : dubia ad bonam

X. Follow Up Post-ORIF (Selasa, 1 Desember 2015)S/ Nyeri (+)

Demam (-)O/ TD ND NF T

110/80mmHg 84x/I 18x/i 36,8 CNeurovaskular distal (+) normal

A/ Post ORIF Radius-Ulna SinistraP/ Rontgen ulang

26

Page 27: Case Radius Ulna

Foto ulang post-ORIF, Plate and screw terpasang baik.

BAB 4PENUTUP

4.1 Diskusi

Telah dirawat seorang pasien laki-laki usia 16 tahun dengan diagnosis

Closed fracture left radius and ulna distal 2nd. Pasien datang dengan keluhan

lengan bawah kiri nyeri dan tidak bisa digerakkan setelah jatuh dari motor dengan

posisi telapak tangan kiri menumpu tubuh dan beban motor. Dari pemeriksaan

fisik lokalis tampak bengkak dan deformitas pada lengan bawah kiri dengan nyeri

tekan (+), distal neurovascular (+) normal, dan ROM (-).

Pada pasien dilakukan pemeriksaan penunjang berupa rontgen AP-Lat

antebrachii dan didapatkan Closed fracture left radius and ulna distal 2nd.

Direncanakan pemasangan ORIF pada Ulna dan Radius. Setelah pemasangan,

tampak screw and plate terpasang baik.

4.2 Kesimpulan

27

Page 28: Case Radius Ulna

Fraktur yang sering terjadi pada orang dewasa biasanya melibatkan tulang

panjang. Salah satu contohnya adalah kasus fraktur lengan bawah. Fraktur lengan

bawah yang paling sering adalah fraktur pada radius distal seperti fraktur Colles

dan Smith. Pemeriksaan radiografi X-ray (minimal dua tampilan foto X-ray yaitu

AP dan Lateral) sangat membantu dan berperan penting dalam menegakkan

diagnosis. Penatalaksanaan yang cepat dengan reposisi tertutup sebisa mungkin

dilakukan untuk mencegah komplikasi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Carter Michel A., Fraktur dan Dislokasi dalam: Price Sylvia A, Wilson

Lorraine McCarty. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.

Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2006. Hal 1365-1371.

2. Goh Lesley A., Peh Wilfred C. G., Fraktur-klasifikasi, penyatuan, dan

komplikasi dalam : Corr Peter. Mengenali Pola Foto-Foto Diagnostik.

Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2011. Hal 112-121.

3. Patel Pradip R., Trauma Skeletal dalam: Patel Pradip R. Lecture Notes

Radiologi. Edisi kedua. Penerbit Buku Erlangga. Jakarta. 2005. Hal 221-

230.

4. Ekayuda Iwan, Trauma Skelet (Rudapaksa Skelet) dalam: Rasad Sjahriar,

Radiologi Diagnostik. Edisi kedua, cetakan ke-6. Penerbit Buku Balai

Penerbitan FKUI. Jakarta. 2009. Hal 31-43.

5. Rasjad Chairuddin, Struktur dan Fungsi Tulang dalam: Rasjad Chairuddin.

Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Cetakan keenam. Penerbit PT. Yarsif

Watampone. Jakarta. 2009. Hal 6-11.

28

Page 29: Case Radius Ulna

6. Buranda Theopilus et. al., Osteologi dalam : Diktat Anatomi Biomedik I.

Penerbit Bagian Anatomi FK Unhas. Makassar. 2011. Hal 4-7.

7. Puts R and Pabst R.. Ekstremitas Atas dalam: Atlas Anatomi Manusia

Sobotta. Edisi 22. Penerbit Buku Kedokteran EGC Jilid 1. Jakarta. 2006.

Hal 158, 166, 167, dan 169.

8. Carter Michel A., Anatomi dan Fisiologi Tulang dan Sendi dalam: Price

Sylvia A, Wilson Lorraine McCarty. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-

Proses Penyakit. Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2006.

Hal 1357-1359.

9. Patel Pradip R., Sistem Skeletal dalam: Patel Pradip R. Lecture Notes

Radiologi. Edisi kedua. Penerbit Buku Erlangga. Jakarta. 2005. Hal 191-

194.

10. Begg James D., The Upper Limb in : Accident and Emergency X-Rays

Made Easy. Publisher Churchill Livingstone. UK. 2005. Page 162-167.

11. Eiff et. al., Radius and Ulna Fractures in : Fracture Management For

Primary Care. Second Edition. Publisher Saunders. UK. 2004. Page 116-

119.

12. Kune Wong Siew, Peh Wilfred C. G., Trauma Ekstremitas dalam : Corr

Peter. Mengenali Pola Foto-Foto Diagnostik. Penerbit Buku Kedokteran

EGC. Jakarta. 2011. Hal 97-107.

13. Helmes Erakinc. J and Misra Rakesh.R. in: A-Z Emergency Radiology.

from GMM. Cambridge. Page 94-101.

14. Sjamsuhidayat R., dan de Jong Wim. Patah Tuland dan Dislokasi dalam:

Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Jakarta. 2005. Hal 840-854.

15. Bone Healing, Komlpikasi dan Prognosis Fraktur. Diunduh dari:

http://www.wrongdiagnosis.com/f/fracture/prognosis.htm

16. Soetikno, R. Cedera Epifisis dalam : Radiologi Emergensi. Cetakan

Pertama. Penerbit Refika Aditama. Bandung. 2011. Hal 170-202.

17. Rasjad, C. Trauma Pada Tulang dalam : Pengantar Ilmu Bedah

Ortopedi. Edisi Ketiga. Penerbit Yarsif Watampone. Jakarta. 2007. Hal

374-377.

29

Page 30: Case Radius Ulna

18. Fracture assesment and surgical strategy – illustrative case. Diunduh

dari : https://www.aofoundation.org/wps/portal/Distal radius - Reduction

& Fixation - Bridge plating - AO Surgery Reference.htm

19. Patel Pradip R., Trauma Skeletal dalam: Patel Pradip R. Lecture Notes

Radiologi. Edisi kedua. Penerbit Buku Erlangga. Jakarta. 2005. Hal 218-

219.

30