Case Besar Dr Djoko
-
Upload
yani-pukari-sweet -
Category
Documents
-
view
37 -
download
1
Transcript of Case Besar Dr Djoko
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)
Jl. Terusan Arjuna No.6 Kebon Jeruk – Jakarta Barat
KEPANITERAAN KLINIK
CASE BESAR ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
RS MARDI RAHAYU, KUDUS, JAWA TENGAH
Nama : Yani Puji Mustika Sari
Nim : 11-2011-082
Tandatangan
............................................
Dr Pembimbing : Dr Djoko Heru. Sp.M .............................................
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. AD
Umur : 12 tahun
Alamat : Jati Kulon, Kudus
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Tanggal pemeriksaan : 16 November 2012
Pemeriksa : Yani
Moderator : Dr Djoko Heru. Sp.M
1
II. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF
Auto anamnesis tanggal : 16 November 2012, jam 14.00
Keluhan utama
Mata kanan melihat buram
Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke poli mata RS. Mardi Rahayu dengan keluhan mata kanan
melihat buram. Sebelumnya tanggal 5 Oktober pasien masih bisa melihat dengan
baik. Namun sudah ada titik putih kecil di mata sebelah kanan pasien. Titik putih
tersebut makin hari makin bertambah besar. 2 minggu kemudian, pasien dibawa
ibunya ke poli mata dengan keluhan pandangan mulai seperti ada kabut. Mata
dirasakan tidak sakit dan tidak merah. Pasien terdiagnosis katarak dan pernah
dilakukan pemeriksaan USG mata dengan hasil yang didapatkan katarak dan saraf
yang terputus.
Riwayat Penyakit Dahulu
Ibu pasien menyangkal pasien memiliki asma, dan alergi. Pasien
menggunakan kacamata dengan ukuran mata kiri S-3,50 dan mata kanan S-3,50.
Imunisasi lengkap dan pada saat kehamilan ibu pasien tidak pernah mempunyai
penyakit yang serius (yang sampai dirawat di rumah sakit).
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang memiliki penyakit yang sama dengan pasien.
Dikeluarga juga tidak ada yang memiliki diabetes melitus dan hipertensi.
2
III. PEMERIKSAAN FISIK
Status Ganeralis
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Tanda Vital
Tekanan darah : tidak dilakukan pemeriksaan
Nadi : 72x/menit
Respiration rate : 20x/menit
Suhu : 36,0°C
Kepala : Normocepali, rambut hitam, distribusi merata
Telinga : Normotia, serumen (-), secret (-)
Hidung : Deviasi septum (-), secret (-)
Tenggorokkan : Tonsil T1/T1, faring hiperemis (-)
Thoraks,
Jantung : BJ I-II regular, murni, gallop (-), murmur (-)
Paru : SN vesikuler, wheezing (-), ronki (-)
Abdomen : Nyeri tekan (-), bising usus (+) 6x/menit, supel.
Ekstremitas : Akral hangat, udem -/-.
STATUS OPHTHALMOLOGIS
OD PEMERIKSAAN OS
1/~ Visus (tanpa kacamata) 20/200
Tidak dikoreksi Koreksi PH 20/80
Gerak bola mata normal.
Enopthalmus (-) Bulbus Oculi
Gerak bola mata normal.
Enopthalmus (-)
3
OD OS
Exopthalmus (-)
Strabismus (-)
Exopthalmus (-)
Strabismus (-)
Nyeri tekan (-)
Edema (-)
Hiperemsi (-)
Blefarospasme (-)
Lagopthalmus (-)
Ektropin (-)
Entropion (-)
Palpebra
Nyeri tekan (-)
Edema (-)
Hiperemsi (-)
Blefarospasme (-)
Lagopthalmus (-)
Ektropin (-)
Entropion (-)
Edem (-)
Injeksi konjungtiva (-)
Injeksi siliar (-)
Kemosis (-)
Sekret serous (-)
Conjuctiva
Edem (-)
Injeksi konjungtiva (-)
Injeksi siliar (-)
Kemosis (-)
Sekret serous (-)
Normal, warna putih Sclera Normal, warna putih
Bulat, jernih
Edem (-)
Infiltrat (-)
Sikatrik (-)
Kornea
Bulat, jernih
Edem (-)
Infiltrat (-)
Sikatrik (-)
Jernih
Kedalaman cukup
Hipopion (-)
Hifema (-)
Camera Oculi Anterior
Jernih
Kedalaman cukup
Hipopion (-)
Hifema (-)
Kripta (-)
Warna coklat
Edema (-)
Sinekia (-)
Atrofi (-)
Iris
Kripta (-)
Warna coklat
Edema (-)
Sinekia (-)
Atrofi (-)
Reguler
Letak sentral, tampak
jernih
Diameter 5 mm
Refleks pupil L/TL : (-/-)
Pupil
Reguler
Letak sentral, tampak
jernih
Diameter 3 mm
Refleks pupil L/TL :
4
(+/+)
Keruh seluruhnya,
shadow test (-)
Lensa Jernih, shadow test (-)
Negatif Fundus Refleks Positif, cermelang
Tidak dapat dinilai Vitreus Jernih
Tidak dapat dinilai Retina C/D ratio 0,5. Eksudasi -
, arteri : vena = 2:3,
perdarahan - ,
neovaskularisasi - ,
eksudasi -
Digital Normal Tekanan Intra Okuler Digital Normal
Epifora (-), lakrimasi (-) Sistem Lakrimasi Epifora (-), lakrimasi (-)
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak ada
V. RESUME
Subjektif
Pasien anak dengan usia 12 tahun datang ke poli mata RS. Mardi Rahayu
dengan keluhan mata kanan melihat buram. Sebelumnya tanggal 5 Oktober pasien
masih bisa melihat dengan baik. Namun sudah ada titik putih kecil di mata sebelah
kanan pasien. Titik putih tersebut makin hari makin bertambah besar. 2 minggu
kemudian, pasien dibawa ibunya ke poli mata dengan keluhan pandangan mulai
seperti ada kabut. Mata dirasakan tidak sakit dan tidak merah. Pasien terdiagnosis
katarak dan pernah dilakukan pemeriksaan USG mata dengan hasil yang
didapatkan katarak dan saraf yang terputus. Ibu pasien menyangkal pasien
memiliki asma, dan alergi. Pasien menggunakan kacamata dengan ukuran mata
kiri S-3,50 dan mata kanan S-3,50. Tidak ada keluarga yang memiliki penyakit
yang sama dengan pasien. Dikeluarga juga tidak ada yang memiliki diabetes
melitus dan hipertensi.
5
Objektif
OD
- Visus: 1/~
- Palpebra, konjungtiva,kornea, dan iris dalam batas normal
- Pupil : diameter 5 mm, refleks pupil L/TL : (-/-)
- Lensa : keruh seluruhnya
- Refleks fundus : negatif
- Cairan vitreus dan retina tidak dapat dinilai
- Tekanan intra okuler digital normal
OS
- Visus: 20/200 PH 20/80
- Pupil, lensa, vitreus, fundus reflex dan retina dalam batas normal
VI. DIAGNOSIS BANDING
1. OD Katarak juvenil dengan ablasio retina
2. OD Katarak komplikata
3. OD Katarak kongenital
4. OS miopia
5. OS hipermiopia
6. OS astigmat
VII. DIAGNOSIS KERJA
OD katarak juvenil dengan ablasio retina dan OS miopia
Dasar Diagnosis:
- Anamnesis:
Didapatkan mata kanan melihat buram. Sebelumnya tanggal 5 Oktober pasien
masih bisa melihat dengan baik. Namun sudah ada titik putih kecil di mata
sebelah kanan pasien. Titik putih tersebut makin hari makin bertambah besar.
2 minggu kemudian, pasien dibawa ibunya ke poli mata dengan keluhan
pandangan mulai seperti ada kabut. Mata dirasakan tidak sakit dan tidak
merah. Pasien terdiagnosis katarak dan pernah dilakukan pemeriksaan USG
6
mata dengan hasil yang didapatkan katarak dan saraf yang terputus. Ibu pasien
menyangkal pasien memiliki asma, dan alergi. Pasien menggunakan kacamata
dengan ukuran mata kiri S-3,50 dan mata kanan S-3,50. Tidak ada keluarga
yang memiliki penyakit yang sama dengan pasien. Dikeluarga juga tidak ada
yang memiliki diabetes melitus dan hipertensi.
- Pemeriksaan status ganeralis:
o -
- Pemeriksaan status ophtalmikus
OD
Visus: 1/~
Palpebra, konjungtiva,kornea, dan iris dalam batas normal
Pupil : diameter 5 mm, refleks pupil L/TL : (-/-)
Lensa : keruh seluruhnya
Refleks fundus : negatif
Cairan vitreus dan retina tidak dapat dinilai
Tekanan intra okuler digital normal
OS
Visus: 20/200 PH 20/80
Pupil, lensa, vitreus, fundus reflex dan retina dalam batas normal
VIII. PENATALAKSANAAN
Non-medika Mentosa
- Gunakan kacamata dengan sferis negatif terkecil agar memberikan istirahat
mata dengan baik sesudah dikoreksi
Medika Mentosa
- Timolol 0,5% 2x1 tetes
7
IX. PROGNOSIS
OD OS
Ad Functionam Dubia ad malam Dubia Ad bonam
Ad Sanationam Dubia ad malam Ad bonam
Ad Cosmetikum Dubia ad bonam Ad bonam
Ad Vitam Dubia ad bonam Ad bonam
X. USUL
- Gonioskopi (melihat sudut bilik mata)
- Tonometri (melihat tekanan intra okuler)
XI. SARAN
- Menggunakan obat yang benar dan teratur
8
TINJAUAN PUSTAKA
I. Katarak juvenile
Katarak berasal dari bahasa Yunani,yaitu Katarrhakies,Inggris Cataract dan Latin
Cataracta yang artinya air terjun.Sedanglan dalam bahasa Indonesia disebut pula
bular,berupa penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh.Katarak
adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penahanan cairan ) lensa, denatuasi protein lensa atau akibat kedua-duanya. 1
Kekeruhan lensa ini biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif atau tidak
mengalami perubahan dalam jangka waktu yang lama.
Katarak adalah penyakit yang terdapat pada usia lanjut,menurut penelitian-penelitian
potongan melintang mengidentifikasi adanya katarak pada sekitar 10% warga Amerika
Serikat dan angka ini meningkat sampai sekitar 50% pada mereka usia antara 65 tahun
dan 74 tahun sehingga sampai sekitar 70% untuk mereka yang berusia lebih dari 75
tahun 2, akan tetapi juga akibat kelainan kongenital atau penyakit mata lokal
menahun,antara lain glaukoma, ablasi, uveitis, dan retinitis pigmentosa. Katarak dapat
juga berhubungan pada proses penyakit intraokuler lainnya.
Katarak dapat juga disebabkan oleh hal lain,seperti bahan toksik khusus (kimia dan
fisika).Sedang yang lainnya berupa keracunan obat dapat menimbulkan
katarak,misalnya:
1. Eserin ( 0,25% - 0,5 % )
2. Kortikosteroid
3. Ergot
4. Antikolinestrerase Topikal
Pada kelainan sistemik atau metabolik yang dapat menyebabkan katarak, antara lain :
Diabetes Mellitus
Galaktosemia
Distrofi Miotonik
Katarak dapat juga ditemukan dalam keadaan tanpa adanya kelainan mata atau sistemik
( katarak senil, juvenile, herediter ) atau kelainan kongenital mata .Misalnya yang
disebabkan berbagai faktor ,antara lain :
1. Fisik
9
2. Kimia
3. Penyakit Predisposisi
4. Genetik dan gangguan perkembangan
5. Infeksi Virus dimasa pertumbuhan janin
6. Usia
Keluhan pada pasien katarak biasanya terjadi penglihatan yang berasap dan tajam
penglihatan yang menurun secara progresif dan kekeruhan lensa ini mengakibatkan
lensa menjadi tidak transparan, sehingga pupil akan bewarna putih atau abu-abu.
Pada mata akan tampak kekeruhan lensa dalam bermacam-macam bentuk berdasarkan
tingkat,kekeruhan ini dapat juga ditemukan pada berbagai lokalisasi dilensa, seperti
korteks dan nukleus.
Ciri-ciri lensa katarak berupa; edema lensa ,perubahan protein ,peningkatan proliferasi
dan kerusakan kontinuitas normal serat-serat lensa. Secara umum ,edema lensa bervariasi
sesuai stadium perkembangan katarak. Katarak immatur (insipien) hanya sedikit opaq
sedang katarak matur yang keruh total ( tahap menengah lanjut ) mengalami sedikit
edema. Bila kandungan air maksimum dan kapsul lensa teregang, katarak ini dinamai
intumesensi (membengkak ).Pada katarak hipermatur (sangat lanjut ) air telah keluar
dari lensa dan meninggalkan benda yang sangat keruh, relatif mengalami dehidrasi
dengan kapsul berkeriput.
KLASIFIKASI KATARAK
Katarak dapat dilsifikasikan dalam penggolongan berikut :
Katarak perkembangan ( developmental) dan degeneratif
Katarak kongenital , juvenile , dan senil
Katarak komplikata
Katarak traumatik
Dalam sumber lain ada yang membagi berdasar keadaan patologik lensa menjadi 4 :
1. Katarak developmental ,misalnya kongenital atau juvenile
2. Katarak degeneratif, misalnya senil
3. Katarak komplikata
4. Katarak trauma
5. Katarak dislokasi subluksasi ( kongenital dan trauma ), luksasi
(kongenital atau trauma ) anterior , posterior .
10
Sedangkan pembagian lain berdasarkan usia, antara lain 1 :
- Katarak kongenital yang terlihat pada usia dibawah 1 tahun
- Katarak juvenile , katarak yang terlihat pada usia diatas 1 tahun dan dibawah 40
tahun.
- Katarak presenil, yaitu katarak sesudah usia 30 - 40 tahun.
- Katarak senil, yaitu katarak yang mulai terjadi pada usia lebih dari 40 tahun.
Berdasarkan penyebab terjadinya kekeruhan lensa, dapat dibagi menjadi :
Primer, berdasarkan gangguan perkembangan dan metabolisme dasar lensa
Sekunder akibat tindakan pembedahan lensa
Komplikasi penyakit lokal ataupun umum
KATARAK JUVENILE 2,3
Katarak juvenile merupakan katarak yang terjadi pada anak-anak sesudah lahir yaitu
kekeruhan lensa yang terjadi pada saat masih terjadi perkembangan serat-serat lensa
sehingga biasanya konsistensinya lembek seperti bubur dan disebut sebagai soft
cataract.Biasanya katarak juvenile merupakan bagian dari suatu gejala penyakit
keturunan lain.
Pembedahan dilakukan bila kataraknya diperkirakan akan menimbulkan ambliopia.
Tindakan untuk memperbaiki tajam penglihatan ialah pembedahan.Pembedahan
dilakukan bila tajam penglihatan sudah mengganggu pekerjaan sehari-hari.Hasil
tindakan pembedahan sangat tergantung pada umur penderita, bentuk katarak apakah
yang mengenai seluruh lensa atau sebagian lensa apakah disertai kelainan lain pada saat
timbulnya katarak, makin lama lensa menutupi media penglihatan menambah
kemungkinan ambliopia.2
Katarak juvenile yang terlihat setelah usia 1 tahun dapat terjadi karena :3
Lanjutan Katarak kongenital yang makin nyata.
Penyulit penyakit lain , katarak komplikata yang dapat terjadi akibat : penyakit lokal
pada satu mata, seperti akibat uveitis anterior , glaukoma, ablasi retina, miopia tinggi,
ptosis bulbi yang mengenai satu mata .
Penyakit sistemik, seperti diabetes, hipoparatiroid dan miotonia distrofi yang
mengenai kedua mata akibat trauma tumpul atau tajam.
11
Biasanya katarak juvenile ini merupakan katarak yang dapat dan banyak dipengaruhi
oleh beberapa faktor.
Tindakan bedah pada katarak juvenile dilakukan pada :
1. Monokular katarak, yaitu bila memerlukan pekerjaan dengan binokular, katarak telah
total dan kosmetik sangat meganggu.
2. Binokular katarak, yaitu bila mengganggu pekerjaan sehari-hari.
Tindakan bedah yang dilakukan adalah ekstraksi linier atau ekstraksi lensa ekstra
kapsular ( EKEK ) dengan menanam lensa intraokular.
II. Ablasio retina
Definisi
Ablasi retina adalah lepasnya retina dari tempatnya dimana lapisan sel kerucut dan sel
batang retina terpisah dari sel epitel pigmen retina. Pada keadaan ini sel epitel pigmen
retina masih melekat erat pada membran Bruch. Lepasnya retina atau sel kerucut dan
batang retina dari koroid atau sel pigmen epitel akan mengakibatkan ganggguan nutrisi
retina dari pembuluh darah koroid yang bila berlangsung lama akan mengakibatkan
gangguan fungsi yang menetap.
Gambar : Lapisan Retina
12
Epidemiologi
Ablasi retina merupakan masalah mata yang serius dan dapat terjadi pada berbagai
usia. Ablasi retina yang terjadi pada kedua mata sebanyak 12 – 30%. Angka kejadian
terjadinya ablasi retina ialah 8,9 per 100.000 penduduk di Amerika Serikat (AS).
Data yang ada di poliklinik RSCM sub bagian vitreoretina, ablasi retina berada di
urutan pertama dari sepuluh kelainan dan penyakit vitreoretina pada tahun 1998.
Klasifikasi
1. Ablasi retina regmatogenosa (rhegmatogenous retinal detachment):
Ablasi retina akibat terdapatnya robekan atau lubang pada retina sehingga terjadi
aliran vitreous humor (cairan mata) dari badan kaca ke belakang menuju rongga antara
sel pigmen epitel dengan retina.
Terjadi pendorongan retina oleh vitreous humor (cairan mata) yang masuk melalui
robekan atau lubang retina tersebut ke rongga sub retina sehingga mengapungkan retina
dan menyebabkan retina terlepas dari lapis epitel pigmen koroid. Ablasi retina
regmatogenosa merupakan yang tipe ablasi yang paling umum terjadi. Ablasi umumnya
terjadi pada mata yang mempunyai faktor resiko untuk terjadi ablasi retina. Trauma
hanya merupakan faktor pencetus untuk terjadinya ablasi retina pada mata yang berbakat.
Gambar : Ablasi retina regmatogenosa
2. Ablasi retina eksudatif :
Ablasi retina akibat adanya kebocoran pada pembuluh darah retina dan koroid
(ekstravasasi) sehingga terjadi penimbunan eksudat sub retina yang mengangkat retina.
Hal ini dapat disebabkan oleh penyakit koroid dan keganasan seperti skleritis (radang di
sklera), koroiditis (radang di koroid), tumor di belakang bola mata, radang uvea , atau
tidak diketahui penyebabnya. Cairan di bawah retina tidak dipengaruhi oleh posisi
kepala. Permukaan retina yang terangkat lebih licin. Ablasi ini dapat hilang atau menetap
bertahun-tahun setelah penyebabnya berkurang atau menghilang.
13
3. Ablasi retina tarikan atau traksi :
Ablasi retina akibat penarikan retina umumnya oleh jaringan jaringan ikat pembuluh
darah yang terbentuk di dalam badan kaca. Neuropati diabetik proliferatif merupakan
penyebab ablasi tipe ini yang paling sering. Selain itu trauma dan perdarahan pada badan
kaca akibat bedah atau infeksi juga dapat menjadi faktor penyebab.
Gejala
Gejala pertama berupa penderita melihat kilatan-kilatan bintik hitam
mengapung dan cahaya (fotopsia) beberapa hari sampai dengan beberapa minggu
sebelumnya
Pada beberapa penderita lepasnya retina mungkin terjadi tanpa didahului
oleh terlihatnya bintik-bintik atau pun cahaya yang nyata
Keluhan seperti ada tirai yang menutupi sebagian lapang mata
Perkembangan lepasnya retina yang lebih lanjut akan mengaburkan
penglihatan sentral dan menimbulkan kemunduran penglihatan
Pemeriksaan Oftalmologi
Retina yang lepas tak dapat dilihat dari luar mata. Karena itu bila ada keluhan seperti
di atas harus segera memeriksakan diri ke dokter spesialis mata. Dokter akan
memeriksa bagian dalam mata dengan alat yang bernama oftalmoskop
Retina berwarna abu-abu dengan lipatan-lipatan berwarna putih, berubah bentuknya
bila kepala digerakkan
Koroid normal tidak tampak
Dapat tampak daerah makula terlepas
Penatalaksanaan
Hanya dokter spesialis mata yang berwenang mengobati ablasi retina. Pasien
dengan keluhan-keluhan seperti di atas dan mereka yang menderita miopia (rabun jauh)
dengan kaca mata minus tinggi serta mereka yang anggota keluarganya pernah
mengalami ablasi retina, sebaiknya memeriksakan matanya secara berkala.
Bila retina robek tetapi belum lepas, maka lepasnya retina itu dapat dicegah dengan
tindakan segera, yaitu dengan tindakan sinar laser. Biasanya menggunakan laser yang
dapat menciptakan lingkungan yang terbakar pada robekan retina sehingga terbentuk
bekas luka dan melekatnya retina yang robek dengan jaringan yang ada dibawahnya. Hal
14
ini dapat mencegah cairan (vitreous humor) masuk melalui robekan dan tidak terjadi
ablasi retina.
Pada kasus yang jarang, laser tidak dapat digunakan maka kriopeksi dapat
digunakan untuk mengatasi robekan retina. Kriopeksi yaitu tindakan pemberian suhu
dingin dengan jarum es akan membentuk jaringan parut yang melekatkan retina pada
jaringan di bawahnya. Teknik ini digunakan bersamaan dengan penyuntikan gelembung
udara dan kepala dipertahankan pada posisi tertentu untuk mencegah penimbunan
kembali cairan di belakang retina. Sekali terjadi ablasi retina hampir selalu menunjukkan
terlambatnya menggunakan laser atau kriopeksi. Melalui pemeriksaan oftalmoskopi
dapat ditemukan robekan retina dan risiko lain untuk terjadinya ablasi retina. Apabila
robekan tidak ditemukan, dilakukan pemeriksaan ulang dalam 1 – 2 minggu atau
sesegera mungkin jika adanya gejala ablasi.
Bila retina telah lepas, maka diperlukan tindakan bedah untuk menempelkan
kembali retina tersebut. Ablasi retina dapat diperbaiki lebih dari 90% dengan
menggunakan prosedur tunggal. Pada lebih dari 90% ablasi retina, retina dapat
ditempelkan kembali dengan teknik-teknik bedah mata modern dan kadang-kadang
diperlukan lebih dari satu kali operasi.
Ada 3 prosedur operasi dalam memperbaiki ablasi retina yakni skleral buckling,
vitrektomil, dan pneumaticretinopeksi.
1. Skleral Buckling (SB)
Tindakan operasi jenis ini sudah dilakukan sejak 30 tahun yang lalu. Operasi jenis ini
sampai sekarang masih merupakan pilihan untuk ablasi tipe regmatogenosa, terutama
jika tidak ada komplikasi. Prosedurnya meliputi : menentukan lokasi robekan retina,
menatalaksana robekan retina dengan kriopeksi dan menahan robekan retina dengan
“skleral buckle”. Buckle biasanya berupa silicon berbentuk spons atau padat. Tipe dan
bentuk buckletergantung dari lokasi dan jumlah robekan retina. Buckle diikatkan di
sklera untuk diposisikan sedemikian rupa sampai dapat mendorong robekan retina
sehingga dapat menutup robekan. Jika robekan telah tertutup, maka cairan dalam retina
akan menghilang secara spontan dalam jangka waktu 1 – 2 hari. Terkadang dapat juga
dilakukan penyedotan cairan sub retina saat operasi berlangsung. Prosedur ini lebih
sering dilakukan dengan anestesi lokal dan pasien tidak perlu dirawat.
Pasca operasi pasien tidak harus dalam posisi tertentu. Pasien dapat melakukan
aktivitas seperti biasa kecuali aktivitas yang dapat melukai kepala.
15
2. Vitrektomi
Pada ablasi yang rumit mungkin diperlukan tindakan vitrektomi. Prosedur ini pertama
kali dilakukan 20 tahun yang lalu. Biasanya dilakukan pada ablasi retina traksi namun
dapat juga dilakukan pada ablasi retina regmatogenosa terutama bila ablasi ini
disebabkan oleh adanya vitreus traksi atau perdarahan vitreus.
Prosedurnya meliputi irisan kecil pada dinding mata untuk memasukkan alat-alat ke
dalam rongga viteus, tindakan pertama adalah memindahkan vitreus dengan
menggunakan “vitreus culter”. Selanjutnya dilakukan teknik sayatan “tractional bands”
dan “air fluid exchange” yakni memasukkan cairan silikon untuk menempelkan kembali
retina. Pemilihan teknik ini berdasarkan tipe dan penyebab ablasi retina. Pada teknik ini
kepala pasien harus berada dalam posisi tertentu untuk menjaga agar retina tetap
menempel.
3. Pneumatik Retinopeksi
Dalam 10 tahun terakhir, prosedur ini menjadi popular dalam menangani ablasi retina
regmatogenosa, terutama pada robekan tunggal dan berlokasi di superior retina. Prinsip
prosedur ini adalah dengan menyuntikkan gelembung gas ke dalam badan vitreus.
Gelembung ini akan dengan sendirinya menempati posisi dimana terjadi robekan retina.
Apabila robekan retina dapat ditutupi oleh gelembung gas maka cairan subretina akan
menghilang dalam 1 – 2 hari. Robekan retina sebelumnya dapat diterapi dengan
kriopeksi sebelum penyuntikkan gelembung atau dengan laser setelah retina
mendatar.Keuntungan dari tindakan ini adalah pasien tidak perlu dirawat inap dan
mencegah komplikasi yang dapat ditimbulkan dengan menggunakan prosedur buckling.
Kerugiannya adalah kepala pasien harus dalam posisi tertentu dalam 7 – 10 hari, dan
mempunyai tingkat keberhasilan lebih rendah dibandingkan dengan skleral buckle.
Apabila retina tidak dapat kembali lekat dengan epitel maka dapat dilakukan
operasi skleral buckle atau vitektomi.
III. Myopia
16