Case Dr Relly
-
Upload
william-ang -
Category
Documents
-
view
235 -
download
1
description
Transcript of Case Dr Relly
PRESENTASI KASUS KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
RSUD CIAWI
Topik : Selulitis Pedis
Nama : Williem Angga
NIM : 406147032
Dokter Pembimbing : dr. Relly, Sp.B
LEMBAR PENGESAHAN
Topik : Selulitis Pedis
Nama : Williem Angga
NIM : 406147032
Ciawi, Juni 2015
dr. Relly, Sp.B
PRESENTASI KASUSKEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH
2
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
RSUD CIAWI
Topik : Selulitis Pedis
Nama : Williem Angga
NIM : 406147032
Dokter Pembimbing : dr. Relly, Sp.B
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A
Umur : 59 tahun
Alamat : Caringin
II. ANAMNESIS
Autoanamnesis dilakukan di IGD pada tanggal 17 Juni 2015
Keluhan Utama : Kaki kiri kemerahan dan bengkak
Riwayat Penyakit Sekarang :
• Pasien datang dengan keluhan kaki kiri kemerahan dan bengkak sejak 2 hari
SMRS. Kaki kiri terasa nyeri dan menyebabkan pasien tidak bisa berjalan. Pasien
mengaku awalnya kaki kiri terkena beling 4 hari yang lalu dan tidak diobati. Pasien
mengaku kaki kiri terasa panas sejak 3 hari yang lalu dan digaruk. Demam (+).
• Riwayat gigitan binatang / serangga disangkal
Keluhan tambahan:
• Nyeri
• Tidak bisa berjalan
• demam
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
DM (-)
3
III. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
• Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
• Kesadaran : Compos Mentis
• Tekanan Darah : 120/80 mmHg
• Nadi : 100 x/menit, isi cukup, kuat angkat, reguler
• RR : 18x/menit
• Suhu : 37,4° C
• BB : 60 kg
Status Lokalis e/r pedis sinistra
Terdapat abses dengan ukuran 7x8cm, hiperemis (+), Nyeri Tekan (+), Pus (+)
RESUME
Telah di periksa seorang bapak berusia 56 tahun dengan keluhan nyeri pada benjolan di
kantong kemaluan. Benjolan sudah ada selama 2 tahun namun hilang timbul. Namun sekarang
benjolan tidak dapat hilang dan disertai nyeri hebat dan terus menerus, mual, BAB (-). Tidak ada
riwayat jatuh atau terbentur pada daerah kemaluan. Dari pemeriksaan fisik didapatkan :
Keadaan umum : tampak sakit sedang, gelisah
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 130/90 mmHg
Suhu : 36,7o C
HR : 110 x / menit
RR : 20 x / menit
Pada pemeriksaan abdomen, auskultasi BU (+) meningkat, palpasi perut teraba tegang.
DIAGNOSA BANDING
• Selulitis E.C bacteria infection
4
• Erysipelas
• diabetic foot
• Insect bites
DIAGNOSA KERJA
Selulitis e.c bacteria infection
PENATALAKSANAAN
• Medikamentosa
– IVFD RL 1800 cc/24 jam
– Ceftriaxone 1 x 2gr IV
– Ketorolac 3 x 30 mg IV
• Non medikamentosa
– Kompres NaCl 0.9 %
• Terapi pembedahan
– Debridement
PROGNOSA
• Ad Vitam : Ad bonam
• Ad Functionam : Ad bonam
• Ad Sanationam : Ad bonam
BAB I
5
Tinjauan Pustaka
A. Definisi
Selulitis merupakan infeksi bakterial akut pada kulit. Infeksi yang terjadi menyebar ke
dalam hingga ke lapisan dermis dan sub kutis. Infeksi ini biasanya didahului luka atau
trauma dengan penyebab tersering Streptococcus beta hemolitikus dan Staphylococcus
aureus. Terdapat tanda-tanda peradangan lokal pada lokasi infeksi seperti eritema, teraba
hangat, dan nyeri serta terjadi limfangitis dan sering bergejala sistemik seperti demam
dan peningkatan jumlah sel darah putih. Sebagian besar kasus selulitis dapat sembuh
dengan pengobatan antibiotik. Infeksi dapat menjadi berat dan menyebabkan infeksi
seluruh tubuh jika terlambat dalam memberikan pengobatan.
B. Etiologi
Penyebab selulitis paling sering pada orang dewasa adalah Staphylococcus aureus dan
Streptokokus beta hemolitikus grup A sedangkan penyebab selulitis pada anak adalah
Haemophilus influenza tipe b (Hib), Streptokokus beta hemolitikus grup A, dan
Staphylococcus aureus. Selulitis pada orang dewasa imunokompeten banyak disebabkan
oleh Streptococcus pyogenes dan Staphylococcus aureus sedangkan pada ulkus
diabetikum dan ulkus dekubitus biasanya disebabkan oleh organisme campuran antara
kokus gram positif dan gram negatif aerob maupun anaerob. Bakteri mencapai dermis
melalui jalur eksternal maupun hematogen. Onset timbulnya penyakit ini pada semua
usia.
C. Klasifikasi
6
D. Gejala Klinis
Gambaran klinis tergantung akut atau tidaknya infeksi. Umumnya semua bentuk ditandai
dengan kemerahan dengan batas jelas, nyeri tekan dan bengkak. Penyebaran perluasan
kemerahan dapat timbul secara cepat di sekitar luka atau ulkus disertai dengan demam
dan lesu. Pada keadaan akut, kadang-kadang timbul bula. Dapat dijumpai limfadenopati
limfangitis. Selulitis biasanya didahului oleh gejala sistemik seperti demam, menggigil,
dan malaise. Daerah yang terkena terdapat 4 kardinal peradangan yaitu rubor (eritema),
color (hangat), dolor (nyeri) dan tumor (pembengkakan). Lesi tampak merah gelap, tidak
berbatas tegas pada tepi lesi tidak dapat diraba atau tidak meninggi. Pada infeksi yang
berat dapat ditemukan pula vesikel, bula, pustul, atau jaringan neurotik. Ditemukan
pembesaran kelenjar getah bening regional dan limfangitis ascenden. Pada pemeriksaan
darah tepi biasanya ditemukan leukositosis. Periode inkubasi sekitar beberapa hari, tidak
terlalu lama. Gejala prodormal berupa: malaise anoreksia; demam, menggigil dan
berkembang dengan cepat, sebelum menimbulkan gejala-gejala khasnya. Pasien
imunokompromais rentan mengalami infeksi walau dengan patogen yang patogenisitas
rendah. Terdapat gejala berupa nyeri yang terlokalisasi dan nyeri tekan. Jika tidak
diobati, gejala akan menjalar ke sekitar lesi terutama ke proksimal. Lokasi selulitis pada
orang dewasa paling sering di ekstremitas karena berhubungan dengan riwayat seringnya
trauma di ekstremitas.
7
E. Patogenesis
Bakteri patogen yang menembus lapisan luar menimbulkan infeksi pada permukaan kulit
atau menimbulkan peradangan.
Setelah menembus lapisan luar kulit, infeksi akan menyebar ke jaringan-jaringan dan
merusaknya, hyaluronidase memecah substansi polisakarida, fibrinolysin mencerna
barrier fibrin, dan lecithinase menghancurkan membran sel
Bakteri patogen (streptokokus piogenes, streptokokus grup A, stapilokokus aureus)
Menyerang kulit dan jaringan subkutan
Meluas ke jaringan yang lebih dalam
Menyebar secara sistemik
Terjadi peradangan akut
Eritema lokal pada kulit
Edema kemerahan
Lesi
Nyeri tekan
Kerusakan integritas kulit
Gangguan rasa nyaman dan nyeri
F. Diagnosa
Diagnosis selulitis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis. Pada
pemeriksaan klinis selulitis ditemukan makula eritematous, tepi tidak meninggi, batas
tidak jelas, edema, infiltrat dan teraba panas, dapat disertai limfangitis dan limfadenitis.
Penderita biasanya demam dan dapat menjadi septikemia.
Selulitis yang disebabkan oleh H. Influenza tampak sakit berat, toksik dan sering disertai
gejala infeksi traktus respiratorius bagian atas bakteriemia dan septikemia.Lesi kulit
berwarna merah keabu-abuan, merah kebiru-biruan atau merah keunguan. Pada
8
pemeriksaan darah tepi selulitis terdapat leukositosis (15.000-400.000) dengan hitung
jenis bergeser ke kiri.
Pada pemeriksaan darah lengkap, ditemukan leukositosis pada selulitis penyerta penyakit
berat, leukopenia juga bisa ditemukan pada toxin-mediated cellulitis. ESR dan C-reactive
protein (CRP) juga sering meningkat terutama penyakit yang membutuhkan perawatan
rumah sakit dalam waktu lama. Pada banyak kasus, pemeriksaan Gram dan kultur darah
tidak terlalu penting dan efektif.
G. Tatalaksana
9
H. Komplikasi
Pada anak dan orang dewasa yang immunocompromised, penyulit pada selulitis dapat
berupa gangren, metastasis, abses dan sepsis yang berat. Selulitis pada wajah merupakan
indikator dini terjadinya bakteriemia stafilokokus beta hemollitikus grup A. Selulitis pada
wajah dapat menyebabkan penyulit intrakranial berupa meningitis
I. Kesimpulan
Selulitis merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri Streptoccocus
dan S. aureus, yang menyerang jaringan subkutis dan daerah superfisial. Faktor resiko
untuk terjadinya infeksi ini adalah trauma lokal (robekan kulit), luka terbuka di kulit atau
gangguan pada pembuluh balik (vena) maupun pembuluh getah bening. Daerah
predileksi yang sering terkena yaitu wajah, badan, genitalia, dan ekstremitas atas dan
ekstremitas bawah. Pada pemeriksaan klinis selulitis: adanya makula erimatous, tepi tidak
10
meninggi, batas tidak jelas, edema, infiltrat dan teraba panas. Diagnosis penyakit ini
dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan gambaran klinis. Penanganan perlu
memperhatikan faktor predisposisi dan komplikasi yang ada.
Daftar Pustaka
1. Sjamsuhidayat R, Wim de Jong, 2005, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, Jakarta, EGC
2. Sabiston, Buku Ajar Ilmu Bedah, bagian I, cetakan ke-dua, EGC, Jakarta, 1995.
3.Schwartz, Shires, Spencer, Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah, Edisi 6, EGC, Jakarta.
4.Adult Primary Care Guideline for cellulitis, NHS Foundation
11