Case Benda Asing Di Telinga

37
BAB I PENDAHULUAN Kasus Benda asing paling banyak berlokasi di telinga (64,4 %), diikuti oleh hidung (19,5 %) dan orofaring (8,9 %). Benda asing pada telinga, hidung dan tenggorok sering terjadi pada anak dan 50,1 % pasien berumur 8 tahun kebawah. 1 Benda asing pada meatus akustikus eksternus merupakan kasus yang sering terjadi dan terkadang menjadi kasus yang sulit ditangani. Berbagai jenis benda asing dapat ditemukan pada meatus akustikus eksternus. Benda asing pada telinga diklasifikasikan menjadi benda hidup seperti serangga kecil dan benda mati. Benda mati dibagi menjadi organik seperti kacang-kacangan, padi dan anorganik seperti mankc-manik, lipatan kertas dan peluru mainan. 2,3 Benda asing sering terjebak di dalam liang telinga dikarenakan terdapat dua area sempit secara anatomis didalamnya yaitu daerah yang menghubungkan bagian kartilago dan bagian tulang, kemudian daerah isthmus dari bagian tulang. 4 Benda asing pada liang telinga harus segera dikeluarkan. Banyak teknik untuk tatalaksana benda asing ditelinga yang tersedia, dan pilihan tergantung pada 1

description

case

Transcript of Case Benda Asing Di Telinga

Page 1: Case Benda Asing Di Telinga

BAB I

PENDAHULUAN

Kasus Benda asing paling banyak berlokasi di telinga (64,4 %), diikuti oleh

hidung (19,5 %) dan orofaring (8,9 %). Benda asing pada telinga, hidung dan

tenggorok sering terjadi pada anak dan 50,1 % pasien berumur 8 tahun kebawah.1

Benda asing pada meatus akustikus eksternus merupakan kasus yang sering

terjadi dan terkadang menjadi kasus yang sulit ditangani. Berbagai jenis benda asing

dapat ditemukan pada meatus akustikus eksternus. Benda asing pada telinga

diklasifikasikan menjadi benda hidup seperti serangga kecil dan benda mati. Benda

mati dibagi menjadi organik seperti kacang-kacangan, padi dan anorganik seperti

mankc-manik, lipatan kertas dan peluru mainan.2,3

Benda asing sering terjebak di dalam liang telinga dikarenakan terdapat dua

area sempit secara anatomis didalamnya yaitu daerah yang menghubungkan bagian

kartilago dan bagian tulang, kemudian daerah isthmus dari bagian tulang.4

Benda asing pada liang telinga harus segera dikeluarkan. Banyak teknik untuk

tatalaksana benda asing ditelinga yang tersedia, dan pilihan tergantung pada

kerjasama pasien, jenis benda asing yang dicurigai, manipulasi sebelumnya,

keterlihatan dan kedalaman benda asing, pengalaman dokter dan ketersediaan alat.

Pilihan meliputi irigasi air, forsep pengangkat (misal: forsep alligator), right-angle

ball hooks, dan kateter hisap. Komplikasi yang timbul saat benda asing dibiarkan

lama di liang telinga dapat berupa otitis eksterna akut, laserasi pada liang telinga dan

perforasi membran timpani.1,5

1

Page 2: Case Benda Asing Di Telinga

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi telinga

Telinga dibagi atas telinga luar, telinga tengah, telinga dalam (Gambar 1).

Gambar 1. Anatomi Telinga6`

2.1.1 Telinga luar

Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran

timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga

berbentuk huruf s dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar dan dua

pertiga bagian dalam terdiri dari tulang, dengan panjang 2,5 cm-3 cm. Liang telinga

memiliki tulang rawan pada bagian lateral dan tulang sejati di bagian medial.

Seringkali terdapat penyempitan liang telinga pada perbatasan antara tulang dan

tulang rawan ini. Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak

kelenjar serumen dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang

telinga. Pada duapertiga bagian dalam hanya dijumpai sedikit kelenjar serumen.7

Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang

telinga dan terlihat obliq terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars

2

Page 3: Case Benda Asing Di Telinga

flaksida (membran sharpnell), sedangkan bagian bawah pars tensa (membran

propia). Pars flaksida terdiri dari dua lapisan, yaitu bagian luar yang merupakan

lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam yang dilapisi oleh sel kubus

bersilia, seperti epitel mukosa saluran napas. Pars tensa mempunyai satu lapis

tambahan dibagian tengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit

serat elastin yang berjalan secara radier di bagian luar dan sirkuler pada bagian

dalam. 7

Membran timpani dibagi dalam empat kuadran dengan menarik garis searah

dengan prosesus longus maleuus dan garis yang tegak lurus terhadap garis itu di

umbo, sehingga didapatkan bagian anterior superior, posterior superior, anterior

inferior dan posterior inferior.7

Tulang pendengaran di dalam telinga saling berhubungan. Prosesus longus

maleus melekat pada membran timpani, maleus melekat pada inkus dan inkus

melekatpada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan dengan

koklea. Hubungan antar tulang-tulang pendengaran merupakan persendian.7

2.1.2 Telinga tengah

Telinga tengah berbentuk kubus dengan batas luar adalah membran timpani,

batas depan tuba eustachius, batas bawah vena jugularis, batas belakang Aditus ad

antrum, kanalis fasialis pars vertikalis. Batas atas telinga tengah adalah tegmen

timapani atau meningen sedangkan batas dalamnya adalah kanalis semisirkularis

horizontal, kanalis fasialis, oval window, round window dan promontorium. 7

Tuba Eustachius adalah saluran yang menghubungkan rongga telinga tengah

dengan nasofaring. Fungsi tuba adalah untuk ventilasi, drainase sekret dan proteksi

(menghalangi masuknya sekret dari nasofaring ke telinga tengah). Ventilasi

merupakan fungsi tuba untuk menjaga agar tekanan udara dalam telinga tengah selalu

sama dengan tekanan tekanan udara luar. Tuba Eustachius terdiri atas tulang rawan

pada dua pertiga kearah nasofaring dan sepertiga terdiri atas tulang. Pada anak, tuba

3

Page 4: Case Benda Asing Di Telinga

lebih pendek, lebih lebar dan kedudukannya lebih horizontal dari tuba orang dewasa.

Panjang tuba orang dewasa adalah 37,5 mm dan pada anak dibawah 9 bulan adalah

17,5 mm.7,8

2.1.3 Telinga dalam

Telinga dalam terdiri atas koklea dan vestibuler yang terdiri dari kanalis

semisirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan

perilimfa skala timpani dengan skala vestibuli. Kanalis semisirkularis saling

berhubungan secara tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak skala

vestibuli di sebelah atas, dan skala timpani di bagian bawah serta skala media atau

duktus koklearis di bagian tengah. Skala vestibuli dan timpani berisis perilimfa dan

skala media berisi endolimfa. Dasar skala vestibuli disebut membran vestibuli atau

Reissner’s membran, sedangkan dasar skala media disebut membran basalis. Diatas

membran basalis terletak organ corti. Pada skala media terdapat bagian yang

berbentuk lidah yang disebut membran tektoria dan pada membran basal terdapat sel

rambut dalam, sel rambut luar dn kanalis corti, yang membentuk organ corti.7

2.2 Benda Asing Telinga

2.2.1 Defenisi

Benda asing dalam adalah benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam

tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada. Benda asing di telinga merupakan

masalah yang sering ditemukan oleh dokter THT, dokter anak dan dokter layanan

primer terutama di pelayanan gawat darurat. Benda asing yang ditemukan di liang

telinga dapat sangat bervariasi, baik berupa benda mati atau benda hidup.3,4 Kejadian

tersering adalah pada telinga bagian luar. Jika tidak ditatalaksana dengan baik, maka

dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi seperti perforasi membran timpani,

gangguan pendengaran dan edema pada liang telinga.1,3,9

2.2.2 Epidemiologi

4

Page 5: Case Benda Asing Di Telinga

Benda asing di telinga merupakan kasus yang sering ditemukan pada instalasi

gawat darurat THT. Insidennya mencapai 11% untuk semua kasus benda asing

termasuk di hidung dan tenggorok. Benda asing di liang telinga paling sering terjadi

pada anak usia < 5 tahun, sedangkan pada dewasa lebih jarang terjadi. Dalam

pelayanan darurat THT dari sebuah rumah sakit tersier di Sao Paulo, terdapat 15.640

kasus dalam periode waktu Februari 2010 sampai Januari 2011. Benda asing

menyumbang 827 kunjungan, atau 5,3% dari semua kasus. Pasien memiliki usia rata-

rata 19,8 tahun dan usia rata-rata 8 tahun. Insiden lebih besar ditemukan pada

individu yang berusia < 8 tahun dengan insiden puncak pada usia 3 tahun.1,2,4,9

Dari 827 pasien yang dilibatkan dalam penelitian, 386 adalah perempuan

(46,7%) dan 441 adalah laki-laki (53,3%), dengan rasio perempuan dan laki-laki

1,14 : 1,00. Kebanyakan benda asing (94,8%) terletak di telinga, hidung atau

tenggorokan. Lokasi benda asing pada kelompok pasien sebagian besar berada di

telinga (64,4%), diikuti oleh fossae hidung (19,5%), dan orofaring (8,9%). Lokasi

benda asing yang sulit di tentukan adalah sebanyak 2,9% kasus.1

2.2.3 Etiopatogenesis

Benda asing yang masuk ke liang telinga dapat berupa benda mati organik dan

non organik, atau benda hidup. Pada anak kecil sering ditemukan kacang hijau,

manik, mainan, karet penghapus dan terkadang baterai. Pada orang dewasa yang

relatif sering ditemukan adalah kapas cotton bud yang tertinggal, potongan korek api,

patahan pensil, kadang-kadang ditemukan serangga kecil seperti kecoa, semut atau

nyamuk.3

Faktor-faktor yang berperan dalam masuknya benda asing di liang telinga

adalah keinginan untuk mengeksplorasi rongga-rongga tubuh (orifisium) terutama

pada anak. Hal ini terjadi akibat kurangnya pengawasan orang tua terhadap anak dari

benda-benda yang berisiko masuk ke liang telinga. Faktor lainnya antara lain rasa

ingin tahu (curiosity), iritasi karena otalgia, ketertarikan pada benda-benda kecil,

5

Page 6: Case Benda Asing Di Telinga

retardasi mental dan ADHD. Sementara pada dewasa biasanya disebabkan karena

kecelakaan/ ketidaksengajaan.3,9

2.2.4 Manifestasi Klinis

Pasien dewasa pada umumnya dapat mengatakan kepada pemeriksa bahwa

ada sesuatu dalam telinganya. Sementara pada anak, berdasarkan usianya, mungkin

dapat mengetahui bahwa ada benda asing dalam telinganya atau muncul dengan

keluhan nyeri telinga atau telinga berair. Pasien mungkin dapat merasakan

ketidaknyamanan dan keluhan mual atau muntah jika ada serangga yang hidup di

liang telinga. Gejala lainnya dapat berupa gangguan pendengaran atau rasa penuh di

liang telinga.10

Pada pemeriksaan fisik, temuan dapat bervariasi tergantung benda dan lama

waktu benda tersebut sudah berada di liang telinga. Benda asing yang baru saja

masuk ke dalam telinga biasanya muncul tanpa kelainan selain adanya benda asing

tersebut yang terlihat secara langsung atau dengan otoskopi. Nyeri atau perdarahan

dapat terjadi pada benda yang melukai liang telinga atau jika terjadi ruptur membran

timpani akibat usaha pasien yang memaksakan pengeluaran benda tersebut. Jika

sudah terlambat, dapat ditemukan eritema, pembengkakan dan sekret berbau dalam

liang telinga.10

Berdasarkan penelitian oleh Yaroko gejala klinis yang paling banyak

dikeluhkan adalah nyeri telinga (56,9%) diikuti oleh keluarnya darah (8,6%). Dua

gejala tersebut muncul karena tekanan langsung oleh benda asing atau akibat trauma

dalam mengeluarkan benda asing. Mudahnya terjadi nyeri dan tauma karena secara

alamiah liang telinga sempit, dikelilingi tulang, banyak mengandung vaskular dan

sangat sensitif.9

2.2.5 Diagnosis

Diagnosis ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. Tidak ada

pemeriksaan laboratorium ataupun radiologi yang direkomendasikan sebagai

pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik adalah alat diagnostik yang utama.

6

Page 7: Case Benda Asing Di Telinga

Otoskop dapat digunakan sambil menarik pinna ke arah posterosuperior. Pada pasien

yang dicurigai terdapat gangguan pendengaran dapat dilakukan pemeriksaan

audiometri nada murni. CT scan dapat dilakukan untuk menentukan lokasi dan

komplikasi akibat benda asing.10,11

2.2.6 Penatalaksanaan

Benda asing di liang telinga harus dikeluarkan. Liang telinga luar terdiri dari

bagian tulang rawan dan bagian tulang yang dilapisi oleh lapisan tipis dari kulit dan

periosteum. Bagian tulang sangat sensitif karena kulit hanya memberikan sedikit

bantal yang melapisi periosteum. Dengan demikian, upaya mengeluarkan benda asing

dapat sangat menyakitkan. Selain itu, liang telinga luar menyempit di bagian

perhubungan antara bagian tulang rawan dan bagian tulang. Benda asing dapat

menjadi tersangkut di tempat tersebut sehingga meningkatkan kesulitan pada saat

dikeluarkan. Upaya untuk mengeluarkan benda asing dapat mendorongnya lebih jauh

ke dalam liang telinga dan tersangkut di titik yang sempit tersebut. Selain itu,

membran timpani dapat rusak akibat penekanan benda asing yang terlalu dalam atau

akibat peralatan yang digunakan selama proses pengangkatan. Oleh sebab itu,

visualisasi yang adekuat, peralatan yang memadai, pasien yang kooperatif, dan

kemampuan dokter adalah kunci untuk mengangkat benda asing.5,11

Pengeluaran benda asing di telinga merupakan suatu prosedur umum yang

dilakukan di departemen emergensi. Pengeluaran benda asing menjadi terindikasi

harus segera dilakukan tiap ditemukan benda asing yang tampak jelas terlihat pada

pemeriksaan liang telinga dan tidak dtemukan komplikasi lain. Adanya perforasi

membran timpani, kontak benda asing dengan membran timpani, atau visualisasi

inkomplit dari liang telinga menjadikan kasus benda asing ditelinga harus segera

dikonsulkan ke departemen emergengi dari THT-KL untuk pengeluaran benda asing

melalui prosedur operasi mikroskopik dan spekulum.12

Pada kasus-kasus tertentu, seperti baterai, konsultasi ke konsul cito ke

departemen THT-KL harus segera dilakukan karena time-sensitive berkaitan dengan

7

Page 8: Case Benda Asing Di Telinga

nekrosis likuefaksi dapat menyebabkan perforasi membrane timpani dan komplikasi-

komplikasi lain lebih lanjut. Irigasi pada kasus seperti ini tidak direkomendasikan

karena dapat mempercepat proses nekrosis.12

Tidak ada indikasi khusus pasien dengan benda asing di telinga untuk dirawat

inap. Kadang-kadang, tatalaksana untuk atasi nyeri atau mual diperlukan. Pada pasien

dengan benda asing di telinga berupa serangga memerlukan perhatian khusus. Iritasi

serta komplikasi lain seperti sengatan atau gigitan dapat terjadi jika serangga masih

hidup di liang telinga. Oleh karenanya serangga tersebut harus dimatikan dulu dengan

meneteskan mineral oil atau lidokain 2% ke liang telinga. Penggunaan krim EMLA

dilaporkan memberikan hasil yang efektif sama dengan anastesi lokal untuk

membunuh serangga di liang telinga.10,13

Pasien dengan benda asing di telinga diharapkan menghindari makan dan

minum selama 8 jam. Beberapa kasus benda asing di telinga memerlukan sedasi

untuk mengeluarkan benda asing tersebut dengan aman. Sedasi lebih aman diberikan

jika pasien puasa selama 8-12 jam.13

Alat-alat yang perlu dipersiapkan untuk tatalaksana benda asing di telinga

yaitu:12

- Otoskop (dengan lensa yang removeable)

- Otoskop mikroskopik

- Spekulum telinga

- Lampu kepala

- Forsep Bayonet

- Forsep Aligator

- Right-angle hook

- Spuit

- Angiokateter nomor 20 gauge

- Basin

- Peralatan suction

8

Page 9: Case Benda Asing Di Telinga

- Magnet untuk benda asing berupa logam

Untuk tatalaksana, pasien dewasa diposisikan dalam keadaan duduk. Pina

ditarik superior-posterior meluruskan liang telinga untuk visualisasi optimal benda

asing. Pada pasien anak, orang tua memangku anaknya dengan mengapit kedua

kakinya dan menahan tangan serta kepalanya agar pada anak yang tidak koperatif

tidak terjadi trauma ketika pengeluaran benda asing. Pina pada pasien bayi ditarik

posterior bahkan inferior untuk visualisasi liang telinga.12

Anastesi lokal tidak rutin dilakukan dan juga tidak dianjurkan pada kasus tanpa

komplikasi karena bersifat invasif dan innervasi yang kompleks di dalam liang

telinga. Lokal anastesi diperlukan untuk kasus dengan benda asing berupa serangga di

telinga untuk mematikannya.10,12

Teknik-teknik untuk mengeluarkan benda asing di telinga yaitu melalui teknik

ekstraksi mekanis, irigasi, dan suction. Teknik yang digunakan pada pasien dapat

variatif pada tiap pasien tergantung dengan jenis benda asing pada pasien, lokasi,

serta riwayat kesehatan telinga pasien. Benda asing organik yang mampu menyerap

air, riwayat telinga berair pada pasien adalah beberapa kontraindikasi dari metode

irgasi. Serangga, materi organik, serta benda asing yang berpotensi rapuh dan pecah

menjadi beberapa bagian lebih sering dikeluarkan dengan metode suction

dibandingkan dengan forsep. Serangga yang masih hidup harus dimatikan terlebih

dahulu dengan mineral oil, lidokain 2%, atau krim EMLA.10,12

1. Ekstraksi Mekanis

Pada pasien dengan benda asing yang keras dan bundar di liang telinga dan

pasien kooperatif serta mampu mempertahankan posisinya, benda asing dapat

dikeluarkan dengan ekstraksi mekanis. Pemeriksa telinga dengan otoskop sebelum

melakukan tindakan untuk menilai lokasi benda asing serta untuk menilai liang

telinga. Gunakan hook melalui spekulum telinga dan fiksasi tangan yang melakukan

tindakan pada kepala pasien untuk meminimalisir trauma apabila pasien melakukan

9

Page 10: Case Benda Asing Di Telinga

gerakan yang tiba-tiba, capai benda asing dengan melewatkan hook di celah antara

benda asing dan liang telinga. Secara gentle, perlahan-lahan tarik hook untuk

mengeluarkan benda asing dari telinga.12,14

Penggunanan forsep Aligator atau forsep Bayonet sangat efektif untuk benda

asing di telinga yang lunak seperti kapas atau kertas. Masukkan forsep melalu

otoskop dengan lensa yang telah dilepas. Usahakan forsep tidak menyentuh dinding

liang telinga Setelah mencapai kapas atau kertas, secara gentle cengkram dengan

forsep, tahan selama 10 detik, lalu tarik ke luar perlahan-lahan. Kadang-kadang

modifikasi forsep dengan memberikan beberapa tetes cyanoacrylate (lem super)

memberikan hasil efektif untuk mengeluarkan benda asing yang lunak, bersih, dan

kering. Cyanoacrylate dapat dikeluarkan secara manul setelah 24-48 jam setelah

terjadi deskuamasi epitel liang telinga. Jika lengket dan melekat pada membran

timpani, segera rujuk ke spesialis THT-KL untuk tatalaksana lebih lanjut. Untuk

benda asing yang keras dan besar, penggunaan forsep Aligator tidak dianjurkan

karena malah akan mendorong benda asing semakin dalam.10,12,14

Jika benda asing itu logam, instrument yang kita gunakan dapat dimagnetisasi

dahulu. Hal ini untuk mempermudah menggapai logam tersebut dan stabil ketika

dikeluarkan.13

Setiap selesai tindakan nilai kembali liang telinga tersebut dengan otoskop.

Penilaian ini penting untuk mendeteksi adanya komplikasi paska tindakan.12

10

Page 11: Case Benda Asing Di Telinga

Gambar 2. Ekstraksi mekanis benda asing di telinga.15

2. Irigasi

Irigasi merupakan metode terbaik untuk mengeluarkan benda asing yang tidak

teralu lengket dengan dinding liang telinga. Metode ini juga minimal invasif.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan irigasi adalah ada/tidak

perforasi pada membran timpani pasien (keluhan telinga berair), cairan yang

digunakan untuk mengirigasi, serta tindakan irigasi dan posisi pasien. Tindakan

irigasi menjadi kontraindikasi pada pasien dengan riwayat perforasi pada membrane

timpani. Cairan yang digunakan dapat berupa air steril atau saline yang telah

dihangatkan sesuai suhu tubuh pasien agar tidak memicu vertigo.12,14

Tindakan irigasi menggunakan spuit yang telah dihubungkan dengan

angioakateter nomor 20 gauge. Posisikan pasien secara aman dan nyaman. Lindungi

lokasi sekitar telinga dengan benda asing dengan kain agar tetap kering. Tempatkan

basin di bawah telinga dengan benda asing untuk mengumpulkan cairan atau benda

asing yang diharapkan keluar. Secara gentle, posisikan ujung angiokateter tadi pada

liang telinga luar (jangan terlalu dalam) dan injeksikan cairan sampai benda asing

tersebut keluar. Setelah keluar evaluasi kembali liang telinga.12,14

11

Salah Bena

Page 12: Case Benda Asing Di Telinga

Gambar 3. Ekstraksi benda asing dengan metode irigasi.16

3. Suction

Suction adalah pilihan yang tepat untuk mengekstraksi benda asing di telinga

yang rapuh dan mudah terpecah menjadi beberapa bagian seperti serangga kecil yang

telah mati atau beberapa materi organic. Setelah mesin suction dihidupkan, kateternya

dimasukkan perlahan melalui otoskop dengan lensa removable dan lakukan terus

sampai benda asing tersedot atau jika lebih besar benda asing tersebut melekat pada

ujung kateter. Setelah itu keluarkan kateter dan evaluasi liang telinga, apakah masih

ada benda asing atau komplikasi yang terjadi setelah tindakan tadi.12

Ketika sedang melakukan salah satu dari tindakan di atas terjadi komplikasi

seperti benda asing terdorong lebih ke dalam, ada perdarahan, edem, atau nyeri pada

telinga semakin bertambah, maka hentikan tindakan dan segera konsulkan pasien

12

Foreign body

Irrigation bottle

Page 13: Case Benda Asing Di Telinga

kepada Spesialis THT-KL. Pengulangan tindakan pada kasus-kasus dengan

komplikasi seperti yang disebutkan di atas cendrung akan menimbulkan infeksi,

perforasi, ada comorbid lainnya.12

Tidak ada indikasi pemberian antiobiotik profilak untuk pasien yang diekstraksi

benda asing tanpa komplikasi. Jika ada tanda-tanda infeksi atau abrasi liang telinga

pasien dapat diberikan obat tetes telinga yang mengandung antibiotik dan

kortikosteroid seperti kortisporin (hidrokortison/neomisin/polimiksin) 5 tetes/hari

selama 5-7 hari.10,12

2.2.7 Komplikasi

Komplikasi berat dapat terjadi di sebanyak 22% dari kasus yang di temukan,

dan morbiditas terkait dengan benda asing oleh karena itu, benda asing harus di

tangani secara benar. Komplikasi yang sering ditemukan adalah laserasi liang telinga,

perforasi membran timpani dan otitis eksterna.1,8

Penanganan yang tidak tepat akan dapat menimbulkan pendarahan, trauma

pada liang telinga, trauma pada membran timpani dan tulang-tulang pendengaran. Hal

ini akan menambah angka kesakitan pada pasien, sehingga akan memerlukan

tindakan eksplorasi dalam general anastesi untuk mengangkat benda asing tersebut.

Marques seperti dikutip Figueiredo menyatakan kurangnya pengalaman dalam

manajemen benda asing di telinga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan

terjadinya komplikasi iatrogenik.5,8

Perforasi membran timpani tanpa kelainan di telinga tengah akan

menyebabkan dua efek berbeda pada pendengaran. Pertama adalah pengurangan luas

membran timpani yang merupakan pusat pengerahan tenaga ke telinga tengah

sehingga mengurangi gerakan tulang pendengaran. Makin besar perforasi makin

berkurang permukaan membran sebagai pengumpul tenaga suara, akhirnya suara

hanya ditampung di kuadran posterior sisa membran timpani tempat tulang-tulang

pendengaran atau sisa tulang-tulang pendengaran berada. Efek kedua terhadap

13

Page 14: Case Benda Asing Di Telinga

pendengaran oleh perforasi adalah akibat energi suara yang lansung ke tingkap bulat

tanpa dihambat oleh membran timpani. Efek itu akan semakin besar sebanding

dengan besarnya perforasi.5

Tidak semua komplikasi terjadi secara tiba-tiba setelah ekstraksi benda asing.

Biasanya tanda-tanda komplikasi dapat muncul dalam 1 minggu setelah ekstraksi.

Edukasi pasien untuk segera kembali ke dokter jika ada tanda-tanda seperti nyeri

pada telinga, kemerahan, demam, atau ada sekret yang keluar.12,13

14

Page 15: Case Benda Asing Di Telinga

BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas

Nama : MA

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Umur : 4 tahun

Alamat : Padang

No. RM : 890460

Tanggal Pemeriksaan : 28 November 2014

3.2 Anamnesis (aloanamnesis)

Keluhan Utama :

Masuk bulir padi ke telinga kiri sejak 3 jam sebelum masuk rumah sakit

Riwayat Penyakit Sekarang :

Masuk bulir padi ke telinga kiri sejak 3 jam sebelum masuk rumah sakit.

Sebelumnya pasien sedang bermain sendiri, tiba-tiba pasien melapor ke

ibunya masuk bulir padi ke telinga kiri. Ibu pasien berusaha mengeluarkan

dengan cotton bud, namun tidak berhasil. Pasien lalu dibawa ke RS. Dr. M

Djamil

Keluar darah dari liang telinga (-)

Nyeri pada telinga (-)

Batuk pilek saat ini (-)

Riwayat telinga berair (-)

3.3 Pemeriksaan Status Generalis

15

Page 16: Case Benda Asing Di Telinga

Keadaan umum : Tidak tampak sakit

Kesadaran : Compos mentis

Tanda Vital

Tekanan darah : tidak dilakukan pemeriksaan

Pernafasan : tidak dilakukan pemeriksaan

Nadi : tidak dilakukan pemeriksaan

Suhu : Afebris

Status Lokalis THT

Telinga

Pemeriksaan Kelainan Dekstra SinistraDaun telinga Kel. Kongenital Tidak ada Tidak ada

Trauma Tidak ada Tidak adaRadang Tidak ada Tidak adaKel. Metabolik Tidak ada Tidak adaNyeri tarik Tidak ada Tidak adaNyeri Tekan Tidak ada Tidak ada

Dinding liang telinga

Cukup Lapang (N) Ya Ya

Sempit Tidak Tidak adaHiperemis Tidak ada Tidak adaEdema Tidak ada Tidak adaMassa Tidak ada Tidak ada

Tampak bulir padi di 2/3 dalam liang telinga anterior

Serumen Bau Tidak ada Tidak adaWarna Kuning

kecoklatanKuning kecoklatan

Jumlah Sedikit SedikitJenis Kental Kental

Membran TimpaniUtuh Warna Putih mengkilat Sulit dinilai

Reflex cahaya + Sulit dinilaiBulging Tidak ada Sulit dinilaiRetraksi Tidak ada Sulit dinilai

Perforasi Jumlah perforasi Tidak ada Sulit dinilai

16

Page 17: Case Benda Asing Di Telinga

Jenis Tidak ada Sulit dinilaiKuadran Tidak ada Sulit dinilaiPinggir Tidak ada Sulit dinilai

Mastoid Tanda radang Tidak ada Tidak adaFistel Tidak ada Tidak adaSikatrik Tidak ada Tidak adaNyeri tekan Tidak ada Tidak adaNyeri ketok Tidak ada Tidak ada

Tes garputala512 Hz

Rinne sulit dinilai sulit dinilai

Swabach sulit dinilai sulit dinilaiWeber sulit dinilaiKesimpulan

HidungPemeriksaan Kelainan Dekstra SinistraHidung luar Deformitas Tidak ada Tidak ada

Kelainan congenital Tidak ada Tidak adaTrauma Tidak ada Tidak adaRadang Tidak ada Tidak adaMassa Tidak ada Tidak ada

Sinus ParanasalInspeksiPemeriksaan Dekstra SinistraNyeri tekan Tidak ada Tidak adaNyeri ketok Tidak ada Tidak ada

Rinoskopi AnteriorPemeriksaan Kelainan Dextra Sinistra

Vestibulum Vibrise Ada Ada Radang Tidak ada Tidak ada

Kavum nasi Cukup lapang (N) Cukup lapang Cukup lapangSempitLapang - -

Sekret Lokasi Tidak ada Tidak adaJenisJumlahBau Tidak ada Tidak ada

Konka inferior Ukuran eutrofi EutrofiWarna Merah muda Merah muda

17

Page 18: Case Benda Asing Di Telinga

Permukaan Licin Licin Edema Tidak ada Tidak ada

Konka media Ukuran Sukar dinilai Sukar dinilaiWarna Sukar dinilai Sukar dinilaiPermukaan Sukar dinilai Sukar dinilaiEdema Sukar dinilai Sukar dinilai

Septum Cukup lurus/ deviasi Cukup lurus Cukup lurusPermukaan Rata RataWarna Merah muda Merah mudaSpina - -Krista - -Abses - -Peforasi - -

Massa Lokasi - -Bentuk - -Ukuran -Permukaan - -Warna - -Konsistensi - -Mudah digoyang - -Pengaruh vasokonstriktor

- -

Rinoskopi Posterior-tidak dilakukanPemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra

Koana Cukup lapang (N)Sempit Lapang

Mukosa Warna EdemaJaringan granulasi

Konka superior UkuranWarnaPermukaanEdema - -

Adenoid Ada/ tidakMuara tuba eustachius

Tertutup secret

Massa Lokasi UkuranBentuk

18

Page 19: Case Benda Asing Di Telinga

Permukaan Post nasal drip Ada/ tidak

Jenis

Orofaring dan MulutPemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra Trismus Tidak adaUvula Edema Tidak ada Tidak ada

Bifida Tidak ada Tidak adaPalatum mole arkus faring

Simetris/ tidak Simetris Simetris

Warna Merah muda Merah mudaEdema Tidak ada Tidak adaBercak/ eksudat Tidak ada Tidak ada

Dinding faring Warna Merah muda Merah mudaPermukaan Licin Licin

Tonsil Ukuran T1 T1Warna Merah muda Merah mudaPermukaan Licin Licin Muara/kripti Tidak melebar Tidak melebar Detritus Tidak ada Tidak adaEksudat Tidak ada Tidak adaPerlengketan dengan pilar

Tidak ada Tidak ada

Peritonsil Warna Merah muda Merah mudaEdema Tidak ada Tidak adaAbses Tidak ada Tidak ada

Tumor Lokasi Tidak ada Tidak adaBentuk - -Ukuran - -Permukaan - -Konsistensi - -

Gigi Karies/ radiks Tidak ada Tidak adaKesan Gigi geligi baik

Lidah Warna Merah muda Merah mudaBentukDeviasi Tidak ada Tidak adaMassa Tidak ada Tidak ada

Laringoskopi indirek- tidak dilakukanPemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra Epiglotis Bentuk

Warna

19

Page 20: Case Benda Asing Di Telinga

EdemaPinggir rata/ tidakMassa

Aritenoid WarnaEdema Massa Gerakan

Ventrikular band Warna Edema Massa

Plika vokalis Warna GerakanPinggir medialMassa

Subglotis/ trakea Massa Sekret ada / tidak

Sinus piriformis Massa Sekret

Valekulae Massa Sekret (jenisnya)

Pemeriksaan KGB region coli: Tidak ditemukan adanya pembesaran KGB

3.4 Resume

Anamnesis Masuk bulir padi ke telinga kiri sejak 3 jam sebelum masuk rumah

sakitKeluar darah dari liang telinga (-)

Nyeri pada telinga (-)

20

Page 21: Case Benda Asing Di Telinga

Riwayat telinga berair (-)

Batuk pilek saat ini (-)

Pemeriksaan fisik

Telinga : Auris sinistra-Tampak bulir padi di 2/3 dalam liang telinga

bagian anterior. Auris dekstra- liang telinga lapang, membrane timpani

utuh, reflek cahaya (+)

Cavum nasi: dekstra- konka inferior eutrofi edem(-) dan hiperemis(-)

sekret (-). Sinistra konka inferior eutrofi edem(-) dan hiperemis(-)

sekret (-). Septum deviasi (-)

Mulut dan orofaring (-) : arkus faring simetris, T1/T1, muara kripti

tidak melebar, hiperemis(-) pada kedua tonsil (-)

Diagnosis kerja : corpus alienum(bulir padi) et AS

Terapi : irigasi

Evaluasi Auris sinistra setelah pengeluaran corpus alienum : liang telinga

lapang, tidak ada tanda-tanda inflamasi, perdarahan, abrasi liang telinga,

membran timpani utuh, reflek cahaya (+)

Edukasi:

- Lindungi anak dari upaya memasukkan benda asing ke liang telinga, hidung,

atau tenggorok. Awasi anak ketika bermain.

- Ketika ada benda asing masuk, jangan ada tindakan yang dilakukan sendiri

oleh pasien atau keluarga. Segera dibawa ke pusat layanan kesehatan

terdekat.

- Setelah tindakan, apabila ada tanda-tanda inflamasi seperti nyeri, kemerahan

pada telinga atau adan sekret yang keluar dari teringa segera kembali ke

dokter.

Prognosis : Quo ad vitam: bonam

Quo ad sanam: bonam

21

Page 22: Case Benda Asing Di Telinga

BAB IV

DISKUSI

Benda asing di liang telinga paling sering terjadi pada anak usia < 5 tahun, sedangkan pada dewasa lebih jarang terjadi. Insiden lebih besar ditemukan pada individu yang berusia < 8 tahun dengan insiden puncak pada usia 3 tahun. Insiden sesuai dengan kasus dimana pasien berusia 4 tahun.

Pada setiap kasus benda asing, meskipun pasien mengeluhkan hanya di salah

satu sisi telinga, dokter tetap harus memeriksa secara lengkap pemeriksaan THT.

Mulai dari telinga kedua sisi, hidung, dan tenggorokan.

Jenis benda asing yang ditemukan pada pasien ini adalah benda mati organik

yaitu bulir padi yang terletak di 2/3 liang telinga kiri bagian anterior . Pada pasien

tidak ditemukan riwayat telinga berair, benda asing berukuran 8 mm dan tidak

menutup lumen liang telinga sehingga dapat ditatalaksana dengan teknik irigasi.

Teknik irigasi (spooling) dilakukan dengan cara menyemprotkan air dari dalam spuit

di bagian posterosuperior liang telinga secara cepat sampai bulir padi dapat keluar.

Teknik irigasi merupakan pilihan terbaik dan minimal invasif.

Setelah dilakukan irigasi selalu dievaluasi kembali liang telinga. liang telinga

lapang, tidak ada tanda-tanda inflamasi, perdarahan, abrasi liang telinga, membran

timpani utuh, reflek cahaya (+). Pada pasien ini tidak ditemukan tanda-tanda

komplikasi pasca-tindakan, maka tidak ada indikasi untuk memberikan antibiotik.

Setelah tindakan, pasien perlu diedukasi. Lindungi anak dari upaya

memasukkan benda asing ke liang telinga, hidung, atau tenggorok. Awasi anak ketika

bermain. Ketika ada benda asing masuk, jangan ada tindakan yang dilakukan sendiri

oleh pasien atau keluarga. Segera dibawa ke pusat layanan kesehatan terdekat.

Apabila ada tanda-tanda inflamasi seperti nyeri, kemerahan pada telinga atau adan

sekret yang keluar dari teringa segera kembali ke dokter. Hal ini perlu disampaikan

karena komplikasi dapat terjadi dalam waktu 1 minggu setelah tindakan.

22

Page 23: Case Benda Asing Di Telinga

DAFTAR PUSTAKA

1. Gomes et al.,. ENT Foreign Bodies: Profile of The Cases Seen at A Tertiary Hospital Emergency Care Unit. Brazil Journal Otorhinolaringology. 2013; 79(6) : 699-703.

2. Ogunleye AOA and Sogebi R. Otic Foreign Bodies In Children In Ibadan, Nigeria. Nigerian journal of surgical Research. 2005; Vol 7 (3-4):305-308.

3. Shrestha I, Shrestha BL, Amatya RCM. Analysis of Ear, Nose and Throat Foreign Bodies in Dhulikhel Hospital. Kathmandu University Medical Journal. 2012; Vol 11 (2); 4-8

4. T. Nagendran MP. Management of Foreign Bodies in the Emergency Department. Nagendran: Foreign Bodies. 1999; Pp 27-44

5. Edward Y, Fitria H. Trauma pada Tingkap Lonjong akibat Ekstraksi Benda Asing di Liang Telinga. Available from http://repository.unand.ac.id/17151/1/Ruptur_ tingkap_lonjong.pdf. Diakses pada tanggal 1 Desember 2014.

6. Ear Anatomy. Available from www.webmd.com/health. diakses pada 22 November 2014.

7. Soetirto I, Hendarmin H, Bashiruddin. Gangguan Pendengaran dan Kelainan Telinga. Dalam Soepardi EA dkk., ed) Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher, Edisis Ketujuh. Jakarta : EGC. 2012; 10-15.

8. Fornazieri MA, Cutolo D, Moreira JH, et al. Foreign-body in External Auditory Meatus: Evaluation of 462 Cases. Intl. Arch. Otorhinolaryngol., São Paulo – Brazil. 2010;14(1):45-49.

9. Yaroko AA, Irfan M. An Annual Audit of the Ear Foreign Bodies in Hospital Universiti Sains Malaysia. Malaysian Family Physician. 2012;7(1):2-5.

23

Page 24: Case Benda Asing Di Telinga

10. Mantooth R. Ear Foreign Body Removal in Emergency Medicine. 2013. Diakses dari http://emedicine.medscape.com/article/763712-overview pada tanggal 29 November 2014.

11. Heim SW, Maughan KL. Foreign Bodies in the Ear, Nose, and Throat. Am Fam Physicians. 2007;76:1185-9

12. Kwong AO, Provataris JM. 2014. Ear Foreign Body Removal Procedures. Diakses dari http://emedicine.medscape.com/article/80507. Diakses pada tanggal 2 Desember 2014.

13. Buccino K, Plantz SH, Talavera F, Taylor JP. 2014. Foreign Body, Ear. Diakses dari www.emedicinehealth.com/foreign_body_ear/. Diakses pada tanggal 2 Desember 2014.

14. Feled C, Smith M, Handler J, Gillam M. 1985. Common Simple Emergencies. Diakses dari www.ncemi.org/cse/cse0305.htm. Diakses pada tanggal 2 Desember 2014.

15. Probost R, Grevers G, Iro H. 2006. Basic Otorhinolaringology. New Stuttgart: Thieme. P.212-13.

16. Snow JB, Ballenger JJ. 2003. Ballenger’s Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery. Sixteenth Edition. Hamilton, Ontario: BC Decker Inc. P.234-35

DAFTAR ISI

24

Page 25: Case Benda Asing Di Telinga

BAB I.............................................................................................................................1

PENDAHULUAN.........................................................................................................1

BAB II...........................................................................................................................2

TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................2

2.1 Anatomi dan Fisiologi telinga..............................................................................2

2.1.1 Telinga luar...................................................................................................2

2.1.2 Telinga tengah...............................................................................................3

2.1.3 Telinga dalam................................................................................................4

2.2 Benda Asing Telinga............................................................................................4

2.2.1 Defenisi.........................................................................................................4

2.2.2 Epidemiologi.................................................................................................5

2.2.3 Etiopatogenesis..............................................................................................5

2.2.4 Manifestasi Klinis.........................................................................................6

2.2.5 Diagnosis.......................................................................................................6

2.2.6 Penatalaksanaan............................................................................................7

2.2.7 Komplikasi..................................................................................................13

BAB III........................................................................................................................15

LAPORAN KASUS....................................................................................................15

3.1 Identitas..............................................................................................................15

3.2 Anamnesis (aloanamnesis).................................................................................15

3.3 Pemeriksaan.......................................................................................................15

3.4 Resume...............................................................................................................20

BAB IV........................................................................................................................22

DISKUSI..............................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................23

25