Benda Asing Di Bronkus

28
BAB I PENDAHULUAN Kerongkongan sebagai jalan masuknya makanan dan minuman secara anatomis terletak di belakang tenggorokan (jalan nafas). Kedua saluran ini sama-sama berhubungan dengan lubang hidung maupun mulut. Agar tidak terjadi salah masuk, maka di antara kerongkongan dan tenggorokan terdapat sebuah katup (epiglotis) yang bergerak secara bergantian menutup tenggorokan dan kerongkongan seperti layaknya daun pintu. Saat bernafas, katup menutup kerongkongan agar udara menuju tenggorokan, sedangkan saat menelan makanan, katup menutup tenggorokan agar makanan lewat kerongkongan. Tersedak dapat terjadi bila makanan yang seharusnya menuju kerongkongan, malah menuju tenggorokan karena berbagai sebab. 1 1

Transcript of Benda Asing Di Bronkus

BAB I

PENDAHULUAN

Kerongkongan sebagai jalan masuknya makanan dan minuman secara anatomis

terletak di belakang tenggorokan (jalan nafas). Kedua saluran ini sama-sama berhubungan

dengan lubang hidung maupun mulut. Agar tidak terjadi salah masuk, maka di antara

kerongkongan dan tenggorokan terdapat sebuah katup (epiglotis) yang bergerak secara

bergantian menutup tenggorokan dan kerongkongan seperti layaknya daun pintu. Saat

bernafas, katup menutup kerongkongan agar udara menuju tenggorokan, sedangkan saat

menelan makanan, katup menutup tenggorokan agar makanan lewat kerongkongan. Tersedak

dapat terjadi bila makanan yang seharusnya menuju kerongkongan, malah menuju

tenggorokan karena berbagai sebab.1

Gambar 1.1 Jalan masuknya makanan dan minuman ke dalam saluran nafas1

Obstruksi jalan napas oleh benda asing pada orang dewasa sering terjadi pada saat

makan, daging merupakan penyebab utama obstruksi jalan napas meskipun demikian berbagai

macam bentuk makanan yang lain berpotensi menyumbat jalan napas pada anak-anak dan

orang dewasa. 1

1

Benda asing dalam suatu organ dapat terbagi atas benda asing eksogen (dari luar

tubuh) dan benda asing endogen (dari dalam tubuh) yang dalam keadaan normal benda

tersebut tidak ada. Secara statistik, persentase aspirasi benda asing berdasarkan letaknya

masing-masing adalah; hipofaring 5%, laring/trakea 12%, dan bronkus sebanyak 83%. Rasio

laki-laki banding wanita adalah 1,4 : 1 Kebanyakan kasus aspirasi benda asing terjadi pada

anak usia <15 tahun; sekitar 75% aspirasi benda asing terjadi pada anak usia 1–3 tahun. 1 Hal

ini terjadi karena anak seumur itu sering tidak terawasi, lebih aktif, dan cenderung

memasukkan benda apapun ke dalam mulutnya2

Benda asing eksogen terdiri dari zat organik seperti kacang-kacangan, tulang, dan lain-

lain; dan zat anorganik seperti peniti, jarum dan lain-lain. Benda asing endogen contohnya

krusta, nanah, secret kental, darah atau bekuan darah, dan mekonium3

Benda asing ada yang dapat ditembus sinar x seperti : biji kacang, kedele, kayu, duri,

atau daging dan yang tidak tembus sinar x seperti logam. Gejala klinik tergantung jenis dan

letak, ditemukan stridor dan sumbatan jalan nafas.4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Definisi

2

Benda asing di dalam suatu organ adalah benda yang berasal dari luar

tubuh atau dari dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada. Benda

asing pada saluran napas dapat terjadi pada semua umur terutama anak-anak

karena anak-anak sering memasukkan benda ke dalam mulutnya bahkan

sering bermain atau menangis pada waktu makan 1.

II.2 Etiologi dan Faktor Predisposisi

Faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing pada saluran nafas adalah : 2,3,6

1. Usia yaitu pada anak-anak, dimana mereka sering memasukkan segala sesuatu ke

dalam mulut, gigi geligi yang belum lengkap dan refleks menelan yang belum

sempurna.

2. Jenis kelamin, lebih sering pada laki-laki.

3. Faktor kejiwaan (emosi,dan gangguan psikis)

4. Kegagalan mekanisme proteksi, misalnya penurunan kesadaran, keadaan umum buruk,

penyakit serebrovaskuler, dan kelainan neurologik.

5. Faktor kecerobohan, misalnya kebiasaan menaruh benda di mulut, makan dan minum

tergesa-gesa.

6. Faktor medikal dan surgikal

Faktor fisiologik dan sosiologik lain yang juga merupakan faktor predisposisi antara

lain: pertumbuhan gigi belum lengkap, belum terbentuk gigi molar, belum dapat menelan

makanan padat secara baik, kemampuan anak membedakan makanan yang dapat dimakan

dan tidak dapat dimakan belum sempurna. Benda tersangkut pada saat makan sambil tertawa,

bicara menangis, dan berlari. Pada orang tua, terutama yang mempunyai gangguan

neurologis dan berkurangnya refleks menelan dapat disebabkan oleh pengaruh alkohol,

stroke, parkinson, trauma, dementia juga mempunyai risiko yang besar untuk terjadinya

aspirasi.

II.3 Patofisiologi

Tujuan refleks menelan adalah mencegah masuknya makanan atau cairan ke dalam

trakea. Impuls motoris dari pusat menelan yang menuju ke faring dan bagian atas esophagus

3

diantar oleh saraf kranial V, IX, X dan XII dan beberapa melalui saraf cervical. Menelan

memiliki beberapa stadium, yaitu stadium volunter, faringeal dan oesofageal. Pada stadium

volunter, benda ditekan atau didorong ke bagian belakang mulut oleh tekanan lidah ke atas

dan belakang terhadap palatum, sehingga lidah memaksa benda ke pharing. Pada stadium

faringeal, palatum mole didorong ke atas untuk menutup nares posterior, sehingga mencegah

makanan balik ke rongga hidung. Lipatan palatofaringeal saling mendorong ke arah tengah,

kemudian pita suara laring berdekatan dan epiglottis mengayun ke belakang, sehingga

mencegah makanan masuk ke trakea. Pada orang dewasa tertelan benda asing sering dialami

oleh pemabuk atau pemakai gigi palsu yang telah kehilangan sensasi rasa (tactile sensation)

dari palatum dan pada penderita gangguan jiwa.7

Bronkus dan trakea sangat peka dengan benda asing ataupun iritasi lain, sehingga bisa

menimbulkan refleks batuk. Lapisan mukus pada saluran nafas mengandung factor-faktor

yang efektif sebagai pertahanan, yaitu immunoglobulin terutama IgA, PMNs, interferon dan

antibodi spesifik. Gerakan silia menyapu/saluran nafas. Silia dan mucus menjebak debu dan

kuman, kemudian memindahkannya ke pharing, karena silia bergetar ke arah pharing. Partikel

asing dan mukus digerakkan dengan kecepatan 1cm/menit sepanjang permukaan trakea ke

pharing2. Begitu juga benda asing di saluran hidung, dimobilisasi dengan cara yang sama ke

pharing. Aktivitas silia bisa dihambat oleh berbagai zat yang berbahaya. Sebagai contoh,

merokok sebatang sigaret dapat menghentikan gerakan silia untuk beberapa jam.7

Setelah benda asing teraspirasi, maka benda asing tersebut dapat tersangkut pada tiga

tempat anatomis yaitu, laring, trakea atau bronkus. Dari semua aspirasi benda asing,

80–90% diantaranya terperangkap di bronkus dan cabang-cabangnya. Pada orang dewasa,

benda asing bronkus cenderung tersangkut di bronkus utama kanan, karena sudut

konvergensinya yang lebih kecil dibandingkan bronkus utama kiri. Benda asing yang lebih

besar lebih banyak tersangkut di laring atau trakea.2,8

Tujuh puluh lima persen dari benda asing dibronkus ditemukan pada anak umur kurang

dari 2 tahun, dengan riwayat yang khas, yaitu saat benda atau makanan berada di dalam mulut,

anak menjerit atau tertawa sehingga saat inspirasi, laring terbuka dan benda asing masuk ke

dalam laring. Pada saat benda asing itu terjepit di sfingter laring pasien batuk berulang-ulang

(paroksikmal), sumbatan di trakea, mengi, dan sianosis Bila benda asing telah masuk ke dalam

4

trakea atau bronkus kadang terjadi fase asistomatik selama 24 jam atau lebih, diikuti gejala

pulmonum yang bergantung pada derajat sumbatan bronkus.2,8

Benda asing organik seperti kacang mempunyai sifat higroskopik, mudah jadi

lunak,mengembang oleh air serta dapat menyebabkan iritasi pada mukosa, mukosa bronkus

edema, meradang dapat terjadi jaringan granulasi disekitar benda asing, sehingga gejala

sumbatan bronkus menghebat timbul laringotrakeo-bronkitis, toksemia,batuk, dan demam

yang iregular.2,8

          Benda asing anorganik menimbulkan reaksi jaringan lebih ringan, dan lebih mudah

didignosis dengan pemeriksaan radiologi. Benda asing berasal dari metal dan tipis seperti

jarum, peniti, dapat masuk ke dalam bronkus yang lebih distal dengan memberikan gejala

batuk spasmodik.8

II.4 Gejala Klinis

Aspirasi benda asing adalah suatu hal yang sering ditemukan dan ditangani dalam

situasi gawat darurat. Aspirasi benda asing dapat menyebabkan berbagai perubahan mulai dari

gejala yang minimal dan bahkan tidak disadari, sampai gangguan jalan napas dan dapat

menimbulkan kematian. 5

Gejala sumbatan benda asing di dalam saluran napas tergantung pada lokasi benda

asing, derajat sumbatan (total atau sebagian), sifat, bentuk dan ukuran benda asing. Benda

asing yang masuk melalui hidung dapat tersangkut di hidung, nasofaring, laring, trakea dan

bronkus. Benda yang masuk melalui mulut dapat tersangkut di orofaring, hipofaring, tonsil,

dasar lidah, sinus piriformis, esofagus atau dapat juga tersedak masuk ke dalam laring,

trakea dan bronkus. Gejala yang timbul bervariasi, dari tanpa gejala hingga kematian sebe-

lum diberikan pertolongan akibat sumbatan total. 2

Seseorang yang mengalami aspirasi benda asing saluran napas akan mengalami 3

stadium. Stadium pertama merupakan gejala permulaan yaitu batuk-batuk hebat secara tiba-

tiba (violent paroxysms of coughing), rasa tercekik (choking), rasa tersumbat di tenggorok

(gagging) dan obstruksi jalan napas yang terjadi dengan segera. Pada stadium kedua, gejala

stadium permulaan diikuti oleh interval asimptomatis. Hal ini karena benda asing tersebut

tersangkut, refleks-refleks akan melemah dan gejala rangsangan akut menghilang. Stadium

ini berbahaya, sering menyebabkan keterlambatan diagnosis atau cenderung mengabaikan

5

kemungkinan aspirasi benda asing karena gejala dan tanda yang tidak jelas. Pada stadium

ketiga, telah terjadi gejala komplikasi dengan obstruksi, erosi atau infeksi sebagai akibat

reaksi terhadap benda asing, sehingga timbul batuk-batuk, hemoptisis, pneumonia dan abses

paru. 2,6,8

Benda asing di laring dapat menutup laring, tersangkut di antara pita suara atau

berada di subglotis. Gejala sumbatan laring tergantung pada besar, bentuk dan letak (posisi)

benda asing. 2,8

Sumbatan total di laring akan menimbulkan keadaan yang gawat biasanya kematian

mendadak karena terjadi asfiksia dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan oleh timbulnya

spasme laring dengan gejala antara lain disfonia sampai afonia, apnea dan sianosis.2,8

Sumbatan tidak total di laring dapat menyebabkan disfonia sampai afonia, batuk yang

disertai serak (croupy cough), odinofagia, mengi, sianosis, hemoptisis, dan rasa subjektif dari

benda asing (penderita akan menunjuk lehernya sesuai dengan letak benda asing tersebut

tersangkut) dan dispnea dengan derajat bervariasi. Gejala ini jelas bila benda asing masih

tersangkut di laring, dapat juga benda asing sudah turun ke trakea, tetapi masih menyisakan

reaksi laring oleh karena adanya edema.2,8

Benda asing yang tersangkut di trakea akan menyebabkan stridor, dapat ditemukan

dengan auskultasi (audible stridor) dan palpasi di daerah leher (palpatory thud). Jika benda

asing menyumbat total trakea akan timbul sumbatan jalan napas akut yang memerlukan

tindakan segera untuk membebaskan jalan napas. Gejala pada dewasa umumnya sama dengan

gejala pada anak. Bila anak batuk atau dengan wheezing yang dicurigai terjadi aspirasi benda

asing di saluran napas.3

Benda asing di bronkus kebanyakan memasuki bronkus kanan karena lebih lebar dan

lebih segaris dengan lumen trakea. Benda asing dapat menyumbat secara total bronkus lobaris

atau segmental dan mengakibatkan atelektasis atau obstruksi parsial yang berfungsi seperti

katup satu arah dimana udara dapat masuk ke paru- paru tetapi tidak dapat keluar, sehingga

menyebabkan emfisema obstruktif 8,9. Pasien pada benda asing di bronkus umumnya datang

pada fase asimptomatik kemudian benda asing bergerak ke perifer, sehingga udara yang

masuk terganggu dan pada auskultasi terdengar ekspirasi memenjang dengan mengi. Gejala

fisik dapat bervariasi karena perubahan benda asing, keluhan batuk kronik dan sesak napas

6

menyerupai gejala pasien asma atau bronkopnemonia.6 Benda asing organik menyebabkan

reaksi yang hebat pada saluran nafas dengan gejala laringotrakeobronkitis, toksmia, batuk, dan

demam irregular. Tanda fisik benda asing di bronkus bervariasi, karena perubahan posisi dari

satu sisi ke sisi lain dalam paru.8 Benda asing di orofaring dan hipofaring dapat tersangkut di

tosil, dasar lidah, valekula, sinus piriformis menimbulkan rasa nyeri pada saat menelan.6,8

Anak bisa kemasukan suatu benda ke dalam hidung karena ulahnya sendiri, bisa juga

oleh kakak atau temannya yang memasukkan benda tersebut. Bisa jadi hal tersebut lolos dari

pengamatan orang tua dan baru ketahuan setelah 2-3 hari. Ujung-ujungnya orang tua baru

menyadari setelah timbul gejala, seperti keluar cairan yang berdarah, atau lendir seperti pilek

dan berbau busuk dari lubang hidung, hidung tampak merah dan bengkak, dan napas anak

berbau dan busuk. Bau ini mungkin karena infeksi atau benda yang masuk itu, misalnya

kacang tanah, jadi membusuk. 10

II.5 Diagnosis 9

Diagnosa benda asing di saluran nafas ditegakkan berdasarkan atas anamnesis yang

cermat, pemeriksaan fisik, radiologis dan tindakan bronkoskopi.9

II.5.1. AnamnesisAnamnesa yang teliti mengenai riwayat aspirasi dan gejala inisial sangat penting dalam

diagnosis aspirasi benda asing. Kecurigaan adanya benda asing dan gejala inisial (choking)

adalah dua hal yang signifikan berhubungan dengan kasus aspirasi benda asing. Pada anak-

anak kadang-kadang episode inisial belum dapat diungkapkan dengan baik oleh anak itu

sendiri dan tidak disaksikan oleh orang tua atau pengasuhnya sehingga gejalanya mirip dengan

penyakit paru yang lain. Gejala yang sering ditemukan pada kasus aspirasi benda asing yang

telah berlangsung lama antara lain batuk, sesak nafas, wheezing, demam dan stridor. Perlu

ditanyakan juga telah berapa lama, bentuk, ukuran dan jenis benda asing untuk mengetahui

simtomatologi dan perencanaan tindakan bronkoskopi.9

II.5.2. Pemeriksaan Fisik

7

Pemeriksaan fisik yang menyeluruh pada kasus aspirasi benda asing sangat diperlukan.

Kegawatan nafas atau sianosis memerlukan penanganan yang segera. Pada jam-jam pertama

setelah terjadinya aspirasi benda asing, tanda yang bisa ditemukan di dada penderita adalah

akibat perubahan aliran udara di traktus trakeobronkial yang dapat dideteksi dengan stetoskop.

Benda asing disaluran nafas akan menyebabkan suara nafas melemah atau timbul suara

abnormal seperti wheezing pada satu sisi paru-paru.9

II.5.3. Pemeriksaan Radiologis

Pemeriksaan radiologis penderita aspirasi benda asing harus dilakukan. Dianjurkan untuk

membuat foto berikut:

1. Foto jaringan lunak leher PA dan lateral posisi ekstensi

Dapat memperlihatkan benda asing radioopak dan kadang-kadang bahkan benda asing

radiolusen pada laring dan trakea.

2. Foto torak PA dan lateral

3. Foto torak akhir inspirasi dan ekspirasi

Dapat memperlihatkan atelektasis dan emfisema obstruktif. Juga dapat terlihat bukti

tidak langsung adanya benda asing radiolusen.

4. Fluoroskopi/videofluoroskopi

Dilakukan pemeriksaan selama inspirasi dan ekspirasi pada kasus yang meragukan

untuk melihat adanya obstruksi parsial paru.

5. Bronkogram

Untuk memastikan adanya benda asing radiolusen atau untuk mengevaluasi bronkiektasis.9

Diagnosa benda asing di saluran nafas dapat ditegakkan pada hampir 70% kasus.

Harus diingat bahwa tidak terdapatnya kelainan radiologis tidak berarti adanya benda asing

dapat disingkirkan. Foto torak cenderung memberikan gambaran normal pada 1/3 pasien yang

didiagnosa sebagai aspirasi benda asing dalam 24 jam pertama kejadian.CT Scan berguna

pada kasus yang tidak terdeteksi dengan foto sinar X, seperti benda asing kacang yang bersifat

radiolusen. 9

Anamnesis dan pemeriksaan radiologis sering menunjukkan dugaan aspirasi benda

asing, tetapi bukan diagnosa pasti. Pada keadaan ini harus dibuktikan adanya benda asing

8

dengan bronkoskopi untuk diagnosis dan terapi. Bahkan Barrios et al menyarankan

bronkoskopi harus dilakukan pada anak-anak dengan riwayat gejala inisial aspirasi benda

asing (choking crisis)9

II.6. Penatalaksanaan

Benda asing di hidung.Bila ketahuan anak memasukkan benda kecil seperti biji-

bijian, orang tua tidak perlu panik. Bila bendanya masuk terlalu dalam dan sulit dikeluarkan,

jangan sembarang menggunakan alat karena bisa timbul luka. Bila benda yang masuk tidak

terlalu dalam dan masih bisa terlihat, bisa diambil dengan sebatang kawat berujung tumpul

yang dibengkokkan seperti kail. Secara perlahan kail tersebut dimasukkan ke dalam hidung

kemudian tarik biji tersebut pelan-pelan keluar. Bisa juga dengan menggunakan pinset.

Jika tidak berhasil, segera bawa ke dokter.Jika benda dapat dikeluarkan dengan mudah

tentunya tidak akan menimbulkan akibat lebih jauh. Tapi bisa menjadi gawat jika benda

terisap masuk ke paru-paru, jalan napas akan tersumbat dan terjadi sesak napas, tersedak atau

suara sengau. 10

Benda asing dapat menyebabkan obstruksi jalan napas sebagian (parsial) atau komplit

(total). Pada obstruksi jalan napas partial korban mungkin masih mampu melakukan

pernapasan, namun kualitas pernapasan dapat baik atau buruk. Pada korban dengan

pernapasan yang masih baik, korban biasanya masih dapat melakukan tindakan batuk dengan

kuat, usahakan agar korban tetap bisa melakukan batuk dengan kuat sampai benda asing

tersebut dapat keluar. Bila sumbatan jalan napas partial menetap, maka aktifkan sistem

pelayanan medik darurat. Obstruksi jalan napas partial dengan pernapasan yang buruk harus

diperlakukan sebagai Obstruksi jalan napas komplit. 11

Obstruksi jalan napas komplit (total), korban biasanya tidak dapat berbicara, bernapas,

atau batuk. Biasanya korban memegang lehernya diantara ibu jari dan jari lainya. Saturasi

oksigen akan dengan cepat menurun dan otak akan mengalami kekurangan oksigen sehingga

menyebabkan kehilangan kesadaran, dan kematian akan cepat terjadi jika tidak diambil

tindakan segera. 2

9

Untuk dapat menanggulangi kasus aspirasi benda asing dengan cepat dan tepat, perlu

diketahui dengan baik lokasi tersangkutnya benda asing tersebut. Secara prinsip benda asing

di saluran napas dapat ditangani dengan pengangkatan segera secara endoskopik dengan

trauma minimum. Umumnya penderita dengan aspirasi benda asing datang ke rumah sakit

setelah melalui fase akut, sehingga pengangkatan secara endoskopik harus dipersiapkan

seoptimal mungkin, baik dari segi alat maupun personal yang telah terlatih. 2

Penderita dengan benda asing di laring harus mendapat pertolongan segera, karena

asfiksia dapat terjadi dalam waktu hanya beberapa menit. Cara lain untuk mengeluarkan

benda asing yang menyumbat laring secara total ialah dengan cara perasat dari Heimlich

(Heimlich maneuver), dapat dilakukan pada anak maupun dewasa. Menurut teori Heimlich,

benda asing yang masuk ke dalam laring ialah pada saat inspirasi. Dengan demikian paru

penuh dengan udara, diibaratkan sebagai botol plastik yang tertutup, dengan menekan botol

itu, maka sumbatnya akan terlempar keluar.2 Manuver Heimlich (hentakan

subdiafragmaabdomen). Suatu hentakan yang menyebabkan peningkatan tekanan pada

diafragma sehingga memaksa udara yang ada di dalam paru- paru untuk keluar dengan cepat

sehingga diharapkan dapat mendorong atau mengeluarkan benda asing yang menyumbat jalan

napas. Setiap hentakan harus diberikan dengan tujuan menghilangkan obstruksi, mungkin

dibutuhkan hentakan 6 - 10 kali untuk membersihkan jalan napas. 11

Komplikasi perasat Heimlich adalah kemungkinan terjadinya ruptur lambung atau

hati dan fraktur kosta. Oleh karena itu pada anak sebaiknya cara menolongnya tidak dengan

menggunakan kepa- lan tangan tetapi cukup dengan dua buah jari kiri dan kanan.2

Pada sumbatan benda asing tidak total di laring perasat Heimlich tidak dapat

digunakan. Dalam hal ini penderita dapat dibawa ke rumah sakit terdekat yang memiliki

fasilitas endoskopik berupa laringoskop dan bronkoskop.2

Pasien dengan benda asing ditrakea harus di rujuk ke rumah sakit dengan fasilitas

bronskopi, Benda di keluarkan dengan bronskopi secara segera pada pasien tidur terlentang

dengan posisi Trendelenburg supaya tidak lebih turun ke bronkus, benda asing dipegang

dengan cunam yang sesuai dan dikeluarkan melalui laring, bila bronkospi tidak tersedia,

10

dilakukan trakeostomi dan benda asing dikeluakan memakai cunam atau alat penghisap

melalui stoma tersebut, jika tidak berhasil dirujuk ke rumah sakit dengan fasilitas endoskopi.6,8

Benda asing di bronkus di keluarkan dengan bronskop kaku atau serat optik dan

cunam yang sesuai, Tindakan ini harus segera di lakukan, apalagi benda asing bersifat organik,

bila tidak dapat di keluarkan, misalnya tajam, tidak rata, dan tersangkut pada jaringan, dapat

dilakukan servikotomi atau tarakotomi, antibiotik dan kortikosteroid tidak rutin diberikan

setelah endoskopi, Dilakukan fisioterapi dada pada kasus pnemonia, bronkitis purulenta, dan

atelektasis,Pasien dipulangkan 24 jam setelah tindakan jika paru bersih dan tidak demam,

Pasca bronkoskopi dibuat foto torak hanya bila gejala pulmonum tidak menghilang pada

keadaan tersebut perlu di selidiki lebih lanjut dan diobati secara tepat dan adekuat.6,8

Benda asing di dasar lidah di lihat dengan kaca tenggorokan yang besar, pasien

diminta menarik lidahnya sendiri dan pemeriksa memegang kaca tenggorokan dengan tangan

kiri, cunam dengan tangan kanan untuk mengambil benda tersebut, Bila perlu dapat

disemprotkan dengan silokain dan pantokain, Untuk mengeluarkan benda asing di velekula

dan sinus piriformis dilakukan laringoskopi langsung.6,8Di Instalasi Gawat Darurat, terapi

suportif awal termasuk pemberian oksigen, monitor jantung dan pulse oxymetri dan

pemasangan IV dapat dilakukan. Bronkoskopi merupakan terapi pilihan untuk kasus aspirasi.

Pemberian steroid dan antibiotik preoperatif dapat mengurangi komplikasi seperti edema

saluran napas dan infeksi. Metilprednisolon 2 mg/kg IV dan antibiotik spektrum luas yang

cukup mencakup Streptokokus hemolitik dan Staphylococcus aureus dapat dipertimbangkan

sebelum tindakan bronkoskopi.3

Sebenarnya tidak ada kontraindikasi absolut untuk tindakan bronkoskopi, selama hal

itu merupakan tindakan untuk menyelamatkan nyawa (life saving). Pada keadaan tertentu

dimana telah terjadi komplikasi radang saluran napas akut, tindakan dapat ditunda sementara

dilakukan pengobatan medikamentosa untuk mengatasi infeksi. Pada aspirasi benda asing

organik yang dalam waktu singkat dapat menyebabkan sumbatan total, maka harus segera

dilakukan bronkoskopi, bahkan jika perlu tanpa anestesi umum. 3

11

Gambar 2.2 Penanganan benda asing saluran nafas dengan Bronkoskopi

Benda asing di bronkus dapat dikeluarkan dengan bronkoskopi kaku maupun

bronkoskopi serat optik. Pada bayi dan anak-anak sebaiknya digunakan bronkoskopi kaku

untuk mempertahankan jalan napas dan pemberian oksigen yang adekuat, karena diameter

jalan napas pada bayi dan anak-anak sempit. Pada orang dewasa dapat dipergunakan

bronkoskop kaku atau serat optik, tergantung kasus yang dihadapi. Ukuran alat yang dipakai

juga menentukan keberhasilan tindakan. Keterampilan operator dalam bidang endoskopi juga

berperan dalam penentuan pelaksanaan tindakan bronkoskopi. 3

Bronkoskop kaku mempunyai keuntungan antara lain ukurannya lebih besar variasi

cunam lebih banyak, mempunyai kemampuan untuk mengekstraksi benda asing tajam dan

kemampuan untuk dilakukan ventilasi yang adekuat. Selain keuntungan di atas, penggunaan

bronkoskop kaku juga mempunyai kendala yaitu tidak bisa untuk mengambil benda asing di

distal, dapat menyebabkan patahnya gigi geligi, edema subglotik, trauma mukosa, perforasi

bronkus dan perdarahan. Pada pemakaian teleskop maupun cunam penting diperhatikan bahwa

ruang untuk pernapasan menjadi sangat berkurang, sehingga lama penggunaan alat-alat ini

harus dibatasi sesingkat mungkin. Bronkoskop serat optik dapat digunakan untuk orang

12

dewasa dengan benda asing kecil yang terletak di distal, penderita dengan ventilasi mekanik,

trauma kepala, trauma servikal dan rahang. 3

Persiapan yang adekuat untuk ekstraksi benda asing antara lain : 9

1. Pendekatan pada orang tua/keluarga, diantaranya untuk memberikan

informasi

mengenai resiko tindakan, kemungkinan trauma dan kegagalan

ekstraksi.

2. Persiapan pasien:

−Foto torak: PA saat inspirasi dan ekspirasi, lateral

−Puasa 6 jam sebelum tindakan

−Pemberian cairan yang adekuat

−Pemeriksaan laboratorium (darah lengkap, skrining perdarahan/

pembekuan,

elektrolit, gula darah,analisa urin)

3. Persiapan alat: harus tersedia bronkoskop dengan ukuran yang sesuai

dengan umur penderita

4. Penilaian duplikat benda asing untuk menentukan pilihan cunam yang

akan dipakai, apakah cunam dapat memegang dengan baik saat benda

asing ditarik ke luar.

5. Analisis masalah: perlu dilakukan diskusi antara ahli THT, paru dan

anestesi sebelum dilakukan tindakan ekstraksi mengenai kemungkinan

resiko tindakan. Ekstraksi

benda asing di traktus trakeobronkial merupakan problem mekanis yang

memerlukan perencanaan yan baik.

6. Persiapan tim: kerjasama tim yang lengkap terdiri dari operator, ahli

anestesi dan

perawat yang berpengalaman sangat penting.

Beberapa faktor penyulit mungkin dijumpai dan dapat menimbulkan kegagalan

bronkoskopi antara lain adalah faktor penderita, saat dan waktu melakukan bronkoskopi, alat,

13

cara mengeluarkan benda asing, kemampuan tenaga medis dan para medis, dan jenis anestesia.

Sering bronkoskopi pada bayi dan anak kecil terdapat beberapa kesulitan yang jarang dijumpai

pada orang dewasa, karena lapisan submukosa yang longgar di daerah subglotik menyebabkan

lebih mudah terjadi edema akibat trauma. Keadaan umum anak capet menurun, dan cepat

terjadi dehidrasi dan renjatan. Demam menyebabkan perubahan metabolisme, termasuk

pemakaian oksigen dan metabolisme jaringan, vasokontriksi umum dan perfusi jaringan

terganggu. Adanya benda asing di saluran napas akan mengganggu proses respirasi, sehingga

benda asing tersebut harus segera dikeluarkan. 3

Pemberian kortikosteroid dan bronkodilator dapat mengurangi edema laring dan

bronkospasme pascatindakan bronkoskopi. Pada penderita dengan keadaaan sakit berat, maka

sambil menunggu tindakan keadaan umum dapat diperbaiki terlebih dahulu, misalnya:

rehidrasi, memperbaiki gangguan keseimbangan asam basa, dan pemberian antibiotika.

Keterlambatan diagnosis dapat terjadi akibat kurangnya pengetahuan dan kewaspadaan

penderita maupun orang tua mengenai riwayat tersedak sehingga menimbulkan keterlambatan

penanganan. 3

Kesulitan mengeluarkan benda asing saluran napas meningkat sebanding dengan lama

kejadian sejak aspirasi benda asing. Pada benda asing yang telah lama berada di dalam saluran

napas atau benda asing organik, maka mukosa yang menjadi edema dapat menutupi benda

asing dan lumen bronkus, selain itu bila telah terjadi pembentukkan jaringan granulasi dan

striktur maka benda asing menjadi susah terlihat. 3

Pada kasus yang tidak terdapat gejala sumbatan jalan napas total, maka tindakan

bronkoskopi dilakukan dengan persiapan operator, alat dan keadaan umum penderita sebaik

mungkin. Holinger menyatakan bahwa lebih baik dengan persiapan 2 jam, maka benda asing

dapat dikeluarkan dalam waktu 2 menit daripada persiapan hanya 2 menit tetapi akan ditemui

kesulitan selama 2 jam. Bila benda asing menyebabkan sumbatan jalan napas total, misalnya

benda asing di laring atau trakea, maka tindakan harus segera dilakukan untuk menyelamatkan

penderita, bila perlu dilakukan krikotirotomi atau trakeostomi lebih dahulu. Jika timbul

kesulitan dalam mengeluarkan benda asing, maka dapat didorong ke salah satu sisi bronkus.

Snow menyatakan bahwa tindakan bronkoskopi tidak boleh lebih dari 30 menit. 3

14

II.7 Komplikasi

Komplikasi dapat disebabkan oleh benda asing itu sendiri atau trauma tindakan

bronkoskopi. Komplikasi akut akibat tersangkutnya benda asing antara lain sesak nafas,

hipoksia, asfiksia sampai henti jantung. Gangguan ventilasi ditandai dengan adanya sianosis.

Komplikasi kronis antara lain pneumonia, dapat berlanjut dengan pembentukan kavitas dan

abses paru, bronkiektasis, fistel bronkopleura, pembentukan jaringan granulasi atau polip

akibat inflamasi pada mukosa tempat tersangkutnya benda asing. Dapat juga terjadi

pneumomediastinum, pneumotorak. 9

Keterlambatan diagnosis aspirasi benda asing yang berlangsung lebih dari 3 hari akan

menambah komplikasi seperti emfisema obstruktif, pergeseran mediastinum, pneumonia dan

atelektasis.Komplikasi tindakan bronkoskopi antara lain aritmia jantung akibat hipoksia,

retensi CO2 atau tekanan langsung selama manipulasi bronkus utama kiri. Komplikasi teknis

yang paling mungkin terjadi pada operator yang kurang berpengalaman adalah benda asing

masuk lebih jauh sampai ke perifer sehingga sulit dicapai oleh skop, laserasi mukosa,

perforasi, atau benda asing masuk ke segmen yang tidak tersumbat pada saat dikeluarkan. Bisa

juga terjadi edema laring dan reflek vagal.Komplikasi pasca bronkoskopi antara lain

demam, infiltrat paru dan pneumotorak, yang memerlukan bantuan

ventilasi.9

15

BAB III

KESIMPULAN

Benda asing dalam suatu organ dapat terbagi atas benda asing eksogen (dari luar

tubuh) dan benda asing endogen (dari dalam tubuh) yang dalam keadaan normal benda

tersebut tidak ada

Benda asing eksogen terdiri dari zat organik seperti kacang-kacangan, tulang, dan lain-

lain; dan zat anorganik seperti peniti, jarum dan lain-lain. Benda asing endogen contohnya

krusta, nanah, secret kental, darah atau bekuan darah, dan mekonium

Faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing pada saluran nafas adalah

usia, jenis kelamin, faktor kejiwaan (emosi,dan gangguan psikis) kegagalan mekanisme

proteksi, faktor kecerobohan, misalnya kebiasaan menaruh benda di mulut, makan dan minum

tergesa-gesa.

Benda asing organik seperti kacang mempunyai sifat higroskopik, mudah jadi

lunak,mengembang oleh air serta dapat menyebabkan iritasi pada mukosa, mukosa bronkus

edema, meradang dapat terjadi jaringan granulasi disekitar benda asing, sehingga gejala

sumbatan bronkus menghebat timbul laringotrakeo-brokitis, toksemia,btuk, dan demam yang

iregular.

          Benda asing anorganik menimbulkan reaksi jaringan lebih ringan, dan lebih mudah

didignosis dengan pemeriksaan radiologi. Benda asing berasal dari metal dan tipis seperti

jarum, peniti, dapat masuk ke dalam bronkus yang lebih distal dengan memberikan gejala

batuk spamodik.

Seseorang yang mengalami aspirasi benda asing saluran napas akan mengalami 3

stadium. Stadium pertama yaitu violent paroxysms of coughing, (choking), (gagging) dan

obstruksi jalan napas dengan segera. Stadium kedua, gejala stadium permulaan diikuti oleh

16

interval asimptomatis. Stadium ketiga, telah terjadi gejala komplikasi dengan obstruksi,

erosi atau infeksi sebagai akibat reaksi terhadap benda asing.

Diagnosa benda asing di saluran nafas ditegakkan berdasarkan atas anamnesis yang

cermat, pemeriksaan fisik, radiologis dan tindakan bronkoskopi. Komplikasi dapat disebabkan

oleh benda asing itu sendiri atau trauma tindakan bronkoskopi. Komplikasi akut akibat

tersangkutnya benda asing antara lain sesak nafas, hipoksia, asfiksia sampai henti jantung.

17

DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardi EA. Disfagia. Dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok

Kepala dan Leher. Editor: Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Edisi

ke 6. Jakarta: FKUI. 2007. h. 276-302.

2. Adams L George, boies L, dkk. Boies Buku Ajar Penyakit THT edisi 6. Penerbit buku

kedokteran EGC. Jakarta 2008

3. Junizaf,M.H. Buku Ajar Ilmu Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher. FK UI.

Jakarta, 2007

4. Perkasa,M.F. Ekstraksi Benda Asing Laring. Available from: URL:

http://www.scribd.com/doc/32825999/Ekstraksi-Benda-Asing-Laring.

5. Almazini,P. Penatalaksanaan Benda Asing di Saluran Nafas. Available from URL:

http://myhealing.wordpress.com/2010/02/02/penanganan-benda-

asing-di-saluran-napas.

6. Ahmad, Rofiq .Obstruksi Saluran Pernafasan .Available from: URL:

http://rofiqahmad.wordpress.com/2008/01/25/saluran-pernafasan . 2008

7. Asroel,H. Ekstraksi Benda Asing di Bronkus dan Esofagus. Available

from URL:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18786/1/mkn-

8. Darmawan. Corpus Aleneum. Available from: URL:

http://loveyaya.multiply.com/journal/item/16.

9. Muluk,A. Pertahanan Saluran Nafas. Available from: URL:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18350/1/mkn

18

10. Rahman,A. Benda Asing di Trakea. Available from: URL:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18993/1/mkn-mar2007-

40%20%282%29.pdf .

11. Anonymous,Bantuan Hidup Dasar, Available from:

http://www.scribd.com/doc/4535323/bantuan-hidup-dasar .

19