Case 1 - Trauma Oculi
-
Upload
adryan-andry -
Category
Documents
-
view
306 -
download
3
description
Transcript of Case 1 - Trauma Oculi
Case 1 – Trauma Oculi (Subconjunctival Hemorrhage)
Ny. Ayu 45 tahun, wanita karir datang ke UGD RSAL dengan keluhan hiperemia pada oculi dextra.
Tidak ada pandangan kabur dan sensasi corpus alienum
DIFFERENTIAL DIAGNOSA
Konjungtivitis akut Iritis akut Glaukoma akut Trauma kornea
atau infeksi
Insidensi Sering sekali terjadi Umum Tidak umum
terjadi
Umum
Discharge Sedang sampai
banyak
Tidak ada Tidak ada Berair atau
purulent
Vision Tidak ada efek pada
penglihatan
Sedikit kabur Kabur Biasanya kabur
Nyeri Tidak ada Sedang Parah Sedang – parah
Conjuctival
injection
Dari fornix – ke
central
Pericorneal
vascular injection
Diffuse Pericorneal
vascular injection
Cornea Jernih Biasanya jernih Berkabut (steamy) Perubahan pada
kejernihan terkait
causa
Ukuran pupil N Kecil Dilatasi sedang
dan fixed
N
Reflex cahaya
pupil
N Buruk Tidak ada N
Tekanan IO N N Meningkat N
Smear Ada organisme
penyebab
Tidak ada
organism
Tidak ada
organism
Organisme
ditemukan hanya
MOOCAPage 1
pada ulcer kornea
1. ANATOMI MATA
1. Dinding bola mata
Sclera , lapisan fibrous luar ( tersusun atas sabut kolagen yang tersusun rapat
- Cornea ( bagian anterior sclera, terdiri dari jaringan ikat transparan
- Cribriform plate ( titik terlemah pada area circular yang ditembus oleh N.II
Tunica vascularis, lapisan tengah
- Choroid ( posterior 2/3 dari lapisan, tersusun dari pembuluh darah untuk nutrisi retina dan
pigment
- Corpus cilliaris dengan musculus cilliaris yang involunter (otot polos) tesusun pada 2
bidang dan processus cilliaris
- Iris ( anterior dilapisi oleh endotelium, terisi dengan jaringan ikat, sel
pigment, dan musculi sphincter et dilator pupillae. Pupil terletak di tengahnya
Retina, bagian dalam ( 2 lapisan utama : retina proper (dalam) dan lapisan pigment (luar).
Dapat dibagi menjadi :
- Pars optica ( peka cahaya, meluas mulai dari polus posterior. Fovea centralis adalah area
tipis dimana reseptornya mudah terpapar cahaya
- Pars caeca ( bagian nonsensitif terletak rostral terhadap ora serrata
- Pars ciliaris ( memiliki lapisan epitel dalam yang tipis dan sebuah lapisan pigmen luar
- Pars iridica ( dimana kebanyakan lapisan pigment dibentuk otot polos, sementara lapisan
dalam mengandung pigment
2. Pembagian (Divisi) bola mata
Camera oculi ( pada bagian depan lensa dan lig. Suspensorium. Dibagi lagi menjadi camera
anterior et posterior oleh iris
Corpus vitreous ( di belakang lensa dan ligament-nya
3. Media Refraktif
Cornea : bagian rostral dari sklera yang transparan
Aqueous humor : cairan yang mengisi camera oculi anterior et posterior
Lensa crystalina : terdiri dari kapsul elastik yang mengandung serat2 lensa. Lensa
menggantung pada proc. Cilliaris oleh lig. Suspensorium lentis (zonula fibers)
Corpus vitreous : jelly transparan yang terkandung pada membrana hyaloid yang tipis
4. Pembentukan dan sirkulasi aqueous humor
MOOCAPage 2
Cairan meninggalkan anyaman kapiler di processus cilliaris dari camera oculi posterior ( mengalir ke
medial ( menuju tepi dari pupil dan memasuki camera oculi anterior ( mengalir ke lateral menuju
angulus iridocornealis ( memasuki meshwork dari spatium fontana dari angulus ini ( memasuki sinus
vena scleral (canal of Schlemm)
Vaskularisasi
A. Ophtalmica
Asal : a. carotis interna
Perjalanan : melewati foramen optica, di bawah dan lateral terhadap N. II; di cavum orbita
menyilang di atas N. II terhadap dinding medial dari cavum orbita, lalu melintas secara rostral
untuk membagi menjadi a. supratrochlearis et a. dorsalis nasi
Cabang :
1. Pada cavum orbita (untuk bagian sekelilingnya)
- A. Lacrimalis dekat foramen optica, sepanjang margo m. rectus lateralis menuju
glandula lacrimalis, palpebra dan conjunctiva
- A. Supraorbital melintas secara rostral, sepanjang tepi medial m. rectus superior,
melewati incisura supraorbitalis menuju frontal
- Anterior dan posterior ethmoidal menuju sinus2 dan cavum nasi
- A. palpebralis media : 1 untuk masing2 palpebra
- Supratrochlear : meninggalkan cavum orbita dengan n. supratrochlearis menuju frontal
- A. Dorsalis nasi : menuju permukaan dinding luar hidung
2. Dorsalis nasi, menuju permukaan luar hidung
3. Pada cavum orbita, untuk bola mata
- A. centralis retina : meninggalkan jalur utamanya, menyilang N.II, menembus dan
menuju pusat bola mata dan menyebar pada retina
- Aa. Cilliares tersusun dalam 3 grup:
o Cilliaris posterior brevis
o Cilliaris posterior longus
o A. cilliaris anterior
Distribusi a. centralis pada retina
Pada bola mata, segera bercabang memberi cabang superior dan inferior. Kedua cabang membagi lagi
menjadi cabang lateral dan medial. Mulanya, arteri berada antara membrana hyaloidea dan lapisan
nervosa dari retina namun selanjutnya menembus, membentuk anyaman kapiler halus. Tidak melanjut
lebih dalam dari lapisan inner nuclear. Macula mendapat 2 cabang kecil dari cabang temporal dan sedikit
langsung dari a. centralis.
MOOCAPage 3
Drainase vena bola mata
Retina mendrainase vena yang bersama2 cabang dan truncus dari a. Centralis
Lapisan luar drainase oleh vena vorticosa pada lapisan luar dari choroid. Vena2 ini menyatu menjadi
4 atau 5 truncus, menembus sclera antara N.II dan corneoscleral junction untuk mendrainase menuju
v. Ophtalmica superior.
2. HISTOLOGI
Conjunctiva adalah :
Epitel yang menutupi bagian sklera yang terpapar dan permukaan dalam kelopak mata
Epitel berlapis silindris dan tidak biasa dengan sel goblet pada lapisan permukaannya.
Melanosit ditemukan dalam lapisan basal.
Sekresi mukus ( fx : lapisan pelindung dari permukaan mata yang terpapar, dan memungkinkan
kelopak mata bergerak dengan bebas terhadap mata.
Di bawah epitel conjunctiva adalah jaringan ikat kendor bervaskular.
Struktur conjunctiva
Secara histologis, konjungtiva terdiri atas 3 lapisan :
1. Lapisan Epitelium
Marginal conjunctiva memiliki epitel pipih 5 lapis
Tarsal conjunctiva memiliki epitel 2 lapis; lapisan superfisial (sel silindris) dan lapisan
profundus (sel pipih)
Fornix dan bulbar conjunctiva memiliki epitel 3 lapis; lapisan superfisial (sel silindris);
lapisan tengah (sel polyhedral); dan lapisan profundus (sel kubis).
Limbal conjunctiva (5-6 lapis epitel berlapis pipih).
2. Lapisan adenoid
terdiri atas retikulum jaringan ikat yang halus dalam jala tempat lymphocyte berada.
lapisan yang paling berkembang dalam fornix.
tidak muncul sejak lahir namun berkembang setelah 3-4 bulan kehidupan ( inflamasi
conjunctiva pada bayi yang baru lahir (infant) tidak menghasilkan reaksi folikuler (follicular
reaction).
3. Fibrous layer
Terdiri atas jalinan (meshwork) sabut elastis dan kolagen, lebih tebal daripada lapisan adenoid,
kecuali pada regio tarsal conjunctiva. Lapisan ini mengandung pembuluh darah dan saraf conjunctiva,
bergabung dengan kapsula Tenon yang berada di bawah pada regio bulbar conjunctiva.
MOOCAPage 4
Kelenjar conjunctiva
Terdiri atas 2 tipe kelenjar:
1) Mucin secretory glands
Kelenjar ini adalah sel goblet (Kelenjar uniseluler yang terletak dalam lapisan epitel), Kripta Henle
(ada di tarsal conjunctiva) dan kelenjar Manz (ditemukan dalam limbal konjungtiva). Kelenjar-
kelenjar ini mensekresikan mucus yang penting untuk membasahi cornea dan conjunctiva.
2) Accessory lacrimal glands
Kelenjar ini adalah:
- Glands of Krause (ada di jaringan ikat subconjunctiva pada fornix; sekitar 42 kelenjar di fornix
superior dan 8 kelenjar di fornix inferior, dan
- Glands of Wolfring (tampak disepanjang margo superior dari tarsus superior dan di sepanjang
margo inferior dari tarsus inferior)
Plica semilunaris
Suatu lipatan menyerupai bulan sabit di conjunctiva, nampak pada medial canthus. Batas bebas di sebelah
lateral berbentuk cekung. Struktur ini adalah sebuah struktur vestigeal pada manusia dan menunjukkan
nictitating membrane (membran untuk berkedip) (disebut juga palpebra ketiga) pada hewan yang
tingkatannya lebih rendah.
Caruncle
massa kecil, ovoid, berwarna pink yang terletak di dalam medial canthus, di sebelah medial dari plica
semilunaris. Caruncula adalah suatu bagian kulit yang termodifikasi dan ditutupi dengan epitel berlapis
pipih dan mengandung kelenjar keringat, kelenjar sebacea, dan folikel rambut.
3. FISIOLOGI
Inflamasi akut
- Inflamasi → reaksi pertahanan organisme dan jaringannya terhadap stimuli luka.
- Tujuan → memperbaiki kerusakan, membatasinya, menghilangkan penyebabnya (contoh : bakteri
atau benda asing).
Penyebab suatu inflamasi dapat berupa:
1. Mikroorganisme (IA) → bakteri, virus, jamur, atau parasit
2. Benda asing → Protein asing, contoh: serbuk bunga/pollen, asbes, atau kristal silikon)
3. Kerusakan jaringan dengan pembentukan debris jaringan, contoh akibat :
Kerusakan mekanis → terpotong, tusukan, goresan, atau benda asing
Senyawa kimia → asam atau basa
MOOCAPage 5
Pengaruh fisik → dingin, panas, radiasi (UV, X-rays, radioaktif)
Penyebab endogen → sel tumor yang hancur, darah ekstravaskular, reaksi autoimun, atau
kristal dari substansi yang mengendap dalam tubuh (asam urat,kalsium oksalat, kalsium
fosfat, dan kolesterol) .
Reaksi inflamasi
a. reaksi lokal → nyeri (dolor), bengkak (tumor), merah (rubor), dan panas (calor)
b. reaksi inflamasi general (respon fase akut, lihat dibawah ini)
Aktivasi cepat dari sel mast (dalam jaringan atau yang ada di dalam darah), leukosit basofil, atau
basofil → reaksi inflamasi akut yang sangat kuat (reaksi hipersensitivitas tipe I).
Jika sebelumnya tubuh telah bersentuhan dengan antigen (=allergen, contoh : protein bisa-
lebah) → sel B akan disensitisasi sebagai reaksi dengan antigen (kerjasama dengan sel TH2).
Sel plasma memproduksi IgE yang berikatan dengan reseptor Fcᵋ dari sel mast.
Antigen akan berikatan dengan antigen-specific Fab-ends IgE (antibody cross-linking).
Cross-linking antibody oleh antigen membebaskan second messenger di mast cell (Cgmp,
inositol phosphate, Ca2+) → degranulasi cepat mast cell → eksositosis mediator inflamasi dan
chemokines yang disimpan dalam granul2 (histamine, IL-8, eotaxin, neutrophylic chemotactic
factor [NCF], dll).
Ca2+ → mengaktivasi fosfolipase A2, membebaskan Phospholipid Platelet Activating Factor
(PAF), mediator inflamasi dan hemostatic penting lainnya.
Dalam proses reaksi inflamasi lebih lanjut leukotrin dan PAF juga dilepaskan dari eosinophil dan
neutrophil, dari makrofag dan juga PAF dari trombosit → menguatkan reaksi dan inklusi system
hemostatic. Sel-sel ini tertarik secara kemotaksis.
MOOCAPage 6
Mediator-mediator ini menyebabkan:
1. Vasodilatasi
penyebab kemerahan dan rasa hangat pada tempat inflamasi
penurunan kecepatan aliran darah → kemotaksis leukosit ke endothel dekat daerah inflamasi.
Endotel yang telah teraktivasi oleh, antara lain, IL-4 (dari TH2-limfosit) mendorong selectin
keluar ke lumen. Selectin ini menyebabkan leukosit menggelinding sepanjang endotel →
mengaktivasi molekul adhesi yang lain (integrin; ICAM-1, VCAM) → leukosit melekat pada
dinding pembuluh darah (marginasi).
2. Peningkatan permeabilitas endotel → (longgarnya hubungan antar sel endotel) memungkinkan
leukosit untuk keluar ke ekstravaskuler (diapedesis).
3. Stimulasi nociceptor
Cairan kaya protein (eksudat inflamatori) mencapai interstitial → pembengkakan edema
(edematous swelling). Pada kasus yg lebih ekstrem, eritrosit keluar dari pembuluh darah
(inflamasi hemoragik). Akhirnya, timbul nyeri.
Neutrofil memfagosit pathogen penyebab inflamasi dan mendigesti mereka dengan lisosom.
Aktifitas fagosit ini ditingkatkan oleh IgG atau C3b.
Sistem komplemen juga diaktivasi oleh inflamasi. Komplemen C3b dibentuk → mengopsonisasi
antigen dan menyebabkan polimerasi komponen lain (C5-C9) pada membrane sel pathogen yang
membentuk membrane-attack complex dan demikian menimbulkan lisis pathogen.
MOOCAPage 7
Sistem komplemen bisa memecahkan partikel virus dan kompleks antigen-antibodi. Produk
sampingan dari sistem komplemen (C3 a, C4a, C5a, biasa disebut anafilaksis) beraksi secara
kemotaktik (chemotatically) dan mengaktifkan makrofag.
Makrofag diaktivasi terutama oleh eksotosin patogen, endotoksin, komplek antigen-antibodi, C5a,
kristal dan oleh fagositosis. Kemudian oksidan seperti O2-, OH-, 1O2 dan H2O2 dilepaskan dan
merusak patogen. Makrofag juga melepaskan mediator inflamasi, sebagai contoh, PAF, leukotrin,
prostaglandin, IL-1, IL-6 dan TNF α. Yang terakhir (TNF α) tidak hanya beraksi secara lokal dan
secara kemotaktik, tetapi juga termasuk keseluruhan organisme dalam reaksi radang (respon fase
akut).
Dimediasi oleh IL-1, IL-2 dan TNF α, bagian yang tersebut dibawah ini terjadi melalui reseptor
spesifik:
o Reaksi tidur diinisiasi oleh otak (keletihan, kelelahan) (ing=fatigue,tiredness)
o Set point dari temperatur tubuh bergeser ke arah level yang lebih tinggi (demam)
o Sumsum tulang distimulasi untuk melepaskan lebih banyak leukosit
o Liver distimulasi untuk menyerap lebih banyak besi (mengambilnya dari bakteri di dalam
plasma) dan distimulasi untuk memproduksi acute phase protein (diantara dari mereka: C
reactive protein (CRP) dan serum amyloid A (SAA) )
o Sistem imun distimulasi (pembentukan antibodi)
o Lipolisis dan katabolisme diinisiasi kehilangan berat badan)
Perbaikan Jaringan (Tissue Repair). Setelah formasi transien dari sel yang kaya jaringan granulasi
(macrofag), maka dikarakteristikan oleh proses budding pembuluh darah, platelet derived growth factor
(PDGF) dan mediator lainnya yang menstimulasi proliferasi dan imigrasi dari fibroblas. Mereka
memproduksi glikosaminoglikan yang membengkak dan mendeposit dirinya sendiri pada fiber kolagen.
Kolagen baru juga dibentuk; mengkerutnya (shrinking) dari kolagen ini menutup dari batas luka.
Akhirnya, fiber kolagen (scar) digantikan oleh jaringan normal dari bagian tersebut (restitution ad
integrum). Kejadian yang terakhir adalah bagaimanapun kenyataannya hanya untuk bagian yang kecil,
luka jaringan yang tidak terinfeksi. Jika penyebab dari inflamasi (benda asing, infeksi pada luka) tidak
bisa dilepaskan seketika itu juga, maka penyembuhan luka tertunda dan respon pertahanan oleh fagosit
iintesifkan. Banyak energi yang dikeluarkan didalam hal ini (peningkatan panas) juga menjadi berkurang
karena ketidak cukupan oksigen, dan jatuhnya nilai Ph (formasi asam laktat anaerob). Oksidan yang
dibebaskan juga merusak sel tubuh sendiri. Ketika sel tubuh mati, maka enzim lisosom dibebaskan yang
menyebabkan akhirnya leukosit dan sel dari jaringan yang terinflamasi juga mati. Kematian jaringan ini
(nekrosis) yang bisa menyebabkan pembentukan abses.
MOOCAPage 8
gangguan dari penyembuhan luka terjadi ketika prose inflamasi dan penyembuhan mengalami
keseimbangan satu sama lain. (inflamasi kronik contoh perokok bronkitis, atau kerusakan hati
disebabkan alcohol). Jika kolagen dalam jumlah besar dibentuk, hasilnya berupa fibrosing
inflamation (contoh liver cirrhosis).
Jika jaringan scar dari kualitas yang inferior, contohnya, ketika sintesis kolagen terganggu oleh
kortikoid atau adanya sebuah abnormalitas dari cross-link gen kolagen didalam defisiensi vitamin
C, stres lokal bisa menyebabkan terbukanya kembali dari luka.
Jika terbukti tidak mungkin untuk membatasi secara lokal patogen yang menyebabkan inflamasi,
itu bisa menyebarkan organisme menyeluruh, biasanya melewati sistem limpatik dan sepsis.
4. TERMINOLOGI OCULAR TRAUMA, CLOSED GLOBE INJURY & OPEN GLOBE
INJURY
Istilah “eyewall” telah dibatasi untuk lapisan fibrosa luar (kornea dan sclera) bola mata.
Definisi baru yang diusulkan oleh 'American okuler Trauma Society’ untuk cedera mata mekanis adalah
sebagai berikut:
1. Closed Globe Injury, istilah di mana “eyewall” (sklera dan kornea) tidak memiliki luka ketebalan
penuh tapi ada kerusakan intraokular. Hal ini termasuk:
- Contusio (Memar) → closed globe injury akibat trauma tumpul. Kerusakan dapat terjadi di lokasi
benturan(injury) atau di lokasi yang jauh.
- Lamellar laceration → closed globe injury yang dikarakteristikkan dengan adanya luka ketebalan
sebagian pada “eyewall” yang disebabkan oleh benda tajam atau trauma tumpul.
2. Open Globe Injury, berhubungan dengan luka ketebalan penuh pada sclera atau kornea atau
keduanya. Ini termasuk ruptur dan laserasi pada dinding mata (eye wall).
- Ruptur mengarah pada luka ketebalan penuh dari dinding mata (eye wall) disebabkan oleh dampak
dari trauma tumpul. Luka terjadi karena peningkatan tekanan intraokular oleh inside-outside injury
mechanism.
- Laserasi mengacu pada luka ketebalan penuh dari dinding mata(eyewall) yang disebabkan oleh
benda tajam. Luka terjadi di lokasi dampak oleh inside-outside injury mechanism. Hal ini
termasuk:
Penetrating injury mengarah pada laserasi tunggal eyewall yang disebabkan oleh benda tajam.
Perforating injury mengarah pada dua laserasi ketebalan penuh (satu masuk dan satu keluar)
dari eyewall yang disebabkan oleh benda tajam atau peluru. Kedua luka pasti disebabkan oleh
agen yang sama.
MOOCAPage 9
- Cedera benda asing intraokular secara teknis termasuk cidera penetrasi (penetrating injury) terkait
dengan tertahannya benda asing intraokular. Namun, dikelompokkan secara terpisah karena
berbeda implikasi klinisnya.
5. TRAUMA TUMPUL (Khurana)
Trauma tumpul dapat terjadi sebagai berikut:
Pukulan langsung ke bola mata dengan kepalan tangan, bola atau benda tumpul seperti tongkat, dan
batu-batu besar.
Kecelakaan trauma tumpul pada bola mata juga bisa terjadi pada kecelakaan di jalan, kecelakaan
mobil, cedera pertanian dan alat industri / mesin dan jatuh tertimpa benda tumpul
6. MEKANISME TRAUMA TUMPUL PADA MATA
Dampak langsung pada bola mata, menghasilkan kerusakan maksimal pada titik dimana pukulan
diterima
Compression wave force: gaya ini disalurkan melalui cairan ke semua arah dan menghantam sudut
dari camera anterior, mendorong diafragma iris-lensa dari posterior, menghantam retina dan choroid.
Hal ini dapat menyebabkan kerusakan yang cukup berat. Kadang-kadang gelombang kompresi
mungkin begitu eksplosif, dan kerusakan maksimal dapat dihasilkan pada titik yang jauh dari tempat
dampak sebenarnya. Hal ini disebut contre-coup damage
Reflected compression wave force: setelah menghantam lapisan luar gelombang, kompresi ini
akan terpantul (reflected) ke bagian posterior dan dapat mengakibatkan kerusakan fovea
Rebound compression wave force: setelah menghantam dinding posterior dari bola mata,
gelombang kompresi memantul kembali (rebound) ke arah anterior. Gaya ini merusak retina dan
choroid oleh gaya tarik kedepan dan merusak diafragma iris-lensa karena terdorong ke bagian depan
Indirect force: kerusakan ocular dapat disebabkan oleh gaya yang tidak langsung yang dihasilkan
oleh tulang2 dan materi elastik dari orbita, ketika bola mata menghantam struktur-struktur ini.
7. MODE OF DAMAGE
Gaya yang berbeda dari trauma tumpul yang dijelaskan di atas dapat menyebabkan kerusakan pada
struktur bola mata oleh satu atau lebih dari cara berikut:
Robekan mekanis pada jaringan bola mata
Kerusakan jaringan dapat menyebabkan gangguan aktivitas fisiologis
Kerusakan vaskular mengarah ke iskemia, edema, dan perdarahan
MOOCAPage 10
Trophic changes (trophic: promoting cellular growth, differentiation and survival) karena gangguan
dari suplai saraf
Delayed complication dari trauma tumpul seperti glaucoma sekunder, hemophthalmitis, late rossete
cataract dan retinal detachment
8. LESI TRAUMATIK BENDA TUMPUL
Lesi traumatik yang diakibatkan oleh trauma tumpul dapat dikelompokkan menjadi:
Closed globe injury
Globe rupture
Extraocular lesions
9. CLOSED GLOBE INJURY
Tidak ada luka kornea atau scleral sama sekali (memar/contusio) atau hanya luka ketebalan sebagian
(lamellar laceration). Contusional injury (luka memar) bervariasi dalam tingkat keparahannya mulai dari
simple corneal abrasion hingga extensive intraocular damage. Lesi yang terlihat pada closed globe injury
diantaranya:
Cornea
Simple abration: menyakitkan dan didiagnosis dengan pewarnaan fluorescein. Biasanya
sembuh dalam waktu 24 jam dengan 'pad and bandage' digunakan setelah pemberian salep
antibiotik
Recurent corneal erosion(recurent keractalgia): merupakan akibat dari simple abration,
utamanya disebabkan oleh garukan kuku. Terjadi kekambuhan rasa sakit akut dan lakrimasi
pada saat membuka mata di pagi hari akibat perlekatan epitel dan bowman’s membrane
yang abnormal. Penangangan: perlekatan epitel yang longgar dapat dibersihkan dengan
debridement dan penggunaan ‘pad and bandage’ selama 48 jam, jadi ikatan yang kuat dapat
terbentuk
Partial corneal tears (lamellar corneal laceration): dapat terjadi karena trauma tumpul
Blood staining of cornea: berkaitan dengan hifema dan peningkatan tekanan intra okular.
Kornea berwarna merah kecoklatan atau berwarna kehijauan serta pada stadium lanjut
dapat menyebabkan terjadinya dislokasi lensa ke camera oculi anterior.
Deep corneal opacity: akibat edema stroma cornea atau terkadang dari lipatan descemet’s
membrane
Sclera
MOOCAPage 11
Penebalan parsial luka sclera (laserasi lamellar sclera) dapat terjadi sendirian atau berhubungan
dengan lesi lain dari closed-globe injury
Anterior chamber
Traumatic hyphaema (darah pada anterior chamber): akibat cedera iris atau pembuluh
darah ciliary body.
Exudates: mengumpul pada anterior chamber mengikuti traumatic uveitis
Iris, pupil dan ciliary body
Traumatic miosis: akibat iritasi dari nervus ciliaris. Dapat berhubungan dengan spasme
akomodasi
Traumatic mydriasis (Iridoplegia): permanen dan dapat berhubungan dengan traumatic
cycloplegia
Rupture of the papillary margin: umum dari closed-globe injury.
Radiating tears in the iris stroma: kadang mencapai ciliary body, dapat terjadi secara
berkala
Iridodialysis: pelepasan iris dari akarnya pada ciliary body sering terjadi
Anteflexion of the iris: rotasi dari bagian iris yang terlepas, dimana permukaan
posteriornya menghadap anterior. Ini terjadi mengikuti extensive iridodialysis.
Retroflexion of the iris: seluruh iris berganda kembali ke ciliary region dan menjadi tidak
terlihat
Traumatic aniridia atau iridemia: iris yang sobek dengan sempurna (dari ciliary body)
tenggelam menuju bagian bawah dari anterior chamber dalam bentuk minute ball
Angle recession: mengarah pada sobekan antara serat otot longitudinal dan sirkular dari
ciliary body
Inflammatory changes: termasuk traumatic iridocyclitis, haemophthalmitis, post-
traumatic iris atrophy dan perubahan pigmentasi
Treatment: Termasuk atropine, antibiotic dan steroid. Adanya ruptur dari papillary margin dan
subluxation lensa, atropine merupakan kontraindikasi.
Lensa
Vossius ring: merupakan cincin sirkular dari pigmen coklat yang terlihat pada anterior
capsule. Akibat penarikan kontraksi papillary margin terhadap crystalline lens
Concussion cataract: akibat masuknya aqueous dan sebagian karena efek mekanik
langsung dari cedera pada serat lensa. Dapat diperkirakan bentuknya sebagai berikut:
Discrete subepithelial opacities
MOOCAPage 12
Early rosette cataract (punctate): tampak sebagai garis tipis opasitas sepanjang garis suture
berbentuk bintang; biasanya pada posterior cortex
Late rosette cataract: berkembang di posterior cortex 1 sampai 2 tahun setelah cedera.
Pemanjangan sutural lebih pendek dan lebih padat daripada early rosette cataract
Traumatic zonular cataract (jarang)
Diffuse (total) concussion cataract
Early maturation of senile cataract
Traumatic absorption of the lens: kadang terjadi pada anak-anak muda menyebabkan
aphakia.
Subluxation of the lens: akibat sobekan parsial dari zonule. Subluxated lens sedikit
bergeser tetapi masih ada pada area pupil
Dislocation of the lens: terjadi saat rupture dari zonule sempurna. Dapat intraocular
(umumnya) atau ekstraocular (terkadang)
Vitreous
Liquefaction and appearance of clouds dari opasitas pigmentasi halus (perubahan paling
umum)
Detachment dari vitreous baik anterior maupun posterior.
Vitreous haemorrhage
Vitreous herniation pada anterior chamber dapat terjadi dengan subluxation atau dislokasi
lensa.
Choroid
Rupture of the choroid: Rupture koroid terkonsentrasi pada diskus optikus dan letaknya
temporal dari itu. Rupture dapat single atau multiple.
Choroidal haemorrhage: dapat terjadi di bawah retina (subretinal) atau bahkan memasuki
vitreous jika retina juga robek
Choroidal detachment
Traumatic choroiditis dapat terlihat pada pemeriksaan funduskopi sebagai bercak
Retina
Commotio retinae (Berlin’s oedema): manifestasinya sebagai cairan putih susu keruh
meliputi area polus posterior dengan ‘cherry red spot’ pada region fovea. Hilang dalam
beberapa hari atau bisa diikuti perubahan pigmentasi
Perdarahan retina: perdarahan multiple termasuk flame-shaped dan preretinal (subhyaloid)
D-shaped haemorrhage berhubungan dengan retinopati traumatic
MOOCAPage 13
Robekan retina: mengikuti memar khususnya daerah perifer, terutama pada mata miopi
atau degenerasi usia lanjut
Retinopati ploriferatif traumatic: sekunder pada perdarahan vitreous, terbentuk pita traksi.
Retinal detachment (terlepasnya retina): mengikuti robekan retina atau pita traksi vitreo-
retinal.
Perubahan pada macula akibat benturan keras
10. PERUBAHAN TEKANAN INTRAOCULAR PADA CLOSED GLOBE INJURY
Glaukoma traumatic, dapat terjadi disebabkan banyak faktor
Hipotoni traumatic, Mengikuti kerusakan korpus siliaris dan bahkan merupakan hasil dalam phthisis
bulbi
11. PERUBAHAN REFRAKSI PADA TRAUMA
1. Miopi mungkin mengikuti spasme siliaris atau rupture zonula atau pergeseran lensa ke anterior.
2. Hipermetropi dan hilangnya akomodasi mata mungkin hasil dari kerusakan korpus siliaris
(cycloplegia).
12. RUPTUR BOLA MATA
Rupture bola mata adalah luka pada seluruh ketebalan dinding mata karena benda tumpul. Ruptur bola
mata dapat terjadi dalam 2 cara :
1. Rupture langsung/direct dapat terjadi pada tempat injuri, meskipun jarang.
2. Rupture tidak langsung/ indirect lebih umum dan terjadi karena kompresi tekanan. Hasilnya adalah
peningkatan sementara tekanan intraocular dan injuri dalam-luar pada bagian dinding mata yang
terlemah, contoh: di sekitar Canal Schlemm konsentris ke limbus. Limbus superonasal adalah tempat
paling umum terjadinya rupture bola mata (efek countercoup- kuadran temporal bawah paling
terekspos terhadap trauma). Ruptur bola mata berhubungan denga prolaps jaringan uvea, hilangnya
vitreous, perdarahan intraocular dann dislokasi lensa.
Treatment: Kerusakan bola mata yang parah harus di enukleasi. Pada kasus yang kurang parah, perbaikan
harus dilakukan dengan anestesi umum. Atropine, antibiotic dan steroid postoperasi perlu diberikan.
13. LESI EKSTRAOKULER
Lesi ekstraokular disebabkan oleh trauma tumpul sebagai berikut :
1. Lesi konjungtiva. Perdarahan subkonjungtiva sangat sering terjadi. Tampak sebagai spot merah.
Kemosis dan luka laserasi konjungtiva juga sering.
MOOCAPage 14
2. Lesi kelopak mata. Ekimosis kelopak mata sering terjadi. Karena merupakan jaringan longgar
subcutan, darah mudah terkumpul dalam kelopak mata dan menghasilkan ‘mata hitam’. Mungkin juga
terjadi laserasi atau avulse pada kelopak. Ptosis traumatic mungkin mengikuti kerusakan otot levator.
3. Lesi apparatus lakrimal. Termasuk dislokasi glandula lakrimalis dan laserasi jalur lakrimal terutama
kanalikuli.
4. Injuri saraf optikus. Banyak berhubungan dengan fraktur basis crania. Bisa dalam bentuk papillitis
traumatic, laserasi nervus optikus, perdarahan selubung nervus optikus dan avulsi nervus optikus dari
belakang mata.
5. Injuri orbital. Dapat terjadi fraktur dinding orbital, paling sering ‘blow out fracture’ dari dasar orbital.
Perdarahan orbital dapat memicu proptosis yang tiba-tiba. Emfisema orbital dapat terjadi mengikuti
rupture sinus ethmoidalis.
14. INJURI PENETRASI DAN PERFORASI
Injuri penetrasi → luka tunggal yang mencapai ketebalan penuh dinding mata dikarenakan benda tajam.
Injuri perforasi → dua luka ketebalan penuh dinding mata (1 masuk dan 1 keluar) dikarenakan benda
tajam atau peluru.
Hal-hal tersebut dapat menyebabkan kerusakan parah pada mata dan harus ditangani sebagai
kegawatdaruratan yang serius.
15. MACAM INJURI :
1. Trauma alat tajam dan runcing seperti jarum, pisau, paku, panah, obeng, bolpoin, pensil, kompas,
pecahan gelas dll.
2. Trauma benda asing berkecepatan tinggi seperti peluru dan besi pada pekerja mesin bubut.
16. EFEK INJURI PENETRASI/PERFORASI
Kerusakan struktur okuli dapat terjadi dengan efek sebagai berikut :
1. Efek mekanis trauma atau perubahan fisik. Akan dijelaskan nanti.
2. Infeksi. Kadang, organisme piogenik memasuki mata selama injuri perforasi, multiplikasi di sana dan
dapat menyebabkan bermacam-macam tingkatan infeksi tergantung pada virulensi dan mekanisme
pertahanan host. Meliputi : ring abses kornea, sloughing cornea, purulent iridocyclitis, endophthalmitis
atau panophthalmitis. Jarang: tetanus dan infeksi oleh organisme penghasil gas (Clostridium welchii)
3. Post-traumatic iridocyclitis. Sering terjadi dan bila tidak diterapi dengan baik, menyebabkan
kerusakan.
4. Symphatetic ophthalmitis. Jarang tapi merupakan komplikasi luka perforasi yang sangat berbahaya.
MOOCAPage 15
17. EFEK MEKANIK
Efek mekanik dari trauma penetrasi/perforasi pada berbagai struktur ocular dengan manajemennya antara
lain
1. Luka konjungtiva. Ini umum terjadi dan biasanya disertai perdarahan subkonjungtiva. Luka
lebih dari 3 mm harus dijahit.
2. Luka kornea.
i. Luka kornea uncomplicated. Tidak ada hubungannya dengan prolaps dari materi-materi
intraokular. Tepi luka membengkak dan menyebabkan penutupan secara otomatis dan
pemulihan anterior chamber. Terapi : luka sentral yang kecil tidak perlu dijahit. Terapi
yang diperlukan hanyalah bantalan dan perban dengan atropin dan salep antibiotik. Luka
kornea yang besar (lebih dari 2 mm) harus dijahit.
ii. Luka kornea complicated. Disertai dengan prolaps iris, kadang materi lensa bahkan
vitreous. Terapi : luka kornea dengan prolaps iris harus dijahit dengan teliti setelah
membuang iris. Iris yang sudah prolaps tidak boleh dikembalikan; karena akan
menyebabkan infeksi. Ketika lensa luka dan vitreous hilang, mungkin perlu dilakukan
lensectomy dan anterior vitrectomy dengan perbaikan luka kornea
3. Luka sklera. Biasa disertai dengan luka kornea dan diterapi seperti cara di atas. Robekan corneo-
scleral, jahitan pertama di limbus
4. Luka lensa. Ruptur lensa luas dengan kehilangan vitreous harus diterapi seperti di atas. Luka
kecil pada kapsul anterior menyebabkan katarak traumatik; baik dalam bentuk localised
stationary cataract, early or late rosette cataract, atau katarak komplit (total).
5. Luka Mata Parah. Robekan kornea-sklera yang luas disertai prolaps jaringan uveal, ruptur
lensa, hilangnya vitreous dan luka pada retina dan koroid. Biasanya tidak ada kesempatan
perbaikan penglihatan pada kasus ini. Jadi sebaiknya kedua mata dieksisi (dikeluarkan).
18. Symptomatic Condition of Conjunctiva
Hyperaemia konjungtiva
Chemosis konjungtiva
Ecchymosis konjungtiva
Xerosis konjungtiva
Discoloration (perubahan warna) konjungtiva
MOOCAPage 16
19. Simple Hyperemia of Congjunctiva
Adalah kongesti pembuluh konjungtiva tanpa disertai penyakit yang mendasari.
a) Etiologi
1. Acute transient hyperaemia
Akibat iritasi sementara yang disebabkan oleh :
Iritan langsung seperti benda asing, misdirected cilia (silia yang salah arah), concretions,
debu, uap kimia, asap, angin kencang, cahaya terang, dingin ekstrim, panas ekstrim dan
menggosok mata dengan tangan
Refleks hyperaemia akibat ketegangan mata, inflamasi cavum nasi, passage lakrimal dan
kelopak
Hiperemi berkaitan kondisi febril sistemik
Inflamasi non spesifik konjungtiva
2. Recurrent atau chronic hyperaemia
Pada perokok kronis, pecandu alkohol kronis, orang yang bertempat tinggal di daerah
berdebu, ruangan dengan ventilasi buruk, pekerja yang terpapar panas dalam jangka waktu
lama, dan pada pasien insomnia atau tidurnya kurang.
b) Manifestasi Klinis
Mengeluh merasa tidak nyaman, berat, lelah dan sesak pada mata
Lakrimasi ringan dan keluarnya sedikit mukoid
Pada pemeriksaan konjungtiva tampak normal, namun eversi kelopak mata mungkin
menunjukkan kongesti ringan-sedang
c) Management
Menyingkirkan penyebab hyperaemia pada acute transient hyperaemia dengan menghilangkan
iritan (co. misdirected cilia). Untuk meringankan gejala simptomatik dapat diberikan topikal
dekongestan (co. 1: 10.000 tetes adrenalin) atau tetes astringent (co. tetes asam zinc-boric).
20. Chemosis Conjunctiva
Chemosis atau edema konjungtiva sering terjadi akibat kelemahan jaringan.
a) Etiologi
1. Kondisi inflamasi lokal
Meliputi konjungtivitis, ulcer kornea, fulminating iridocyclitis, endophthalmitis,
panophthalmitis, styes, acute meibomitis, orbital cellulitis, acute dacryoadenitis, acute
dacryocystitis, tenonitis.
2. Obstruksi lokal pada aliran darah dan/atau limfe
MOOCAPage 17
Mungkin terjadi pada pasien tumor orbital, cysts, endocrine exophthalmos, orbital
pseudotumour, trombosis sinus cavernosus, fistula carotico-cavernosus, buntu limfatik orbital
setelah operasi orbital, acute congestive glaucoma.
3. Penyebab sistemik
Meliputi anemia berat dan hipoproteinemia, congestive heart failure, sindroma nefrotik,
urtikaria, dan angioneurotic edema.
b) Manifestasi Klinis & Management
Tergantung pada faktor penyebab
21. Echymosis Conjunctiva
Sering terjadi
Bervariasi ( perdarahan petechia kecil ( ekstensif menyebar di seluruh konjungtiva bulbi &
menyebabkan sklera tidak tampak )
a) Etiologi
1. Trauma
Penyebab paling sering dari perdarahan subkonjungtiva. Bisa dalam bentuk
Trauma lokal konjungtiva misalnya karena operasi dan injeksi subkonjungtiva.
Perdarahan retrobulbar yang langsung menyebar di bawah konjungtiva bulbar.
Disebabkan injeksi retrobulbar dan trauma yang melibatkan dinding orbita.
2. Inflamasi konjungtiva
Perdarahan subkonjungtiva petechial biasanya disertai acute haemorrhagic konjungtivitis
yang disebabkan picornavirus, konjungtivitis pneumococcus dan leptospirosis
icterohaemorrhagica conjungtivitis.
3. Kongesti vena kepala mendadak
Perdarahan subkonjungtiva bisa terjadi karena rupturnya kapiler konjungtiva yang disebabkan
oleh peningkatan tekanan yang mendadak. Kondisi yang umum terjadi antara lain batuk
rejan, epilepsi, strangulasi (terjepitnya) atau penekanan vena jugularis dan penekanan keras
thorax dan abdomen.
4. Ruptur spontan kapiler yang mudah pecah
Pada penyakit vaskular seperti arteriosklerosis, hipertensi dan diabetes melitus.
5. Anomali vaskular lokal seperti telengiectasia, varicosities, aneurisma atau angiomatous
tumor.
6. Blood dyscrasia seperti anemia, leukemia dan dysproteinaemia.
7. Gangguan perdarahan seperti purpura, hemofilia dan scurvy.
MOOCAPage 18
8. Infeksi sistemik febril akut seperti malaria, typhoid, difteri, meningococcal septicaemia,
campak dan scarlet fever.
9. Vicarious bleeding terkait menstruasi yang merupakan penyebab sangat jarang dari
perdarahan subkonjungtiva.
b) Manifestasi Klinis
Gejala yang tampak dapat disebabkan oleh penyakit yang mendasari.
Pada pemeriksaan, tampak seperti selapis warna merah terang yang homogen dengan batas
posterior yang jelas.
Perdarahan terabsorbsi sempurna dalam 7-21 hari (terjadi perubahan warna: merah terang
( orange ( kuning). Pada kasus yang parah, terdapat sisa pigmentasi setelah absorbsi.
22. MANAGEMENT PERDARAHAN SUBCONJUNCTIVA
Tangani penyebab ketika ditemukan
Terapi placebo dengan tetes mata astringent
Psikoterapi dan menjamin pasien merupakan bagian terpenting terapi
Kompresi dingin untuk memeriksa perdarahan pada tahap awal dan kompres panas membantu
absorpsi darah pada tahap lanjut.
23. FARMAKOLOGI TETES MATA EPINEPHRINE
Epinephrine (adrenalin)
agonis pada reseptor α dan β
vasokonstriktor yang sangat poten dan stimulan jantung
Reseptor α1 → terdapat banyak pada vascular bed, aktivasinya menyebabkan vasokonstriksi arteri dan
vena. Lebih responsif terhadap norepinephrine dibanding epinephrine. Banyak ditemukan pada otot
polos pembuluh darah.
Hubungan antara reseptor teraktivasi dengan respon sel bersifat langsung – aktivitas (tonus otot) dari
sel meningkat. Reseptor α1 terdapat di semua otot polos vaskular (densitasnya bervariasi pada
seluruh tubuh), sphincter GI dan urinari, m. dilator pada iris, m. arrector pilli folikel rambut.
Peningkatan tonus otot polos vaskular mengurangi kemampuan tekanan darah untuk
melebarkan diameter vaskular oleh karenanya mengurangi aliran darah ke organ2.
MOOCAPage 19