campur

58
BAB II PEMBAHASAN 1. PRINSIP – PRINSIP ETIKA DALAM KEPERAWATAN A. Pengertian Etika Etika (Yunani kuno: “ethikos“, berarti “timbul dari kebiasaan”) adalah cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab.(Wikipedia) Etika berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu “ethos” yang berarti adat, kebiasaan, perilaku atau karakter. Menurut buku “Fundamental Keperawatan” (Potter dan Perry, tahun 2005), etika adalah terminatologi dengan berbagai makna. Singkatnya, etik berhubungan dengan bagaimana mereka melakukan hubungan dengan orang lain. Menurut buku “Ilmu Keperawatan” (Spruyt, Van Mantgem dan De Does BV/Leiden, tahun 2000), etika berasal dari bahasa yunani “ethoi” yang berarti kesusilaan/moral. Etika adalah sebagai ilmu tentang moral yang ditentukan oleh opini umum. Menurut buku “Etika Keperawatan” (Hj.Nila Islami,SKM,tahun 2001), etika adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan bagi perilaku seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan buruk yang dilakukan oleh seseorang dan merupakan suatu kewajiban dan tanggungjawab moral.

description

..

Transcript of campur

BAB IIPEMBAHASAN

1. PRINSIP PRINSIP ETIKA DALAM KEPERAWATANA. Pengertian EtikaEtika (Yunani kuno: ethikos, berarti timbul dari kebiasaan) adalah cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab.(Wikipedia)Etika berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu ethos yang berarti adat, kebiasaan, perilaku atau karakter. Menurut buku Fundamental Keperawatan (Potter dan Perry, tahun 2005), etika adalah terminatologi dengan berbagai makna. Singkatnya, etik berhubungan dengan bagaimana mereka melakukan hubungan dengan orang lain. Menurut buku Ilmu Keperawatan (Spruyt, Van Mantgem dan De Does BV/Leiden, tahun 2000), etika berasal dari bahasa yunani ethoi yang berarti kesusilaan/moral. Etika adalah sebagai ilmu tentang moral yang ditentukan oleh opini umum. Menurut buku Etika Keperawatan (Hj.Nila Islami,SKM,tahun 2001), etika adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan bagi perilaku seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan buruk yang dilakukan oleh seseorang dan merupakan suatu kewajiban dan tanggungjawab moral.Dari semua pengertian etika di atas, dapat di tarik kesimpulan bahwa etika merupakan pertimbangan keputusan antara yang baik dan buruk yang dilakukan seseorang terhadap orang lain yang berdasar atas nilai moral dan kesusilaan. Etika keperawatan merupakan alat untuk mengukur perilaku moral dalam keperawatan. Etika keperawatan dihubungkan dengan hubungan antar masyarakat dan dengan karakter serta sikap perawat terhadap orang lain.

B. Prinsip - Prinsip Etik KeperawatanPrinsip etika adalah menghargai hak dan martabat manusia, tidak akan pernah berubah. Prinsip ini juga diterapkan baik dalam bidang pendidikan maupun pekerjaan. Juga dalam hak-haknya memperoleh pelayanan kesehatan. Ketika mengambil keputusan klinis, perawat seringkali mengandalkan pertimbangan mereka dengan menggunakan kedua konsekuensi dan prinsip dan kewajiban moral yang universal.C. Macam - Macam Prinsip etika keperawatanPrinsip-prinsip etika keperawatan terdiri dari:1. Autonomy (Otonomi )Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan memutuskan. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat keputusan sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang dihargai. Prinsip otonomi ini adalah bentuk respek terhadap seseorang, juga dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek profesioanal merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak hak pasien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya.2. Beneficience (Berbuat Baik)Benefisiensi berarti hanya mengerjakan sesuatu yang baik. Kebaikan juga memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Kadang-kadang dalam situasi pelayanan kesehatan kebaikan menjadi konflik dengan otonomi.3. Justice (Keadilan)Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam praktek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.4. Non Maleficience (tidak merugiakan)Prinsip ini berarti segala tindakan yang dilakukan pada klien tidak menimbulkan bahaya / cedera secara fisik dan psikologik.5. Veracity (kejujuran)Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap pasien dan untuk meyakinkan bahwa pasien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran.6. Fidelity (loyalty/ketaatan)Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia pasien. Ketaatan, kesetiaan adalah kewajiban seseorang untuk mempertahankan komitmen yang dibuatnya.Kesetiaan itu menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderitaan.7. Confidentiality (kerahasiaan)Aturan dalam prinsip kerahasiaan ini adalah bahwa informasi tentang klien harus dijaga privasi-nya. Apa yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tak ada satu orangpun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijin kan oleh klien dengan bukti persetujuannya. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan, menyampaikannya pada teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga kesehatan lain harus dicegah.8. Akuntabilitas (accountability)Prinsip ini berhubungan erat dengan fidelity yang berarti bahwa tanggung jawab pasti pada setiap tindakan dan dapat digunakan untuk menilai orang lain. Akuntabilitas merupakan standar pasti yang mana tindakan seorang professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.

Moral Righta. AdvokasiAdvokasi adalah memberikan saran dalam upaya melindungi dan mendukung hak hak pasien. Hal tersebut merupakan suatu kewajiban moral bagi perawat dalam mempraktekan keperawatan profesional.b. Responsibilitas ( tanggung jawab )Eksekusi terhadap tugas tugas yang berhubungan dengan peran tertentu dari perawat. Misalnya pada saat memberikan obat, perawat bertanggung jawab untuk mengkaji kebutuhan klien dengan memberikannya dengan aman dan benar.c. LoyalitasSuatu konsep yang melewati simpati, peduli, dan hubungan timbal balik terhadap pihak yang secara profesional berhubungan dengan perawat.Nilai ( Value )Nilai menggambarkan cita-cita dan harapan-harapan ideal dalam praktik keperawatan. Nilai dalah sesuatu yang berharga, keyakinan yang dipegang sedemikian rupa oleh seseorang.Nilai yang sangat diperlukan bagi perawat adalah :a. kejujuranb. Lemah Lembutc. Ketepatand. Menghargai Orang Lain

2. ISU ISU ETIK DALAM PRAKTIK KEPERAWATANA. Tren dan Perubahan Yang Berdampak Terhadap DokumentasiTren perubahan yang terjadi dalam system pelayanan kesehatan berpengaruh terhadap dokumentasi ke perawatan dan masalah-masalah kegiatan pendokumentasian oleh perawat dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari. Masalah yang muncul perlu diperhatikan dan dipertimbangkan sebelum penyelesaian masalah yang dapat ditemukan dalam dokumentasi. Masalah-masalah dokumentasi dan perubahan yang memepengaruhi pentingnya pendokumentasian keperawatan adalah sebagai berikut.1. Praktik KeperawatanDengan terjadinya perubahan dalam system pelayanan kesehatan di Indonesia, maka peran perawat dalam praktik keperawatan professional juga mengalami perubahan. Revisi atau perubahan tersebut meliputi penemuan kasus penyakit yang baru, pendidikan kesehatan, konseling, dan intervensi keperawatan dan medis terhadap respon klien yang aktualatau potensial. Perubahan lain adalah pengobatan oleh dokter atau tim kesehatan lainnya, kerja sama dengan tim kesehatan, serta metode pelayanan kesehatan. Perubahan tersebut berdampak terhadap kegiatan pendokumentasian keperawatan.2. Lingkup Praktik KeperawatanPerubahan dalam lingkup praktik keperawatan, berdampak terhadap pendokumentasian. Dengan berkembangnya lingkup praktik keperawatan berdasarkan tren keperawatan di Indonesia, persyaratan akreditasi, peraturan pemerintah, peraturan system pendidikan keperawatan, meningkatnya klien yang semakin kompleks, serta meningkatnya praktik keperawatan secara mandiri dan dan kolaborasi, maka persyaratan pendokumentasian keperawatan harus sesuai. Akibatnya data yang masuk harus semakin lengkap dan tajam sebagai manifestasi bukti dasar lingkup wewenang dan pertanggung jawaban. Kemampuan perawat untuk mendokumentasikan sering disamakan dengan kemampuan dalam mengambil keputusan dan melakukan intervensi keperawatan.3. Data Statistik KeperawatanPendokumentasian yang lengkap dan akurat sangat bermanfaat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien, data statistik yang sangat bermanfaat dalam penelitian atau pengembangan pelayanan kesehatan serta penentuan jasa pelayanan.4. Intensitas Pelayanan Keperawatan dan kondisi PenyakitPendokumentasian yang lengkap dan akurat tentang tingkat keparahan penyakit dan tipe atau jumlah intervensi yang diperlukan dapat sebagai dasar pertimbangan pemberian asuhan keperawatan kepada klien dengan kasus yang sama dan perkiraan biaya yang diperlukan.5. Keterampilan KeperawatanTren meningkatnya rasional perawat dalam akurasi perumusan masalah dan intervensi keperawatan pada pendekatan proses keperawatan, terutama pada perubahan keadaan klien yang cepat akan sangat bermanfaat dalam pendokumentasian.6. KonsumenTren dan perubahan penggunaan layanan kesehatan oleh klien berpengaruh terhadap pendokumentasian. Waktu rawat inap yang pendek, biaya yang terjangkau, dan adanya perawatan yang lanjutan dirumah (home care) bagi klien yang tidak memerlukan perawatan perawatan maksimal merupakan tren pelayanan dimasa depan. Perubahan tersebut memerlukan suatu pembenahan tentang pendokumentasian yang lengkap dan akurat khususnya pada saat pertama kali klien masuk rumah sakit, tingkat asuhan keperawatan, dan keahlian dalam pemberian pelayanan.7. BiayaTren perubahan biaya pelayanan berdampak pada pendokumentasian. Pendokumentasian yang baik akan memberikan gambaran tentang pengeluaran biaya yang harus ditanggung oleh klien.8. Kualitas Asuransi dan Audit KeperawatanPendokumentasian juga dipengaruhi oleh prosedur kendali mutu, terutama tentang audit catatan pelayanan kesehatan. Data tentang keadaan klien sebelum masuk rumah sakit, pertanyaan, dan wawancara dengan klien merupakan sumber utama audit data.9. Akreditasi KontrolPerubahan tentang standar pelayanan kesehatan yang disusun oleh instansi yang berwenang akan membawa pengaruh terhadap pendokumentasian. Instansi pelayanan harus mengikuti dan menyesuaikan aturan pendokumentasian yang berlaku.10. Pengkodean dan KlasifikasiTren klasifikasi tingkat ketergantungan klien berdampak terhadap pendokumentasian. Sebelumnya klasifikasi klienhanya didasarkan pada diagnosis medis, pelayanan klinik, atau tipe pelayanan terapi saat ini klien diklasifikasikan berdasarkan DRG (Diagnosis Related Group). Sedangkan informasi tentang daftar kode (coding) memberikan gambaran kebutuhan klien dan asuhan keperawatan yang telah diterima.11. Prospektif Sistem PembayaranTren perubahan dalam system pembayaran berdampak terhadap pendokumentasian. Prospektif pembayaran merujuk pada sisitem pembayaran terhadap asuhan keperawatan yang diterima oleh semua klien khususnya pada waktu klien masuk rumah sakit.12. Risiko IntervensiKetergantungan terhadap dokumentasi yan komprehensif berarti mengurangi dan mencegah terjadinya factor resiko manajemen atau pengelolaan. Manajemen resiko adalah pengukuran keselamatan klien untuk melindungi klien dan profesi keperawatan melalui aspek legal yang melindungi perawat dari intervensi kelalaian. Manajemen resiko ditekankan pada keadaan klien yang mempunyai resiko terjadinya perlukaan atau kecacatan. Pendokumentasian yang penting meliputi catatan tentang kejadian, perintah verbal atau non verbal,informed consent,dan catatan penolakan klien terhadap intervensi.

B. Isu Dalam Pendokumentasian Keperawatan5 isu terhangat yang sering dibahas saat ini adalah :1. Kesejahteraan PerawatMembahas seputar gaji perawat honorer, jasa pelayanan dan tunjangan resiko kerja.2. Praktek dan Registrasi PerawatMengupas tentang wewenang dalam melakukan tindakan. Memilah antara tindakan medisdan tindakan Keperawatan, mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh, agar perawat tidak melakukanmalpraktek.3. Pendidikan KeperawatanMendiskusikan tentang profesi Ners yang belum mendapatkan pengakuan sebagai golongan III.b yang setara dengan profesi lain, seperti Apoteker dan Dokter. Kemudian, sulitnya bagi Perawat di Rumah Sakit untuk melanjutkan pendidikan yang berkelanjutan.4. Organisasi PPNIHanya kritikan : Cendrung anggota bernada sinis terhadap pengurus organisasi PPNI (Persatuan Perawat Negara Indonesia). Seakan ada semacam mosi tak percaya terhadap kemampuan pengurus dalam menjalankan roda organisasi yang baik dan mampu memperjuangkan nasib anggota.5. RUU KeperawatanMempertanyakan dan menyuarakan, sejauh mana perkembanganRUU Keperawatan di Legislatif

3. MALPRAKTIK DAN NEGLECTEDA. Definisi MalpraktekMalpraktek merupakan istilah yang sangat umum sifatnya dan tidak selalu berkonotasi yuridis. Secara harfiah mal mempunyai arti salah sedangkan praktek mempunyai arti pelaksanaan atau tindakan, sehingga malpraktek berarti pelaksanaan atau tindakan yang salah. Meskipun arti harfiahnya demikian tetapi kebanyakan istilah tersebut dipergunakan untuk menyatakan adanya tindakan yang salah dalam rangka pelaksanaan suatu profesi.Sedangkan definisi malpraktek profesi kesehatan adalah kelalaian dari seorang dokter atau perawat untuk mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu pengetahuan dalam mengobati dan merawat pasien, yang lazim dipergunakan terhadap pasien atau orang yang terluka menurut ukuran dilingkungan yang sama. Malpraktek juga dapat diartikan sebagai tidak terpenuhinya perwujudan hak-hak masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang baik, yang biasa terjadi dan dilakukan oleh oknum yang tidak mau mematuhi aturan yang ada karena tidak memberlakukan prinsip-prinsip transparansi atau keterbukaan,dalam arti, harus menceritakan secarajelas tentang pelayanan yang diberikan kepada konsumen, baik pelayanan kesehatan maupun pelayanan jasa lainnya yang diberikan.Dalam memberikan pelayanan wajib bagi pemberi jasa untuk menginformasikan kepada konsumen secara lengkap dan komprehensif semaksimal mungkin. Namun, penyalahartian malpraktek biasanya terjadi karena ketidaksamaan persepsi tentang malpraktek.Guwandi (1994) mendefinisikan malpraktik sebagai kelalaian dari seorang dokter atau perawat untuk menerapkan tingkat keterampilan dan pengetahuannya di dalam memberikan pelayanah pengobatan dan perawatan terhadap seorang pasien yang lazim diterapkan dalam mengobati dan merawat orang sakit atau terluka di lingkungan wilayah yang sama.Ellis dan Hartley (1998) mengungkapkan bahwa malpraktik merupakan batasan yang spesifik dari kelalaian (negligence) yang ditujukan pada seseorang yang telah terlatih atau berpendidikan yang menunjukkan kinerjanya sesuai bidang tugas/pekerjaannya.Ada dua istilah yang sering dibiearakan secara bersamaan dalam kaitannya dengan malpraktik yaitu kelalaian dan malpratik itu sendiri. Kelalaian adalah melakukan sesuatu dibawah standar yang ditetapkan oleh aturan/hukum guna, melindungi orang lain yang bertentangan dengan tindakan-tindakan yaag tidak beralasan dan berisiko melakukan kesalahan (Keeton, 1984 dalam Leahy dan Kizilay, 1998).Malpraktik. sangat spesifik dan terkait dengan status profesional dan pemberi pelayanan dan standar pelayanan profesional. Malpraktik adalah kegagalan seorang profesional (misalnya, dokter dan perawat) untuk melakukan praktik sesuai dengan standar profesi yang berlaku bagi seseorang yang karena memiliki keterampilan dan pendidikan (Vestal, K.W, 1995). Malpraktik lebih luas daripada negligence karena selain mencakup arti kelalaian, istilah malpraktik pun mencakup tindakan-tindakan yang dilakukan dengan sengaja (criminal malpractice) dan melanggar undang-undang. Di dalam arti kesengajaan tersirat adanya motif (guilty mind) sehingga tuntutannya dapat bersifat perdata atau pidana.Dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan malpraktik adalah :a. Melakukan suatu hal yang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh seorang tenaga kesehatan.b. Tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan atau melalaikan kewajibannya. (negligence)c. Melanggar suatu ketentuan menurut atau berdasarkan peraturan perundang-undangan.

B. Malpraktek dalam KeperawatanBanyak kemungkinan yang dapat memicu perawat melakukan malpraktik. Malpraktik lebih spesifik dan terkait dengan status profesional seseorang, misalnya perawat, dokter, atau penasihat hukum.Vestal, K.W. (l995) mengatakan bahwa untuk mengatakan secara pasti malpraktik, apabila pengguagat dapat menunujukkan hal-hal dibawah ini :a. Duty Pada saat terjadinya cedera, terkait dengan kewajibannya yaitu, kewajiban mempergunakan segala ilmu fan kepandaiannya untuk menyembuhkan atau setidak-tidaknya meringankan beban penderitaan pasiennya berdasarkan standar profesi.Hubungan perawat-klien menunjukkan, bahwa melakukan kewajiban berdasarkan standar keperawatan.b. Breach of the duty Pelanggaran terjadi sehubungan dengan kewajibannya, artinya menyimpang dari apa yang seharusnya dilalaikan menurut standar profesinya. Contoh pelanggaran yang terjadi terhadap pasien antara lain, kegagalan dalam memenuhi standar keperawatan yang ditetapkan sebagai kebijakan rumah sakit.c. Injury Seseorang mengalami cedera (injury) atau kemsakan (damage) yang dapat dituntut secara hukum, misalnya pasien mengalami cedera sebagai akibat pelanggaran. Kelalalian nyeri, adanya penderitaan atau stres emosi dapat dipertimbangkan sebagai, akibat cedera jika terkait dengan cedera fisik.d. Proximate caused Pelanggaran terhadap kewajibannya menyebabkan atau terk dengan cedera yang dialami pasien. Misalnya, cedera yang terjadi secara langsung berhubungan. dengan pelanggaran kewajiban perawat terhadap pasien).Sebagai penggugat, seseorang harus mampu menunjukkan bukti pada setiap elemen dari keempat elemen di atas. Jika semua elemen itu dapat dibuktikan, hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi malpraktik dan perawat berada pada tuntutan malpraktik.Bidang Pekerjaan Perawat Yang Berisiko Melakakan KesalahanCaffee (1991) dalam Vestal, K.W. (1995) mengidentifikasi 3 area yang memungkinkan perawat berisiko melakukan kesalahan, yaitu tahap pengkajian keperawatan (assessment errors), perencanaan keperawatan (planning errors), dan tindakan intervensi keperawatan (intervention errors). Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut :a. Assessment errors, termasuk kegagalan mengumpulkan data atau informasi tentang pasien secara adekuat atau kegagalan mengidentifikasi informasi yang diperlukan, seperti data hasil pemeriksaan laboratorium, tanda-tanda vital, atau keluhan pasien yang membutuhkan tindakan segera. Kegagalan dalam pengumpulan data akan berdampak pada ketidaktepatan diagnosis keperawatan dan lebih lanjut akan mengakibatkan kesalahan atau ketidaktepatan dalam tindakan. Untuk menghindari kesalahan ini, perawat seharusnya dapat mengumpulkan data dasar secara komprehensif dan mendasar.b. Planning errors, termasuk hal-hal berikut :1. Kegagalan mencatat masalah pasien dan kelalaian menuliskannya dalam rencana keperawatan.2. Kegagalan mengkomunikaskan secara efektif rencana keperawatan yang telah dibuat, misalnya menggunakan bahasa dalam rencana keperawatan yang tidak dimahami perawat lain dengan pasti.3. Kegagalan memberikan asuhan keperawatan secara berkelanjutan yang disebabkan kurangnya informasi yang diperoleh dari rencana keperawatan.4. Kegagalan memberikan instruksi yang dapat dimengerti oleh pasien. Untuk mencegah kesalahan tersebut, jangan hanva menggunakan perkiraan dalam membuat rencana keperawatan tanpa mempertimbangkannya dengan baik. Seharusnya, dalam penulisan harus memakai pertimbangan yang jelas berdasarkan masalah pasien. Bila dianggap perlu, lakukan modifikasi rencana berdasarkan data baru yang terkumpul. Rencana harus realistis berdasarkan standar yang telah ditetapkan, termasuk pertimbangan yang diberikan oleh pasien. Komunikasikan secara jelas baik secara lisan maupun dengan tulisan. Lakukan tindakan berdasarkan rencana dan lakukan secara hati-hati instruksi yang ada. Setiap pendapat perlu divalidasi dengan teliti.c. Intervention errors, termasuk kegagalan menginteipretasikan dan melaksanakan tindakan kolaborasi, kegagalan melakukan asuhan keperawatan secara hati-hati, kegagalan mengikuti/mencatat order/pesan dari dokter atau dari penyelia. Kesalahan pada tindakan keperawatan yang sering terjadi adalah kesalahan dalam membaca pesan/order, mengidentifikasi pasien sebelum dilakukan tindakan/prosedur, memberikan obat, dan terapi pembatasan (restrictive therapy). Dari seluruh kegiatan ini yang paling berbahaya tampaknya pada tindakan pemberian obat. Oleh karena itu, perlu adanya komunikasi yang baik di antara anggota tim kesehatan maupun terhadap pasien dan keluarganya.Untuk menghindari kesalahan ini,, sebaiknya rumah sakit tetap melaksanakan program pendidikan berkelanjutan (Continuing Nursing Education).Untuk malpraktek hukum atau yuridical malpractice dibagi dalam 3 kategori sesuai bidang hukum yang dilanggar, yaitu :a. Criminal malpracticePerbuatan seseorang dapat dimasukkan dalam kategori criminal malpractice manakala perbuatan tersebut memenuhi rumusan delik pidana,yaitu :1. Perbuatan tersebut (positive act maupun negative act) merupakan perbuatan tercela.2. Dilakukan dengan sikap batin yang salah (mens rea) yang berupa kesengajaan (intensional) misalnya melakukan euthanasia (pasal 344 KUHP), membuka rahasia jabatan (pasal 332 KUHP), membuat surat keterangan palsu (pasal 263 KUHP), melakukan aborsi tanpa indikasi medis pasal 299 KUHP). Kecerobohan (reklessness) misalnya melakukan tindakan medis tanpa persetujuan pasien informed consent. Atau kealpaan (negligence) misalnya kurang hati-hati mengakibatkan luka, cacat atau meninggalnya pasien, ketinggalan klem dalam perut pasien saat melakukan operasi. Pertanggungjawaban didepan hukum pada criminal malpractice adalah bersifat individual/personal dan oleh sebab itu tidak dapat dialihkan kepada orang lain atau kepada badan yang memberikan sarana pelayananjasa tempatnya bernaung.

b. Civil malpracticeSeorang tenaga jasa akan disebut melakukan civil malpractice apabila tidak melaksanakan kewajiban atau tidak memberikan prestasinya sebagaimana yang telah disepakati (ingkar janji). Tindakan tenaga jasa yang dapat dikategorikan civil malpractice antara lain :1. Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan.2. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi terlambat melakukannya.3. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi tidak sempurna.4. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak seharusnya dilakukan.

Pertanggungjawaban civil malpractice dapat bersifat individual atau korporasi dan dapat pula dialihkan pihak lain berdasarkan principle ofvicarius liability. Dengan prinsip ini maka badan yang menyediakan sarana jasa dapat bertanggung gugat atas kesalahan yang dilakukan karyawannya selama orang tersebut dalam rangka melaksanakan tugas kewajibannya.c. Administrative malpracticeTenaga jasa dikatakan telah melakukan administrative malpractice manakala orang tersebut telah melanggar hukum administrasi. Perlu diketahui bahwa dalam melakukan police power, pemerintah mempunyai kewenangan menerbitkan berbagai ketentuan di bidang kesehatan, misalnya tentang persyaratan bagi tenaga perawatan untuk menjalankan profesinya (Surat Ijin Kena, Surat Ijin Praktek), batas kewenangan serta kewajiban tenaga perawatan. Apabila aturan tersebut dilanggar maka tenaga kesehatan yang bersangkutan dapat dipersalahkan melanggar hukum administrasi.

C. Contoh Malpraktek Keperawatan dan Kajian Etika HukumPasien usia lanjut mengalami disorientasi pada saat berada di ruang perawatan. Perawat tidak membuat rencana keperawatan guna memantau dan mempertahankan keamanan pasien dengan memasang penghalang tempat tidur. Sebagai akibat disorientasi, pasien kemudian terjatuh dari tempat tidur pada waktu malam hari dan pasien mengalami patah tulang tungkai.Dari kasus diatas , perawat telah melanggar etika keperawatan yang telah dituangkan dalam kode etik keperawatan yang disusun oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia dalam Musyawarah Nasionalnya di Jakarta pada tanggal 29 Nopember 1989 khususnya pada Bab I, pasal 1, yang menjelaskan tanggung jawab perawat terhadap klien (individu, keluarga dan masyarakat).dimana perawat tersebut tidak melaksanakan tanggung jawabnya terhadap klien dengan tidak membuat rencana keperawatan guna memantau dan mempertahankan kemanan pasien dengan tidak memasang penghalang tempat tidur.Selain itu perawat tersebut juga melanggar bab II pasal V,yang bunyinya Mengutamakan perlindungan dan keselamatan klien dalam melaksanakan tugas, serta matang dalam mempertimbangkan kemampuan jika menerima atau mengalih-tugaskan tanggung jawab yang ada hubungan dengan keperawatan dimana ia tidak mengutamakan keselamatan kliennya sehingga mengakibatkan kliennya terjatuh dari tempat tidur dan mengalami patah tungkai.Disamping itu perawat juga tidak melaksanakan kewajibannya sebagai perawat dalam hal Memberikan pelayanan/asuhan sesuai standar profesi/batas kewenangan.Dari kasus tersebut perawat telah melakukan kelalaian yang mengakibatkan kerugian seperti patah tulang tungkai sehingga bisa dikategorikan sebagai malpraktek yang termasuk ke dalam criminal malpractice bersifat neglegence yang dapat dijerat hokum antara lain :1. Pasal-pasal 359 sampai dengan 361 KUHP, pasal-pasal karena lalai menyebabkan mati atau luka-luka berat.Pasal 359 KUHP, karena kelalaian menyebabkan orang mati :Barangsiapa karena kealpaannya menyebabkan mati-nya orang lain, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau kurungan paling lama satu tahun.2. Pasal 360 KUHP, karena kelalaian menyebakan luka berat:Ayat (1) Barangsiapa karena kealpaannya menyebakan orang lain mendapat luka-luka berat, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau kurungan paling lama satu tahun.Ayat (2) Barangsiapa karena kealpaannya menyebabkan orang lain luka-luka sedemikian rupa sehinga menimbulkan penyakit atau alangan menjalankan pekerjaan, jabatan atau pencaharian selama waktu tertentu, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau denda paling tinggi tiga ratus rupiah.3. Pasal 361 KUHP, karena kelalaian dalam melakukan jabatan atau pekerjaan (misalnya: dokter, bidan, apoteker, sopir, masinis dan Iain-lain) apabila melalaikan peraturan-peraturan pekerjaannya hingga mengakibatkan mati atau luka berat, maka mendapat hukuman yang lebih berat pula.Pasal 361 KUHP menyatakan:Jika kejahatan yang diterangkan dalam bab ini di-lakukan dalam menjalankan suatu jabatan atau pencaharian, maka pidana ditambah dengan pertiga, dan yang bersalah dapat dicabut haknya untuk menjalankan pencaharian dalam mana dilakukan kejahatan dan hakim dapat memerintahkan supaya putusnya di-umumkan.Pertanggung jawaban didepan hukum pada criminal malpractice adalah bersifat individual/personal dan oleh sebab itu tidak dapat dialihkan kepada orang lain atau kepada rumah sakit/sarana kesehatan.

Selain pasal tersebut diatas, perawat tersebut juga telah melanggar Pasal 54 :1. Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan atau kelalaian dalam melak-sanakan profesinya dapat dikenakan tindakan disiplin.2. Penentuan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) ditentukan oleh Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan.Perbedaan antara Malpraktek dan NeglectedMalpraktek adalahsuatu istilah yang mempunyai kondisi buruk, bersifat stigmatis, menyatakan. Praktek buruk dari seseorang yang memegang suatu profesi dalam arti umum. Tidak hanya profesi medis saja, sehingga juga ditujukan kepada profesi lainnya. Jika ditujukan kepada profesi medis, seharusnya juga disebut sebagai malpraktik medis. Namun entah mengapa, dimana-mana terutama mulai di luar negeri- istilah malpraktek selalu pertama-tama diasosiasikan kepada profesi medis.Ada beberapa penulis yang mengatakan bahwa sukar untuk mengadakan perbedaan antaranegligencedanmalpractice. Menurut pendapat mereka lebih baikmalpracticedianggap sinonim saja denganprofessional negligence. Memang didalamliteraturepenggunaan istilah itu sering dipakai secara bergantian seolah-olah artinya sama. Malpractice is a term which is increasingly widely used as a synonym for medical negligence (Mason-McCall Smith).Menurut Guwandi,malpraktek adalahtidak sama dengan kelalaian. Kelalaian memang termasuk dalamarti malpraktek, tetapi didalam malpraktek tidak selalu harus terdapat unsur kelalaian. Jika dilihat beberapa definisi dibawah ini ternyata bahwa : malpracticemempunyai pengertian yang lebih luas dari padanegligence. Karena selain mencakup arti kelalaian, istilah malpraktekpun mencakup tindakan-tindakan yang dilakukan dengan sengaja (intentional, dolus, opzettelijk) dan melanggar undang-undang. Di dalam arrti kesengajaan tersirat adanya motif (mens rae, guilty mind). Sedangkan artinegligencelebih berintikan kesengajaan (culpa), kurang teliti, kurang hati-hati, acuh, sembrono, sembarangan, tak peduli terhadap kepentingan orang lain. Namun akibatnya yang timbul memang bukanlah menjadi tujuannya.

4. TANGGUNG JAWAB DAN TANGGUNG GUGAT, TINDAKAN MANDIRI DAN LIMPAHAN

A. TANGGUNG JAWAB PERAWATTanggung jawab (Reponsibility) mereupakan ketentuan hukum (eksekusi) terhadap tugas-tugas yang berhubungan dengan peran tertentu dari perawat, agar tetap kompeten dalam pengetahuan, sikap dan kerja sesuai kode etik. Dalam melakukan pelayanan terhadap pasien, maka perawat harus sesuai dengan peran dan competensinya. Di luar peran dan kompetensinya bukan menjadi tanggung jawab perawat. Ketenttuan hokum di perlukan dalam melakukan tnggung jawab. Hal ini di maksudkan, pelayanan keperawatan di berikan sesuai dengan standart keperawatan. Tanggung jawab perawat di tunjukan dengan cara siap menerima hukuman (Punisment) secara hokum kalau perawat terbukti bersalah atau melanggar hukum.Menurut Yosep, tanggung jawab merupakan keharusan seseorang sebaga makhluk rasional dan bebas untuk tidak mengelak serta membeerikan penjelasan mengenai perbuatanya, secara retrosfektif aatau prosfektif. Tanggung jawab sebagai kesiapan memberikan jawaban atas tindakan-tindakan yang sudah di lakukan perawat pada masa lalu atau tindakan yang akan berakibat di masa yang akan datang. Misalnya bila perawat dengan senngaja memasang alat kontrasepsi tanpa persetujuan pasien makqa akan berdampak pada masa depan pasien. Pasien tidak akan punya keturunan adalah hak semua manusia. Perawat secara retropektif harus bias mempertanggung jawabkan meskipun tindakan perawat tersebut dei anggap benarmenurut pertimbangan medis.Sedangkan, menurut Koizier (1995), tanggung jawab yaitu Reliablity and Trustworthiness. This attribute indicates that the professional nurse carries out required nursing activities conscientiously and that nurses actions are honesly reported. Tanggung jawab perawat berartikeadaan yang dapat di percaya dan terpercaya. Sebutan ini menunjukan bahwa perawat professional menampilkan kinerjasecara hati-hati, teliti dan kegiatan perawat di laporkan secara jujur. Pasien merasa yakin bahwa perawat bertanggung jawab dan memiliki kemampuan, pengetahuan dan keahlian yang relefan denngan disiplin ilmunya. Kepercayaan tumbuh dalam diri pasien, karena kecemasan akan muncul bila pasien merasa tidak yakin bahwa perawat yang merawatnya kurang terampil, pendidikannya kurang memadai dan kurang berpengalaman.pasien tidak yakin bahwa perawat meniliki integitas dalam sikap, keterampilan, pengetahuan (integrity) dan kompetensi.Berdasarkan Yosep, tanggung jawab perawat di indentifikasi menjadi 3 yaitu:1. Responsibility to God (tanggung jawab utama terhadap Tuhannya).2. Responsibility to Client and Society (tanggung jawab terhadap pasien dan masyarakat)3. Responsibility to Collteague and Supeervisor (tanggung jawab teerhadap rekan sejawat dan atasan)Dalam sudut pandang Etika Normatif, tangggung jawab perawat yang paling utama adalah tanggung jawab di hadapan Tuhannya. Sesunguhnya penglihatan, pendengaran dan hati akan di mintai pertanggung jawabanya di hadapan Tuhan.Tanggung jawab merupakan aspek penting dalam etika perawat. Tanggung jawab adalah kesediaan seseorang untuk menyiapkan diri dalam menghadapi resiko teerburuk sekalipun, memberikan kompensasi atau informasi terhadap apa-apa yang sudah di lakukannya dalam melaksanakan tugas. Tanggung jawab sering kali bersifat retrosfektif, arrtinya selalu berorientasi pada perilaku perawat di masalah lalu atau sesuatu yang sudah di lakukan. Tanggung jawab perawat terhadap pasien berfokus pada apa-apa yang sudah di lakukan perawat terhadap pasiennya.Perawat di tuntut untuk bertanggung jawab dalam setiap tindakannya khususnnya selama melaksanakan tugas di rumah sakit, puskesmas, panti, klinnik, atau masyarakat. Meskipun tidak dalam rangkah tugas atau tidak sedang melaksanakan dinas, perawat di tuntut untuk bertanggung jawab dalam tugas-tugas yang melekat dalam diri perawat. Perawat memiliki peran dan fungsi yang sudah di sepakati. Perawar audah berjanji dengan sumpah perawat bahwa ia akan senantiasa melaksanakan tugas-tugasnya. Contoh bentuk tanggung jawab perawat; mengenal kondisi pasien, membeerikan peerwatan, tanggung jawab dalam mendokumtasikan, bertanggung jawab dalam menjaga keselamatan pasien, jumlah pasien yang sesuai dengan catatan dan pengawasan, kadang-kadang ada pasien pulang paksa atau pulang tanpa pemberitahuan, beertanggung jawab bila ada pasien tiba-tiba tensinya drop tanpa sepengetahuan perawat. Tanggung jawab perawat erat kaitannya dengan tugas-tugas perawat. Tugas perawat secara umum adalah memenuhi kebutuhan dasar. Peran penting perawat adalah memberikan pelayanan perawatan (Care) atau memberikan perawatan (Caring). tugas perawat bukanuntuk mengobati (cure). Dalam pelaksanaan tugas di lapangan ada kalahnya perawat melakukan tugas dari profesi lain seperti dokter, farmasi, ahlli gizi, atau fisioterapi. Untuk tugas-tugas yang bukan tugas perawat seperti pemberian obat maka tanggung jawab teersebut sering kali di kaitan dengan siapa yang memberikan tugas tersebutatau dengan siapa ia berkolaborasi. Dalam kasus kesalahan pemberian obat maka perawat harus turut bertanggung jawab, meskipun tanggung jawab utuma ada pada pemberi tugas atau atasan perawat, dalam istilah etika di kenal dengan respondeath superior. Istilah teersebut merujuk pada tanggunng jawab atasan terhadap perilaku salah yang di buat bawahannya sebagai akibat dari kesalahan dalam pendelegasian. Sebelum melakukan pendelegasian seorang pimpinan atau ketua tim yang di tunjuk misalnya dokter harus melihat pendidikan, skil, loyalitas, pengalaman dan kompetensi perawat agar tidak melakukan kesalahan dan bisa beertanggunng jawab bila salah melaksanakan pendelegasian.Dalam pandangan etika keperawatan, perawat memiliki tanggung jawab (responsibiliti) terhadap tugas-tugasnya tereutama keharusan memandang manusia sebagai makhluk yang uutuh dan unik. Utuh artinya memiliki kebutuhan dasar yang kompleks dan saling berkaitan antara kebutuhan satu dengan lainnya, unik artinya setiap individu bersifat khas dan tidak bisa di samakan dengan individu lainnya sehingga memeerlukan pendekatan khusus kasus perkasus, karena pasien memilki riwayat kelahiran, riwayat masa anak, pendidikan, hobby, pola asuh, lingkungan, pengalaman traumatik dan cita-cita yang berbeda. Kemampuan perawat memahami riwayat hidup pasien yang berbeda-beda di kenal dengan Ability to Know Life Span History dan kemampuan perawat dalam memandang individu dalam rentang yang panjangdan berlainan di kenal dengan Holistic.

Ada beberapa hal yang beerkaitan dengan tanggung jawab perawat teerhadap rekan sejawat atau atasan. Di antarnya adalah sebagai beerikut:1. Membuat pencatatan yang lengkap (pendokumentasian) tentang kapan melakukan tindakan keperawatan, beberapa kali, dimana dengan cara apa dan siapa yang melakuakan.2. Mengajarkan pengetahuan perawat terhadap perawat lain yang belum mampu atau belum mahir melakukannya.3. Memberikan teguran bila rekan sejawat melakukan kesalahan atau menyalahi standar.4. Membeerikan kesaksian di pengadilan tentang suatu kasus yang di alami klien.Bila terjadi gugatan akibat kasus-kasus Mal praktek seperti arborsi, infeksi nosokomial, kesalahan diagnostic, kesalahan pemberian obat, klien terjatuh, overhidrasi, keracunan obat, overdosis. Perawat berkewajiban untuk menjadi saksi dengan menyertakan bukti-bukti yang memadai.Tanggung jawab dalam pelayanan kesalahan dapat di bagi menjadi 3 yaitu tanggung jawab perdata, tanggung jawab pidana, dan tanggung jawab administratif.1. Tanggung Jawab PerdataDalam transaksi traupetik, posisis tenaga kesehatan denga pasien adalah sedeerajat. Dengan posisi yang demikian ini hhukum menempatkan keduanya memiliki tanggung gugat hokum. Gugatan untuk meminta pertanggung jawaban kepada tenaga kessehatan beersumbeer kepada dua dasar hokum yaitu: pertama, berdasarkan pada wanprestasi (contractual laibiliti) sebagaiman di atur dalam pasal 1239 KUH Perdata. Kedua, berdasarkan perbuatan melanggar hokum (Onrechmatigedaad) sesuai dengan ketentuan pasal 1356 KUH Perdata.Wanprestasi dalam pelayanan kesehatan baru terjadi bila terpenuhinya usur-unsur beriku ini:a. Hubungan antara tenaga kesehatan dengan pasien terjadi beerdasar kontrak teraupetik.b. Tenaga kesehatan telah memberikan pelayanan kesehatan yang tidak patut dan menyalahi tujuan kontrak teraupetik.c. Pasien menderita kerugian akibat tindakan tenaga kesehatan yang bersangkutan.Dasar hukum yang kedua untuk melakukan gugatan adalah perbuatan melawan hukum. Gugatan dapat diajukan jika terdapat fakta-fakta yang berwujud suatu perbuatan yang melanggar hukum walaupun di antara para pihak tidak terdapat suatu perjanjian. Untuk mengajukan gugatan berdasarkan perbuatan melawan hukum harus di penuhhi 4 syarat sebagaimana di atur dalam pasal 1365 KUH Perdata yaitu:a. Pasien harus mengalami suatu kerugian b. Ada kesalahanc. Ada hubunga kausal antara kesalahan dengan kerugiand. Perbuatan itu melanggar hokumTentang apa yang di maksud dengan perbuatan melanggar hukum, undang-undang sendiri tidak memberikan perumusannya. Namun sesuai dengan Yurisprudensi Arrest Hoge Road, 31 januari 1919 di terapkan adanya empat criteria perbuatan melanggar hukum yaitu:a. Peerbuatan itu bertentangan dengan kewajiban hukum si pelakub. Prbuatan itu melanggar hak orang lainc. Perbuatan itu melanggar kaidah tata susilad. Perbuatan itu beertentangan dengan asas kepatutan, ketelitian serta sikap hati-hati yang seharusnya di miliki seseorang dala pergaulan denngan sesame warga masyarakat atau terhadap harta benda orang lainDalam kaitannya dengan pelayanan kesehatan, bila pasien atau keluarganya menganggap tenaga kesehatan telah melakukan perbuatan melanggar hokum maka dapat mengajukan tuntutan ganti rugi menurut ketentuan pasal 58 unndang-undang no.36 tahhun 2009 tentang kesehatan.2. Tanggung Jawab Pidana Hokum pidana menganut asas tiada pidana tanpa kesalahan. Dalam pasal 2 KUHP di sebutkan, Ketentuan pidana dalam perundang-undanngan Indonesia di terapkan bagi setiap orang yang melakukan suatu delik di Indonesia. Perumusan pasal ini menentukan bahwa setiap orang yang berada dalam wilayah hukum Indonesia dapat di mintakan peretanggungjawaban pidana atas kesalahan yang di buatnya.Sekalipun hukum pidana mengenal adanya penghapuan pidana dalam pelayanan kesehatan yaitu alasan pembenaran dan pemaaf sebagaimana yang terdapat di dalam yurisprudensi, namun tidak serta merta alasan pembenar dan pemaaf tersebut menghapus suatu tindakan pidana bagi tenaga kesehatan.Pada alasan pembenar yang di hapus adalah sifat melanggar hukum dari suatu perbuatan sehingga yang di lakukan oleh terdakwa menjadi patut dan benar. Pada alasan pemaaf yang di hapus adalah kesalahan terdakwa, peerbuatan yangdi lakukan oleh terdakwa, tetap di pandang sebagai perbuatan yang melanggar hokum akan tetapi tidak di pidana karaena tidak ada kesalahan (Moeljanto.1982 dalam Nasution, 2005;75). Alasan pembenar dean pemaaf diatur dalam pasal 75 dan 76 UU No.36 tahun 2009 tentang kesehatan.3. Tanggung Jawab AdministratifPada pasal 188 UU No.36 tahun 2009 tentang kesehatan menyatakan bahwa Menteri dapat mengambil tindakan adminnistratif terhadap tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan kessehatan yang melanggar ketentuan sesuai yang di atur dalam UU ini. Tindakan aministratif dapat berupa:1. Peringatan secara tertulis 2. Pencabutan izin sementara atau izin tetap Praptianingsih (2007), mengatakan bahwa berdasarkan KUHP, seseorang di pandang mampu bertanggung jawab atas perbuatan yang di lakukan apabila:1. Pada wakt melakukan perbuatan telah beerumur 16 tahun (pasal 45 KUHP)2. Tidak terganggu atau cacat jiwanya (pasal 44KUHP)3. Tidak karena pengaruh daya paksa (overmach) (pasal 48 KUHP)4. Bukan karena melakukan pembelaan terepaksa (pasal 49 KUHP)5. Tidak untuk melaksanakan tetentuan Undang-Undang (paal 50 KUHP)6. Tidak karena perintah jabatan (pasal 51 KUHP)Pada poin 3, yang di maksud daya paksa berdasarkan memori penjelasan Pasal 48 KUHP adalah tiap daya, tiap dorongan, tiap paksaan yang tidak dapat di lawan. Daya paksa ini merupakan tekanan yang di alami peerawat sehingga perawat melakukan peerbuatan yang seharusnya tidak di lakukan . oleh karena itu, perawat harus bertanggung jawab terhadap peerbuatannya apabila perbuatan itu di lakukan tidak di bawah tekanan atau paksaan.Pembelaan terpaksa menurut Pasal 49 KUHP di lakukan karena adanya serangan yang melanggar hokum terhadap diri sendiri maupun orang lain, terhadap kehormatan kesusilaan maupun harta benda. Oleh karena itu, tindakan yang di lakukan oleh perawat bukan karena adanya sserangan atau ancaman yang mengharuskan melakukan pembelaan terhadap keselamatan diri sendiri maupun orang lain, kehormatan kesusilaan maupun harta benda merupakan yang dapat di pertanggungjawabkan.Pasal 50 KUHP menentukan bahwa barang siapa melakukan pwrbuatan untuk melaksanakan ketentuan Undang-Undang tidak di pidana. Ssecara Acontrario, perawat harus bertanggung jawab hanya terhadap perbuatan yang di lakukan tidak dalam rangka melasanakan ketentuan Undang-Undang. Asuhan atau pelayanan keperawatan merupakan perbuatan yang di lakukan oleh perawat karena pekerjaan perawat ssesuai dengan kewenangan yang di miliki berdasarkan keahlian dan keterampilan yang di buktikan dengan ijazahnya, pada prinsipnya adalah memberikan asuhan atau pelayana keperawatan. Oleh karena itu, Dalam asuhan keperawatan sudah seharusnya perawat memikul beban pertanggung jawaban manakala melakukan kelalaian atau kesalahan.Sseseorang yang melakukan perbuatan karena melaksanakan perintah jabatan tidak dapat di mintai pertanggungjawaban atas kerugian atau kesalahan yang di timbulkan. Pasal 51 ayat 1 KUHP menentukan bahwa seseorang yang melakukan perbuatan untuk melaksanaka perintah jabatan yang di berikan oleh penguasah yang berwenang tidak pidana. Berkait dengan tanggung jawab perawat, maka perawat tidak beertanggunng jawab terhadap akibat yang timbul dari perbuatannya apabila perbuatan di lakukan sesuai dengan perintah atasannya, dalam hal ini dokteer. Demikian pula apabila yang di lakukan perawat tidak sesuai dengan peerintah yang di terima atau perawat melakukan perbutan tanpa menerima perintah dari atasannya, perawat harus mepertanggungjawabkan setiap kesalahan beerupa kesengajaan atau kelalaian yang di lakukan. Berkait dengan fungsi perawat, maka perawat mempunyai kemampuan bertanggung jawab dalam menjalankan fungsi yang mandiri dalam asuhan keperawatan, sementara dalam fungsi kolaborasi beertanggung jawab berada pada ketua tim kesehatan dan dalam fungsi dependen tanggung jawab berada pada dokter yang berwenang melakukan tindakan medis tertentu kepada pasien.B. TANGGUNG GUGAT PERAWAT (Acountability)Acountability is the nurse participates in making decision and learnes to live with these decision ( kozier, 1995). Means being answerable nurses have to be answerable for all their professional activities. They must be able to explain their professional action and accept responsibility for them. Berdasarkan hal tersebut, tanggung gugat dapat di artikan sebagai bentuk partisipasi perawat dalam membuat sesuatu keputusan dan belajar dengan keputusan itu terhadap konsekuensi-konsekuensinya. Perawat hendaknya memiliki tanggung gugat artinya bila ada pihak yang menggugat ia menyatakan siap dan berani menghadapinya. Terutama yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan profesinya.perawat harus mampu untuk menjelaskan kegiatan atau tindakan yang di lakukannya.Tanggung gugat berarti dapat memberikan alasan atas tindakannya. Seorang perawat beertanggung gugat atas dirinya sendiri, pasien, profesi, atasan, dan masyarakat. Jika dosismedikas salah di berikan, perawat bertanggung gugat pada pasien yang menerima medikasi tersebut , dokter yang memprogramkan tindakan, perawat yang menetapkan standar perilaku yang di harapkan, serta masyarakat, yang semuanya menhendaki perilaku professional. Untuk dapat melakukan tanggung gugat, perawat harus bertindak menurut Kode Etik Profesional. Jika suatu kesalahan terjadi, perawat melaporkannya dan memulai perawatan untuk mencegah trauma lebih lanjut. Tanggung gugat memicu evaluasi efektivitas perawat dalam praktik. Tanggung gugat professional memiliki tujuan sebagai berikut:1. Untuk mengevaluasi praktisi professional baru dan mengkaji ulang yang telah ada2. Untuk mempertahankan standar perawatan kesehatan3. Untuk memudahkan refleksi priadi, pemikiran etis dan pertumbuhan pribadi pada phak professional perawatan kesehatan 4. Untuk memberikan dasar pengambilan keputusan etisUntuk dapat bertanggung gugat, perawat melakukan praktik dalam kode profesi. Tanggung gugat membutuhkan evaluasi kinerja perawat dalam memberikan perawatan kesehatan. Joint commission on accreditation of healthcare organization (JCAHO) telah merekomendaasikan penetapan standar pemberian asuhan keperawatan. Standar tersebut di kembangkan oleh ahli klinis, memberikan struktur dasar di mana asuhan keperawatan secara objektif di ukur. Standar tersebut tidak membatasi kebutuhan rencana perawatan individu, bahkan perawat justru memasukan standar tersebut kedalam rencana keperawatan untuk setiap pasien. Tanggung gugat dapat di jamin dan d ukur lebih baik ketika kualitas perawatan telah di tetapkan. Sebagian besar intistusi menyadarkan panduan yang di tawarkan berdasarkan standar JCAHO dan ANA (perri dan porter, 2005).5. PERLINDUNGAN HUKUM DALAM PRAKTEK KEPERAWATANA. Pengertian HukumHukum adalah keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan atau kaidah-kaidah dalam suatu kehidupan bersama; atau keseluruhan peraturan tingkah laku yang berlaku dalam suatu kehidupan bersama, yang dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi.B. Hukum kesehatanHukum kesehatan adalah semua peraturan hukum yang berhubungan langsung pada pelayanan dan penerpannya pada hukum perdata, hukum administrasi, dan hukum pidana (UU kesehatan NO.23 tahun 1992) kesehatan dan keperawatan.Implikasi Terkait aspek legal resiko terjadi gugatan malpraktik pada perawat karena faktor kelalaian atas kesengajaan perlu adanya upaya perlindungn hukum bagi perawat oleh organisasi profesi / RS / LBH / asuransi dan sebagainya.Hukum kesehatan adalah semua peraturan hukum yang berhubungan langsung pada pelayanan kesehatan dan penerapannya pada hukum perdata, hukum administrasi dan hukum pidana (UU Kesehatan No. 23 tahun 1992).Adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur hak dan kewajiban baik dari tenaga kesehatan dalam melaksanakan upaya kesehatan maupun dari individu dan masyarakat yang menerima upaya kesehatan tersebut dalam segala aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif serta organisasi dan sarana.3. Tujuan Undang- Undang praktek Keperawatan:Tujuan utamaMemberikan landasan hukum terhadap praktik keperawatan untuk melindungi baik masyarakat maupun perawat Tujuan Khusus Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan kesehatan yang diberikan oleh perawat. Melindungi masyarakat atas tindakan yang dilakukan perawat. Menetapkan standar pelayanan keperawatan Menapis ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan Menilai boleh tidaknya perawat untuk menjalankan praktik keperawatan Menilai ada tidaknya kesalahan dan atau kelalaian yang dilakukan perawat dalam memberi pelayanan.

Fungsi Hukum dalam pelayanan keperawatan1. Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawata2. Membedakan tanggung jawab dengan profesi yang lain3. Membantu mempertahankan standar praktek keperawatan dengan meletakkan posisi perawat memiliki akuntabilitas di bawah hokumHak hak pasien1. Memberikan persetujuan (consent)2. Hak untuk memilih mati3. Hak perlindungan bagi orang yang tidak berdaya4. Hak pasien dalam penelitianHak hak perawat1. Hak perlindungan wanita2. Hak berserikat dan berkumpul3. Hak mengendalikan praktek keperawatan sesuai yang diatur oleh hukum4. Hak mendapat upah yang layak5. Hak bekerja di lingkungan yang baik6. Hak terhadap pengembangan profesional7. Hak menyusun standar praktek dan pendidikan keperawatanInformed ConsentAda 3 hal yang menjadi hak mendasar dalam Menyatakan PersetujuanRencana Tindakan Medis yaitu hal untuk mendapatkan pelayanan kesehatan (the right to health care), hak untuk mendapatkan informasi (the right to information), dan hak untuk ikut menentukan (the right to determination)Hak atas informasi1. Sebelum melakukan tindakan medis baik ringan maupun berat.2. Pasien berhak bertanya tentang hal-hal seputar rencana tindakan medis yang akan diterimanya tersebut apabila informasi yang diberikan dirasakan masih belum jelas,3. Pasien berhak meminta pendapat atau penjelasan dari dokter lain untuk memperjelas atau membandingkan informasi tentang rencana tindakan medis yang akan dialaminya,4. Pasien berhak menolak rencana tindakan medis tersebut5. Semua informasi diatas sudah harus diterima pasien SEBELUM rencana tindakan medis dilaksanakan. Pemberian informasi ini selayaknya bersifat obyektif, tidak memihak, dan tanpa tekanan. Setelah menerima semua informasi tersebut, pasien seharusnya diberi waktu untuk berfikir dan mempertimbangkan keputusannya.Informasi yang diperoleh:1. Bentuk tindakan medis2. Prosedur pelaksanaannya3. Tujuan dan keuntungan dari pelaksanaannya4. Resiko dan efek samping dari pelaksanaannya5. Resiko / kerugian apabila rencana tindakan medis itu tidak dilakukan6. Alternatif lain sebagai pengganti rencana tindakan medis itu, termasuk keuntungan dan kerugian dari masing-masing alternatif tersebutKriteria pasien yang berhak1. Pasien tersebut sudah dewasa. batas 21 tahun.2. Pasien dalam keadaan sadar.Pasien harus bisa diajak berkomunikasi secara wajar dan lancar.3. Pasien dalam keadaan sehat akal.Jadi yang paling berhak untuk menentukan dan memberikan pernyataan persetujuan terhadap rencana tindakan medis adalah pasien itu sendiri. Namun apabila pasien tersebut tidak memenuhi 3 kriteria tersebut diatas maka dia akan diwakili oleh wali keluarga atau wali hukumnya.Hak suami/istri pasienUntuk beberapa jenis tindakan medis yang berkaitan dengan kehidupan berpasangan sebagai suami-istri. Misalnya tindakan terhadap organ reproduksi, KB, dan tindakan medis yang bisa berpengaruh terhadap kemampuan seksual atau reproduksi dari pasien tersebut.Dalam Keadaan Gawat DaruratProses pemberian informasi dan permintaan persetujuan rencana tindakan medis ini bisa saja tidak dilaksanakan oleh dokter apabila situasi pasien tersebut dalam kondisi gawat darurat. Dalam kondisi ini, dokter akan mendahulukan tindakan untuk penyelamatan nyawa pasien. Prosedur penyelamatan nyawa ini tetap harus dilakukan sesuai dengan standar pelayanan / prosedur medis yang berlaku disertai profesionalisme yang dijunjung tinggi.Setelah masa kritis terlewati dan pasien sudah bisa berkomunikasi, maka pasien berhak untuk mendapat informasi lengkap tentang tindakan medis yang sudah dialaminya tersebut.Tidak berarti kebal hukumPelaksanaan informed consent ini semata-mata menyatakan bahwa pasien (dan/atau walinya yang sah) telah menyetujui rencana tindakan medis yang akan dilakukan. Pelaksanaan tindakan medis itu sendiri tetap harus sesuai dengan standar proferi kedokteran. Setiap kelalaian, kecelakaan, atau bentuk kesalahan lain yang timbul dalam pelaksanaan tindakan medis itu tetap bisa menyebabkan pasien merasa tidak puas dan berpotensi untuk mengajukan tuntutan hukum. Informed consent tidak menjadikan tenaga medis kebal terhadap hukum atas kejadian yang disebabkan karena kelalaiannya dalam melaksanakan tindakan medis.1.UU yang berkaitan dengan Praktek keperawatanUU No. 9 tahun 1960, tentang pokok-pokok kesehatanBab II (Tugas Pemerintah), pasal 10 antara lain menyebutkan bahwa pemerintah mengatur kedudukan hukum, wewenang dan kesanggupan hukum.2.UU No. 6 tahun1963tentang Tenaga Kesehatan.UU ini membedakan tenaga kesehatan sarjana dan bukan sarjana. Tenaga sarjana meliputi dokter, dokter gigi dan apoteker. Tenaga perawat termasuk dalam tenaga bukan sarjana, termasuk bidan dan asisten farmasi dimana dalam menjalankan tugas dibawah pengawasan dokter, dokter gigi dan apoteker. Pada keadaan tertentu kepada tenaga pendidikan rendah dapat diberikan kewenangan terbatas untuk menjalankan pekerjaannya tanpa pengawasan langsung.3.UU yang berkaitan dengan Praktek keperawatanUU Kesehatan No. 14 tahun 1964, tentang Wajib Kerja Paramedis.Pada pasal 2, ayat (3)dijelaskan bahwa tenaga kesehatan sarjana muda, menengah dan rendah wajib menjalankan wajib kerja pada pemerintah selama 3 tahun.Yang perlu diperhatikan bahwa dalam UU ini, lagi posisi perawat dinyatakan sebagai tenaga kerja pembantu bagi tenaga kesehatan akademis, sehingga dari aspek profesionalisasian, perawat rasanya masih jauh dari kewenangan tanggung jawab terhadap pelayanannya sendiri.4.UU yang berkaitan dengan Praktek keperawatanSK Menkes No. 262/Per/VII/1979 tahun 1979Membedakan paramedis menjadi dua golongan yaitu paramedis keperawatan (temasuk bidan) dan paramedis non keperawatan. Dari aspek hukum, suatu hal yang perlu dicatat disini bahwa tenaga bidan tidak lagi terpisah tetapi juga termasuk katagori tenaga keperawatan.5.UU yang berkaitan dengan Praktek keperawatanPermenkes. No. 363/Menkes/Per/XX/1980 tahun 1980Pemerintah membuat suatu pernyataan yang jelas perbedaan antara tenaga keperawaan dan bidan. Bidan seperti halnya dokter, diijinkan mengadakan praktik swasta, sedangkan tenaga keperawatan secara resmi tidak diijinkan. Peraturan ini boleh dikatakan kurang relevan atau adil bagi profesi keperawatan. Kita ketahui negara lain perawat diijinkan membuka praktik swasta.6.UU yang berkaitan dengan Praktek keperawatanSK Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. 94/Menpan/1986, tanggal 4 November 1986, tentang jabatan fungsional tenaga keperawatan dan sistem kredit point.Dalam sistem ini dijelaskan bahwa tenaga keperawatan dapat naik jabatannya atau naik pangkatnya setiap dua tahun bila memenuhi angka kredit tertentu.Sistem ini menguntungkan perawat, karena dapat naik pangkatnya dan tidak tergantung kepada pangkat/golongan atasannya7.UU yang berkaitan dengan Praktek keperawatan1. UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992, merupakan UU yang banyak memberi kesempatan bagi perkembangan termasuk praktik keperawatan profesional karena dalam UU ini dinyatakan tentang standar praktik, hak-hak pasien, kewenangan,maupun perlindungan hukum bagi profesi kesehatan termasuk keperawatan.2. Beberapa pernyataaan UU Kes. No. 23 Th. 1992 yang dapat dipakai sebagai acuan pembuatan UU Praktik Keperawatan adalah :3. Pasal 53 ayat 4 menyebutkan bahwa ketentuan mengenai standar profesi dan hak-hak pasien ditetapkan dengan peraturan pemerintah.4. Pasal 50 ayat 1 menyatakan bahwa tenaga kesehatan bertugas menyelenggarakan atau melaksanakan kegiatan sesuai dengan bidang keahlian dan kewenangannya5. Pasal 53 ayat 4 menyatakan tentang hak untuk mendapat perlindungan hukum bagi tenaga kesehatan.Namun kenyataannya sampai sekarang UU praktek keperawatan belum juga disahkan PerlunyaUndang-UndangKesehatanMengapa perlunya undang-undang kesehatan, hal ini di sebabkan oleh :Kesehatan-kesejahteraan merupakan cita-cita bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945;Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan sumber daya manusia yang merupakan modal pembangunan nasional;Perlunya penyelenggaraan upaya kesehatan yang menyeluruh dan terpadu;Perundang-undangan yang ada tidak sesuai lagi.Undang-Undang praktik KeperawatanAda beberapa alasan mengapa Undang-Undang Praktik Keperawatan dibutuhkan. Pertama, alasan filosofi. Perawat telah memberikan konstribusi besar dalam peningkatan derajat kesehatan. Perawat berperan dalam memberikan pelayanan kesehatan mulai dari pelayanan pemerintah dan swasta, dari perkotaan hingga pelosok desa terpencil dan perbatasan. Tetapi pengabdian tersebut pada kenyataannya belum diimbangi dengan pemberian perlindungan hukum, bahkan cenderung menjadi objek hukum. Perawat juga memiliki kompetensi keilmuan, sikap rasional, etis dan profesional, semangat pengabdian yang tinggi, berdisiplin, kreatif, terampil, berbudi luhur dan dapat memegang teguh etika profesi. Disamping itu, Undang-Undang ini memiliki tujuan, lingkup profesi yang jelas, kemutlakan profesi, kepentingan bersama berbagai pihak (masyarakat, profesi, pemerintah dan pihak terkait lainnya), keterwakilan yang seimbang, optimalisasi profesi, fleksibilitas, efisiensi dan keselarasan, universal, keadilan, serta kesetaraan dan kesesuaian interprofesional (WHO, 2002).Sebelum membahas lebih dalam tentang undang- undang praktik keperawatan mari kita mengulas secara singkat beberapa undang- undang yang ada di indonesia yang berkaitan peraktik keperawatan.UU No. 6 tahun 1963 tentan Tenaga Kesehatan. UU ini merupakan penjabaran dari UU No. 9 tahun 1960. Undang- undang ini membedakan tenaga kesehatan sarjana dan bukan sarjana. Tenaga sarjana meliputi dokter, apoteker, dan dokter gigi. Tenaga perawat termasuk tenaga yang bukan sarjana atau tenaga kesehatan dengan pendidikan rendah. UU ini boleh dikatan sudah usang, karena dalam UU ini juga tercantum berbagai jenis tenaga sarjan keperawatan seperti sekarang ini.UU Kesehatan No. 18 tahun 1964 mengatur tentang Wajib Kerja Paramedis. Pada pasal 2, ayat (3) dijelaskan bahwa tenaga kesehatan sarjana muda, menengah, dan rendah wajib menjalankan wajib kerja pada pemerintah selama 3 tahun. Dalam UU ini, lagi- lagi posisi perawat dinyatakan sebagaitenaga kerja pembantubagi tenaga kesehatan akademis termasuk dokter.Dalam SK Menkes No. 262/Per/Vll/1979 tahun 1979 yan membedakan paramedis menjadi dua golongan yaitu golongan medis keperawatan (termasuk bidan) dan paramdis non keperawatan. Dari aspek hukum, suatu hal yang perlu dicatat di sini bahwa tenaga bidan tidak terpisah tetapi juga termasuk katagori keperawatan (Soekanto & Herkutanto, 1987; Sciortino, 1991).Dalam Permenkes No. 363/Menkes/Per/XX/1980 tahun 1980, pemerintah membuat suatu peryataan yang jelas perbedaan antara tenaga keperawatan dan bidan.Surat Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 94/Menpan/1986, tangal 4 nopenber 1986 menjelaskan jabatan fungsional tenaga keperawatan dan system kredit poin. Sistem ini menguntungan perawat, karena dapat naik pangkatnya dan tidak tergantung kepada pangkat/golongan atasannya. UU Kesehatan No. 23 tahun 1992 merupakan UU yang banyak memberi kesempatan bagi perkembangan keperawatan termasuk praktik keperawatan profesional, kerena dalam UU ini dinyatakan tentang standar praktik, hak- hak pasien, kewenagan, maupun perlindungan hokum bagi profesi kesehatan termasuk keperawatan. Beberapa peryataan UU Kesehatan No. 23 tahun 1992 yang dapat dipakai sebagai acuan pembuatan UU Praktik Keperawatan adalah:1)Pasal 53 ayat 4 menyebutkan bahwa ketentuan mengenai standar profesi dan hak- hak pasien ditetepkan dengan peraturan pemerintah.2)Pasal 50 ayat 1 menyatakan bahwa tenaga kesehatan bertugas menyelengarakan atau melaksakan kegiatan sesuai dengan bidang keahlian dan kewenagannya; Pasal 53 ayat 4 menyatakan tentang hak untuk mendapat perlindungan hokum bagi tenaga kesehatan (Jahmono, 1993).1. PPNI dan Pengesahan Undang- Undang praktik Keperawatan.Dalam peringatan Hari Perawat Sedunia ini yang jatuh tanggal 12 mei, Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) lebih mendorong disahkannya Undang-Undang Praktik Keperawatan.Hal ini karena:1)Keperawatan sebagai profesi memiliki karateristik yaitu, adanya kelompok pengetahuan (body of knowledge) yang melandasi keterampilan untuk menyelesaikan masalah dalam tatanan praktik keperawatan; pendidikan yang memenuhi standar dan diselenggarakan di Perguruan Tinggi; pengendalian terhadap standar praktik; bertanggungjawab dan bertanggungugat terhadap tindakan yang dilakukan; memilih profesi keperawatan sebagai karir seumur hidup, dan; memperoleh pengakuan masyarakat karena fungsi mandiri dan kewenangan penuh untuk melakukan pelayanan dan asuhan keperawatan yang beriorientasi pada kebutuhan sistem klien (individu, keluarga,kelompok dan komunitas).2)Kewenangan penuh untuk bekerja sesuai dengan keilmuan keperawatan yang dipelajari dalam suatu sistem pendidikan keperawatan yang formal dan terstandar menuntut perawat untuk akuntabel terhadap keputusan dan tindakan yang dilakukannya.Kewenangan yang dimiliki berimplikasi terhadap kesediaan untuk digugat, apabila perawat tidak bekerja sesuai standar dan kode etik.Oleh karena itu, perlu diatur sistem registrasi, lisensi dan sertifikasi yang ditetapkan dengan peraturan dan perundang-undangan. Sistem ini akan melindungi masyarakat dari praktik perawat yang tidak kompeten, karena Konsil Keperawatan Indonesia yang kelak ditetapkan dalam Undang Undang Praktik Keperawatan akan menjalankan fungsinya. Konsil Keperawatan melalui uji kompetensi akan membatasi pemberian kewenangan melaksanakan praktik keperawatan hanya bagi perawat yang mempunyai pengetahuan yang dipersyaratkan untuk praktik. Sistem registrasi, lisensi dan sertifikasi ini akan meyakinkan masyarakat bahwa perawat yang melakukan praktik keperawatan mempunyai pengetahuan yang diperlukan untuk bekerja sesuai standar.3)Perawat telah memberikan konstribusi besar dalam peningkatan derajat kesehatan. Perawat berperan dalam memberikan pelayanan kesehatan mulai dari pelayanan pemerintah dan swasta, dari perkotaan hingga pelosok desa terpencil dan perbatasan. Tetapi pengabdian tersebut pada kenyataannya belum diimbangi dengan pemberian perlindungan hukum, bahkan cenderung menjadi objek hukum. Perawat juga memiliki kompetensi keilmuan, sikap rasional, etis dan profesional, semangat pengabdian yang tinggi, berdisiplin, kreatif, terampil, berbudi luhur dan dapat memegang teguh etika profesi. Disamping itu, Undang-Undang ini memiliki tujuan, lingkup profesi yang jelas, kemutlakan profesi, kepentingan bersama berbagai pihak (masyarakat, profesi, pemerintah dan pihak terkait lainnya), keterwakilan yang seimbang, optimalisasi profesi, fleksibilitas, efisiensi dan keselarasan, universal, keadilan, serta kesetaraan dan kesesuaian interprofesional (WHO, 2002).4)Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan khususnya pelayanan keperawatan semakin meningkat. Hal ini karena adanya pergeseran paradigma dalam pemberian pelayanan kesehatan, dari model medikal yang menitikberatkan pelayanan pada diagnosis penyakit dan pengobatan, ke paradigma sehat yang lebih holistik yang melihat penyakit dan gejala sebagai informasi dan bukan sebagai fokus pelayanan (Cohen, 1996). Disamping itu, masyarakat membutuhkan pelayanan keperawatan yang mudah dijangkau, pelayanan keperawatan yang bermutu sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, dan memperoleh kepastian hukum kepada pemberian dan penyelenggaraan pelayanan keperawatan.2. Undang- Undang praktik Keperawatan di Negara Tetangga

Negara-negara ASEAN seperti Philippines, Thailand, Singapore, Malaysia, sudah memiliki Undang Undang Praktik Keperawatan (Nursing Practice Acts) sejak puluhan tahun yang lalu.Mereka siap untuk melindungi masyarakatnya dan lebih siap untuk menghadapi globalisasi perawat asing yang masuk ke negaranya dan perawatnya bekerja di negara lain. Ketika penandatanganan Mutual Recognition Arrangement di Philippines tahun 2006, posisi Indonesia, bersama dengan Vietnam, Laos dan Myanmar, yang belum memiliki Konsil Keperawatan. Semoga apa yang dilakukan oleh PPNI dapat mengangkat derajad bangsa ini dengan negara lain, khususnya dalam pelayanan kesehatan.Perawat telah memberi konstribusi yang cukup besar dalam pemberian pelayanan kesehatan,akan tetapi belum mendapat pengimbangan dari perlindungan hukum, bahkan sering menjadi objek dalam masalah hukum.Dan yang menjadi pertanyaan kemana hak dan jasa untuk profesi keperawatan?.Pengembangan kesehatan masyarakat di Indonesia yang telah dijalankan selama ini masih memperlihatkan adanya ketidaksesuaian antara pendekatan pembangunan kesehatan masyarakat dengan tanggapan masyarakat, manfaat yang diperoleh masyarakat, dan partisipasi masyarakat yang diharapkan.Meskipun di dalamUndang-undang No. 23 Tahun 1992tentang Kesehatan telah ditegaskan bahwa tujuan pembangunan kesehatan masyarakat salah satunya adalah meningkatkan kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya.Oleh karena itu pemerintah maupun pihak-pihak yang memiliki perhatian cukup besar terhadap pembangunan kesehatan masyarakat termasuk perawat spesialis komunitas perlu mencoba mencari terobosan yang kreatif agar program-program tersebut dapat dilaksanakan secara optimal dan berkesinambungan.

Salah satu intervensi keperawatan komunitas di Indonesia yang belum banyak digali adalah kemampuan perawat spesialis komunitas dalam membangun jejaring kemitraan di masyarakat. Padahal, membina hubungan dan bekerja sama dengan elemen lain dalam masyarakat merupakan salah satu pendekatan yang memiliki pengaruh signifikan pada keberhasilan program pengembangan kesehatan masyarakat (Kahan & Goodstadt, 2001). Pada bagian lain Ervin (2002) menegaskan bahwa perawat spesialis komunitas memiliki tugas yang sangat penting untuk membangun dan membina kemitraan dengan anggota masyarakat. Bahkan Ervin mengatakan bahwa kemitraan merupakan tujuan utama dalam konsep masyarakat sebagai sebuah sumber daya yang perlu dioptimalkan(community-as-resource), dimana perawat spesialis komunitas harus memiliki ketrampilan memahami dan bekerja bersama anggota masyarakat dalam menciptakan perubahan di masyarakat.

NILAI-NILAI DASAR DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN, YAITU, (CAN,2001) :

Perawat membantu klien untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimum;perawat membantu meningkatkan autonomi klien mengekspresikan kebutuhannya;perawat mendukung martabat kemanusiaan dan berlaku sebagai advokat bagi kliennya;perawat menjaga kerahasiaan klien;berorientasi pada akuntabilitas perawat;perawat bekerja dalam lingkungan yang kompeten, etik, dan aman.

Canadian Nursing Association (CNA) membuat suatu model lingkungan praktik profesional yang berkualitas. CAN (2003) mengidentifikasikan enam kondisi tempat kerja yang sehat, yaitua) Kontrol beban kerja,b) Kepemimpinan dalam keperawatan,c) Kontrol kualitas pelayanan,d) Dukungan dan penghargaan,e) Pengembangan profesi, sertaf) Inovasi dan kreatifitas.

Lingkungan praktik profesional yang berkualitas merupakan nilai sentral pada praktik keperawatan yang etis dan memainkan peran yang penting dalam menurunkan situasi berbahaya yang disebabkan oleh ethical distress dan moral residue. Maksudnya, apabila perawat memiliki autonomi, dukungan dan kesempatan untuk mengembangkan profesionalitasnya, maka hal tersebut akan menghilangkan celah antara praktik yang etis dan penurunan ethical distress.

HUKUM KESEHATANHukum kesehatan adalah semua peraturan hukum yang berhubungan langsung pada pelayanan dan penerpannya pada hukum perdata, hukum administrasi, dan hukum pidana (UU kesehatan NO.23 tahun 1992) kesehatan dan keperawatan.Implikasi Terkait aspek legal resiko terjadi gugatan malpraktik pada perawat karena faktor kelalaian atas kesengajaan perlu adanya upaya perlindungn hukum bagi perawat oleh organisasi profesi / RS / LBH / asuransi dan sebagainya.

UU RI No 23/thn 1992 tentang kesehatan keperawatan dapat menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan keperawatan di akui sebagai ilmu pengetahuan perlu aplikai standar profesi bagi perwat perlu aplikasi ada pengaturan tentang kewenangan perawat hak-hak klien harus di hormati & selalu menjadi fokus perhatian setiap perawat.

UU RI No.23 thn 1992 Tentang Kesehatan :

Pasal 32 ayat :Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehtan di lakukan dengan pengobatan dan atau perawatan.Pengobatan dan perawatan dapat di lakukan berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu perawatan atau cara lain yang dapat di pertanggung jawabkan.Pelaksanaan pengobatan dan perawatan berdasarkan ilmu kedokteran atau ilmu keperawatan hanya dapat di lakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan di bidang itu.Pemerintah melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan pengobatan dan perawatan.Setiap perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas tindakannya.Melekatkan kewajiban pada perawat untuk senantiasa menjaga keahliannya agar selalu berada pada tingkatan yang aman bagi kliennya.

Pasal 50 ayat 1 :Tenaga kesehatan bertugas menyelenggarakan dan melakukan kegiatan kesehatan sesuai dengan bidang kesehatan yang bersangkutan.

Pasal 53 ayat :Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam tugas sesuai dengan profesinya.Tenaga kesehtn dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar profesi & menghormati hak-hak pasienKetentuan mengenai standar profesi & hak-hak pasien sebagaimana di maksud dalam ayat 2 di tetapkan dengan peraturan pemerintah.

Pasal 54 ayat :Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan atau kelalaian dalam melaksanakan profesinya dapat di kenakan tindakan disiplin.Penentuan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian sebagaimana di maksud pada ayat 1 di tentukan oleh majelis tenaga kesehatan.Pasal 55 ayat :Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang di lakukan oleh tenaga kesehatan.Ganti rugi sebagaimana di maksud dalam ayat 1 di laksanakan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 73 :Pemerintah melakukan terhadap semua kegiatan yang berkaitan dengan penyelenggaraan upaya kesehatan.

Pasal 77 :Pemerintah berwenang mengambil tindakan administrasi teradap tentang kesehatn yng melkukan pelanggaran terhdap ketntuan undang-undang ini