Bab Campur

34
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pakan ternak di dalam negeri sangat berperan mendukung industri peternakan dalam menyediakan ketersediaan konsumsi daging dan produk turunannya bagi masyarakat sebagai tambahan sumber protein. Pakan memiliki kontribusi 70% dari total biaya produksi peternakan, sehingga tetap menjadi suatu bisnis yang cerah. Menurut data dari GPMT (Gabungan Pengusaha Makanan Ternak) di Indonesia terdapat lebih kurang 55 pabrik pakan ternak yang masih aktif. Saat ini sebaran industri pakan ternak berskala besar tersebar di Indonesia terdapat di delapan provinsi. Sumatera Utara memiliki 8 pabrik, Lampung ada 4 pabrik, Banten ada 10 pabrik dan DKI Jakarta 4 pabrik. Di Jawa Barat terdapat 4 pabrik dan Sulawesi Selatan 2 pabrik. Produsen pakan ternak paling banyak terdapat di Jawa Timur mencapai 15 pabrik. Oleh karena itu, peluang untuk memdirikan industri pakan ternak di kota Banten sangat terbuka lebar. (Indonesian Commercial Newsletter, 2008) Selain itu meningkatnya usaha peternakan unggas di Indonesia menyebabkan semakin meningkatnya permintaan pakan ternak, diketahui bahwa untuk meningkatkan kualitas ternak diperlukan nutrisi yang dapat mempercepat perkembangan ternak tersebut. Salah satu kandungan yang terpenting dalam pakan ternak tersebut adalah methionine. Methionine adalah asam amino yang memiliki atom S. Asam amino ini penting dalam 1

Transcript of Bab Campur

Page 1: Bab Campur

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri pakan ternak di dalam negeri sangat berperan mendukung industri

peternakan dalam menyediakan ketersediaan konsumsi daging dan produk turunannya

bagi masyarakat sebagai tambahan sumber protein. Pakan memiliki kontribusi 70% dari

total biaya produksi peternakan, sehingga tetap menjadi suatu bisnis yang cerah.

Menurut data dari GPMT (Gabungan Pengusaha Makanan Ternak) di Indonesia

terdapat lebih kurang 55 pabrik pakan ternak yang masih aktif. Saat ini sebaran industri

pakan ternak berskala besar tersebar di Indonesia terdapat di delapan provinsi.

Sumatera Utara memiliki 8 pabrik, Lampung ada 4 pabrik, Banten ada 10 pabrik dan DKI

Jakarta 4 pabrik. Di Jawa Barat terdapat 4 pabrik dan Sulawesi Selatan 2 pabrik.

Produsen pakan ternak paling banyak terdapat di Jawa Timur mencapai 15 pabrik. Oleh

karena itu, peluang untuk memdirikan industri pakan ternak di kota Banten sangat

terbuka lebar. (Indonesian Commercial Newsletter, 2008)

Selain itu meningkatnya usaha peternakan unggas di Indonesia menyebabkan

semakin meningkatnya permintaan pakan ternak, diketahui bahwa untuk meningkatkan

kualitas ternak diperlukan nutrisi yang dapat mempercepat perkembangan ternak

tersebut. Salah satu kandungan yang terpenting dalam pakan ternak tersebut adalah

methionine. Methionine adalah asam amino yang memiliki atom S. Asam amino ini

penting dalam sintesa protein (dalam proses transkripsi, yang menterjemahkan urutan

basa Nitrogen di DNA untuk membentuk RNA) karena kode untuk methionine sama

dengan kode awal untuk satu rangkaian RNA. Asam amino ini bagi ternak bersifat

esensial, sehingga harus dipasok dari bahan pangan. Sumber utama methionine adalah

buah-buahan, daging (ikan), sayuran (Jagung, kelapa), serta kacang-kacangan (kacang

kedelai) (Wiki, 2008).

Methionine merupakan salah satu asam amino esensial yang mengandung

sulfur, berfungsi untuk detoksifikasi hati. Bahan kimia ini merupakan zat lipotropik yang

dapat mencegah atau menyembuhkan infiltrasi lemak, cirrcosis dan necrose hati. Serta

1

Page 2: Bab Campur

dapat membantu proses transmetilasi pada detoksifikasi zat – zat toksis yang bersifat

endogenus dan exogenus. (Indochemical, April 2011).

Hingga saat ini methionine belum dapat diproduksi didalam negeri. Sehingga

seluruh kebutuhan bagi industri lokal masih mengandalkan dari pasokan impor.

Diprediksikan ketergantungan Indonesia terhadap methionine impor masih akan terus

berlanjut hingga beberapa tahun kedepan, menyusul belum adanya investor yang

tertarik menanamkan modalnya di sektor industri ini. Padahal permintaan terhadap

methionine ini dipasar dalam negeri cenderung meningkat.

Menurut Badan Pusat Statistik, sepanjang tahun 2005 hingga 2010 impor

methionine Indonesia secara keseluruhan meningkat dengan laju sebesar 5,3% untuk

volumenya dan sekitar 22,2 % pertahun untuk nilainya. Pada tahun 2005 lalu impor

methionine di Indonesia tercatat sebesar 16.196 ton/tahun, yang kemudian meningkat

menjadi 17.749 ton/tahun berikutnya dengan nilai US$ 41.910. Dalam dua tahun

berikutnya impor terus menurun dan menjadi hanya 15.851 ton/tahun pada tahun 2008

dengan nilai yang justru meningkat menjadi US$ 65.203. pada tahun 2009 impor kembali

meningkat menjadi 18.462 ton/tahun dan meningkat lagi menjadi 20.551 ton/tahun

pada tahun 2010 dengan nilai US$83.983.

1.2 Prospek Industri dan Pemasaran

Analisa Pasar

Hingga saat ini methionine belum dapat diproduksi didalam negeri. Sehingga

seluruh kebutuhan bagi industri lokal masih mengandalkan dari pasokan impor.

Diprediksikan ketergantungan Indonesia terhadap methionine impor masih akan terus

berlanjut hingga beberapa tahun kedepan, menyusul belum adanya investor yang

tertarik menanamkan modalnya di sektor industri ini. Padahal permintaan terhadap

methionine ini dipasar dalam negeri cenderung meningkat.

Menurut Badan Pusat Statistik, sepanjang tahun 2005 hingga 2010 impor

methionine Indonesia secara keseluruhan meningkat dengan laju sebesar 5,3% untuk

volumenya dan sekitar 22,2 % pertahun untuk nilainya. Pada tahun 2009 impor

methionine meningkat menjadi 18.462 ton/tahun dan meningkat lagi menjadi 20.551

ton/tahun pada tahun 2010, dan diperkirakan impor akan terus meningkat sampai

dengan tahun 2015 yang akan diperkirakan kebutuhan methionine di Indonesia

mencapai 26.585 ton/tahun ( Indochemical, April 2011 ).

2

Page 3: Bab Campur

1.3 Lokasi Pabrik

Kota Banten merupakan wilayah yang strategis. Ada beberapa faktor yang harus

diperhatikan untuk menentukan lokasi pabrik yang kita rancang agar secara teknis dan

ekonomis menguntungkan. Daerah Banten yang terletak di propinsi jawa barat, daerah

ini merupakan daerahbaku. Wilayah laut Banten merupakan salah satu jalur laut

potensial, Selat Sunda merupakan salah satu jalur yang dapat dilalui kapal besar yang

menghubungkan Australia, Selandia Baru, dengan kawasan Asia Tenggara misalnya

Thailand, Malaysia dan Singapura. Disamping itu Banten merupakan jalur

perlintasan/penghubung dua pulau besar di Indonesia, yaitu Jawa dan Sumatera. Bila

dikaitkan posisi geografis dan pemerintahan maka wilayah Banten terutama Kota

Tangerang dan Kabupaten Tangerang merupakan wilayah penyangga bagi Ibukota

Negara. Wilayah Provinsi Banten juga memiliki beberapa pelabuhan laut yang

dikembangkan sebagai antisipasi untuk menampung kelebihan kapasitas dari pelabuhan

laut di Jakarta dan sangat mungkin menjadi pelabuhan alternatif dari Singapura.

Gambar 1.1 lokasi pabrik

3

Page 4: Bab Campur

1.4 Kapasitas Produksi

Penentuan kapasitas pabrik methionine ini ditentukan dengan cara menghitung

kapasitas konsumsi methionine dalam negeri yang saat ini masih mengimpor dari negara

produsen. Konsumsi methionine dari tahun 2005-2010 cenderung meningkat.

200520062007200820092010201120122013201420150

20000

40000

60000

80000

100000

120000

tahun impor

kg impor

nilai US$

Tahun

Kapa

sitas

Pro

duks

i

Gambar 1.1 Perkembangan impor methonine di Indonesia

Industri methionine merupakan industri yang masih bisa dikatakan baru di

Indonesia, karena diketahui pabrik penghasil methionine ini belum ada. Diharapkan

dengan didirikannya pabrik methionine ini akan memenuhi kebutuhan methionine di

Indonesia. Kapasitas pabrik ditentukan berdasarkan tingkat kebutuhan akan methionine

yang cukup tinggi di Indonesia maupun di seluruh dunia. Akan tetapi yang menjadi

pertimbangan utama adalah kebutuhan methionine di Indonesia. Diketahui bahwa

kebutuhan methionine di Indonesia masih mengimpor dari negara produsen methionine.

Melihat permintaan methionine yang terus meningkat di Indonesia yang diperkirakan

pada tahun 2015 kebutuhan methionine di Indonesia mencapai 26.585 ton/tahun (

Indochemical, April 2011 ), pabrik yang di bangun ini akan memenuhi kebutuhan

methionine di Indonesia yaitu dengan kapasitas 27.000 ton/tahun.

1.5 Bahan baku

Bahan baku pembuatan methionine adalah metil merkaptan, akrolein dan

hydrocanic acid.Methionine dihasilkan dengan mereaksikan metil merkaptan dengan

akrolein. Akrolein (2-propenal / C3H4O / CH2=CHCHO) adalah senyawa aldehida tidak

jenuh yang paling sederhana. Akrolein adalah senyawa yang sangat beracun, mudah

4

Page 5: Bab Campur

terbakar, dapat menimbulkan air mata. Pada temperatur kamar, akrolein berfase cair

dengan volatilitas dan sifat mudah terbakar mirip dengan aseton, tetapi tidak

sebagaimana aseton, akrolein sedikit larut dalam air. Katalis yang digunakan adalah

senyawa kompleks metal oksida, yakni campuran molibdate, bismuth, nikel, cobalt,

besi, natrium, boron, kalium, dan silika.

Metil merkaptan merupakan salah satu dari sekian banyak bahan kimia yang ikut

mendukung industri lain seperti, sebagai bahan odorant untuk LPG, sebagai bahan baku

pada pembuatan asam amino yaitu methionine yang merupakan pelengkap makanan

ternak. Metil merkaptan merupakan senyawa intermediat yang dapat direaksikan

dengan berbagai macam senyawa lain untuk membentuk produk lain yang bermanfaat.

(Furqon dan Wiyoto, 2005).

1.6 Gross Profit Margin (GPM)

Untuk menentukan kelayakan pemasaran produk methionine diperlukan

perhitungan GPM. GPM dihitung dengan cara menentukan selisih harga jual produk

dengan harga pembelian bahan baku. Untuk menghitung GPM diperlukan harga methyl

mercaptan, akreloin, natriumoksida, hydrocianic acid, ammonium carbonate, methanol.

Tabel 1.1 Gross Profit Margin

5

CH3OH + H2S + C3H4O + HCN + 52

( NH4+)2 CO3 + NaOH + HCl 5NH3 + 3H2O + 2CO2 + C5H11SNO2 + NaCl

senyawa CH3OH C3H4O HCN (NH4+)2CO3 NaOH HCl CH3SH NH3 C5H11SNO2 NaCl

BM 0,032 0,056 0,027 0,096 0,040 0,037 0,048 0,017 0,149 0,058

Mol 1 1 1 2,5 1 1 1 5 1 1

Kg 0,032 0,056 0,027 0,24 0,04 0,037 0,048 0,085 0,149 0,058

Kg/kg met

0,215 0,376 0,181 1,61 0,268 0,248 0,322 0,57 1 0,389

US$/kg 0,2 2,69 0,5 0,2 0,3 0,3 11,2 0,16 5,59 0

Page 6: Bab Campur

GPM = harga jual produk - harga beli bahan baku

= ∑ [(kg produk/ kg MET) x harga produk]- ∑ [(kg bahan/ kg MET) x harga bahan]

= [(1 x 5,59)-{(0,2 x 0,215)+(0,376 x 2,69)+(0,181 x 0,5)+(1,61 x 0,2)+(0,268 x 0,3 )

+(0,248x0,3)+(0,322x11,2)+(0,57x0,16)]

= 5,59 – (0,043+ 1,01+ 0,09+ 0,09 + 0,322+0,0804+0,074+3,6+0,09 )

= US$ 0,19/ kg

= Rp. 1900,-/kg produk

Gross Profit Margin (GPM) merupakan cara yang dilakukan untuk mengetahui

besarnya keuntungan yang didiapatkan dalam tiap kilogram produk yang dihasilkan. Dari

perhitungan GPM diatas didapatkan keuntungan untuk perkilogram produk adalah Rp.

1900. Keuntungan yang didapatkan memang tidak terlalu besar, namun dengan

keuntungan yang didapatkan dapat disimpulkan bahwa untuk pendirian pabrik

methionine ini cukup menguntungkan jika didirikan dengan pertimbangan yang lainnya.

6

Page 7: Bab Campur

BAB II

PROFIL PABRIK

PT FNW Meth akan didirikan pada tahun 2015 dengan pemegang saham tiga

orang, yaitu Winny N. Erziza, Nuraini, dan Fouria Yunizar. Perusahaan ini merupakan

perusahaan yang bergerak dibidang nutrisi pakan ternak.

Bidang usaha utamanya adalah memproduksi methionine yang sangat berperan

untuk mendukung industri peternakan dalam menyediakan ketersediaan konsumsi

daging dan produk turunannya bagi masyarakat sebagai tambahan sumber protein.

1. PRODUK

Produk yang dihasilkan yaitu methionine, yang berguna untuk meningkatkan

kualitas ternak sehingga diperlukan nutrisi yang dapat mempercepat perkembangan

ternak tersebut.

2. KAPASITAS PRODUKSI

Kapasitas produksi pertahun mencapai 27.000 ton per tahun dan akan siap terus

ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan yang terus meningkat dari waktu kewaktu.

3. PEMASARAN

PT FNW Meth ini akan berusaha terus untuk meningkatkan pelayanan dan

ketersediaan barang terbaik bagi seluruh customer. Kantor cabang dan sales

representative akan disebar diseluruh Indonesia antara lain, kalimantan, Jawa, dan

Sumatera, karena pada daerah ini terdapat banyak industri peternakan.

4. TENAGA KERJA

Perusahaan ini akan mempekerjakan sekitar 261 orang yang telah terbagi dalam

bidang-bidang yang sesuai dengan keahlian masing-masing pekerja.

Penanggung jawab operasional atau direktur utama berperan sebagai person

yang membawahi dan menangani langsung perusahaan

5. MODAL

Modal dari pendirian hingga pengoperasian pabrik terdiri dari 60% modal

sendiri, sedangkan 40% lagi dari pinjaman dari bank. Struktur permodalan bukan

merupakan penanaman modal asing.

7

Page 8: Bab Campur

6. VISI DAN MISI

Misi dan Visi dari PT.FNW Meth adalah sebagai berikut:

1. Ingin mensejahterakan Peternakan Indonesia

2. Membangun perekonomian negara melalui pemberdayaan pakan ternak sebagai

salah satu jalan untuk penggerak pembangunan.

3. Memanfaatkan sumber daya untuk kelangsungan habitat lingkungan yang sehat.

8

Page 9: Bab Campur

BAB III

DESKRIPSI PROSES

3.1. Deskripsi Proses

Methionine terdiri dari beberapa jenis, maka proses pembuatannya juga

dilakukan dengan beberapa cara. Jenis DL-methionine dapat dibuat dengan sintesis

kimia, sedangkan untuk L-methionine selain dengan sintesis kimia, dapat juga dibuat

dengan cara fermentasi. Teknologi proses yang digunakan untuk pembuatan methionine

ini dibuat dengan sintesis kimia yaitu dengan sintesa methionine dari metyl markaptan

dan acrolein.

Ada tiga reaksi utama dalam pembuatan methionine dengan proses sintesis dari

methyl mercaptan dan acrolein, yaitu:

C3H4O + HCN + CH3SH + 52

( NH4+)2 CO3 C6H10N2SO2 +

32

H2CO3 + 4NH3+ 2H2O

Acrolein methyl mercaptan hydantoin

C6H10N2SO2 + H2O + NaOH C6H10NSO2Na + NH3 + CO2

Hydantoin dl- salt

C6H10NSO2Na + 2HCl C5H11SNO2 + NaCl

dl-salt methionine

Pada proses pembuatan methionine ini dilakukan dengan mereaksikan metil

markaptan, acrolein, asam hidrosianik, dan amonium karbonat dengan metanol yang

bertindak sebagai media reaksi. Campuran umpan ini kemudian dimasukkan ke dalam

kolam reaksi dimana reaksi berlangsung pada suhu 80 °C dan 405 kPa selama 1,5 jam.

Metanol pada reaktor bertindak sebagai media reaksi dan tidak ikut terlibat di dalam

reaksi. Reaksi antara metil markaptan dengan akrolein akan menghasilkan hydantoin.

Setelah proses reaksi selesai, zat-zat acreloin, methyl mercaptan, asam hidrosianik, air

dan metanol diuapkan bersamaan dengan hasil produksi yakni komponen amonium

carbonate yaitu amoniak, karbon dioksida dan air. Produk ini kemudian disalurkan pada

tekanan atmosfer masuk ke dalam striper. Sedangkan metanol, acrolein, methyl

mercaptan, asam sianida, disalurkan ke reaktor pengembalian bentuk, dan sisa air di

buang.

9

Page 10: Bab Campur

Tahap selanjutnya yaitu hydantoin direkasikan dengan larutan NaOH berkadar

50% berat dan air yang kemudian dipanaskan hingga suhu 160º C pada tekanan 405 kpa

hingga 1.5 jam untuk membentuk kristal garam dl-Methionine. Amonia serta Karbon

Dioksida yang terbentuk selama proses dilepaskan keluar menuju ke flash drum

sedangkan NaOH, hydantoin, di kembalikan ke reaktor pengembalian bentuk. Setelah

rekasi selesai, campuran dipanaskan. dl-Methionine berbentuk larutan disalurkan dan

didinginkan ke suhu 80oC selama 0.5 jam. Methionine dari bejana pendingin kemudian

disalurkan menuju ke unit reaktor 3. Campuran ini dinetralkan menjadi Methionine dan

bentuk uapnya diendapkan. Tahap selanjutnya yaitu dengan menambahkan HCl

konsentrasi tinggi, dengan tujuan untuk menurunkan nilai pH hingga dibawah 2.28, agar

memungkinkan terjadinya pengendapan keseluruhan uap Methionine, tetapi bisa

mempertahankan NaCl dan air tetap berbentuk larutan. dl-Methionin yang masih

mengandung Molekul HCl kemudian disalurkan ke tangki sedimentasi untuk

mengendapkan methionine yang telah berbentuk slurry, sedangkan sisa HCl dan garam

methionine dikirim ke flash drum untuk dipisahkan dengan NaCl dan air yang terbentuk

dan selanjutnya dikembalikan ke reaktor pengembalian bentuk. Hasil methionine yang

telah berbentuk slurry di masukkan ke dalam dryer untuk untuk menghilangkan kadar air

yang terkandung sehingga dihasilkanlah methionine yang berbentuk bubuk.

10

Page 11: Bab Campur

BAB IV

SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PABRIK

4.1. Bentuk perusahaan

Bentuk perusahaan yang direncanakan untuk pabrik methionine ini adalah

Perseroan Terbatas (PT). Perseroan Terbatas merupakan persekutuan untuk menjalakan

perusahaan, dimana modal usaha yang diperlukan terbagi atas beberapa saham, dan

tiap sekutu/persero turut mengambil bagian sebanyak satu atau lebih saham. Pemilihan

bentuk perusahaan ini didasari atas beberapa pertimbangan antara lain :

a. Tanggung jawab yang terbatas dari para pemegang saham terhadap hutang

perusahaan.

b. Mudah mendapatkan modal, yaitu dengan penjualan saham maupun dari

pinjaman bank.

c. Penempatan pimpinan atas kemampuannya melaksanakan tugas.

d. Adanya pemisahan antara pemilik dan pengurus.

4.2. Struktur Organisasi Perusahaan

Salah satu faktor yang menunjang kemajuan suatu perusahaan adalah struktur

organisasinya, karena berhubungan dengan kelancaran komunikasi, yang pada akhirnya

mempengaruhi kinerja perusahaan. Bentuk struktur organisasi yang direncanakan untuk

pabrik methionine ini adalah garis dan staff. Pemilihan ini didasari atas beberapa

pertimbangan, yaitu :

a. Dapat digunakan oleh setiap organisasi yang bagaimanapun besar dan komplek

susunan organisasinya.

b. Adanya pembagian tugas yang jelas dari pimpinan, staff dan pelaksana sehingga

koordinasi mudah dilaksanakan.

c. Kemampuan karyawan dapat dikembangkan ke arah spesialisasinya.

d. Perwujudan “the right man on the right place” lebih mudah dilaksanakan.

e. Perintah berjalan dengan baik dari atas ke bawah, sedangkan tanggung jawab,

nasehat dan saran bergerak dari bawah ke atas.

11

Page 12: Bab Campur

4.3. Manajemen Perusahaan

Manajemen adalah suatu proses untuk menggerakkan organisasi. Tercapai

tidaknya tujuan organisasi, sebagian besar tergantung kepada kemampuan para manajer

dalam menjalankan organisasinya. Penertian manajemen meliputi semua tugas dan

fungsi yang berhubungan dari awal pembentukan perusahaan sampai perusahaan

tersebut berproduksi, serta menyangkut semua kebijaksanaan yang penting dalam

pengambilan keputusan.

Sistem manajemen suatu pabrik diarahan pada manajemen produksi, yaitu

kegiatan untuk mengatur agar tercipta dan menambah kegunaan barang dan jasa. Para

manajer harus berusaha mengangtifkan semua perangkat tenaga kerja, modal, bahan,

mesin dan pemasaran produk secara efektif dan seefisien mungkin, sehingga tujuan dan

sasaran perusahaan dapat tercapai dengan hasil yang baik.

4.4. Pembagian Tugas dan Wewenang

4.4.1. Rapat Umum Pemegang Saham

Pemegang kekuasaan tertinggi pada struktur organisasi garis dan staff adalah

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). RUPS dilakukan minimal satu kali dalam

setahun. Bila ada sesuatu hal, RUPS dapat dilakukan secara mendadak sesuai dengan

jumlah forum. RUPS dihadiri oleh pemilik saham, Dewan Komisaris dan Direktur.

Hak dan wewenang RUPS :

a. Meminta pertanggungjawaban Dewan Komisaris dan Direktur lewat suatu

sidang.

b. Dengan musyawarah dapat mengganti Dewan Komisaris dan Direktur serta

mengesahkan anggota pemegang saham bila mengundurkan diri.

c. Mengesahkan hasil-hasil usaha dn neraca untung rugi tahunan dari perusahaan.

4.4.2. Direktur Utama

Direktur Utama merupakan pimpinan tertinggi yang diangkat ole Dewan Komisaris.

Dalam melaksanakan tugasnya, Direktur Utama dibantu Direktur Teknik dan Produksi,

Direktur Keuangan dan Pemasaran serta Direktur Umum dan Kepegawaian. Adapun

tugas dan wewenang Direktur Utama adalah :

a. Bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris.

b. Menetapkan pengangkatan dan pemberhentian karyawan.

12

Page 13: Bab Campur

c. Merencanakan, merumuskan dan menetapkan kebijaksanaan perusahaan.

d. Mengkoordinasi tugas-tugas yang didelegasikan kepada tiap-tiap Direktur.

e. Membuat laporan berkala.

f. Mengambil keputusan dan tindakan yang tepat demi kepentingan, kelangsungan

dan kelancaran jalannya perusahaan.

4.4.3. Direktur

Tugas dan wewenang Direktur adalah :

a. Membantu dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama terhadap hal-hal

yang menyangkut bagiannya.

b. Mengkoordinir, memimpin dan mengarahkan segala kegiatan bagian-bagian

yang dibawahinya.

4.4.4. Staff Ahli

Staff Ahli terdiri dari tenaga-tenaga ahli yang bertugas membantu Direktur, baik

yang berhubungan dengan teknik maupun administrasi. Staff Ahli bertanggung jawab

kepada Direktur Utama sesuai dengan bidangnya.

4.4.5. Kepala Bagian

Tugas dan wewenang Kepala Bagian :

a. Mengatur, mengkoordinir dan melakukan pengawasan terhadap tugas-tugas

seksi yang dibawahinya.

b. Memberi saran dan pertimbangan berkaitan dengan tugasnya.

c. Memberi laporan dan pertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan oleh

Direktur diatasnya.

Kepala Bagian (Kabag) terdiri dari :

1. Kabag Teknik

Kabag Teknik membawahi Seksi Pemiliharaan dan Seksi Instrumentasi dan

Laboratorium.

2. Kabag Produksi

Kabag Produksi membawahi Seksi Proses dan Seksi Utilitas.

3. Kabag Keuangan

Kabag Keuangan membawahi Seksi Administrasi dan Seksi Kas.

13

Page 14: Bab Campur

4. Kabag Pemasaran

Kabag Pemasaran membawahi Seksi Pembelian dan Seksi Pemasaran.

5. Kabag Umum

Kabag Umum membawahi Seksi Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan Kerja

dan Seksi Transportasi dan Gudang.

6. Kabag Kepegawaian

Kabag Kepegawaian membawahi Seksi Personalia dan Seksi Humas.

4.4.6. Kepala Seksi

Tugas dan wewenang Kepala Seksi (Kasie) adalah :

a. Bertanggung jawab kepada Kepala Bagian atas semua kelancaran kerja.

b. Menciptakan suasana kerja yang baik dan menjamin keselamatan karyawan

serta mengajukan saran-saran kepada Kepala Bagian.

c. Bertanggung jawab terhadap kualitas dan kelengkapan barang-barang dan

peralatan kerja.

d. Membuat laporan berkala kepada Kepala Bagian.

4.4.7. Karyawan/Operator

Karyawan/operator merupakan pekerja yang langsung menangani unit-unit

tertentu. Tugas karyawan/operator adalah :

a. Melakukan tugas operasional sesuai bidangnya masing-masing.

b. Malakukan recana kerja yang diinstruksikan oleh atasan.

c. Bertanggung jawab atas semua operasional di lapangan.

4.5. Sistem Kerja

Pengaturan waktu kerja karyawan disesuaikan menurut kegiatan perusahaan. Pabrik

beroperasi selama 300 hari per tahun dan bekerja secara kontinu selama 24 jam per

hari, sedangkan sisa waktu setiap tahunnya akan digunakan untuk shut down,

pemeliharaan dan perbaikan pabrik. Waktu kerja karyawan diatur dengan sistem shift

dan non-shift.

a. Karyawan shift

Karyawan shift adalah karyawan yang berhubungan langsung dengan proses

produksi, misalnya karyawan unit proses, unit utilitas, laboratorium, keamanan, listrik

14

Page 15: Bab Campur

dan lainnya. Karyawan bekerja bergiliran selama delapan jam tiap hari, jadi dalam satu

hari dibagi tiga waktu shift. Pada hari minggu dan hari libur, karyawan shift tetap bekerja

seperti biasa. Karyawan shift diberi libur setelah tiga hari kerja. Waktu kerja karyawan

shift adalah :

Shift I : Pukul 07.00 – 15.00

Shift II : Pukul 15.00 – 23.00

Shift III : Pukul 23.00 – 07.00

Untuk melayani tiga shift pabrik, dibentuk empat regu kerja yang diatur sebagaimana

pada tabel 4.1

Tabel 4.1. Jadwal Kerja Karyawan Shift

ReguHari Ke-

1 2 3 4 5 6 7

A III III - I I II II

B II II I I III III -

C I I III III - II II

D - III III I I II II

Keterangan : I = Shift I ; II = Shift II ; III = Shift III

b. Karyawan non-shift

Karyawan non-shift adalah karyawan yang tidak berhubungan langsung dengan

proses produksi, misalnya bagian perkantoran, administrasi, bengkel dan lain-lain.

Waktu kerja karyawan non-shift adalah :

Hari Senin s/d Kamis : Pukul 07.00 – 12.00

: Pukul 13.00 – 16.00

Hari jumat : Pukul 07.00 – 11.00

: Pukul 13.00 – 16.00

Hari Sabtu dan Minggu : Libur

4.6. Jumlah Karyawan

15

Page 16: Bab Campur

Dalam melaksanakan kegiatan perusahaan/pabrik, dibutuhkan beberapa

pejabat dan sejumlah karyawan untuk mengisi struktur organisasi. Jumlah karyawan

pabrik methionine selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2a. Perincian Jumlah Karyawan shift

Karyawan shift

No Jabatan Jumlah Pendidikan

1 Karyawan Proses 100 Sarjana dan Diploma Teknik Kimia

2 Karyawan Labor 20 Sarjana dan Diploma Teknik Kimia/ Kimia

3 Karyawan Bengkel 15 Sarjana dan Diploma Teknik Kimia/ Mesin

4 Karyawan Utilitas 20 Sarjana dan Diploma Teknik Kimia/ Lingkungan

5 Karyawan Limbah 10 Sarjana dan Diploma Teknik Lingkungan/ Industri

6 Karyawan Gudang 10 Diploma Teknik Kimia/ Industri/ Lingkungan

Total 175

Tabel 4.2b. Perincian Jumlah Karyawan non-shift

16

Page 17: Bab Campur

Karyawan non- shift

No Jabatan Jumlah Pendidikan

1 Direktur Teknik dan Produksi 1 Sarjana Teknik Kimia/ Industri

2Direktur Umum/Kepegawaian,

Direktur Keuangan dan Direktur Pemasaran

3Sarjana Teknik Kimia/ Manajemen/ Ekonomi

3 Staf Ahli 5

Sarjana Teknik Kimia/ Mesin/ Elektro/ Manajemen

4 Kepala Bagian 6 Sarjana Teknik Kimia/ Mesin/ Elektro/ Manajemen

5 Kepala Seksi 10 Diploma Teknik Kimia/ Industri/ Mesin/ Elektro

6 Dokter 1 Sarjana Kedokteran

7 Perawat 3 Sarjana/ Diploma Keperawatan

8 Karyawan Pembelian/ Pemasaran 10 Diploma Manajemen/ Ekonomi

9 Karyawan Administrasi/ Kas 15 Diploma Manajemen/ Ekonomi

10 Karyawan Personalia 5 Sarjana/ Diploma komunikasi

11 Karyawan Humas 5Sarjana/ Diploma

Komunikasi/ Hubungan Internasional

13 Kepala Keamanan 1 D3/ SMA/ sederajat

14 Supir 10 SMA/ sederajat

15 Office Boy 10 SMP/ sederajat

Total jumlah karyawan 85

4.7. Sistem Penggajian Karyawan

17

Page 18: Bab Campur

Gaji karyawan disesuaikan dengan jabatan dalam struktur organisasi seperti

pada Tabel 4.3. Gaji yang diberikan pada karyawan berupa gaji pokok dan tunjangan

jabatan. Sistem penggajian dibagi menjadi 3 kelompok:

1. Gaji Bulanan

Diberikan kepada karyawan tetap, besarnya sesuai dengan peraturan perusahaan.

2. Gaji Harian

Gaji ini diberikan kepada karyawan tidak tetap.

3. Gaji Lembur

Gaji ini diberikan kepada karyawan yang bekerja melebihi jam kerja. Gaji lembur

karyawan ini sebesar Rp 300.000,- / delapan jam.

Tabel 4.3. Penggolongan Gaji Menurut Jabatan

Jabatan Jumlah Gaji (Rp) Gaji /bulan

Direktur Utama 1 Rp 30.000.000 Rp 30.000.000

Direktur Teknik dan Produksi 1 Rp 25.000.000 Rp 25.000.000

Direktur Umum/Kepegawaian, Direktur Keuangan dan Direktur Pemasaran

3 Rp 20.000.000 Rp 60.000.000

Staf Ahli 5 Rp 15.000.000 Rp 75.000.000

Kepala Bagian 6 Rp 15.000.000 Rp 90.000.000

Kepala Seksi 10 Rp 10.000.000 Rp 100.000.000

Dokter 1 Rp 5.000.000 Rp 5.000.000

Perawat 3 Rp 3.500.000 Rp 10.500.000

Karyawan Pembelian/ Pemasaran 10 Rp 3.000.000 Rp 30.000.000

Karyawan Administrasi/ Kas 15 Rp 3.000.000 Rp 45.000.000

Karyawan Personalia 5 Rp 3.000.000 Rp 15.000.000

Karyawan Humas 5 Rp 3.000.000 Rp 15.000.000

Kepala Keamanan 1 Rp 2.000.000 Rp 2.000.000

Jabatan jumlah Gaji (Rp) Gaji /bulan

Supir 10 Rp 1.500.000 Rp 15.000.000

18

Page 19: Bab Campur

Office Boy 10 Rp 1.000.000 Rp 10.000.000

Total 86 Rp 527.500.000

4.8. Kesejahteraan Karyawan

Untuk mencapai hasil kerja yang maksimal dari setiap karyawan, kesejahteraan

karyawan dan keluarganya harus diperhatikan. Beberapa fasilitas yang diberikan

perusahaan kepada karyawan adalah sebagai berikut:

1. Fasilitas Kesehatan

Perusahaan membangun sebuah klinik yang berada di area pabrik. Klinik tersebut

berfungsi sebagai pertolonganan pertama kepada karyawan selama jam kerja. Untuk

menangani kecelakaan berat, baik itu kecelakaan akibat kerja atupun bukan yang

menimpa karyawan maupun keluarganya, perusahaan menunjuk dokter umum untuk

menanganinya. Selain itu perusahaan juga bekerja sama dengan beberapa rumah sakit.

Bagi karyawan yang menderita sakit akibat kecelakaan kerja biaya pengobatan akan

ditanggung oleh perusahaan sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Sedangkan

biaya pengobatan bagi karyawan yang menderita sakit yang tidak disebabkan karena

kecelakaan kerja diatur berdasarkan kebijaksanaan perusahaan.

2. Fasilitas Asuransi

Fasilitas asuransi diberikan untuk memberikan jaminan sosial dan memberikan

perlindungan pada karyawan terhadap hal-hal yang tidak dinginkan. Program ini dikenal

dengan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK).

3. Fasiitas Transportasi

Perusahaan memberikan fasilitas transportasi berupa mobil beserta supir untuk

kegiatan operasional bagi beberapa karyawan sesuai dengan jabatannya.

4. Fasilitas Koperasi

Koperasi karyawan didirikan sebagai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

karyawan dan memenuhi kebutuhan sehari-hari karyawan.

19

Page 20: Bab Campur

5. Fasilitas Kantin

Kantin disediakan untuk memenuhi kebutuhan makan bagi para karyawan.

6. Fasilitas Peribadatan dan Ruang Serbaguna

Perusahaan menyediakan tempat peribadatan dan ruang serbaguna di sekitar area

pabrik.

7. Fasilitas Penunjang Lain

Perusahaan memeberikan tunjangan-tunjangan lain berupa:

Tunjangan hari raya (THR) bagi semua karyawan

Bonus bagi produksi yang melebihi target yang ditetapkan

Tunjangan kematian, yang diberikan kepada karyawan yang meninggal dunia

baik karena kecelakaan waktu bekerja maupun di luar pekerjaan yang

berhubungan dengan pabrik

Tunjangan hari tua yang dibayar sekaligus

Tunjangan perjalanan dinas

8. Peralatan Safety

Untuk menjaga keselamatan kerja karyawan di pabrik, diberikan peralatan safety

shoes, safety helmet, masker dan alat-alat safety yang lain.

9. Fasilitas Cuti

Perusahaan memberikan kesempatan kepada karyawan untuk beristirahat sesuai

dengan waktu yang telah ditetapkan, oleh karena itu perusahaan memberikan waktu

cuti untuk karyawannya berupa:

Cuti tahunan diberikan kepada setiap karyawan selama 14 hari kerja dalam 1

tahun

Cuti sakit diberikan kepada karyawan yang menderita sakit berdasarkan

keterangan dokter.

20

Page 21: Bab Campur

BAB V

ANALISIS EKONOMI

5.1. Pendekatan dan Asumsi – Asumsi yang Digunakan

Pendekatan dan asumsi – asumsi yang digunakan dalam analisis kelayakan ekonomi

pabrik Methionine adalah sebagai berikut :

1. Umur ekonomi pabrik 20 tahun

2. Masa konstruksi pabrik adalah 3 tahun dengan modal 60% pada tahun pertama dan

40% pada tahun kedua

3. Modal terdiri dari 60% pemegang saham dan 40 % pinjaman bank

4. Kapasitas produksi pabrik direncanakan sebesar 50% pada tahun pertama produksi,

80% pada tahun kedua produksi dan 90% pada tahun ketiga produksi 100 % dan

seterusnya.

5. Depresiasi dihitung dari tahun pertama produksi dengan metode garis lurus. Asumsi

yang digunakan adalah nilai sisa pabrik sama dengan nol

6. Pajak pendapatan sebesar 40% per tahun

7. Suku bunga pinjaman sebesar 15% per tahun

5.2 Variabel – Variabel Analisis Ekonomi

5.2.1 Break Even Point

CTPI = Rp 80.156.638.642,07

FC = Rp. 85.166.428.557,20

P = harga methionine per kg = Rp 50.000

V = variable cost per kg = Rp 153.459.682,78

K = Kapasitas pertahun = 2700000 kg/tahun

Total produksi maksimal = 2700000 kg/tahun + 10 % x 2700000 kg/tahun

= 29700000 kg/tahun

% Production rate = K / Total produksi maximal = 29700000 / 2700000

= 0,91 = 91 %

Nilai BEP terhadap kapasitas normal = 48,9 %

21

Page 22: Bab Campur

5.2.2 IRR (Internal Rate of Return)

Internal Rate of Return atau IRR merupakan kriteria yang banyak digunakan sebagai

dasar untuk menganalisa kelayakan pabrik dari aspek ekonomi pada umumnya. Untuk

menghitung nilai IRR digunakan rumus present worth dan dicari hingga nilai present

worth sama dengan nol (0).

PWnet = PW inflow – PW outflow

Nilai IRR untuk pabrik ini didapat dari hasil trial diperoleh nilai IRR sebesar 11,89 %.

5.2.3 NPV (Net Present Value)

Nilai Bersih Sekarang adalah besarnya nilai aliran kas pabrik yang dikonversikan pada

waktu sekarang. Diharapkan besarnya nilai NPV > 0 sehingga investasi memberikan

keuntungan. Jika besarnya nilai NPV < 0, proyek yang diinvestasikan tersebut mengalami

kerugian. Mengubah dari nilai future ke nilai present menggunakan rumus

NPV = ∑n−1

n−TCFn¿¿ ¿ . TCI

Nilai NPV yang didapat selama pabrik ini berjalan 20 tahun adalah Rp 24.735.554.002.

5.2.4 PBP (Pay Back Period)

Pay Back Period adalah lamanya waktu yang diperlukan untuk mendapatkan kembali

pengeluaran yang ditanamkan pada investasi awal pendirian pabrik. Sedangkan nilai FCI

dari perhitungan sebelumnya adalah Rp. 85.166.428.557.

PBP = Annual cash flowaverage

FCI

dari perhitungan didapat PBP adalah 6,5 tahun.

5.2.5 Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas merupakan keadaan tidak stabil yang dialami oleh pabrik. Perubahan

itu adalah penurunan harga jual, penurunan kapasitas penjualan, kenaikan biaya

operasional secara keseluruhan.

5.2.5.1 Penurunan Harga Jual

22

Page 23: Bab Campur

Analisis sensitivitas ini dilakukan terhadap penurunan tingkat harga penjualan

dari produk methionine. Efek penurunan harga penjualan produk terhadap nilai NPV

adalah semakin besar penurunan harganya, maka nilai NPV akan semakin rendah. Begitu

juga dengan nilai IRR-nya akan semakin rendah, yang artinya tingkat pengembaliannya

akan semakin rendah. Hal ini juga terbukti dari payback period yang semakin lama dalam

pengembalian modalnya. Karena persen deviasinya cukup rendah, hanya sekitar 5%. Hal

ini dikarenakan penentuan harga jual methionine yang cukup rendah untuk bisa

bersaing.

5.2.5.2 Penurunan Kapasitas Penjualan

Sama halnya dengan penurunan harga jual, efek penurunan kapasitas penjualan produk

terhadap nilai NPV adalah semakin besar penurunan harganya, maka nilai NPV akan

semakin rendah. Begitu juga dengan nilai IRR-nya akan semakin rendah, yang artinya

tingkat pengembaliannya akan semakin rendah. Hal ini juga terbukti dari payback period

yang semakin lama dalam pengembalian modalnya. Pabrik ini dikatakan kurang viable

karena mudah goyah dengan adanya perubahan harga jual dengan persen deviasinya

hanya sekitar 5 %,10 %, dan 15 %.

5.2.5.3 Kenaikan Biaya Operasional Secara Keseluruhan

Adanya peningkatan dalam biaya operasional dapat memberikan efek terhadap nilai

NPV, yaitu semakin besar penurunan harganya, maka nilai NPV akan semakin rendah.

Begitu juga dengan nilai IRR-nya akan semakin rendah, yang artinya tingkat

pengembaliannya akan semakin rendah. Hal ini juga terbukti dari payback period yang

semakin lama dalam pengembalian modalnya.

23

Page 24: Bab Campur

DAFTAR PUSTAKA

Baasel, William D., 1976, Preliminary Chemical Engineering Plant Design, American

Elsevier Publushing Co., Inc., USA

Badan Pusat Statistik, 2005, Data impor dan ekspor methionine, http://www.bps.go.id

(diakses 2 oktober 2011)

Capricorn Indonesia Consult, Juli 2011, Laporan Bisnis. Indochemical: Jakarta.

Indonesian Commercial Newsletter, 2008, Perkembangan Industri Pakan Ternak di

Indonesia, ICN: Jakarta.

Otmer, Kirk, (1998), Encyclopedia of Chemical Technology vol 19, Jhon Willey & Son, Inc.

New York.

Perry, R.H., Green, D.W. and Maloney, J.O., 1997, Perry’s Chemical Engineers’ Handbook,

Mc Graw Hill Book Co., Inc., Singapore.

Peter, M.S. and Timmerhaus, K.D., 1991, Plant Design and Economics for Engineers, 3th

ed., Mc Graw Hill Book Co., Singapore.

Peter, M.S., Timmerhaus, K.D. and West, R.E., 2003, Plant Design and Economics for

Engineers, 5th ed., Mc Graw Hill Book Co., Singapore.

Wallas, S.N, 1990, Chemical Process Equipment, Butterworths-Heinemann.Inc, London.

24