Campak atau Morbili.docx

download Campak atau Morbili.docx

of 8

description

Review

Transcript of Campak atau Morbili.docx

  • 5/28/2018 Campak atau Morbili.docx

    1/8

    Morbili / Campak

    BAGIAN ILMU PENYAKIT ANAK

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    2005

    Pendahuluan

    Campak atau morbili adalah suatu infeksi virus akut yang memiliki 3 stadium yaitu

    (1)Stadium inkubasi yang berkisar antara 10 sampai 12 hari setelah pajanan pertama terhadap virus dan

    dapat disertai gejala minimal maupun tidak bergejala, (2)Stadium prodromal yang menunjukkan gejala

    demam, konjungtivitis, pilek, dan batuk yang meningkat serta ditemukannya enantem pada mukosa

    (bercak Koplik), dan (3)Stadium erupsi yang ditandai dengan keluarnya ruam makulopapular yang

    didahului dengan meningkatnya suhu badan (Phillips, 1983)

    Angka kejadian campak di Indonesia sejak tahun 1990 sampai 2002 masih tinggi sekitar

    3000-4000 per tahun demikian pula frekuensi terjadinya kejadian luar biasa tampak meningkat dari 23

    kali per tahun menjadi 174. Namun case fatality rate telah dapat diturunkan dari 5,5% menjadi 1,2%.

    Umur terbanyak menderita campak adalah

    Transmisi campak terjadi melalui udara, kontak langsung maupun melalui droplet dari penderita saat

    gejala yang ada minimal bahkan tidak bergejala. Penderita masih dapat menularkan penyakitnya mulai

    hari ke-7 setelah terpajan hingga 5 hari setelah ruam muncul. Biasanya seseorang akan mendapat

    kekebalan seumur hidup bila telah sekali terinfeksi oleh campak (Rampengan, 1997).

    Etiologi

    Virus campak merupakan virus RNA familiparamyxoviridae dengan genusMorbili virus. Sampai saat

    ini hanya diketahui 1 tipe antigenik yang mirip dengan virus Parainfluenza dan Mumps. Virus bisa

    ditemukan pada sekret nasofaring, darah dan urin paling tidak selama masa prodromal hingga beberapa

    saat setelah ruam muncul. Virus campak adalah organisme yang tidak memiliki daya tahan tinggi

    apabila berada di luar tubuh manusia. Pada temperatur kamar selama 3-5 hari virus kehilangan 60%

    sifat infektifitasnya. Virus tetap aktif minimal 34 jam pada temperatur kamar, 15 minggu di dalam

    pengawetan beku, minimal 4 minggu dalam temperatur 35C, beberapa hari pada suhu 0C, dan tidak

    aktif pada pH rendah (Soegeng Soegijanto, 2002).

    Patologi

    Lesi pada campak terutama terdapat pada kulit., membran mukosa nasofaring, bronkus, saluran

    pencernaan, dan konjungtiva. Di sekitar kapiler terdapat eksudat serosa dan proliferasi dari sel

    mononuklear dan beberapa sel polimorfonuklear. Karakteristik patologi dari Campak ialah terdapatnya

    distribusi yang luas dari sel raksasa berinti banyak yang merupakan hasil dari penggabungan sel. Dua

    tipe utama dari sel raksasa yang muncul adalah (1) sel Warthin-Findkeley yang ditemukan pada sistem

    retikuloendotel (adenoid, tonsil, appendiks, limpa dan timus) dan (2) sel epitel raksasa yang muncul

    terutama pada epitel saluran nafas. Lesi di daerah kulit terutama terdapat di sekitar kelenjar sebasea dan

    folikel rambut. Terdapat reaksi radang umum pada daerah bukal dan mukosa faring yang meluas

  • 5/28/2018 Campak atau Morbili.docx

    2/8

    hingga ke jaringan limfoid dan membran mukosa trakeibronkial. Pneumonitis intersisial karena virus

    campak menyebabkan terbentuknya sel raksasa dari Hecht. Bronkopneumonia yang terjadi mungkin

    disebabkan infeksi sekunder oleh bakteri (Cherry, 2004).

    Pada kasus encefalomyelitis terdapat demyelinisasi vaskuler dari area di otak dan medula spinalis.

    Terdapat degenerasi dari korteks dan subsdtansia alba dengan inclusion body intranuklear dan

    intrasitoplasmik padasubacute sclerosing panencephalitis(Phillips, 1983).

    Patogenesis

    Campak merupakan infeksi virus yang sangat menular, dengan sedikit virus yang infeksius

    sudah dapat menimbulkan infeksi pada seseorang. Lokasi utama infeksi virus campak adalah epitel

    saluran nafas nasofaring. Infeksi virus pertama pada saluran nafas sangat minimal. Kejadian yang lebih

    penting adalah penyebaran pertama virus campak ke jaringan limfatik regional yang menyebabkan

    terjadinya viremia primer. Setelah viremia primer, terjadi multiplikasi ekstensif dari virus campak yang

    terjadi pada jaringan limfatik regional maupun jaringan limfatik yang lebih jauh. Multiplikasi virus

    campak juga terjadi di lokasi pertama infeksi.

    Selama lima hingga tujuh hari infeksi terjadi viremia sekunder yang ekstensif dan

    menyebabkan terjadinya infeksi campak secara umum. Kulit, konjungtiva, dan saluran nafas adalah

    tempat yang jelas terkena infeksi, tetapi organ lainnya dapat terinfeksi pula. Dari hari ke-11 hingga 14

    infeksi, kandungan virus dalam darah, saluran nafas, dan organ lain mencapai puncaknya dan

    kemudian jumlahnya menurun secara cepat dalam waktu 2 hingga 3 hari. Selama infeksi virus campak

    akan bereplikasi di dalam sel endotel, sel epitel, monosit, dan makrofag (Cherry, 2004).

    Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran pernafasan memberikan kesempatan

    serangan infeksi bakteri sekunder berupa bronkopneumonia, otitis media, dan lainnya. Dalam keadaan

    tertentu, adenovirus dan herpes virus pneumonia dapat terjadi pada kasus campak (Soedarmo dkk.,

    2002).

    Tabel 1. Patogenesis infeksi campak tanpa penyulit

    Hari Manifestasi

    0 Virus campak dalam droplet kontak dengan permukaan epitel nasofaring atau

    kemungkinan konjungtiva

    Infeksi pada sel epitel dan multiplikasi virus

    1-2 Penyebaran infeksi ke jaringan limfatik regional

    2-3 Viremia primer

    3-5 Multiplikasi virus campak pada epitel saluran nafas di tempat infeksi pertama,

    dan pada RES regional maupun daerah yang jauh

    5-7 Viremia sekunder

    7-11 Manifestasi pada kulit dan tempat lain yang bervirus, termasuk saluran nafas

    11-14 Virus pada darah, saluran nafas dan organ lain

    15-17 Viremia berkurang lalu hilang, virus pada organ menghilangSumber :Feigin et al.2004.Textbook of Pediatric Infectious Diseases5

    thedition

  • 5/28/2018 Campak atau Morbili.docx

    3/8

    Manifestasi klinis

    Stadium inkubasi

    Masa inkubasi campak berlangsung kira-kira 10 hari (8 hingga 12 hari). Walaupun pada masa ini

    terjadi viremia dan reaksi imunologi yang ekstensif, penderita tidak menampakkan gejala sakit.

    Stadium prodromal

    Manifestasi klinis campak biasanya baru mulai tampak pada stadium prodromal yang berlangsung

    selama 2 hingga 4 hari. Biasanya terdiri dari gejala klinik khas berupa batuk, pilek dan konjungtivitis,

    juga demam. Inflamasi konjungtiva dan fotofobia dapat menjadi petunjuk sebelum munculnya bercak

    Koplik. Garis melintang kemerahan yang terdapat pada konjungtuva dapat menjadi penunjang

    diagnosis pada stadium prodromal. Garis tersebut akan menghilang bila seluruh bagian konjungtiva

    telah terkena radang

    Koplik spot yang merupakan tanda patognomonik untuk campak muncul pada hari ke-101 infeksi.

    Koplik spot adalah suatu bintik putih keabuan sebesar butiran pasir dengan areola tipis berwarna

    kemerahan dan biasanya bersifat hemoragik. Tersering ditemukan pada mukosa bukal di depan gigi

    geraham bawah tetapi dapat juga ditemukan pada bagian lain dari rongga mulut seperti palatum, juga di

    bagian tengah bibir bawah dan karunkula lakrimalis. Muncul 1 2 hari sebelum timbulnya ruam dan

    menghilang dengan cepat yaitu sekitar 12-18 jam kemudian. Pada akhir masa prodromal, dinding

    posterior faring biasanya menjadi hiperemis dan penderita akan mengeluhkan nyeri tenggorokkan.

    Stadium erupsi

    Pada campak yang tipikal, ruam akan muncul sekitar hari ke-14 infeksi yaitu pada saat stadium erupsi.

    Ruam muncul pada saat puncak gejala gangguan pernafasan dan saat suhu berkisar 39,5C. Ruam

    pertama kali muncul sebagai makula yang tidak terlalu tampak jelas di lateral atas leher, belakang

    telinga, dan garis batas rambut. Kemudian ruam menjadi makulopapular dan menyebar ke seluruh

    wajah, leher, lengan atas dan dada bagian atas pada 24 jam pertama. Kemudian ruam akan menjalar ke

    punggung, abdomen, seluruh tangan, paha dan terakhir kaki, yaitu sekitar hari ke-2 atau 3 munculnya

    ruam. Saat ruam muncul di kaki, ruam pada wajah akan menghilang diikuti oleh bagian tubuh lainnya

    sesuai dengan urutan munculnya (Phillips, 1983).

    Saat awal ruam muncul akan tampak berwarna kemerahan yang akan tampak memutih dengan

    penekanan. Saat ruam mulai menghilang akan tampak berwarna kecokelatan yang tidak memudar bila

    ditekan. Seiring dengan masa penyembuhan maka muncullah deskuamasi kecokelatan pada areakonfluensi. Beratnya penyakit berbanding lurus dengan gambaran ruam yang muncul. Pada infeksi

    campak yang berat, ruam dapat muncul hingga menutupi seluruh bagian kulit, termasuk telapak tangan

    dan kaki. Wajah penderita juga menjadi bengkak sehingga sulit dikenali (Phillips, 1983).

    Diagnosis

    Diagnosis campak biasanya cukup ditegakkan berdasarkan gejala klinis. Pemeriksaan laboratorium

    jarang dilakukan. Pada stadium prodromal dapat ditemukan sel raksasa berinti banyak dari apusan

    mukosa hidung. Serum antibodi dari virus campak dapat dilihat dengan pemeriksaan

    Hemagglutination-inhibition (HI), complement fixation (CF), neutralization, immune precipitation,hemolysin inhibition, ELISA, serologi IgM-IgG, dan fluorescent antibody (FA). Pemeriksaan HI

  • 5/28/2018 Campak atau Morbili.docx

    4/8

    dilakukan dengan menggunakan dua sampel yaitu serum akut pada masa prodromal dan serum

    sekunder pada 710 hari setelah pengambilan sampel serum akut. Hasil dikatakan positif bila terdapat

    peningkatan titer sebanyak 4x atau lebih (Cherry, 2004). Serum IgM merupakan tes yang berguna pada

    saat munculnya ruam. Serum IgM akan menurun dalam waktu sekitar 9 minggu, sedangkan serum IgG

    akan menetap kadarnya seumur hidup. Pada pemeriksaan darah tepi, jumlah sel darah putih cenderung

    menurun. Pungsi lumbal dilakukan bila terdapat penyulit encephalitis dan didapatkan peningkatan

    protein, peningkatan ringan jumlah limfosit sedangkan kadar glukosa normal (Phillips, 1983).

    Diagnosis Banding

    Diagnosis banding morbili diantaranya :

    1. Roseola infantum. Pada Roseola infantum, ruam muncul saat demam telah menghilang.

    2. Rubella. Ruam berwarna merah muda dan timbul lebih cepat dari campak. Gejala yang timbul

    tidak seberat campak.

    3. Alergi obat.Didapatkan riwayat penggunaan obat tidak lama sebelum ruam muncul dan biasanya

    tidak disertai gejala prodromal.

    4. Demam skarlatina. Ruam bersifat papular, difus terutama di abdomen. Tanda patognomonik

    berupa lidah berwarna merah stroberi serta tonsilitis eksudativa atau membranosa (Alan R.

    Tumbelaka, 2002).

    Campak yang termodifikasi

    Penyakit campak yang termodifikasi muncul pada orang yang hanya memiliki setengah daya tahan

    terhadap campak. Hal tersebut dapat diakibatkan riwayat penggunaan serum globulin maupun pada

    anak usia kurang dari 9 bulan karena masih terdapatnya antibodi campak transplasental dari ibu.

    Ditandai dengan gejala penyakit yang lebih ringan. Stadium prodromal akan menjadi lebih pendek.

    Batuk, pilek dan demam lebih ringan. Bercak Koplik lebih sedikit dan kurang jelas, namun dapat juga

    tidak muncul sama sekali. Ruam yang muncul sama dengan infeksi campak klasik, tetapi tidak bersifat

    konfluens. Pada beberapa orang, infeksi campak yang termodifikasi ini dapat tidak memberikan gejala

    apapun (Cherry, 2004).

    Campak atipikal

    Didefinisikan sebagai sindroma klinik yang muncul pada orang yang sebelumnya telah kebal akibat

    terpajan pada infeksi campak alamiah. Biasanya muncul pada orang yang telah mendapat vaksin dari

    virus campak yang dimatikan

    Masa inkubasi dari campak atipikal sama seperti pada campak yang tipikal yaitu sekitar 7 hingga 14

    hari. Stadium prodromal ditandai dengan demam tinggi yang mendadak (39,5C sampai 40,6C) dan

    biasanya sakit kepala. Bisa juga didapatkan gejala nyeri perut, mialgia, batuk non-produktif, muntah,

    nyeri dada dan rasa lemah. Bercak Koplik jarang ditemui. Dua atau tiga hari setelah onset penyakit

    muncullah ruam yang dimulai dari distal ekstremitas dan menyebar ke arah kepala. Ruam sedikit

    berwarna kekuningan, terlihat jelas pada pergelangan tangan dan kaki serta terdapat juga pada telapak

    tangan dan kaki. Ruam dapat berbentuk vesikel dan terasa gatal. Pada campak atipikal dapat muncul

    efusi pleura, sesak nafas, hepatosplenomegali, hiperestesia, rasa lemah maupun paresthesia. Diagnosis

  • 5/28/2018 Campak atau Morbili.docx

    5/8

    dari campak atipikal dapat ditegakkan melalui tes serologis. Bila sampel serum awal diambil sebelum

    atau pada saat onset ruam, CF dan titer HI biasanya kurang dari 1:5. Pada hari ke-10 infeksi kedua titer

    akan meningkat mencapai 1:1280 atau lebih. Pada campak yang tipikal, di hari ke-10 infeksi titer

    jarang melebihi 1:160 (Cherry, 2004).

    Penyulit

    Campak menjadi berat pada pasien dengan gizi buruk dan anak berumur lebih kecil.

    Kebanyakan penyulit campak terjadi bila ada infeksi sekunder oleh bakteri. Beberapa penyulit campak

    adalah :

    a) Bronkopneumonia

    Merupakan salah satu penyulit tersering pada infeksi campak. Dapat disebabkan oleh invasi

    langsung virus campak maupun infeksi sekunder oleh bakteri (Pneumococcus, Streptococcus,

    Staphylococcus, dan Haemophyllus influenza). Ditandai dengan adanya ronki basah halus,

    batuk, dan meningkatnya frekuensi nafas. Pada saat suhu menurun, gejala pneumonia karena

    virus campak akan menghilang kecuali batuk yang masih akan bertahan selama beberapa

    lama. Bila gejala tidak berkurang, perlu dicurigai adanya infeksi sekunder oleh bakteri yang

    menginvasi mukosa saluran nafas yang telah dirusak oleh virus campak. Penanganan dengan

    antibiotik diperlukan agar tidak muncul akibat yang fatal.

    b) Encephalitis

    Komplikasi neurologis tidak jarang terjadi pada infeksi campak. Gejala encephalitis biasanya

    timbul pada stadium erupsi dan dalam 8 hari setelah onset penyakit. Biasanya gejala

    komplikasi neurologis dari infeksi campak akan timbul pada stadium prodromal. Tanda dari

    encephalitis yang dapat muncul adalah : kejang, letargi, koma, nyeri kepala, kelainan

    frekuensi nafas, twitchingdan disorientasi. Dugaan penyebab timbulnya komplikasi ini antara

    lain adalah adanya proses autoimun maupun akibat virus campak tersebut.

    c)Subacute Slcerosing Panencephalitis (SSPE)

    Merupakan suatu proses degenerasi susunan syaraf pusat dengan karakteristik gejala

    terjadinya deteriorisasi tingkah laku dan intelektual yang diikuti kejang. Merupakan penyulit

    campak onset lambat yang rata-rata baru muncul 7 tahun setelah infeksi campak pertama kali.

    Insidensi pada anak laki-laki 3x lebih sering dibandingkan dengan anak perempuan. Terjadi

    pada 1/25.000 kasus dan menyebabkan kerusakan otak progresif dan fatal. Anak yang belummendapat vaksinansi memiliki risiko 10x lebih tinggi untuk terkena SSPE dibandingkan

    dengan anak yang telah mendapat vaksinasi (IDAI, 2004).

    d) Konjungtivitis

    Konjungtivitis terjadi pada hampir semua kasus campak. Dapat terjadi infeksi sekunder oleh

    bakteri yang dapat menimbulkan hipopion, pan oftalmitis dan pada akhirnya dapat

    menyebabkan kebutaan.

    e) Otitis Media

    Gendang telinga biasanya hiperemi pada fase prodromal dan stadium erupsi.

    f) Diare

  • 5/28/2018 Campak atau Morbili.docx

    6/8

    Diare dapat terjadi akibat invasi virus campak ke mukosa saluran cerna sehingga mengganggu

    fungsi normalnya maupun sebagai akibat menurunnya daya tahan penderita campak (Soegeng

    Soegijanto, 2002)

    g) Laringotrakheitis

    Penyulit ini sering muncul dan kadang dapat sangat berat sehingga dibutuhkan tindakan

    trakeotomi.

    h) Jantung

    Miokarditis dan perikarditis dapat menjadi penyulit campak. Walaupun jantung seringkali

    terpengaruh efek dari infeksi campak, jarang terlihat gejala kliniknya.

    i)Black measles

    Merupakan bentuk berat dan sering berakibat fatal dari infeksi campak yang ditandai dengan

    ruam kulit konfluen yang bersifat hemoragik. Penderita menunjukkan gejala encephalitis atau

    encephalopati dan pneumonia. Terjadi perdarahan ekstensif dari mulut, hidung dan usus.

    Dapat pula terjadi koagulasi intravaskuler diseminata (Cherry, 2004).

    Imunitas

    Struktur antigenik

    Imunoglobulin kelas IgM dan IgG distimulasi oleh infeksi campak. Kemudian IgM menghilang dengan

    cepat (kurang dari 9 minggu setelah infeksi) sedangkan IgG tinggal tak terbatas dan jumlahnya dapat

    diukur. IgM menunjukkan baru terkena infeksi atau baru mendapat vaksinasi. IgG menandakan pernah

    terkena infeksi. IgA sekretori dapat dideteksi dari sekret nasal dan hanya dapat dihasilkan oleh

    vaksinasi campak hidup yang dilemahkan, sedangkan vaksinasi campak dari virus yang dimatikan

    tidak akan menghasilkan IgA sekretori (Soegeng Soegijanto, 2002).

    Imunitas transplasental

    Bayi menerima kekebalan transplasental dari ibu yang pernah terkena campak. Antibodi akan

    terbentuk lengkap saat bayi berusia 46 bulan dan kadarnya akan menurun dalam jangka waktu yang

    bervariasi. Level antibodi maternal tidak dapat terdeteksi pada bayi usia 9 bulan, namun antibodi

    tersebut masih tetap ada. Janin dalam kandungan ibu yang sedang menderita campak tidak akan

    mendapat kekebalan maternal dan justru akan tertular baik selama kehamilan maupun sesudah

    kelahiran (Phillips, 1983).

    ImunisasiImunisasi campak terdiri dari Imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktif dapat berasal dari virus hidup

    yang dilemahkan maupun virus yang dimatikan. Vaksin dari virus yang dilemahkan akan memberi

    proteksi dalam jangka waktu yang lama dan protektif meskipun antibodi yang terbentuk hanya 20%

    dari antibodi yang terbentuk karena infeksi alamiah. Pemberian secara sub kutan dengan dosis 0,5ml.

    Vaksin tersebut sensitif terhadap cahaya dan panas, juga harus disimpan pada suhu 4C, sehingga harus

    digunakan secepatnya bila telah dikeluarkan dari lemari pendingin.

    Vaksin dari virus yang dimatikan tidak dianjurkan dan saat ini tidak digunakan lagi. Respon

    antibodi yang terbentuk buruk, tidak tahan lama dan tidak dapat merangsang pengeluaran IgA

    sekretori.

  • 5/28/2018 Campak atau Morbili.docx

    7/8

    Indikasi kontra pemberian imunisasi campak berlaku bagi mereka yang sedang menderita

    demam tinggi, sedang mendapat terapi imunosupresi, hamil, memiliki riwayat alergi, sedang

    memperoleh pengobatan imunoglobulin atau bahan-bahan berasal dari darah (Soegeng Soegijanto,

    2001).

    Imunisasi pasif digunakan untuk pencegahan dan meringankan morbili. Dosis serum dewasa

    0,25 ml/kgBB yang diberikan maksimal 5 hari setelah terinfeksi, tetapi semakin cepat semakin baik.

    Bila diberikan pada hari ke 9 atau 10 hanya akan sedikit mengurangi gejala dan demam dapat muncul

    meskipun tidak terlalu berat.

    Penatalaksanaan

    Pengobatan bersifat suportif dan simptomatis, terdiri dari istirahat, pemberian cairan yang

    cukup, suplemen nutrisi, antibiotik diberikan bila terjadi infeksi sekunder, anti konvulsi apabila terjadi

    kejang, antipiretik bila demam, dan vitamin A 100.000 Unit untuk anak usia 6 bulan hingga 1 tahun

    dan 200.000 Unit untuk anak usia >1 tahun. Vitamin A diberikan untuk membantu pertumbuhan epitel

    saluran nafas yang rusak, menurunkan morbiditas campak juga berguna untuk meningkatkan titer IgG

    dan jumlah limfosit total (Cherry, 2004).

    Indikasi rawat inap bila hiperpireksia (suhu >39,5C), dehidrasi, kejang, asupan oral sulit atau

    adanya penyulit. Pengobatan dengan penyulit disesuaikan dengan penyulit yang timbul (IDAI, 2004)

    Pencegahan

    Pencegahan terutama dengan melakukan imunisasi campak. Imunisasi Campak di Indonesia

    termasuk Imunisasi dasar yang wajib diberikan terhadap anak usia 9 bulan dengan ulangan saat anak

    berusia 6 tahun dan termasuk ke dalam program pengembangan imunisasi (PPI). Imunisasi campak

    dapat pula diberikan bersama Mumps dan Rubela (MMR) pada usia 12-15 bulan. Anak yang telah

    mendapat MMR tidak perlu mendapat imunisasi campak ulangan pada usia 6 tahun. Pencegahan

    dengan cara isolasi penderita kurang bermakna karena transmisi telah terjadi sebelum penyakit disadari

    dan didiagnosis sebagai campak (IDAI, 2004).

    Prognosis

    Campak merupakan penyakit self limiting sehingga bila tanpa disertai dengan penyulit maka

    prognosisnya baik (Rampengan, 1997).

    Kesimpulan

    Pencegahan penyakit campak dengan melakukan imunisasi terhadap bayi sangat penting

    karena insidensi campak terutama pada anak usia

    DAFTAR PUSTAKA

    Alan R. Tumbelaka. 2002. Pendekatan Diagnostik Penyakit Eksantema Akut dalam: Sumarmo S.

    Poorwo Soedarmo, dkk. (ed.) Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Infeksi & Penyakit Tropis.

    Edisi I. Jakarta. Balai Penerbit FKUI. Hal. 113

    Cherry J.D. 2004. Measles Virus. In: Feigin, Cherry, Demmler, Kaplan (eds) Textbook of Pediatrics

    Infectious Disease. 5thedition. Vol 3. Philadelphia. Saunders. p.22832298Phillips C.S. 1983. Measles. In: Behrman R.E., Vaughan V.C. (eds) Nelson Textbook of Pediatrics.

    12th

    edition. Japan. Igaku-Shoin/Saunders. p.743

  • 5/28/2018 Campak atau Morbili.docx

    8/8

    Soegeng Soegijanto. 2001. Vaksinasi Campak. Dalam: I.G.N. Ranuh, dkk. (ed) Buku Imunisasi di

    Indonesia. Jakarta. Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia. Hal. 105

    Soegeng Soegijanto. 2002. Campak. dalam: Sumarmo S. Poorwo Soedarmo, dkk. (ed.) Buku Ajar Ilmu

    Kesehatan Anak Infeksi & Penyakit Tropis. Edisi I. Jakarta. Balai Penerbit FKUI. Hal. 125

    T.H. Rampengan, I.R. Laurentz. 1997. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Jakarta. Penerbit Buku

    Kedokteran EGC. Hal. 90