CA Pankreas

25
KANKER PANKREAS I. PENDAHULUAN Pankreas merupakan suatu organ penting yang berfungsi sebagai kelenjar eksokrin dan endokrin. Dikatakan kelenjar eksokrin karena pankreas memiliki sel-sel asinus yang setiap harinya menyekresikan sekitar 2-2.5 liter enzim-enzim dan pro-enzim pencernaan yang kaya akan bicarbonate misalnya, tripsinogen, chymotripsinogen, procarboxypeptidase, proelastase, dan prophospolipase A dan B. (1) Adapun pankreas dikatakan juga sebagai kelenjar endokrin karena pankreas memiliki pulau-pulau langerhans yang mengandung sel-sel alpha (α), beta (β), dan delta (δ) yang akan menyekresikan hormon-hormon langsung ke aliran darah. Sel-sel tersebut menyekresikan hormone- hormon yang berbeda,yaitu : o Sel α menyekresikan hormon glukagon yang berfungsi untuk (2,3) : Meningkatkan kadar gula darah. Menurunkan konsentrasi insulin dalam darah. o Sel β menyekresikan hormon insulin yang berfungsi untuk : Menstimulasi pemakaian dan penyimpanan glukosa pada otot dan jaringan. Meningkatkan proses glikogenesis pada hepar dan otot skelet. 9

Transcript of CA Pankreas

Page 1: CA Pankreas

KANKER PANKREAS

I. PENDAHULUAN

Pankreas merupakan suatu organ penting yang berfungsi sebagai

kelenjar eksokrin dan endokrin. Dikatakan kelenjar eksokrin karena pankreas

memiliki sel-sel asinus yang setiap harinya menyekresikan sekitar 2-2.5 liter enzim-

enzim dan pro-enzim pencernaan yang kaya akan bicarbonate misalnya,

tripsinogen, chymotripsinogen, procarboxypeptidase, proelastase, dan

prophospolipase A dan B. (1)

Adapun pankreas dikatakan juga sebagai kelenjar endokrin karena

pankreas memiliki pulau-pulau langerhans yang mengandung sel-sel alpha ( )α , beta

( )β , dan delta ( ) δ yang akan menyekresikan hormon-hormon langsung ke aliran

darah. Sel-sel tersebut menyekresikan hormone-hormon yang berbeda,yaitu :

o Sel α menyekresikan hormon glukagon yang berfungsi untuk (2,3) :

Meningkatkan kadar gula darah.

Menurunkan konsentrasi insulin dalam darah.

o Sel β menyekresikan hormon insulin yang berfungsi untuk :

Menstimulasi pemakaian dan penyimpanan glukosa pada otot dan

jaringan.

Meningkatkan proses glikogenesis pada hepar dan otot skelet.

Mempercepat pengangkutan asam amino dan sintesis protein pada

sel.

Memicu sintesis asam lemak dan penyimpanan lemak pada jaringan

adipose.

Menghambat pemecahan protein, lemak, dan glukoneogenesis.

o Sel δ menyekresikan hormon somatostatin yang juga diproduksi di

hypothalamus, dimana berfungsi untuk menghambat (negative feed back)

sekresi insulin dan glukagon.

Secara anatomis, pankreas terletak secara transversal pada rongga

retroperitoneal dan dibagi menjadi 3 bagian berdasarkan vaskularisasinya yaitu :

caput, corpus, dan caudal. Pada orang dewasa, panjang pankreas + 20 cm dan berat

9

Page 2: CA Pankreas

+ 90 gram pada laki-laki dan + 85 gram pada perempuan. Pankreas memiliki

ductus-ductus untuk menyalurkan hasil sekresinya ke dalam duodenum. (1)

Gambar 1 : Gambaran anatomis pankreas normal. (dikutip dari kepustakaan 1)

Gambar 2 : Gambaran histologis sel-sel pankreas. (1: Retikulum Pulau Langerhans,

A: Sel α, B: Sel β, D: Sel δ ; 2: sel asinus) (dikutip dari kepustakaan 3)

Berbagai faktor baik secara eksogen dan endogen dapat memicu

terjadinya kanker pankreas. Pada + 90% kanker pankreas ialah kanker ganas dari

kelenjar eksokrin yaitu, adenokarsinoma ductus pankreas. Kanker pankreas dapat

mengenai kaput (+ 70%), korpus (15-20%), dan kauda (10%). Adapun perbedaan

lokasi dari kanker pankreas ini akan memberikan berbagai gambaran klinik yang

berbeda pula. (4)

10

Page 3: CA Pankreas

II. EPIDEMIOLOGI

Kanker pankreas hanya berjumlah 2% dari seluruh kasus kanker baru di

Amerika Serikat namun, menjadi penyebab kematian keempat akibat kanker.

Kanker pankreas jarang terdapat pada orang dengan usia kurang dari 50 tahun dan

resikonya meningkat seiring dengan usia. Sekitar 80% kasus mengenai penderita

yang berusia 60-80 tahun. Selain itu, merokok, diabetes, obesitas, dan alkohol juga

meningkatkan resiko terjadinya kanker pankreas. Penderita laki-laki lebih banyak

dibanding perempuan dengan perbandingan 1,2-1,5 : 1. Lebih dari 2/3 kasus kanker

pankreas terletak pada caputnya. (4,5)

III. ETIOLOGI & PATOFISIOLOGI

Sampai saat ini, penyebab kanker pankreas masih belum jelas. Penelitian

epidemiologi menunjukkan adanya berbagai faktor resiko yang mempermudah

seseorang untuk menderita kanker pankreas. Penelitian tersebut menyatakan bahwa

faktor-faktor resiko tersebut mempengaruhi sel-sel DNA pada pankreas yang akan

menyebabkan bertumbuhan abnormal dari sel. Dijelaskan pula bahwa mutasi DNA

sel-sel pankreas lebih banyak terjadi setelah kelahiran dibandingkan secara

herediter. Pada pengamatan suatu adenokarsinoma pankreas, didapatkan gambaran

histopatologi terhadap 3 macam lesi yang menjadi precursor terjadinya kanker

prankreas. Lesi-lesi tersebut dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor. (7,8)

Gambar 3 : Gambaran histolopatologi suatu ductus pankreas normal yang dapat

mengalami 3 macam lesi sebagai precursor untuk terjadinya kanker pankreas.

(dikutip dari kepustakaan 8)

11

Page 4: CA Pankreas

Adapun faktor-faktor tersebut antara lain (4,6,7) :

o Faktor eksogen (Lingkungan)

Merokok

Merokok merupakan penyebab terbanyak kanker pankreas. Perokok

memiliki resiko 1,4-2,3 kali lebih besar untuk menderita kanker

pankreas dan jika pada usia 40-50 tahun tetap menjadi perokok

maka, akan meningkatkan resiko lima kali lebih besar untuk

menderita kanker pankreas. Diperlukan waktu berhenti merokok

minimal 10 tahun untuk menurunkan kembali resiko menderita

kanker pankreas seperti pada orang yang bukan perokok.

Alkohol

Alkohol bukan merupakan faktor yang secara langsung

menyebabkan kanker pankreas namun, dengan adanya riwayat

konsumsi alkohol yang lama dalam jumlah banyak maka, akan

mencetus terjadinya pancreatitis kronik. Adapun pancreatitis kronik

merupakan faktor endogen untuk terjadinya kanker pankreas.

Diet

Konsumsi daging merah, khususnya yang telah diproses di pabrik,

meningkatkan resiko terjadinya kanker pankreas. Sedangkan

konsumsi sayur dan buah yang kaya akan folat dan lycopen

(contohnya tomat) akan menurunkan resiko terjadinya kanker

pankreas.

o Faktor endogen

Usia

Resiko menderita kanker pankreas akan meningkat seiring dengan

bertambahnya usia. Insiden terbanyak (80%) berada pada usia 60-80

tahun dan jarang pada usia kurang dari 50 tahun.

Obesitas

Adanya obesitas, khususnya obesitas sentral, akan meningkatkan

resiko menderita kanker pankreas.

Diabetes Melitus

Sekitar 80% penderita kanker pankreas disertai gangguan toleransi

glukosa dan sekitar 20% memiliki klinis diabetes mellitus. Namun,

12

Page 5: CA Pankreas

sekarang yang masih dipertanyakan bahwa apakah diabetes mellitus

adalah faktor predisposisi atau menjadi suatu akibat dari kanker

pankreas tersebut.

Pankreatitis kronik

Pada pasien dengan pankreatitis kronik didapatkan peningkatan

resiko terjadinya kanker pankreas sampai 20 kali lebih besar dan

pada pasien dengan pancreatitis herediter didapatkan peningkatan

resiko 5 kali lebih besar.

o Faktor genetik dan ras

Resiko kanker pankreas meningkat 2 kali pada pasien dengan riwayat

hubungan keluarga tingkat pertama. Sekitar 10% pasien kanker pankreas

memiliki predisposisi genetik yang diturunkan. Selain itu, ras kulit hitam

memiliki resiko yang lebih besar utnutk terkena kanker pankreas

dibandingkan dengan ras kulit putih.

IV. GEJALA KLINIS

Gejala awal dari penyakit ini seringkali tidak spesifik dan sering

terabaikan sehingga akan terlambat didiagnosis. Gejala klinis yang timbul

tergantung dari ukuran dan lokasi kanker serta metastasinya dan seringkali tidak

memberikan gejala khas sampai kankernya berukuran cukup besar. Keluhan awal,

misalnya kembung, anoreksia, muntah, diare, stetorea, dan badan lesu, biasanya

tampak dan berlangsung lebih dari 2 bulan sebelum diagnosis ditegakkan. Ikterus,

nyeri abdomen, dan penurunan berat badan merupakan gejala klasik yang sering

menjadi keluhan utama pasien. (4,5)

Adapun gejala-gejala klasik tersebut (4) :

Nyeri abdomen

Nyeri abdomen merupakan keluhan yang paling sering dijumpai. Lokasi

nyeri biasanya pada regio epigastrium, awalnya difus, selanjutnya lebih

terlokalisir. Nyeri abdomen biasanya disebabkan invasi kanker pada pleksus

coeliac dan pleksus mesenteric superior. Nyeri dapat menjalar ke punggung

pasien, disebabkan oleh invasi kanker ke retroperitoneal dan terjadi infiltrasi

13

Page 6: CA Pankreas

pada pleksus nervus splenicus. Nyeri yang berat menunjukkan kanker lanjut

yang meluas ke jaringan sekitarnya dan sudah tidak dapat direseksi.

Penurunan berat badan

Umumnya dijumpai penurunan berat badan lebih dari 10% dari

berat badan ideal. Pada mulanya, terjadi secara bertahap, kemudian menjadi

progresif. Penurunan berat badan disebabkan oleh berbagai faktor, antara

lain : asupan makanan yang berkurang, malabsorpsi lemak dan protein, dtan

peningkatan kadar sitokin pro-inflamasi (cancer necrosis factor a dan

interleukin-6).

Ikterus

Gejala ikterus yang timbul ialah ikterus obstruktif. Hal ini

disebabkan oleh adanya obstruksi saluran empedu oleh kanker dimana, 80-

90% merupakan kanker kaput pankreas dan sering terjadi pada stadium

awal. Ikterus dapat pula terjadi pada kanker corpus maupun cauda pankreas

(6-13% kasus) pada stadium lanjut akibat metastasis di hati atau limfonodi

di hilus yang menekan saluran empedu. Ikterus obstruktif pada kanker kaput

pankreas umumnya disertai dengan nyeri abdomen, tetapi bukan kolik. Hal

ini berbeda dengan ikterus tanpa nyeri (painless jaundice) yang sering

dijumpai pada kanker ductus coleidocus atau kanker ampula vateri.

Selain dari gejala-gejala klasik tersebut, gejala-gejala lain dapat pula didapatkan

pada pasien-pasien dengan kanker pankreas. Gejala-gejala tersebut sesuai dengan

lokasi dari kanker, misalnya gastrinomas, glucagonomas, insulinomas,

somatostatinomas, dan lain sebagainya. Gejala-gejala seperti ini, utamanya

didapatkan pada kanker sel endokrin pankreas. (7)

Prevalensi timbulnya gejala pada kanker pankreas berdasarkan lokasinya dapat

dilihat pada tabel 1 dibawah ini :

14

Page 7: CA Pankreas

(dikutip dari kepustakaan 5)

Penetuan stadium kanker pankreas juga merupakan faktor yang sangat penting

untuk memilih jenis terapi dan menilai prognosis penyakit. Adapun standarisasi

penentuan stadium kanker yang digunakan yaitu sistem TNM dari The American

Joint Committee on Cancer (AJCC). (7)

o Kategori T

Tx : Tumor utama tidak dapat dinilai.

T0 : Tidak ada bukti adanya tumor primer.

Tis : Carsinoma in situ

T1 : Kanker belum menyebar keluar pankreas dan ukurannya

kurang dari 2 cm.

T2 : Kanker belum menyebar keluar pankreas namun,

ukurannya lebih dari 2 cm.

T3 : Kanker telah menyebar keluar dari pankreas ke jaringan

sekitarnya namun, belum sampai ke pembuluh darah

besar atau saraf.

T4 : Kanker telah menyebar hingga ke pembuluh darah besar

atau saraf.

o Kategori N

Nx : Pembesaran kelenjar limfe regional tidak dapat dinilai.

N0 : Tidak ditemukan pembesaran kelenjar limfe regional.

N1 : Kanker telah menyebar ke kelenjar limfe regional.

o Kategori M

M0: Kanker tidak menyebar ke kelenjar limfe lain atau organ

lain (seperti hepar, paru-paru, otak, dan lain sebagainya).

M1: Ditemukan adanya metastasis.

15

Page 8: CA Pankreas

Penentuan stadium berdasarkan system TNM (7) :

o Stadium 0 (Tis, N0, M0)

Tumor hanya terdapat pada bagian atas sel pankreas dan tidak

menginvasi jaringan yang lebih dalam. Tidak terdapat penyebaran

keluar pankreas.

o Stadium IA (T1, N0, M0)

Tumor berukuran kurang dari 2 cm dan tidak terdapat penyebaran ke

kelenjar limfe dan organ lainnya.

o Stadium IB (T2, N0, M0)

Tumor berukuran lebih dari 2 cm dan tidak terdapat penyebaran ke

kelenjar limfe dan organ lainnya.

o Stadium IIA (T3, N0, M0)

Tumor telah menyebar dan berkembang ke bagian luar pankreas.

Tidak ditemukan pembesaran kelenjar limfe regional.

o Stadium IIB (T1-3, N1, M0)

Tumor telah menyebar dan berkembang ke bagian luar pankreas

namun, tidak sampai ke pembuluh darah besar atau saraf terdekat.

Dapat ditemukan pembesaran kelenjar limfe regional.

o Stadium III (T4, Any N, M0)

Tumor telah menyebar dan berkembang ke pembuluh darah besar

atau saraf terdekat. Dapat ditemukan pembesaran kelenjar limfe

regional.

o Stadium IV (Any T, Any N, M1)

Tumor telah menyebar ke berbagai tempat.

Gambar 4 : Stadium-stadium kanker pankreas (dikutip dari kepustakaan 9)

Stadium 1 Stadium 2 Stadium 3 Stadium 4

16

Page 9: CA Pankreas

V. DIAGNOSIS

Diagnosis kanker pankreas dapat ditegakkan berdasarkan (4,5,6) :

a. Anamnesis dan pemeriksaan fisis

Pada anamnesis, dapat ditelusuri berbagai gejala-gejala yang dialami

pasien misalnya, penurunan berat badan, penurunan nafsu makan, nyeri

abdomen (lokasi, intensitas, penjalaran, serta progresivitasnya), dan lain

sebagainya. Selain itu, pada anamnesis dapat pula digali informasi tentang

adanya faktor-faktor predisposisi untuk terjadinya kanker pankreas pada pasien

& riwayat kebiasaan serta riwayat penyakit yang pernah diderita pasien,

misalnya riwayat merokok, minum alcohol, riwayat diabetes mellitus, riwayat

nyeri abdomen sebelumnya, riwayat stetorea, dan lain sebagainya. Sedangkan

pada pemeriksaan fisis, dicari tanda-tanda kanker pankreas, misalnya yang

paling sering yaitu ikterus, gizi kurang, dan juga tanda-tanda komplikasi dan

metastasis seperti, hepatomegali, edema, tanda-tanda perdarahan, pembesaran

kelenjar getah bening dan lain sebagainya. (7)

b. Laboratorium

CA 19-9 & CEA

Banyak pemeriksaan laboratorium yang dapat digunakan sebagai

petanda kanker pankreas. Namun, oleh karena sensitivitas dan spesifitas

pada pemeriksaan CA 19-9 dan CEA terhadap kanker pankreas cukup

baik maka, kedua pemeriksaan inilah yang sering digunakan.

CA 19-9 merupakan suatu substansi yang dihasilkan oleh sel-sel

kanker kelenjar eksokrin pankreas dan dapat dideteksi pada pemeriksaan

darah. Namun, pemeriksaan CA 19-9 sulit dideteksi pada kanker

stadium dini sehingga tidak direkomendasikan untuk skring rutin pada

penderita yang asimtomatik. Pemeriksaan CA19-9 sering digunakan

untuk menilai hasil terapi serta rekurensi kanker pankreas setelah terapi.(7)

CEA (Carcinoembryonic antigen) merupakan suatu substansi

yang juga dapat mendeteksi adanya kanker pankreas pada beberapa

orang. Tapi, pemeriksaan ini tidak cukup sensitive untuk mendeteksi

17

Page 10: CA Pankreas

kanker pankreas pada stadium dini dan juga tidak direkomendasikan

sebagai pemeriksaan untuk skrining. (7)

Pemeriksaan darah

Pada pemeriksaan darah didapatkan peningkatan kadar bilirubin yang

diakibatkan adanya massa pada pancreas yang menekan sistem biliari.

Selain itu pada pemeriksaan gula darah, kanker pankreas dapat

menyebabkan kadar gula darah yang tinggi, hal ini disebabkan oleh

kerusakan sel-sel penyekresi insulin. Namun, kadar gula darah yang

tinggi tersebut seringkali tidak memberikan gejala seperti pada diabetes

sehingga baru diketahui pada saat pemeriksaan darah. (4)

c. Radiologi

CT-Scan & MRI

Saat ini, standar untuk menegakkan diagnosis serta untuk menilai

stadium kanker pankreas adalah melalui pemeriksaan CT-Scan. Dimana

tingkat keakuratan CT-Scan adalah lebih dari 80%. CT-Scan digunakan

dalam menilai tumor primer, pembuluh darah sekitarnya (seperti vena

porta, a. mesentrika superior, aksis celiac), serta jaringan dan organ

sekitar pankreas. MRI dapat pula digunakan sebagai diagnosis serta

penentuan stadium sama halnya dengan CT-Scan. MRI sering digunakan

pada pasien yang alergi terhadapa kontras CT-Scan. (5,10)

Gambar 5 : Gambaran CT-Scan abdomen pada wanita berusia 58 tahun

yang datang dengan keluhan nyeri abdomen dan ikterus. Didapatkan

adanya massa pada caput pankreas. (dikutip dari kepustakaan 5)

A : Gambaran radiologi, B : Gambaran anatomi.

18

Page 11: CA Pankreas

Gambar 6 : Gambaran CT-Scan abdomen pada wanita berusia 63 tahun

yang datang dengan keluhan rasa tidak enak pada perut dan massa

abdomen. Didapatkan adanya massa yang besar pada cauda pankreas.

A : Gambaran radiologi, B : Gambaran anatomi.

(dikutip dari kepustakaan 5)

Endoscopic Ultrasonography (EUS)

Pemeriksaan EUS digunakan pada saat tumor masih berukuran

kecil sehingga sulit tervisualisasi dengan baik pada CT-Scan. EUS

merupakan prosedur invasive miniml yang akurat dalam menilai tumor

primer, vaskulernya, dan kelenjar limfe sekitarnya. (10)

Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography (ERCP)

ERCP merupakan pemeriksaan untuk mengevaluasi kanker pankreas

yang menyebabkan ikterus obstruktif.. ERCP tidak dapat menetukan

stadium kanker tetapi digunakan untuk menilai ikterus obstruktif

tersebut disebabkan oleh suatu massa atau karena penyebab obstruksi

lainnya seperti pada choledocholithiasis dan striktur benigna. (10)

Laparoskopi Diagnostik

CT-Scan kurang sensitive dalam mendeteksi metastase berukuran kecil

pada daerah peritoneum dan metastasis hepar yang berukuran < 1cm.

Hal tersebut membuat ultrasonografi intracorporeal yang digunakan

bersama laparoskopi sebagai modalitasi invasive minimal yang dapat

menilai stadium dan metastasis kanker dengan baik khususnya yang

menginvasi ke daerah peritoneum dan hepar dengan ukuran kecil.. (10)

d. Biopsi Perkutaneus

Jikalau pada pemeriksaan CT-Scan didapatkan gambaran massa padat densitas

rendah disertai gejala-gejala klinis maka, diagnosis histologist umumnya tidak

19

Page 12: CA Pankreas

diperlukan sehingga biopsy seringkali digunakan hanya sebagai bagian dari

perisapan peri-operative dan persiapan terapi neoadjuvant. (10)

VI. TATALAKSANA

Tatalaksana pada kanker pankreas berdasarkan pada panduan (guideline) National

Comprehensive Cancer Network (NCCN) tahun 2009. (11)

Pengobatan kuratif

Pengobatan kuratif ditujukan untuk mengobati penyakit tersebut.

Pengobatan ini diberikan pada kanker pankreas dengan stadium dini (stadium I

dan II). Adapun pengobatan kuratif terutama ialah dengan pembedahan disertai

neoadjuvant terapi dengan menggunakan kemoterapi disertai radioterapi untuk

mematikan sisa-sisa sel tumor. Pembedahan yang menjadi standar pada kasus

kanker pankreas yaitu prosedur Whipple dimana, diadakan reseksi pada caput

pankreas, duodenum, + bagian lambung, dan kandung empedu. Selain prosedur

Whipple,masih banyak lagi teknik pembedahan yang dapat dilakukan sesuai

dengan keadaan kankernya. Adapun terapi suportif juga dapat berikan

berdasarkan gejala yang ada misalnya obat analgesic, anti-muntah, dan diet

TKTP untuk mempertahankan beart badan. (10,11)

Gambar 7 : Pembedahan dengan menggunakan prosedur

Whipple. A : Sebelum prosedur, B : Sesudah prosedur.

Terbentuk anastomose ductus hepaticus ke jejunum dengan

mempertahankan sebagian dari pankreas dan lambung.

(dikutip dari kepustakaan 5)

Pengobatan paliatif

20

Page 13: CA Pankreas

Pengobatan paliatif digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup

penderita yang sudah tidak dapat diberikan tindakan kuratif oleh karena sudah

berada pada stadium akhir. Tindakan paliatif pada pembedahan yang sering

dilakukan adalah dengan membuat billiary bypass melalu laparoskopi untuk

memberikan drainase saluran empedu sehingga bilirubin dapat dikeluarkan.

Selain tindakan pembedahan, farmakoterapi dalam bentuk kemoterapi

dapat diberikan untuk mengecilkan atau menghambat pertumbuhan tumor.

Selain itu, obat-obat pereda nyeri seperti analgesic non-opiod hingga opiod

dapat diberikan dengan indikasi yang jelas. Selain diberikan terapi terhadap

kankernya, diberikan pula asupan nutrisi yang adekuat melalui diet TKTP untuk

mempertahankan serta meningkatkan berat badan dan kekuatannya serta

dukungan emosional dari pihak medis dan keluarga dalam membantu penderita

menerima keadaannya. (9,10,11)

Panduan NCCN dalam penatalaksanaan kanker pankreas (11) :

Terapi kombinasi berbasis gemcitabine meliputi erlotinib, cisplatin, atau 5-FU.

VII. DIAGNOSIS BANDING

Pancreatic cyst

21

Resectable

(Stadium IB/II, local)

Pembedahan Salvage therapy

Clinical trial

Atau kemoterapi fluoropyrimidine +

oxaliplatin

Atau perawatan terbaik

Clinical trial

Atau Gemcitabine

Atau Terapi kombinasi berbasis gemcitabine

Atau terapi supportive (untuk pasien ekonomi

lemah)

Unresectable

(Stadium IV, metastasis)

Kemoterapi adjuvant, radioterapi

Page 14: CA Pankreas

Pancreatic cyst dapat bersifat neoplastic maupun bukan. Pada kista yang

berukuran <2cm, sering tidak memberikan gejala namun, jika berukuran besar

akan memberikan gejala berupa nyeri abdomen yang dapat menembus ke

belakang. Kista yang berukuran besar pada kaput pankreas juga memberikan

gejala ikterus obstruktif akibat penekanan pada ductus biliaris. Selain itu, cyst

yang besar juga dapat menekan organ abdomen lainnya yang menyebabkan rasa

penuh hingga muntah. Pancreatic cyst biasanya disebabkan oleh pancreatitis

akut. Pancreatic cyst dapat dibedakan dengan kanker pancreas melalui

pemeriksaan EUS, pemriksaan histopatologi, dan analisa cairan kista. (12)

Choledocholithiasis

Choledocholithiasis memberikan gejala jika batu telah berada pada

common bile duct. Adapun gejala yang ditimbulkan dapat berupa nyeri kolik

dan ikterus obstruktif akibat stagnasi aliran empedu. Choledocholithiasis yang

berlansung lama dapat memicu terjadinya pancreatitis yang menjadi faktor

resiko terjadinya kanker pancreas. Choledocholithiasis dapat dibedakan dengan

kanker pancreas, melalui anamnesis, pemeriksaan fisis, pemeriksaan USG, CT-

Scan, dan EUP. (13)

Kanker hati

Kanker hati seringkali memberikan gejala yang tidak spesifik. Gejala

yang sering tampak adalah kelemahan, fatigue, nyeri abdomen, penurunan berat

badan, dan penurunan nafsu makan. Kanker hati juga memberikan gejala

ikterus, tanda-tanda perdarahan, hipoalbuminemia, dan lain sebagainya. Selain

itu, peningkatan AFP dan CA 19-9 juga terdapat pada kanker hati. Kanker hati

dapat dibedakan dengan kankerpankreas melalui pemeriksaan fisis, USG

abdomen, CT-Scan abdomen, dan lain sebagainya. (14)

VIII. KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari kanker pankreas tergantung

pada ukuran tumor, stadium kanker, dan metastasisnya. Selain dari kanker

pankreas, komplikasi juga dapat ditimbulkan dari hasil proses pembedahan dan efek

dari kemoterapi dan radioterapi yang dapat berbeda pada masing-masing pasien. (9)

22

Page 15: CA Pankreas

IX. PROGNOSIS

Prognosis pada kanker pankreas ditentukan oleh tingkat stadium kanker pankreas.Adapun prognosis kanker pankreas yaitu :

Qua ad vitam : Malam Qua ad fungsionam : Malam Qua ad sanationam : Malam

Seringkali kanker pankreas terlambat didiagnosis sehingga pada saat diagnosis ditegakkan kanker pankreas telah berada pada stadium akhir sehingga prognosisnya menjadi sangat buruk dimana, angka harapan hidup dalam 5 tahun hanya kurang dari 15%. (5)

Tabel 2 menunjukkan angka harapan hidup dalam 5 tahun pada pasien kanker pankreas :

(dikutip dari kepustakaan 5)

X. KESIMPULAN

Kanker pankreas merupakan suatu bentuk keganasan baik pada kelenjar

eksokrin maupun pada kelenjar endokrin pankreas. Adapun gejala klinis yang

ditimbulkan seringkali tidak khas sehingga menyulitkan dalam hal diagnosis. Hal

ini menyebabkan kanker pankreas seringkali terlambat didiagnosis sehingga

prognosis pada penderita menjadi sangat buruk. Berbagai pemeriksaan dapat

digunakan untuk menegakkan diagnosis kanker pankreas serta untuk menentukan

jenis dan stadium kanker tersebut. Pemeriksaannya antara lain dari laboratorium

seperti: pemeriksaan petanda tumor CA 19-9 dan CEA, dan dari radiologi seperti:

CT-Scan dengan/tanpa kontras, MRI, EUS,dan ERCP.

Sedangkan untuk penatalaksaan kanker pankreas berdasarkan pedoman

National Comprehensive Cancer Network (NCCN) tahun 2009 dimana membagi

23

Page 16: CA Pankreas

kanker pankreas berdasarkan stadium apakah kanker tersebut resectable terhadap

pembedahan atau tidak serta, untuk menentukan kapan pemberian kemoterapi dan

radioterapi pada penderita. Selain itu, bukan hanya terapi yang bersifat kuratif dan

paliatif saja yang diperlukan namun, juga terapi suportif dalam hal pemberian

nutrisi yang adekuat serta dukungan emosional dari keluarga dan pihak medis

sehingga penatalaksanaan kanker pankreas menjadi sangat kompleks dan

membutuhkan penangan holistik dari berbagai pihak.

DAFTAR PUSTAKA

1. Hruban RH, The pancreas, dalam: Robbins, Abbas, Fausto, Robbins & Cotran’s

pathologic basis of disease, ed.7. Amerika Serikat: Sanders, 2008.

2. Waugh A, Grant A, dkk. Anatomy & Physiology Health & Illness. Churchill

Livingstone, 2004. Hal.224.

3. Hansen JT, Koeppen MK. Netter’s Atlas of Human Physiology. Hal. 197.

4. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 1, ed.4. Jakarta: Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia,2006. Hal.492-6.

5. Freelove R, Walling AD. Pancreatic cancer: Diagnosis & Management. American

academy of physician, 2006. Hal.486-90.

6. Dragovich T, dkk. Pancreatic cancer [online]. 2011. [copied on 10 Februari 2012].

Available from URL: http://emedicine.medscape.com/article/

7. NN. Pancreatic cancer. American cancer society, 2011. Hal.11.

8. Klapna J. Early detection of pancreatic cancer: Why, who, and how to screen. 2008.

Hal.3.

9. Abbruzzesk JL, Ebrahim B. Myths & facts about pancreatic cancer. New York:

Melville, 2002. Hal.27-9.

10. Wray CJ, Ahmad SA, dkk. Surgery for pancreatic cancer: Recent controversus &

current practice. American gastroenterological association, 2005. Hal.1628-9.

11. Saif MW, Pancreatic cancer: Current & future therapy breakthroughs, dalam:

Pancreatic Awareness Day. New York: Columbia University Medical Center, 2010.

Hal.39.

24

Page 17: CA Pankreas

12. Lee D. Pancreatic cyst [online]. 2012. [copied on 15 Februari 2012]. Available

from URL: http://emedicine.medscape.com/article/

13. Heuman DM, dkk. Cholelithiasis [online]. 2011. [copied on 10 Februari 2012].

Available from URL: http://emedicine.medscape.com/article/

14. Shot K. Liver cancer [online]. 2012. [copied on 10 Februari 2012]. Available from

URL: http://emedicine.medscape.com/article/

25