ca mammae

49
PRESENTASI KASUS KARSINOMA MAMMAE Disusun oleh: Umi Astarawati NIM: 1102005280 Pembimbing: Dr. Dhian Hangesti, Sp.B (K) Onk DEPARTEMEN ILMU BEDAH RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO JAKARTA

description

ca mammae

Transcript of ca mammae

Page 1: ca mammae

PRESENTASI KASUS

KARSINOMA MAMMAE

Disusun oleh:

Umi Astarawati

NIM: 1102005280

Pembimbing:

Dr. Dhian Hangesti, Sp.B (K) Onk

DEPARTEMEN ILMU BEDAH

RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT

GATOT SOEBROTO JAKARTA

PERIODE 9 AGUSTUS-23 OKTOBER 2010

PRESENTASI KASUS

Page 2: ca mammae

A. IDENTITAS

Nama : Ny. S

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 52 tahun

Agama : Islam

Status perkawinan : Menikah

Alamat : Bandung

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Suku bangsa : Sunda

Pendidikan : SD

` No CM : 35.72.64

B. ANAMNESA

Diambil secara Autoanamnesis

Pada tanggal 24 Agustus 2010

KELUHAN UTAMA

Pasien mengeluh nyeri yang hilang timbul pada benjolan pada payudara kiri

sejak 1 bulan SMRS.

KELUHAN TAMBAHAN

Tidak ada

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Page 3: ca mammae

9 bulan SMRS pasien merasa ada benjolan bulat di tengah payudara kiri yang

awalnya sebesar kelereng. Pasien tidak demam dan benjolan tersebut tidak

terasa nyeri sehingga pasien tidak pergi berobat ke dokter. Sekitar 6 bulan

SMRS pasien merasa benjolannya sedikit bertambah besar menjadi sebesar

bola bekel. Pasien pergi ke dokter di RS Dustira Cimahi dan disarankan untuk

biopsi (direncanakan tanggal 10 Maret 2010, namun tidak dilakukan oleh

pasien karena belum sempat). 1 bulan SMRS pasien mengeluh payudara

kirinya agak nyeri, demam, dan panas dingin. Nyeri dirasakan hilang timbul.

Lalu pasien pergi ke dokter, dan diminta untuk segera biopsi pada payudara

kirinya. 12 hari SMRS (2 Agustus 2010) pasien dibiopsi, didapatkan hasil

Carcinoma mamma kiri duktal infiltratif.

Saat ini benjolan tersebut sebesar telur, padat, tidak berbenjol-benjol.

Benjolan tidak terasa panas, tidak didapatkan nanah atau darah yang keluar

dari puting payudara kiri. Pasien tidak merasa ada benjolan di leher maupun

di ketiak. Pasien mengatakan tidak ada keluhan pada payudara sebelah

kanan.

Tidak ada keluhan lain seperti nyeri pada tulang, rasa sakit pada ulu hati,

batuk, sesak, dan sakit kepala hebat. Nafsu makan baik, berat badan turun

disangkal oleh pasien. Buang air besar dan buang air kecil tidak ada keluhan.

Pasien tidak memiliki tekanan darah tinggi, sakit jantung, sakit paru, maupun

diabetes melitus namun pasien mengaku kadar kolesterolnya tinggi.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

- Riwayat penyakit paru, jantung, diabetes melitus, hipertensi disangkal oleh

pasien.

- Tidak ada riwayat infeksi pada payudara.

- Tidak ada riwayat operasi pada payudara ataupun pada organ lain.

- Tidak ada riwayat operasi kandungan.

Page 4: ca mammae

- Tidak ada riwayat sinar pada dada.

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

- ♀ tidak ada yang menderita kanker payudara/ kanker ovarium/ kanker

lain

- ♂ tidak ada yang menderita kanker usus /kanker lambung /kanker prostat

/ kanker lain

RIWAYAT REPRODUKSI

- Menarche usia 18 tahun, teratur setiap bulan satu kali selama 7 hari, ganti +

3 pembalut setiap hari. Saat ini pasien masih menstruasi. Tidak ada keluhan

terhadap benjolan pada payudara kiri saat menstruasi.

-Pasien menikah saat usia 19 tahun.

-Memiliki tiga orang anak, pernah keguguran satu kali.

-Melahirkan anak pertama pada usia 20 tahun.

-Menyusui anak pertama selama 5 bulan, anak kedua selama 18 bulan, dan

anak ketiga selama 24 bulan.

-Riwayat penggunaan KB IUD spiral selama 10 tahun. Tidak ada riwayat

pemakaian KB hormonal, pil, susuk atau injeksi.

FAKTOR RESIKO LAIN

Pasien sering dan suka makan makanan yang berlemak. Pasien tidak merokok

dan tidak mengkonsumsi alkohol.

C. PEMERIKSAAN FISIK

Page 5: ca mammae

STATUS GENERALIS

Keadaan umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Compos mentis

Tanda Vital : TD: 120/80 mmHg

N: 80 x/menit

RR: 20 x/menit

Suhu: afebris

Kepala : normocephal, simetris, tidak ada deformitas, rambut hitam

distribusi merata, tidak mudah dicabut, tidak rontok.

Kulit : warna coklat sawo matang, sianosis (-)

Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil isokor, RCL +/+,

Telinga : tidak ada deformitas, tidak ada perdarahan masif, tidak ada

sekret.

Leher : tidak ada deviasi trakea, KGB infra dan supraklavikula tidak

membesar

Aksila : KGB aksila kiri membesar

Toraks : I = simetris dalam keadaan statis dan dinamis

P = Fremitus taktil dan vocal simetris kanan dan kiri

P = sonor di seluruh lapang paru

A = Paru suara nafas vesikuler, ronchi -/-, wheezing -/-

Jantung S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen : I = Dinding perut simetris, datar, tidak tampak kelainan kulit

A = Bising usus +, normal.

P = Timpani pada seluruh lapang abdomen, nyeri ketok (-)

P = Supel, NT (-), NL (–), defans muskuler (-)

Ekstremitas : akral hangat, edema -/-

STATUS LOKALIS

Page 6: ca mammae

Regio Mamma Sinistra :

Inspeksi :

- mammae asimetris, mamma sinistra lebih kecil daripada mamma dekstra

- perubahan kulit : kulit jeruk (peau d’ orange) (+), ulserasi (-), kemerahan (-),

dimpling (-), edema (-)

- puting susu (nipple) : tertarik/retraksi (+), erosi (-), krusta (-), discharge (-)

Palpasi :

1. Massa tumor:

-Letak : Kuadran sentral, subareolar

-Ukuran: 5 x 3 x 2 cm

-Batas tidak tegas

-Konsistensi padat, keras

-Permukaan licin, rata

-Nyeri tekan (-)

-Tidak dapat digerakkan dari dasarnya (otot dinding dada)

-Dengan pemijitan pada papilla mamma tidak keluar cairan, darah,

ataupun pus.

KGB :

Page 7: ca mammae

Regio axilla

Inspeksi : Tidak tampak pembesaran KGB pada axilla sinistra dan dextra

Palpasi :

Axilla sinistra

Teraba pembesaran KGB, soliter, sebesar kelereng, batas jelas dengan

diameter 1 cm, permukaan licin rata, konsistensi padat kenyal, tidak ada nyeri

tekan, mobile.

Axilla dextra

Tidak teraba pembesaran KGB

Regio supraclavicular dextra - sinistra

Inspeksi : Tidak tampak pembesaran KGB

Palpasi : Tidak teraba pembesaran KGB

Regio infraklavicular dextra-sinistra

Inspeksi :Tidak tampak pembesaran KGB

Palpasi : Tidak teraba pembesaran KGB

D. DIAGNOSIS KERJA

Tumor mamma sinistra suspek keganasan, T4bN1Mx

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

- Telah dilakukan biopsi pada mamma sinistra pada tanggal 2 Agustus 2010 di RS

Dustira Cimahi, didapatkan hasil Carcinoma mamma kiri duktal infiltratif.

- Laboratorium darah rutin

Page 8: ca mammae

-

- USG mammae (26/8/10)

Jenis pemeriksaan 25 / 8 /

2010

Nilai rujukan

Hemoglobin 12,6 12 -16 g/dL

Hematokrit 38 37 – 47 %

Eritrosit 4,6 4.3 – 6.0 juta/ uL

Leukosit 4900 4800-10800/uL

Trombosit 328000 150000-400000/uL

Bleeding time 1’15” 1-3 menit

Clotting time 4’00” 1-6 menit

MCV 84 80 – 96 fl

MCH 27 27 – 32 pg

MCHC 33 32 – 36 g/dL

LED 25 * < 15 mm/1 jam

Protein total 7,2 6 – 8.5 g/dL

Albumin 4,0 3.5 – 5.0 g/dL

Globulin 3,2 2.5 – 3.5 g/dL

SGPT 23 < 40 U/L

SGOT 23 < 35 U/L

Ureum 17 * 20 – 50 mg/dL

Kreatinin 1,2 0.5 – 1.5 mg/dL

Glukosa puasa 86 70-100 mg/dl

Alkali fosfatase 114 * < 98 U/L

Page 9: ca mammae

Mamma dextra:

-Kutis, sub kutis normal

-Struktur jaringan fibro glanduler mottled pattern

-Tampak lesi kistik di retro areola +/- 6,9 x 6,6 mm dan di jam 12; 2 cm dari

papilla +/- 6 x 3 mm

Mamma sinistra:

-Kutis, subkutis menebal dengan echostucture meningkat

-Tampak massa hipoechoic berbatas stelata pada retroareola meluas ke belahan

atas terutama sisi medial

-Tampak bintik-bintik kalsifikasi intra massa ; vaskularisasi intra massa (+)

Tampak pembesaran KGB axilla sinistra, agaknya dua berkelompok

Kesan: - Fibrocystic changes pada mamma dextra

-Neoplasma maligna mamma sinistra dengan pembesaran axilla disertai

inflamasi.

- Foto toraks (24/8/10)

-Sinus, diafragma dan cor normal

-Kedua hilus normal

-Tak tampak proses spesifik aktif di kedua paru

-Tak tampak infiltrat di paru-paru

Kesan : cor / pulmo normal

Tidak tampak adanya metastasis

- USG abdomen (26/8/10)

-Hepar, kd empedu, pancreas, lien: normal

-Ginjal kanan/kiri, v. urinaria: normal

-Uterus: normal

-Tak tampak pembesaran KGB para aortal

Tidak tampak adanya metastasis

Page 10: ca mammae

- Bone scan (25/8/10)

Tidak tampak metastase pada tulang

F. DIAGNOSIS PASTI

Carcinoma mamma sinistra maligna, stadium IIIb ( T4bN1M0)

G. TERAPI

1. Radiasi

2. Terapi hormon

3. Sitostatika (kemoterapi)

H. PROGNOSIS

Quo ad vitam : dubia

Quo ad functionam : dubia ad malam

Quo ad cosmetikum : ad malam

Quo ad sanationam : dubia

Page 11: ca mammae

TINJAUAN PUSTAKA

PAYUDARA

EMBRIOLOGI

Payudara sebagai kelenjar subkutis mulai tumbuh sejak minggu ke enam masa embrio, yaitu

berupa penebalan ektodermal sepanjang garis yang disebut garis susu yang terbentang dari

aksila sampai ke regio inguinal.

ANATOMI

Page 12: ca mammae

Untuk dapat mengenal perjalanan penyakit kanker payudara dengan baik dan

memahami dasar-dasar tindakan operasi pada kanker payudara maka sangatlah penting

mengetahui anatomi itu sendiri.

Payudara terletak pada hemithoraks kanan dan kiri dengan batas-batas sebagai berikut:

1. Batas-batas yang tampak luar:

Superior : Iga II atau III

Inferior : iga VI atau VII

Medial : pinggir sternum

Lateral : garis aksilaris anterior

2. Batas-batas payudara yang sesungguhnya:

Superior : hampir sampai ke klavikula

Medial : garis tengah

Lateral : m.latissimus dorsi

Page 13: ca mammae

Payudara terdiri dari berbagai struktur:

Parenkim epitalial

Lemak, pembuluh darah, saraf, dan saluran getah bening

Otot dan fascia

Parenkim epitalial dibentuk oleh kurang lebih 15-20 lobus yang masing-masing mempunyai

saluran tersendiri untuk mengalirkan produknya, dan bermuara pada puting susu. Tiap lobus

dibentuk oleh lobulus-lobulus yang masing-masing terdiri dari 10-100 kelompok asini.

Lobulus-lobulus ini merupakan struktur dasar dari glandula mammae.

Payudara dibungkus oleh fascia pektoralis superfisialis dimana permukaan anterior dan

posterior dihubungkan oleh ligamentum cooper yang berfungsi sebagai penyangga.

Vaskularisasi payudara

1. Arteri

Payudara mendapat perdarahan dari

a. Cabang-cabang perforantes a. Mammaria interna. Cabang-cabang I, II, III, dan IV dari

a. Mammaria interna menembus dinding dada dekat pinggir sternum pada

interkostal yang sesuai, menembus m. pektoralis mayor dan memberi perdarahan

tepi medial glandula mamma

b. Rami pektoralis a. Torako-akromialis.

Arteri ini berjalan turun diantara m. pektoralis minor dan m. pektoralis mayor.

Pembuluh ini merupakan pembuluh utama m. pektoralis mayor. Setelah menembus

m. pektoralis mayor, arteri ini akan mendarahi glandula mamma bagian dalam.

c. A. Torakalis lateralis (a. Mammaria eksterna).

Pembuluh ini berjalan turun menyusuri tepi lateral m. pektoralis mayor untuk

mendarahi bagian lateral payudara.

d. A. Torako-dorsalis.

Pembuluh darah ini merupakan cabang dari a. Subskapularis. Arteri ini

memperdarahi m. latissimus dorsi dan m. serratus magnus. Walaupun arteri ini tidak

memperdarahi galndula mammae, tetapi sangat penting artinya. Karena pada

Page 14: ca mammae

tindakan radikal mastektomi, perdarahan yang terjadi akibat putusnya arteri ini sulit

dikontrol, sehingga daerah ini dinamakan “the bloody angle”.

2. Vena

Pada daerah payudara, terdapat tiga group vena:

a. Cabang- cabang perforantes v. Mammaria interna.

Vena ini merupakan vena terbesar yang mengalirkan darah dari payudara. Vena ini

bermuara pada v. Mammaria interna yang kemudian bermuara pada n. Innominata.

b. Cabang-cabang v. Aksilaris yang terdiri dari v. Torako-akromialis, v. Torakalis lateralis,

dan v.torako-dorsalis.

c. Vena-vena kecil yang bermuara pada v. Interkostalis.

Vena interkostalis bermuara pada v. Vertebralis, kemudian bermuara pada v. Azygos

(melalui vena-vena ini metastasis dapat langsung terjadi di paru).

Persarafan

Persarafan kulit payudara bersifat segmental dan berasal dari segmen dermatom T2

sampai T6. Sela iga pertama terutama dipersarafi oleh saraf ke musculus subclavius. Segmen

dermatom area ini bisa didenervasi total atau sebagian setelah elevasi flap kulit untuk

mastektomi radikal atau modifikasi. Dengan pemotongan flap kulit dalam axilla, maka suatu

cabang utama nervus intercostobrachiales bisa dikenali dan dikorbankan. Saraf ini terutama

terdiri dari serabut dari cabang cutaneus lateralis nervi intercostales kedua dan ketiga serta

berjalan tegak lurus dan anterior terhadap musculus latissimus dorsi.

Nervus thoracodorsalis

Nervus thoracodorsalis terdapat pada m. subscapularis, mempersarafi m. latissimus

dorsi dan muncul dari fasciculus posterior plexus branchialis (C5, C6, dan C7). Ia lewat di

belakang fasciculus medialis dan pembuluh axillaries untuk berjalan lateral terhadap nervus

thoracicus longus dan memasuki batas anterior musculus latissimus dorsi.

Bila terpotong, rotasi interna dan abduksi akan melemah, walaupun tidak mengakibatkan

deformitas. Gangguan fungsionalnya adalah oposisi kuat lengan atas ke dinding dada lateral,

Page 15: ca mammae

terutama bila penderita perlu membawa sesuatu yang dijepit diantara lengan atas dan

dinding dadanya.

Nervus thoracalis longus

Nervus thoracalis longus terdapat pada m. serratus anterior mempersarafinya. Cedera

pada nervus ini menyebabkan morbiditas fungsional yang jauh lebih besar akibat kelemahan

bahu dan menimbulkan deformitas ‘winged scapula’

Nervus pectoralis lateralis

Nervus pectoralis lateralis berasal dari fasciculus lateral plexus branchialis untuk

mempersarafi m. pectoralis mayor dan minor. Saraf ini berjalan medial terhadap m.

pectoralis minor dan harus dilindungi sewaktu melakukan modifikasi mastektomi radikal

untuk mencegah atrofi musculus pectoralis mayor.

Nervus pectoralis medialis

Dalam pembedahan, nervus pectoralis medialis yang berasal dari fasciculus medialis plexus

brachialis, berjalan lateral terhadap musculus pectoralis minor dan mensarafi musculus

pectoralis mayor dan minor. Saraf ini biasanya dikorbankan sewaktu membuang musculus

pectoralis minor sebagai bagian modifikasi mastektomi radikal. Jika nervus pestoralis

lateralis dilindungi, maka musculus pectoralis major tidak akan atrofi dan setelah operasi

bentuk dinding dada akan sesuai dengan m. pectoralis mayor dan tidak dengan sangkar iga

Sistem limfatik payudara

a. Pembuluh getah bening

1.Pembuluh getah bening aksila

Pembuluh getah bening aksila ini mengalirkan getah bening dari daerah-daerah

sekitar areola mamma, kuadran lateral bawah dan kuadran lateral atas payudara.

2. Pembuluh getah bening mammaria interna

Saluran limfe ini mengalirkan getah bening dari bagian dalam dan medial payudara.

Pembuluh ini berjalan di atas fasia pektiralis lalu menembus fasia tersebut dan

masuk ke dalam m. pektoralis mayos. Lalu jalan ke medial bersama-sama dengan

Page 16: ca mammae

sistem perforantes menembus m. interkostalis dan bermuara ke dalam kelenjar

getah bening mammaria interna. Dari kelenjar getah bening mammaria interna,

getah bening mengalir melalui trunkus limfatikus mammaria interna. Sebagian akan

bermuara pada vena kava, sebagian akan bermuara ke duktus torasikus (untuk sisi

kiri) dan duktus limfatikus dekstra (untuk sisi kanan).

3. Pembuluh getah bening di daerah tepi medial kuadran medial bawah payudara.

Pembuluh ini berjalan bersama-sama vasa epigastrika superior, menembus fasia

rektus dan masuk ke dalam m. rektus abdominis. Saluran ini bermuara ke dalam

kelenjar getah bening preperikardial anterior yang terletak di tepi atas diafragma di

atas ligamentum falsiforme. Kelenjar getah bening ini juga menampung getah bening

dari diafragma, ligamentum falsiforme dan bagian anterosuperior hepar. Dari

kelenjar ini, limfe mengalir melalui trunkus limfatikus mammaria interna.

b. Kelenjar getah bening

a. Kelenjar getah bening aksila

Terdapat enam grup kelenjar getah bening aksila:

1. Kelenjar getah bening mammaria eksterna.

Untaian kelenjar ini terletak di bawah tepi lateral m. pektoralis mayor, sepanjang

tepi medial aksila. Grup ini dibagi dalam dua kelompok:

a. Kelompok superior.

Kelompok ini terletak setinggi interkostal II, III

b. Kelompok inferior.

Kelompok ini terletak setinggi interkostal IV, V, VI

2. Kelenjar getah bening scapula

Kelenjar getah bening terletak sepanjang vasa subskapularis dan torakodorsalis,

mulai dari percabangan v. Aksilaris menjadi v. Subskapularis, sampai ke tempat

masuknya v. Torakodorsalis ke dalam m. latissimus dorsi.

3. Kelenjar getah bening sentral (central nodes)

Kelenjar getah bening ini terletak di dalam jaringan lemak di pusat ketiak. Kadang-

kadang beberapa diantaranya terletak sangat superfisial, di bawah kulit dan fasia

pada pusat ketiak, kira-kira pada pertengahan lipat ketiak depan dan belakang.

Page 17: ca mammae

Kelenjar getah bening ini adalah kelenjar yang relatif paling mudah diraba. Dan

merupakan kelenjar aksila yang terbesar dan terbanyak jumlahnya.

4. Kelenjar getah bening interpektoral (Rotter’s nodes)

Kelenjar getah bening ini terletak di antara m. pektoralis mayor dan minor,

sepanjang rami pektoralis v. Torako-akromialis. Jumlah satu sampai empat.

5. Kelenjar getah bening v. Aksilaris

Kelenjar-kelenjar ini terletak sepanjang v. Aksilaris bagian lateral, mulai dari white

tendon m. latissimus dorsi sampai ke sedikit medial dari percabangan v. Aksilaris –

v. Torako-akromialis.

6. Kelenjar getah bening subklavikula

Kelenjar ini terletak sepanjang v. Aksilaris, mulai dari sedikit medial percabangan v.

Aksilaris – v. Torako-akromialis sampai dimana v. Aksilaris menghilang di bawah

tendo m. subklavius. Kelenjar ini merupakan kelenjar aksila tertinggi dan termedial

letaknya. Semua getah bening yang berasal dari kelenjar-kelenjar getah bening

aksila masuk ke dalam kelenjar ini. Seluruh kelenjar getah bening aksila ini terletak

di bawah fasia kostokorakoid.

b. Kelenjar getah bening prepektoral

Kelenjar getah bening ini merupakan kelenjar tunggal yang kadang-kadang terletak di

bawah kulit atau di dalam jaringan payudara kuadran lateral atas atau disebut

prepektoralis karena terletak diatas fasia pektoralis.

c. Kelenjar getah bening mammaria interna

Kelenjar ini tersebar sepanjang trunkus limfatikus mammaria interna, kira-kira 3 cm

dari pinggir sternum. Terletak di dalam lemak di atas fasia endotorasika, pada sela iga.

Diperkirakan jumlah kelenjar ini ada 6-8 buah.

Page 18: ca mammae

FISIOLOGI

Ada beberapa perubahan fisiologi yang terjadi pada payudara, yang diakibatkan dari

beberapa faktor yaitu: pertumbuhan dan proses penuaan, daur haid, dan kehamilan.

Macam-macam perubahan yang dipengaruhi hormon:

1. Pubertas

Pengaruh estrogen dan progesterone dan growth hormone yang diproduksi

ovarium dan juga hormone hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan

bercabang-cabang membentuk asinus.

2. Masa menstruasi

Pada waktu menstruasi, duktus akan menciut dan sebagian epital akan

berdesquamasi.

Serelah ‘bersih’ (± 8 hari post menstruasi ), ductus berproliferasi, sel epitel

membesar atau bertambah, jaringan periduktal diinflitasi oleh limfosit dan

kemudian terjadi intersisial oedeme, sehingga bengkak. Hingga beberapa hari

sebelum menstruasiberikutnya, terjadi pembesaran maksimal payudara, dan

payudara menjadi tegang dan nyeri, sehingga kadang pemeriksaan fisik,

terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan.

Pada waktu ini, mammografi juga tidak terlalu berguna karena kontras kelenjar

terlalu besar. Begitu menstruasi mulai, semuanya berkurang. Ada kalanya,

dimana siklus menstruasi berubah, dapat timbul kelainan benigna. Keadaan

mammae yang paling bagus adalah saat ovulasi.

3. Masa hamil dan menyusui

Prolactin hormone memicu epitel duktus berpoliferasi dan tumbuh duktus baru,

seolah-olah jaringan lemak bergeser oleh karena HCG

4. Partus

Hormon placenta menutun dan merangsang peningkatan kadar hormone

prolactin (dari hipofise anterior), sehingga mentrigger laktasi. Air susu diproduksi

Page 19: ca mammae

oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus ke

putting susu.

5. Post lactasi

Sebagian mengalami involusi / penyusutan duktus dan alveolin, dan sebagian lagi

menetap hingga masa menopause.

6. Menopause

Jaringan kelenjar mulai diganti oleh jaringan ikat. Banyak tetapi tidak padat.

Jaringan periduktal tebal, sehingga seakan-akan ada obstruksi. Batas lobulus

kabur, dapat terjadi dilatasi duktus dan Krista kecil-kecil.

KANKER PAYUDARA

PENDAHULUAN

Kanker payudara merupakan kanker dengan insidens tertinggi no.2 setelah kanker servik

uteri di Indonesia dan terdapat kecenderungan dari tahun ke tahun insidens ini meningkat;

seperti halnya di negara barat. Kanker payudara merupakan 27% dari kanker pada wanita

dan menyebabkan 20% kematian akibat kanker. Angka kejadian kanker payudara di Amerika

Serikat 92/100.000 wanita per tahun dengan mortalitas yang cukup tinggi 27/100.000 atau

18% dari kematian yang dijumpai pada wanita. Di Indonesia berdasarkan “Pathological

Based Registration” kanker payudara mempunyai insidens relatif 11,5%. Diperkirakan di

Indonesia mempunyai insidens minimal 20.000 kasus baru per tahun; dengan kenyataan

bahwa lebih dari 50% kasus masih berada dalam stadium lanjut. Sekitar 1 dari 11 wanita

akan mengalami kanker payudara selama kehidupannya. Kanker payudara kebanyakan

menyerang kelompok usia 40-70 tahun, tetapi resiko terus meningkat dengan tajam dengan

makin bertambahnya usia. Kanker ini jarang terjadi pada usia dibawah 30 tahun; 3% terjadi

selama kehamilan.

Page 20: ca mammae

Usaha-usaha untuk penemuan dini dapat dilakukan dengan baik dengan mengikutsertakan

masyarakat melalui penyuluhan-penyuluhan. Apabila ditemukan dalam stadium dini dan

mendapat terapi yang tepat dan adekuat maka bukan tidak mungkin kanker payudara dapat

disembuhkan. Kemajuan-kemajuan dalam penemuan dini yang dilengkapi dengan kemajuan

terapi pada dekade-dekade akhir, baik teknik operasi, radiasi, hormonal terapi dan

kemoterapi serta imunoterapi ataupun pelaksanaan kombinasi terapi dari modalitas terapi

yang didasarkan pada ketepatan penentuan staging dan pengenalan sifat-sifat biologis

kanker yang baik, semakin membawa harapan baru untuk penderita kanker payudara.

DEFINISI

Kanker payudara merupakan neoplasma ganas dimana terjadi pertumbuhan jaringan

payudara abnormal yang tidak memandang jaringan sekitarnya tumbuh infiltratif dan

destruktif serta dapat bermetastase.

EPIDEMIOLOGI

Insiden kanker payudara pada dekade terakhir ini memperlihatkan kecenderungan

meningkat. Hal ini diperkirakan disebabkan semakin baiknya edukasi dan teknologi yang

mempunyai dampak luas dalam penemuan penyakit, semakin tingginya keadaan status

sosial ekonomi yang mempunyai dampak pula terhadap perubahan pola hidup.

Di AS insiden kanker payudara 92 kasus baru/100.000 penduduk wanita dengan

mortalitasnya 27/100.000 yaitu 18% dari angka kematian pada wanita. Di Indonesia insiden

kanker payudara belum ada datanya, namun suatu data pathological base registration

mencatat bahwa kanker payudara ini menduduki tempat kedua (15,8%) dari sepuluh kanker

terbanyak setelah kanker mulut rahim.

Distribusi menurut lokasi tumor

Berdasar penelitian (Haagensen) kanker payudara lebih sering terjadi di kuadran lateral atas,

kemudian sentral (subareolar). Payudara sebelah kiri sering terkena dibandingkan dengan

sebelah kanan.

Distribusi menurut umur

Page 21: ca mammae

Berdasarkan umur, kanker payudara lebih sering ditemukan pada umur 40-49 tahun

(dekade V) sekitar 30% untuk kasus-kasus di Indonesia; di Jepang pun demikian yaitu 40,6%

kanker payudara ditemukan pada usia 40-49 tahun (Goi Sakamoto).

ETIOLOGI

Etiologi kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun terdapat beberapa faktor

resiko pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker payudara, yaitu:

Usia > 30 tahun

Tidak kawin dan nulipara

Melahirkan anak pertama usia > 35 tahun

Usia menarche < 12 tahun

Usia menopause > 50 tahun

Pernah mengalami infeksi, trauma, atau operasi tumor jinak pada payudara

Terapi hormonal lama

Pernah mengalami operasi ginekologis, seperti tumor ovarium

Pernah radiasi di daerah dada

Riwayat keluarga dengan kanker payudara pada ibu, saudara perempuan ibu,

saudara perempuan, adik atau kakak

Diet tinggi lemak, alkohol

TINGKAT PENYEBARAN

Kanker payudara sebagian besar mulai berkembang di duktus, setelah itu baru

menembus ke parenkim. Lima belas sampai empat puluh persen kanker payudara bersifat

multisentris.

Prognosis pasien ditentukan oleh tingkat penyebaran dan potensi metastasis.

Bila tidak diobati, ketahanan hidup lima tahun adalah 16-22%, sedangkan ketahanan

hidup sepuluh tahun adalah 1-5%. Ketahanan hidup bergantung pada tingkat penyakit, saat

Page 22: ca mammae

mulai pengobatan, gambaran histopatologik, dan uji reseptor estrogen yang bila positif lebih

baik.

PROSEDUR DIAGNOSTIK

A. Pemeriksaan Klinis

1. Anamnesis dan pemeriksaan fisik

Anamnesis dan pemeriksaan fisik ditunjukan terutama untuk mengidentifikasi

identitas penderita, faktor resiko, perjalanan penyakit tanda dan gejala kanker

payudara, riwayat pengobatan dan riwayat penyakit yang pernah diderita.

Setelah faktor resiko untuk kanker payudara ditemukan, pasien kemudian

diperiksa untuk simptom yang spesifik. Nyeri payudara dan nipple discharge

adalah keluhan yang paling sering, tapi tidak selalu petanda kanker, kelainan

jinak seperti fibrocystic disease dan papiloma intraduktal juga bisa bergejala

seperti ini. Malaise, nyeri tulang dan kehilangan berat badan adalah keluhan

yang jarang, tetapi merupakan adanya indikasi metastasis jauh.

Karena organ payudara dipengaruhi oleh faktor hormonal, antara lain estrogen

dan progesteron maka sebaiknya pemeriksaan payudara dilakukan disaat

pengaruh hormonal ini seminimal mungkin, yaitu setelah menstruasi lebih

kurang satu minggu dari hari pertama menstruasi. Dengan pemeriksaan fisik yang

baik dan teliti, ketepatan pemeriksaan untuk kanker payudara secara klinis cukup

tinggi.

Teknik pemeriksaan

1. Posisi duduk

Penderita duduk dengan tangan jatuh bebas samping, pemeriksa berdiri di

depan dalam posisi yang lebih kurang sama tinggi. Pada inspeksi dilihat:

simetris payudara kiri-kanan; keadaan papila; letak dan bentuknya; adakah

retraksi puting susu; kelainan kulit, tanda-tanda radang; peau d’ orange,

dimpling; ulserasi dan lain-lain.

2. Posisi berbaring

Page 23: ca mammae

Penderita berbaring dan diusahakan agar payudara jatuh tersebar merata

diatas lapang dada, sebaiknya punggung diganjal dengan bantal kecil, lakukan

palpasi dengan menggunakan falang distal dan falang medial jari II, III, IV dan

dikerjakan secara sistimatis mulai dari kranial setinggi iga ke-2 sampai distal

setinggi iga ke-6, serta daerah subareolar dan papila atau dilakukan secara

sentrifugal, terakhir dilakukan penekanan daerah papila untuk melihat

apakah ada cairan yang keluar. Dengan pemeriksaan rabaan halus akan lebih

teliti daripada dengan rabaan tekanan keras, rabaan halus akan dapat

membedakan kepadatan massa payudara.

3. Menetapkan keadaan tumornya

a. lokasi tumor berdasarkan kuadran di payudara atau terletak di daerah

sentral (subareola dan di bawah papil). Payudara dibagi atas empat

kuadran yaitu kuadran lateral atas, lateral bawah, medial atas, dan medial

bawah serta ditambah satu daerah sentral.

b. Ukuran tumor, konsistensi, batas tegas/tidak

c. mobilitas tumor terhadap kulit, otot pektoralis, atau dinding dada.

4. Memeriksa kelenjar getah bening regional

a. Aksila, yang ditentukan kelompok kelenjar :

Sebaiknya dalam posisi duduk, karena dalam posisi ini fossa aksila jatuh ke

bawah sehingga mudah untuk diperiksa dan lebih banyak dapat dicapai.

Pemeriksaan aksila kanan, tangan kanan pasien diletakkan atau dijatuhkan

lemas di tangan kanan atau bahu kanan pemeriksa dan aksila diperiksa

dengan tangan kiri pemeriksa. Yang diraba kelompok kelenja getah bening:

mamaria eksterna di anterior; di bagian anterior dan di bawah tepi otot

pektoralis aksila

subskapularis di posterior aksila

sentral di pusat aksila

apikal di ujung atas fasia aksilaris

Page 24: ca mammae

b. Supra dan infraklavikular, serta KGB leher utama, bagian bawah dipalpasi

dengan cermat dan teliti.

5. Organ lain yang diperiksa untuk melihat adanya metastasis, yaitu hepar, lien,

tulang belakang, dan tulang-tulang utama.

Adapun tanda dan gejala kanker payudara adalah :

Ada benjolan yang keras di payudara dengan atau tanpa rasa sakit

Bentuk puting berubah (retraksi nipple atau terasa sakit terus menerus) atau puting

mengelurkan cairan/darah (nipple discharge)

Ada perubahan pada kulit payudara diantaranya berkerut seperti kulit jeruk (peau

d’orange), melekuk kedalam (dimpling) dan borok (ulcus)

Adanya benjolan-benjolan kecil di dalam atau kulit payudara (nodul satelit)

Ada luka puting dipayudara yang sulit sembuh (paget disease)

Payudara terasa panas, memerah dan bengkak

Terasa sakit/nyeri (bisa juga ini bukan sakit karena kanker)

Benjolan keras itu tidak bergerak (terfiksasi) dan biasanya pada awal-awaknya tidak

terasa sakit

Apabila benjoln itu kanker, awalnya biasanya hanya pada satu payudara

Adanya benjolan di axila dengan atau tanpa massa di payudara

Kanker payudara lanjut sangat mudah dikenali dengan mengetahui kriteria inoperabilitas

Haagensen sebagai berikut:

Terdapat edema luas pada kulit payudara (lebih dari 1/3 luas kulit payudara)

Adanya nodul satelit pada kulit payudara

Kanker payudara jenid mastitis karsinomatosa

Terdapat nodul parasternal

Terdapat nodul supraklavikula

Adanya edema lengan

Page 25: ca mammae

Adanya metastasis jauh

Terdapat dua atau lebih tanda-tanda locally advanced:

- Ulserasi kulit

- Kulit terfiksir pada dinding toraks

- Kelenjar getah bening aksila diameternya lebih dari 2,5 cm

- Kelenjar getah bening aksila melekat satu sama lain

Page 26: ca mammae

CINICAL STAGING (TNM)

T- Tumor

Tx : Tumor primer tidak dapat ditetapkan

To : Tumor primer tidak dapat ditemukan

Tis : Carcinoma insitu [ Intraduktal Ca (DCIS), lobuler Ca in situ (LCIS), penyakit

Paget pada papilla ]

T1 : Tumor berdiameter < 2cm

a. Tumor diameter < 0,5 cm

b. Tumor diameter 0,5 - 1 cm

c. Tumor diameter 1 - 2 cm

T2 : Tumor diameter 2-5cm

T3 : Tumor diameter > 5cm

T4 : Tumor segala ukuran dengan ekstensi langsung ke dinding dan atau kulit

4a. Infiltrasi pada dinding dada ( fascia pectoralis )

4b. Infiltrasi pada kulit ( edem, ulserasi, lesi satelit )

4c. Infiltrasi pada dinding dada dan kulit

4d. Carsinoma inflamatory

N-kelenjar getah bening regional

Nx : Metastasis Inn tidak dapat ditetapkan

No : Metastasis Inn tidak dapat ditemukan

N1 : Metastasis Inn. axilla ipsilateral

N2a : Metastasis Inn. axilla ipsilateral terfiksir satu sama lain atau perlekatan

dengan struktur sekitarnya

N2b : Metastasis Inn. mamaria interna tanpa metastasis ke Inn.axilla

N3a : Metastasis Inn. infraklavikula dengan atau tanpa metastasis ke Inn.axilla

N3b : Metastasis Inn. mamaria interna dengan metastasis ke Inn.axilla

N3c : Metastasis Inn. Supraklavikula dengan atau tanpa metastasis ke Inn.axilla

M- metastase

Mx : Metastasis jauh tidak dapat ditetapkan

Page 27: ca mammae

Mo : Metastasis jauh tidak dapat ditemukan

M1 : Terdapat metastasis jauh.

STADIUM KLINIS

Adalah mutlak untuk menentukan stadium pada setiap proses keganasan, termasuk pada

kanker payudara. Berdasarkan stadium ini baru ditetapkan kebijakan pengobatan yang akan

diambil. Penentuan stadium pada kanker payudara berdasarkan klasifikasi sistem TNM.

Stadium I : T1a N0N1a M0

Stadium II : T0T1aT1b N1b M0

T2aT2b N0N1a M0

T2aT2b N1b M0

Stadium IIIa : T3aT3b N0N1 M0

T1a,b T2a,b N2 M0

T3a,b

Stadium IIIb : T1a,b T2a,b N3 M0

T3a,b

T4a,b N apa saja M0

Stadium IV : T apa saja N apa saja M1

B. Pemeriksaan Radiodiagnostik/Imaging

1. Diharuskan (Recommended)

USG payudara

Mulai dikembangkan oleh Wild dan Reid pada tahun 1952,pemeriksaan

dengan USG mempunyai beberapa keuntungan ,antara lain tidak

menggunakan sinar pengion,jadi tidak ada bahaya radissi,dan pemeriksaan

bersifat non-invasif,relative ,mudah dikerjakan,cepat dan dapat dipakai

berulang-ulang serta biayanya relative rendah.

Keuntungan menggunakan USG payudara sebagai pemeriksaan penunjung

yaitu ; berperan pada payudara yang padat sangta bermanfaat untuk

Page 28: ca mammae

membedakan apakah tumor itu solid/kistik :dapat mengenai pembesaran

kelenjer aksiler yang dapat merubah pengobatan dan prognosis

penderita,serta bermamfaat dalam penatalaksanaan pengobatan tumor

payudara dan sekaligus dapat membantu menilai prognosis penderita.

Tanda tomur ganas secara USG:

Lesi dengan batas tegas dan tidak teratur

Sktruktur echo lemah dan heterogen

Batas echo anterior lesi kuat,posterior lesi lemah sempai tidak ada

Adanya perbedaan besar tumor secara klinis dan secara USG

Tanda tumor jinak:

Lesi dengan batas tegas,licin dan teratur

Struktur echo biasa :

1. tidak ada sonulen,misalnya kista

2. lemah sampai menengah tetapi homogen misalnya pada

fibroadenoma

batas echo abterior lesi dan posterior :lesi bervarasi dari kuat atau

menengah

lateral acoustic shadow dari lesi dapat bilateral atau unilateral

Mammografi

Teknik pemeriksaan foto rontgen untuk jaringan lunak, memberikan

petunjuk adanya kelainan keganasan memeberikan tanda-tanda dan

sekunder.

Tanda primer = fibrosis reaktif,comet sign,perbedaan antara ukuran klinis

dan radiologist,adanya mikrokalsifikasi,spikuler dan distorsi pada struktur

payudara

Tanda sekunder = retraksi,penebalan kulit perubahan posisi papilla dan

areola,bertambahnya vaskularisasi,adanya metastasis ke kelenjar.

Page 29: ca mammae

Foto toraks

Pada foto thoraks,kita dapat mengetahui adanya atau tidaknya metastasis

ke organ paru baik secara homatogen dan limfogen

1) Metastasis hematogen

Gambaran radiologik

Dapat bersifat tunggal ( soliter ) atau ganda ( multiple )

Bayangan bulat berukuran beberapa millimeter sampai beberapa

sentimeter

Batas tegas

Dapat mengandung bercak kalsifikasi

2) Metastasis limfogen

Anak sebar melalui saluran limfogen sering menyebabkan pembesaran

kelenjar mediastinum yang dapat mengakibatkan penekanan pada

trakhea, esophagus, vena kava superior, dengan keluhan-keluhannya.

Anak sebar juga biasanya menetap di saluran limfepribronkial atau

perivaskular yang secara radiologik memberi gambaran.

USG abdomen (hepar)

Hal ini dilakukan untuk mencari jauhnya ekstensi tumor atau mencari

metastasis jauh. Pemeriksaan ini umumnya hanya dilakukan apabila

diperlukan. Pemeriksaan laboratorium untuk melihat toleransi operasi

penderita, juga dapat melihat kemungkinan adanya metastasis, misalnya

alkali fosfatase.

2. Optional (atas indikasi)

Bone scanning dan atau bone survey (bila sitologi dan atau klinis

mencurigai pada lesi > 5 cm)

Page 30: ca mammae

Indikasi : scanning tulang jauh lebih sensitive dari pada pemeriksaan X-

ray konvesional dalam mendeteksi destruksi tulang. Pemeriksaan ini

berguna mendeteksi metastasis keganasan primer sebelum perubahan

terlihat dengan pemeriksaan radiologik, serta dapat menetapkan lebih

tepat luasnya penjalaran lesi. Dengan demikian akan sangat berguna

untuk membuat rencana radioterapi. Dapat pula untuk menetapkan

daerah biopsy serta menciptakan luasnya lesi nonmaligna seperti

osteomielitis. Sering pula dimanfaatkan untuk membuat uji screening

terhadap penderita keganasan di payudara, paru dan pelvis, sebelum

dilakukan tindakan operasi. Untuk tulang yang sukar diperiksa diperiksa

secara radiologist, misalnya scapula,iga, dab stemum, pemeriksaan ini

akan sangat berguna. Pada osteogenik sarcoma, selain untuk mendeteksi

tumor primer, juga mendeteksi metastasisnya di paru.

Interoretasi: scanning positif bila aktivitas di tulang panjang dan tulang

belakang tidak simetris, atau tidak uniform. Kenaikan aktivitas selalu

berhubungan dengan luasnya lesi. Bila dikombinasikan dengan

pemeriksaan radiologist akan lebih bermanfaat.

CT scan

Biasanya tumor ganas menyebabkan peningkatan densitas setelah

penyuntikan kontras dibandingkan tunor jinak pada tumor ganas,CT

dapat membantu :

perencanaan radioterapi dalam menentukan tebal dinding dada

mengenai adanya metastasis pada kelenjar mammaria internal

mengenai pembesaran atau metastasis kelenjar aksiler atau adanya

perluasan tumor ganas berupa destruksi dinding dada

C. Pemeriksaan Sitologi – FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsy)

Dilakukan pada lesi yang secara klinis dan radiologik curiga ganas.

Page 31: ca mammae

FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsy) merupakan salah satu diagnosis awal, untuk

evaluasi masa di payudara. Pemeriksaan ini sangat berguna terutama lesi kistik.

Masa presisten atau rekuren setelah aspirasi berulang adalah indikasi untuk biopsi

terbuka(insisi atau eksisi).Belum merupakan Gold Standard. Bila mampu, dianjurkan

untuk diperiksa TRIPLE DIAGNOSTIC (klinis, mammografi, dan FNAB)

D. Pemeriksaan Histopatologi (Gold Standard Diagnostic)

Pemeriksaan histopatologi dilakukan dengan potong beku dan atau parafin. Bahan

pemeriksaan diambil melalui:

Core biopsy

Biopsi eksisi, dengan mengangkat seluruh jaringan tumor beserta sedikit

jaringan sehat disekitarnya bila tumor < 5 cm

Biopsi insisi, dengan mengangkat sebagian jaringan tumor dan sedikit

jaringan sehat, dilakukan untuk tumor:

- Operabel ukuran > 5 cm

- inoperabel

E. Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium rutin dan pemeriksaan kimia darah sesuai dengan

perkiraan metastasis.

PENGOBATAN

Dalam hal pengobatan yang perlu diketahui:

1. Pengobatan pada stadium dini akan memberi harapan kesembuhan dan harapan hidup

yang baik. Baker (J.Hopkin), 1977; mengatakan harapan hidup 5 dan 10 tahun untuk

stadium I adalah 90% dan 80%, stadium II adalah 70% dan 50%

2. Jenis-jenis pengobatan:

Pada stadium I, II, III awal (stadium operabel), sifat pengobatan adalah kuratif. Semakin

dini semakin tinggi kurasinya. Pengobatan pada stadium ini adalah operasi yang primer,

terapi lainnya hanya bersifat ajuvant. Untuk stadium I, II pengobatan adalah radikal

Page 32: ca mammae

mastektomi atau modified radikal mastektomi, dengan atau tanpa radiasi dan sitostatika

ajuvant. Terapi radiasi pasca operasi radikal mastektomi atau modified radikal

mastektomi, tergantung dari kondisi kelenjar getah bening aksila. Jika kelenjar getah

bening aksila mengandung metastase maka diberikan terapi radiasi ajuvant dan

sitostatika ajuvant. Jika kelenjar getah bening aksila tidak mengandung metastase, maka

terapi radiasi dan sitostatika ajuvant tidak diberikan. Stadium IIIa adalah simpel

mastektomi dengan radiasi dan sitostatika ajuvant.

Untuk stadium IIIb dan Iv, sifat pengobatannya adalah paliasi, yaitu terutama untuk

mengurangi penderitaan penderita dan memperbaiki kualitas hidup. Untuk stadium IIIb

atau yang dinamakan locally advanced pengobatan terutama adalah radiasi dan dapat

diikuti oleh modalitas lain yaitu hormonal terapi dan sitostatika (kemoterapi). Stadium IV

pengobatan yang primer adalah yang bersifat yang bersifat sistemik yaitu hormonal dan

kemoterapi. Radiasi terkadang diperlukan untuk paliasi pada daerah-daerah tulang

weigth bearing yang mengandung metastase atau pada tumor yang berdarah difuse dan

berbau yang menganggu sekitarnya.

Operasi (Pembedahan)

Operasi merupakan modalitas utama untuk penatalaksanaan kanker payudara. Modalitas

ini memberikann kontrol lokoregional yang dapat dibuktikan dengan pemeriksaan

histopatologi dan dari spesimen operasi dapat ditentukan tipe dan grading tumor, status

kelenjar getah bening aksila, faktor prediktif dan faktor prognosis tumor(sesuai faktor

diatas tidak bisa diperoleh dari modalitas lain) Berbagai jenis operasi pada kanker

payudara adalah Classic Radical Mastectomy (CRM), Modified Radical Mastectomy

(MRM), Skin Sparing Mastectomy (SPM), Nipple Sparing Mastectomy (NSP) dan Breast

Conserving Tretment (BCT).

CRM adalah operasi pengangkatan seluruh jaringan payudara beserta tumor, nipple

areola komplek, kulit diatas tumor, otot pektoralis mayor dan minor serta diseksi aksila

level I-III. Operasi ini dilakukan bila ada infiltrasi tumor ke fascia atau otot pektoral tanpa

ada metastasis jauh. Jenis operasi ini mulai ditinggalkan karena morbiditas tinggi

sementara nilai kuratifitas sebanding MRM.

Page 33: ca mammae

MRM adalah operasi pengangkatan seluruh jaringan payudara beserta tumor, nipple

areola kompleks, kulit di atas tumor dan fascia pektoral serta diseksi aksila level I-

II. Operasi ini dilakukan pada kanker payudara stadium dini dan lokal lanjut. Merupakan

jenis operasi yang banyak dilakukan. Kuratifitas sebanding CRM.

SSM adalah operasi pengangkatan seluruh jaringan payudara beserta tumor dan nipple

areola kompleks dengan mempertahankan kulit sebanyak mungkin sera diseksi aksila

level I-II. Operasi harus disertai rekonstruksipayudara secara langsung yang umumnya

adalah TRAM flap (Transverese rektus abdominis musculotaneus flap), LD flap (latissimus

dorsi flap) atau implant (silicon). Lakukan pada tumor stadium dini dengan jarak tumor ke

kulit jauh (.2cm) atau stadium dini yang tidak memenuhi syarat untuk BCT.

NSP adalah operasi pengangkatan seluruh jaringan payudara beserta tumor dengan

mempertahankan nipple areola kompleks dan kulit serta diseksi aksila level I-II. Operasi

ini , juga harus disertai rekonstruksi payudara secara langsung yang umumnya adalah

TRAM flap (Transverese rektus abdominis musculotaneus flap), LD flap (latissimus dorsi

flap) atau implant (silicon). Dilakukan tumor stadium dini dengan ukuran 2cm atau

kurang, lokasi perifer, secara klinis NAC tidak terlibat, kelenjar getah bening N0,

histopatologi baik, dan potong beku sub areola: bebas tumor (Devita 2008, hal 1638).

BCT adalah terapi yang komponennya terdiri dari lumpektomi atau segmentektomi atau

kuadranektomi dan diseksi aksila serta radioterapi. Jika terdapat fasilitas, lymphatic

mapping dengan Sentinel Lymph Node Biosy (SLNB) dapat dilakukan untuk menggantikan

diseksi aksila. Terapi ini memberikan survival yang sama dengan MRM. Syarat dapat

dilakukan yakni tepi sayatan bekas tumor (dipotong dengan potong beku), radioterapi

dapat dilakukan dan kosmetik dapat diterima. Kontra indikasi yang tidak memenuhi ke 3

syarat tersebut adalah:

a. Tumor yang multisentris , sehingga margin tidak bebas tumor

b. Mikrokalsifikasi yang luas/difus

c. Riwayat radiasi sebelumnya

d. Penyakit kolagen (SLE, Scleroderma) terutama yang ketergantungan terhadap steroid

e. Ukuran tumor yang besar sedangkan payudara kecil

Page 34: ca mammae

f. Letak sentral atau dibawah

g. Pada wanita hamil trisemester kedua atau ketiga tidak merupakan kontra

indikaskarena radioterapi dapat ditunda hingga melahirkan

h. Pada riwayat keluarga (+)

Radiotherapy

Radiotherapy biasanya digunakan pada terapi kuratif Breast Conserving Treatment (BCT).

Dan sebagai terapi tambahan atau sebagai paliatif.

Radiotherapy kuratif sebagai therapy tunggal lokoregional ( kawasan payudara dan

ketiak) tidak begitu efektif. Tetapi sebagai therapy tambahan pada tumor yang relative

besar (T4) mungkin berguna.

Biasanya seluruh payudara dan kelenjar supraclavicle diradiasi. Penyulitnya adalah

pembengkakan lengan karena limfudem akibat rusaknya kel axilla supra clavicular.

Kesimpulan : Radiasi harus dipertimbangkan pada Ca mammae yang inoperable atau jika

ada metastasis. Kadang masih dapat dipikirkan amputasi mammae setelah tumor

mengecil oleh radiasi.

Hormonal terapi

Dari pemberian terapi hormonal ini adalah kenyataan bahwa 30-40% kanker payudara

adalah hormon dependen. Terapi ini semakin berkembang dengan ditemukannya

estrogen dan progesteron reseptor. Pada kanker payudara dengan estrogen reseptor dan

preogerteron reseptor yang positif respon terapi hormonal sampai 77%.

Hormonal terapi merupakan terapi utama pada stadium IV disamping kemoterapi, karena

kedua-duanya merupakan terapi sistemik. Dibedakan tiga golongan penderita menurut

status menstruasi, yaitu premenopause, 1-5 tahun menopause, dan post menopause.

Untuk premenopause terapi hormonal berupa terapi ablasi, yaitu bilateral oopharektomi.

Untuk postmenopause terapi hormonal berupa pemberian obat anti estrogen. Untuk 1-5

Page 35: ca mammae

tahun menopause, jenis terapi hormonal tergantung dari aktivitas efek estrogen. Efek

estrogen positif dilakukan terapi ablasi, efek estrogen negatif dilakukan pemberian obat

anti estrogen.

Kemoterapi

Terapi ini bersifat sistemik, bekerja pada tingkat sel. Terutama diberikan pada kanker

payudara yang sudah lanjut, bersifat paliatif; tetapi dapat pula diberikan pada kanker

payudara yang sudah dilakukan operasi mastektomi, bersifat terapi ajuvant. Biasanya

diberikan terapi kombinasi CMF. (C.Cyclophosphamide=endoxan; M=Methotrexate; F: 5

Fluorouracil).

PROGNOSIS

Prognosis kanker payudara ditentukan oleh:

1. Staging (TNM)

Semakin dini semakin baik prognosisnya

Stadium I : 5-10 tahun 90-80%

Stadium II : 5-10 tahun 70-50%

Stadium III : 5-10 tahun 20-11%

Stadium IV : 5-10 tahun 0%

Untuk stadium 0 (in situ) 96,2%

2. Jenis histopatologi keganasan

Karsinoma in situ mempunyai prognosis yang baik dibandingkan dengan karsinoma

yang sudah invasif.

SCREENIG

Metoda:

1. SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri)

Dilakukan pada wanita mulai usia subur, setiap 1 minggu setelah hari pertama haid

terakhir.

Page 36: ca mammae

2. Pemeriksaaan fisik

Dilakukan oleh dokter.

3. Mammografi

Pada wanita usia 35-50 tahun : setiap 2 tahun

Pada wanita usia > 50 tahun : setiap 1 tahun

Page 37: ca mammae

DAFTAR PUSTAKA

Albar ZA, Tjindarbumi D, Ramli M. Protokol Peraboi 2003. Bandung. 2004; hal. 2-15.

Anderson Silvia, McCarty Lorraine, et al. Patofisiologi-Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit . Edisi VI. Jakarta. Penerbit buku kedokteran EGC. 2006; hal. 1140-1144.

De Jong Wim, Sjamsuhidajat R, Editor. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II. Jakarta.

Penerbit buku kedokteran EGC. 2005;hal. 392.

Reksoprodjo, Soelarto. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta. Binarupa Aksara.

hal.322-341.

Suyatno,dr, dkk.Bedah Onkologi Diagnostik Dan Terapi.Jakarta.2009.Hal 35-79