By. Domy Pradana Putra

11
Uji Potensi Air Perasan Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Seba- gai Insektisida Terhadap Nyamuk Culex sp. Dewasa Dengan Metode Elektrik . Aswin Djoko Baskoro*, R. Setyohadi*, Domy Pradana Putra** ABSTRAK Pradana Putra, Domy. 2011. Uji Potensi Air Perasan Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Sebagai Insektisida Terhadap Nyamuk Culex sp. Dewasa Dengan Metode Elektrik . Tugas Akhir, Fakultas Kedokteran Un- iversitas Brawijaya. Pembimbing : (1) dr. Aswin Djoko Baskoro, MS, Sp.ParK (2) drg.R.Setyohadi,MS. Nyamuk dari genus Culex merupakan vektor biologis dari penyakit Filariasis, Japanese B encephalitis, dan Demam Chikungunya yang masih menjadi masa- lah kesehatan serius di Indonesia. Salah satu cara pemberantasan nyamuk yang paling sering digunakan adalah dengan menggunakan insektisida. Penggunaan insektisida kimiawi yang bertujuan untuk membunuh nyamuk dewasa juga menimbulkan permasalahan tersendiri yaitu timbulnya resistensi nyamuk dan efek toksik pada manusia. Oleh karena itu, diperlukan adanya insektisida alterna- tif yang lebih aman bagi lingkungan. Salah satunya adalah dengan mengguna- kan buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.)Kandungan aktif buah belimbing wuluh yang diduga bermanfaat sebagai insektisida adalah flavonoid,saponin dan tanin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi insektisida air perasan buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) terhadap nyamuk culex sp. dewasa. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris murni dengan menggunakan metode post test only control group design. Sampel yang digunakan adalah 20 ekor nyamuk Culex sp dewasa tiap perlakuan. air perasan buah belimbing wuluh dilarutkan kedalam gabus dan gabusnya dipanaskan menggunakan alat pemanas obat nyamuk elektrik ke dalam kandang plastik berukuran 100 cm x 100 cm x 60cm yang telah berisi 20 nyamuk Culex sp. Pengulangan dilakukan sebanyak empat kali dengan jumlah perlakuan sebanyak lima jenis yaitu kontrol negatif (larutan aquades steril), kontrol positif (larutan d- aletrin 0.01 lg/l), serta konsentrasi air perasan buah belimbing wuluh sebesar 70 %; 60 %; dan 50%. Setiap perlakuan diamati pada enam interval waktu yaitu pa- da menit ke-5, ke-10, ke-15, ke-20, ke-25, ke-30, ke-35, ke-40, ke-45, ke-50, ke- 55, ke-60, dan ke-1440. Kesimpulan yang dapat diambil adalah air perasan buah belimbing wuluh dapat berpotensi sebagai insektisida terhadap nyamuk culex sp dewasa. Kata kunci : buah belimbing wuluh, insektisida, culex sp. * Laboratorium Parasitologi FKUB ** Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter FKUB

description

Uji Potensi Air Perasan Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) SebagaiInsektisida Terhadap Nyamuk Culex sp. Dewasa Dengan MetodeElektrikABSTRAK Nyamuk dari genus Culex merupakan vektor biologis dari penyakit Filariasis,Japanese B encephalitis, dan Demam Chikungunya yang masih menjadi masalahkesehatan serius di Indonesia. Salah satu cara pemberantasan nyamuk yangpaling sering digunakan adalah dengan menggunakan insektisida. Penggunaaninsektisida kimiawi yang bertujuan untuk membunuh nyamuk dewasa jugamenimbulkan permasalahan tersendiri yaitu timbulnya resistensi nyamuk danefek toksik pada manusia. Oleh karena itu, diperlukan adanya insektisida alternatifyang lebih aman bagi lingkungan. Salah satunya adalah dengan menggunakanbuah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.)Kandungan aktif buah belimbingwuluh yang diduga bermanfaat sebagai insektisida adalah flavonoid,saponin dantanin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi insektisida air perasanbuah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) terhadap nyamuk culex sp. dewasa.Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris murni denganmenggunakan metode post test only control group design. Sampel yangdigunakan adalah 20 ekor nyamuk Culex sp dewasa tiap perlakuan. air perasanbuah belimbing wuluh dilarutkan kedalam gabus dan gabusnya dipanaskanmenggunakan alat pemanas obat nyamuk elektrik ke dalam kandang plastikberukuran 100 cm x 100 cm x 60cm yang telah berisi 20 nyamuk Culex sp.Pengulangan dilakukan sebanyak empat kali dengan jumlah perlakuan sebanyaklima jenis yaitu kontrol negatif (larutan aquades steril), kontrol positif (larutan daletrin0.01 lg/l), serta konsentrasi air perasan buah belimbing wuluh sebesar 70%; 60 %; dan 50%. Setiap perlakuan diamati pada enam interval waktu yaitu padamenit ke-5, ke-10, ke-15, ke-20, ke-25, ke-30, ke-35, ke-40, ke-45, ke-50, ke-55, ke-60, dan ke-1440. Kesimpulan yang dapat diambil adalah air perasan buahbelimbing wuluh dapat berpotensi sebagai insektisida terhadap nyamuk culex spdewasa.Kata kunci : buah belimbing wuluh, insektisida, culex sp.

Transcript of By. Domy Pradana Putra

Page 1: By. Domy Pradana Putra

Uji Potensi Air Perasan Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Seba-gai Insektisida Terhadap Nyamuk Culex sp. Dewasa Dengan Metode

Elektrik .

Aswin Djoko Baskoro*, R. Setyohadi*, Domy Pradana Putra**

ABSTRAK

Pradana Putra, Domy. 2011. Uji Potensi Air Perasan Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Sebagai Insektisida Terhadap Nyamuk Culex sp. Dewasa Dengan Metode Elektrik . Tugas Akhir, Fakultas Kedokteran Un-iversitas Brawijaya. Pembimbing : (1) dr. Aswin Djoko Baskoro, MS, Sp.ParK (2) drg.R.Setyohadi,MS.

Nyamuk dari genus Culex merupakan vektor biologis dari penyakit Filariasis, Japanese B encephalitis, dan Demam Chikungunya yang masih menjadi masa-lah kesehatan serius di Indonesia. Salah satu cara pemberantasan nyamuk yang paling sering digunakan adalah dengan menggunakan insektisida. Penggunaan insektisida kimiawi yang bertujuan untuk membunuh nyamuk dewasa juga menimbulkan permasalahan tersendiri yaitu timbulnya resistensi nyamuk dan efek toksik pada manusia. Oleh karena itu, diperlukan adanya insektisida alterna-tif yang lebih aman bagi lingkungan. Salah satunya adalah dengan mengguna-kan buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.)Kandungan aktif buah belimbing wuluh yang diduga bermanfaat sebagai insektisida adalah flavonoid,saponin dan tanin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi insektisida air perasan buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) terhadap nyamuk culex sp. dewasa. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris murni dengan menggunakan metode post test only control group design. Sampel yang digunakan adalah 20 ekor nyamuk Culex sp dewasa tiap perlakuan. air perasan buah belimbing wuluh dilarutkan kedalam gabus dan gabusnya dipanaskan menggunakan alat pemanas obat nyamuk elektrik ke dalam kandang plastik berukuran 100 cm x 100 cm x 60cm yang telah berisi 20 nyamuk Culex sp. Pengulangan dilakukan sebanyak empat kali dengan jumlah perlakuan sebanyak lima jenis yaitu kontrol negatif (larutan aquades steril), kontrol positif (larutan d-aletrin 0.01 lg/l), serta konsentrasi air perasan buah belimbing wuluh sebesar 70 %; 60 %; dan 50%. Setiap perlakuan diamati pada enam interval waktu yaitu pa-da menit ke-5, ke-10, ke-15, ke-20, ke-25, ke-30, ke-35, ke-40, ke-45, ke-50, ke-55, ke-60, dan ke-1440. Kesimpulan yang dapat diambil adalah air perasan buah belimbing wuluh dapat berpotensi sebagai insektisida terhadap nyamuk culex sp dewasa. Kata kunci : buah belimbing wuluh, insektisida, culex sp. * Laboratorium Parasitologi FKUB ** Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter FKUB

Page 2: By. Domy Pradana Putra

Starfruit Juice (Averrhoa bilimbi l.) Potential Test As an Insecticide Against Adult Mosquitoes Culex sp. with Electric Method

Aswin Djoko Baskoro*, R. Setyohadi*, Domy Pradana Putra**

ABSTRACT

Pradana Putra, Domy. 2011. Starfruit Juice (Averrhoa bilimbi l.) Potential Test As an Insecticide Against Adult Mosquitoes Culex sp. with Electric Method. Final Project, Faculty of Medicine, UB. Supervisor: (1) dr. Aswin Djoko Baskoro, MS, Sp.ParK (2) drg.R.Setyohadi, MS.

Mosquitoes of the genus Culex are biological vectors of disease filariasis, Japanese B encephalitis, and chikungunya fever is still a serious health problem in Indonesia. One way to eradicate the mosquito that most commonly used is by using insecticides. The use of chemical insecticides which aims to kill adult mosquitoes also raises its own issues ie the emergence of mosquito resistance and toxic effects in humans. Therefore, the necessary existence of alternative insecticides that are safer for the environment. One way is to use fruit starfruit (Averrhoa bilimbi L.) fruit starfruit active content that allegedly useful as insecticides are flavonoids, saponins and tannins. This study aims to determine the potential for fruit juice insecticide starfruit (Averrhoa bilimbi L.) against the mosquito Culex sp. adult. This study is purely experimental research laboratory using post test only control group design. The sample used was 20 sp adult Culex mosquitoes per treatment. starfruit juice fruit dissolved into the cork and the cork is heated using an electric heater mosquito into plastic cages measuring 100 cm x 100 cm x 60cm which already contains 20 mosquito Culex sp. Repetitions performed four times by the number of treatments as many as five types of negative control (sterile aquades solution), positive control (solution d-aletrin 0:01 lg / l), as well as the concentration of fruit starfruit juice by 70%, 60% and 50% . Each treatment was observed in six-minute time interval that is on the 5th, 10th, 15th, 20th, 25th, 30th, 35th, 40th, 45th, 50th, 55th, 60th, and to-1440. The conclusion that can be taken are starfruit juice of the fruit can be potentially as an insecticide against adult mosquitoes Culex sp.

Key words: fruit starfruit, insecticides, Culex sp.

* Laboratorium Parasitologi FKUB ** Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter FKUB

Page 3: By. Domy Pradana Putra

PENDAHULUAN Musim penghujan di negara

Republik Indonesia yang beriklim tropis, sangat mendukung perkem-bangbiakan nyamuk. Nyamuk meru-pakan serangga yang banyak kita jumpai di sekitar kita. Habitatnya ju-ga beragam, mulai yang hidup di ra-wa-rawa hingga yang hidup di dalam rumah. Populasi nyamuk yang san-gat tinggi, terlebih di daerah tropis yang relatif banyak mendapatkan curah hujan sehingga, menyediakan tempat berkembangbiak bagi mere-ka.

Nyamuk merupakan salah satu serangga penting yang harus diwas-padai karena dapat menginfeksi ma-nusia dengan gigitannya, dan mela-lui gigiran inilah nyamuk menimbul-kan berbagai macam penyakit. Se-lain bintik merah dan rasa gatal yang ditimbulkan di kulit, juga karena ke-mampuan mereka sebagai transmit-ter dari banyak penyakit (Arthropoda borne disease)1. Salah satu genus nyamuk yang sering menimbulkan masalah kesehatan adalah Culex yang merupakan spesies dari family Culicidae, tibus Culini, genus Culex, dan merupakan vektor dari penyakit-penyakit seperti Filariasis (penyakit kaki gajah), Chikungunya, japanese B Encephalitis, St. Louis Encephali-tis, Western Eguine Encephalomyeli-tis dan california encephalomyelitis2.

Keadaan geografis indonesia tampaknya sangat cocok untuk ke-berlangsungan daur hidup dan sur-vival banyak spesies nyamuk den-gan variasi spesies dan bionomik. Pada saat musim penghujan, dapat dijumpai banyak genangan air di berbagai tempat. Saat-saat seperti itulah nyamuk mendapatkan tempat yang nyaman untuk bertelur dan berkembang biak. Sementara indo-nesia mencatat angka 4% berarti sekitar 6 juta orang seudah terinfeksi penyakit karena nyamuk dan 100

juta orang mempunyai resiko tinggi untuk tertular karena nyamuk. Fila-riasis (kaki gajah) diperkiraan lebih dari 8000 penderita berada di indo-nesia3. Sedangakan di Yogyakarta paling tidak 400 warga kabupaten Bantul dan 58 warga Kuncen, kota Yogyakarta yang terserah Chikun-gunya4. Saat inipun daerah Jawa timur merupakan daerah endemis Filariasis, terutama di daerah Ma-lang. Penyebaran Filariasis sebe-lumnya hanya di tujuh kecamatan, yaitu Donomulyo, Poncokusumo, Bantur, Gondanglegi, Gedangan, Pujon, dan kepanjen saat ini, perse-baran penyakit itu merambah hingga ke kecamatan lain yaitu Sumber-manjing Wetan, Karangploso, Nga-jum, Dau dan Kromengan5.

Tindakan preventif terhadap penyebaran nyamuk ini merupakan hal terpenting untuk memutuskan rantai penularan penyakit-penyakit yang ditimbulkannya. Dalam rangka pemberantasan vektor penyakit ter-sebut, usaha yang telah dilakukan yaitu penggunaan insektisida untuk membunuh nyamuk dewasa, peng-gunaan Abate sebagai larvasida, dan repellant untuk mencegah gigi-tan nyamuk.

Penggunaan insektisida orga-nik sintetik sayangnya tidak disertai dengan perhatian terhadap efek samping yang bisa terjadi. Penggu-naan dosis yang subletal merang-sang terjadinya adaptasi diri seran-gan terhadap insektisida. Sifat ini akan diturunkan ke generasi berikut-nya sehingga timbul populasi baru yang resisten terhadap suatu jenis insektisida6.

Resistensi vektor terhadapat insektisida terus meluas dan mem-pengaruhi program kontrol penyakit di beberapa negara. Selama tahun 1971-1980 terjadi peningkatan resis-tensi hingga 265% terhadap spesies Arthropoda, yaitu dari 313 menjadi

Page 4: By. Domy Pradana Putra

829 spesies. Perkembangan tingkat resistensi ini terjadi pada semua ke-lompok insektisida (DDT, organofos-fat, karbamat, fumigant, dan lain-nya)seperti yang dilaporkan Georg-hiou dan Mellon. Lebih-lebih paling sedikit 89 spesies dari nyamuk (Dip-tera: Culicidae) yang dilaporkan menjadi resisten terhadap satu atau lebih jenis Insektisida7. Selain terja-dinya resisten ternyata ada bebera-pa insektisida yang memiliki efek toksik pada manusia8.

Berdasarkan dari beberapa hasil penelitian terlihat mengarah kepada penggunaan bahan-bahan yang terdapat di alam yang lebih aman untuk manusia dan lingkun-gan, serta sumbernya tersedia di alam dalam jumlah besar. Berbagai jenis tumbuhan berfungsi sebagai sumber hayati yang penting bagi manusia, diantaranya dapat diman-faatkan sebagai insektisida.

Tanaman belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) telah diman-faatkan sebagai obat tradisional. Adapaun kandungan kimia dari be-limbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) yaitu alkanoid, saponin, dan flavono-id. Saponin merupakan golongan senyawa triterpenoid yang dapat di-gunakan sebagai insektisida9. Dari uraian diatas maka dilakukan peneli-tian untuk membuktikan efek pem-bunuh nyamuk (metode elektrik) dari air perasan buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) sehingga dapat dibuktikan secara ilmiah bahwa air perasan buah belimbing wuluh me-miliki efek insektisida.

METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan

penelitian eksperimental laboratoris dengan rancangan true eksperimental – post test only control group design, yang bertujuan untuk mengetahui efek insektisida air perasan BuahBelimbing wuluh

(A. bilimbi) terhadap nyamuk Culex sp. dewasa.

Kelompok kontrol dibagi men-jadi kelompok kontrol positif dan kontrol negatif. Kelompok kontrol positif mendapat gabus pembasmi nyamuk elektrik yang diberi d-aletrin 0.01 lg/l. Kelompok kontrol negatif mendapat gabus pembasmi nyamuk elektrik yang sudah disterilkan den-gan alkohol 70% selama 12 jam dan direndam dalam aquades steril se-lama 12 jam. Untuk kelompok perla-kuan, dibagi menjadi dibagi menjadi 3 kelompok dengan konsentrasi pe-rasan blimbing wuluh yang berbeda, yaitu 50%, 70%, dan 100%.

Populasi penelitian ini adalah nyamuk dewasa Culex sp.yang dibiakkan mulai dari larva di Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Sampel penelitian yang diambil ber-dasarkan kriteria inklusi dan eksklu-si. Kriteria inklusi berupa nyamuk Culex sp. jantan dan betina; nyamuk Culex sp. yang masih aktif; nyamuk Culex sp. yang memiliki anggota tubuh lengkap; nyamuk Culex sp. dewasa yang berumur 12-15 hari. Kriteria eksklusinya adalah nyamuk Aedes aegypti jantan dan betina

Jumlah pengulangan yang di-perlukan untuk penelitian ini minimal 4 kali. Tiap perlakuan membutuhkan 20 ekor nyamuk dewasa maka setiap kali percobaan membutuhkan 3 kali perlakuan dan 1 kontrol negatif serta 1 kontrol positif sehingga berjumlah 100 ekor Setiap perlakuan diamati pada enam interval waktu yaitu pada menit ke-5, ke-10, ke-15, ke-20, ke-25, ke-30, ke-35, ke-40, ke-45, ke-50, ke-55, ke-60, dan ke-1440.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah air perasan belimbing wuluh dengan berbagai kosentrasi dan menentukan waktu misalnya menit ke 5, menit ke-10,

Page 5: By. Domy Pradana Putra

menit ke 15, dsb. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah nyamuk dewasa Culex sp yang mati oleh pemberian air perasan belimbing wuluh pada konsentrasi tertentu.

Penelitian ini memerlukan sangkar berukuran 100 x 100 x 60 cm yang dibatasi oleh plastic ser-angga sebagai tempat untuk menampung nyamuk yang dipakai untuk penelitian. Selain itu diperlu-kan juga alat pemanas elektrik den-gan gabus. Untuk kontrol positif, ga-bus tidak diberikan perlakuan apa-apa, sedangkan untuk kelompok kontrol negative dan perlakuan, se-belumnya direndam alkohol selama 12 jam dan kemudian direndam dalam larutan yang diinginkan. Se-dangkan untuk menghitung waktu berapa lama perlakuan, dibutuhkan timer.

Data yang diperoleh adalah data kuantitatif dari penghitungan nyamuk yang mati di dalam kandang dengan konsentrasi perasan blimb-ing wuluh 50%, 70%, dan 100%, pemberian kontrol positif dan negatif selama enam interval waktu yang diberikan. Data kematian nyamuk akan diolah dengan menggunakan formula Abbot menjadi data potensi insektisida yang disajikan dalam bentuk tabel. Analisa data dilakukan dengan menggunakan program SPSS (Statistical Product Service Solution) Edisi 16, menggunakan Uji Anova, korelasi dan regresi.

HASIL PENELITIAN Penelitian terdiri dari 5 perla-

kuan, yaitu kontrol positif, negatif, dan perlakuan menggunakan pera-san blimbing wuluh. Hasil penelitian berupa potensi air perasan buah belimbing wuluh terhadap nyamuk Culex sp dewasa pada beberapa konsentrasi dan interval terdapat pada tabel 5.5.

Uji statistik yang pertama adalah untuk menentukan normalitas data potensi insektisida dengan menggunakan metode uji normalitas Kolmogorov Smirnov. Hasil uji ini menunjukan bahwa data potensi insektisida memiliki distribusi data yang normal yaitu sebesar p = 0,241 (p > 0,05). Setelah menentukan normalitas data, selanjutnya menentukan apakah data potensi insektisida pada kelompok perlakuan memiliki varians yang berbeda atau tidak dengan menggunakan uji homogenitas Levene. Hasil uji ini menunjukan bahwa data potensi insektisida pada kelompok perlakuan memiliki varian yang relatif homogen yaitu sebesar p = 0,147 (p > 0,05). Dari hasil beberapa uji statistik di atas, maka dapat diketahui bahwa data potensi insektisida memiliki data yang berdistribusi normal dengan varian data yang homogen. Dengan demikian, metode statistik yang digunakan adalah metode parametrik yaitu ANOVA, Korelasi Pearson dan Regresi Linier.

Untuk mengetahui secara keseluruhan ada atau tidaknya perbedaan dari variasi waktu dan variasi perlakuan atau konsentrasi air perasan buah belimbing wuluh maka sebelumnya dilakukan uji analisis ragam atau Uji Two – way ANOVA.

Pada bagian waktu, terlihat angka Sig. (signifikansi) sebesar 0.000 yang berada di bawah alpha (0.05), sehingga tolak Ho. Hal ini menyatakan bahwa antar kelompok waktu menunjukkan adanya pengaruh waktu pengamatan yang berbeda secara signifikan terhadap kematian nyamuk. Pada bagian perlakuan, terlihat angka sig. (signifikansi = P-Value) sebesar 0.000 yang berada di bawah alpha (0.05), sehingga tolak Ho. Dengan kata lain antar perlakuan

Page 6: By. Domy Pradana Putra

Tabel 5.5 Potensi air perasan buah belimbing wuluh terhadap nyamuk Culex sp dewasa pada beberapa konsentrasi dan interval

Waktu Larutan air perasan 50% 60% 70%

5 menit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Rerata ± SD 0 ± 0 0 ± 0 0 ± 0 10 menit 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0

Rerata ± SD 0 ± 0 0 ± 0 0 ± 0 15 menit 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0

Rerata ± SD 0 ± 0 0 ± 0 0 ± 0 20 menit 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0

Rerata ± SD 0 ± 0 0 ± 0 0 ± 0 25 menit 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0

Rerata ± SD 0 ± 0 0 ± 0 0 ± 0 30 menit 0 1 5

0 0 2 0 0 5 0 0 2

Rerata ± SD 0 ± 0 0.25 ± 0.5 3.5 ± 1.73205 35 menit 0 2 7

0 1 6 0 2 9 0 1 7

Rerata ± SD 0 ± 0 1.5 ± 0.57735 7.25 ± 1.25831 40 menit 7 9 10

6 6 10 7 8 11 7 7 10

Rerata ± SD 6.75 ± 0.5 7.5 ± 1.29099 10.25 ± 0.5 45 menit 8 9 12

11 12 14 9 10 13 9 10 13

Rerata ± SD 9.25 ± 1.25831 10.25 ±1.25831 13 ± 0.81650 50 menit 12 13 14

11 16 15 12 14 15 11 12 16

Page 7: By. Domy Pradana Putra

Rerata ± SD 11.5 ± 0.57735 13.75 ±1.70783 15 ± 0.81650 55 menit 12 15 15

14 16 15 13 16 16 14 15 16

Rerata ± SD 13.25 ±0.95743 15.5 ± 0.57735 15.5 ± 0.57735 60 menit 17 18 18

17 19 19 17 19 20 17 19 20

Rerata ± SD 17 ± 0 18.75 ± 0.5 19.25 ±0.95743 1440 menit 20 20 20

20 20 20 20 20 20 20 20 20

Rerata ± SD 20 ± 0 20 ± 0 20 ± 0 menunjukkan adanya perbedaan secara signifikan (bermakna) pada pengaruh perlakuan dengan air perasan buah belimbing wuluh terhadap kematian nyamuk.

Oleh karena antara variasi perlakuan dan waktu menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan, maka perlu dilakukan analisis satu per satu untuk mengetahui adanya perbedaan tersebut secara rinci yaitu dengan menggunakan metode One-way ANOVA. Dari hasil perhitungan dengan One-Way ANOVA untuk tiap perlakuan pada setiap waktu pengamatan pada menit ke-5,10,15,20,25 dan 1440 didapatkan nilai p (sig) = 1.00 oleh karena p > 0.05; maka Ho diterima atau jumlah kematian nyamuk tiap perlakuan sama. Sedangkan untuk perlakuan pada menit ke-30 = 0.002, menit ke 35 = 0.000, menit ke-40 = 0.001, menit ke-45 = 0.003, menit ke-50 = 0.006, menit ke-55 dan 60 = 0.002 didapatkan nilai p (sig) = 0.000. Oleh karena p < 0.05; maka Ho ditolak atau potensi insektisida tiap perlakuan berbeda.

Selanjutnya untuk mengetahui secara lebih rinci pasangan kelompok perlakuan pada setiap waktu pengamatan yang saling berbeda secara signifikan dan

pasangan kelompok perlakuan yang tidak berbeda maka dilakukan uji Post Hoc dengan cara Tukey.

Analisis selanjutnya adalah analisis Korelasi Pearson. Berdasarkan hasil analisis pengaruh perlakuan (konsentrasi) terhadap potensi insektisida pada tiap waktu pengamatan, diketahui bahwa pada tiap waktu pengamatan didapatkan nilai signifikansi 0.013 dengan koefisien korelasi dari analisis Korelasi Pearson adalah 0.401 Berdasarkan perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa hubungan antara perlakuan (konsentrasi) dengan potensi insektisida pada tiap waktu pengamatan sangat kuat dan arahnya positif. Sedangkan pada hasil analisis pengaruh waktu pengamatan terhadap potensi insektisida pada tiap perlakuan (konsentrasi) didapatkan nilai signifikansi 0.000 dengan koefisien korelasi dari analisis korelasi Pearson adalah 0.659. Sehingga dapat disimpulkan bahwa antara waktu pengamatan dengan potensi insektisida pada tiap perlakuan (konsentrasi) memiliki hubungan yang sangat kuat dengan arah yang positif

Analisa selanjutnya adalah menggunakan dengan uji Regresi

Page 8: By. Domy Pradana Putra

Linier untuk mengetahui pengaruh dan model persamaan sebagai estimasi dalam memperkirakan jumlah kematian nyamuk pada tiap konsentrasi dan tiap waktu pengamatan dan apakah dapat dijadikan sebuah persamaan linier. Dari persamaan uji Regresi linier di dapat diinterpretasikan sebagai berikut, a = -7,948 artinya jumlah nyamuk yang mati rata – rata sebesar -7,948 satuan jika tidak ada variabel X1 (waktu) dan X2 (konsentrasi); b1 = 0,006 artinya jumlah nyamuk yang mati akan

meningkat sebesar 0,006 satuan untuk setiap tambahan satu satuan X1 (waktu) dengan asumsi variabel yang lainnya konstan, jadi apabila waktu mengalami peningkatan, maka jumlah nyamuk yang mati juga akan mengalami peningkatan; b2 = 0,260 artinya jumlah nyamuk yang mati akan meningkat sebesar 0,260 satuan untuk setiap tambahan satu satuan X2 (konsentrasi) dengan asumsi variabel yang lainnya konstan, jadi apabila konsentrasi mengalami peningkatan, maka

jumlah nyamuk yang mati juga akan mangalami peningkatan.

Selanjutnya koefisien determi-nasi digunakan untuk menghitung besarnya pengaruh atau kontribusi variabel bebas yang terhadap varia-bel terikat. Dari analisisdiperoleh ha-sil R 2 (koefisien determinasi) sebe-sar 0,584. Artinya bahwa 58,4% va-riabel jumlah nyamuk yang mati akan dipengaruhi oleh variabel be-basnya, yaitu waktu dan konsentrasi. Sedangkan sisanya 41,6% variabel jumlah nyamuk yang mati akan di-pengaruhi oleh variabel-variabel yang lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini.

Selain koefisien determinasi juga didapat koefisien korelasi yang menunjukkan besarnya hubungan antara variabel bebas yaitu Waktu dan Konsentrasi dengan variabel jumlah nyamuk yang mati, nilai R (koefisien korelasi) sebesar 0,764, nilai korelasi ini menunjukkan bahwa hubungan antara variabel bebas yai-tu Waktu dan Konsentrasi dengan variabel jumlah nyamuk yang mati termasuk kategori sedang karena berada pada selang 0,4 – 0,6. Hu-bungan antara variabel bebas yaitu Waktu dan Konsentrasi dengan va-riabel jumlah nyamuk yang mati ber-sifat positif artinya jika variabel be-

bas yaitu Waktu dan Konsentrasi ditingkatkan maka variabel jumlah nyamuk yang mati akan mengalami peningkatan.

Selanjutnya pengujian F atau pengujian model digunakan untuk mengetahuii apakah hasil dari analisis regresi signifikan atau tidak, dengan kata lain model yang diduga tepat/sesuai atau tidak. Jika hasilnya signfikan, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Sedangkan jika hasilnya tidak signifikan, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini dapat juga dikatakan sebagai berikut, H0 ditolak jika sig. F < α (0,05); H0 diterima jika sig. F > < α (0,05). Nilai sig. F sebe-sar 0,000. Karena nilai sig. F < α (0,05) yaitu 0,000 < 0,05 maka mo del analisis regresi adalah signifikan. Hal ini berarti H0 ditolak dan H1 dite-rima sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah nyamuk yang mati dapat dipengaruhi secara signifikan oleh variabel bebas yaitu waktu dan konsentrasi.

Analisis t-test digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel bebas secara parsial mem-punyai pengaruh yang signifikan ter-hadap variabel terikat. Dapat juga dikatakan jika sig. t < α (0,05) maka hasilnya signifikan dan berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Sedangkan

Page 9: By. Domy Pradana Putra

jika sig. t > α (0,05) tabel maka ha-silnya tidak signifikan dan berarti H0 diteima dan H1 ditolak. T-test antara X1 (waktu) dengan Y (jumlah nyamuk yang mati) menunjukkan sig. t = 0,004. Karena sig. t < α (0,05) yaitu 0,004 < 0,005 maka pengaruh X1 (waktu) adalah signifikan. Hal ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah nyamuk yang mati dapat dipengaruhi secara signifikan oleh waktu . T-test antara X1 (konsentrasi) dengan Y (jumlah nyamuk yang mati) menunjukkan sig. t =0,000. Karena sig. t < α (0,05) yaitu 0,000 < 0,05 maka pengaruh X2 (konsentrasi) adalah signifikan. Hal ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah nyamuk yang mati dapat dipengaruhi secara signifikan oleh konsentrasi pada tingkat kesalahan 5%.

PEMBAHASAN Nyamuk keberadaannya sering

dirasakan mengganggu kehidupan manusia, mulai dari gigitannya yang menyebabkan gatal hingga perannya sebagai vektor (penular) penyakit-penyakit berbahaya bagi manusia. Terutama nyamuk dari genus Culex yang merupakan vektor biologis dari penyakit Filariasis, Japanese B encephalitis, dan Demam Chikungunya yang masih menjadi masalah kesehatan serius di Indonesia10. Oleh karena itu, sangatlah penting dilakukan tindakan pemberantasan nyamuk dalam penanggulangan penyakit - penyakit yang disebabkan oleh nyamuk (mosquito borne disease) tersebut.

Salah satu cara pemberantasan nyamuk yang paling sering digunakan adalah dengan menggunakan insektisida. Nyamuk Culex sp. biasanya diberantas

dengan cara penyemprotan atau pengasapan dengan menggunakan insektisida yang berbahan aktif d-aletrin 0.01 lg/l. Penggunaan insektisida kimiawi yang bertujuan untuk membunuh nyamuk dewasa telah menimbulkan permasalahan tersendiri Pada segi kesehatan, penggunaan insektisida dapat menimbulkan efek yang bervariasi, mulai dari iritasi ringan pada kulit, iritasi saluran nafas, hingga yang berat seperti gejala keracunan sampai kematian. Dari segi nyamuk itu sendiri, penggunaan insektisida juga menimbulkan suatu permasalahan yaitu timbulnya resistensi terhadap insektisida yang telah digunakan11.

Hal tersebut menjadikan salah satu pertimbangan perlu adanya insektisida alternatif yang ramah dan aman bagi lingkungan, antara lain dengan memanfaatkan bahan alami yang berasal dari tumbuhan sebagai insektisida untuk nyamuk dewasa. Salah satunya adalah dengan Buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.), yang selama ini dikenal oleh masyarakat luas sebagai obat tradisional.

Untuk membuktikan dugaan tersebut, maka dilakukan penelitian dengan menggunakan metoda insektisida elektrik. Metode ini menggunakan kotak plastik yang berisi masing-masing 20 ekor nyamuk yang akan diberi perlakuan. Jumlah perlakuan yang diberikan ada lima jenis yaitu larutan d-aletrin 0.01 lg/l sebagai kontrol positif, larutan aquades steril sebagai kontrol negatif, dan larutan air perasan buah belimbing wuluh dengan konsentrasi 50 %; 60 %; dan 70 %. Masing-masing larutan ini akan direndam dengan gabus yang sudah disterilkan, setelah direndam akan dipanas kan dengan alat pemanas obat nyamuk elektrik. Dan

Page 10: By. Domy Pradana Putra

hasilnya akan diamati pada menit ke-5, menit ke-10, menit ke-15, menit ke-20, menit ke-25, menit ke-30, menit ke-35, menit ke-40, menit ke-45, menit ke-50, menit ke-55, menit ke-60 dan menit ke-1440.

Air perasan belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) mengandung flavonoid yang berfungsi sebagai racun pernafasan yang akan meng-hambat rantai respirasi antara lain dengan menghambat transport elek-tron pada mitokondria, mengaki-batkan penurunan jumlah ATP yang dihasilkan dari rantai respirasi mito-kondria tersebut pada akhirnya akan terjadi kematian nyamuk Culex sp. akibat kekurangan energi. Air pera-san belimbing wuluh (Averrhoa bi-limbi L.) selain mengandung flavo-noid juga mengandung tanin yang berfungsi sebagai racun perut den-gan menghambat sistem pencernaa dan penyerapan makanan sehingga akan terjadi kematian nyamuk culex sp.12. Dan sedangkan saponinnya dapat merusak mukosa kulit dan se-cara tidak langsung membantu da-lam proses kematian nyamuk culex sp. Jadi, karena aktifitas ketiga kan-dungan dari air perasan belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) ini nya-muk culex sp. menjadi mati.

Pada pembuatan air perasan buah belimbing wuluh, zat aktif yang terbentuk tidak dapat diketahui secara pasti seberapa besar kandungannya namun diyakini bahwa zat aktif tersebut yang berperan penting dalam mekanisme insektisida air perasan buah belimbing wuluh. Terdapat perbedaan jumlah zat aktif pada masing-masing konsentrasi air perasan buah belimbing wuluh sehingga menyebabkan adanya perbedaan jumlah zat aktif yang mengenai masing-masing nyamuk saat setiap kali perlakuan. Apalagi dengan konsentrasi yang makin

rendah tentu menyebabkan zat aktif yang terdapat di dalamnya makin berkurang sehingga efektivitasnya makin rendah sebanding dengan makin kecilnya konsentrasi. Hal ini nampak pada larutan konsentrasi 50% terlihat memiliki potensi yang rendah sebagai insektisida dibandingkan dengan konsentrasi 60% dan 70%.

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian dan analisis data diatas, dapat disimpulkan bahwa air perasan buah belimbing wuluh memiliki efek sebagai insektisida terhadap nyamuk Culex sp. Air perasan buah belimbing wuluh dengan konsentrasi 70% memiliki efek insektisida yang lebih besar jika dibandingkan dengan air perasan buah belimbing wuluh dengan konsentrasi 60% maupun 70%. KESIMPULAN

Dari penelitian ini diperoleh ke-simpulan sebagai bahwa air perasan buah belimbing wuluh (A. bilimbi L.) mempunyai efek sebagai insektisida nyamuk dewasa Culex sp. metode elektrik; semakin tinggi konsentrasi air perasan buah belimbing wuluh (A. bilimbi L.) dan lama waktu pen-gamatan maka menghasilkan poten-si insektisida yang semakin tinggi pula; dan konsentrasi terbesar pada air perasan buah belimbing wuluh yaitu konsentrasi 70%, hampir mencapai potensi insektisida (96,25%) yang sama dengan kontrol positif (100%) pada menit ke-60.

Page 11: By. Domy Pradana Putra

DAFTAR PUSTAKA 1. Mortimer, Roland. 1998. Aede-

saegypti and Dengue fever, (On-line), http://www.microscopy-uk.org.uk/mag/indexmag.html?http://www.microscopy-uk.org.uk/mag/art98/aedrol.html, diakses 12 Desember 2010).

2. Baskoro, A.D., Sudjari., Rahajoe, S., Poeranto, S., Sardjono, T.W., Fitri, L.E., dan Wadayat, M. 2005. Parasitologi Arthropoda. Malang : Laboratorium Parasito-logi Fakultas Kedokteran Univer-sitas Brawijaya.

3. Pos Kota, 27 September 2006. 8000 Orang Tewas Akibat Kaki Gajah. (Online), (http://www.poskota.co.id/news_baca.asp?id=26152&ik=6, diakses 23 oktober 2010).

4. Kompas, 20 Februari 2003. Chi-kungunyaMeluaskeBerbagai Daerah. (Online), (http://www.kompas.com/kompas-cetak/0302/20/daerah/ 138595.htm, diakses 18 Novem-ber 2010).

5. Suryo, Bagus. 2005. Penderita Kaki Gajah di Kabupaten Malang Meningkat. (Online), (http://www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticles&sid=1484&itemid=2, diakses 19 oktober 2010).

6. Herms, WB and James, MT. 1996.Medical Entomology5th

Ed.New York: The Macmillan Company.

7. Salmah L. 2005. Uji Efek Larva-sida Ekstrak Daun Pandan Wan-gi (Pandanusamary llifolius) Ter-hadap Larva Aedes sp. Skripsi. Malang: FKUB.

8. Herms, WB and James, MT. 1996.Medical Entomology5th

Ed.New York: The Macmillan Company.

9. Surya N. 2008. Efektifitas Air Perasan Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Terhadap Kematian Larva Nyamuk Anopheles Aconitus Instar III tahun 2008. Skripsi surakarta : Universitas Muhammaddiyah Surakarta.

10. Staf Pengajar Parasitologi FKUB. 2004. Parasitologi Arthropoda. Laboratorium Parasitologi FKUB: Malang. Hal.14-18, 23, 79.

11. Hadi KU, Soviana S. 2002. Ektoparasit: Pengenalan, Diagnosis dan Pengendaliannya. Bogor. Laboratorium Entomologi Bag. Parasitologi & Patologi. Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Hal 22-25, 107-109

12. M Kamal hadi.2008. Uji Potensi Dekok kulit Buah delima (punica ganatum L.) sebagai insektisida terhadap nyamuk Culex sp. Skripsi Malang: Universitas Brawijaya

Menyetujui, Pembimbing I

Dr. Aswin D. Baskoro, MS, SpParK NIP. 19480130 198003 1001