Bunga Ceplok Ungu (Lengkap Tamat)

302
Bunga Ceplok Ungu Oleh : Herman Pratikto 1 HATI SEORANG PEREMPUAN ITULAH TAHUN-TAHUN JAUHsesudah Ratu Banten tewas tatkala berusaha merebut pangkalan di Selat Malaka. Tahun 1605 sudah jauh pula dilampaui. Dengan demikian Raja Abdulmafakir yang termasyur tinggal menjadi dongengan rakyat belaka. Juga dongeng tentang kegagahan Jayanegara seorang penasehat raja. Juga dongeng tentang kesaktian Nyai Emban Rangkung yang terkenal dengan nama: Nyai Gede Wanagiri. Pada pagi hari di tahun 1716, muncullah seorang penunggang kuda dari celah-celah Gunung Patuha. Tinggi Gunung Patuha kurang lebih 2.434 m. Puncaknya menjulang ke angkasa seperti sedang mencari sorga. Pinggangnya penuh dengan jurang dan hutan lebat. Batu-batu gede berserakan di antara pagar alam yang kabarnya penuh dengan binatang berbisa. Jalanan yang kebanyakan berada di atas tebing sungai amat sempit dan penuh lika-liku yang membahayakan. Pada musim hujan, lumpur turun dari ketinggian. Sebaliknya pada musim kemarau batu-batu dikerumuni lumut. Licinnya luar biasa. Seringkali terdengar warta kema-tian serombongan pendaki gunung akibat tergelincir dan terbanting ke dasar jurang atau lalu dihanyutkan arus sungai yang turun dari ketinggian dengan amat derasnya. Meskipun demikian, pemuda yang menunggang kuda itu seakan-akan tidak menghiraukan semuanya itu. Bahkan ia memacu kudanya makin lama makin cepat. Wajahnya nampak gugup. Kerapkali ia menoleh ke belakang. Terang sekali, ia sedang dikuntit orang. Kuda tunggangannya memang kuda jempolan. Warna bulunya putih bersih. Namanya Lang-lang Buwana. Dengan gesit, jempolan mendaki dua ketinggian yang menghadang di  depannya. Melintasi lapangan alang-alang, melompati jurang pendek, menyerobot celah-celah dinding gunung dan dengan lancar mengambah jalan-jalan berlumut. Pemuda itu berparas sangat tampan. Ia mengenakan pakaian serba putih juga, sehingga nampak serasi dengan kudanya. Pada pinggangnya tergantung sebatang pedang yang diteretes kumala hijau. Perawakan tubuhnya tegap dan pedangnya berwibawa, sehingga mengherankan apabila dia melarikan kudanya seolah-olah terbirit-birit. Sepatutnya dia bukan termasuk golongan manusia yang takut mati. Tatkala memasuki tikungan, ia mendengar suara nyanyian nyaring menumbuki dinding-dinding gunung. Sederhana bunyinya, tetapi membuat hatinya tercekat: duh Gusti Nu Maha Agung anu sipat rahman rahim heman ka sugri mahluk Na legakan hate sin abdi anu nuju nandang branta... Mestinya masih satu deret kalimat lagi, tetapi ia sudah menutup kedua telinganya. Kemudian dengan mengeraskan hati, ia mengaburkan kudanya ke arah timur laut. Sekian lamanya ia mengaburkan kudanya, sampai gaung nyanyian itu hilang dari pendengaran. Ia melepas napas lega. Kemudian memasuki lembah sunyi yang tergelar di depannya. Di tepi sungai yang mengalirkan air bersih bening, ia membiarkan kudanya minum sepuas-puasnya. Ia sendiri di pinggir sungai di atas batu yang mencongakkan diri dari

description

Kelanjutan dari cerita Bende Mataram karaangan Herman Pratikto.

Transcript of Bunga Ceplok Ungu (Lengkap Tamat)

  • 5/27/2018 Bunga Ceplok Ungu (Lengkap Tamat)

    1/302

    Bunga Ceplok UnguOleh : Herman Pratikto

    1 HATI SEORANG PEREMPUANITULAH TAHUN-TAHUN JAUHsesudah Ratu Banten tewastatkala berusaha merebut pangkalan di Selat Malaka. Tahun1605 sudah jauh pula dilampaui. Dengan demikian RajaAbdulmafakir yang termasyur tinggal menjadi dongenganrakyat belaka. Juga dongeng tentang kegagahan Jayanegaraseorang penasehat raja. Juga dongeng tentang kesaktian NyaiEmban Rangkung yang terkenal dengan nama: Nyai Gede

    Wanagiri.Pada pagi hari di tahun 1716, muncullah seorangpenunggang kuda dari celah-celah Gunung Patuha. TinggiGunung Patuha kurang lebih 2.434 m. Puncaknya menjulangke angkasa seperti sedang mencari sorga. Pinggangnya penuhdengan jurang dan hutan lebat. Batu-batu gede berserakan diantara pagar alam yang kabarnya penuh dengan binatangberbisa. Jalanan yang kebanyakan berada di atas tebingsungai amat sempit dan penuh lika-liku yang membahayakan.Pada musim hujan, lumpur turun dari ketinggian. Sebaliknyapada musim kemarau batu-batu dikerumuni lumut. Licinnyaluar biasa. Seringkali terdengar warta kema-tian serombonganpendaki gunung akibat tergelincir dan terbanting ke dasar

    jurang atau lalu dihanyutkan arus sungai yang turun dariketinggian dengan amat derasnya. Meskipun demikian,pemuda yang menunggang kuda itu seakan-akan tidakmenghiraukan semuanya itu. Bahkan ia memacu kudanyamakin lama makin cepat. Wajahnya nampak gugup. Kerapkaliia menoleh ke belakang. Terang sekali, ia sedang dikuntitorang.Kuda tunggangannya memang kuda jempolan. Warnabulunya putih bersih. Namanya Lang-lang Buwana. Dengangesit, jempolan mendaki dua ketinggian yang menghadang didepannya. Melintasi lapangan alang-alang, melompati jurangpendek, menyerobot celah-celah dinding gunung dan dengan

    lancar mengambah jalan-jalan berlumut.Pemuda itu berparas sangat tampan. Ia mengenakanpakaian serba putih juga, sehingga nampak serasi dengankudanya. Pada pinggangnya tergantung sebatang pedangyang diteretes kumala hijau. Perawakan tubuhnya tegap danpedangnya berwibawa, sehingga mengherankan apabila diamelarikan kudanya seolah-olah terbirit-birit. Sepatutnya diabukan termasuk golongan manusia yang takut mati.Tatkala memasuki tikungan, ia mendengar suara nyanyiannyaring menumbuki dinding-dinding gunung. Sederhanabunyinya, tetapi membuat hatinya tercekat:duh Gusti Nu Maha Agung anu sipat rahman rahim hemanka sugri mahluk Na legakan hate sin abdi anu nuju nandang

    branta...Mestinya masih satu deret kalimat lagi, tetapi ia sudahmenutup kedua telinganya. Kemudian dengan mengeraskanhati, ia mengaburkan kudanya ke arah timur laut. Sekianlamanya ia mengaburkan kudanya, sampai gaung nyanyian ituhilang dari pendengaran. Ia melepas napas lega. Kemudianmemasuki lembah sunyi yang tergelar di depannya.Di tepi sungai yang mengalirkan air bersih bening, iamembiarkan kudanya minum sepuas-puasnya. Ia sendiri dipinggir sungai di atas batu yang mencongakkan diri dari

  • 5/27/2018 Bunga Ceplok Ungu (Lengkap Tamat)

    2/302

    permukaan air. Teringat akan gaung nyanyian tadi, tak terasaia bersenandung dengan lagu Asmarandana, seolah-olahmenjawab bunyi syair yang membuat hatinya tercekat.

    eling eling mangka eling rumingkang di bumi alam darmawawayangan bae raga taya panguwasa lamun kasasar lampahnapsu nu matak kadulung badan anu katampuhan(Ingat ingatlah! Hidup di bumi ini sebenarnya bagaikanbayangan-bayangan belaka. Jasmani tiada kekuasaan.Manakala sampai tersesat jalan kepada nafsu yangmenyesatkankelak tubuhmu yang kan menanggung

    akibatnya...)

    Ia menoleh ke belakang, takut kena intip. Teringat LanglangBuwana seekor kuda jempolan, hatinya tenteramkembali. Fati-mah yang mengubernya semenjak ia turun dariperguruan, tidak mungkin dapat menyusulnya dengan cepat.Tadi sudah kabur berjam jam lamanya. Pastilah jaraknya kinisudah terpisah sangat jauh. Apalagi perjalanan makin terasamenjadi sukar.Pemuda itu sesungguhnya Ratu Bagus Boang. PuteraPangeran Purbaya yang bermusuhan dengan Sultan sekarang,masalah perebutan tahta Kerajaan Banten. Karena PangeranPurbaya dikabarkan hilang di daerah Priangan, ibunya

    mencemaskan keselamatan putranya. Dengan diam-diam iamengirimkan Bagus Boang kepada pendekar Mundinglaya,salah seorang pengawal suaminya agar diasuh untukpersiapan perjuangan dikemudian hari.Bagi Mundinglaya, itu merupakan suatu tugas mulia.Segera ia memanggil rekan rekan seperjuangan lainnya agarikut menurunkan ilmu keistimewaannya masing-masingkepada bagus Boang. Dan dua belas tahun lewatlah sudah.Bagus Boang kini tumbuh menjadi seorang pemuda cakapyang sempurna pula ilmu kepandaiannya.Beberapa hari yang lalu ia dipanggil menghadap gurunya.Dua orang utusan ibunya datang menyampaikan katapersetujuan. Kata persetujuan permufakatan bekas pejuang

    pihak Pangeran Purbaya untuk memberi tugas kepada BagusBoang membinasakan musuh besarnya. Musuh itu bermukimdi Gunung Patuha yang letaknya di sebelah timur LautRancabali. Dan baru saja ia turun dari perguruan, datanglahFatimah.Fatimahputri angkat pendekar lskandar. SeringkaliFatimah ikut ayah angkatnya ke perguruan Bagus Boang,apabila sedang merundingkan sesuatu yang pelik dengangurunya. Itulah mula-mula Fatimah berkenalan dengan BagusBoang.Fatimah seorang gadis cantik, genit dan cerdas.Perawakannya langsing montok. Kabarnya mempunyai darah

    Persia atau Arab. Karena itu gerak geriknya panas bagaikanapi membara. Dengan Bagus Boang ia menaruh hati. Setelahlama bergaul, lambat laun mencintainya dengan sungguhsungguh.Sebaliknya Bagus Boang belum pernah menaruhperhatian yang istimewa kepadanya.Hari itu merupakan hari yang sangat penting bagi BagusBoang. Seumpama ia menaruh perhatian juga kepadaFatimah, agaknya tak sempat lagi untuk berpikir yang tidaktidak. Tugas yang hendak dilaksanakan bukan merupakanpekerjaan mudah. Dari gurunya ia memperoleh keterangan,

  • 5/27/2018 Bunga Ceplok Ungu (Lengkap Tamat)

    3/302

    bahwa musuh yang dimaksudkan itu seorang pendekarpedang yang ilmunya paling sempurna pada dewasa itu.Sudah barang tentu bagi Fatimah tiada yang nampak penting.Baginya soal hari depan adalah segala-galanya. Maklumlah,cinta kasih bagi seorang wanita ialah seluruh hidupnya.Sulit sekali bagi Bagus Boang untuk menginsyafkan gadisitu. Ia seorang pemuda yang berperasaan halus. Untukbersikap tegas terhadap seorang gadis yang mencintainya, taksampai hati. Akhirnya ia berjanji hendak membicarakannyaperlahan-lahan. Tetapi begitu ia mulai dengan perjalanan,Fatimah ternyata terus menguntitnya. Cepat ia mengaburkan

    kudanya. Fatimahpun lantas mengaburkan kudanya pula.Jarak antara Gunung Sangga Buwana dan Gunung Patuharatusan pai jauhnya. Apalagi pada dewasa itu wilayahPasundan masih penuh dengan hutan-hutan lebat. Namundalam perjalanan beberapa hari itu, masih saja Fatimah takmau melepaskannya. Ia bagaikan seekor kelinci kena burusergap seekor binatang buas.Suryakusumah dengan gesit meloncat sambil menyambarkendali Lang-lang Buwana. Dengan sebelah tangan tenaga lariLanglang Buwana dapat ditahannya, sehingga binatang ituberjingkrak tegak."Bukan aku menolak cinta kasihmu, Fatimah," katanya

    perlahan di dalam hati. "Engkau seorang gandis cantik sertalembut. Setiap kali aku berlatih kau sabar menunggu.Suaramu bening jernih sampai kerapkali kubawa bermimpi.Tetapi aku sendiri belum tentu dapat mempertahankan jiwakumenjelang tahun depan. Musuh yang bakal kuhadapi memilikiilmu pedang yang jauh tinggi diatasku, Kalau aku membiarkandiriku menerima cintamu, aku takut engkau akan terlukahatimu dalam masa muda. Akibatnya hebat. Hatimu mungkinpula tertutup untuk selama-lamanya."Memikirkan demikian, matanya berkaca-kaca. Dan takterasa kembali ia mengulangi bait-bait Asmarandana yangmengharukan hatinya sendiri. Selamanya Ibu hidup seorangdiri. Satu-satunya teman hidup hanya aku seorang. Apakah

    hari ini aku bakal berpisah dari Ibu untuk sepanjang zaman?pikirnya lagi.Matahari kala itu sudah condong ke barat. Perlahan-lahanpetang hari telah mengabarkan kedatangannya. Denganmenunggang kuda putihnya, ia mendongak mengawaskanpuncak Gunung Patuha. Disanalah musuh yang harusdibunuhnya bermukim. Teringat akan keperkasaan musuhnya,hatinya tegang dengan sendirinya. Segera ia memasukitikungan dan melarikan kudanya lurus ke arah timur.Sekeluarnya dari mulut lembah, Bagus Boang mulaimendaki pegunungan yang berliku-liku. Hatinya ragu. LanglangBuwa-na memang Seekor kuda jempolan. Tetapi ia harusmemperhitungkan tiga hal. Jalan sangat sempit, musuh di

    depan sangat tinggi ilmunya dan di belakangnya mengejarpula Fatimah. Ketiganya merupakan bahaya besar baginya.Tergelincir sedikit, ia akan jatuh terbanting di dasar jurangyang curam. Kurang berwaspada, ia akan kena tikam musuh.Dan apabila Fatimah akhirnya dapat pula menyusul, pasti akanmelibatnya terus menerus. Gadis itu tidak akan mengancamnyawanya. Tetapi menyerang lawan tangguh denganmembagi perhatian, samalah halnya dengan menyerahkannyawanya dengan sangat mudah.

  • 5/27/2018 Bunga Ceplok Ungu (Lengkap Tamat)

    4/302

    Tetapi Bagus Boang sudah ditakdirkan untuk menjadiseorang maha perwira dikemu-dian hari. Keraguannya hanyaterjadi dalam mata. Segera ia memperbaiki letak pakaiannya,kemudian menggebrak kudanya dengan menguatkan hati."Lang-lang Buwana, majuuuu!" perintahnya.Sekonyong-konyong pendengarannya yang tajammendengar pula derap seekor kuda yang arahnyabertentangan dengan keblatnya. Belum lagi ia menentukansikap, kuda itu sudah tiba didepannya. Lang-lang Buwanayang lari melesat dengan cepat nyaris bertubrukan.Penunggang kuda di depan dengan gesit meloncat turun

    sambil menyambar kendali Lang-lang Buwana. Dengansebelah tangan tenaga lari Lang-lang Buwana dapatditahannya, sehingga binatang itu berjingkrak tegak. Denganmeringik, Lang-lang Buwana memukul-mukulkan kedua kakidepannya. Namun tetap saja ia tak dapat melepaskan diri dariterkaman orang itu yang ternyata tangguh bukan kepalang.Bagus Boang melompat pula ke tanah. Sekarang ia dapatmengamat-amati orang yang menahan kendali kudanya. Diaseorang pemuda yang beralis tebal, bermata besar,bergunduh hitam dan berparas dingin penuh duka. Cuacawaktu itu sudah remang-remang, sehingga kesan pemuda itusangat seram.Sedetik Bagus Boang tercengang. Lantas saja ia mengenal

    siapa dia. Dengan membungkuk hormat, ia berkata: "SaudaraSur-yakusumah. Sungguh mati, ini adalah pertemuan yangmenyenangkan."Suryakusumah masih mempunyai hubungan darah denganBagus Boang. Ia murid paman gurunya atau tegasnya muridayah Fatimah. Dengan Fatimah sudah barang tentumempunyai pergaulan yang rapat. Wataknya dingin danseolah-olah tidak berperasaan. Senang menyendiri sehinggaberkesan angkuh. Dan begitu mendengar ucapan BagusBoang, ia hanya mendengus dingin. "Hmm!"Kemudian berkata dengan nada tawar. "Memangmenyenangkan pertemuan kita ini. Dimanakah Fatimah?"

    "Dia ada di belakang," sahut Bagus Boang. "Kau lewatilembah di depan itu dan engkau akan bertemu dengannya."Dengan telunjuknya Bagus Boang menuding ke arahlembah yang tadi telah dilewati. Tetapi Suryakusumah tidakmengacuhkan. Sepasang alisnya yang tebal terbangun dankesan parasnya yang dingin bertambah dingin menyeramkan."Hm! Jadi dia mengikutimu terus menerus?" katanya.Merah muka Bagus Boang mendengar kalimat Suryakusumah.Cepat-cepat berkata, "Ah, janganlah engkau bergurau!"Mendengar kalimat Bagus Boang, Suryakusumah gusar.Bentaknya garang. "Siapakah hendah bergurau denganmu?Justru aku hendak minta ketegasan darimu, kau senangdengan dia atau tidak?"

    "Eh, Saudara Suryakusumah. Engkau berbicara perkaraapa?" sahut Bagus Boang dengan suara keras pula. "TerhadapFatimah, belum pernah aku berpikir yang bukan-bukan.""O, begitu. Jika demikian, jadi engkaulah yangmempermainkannya. Kau sudah memikatnya, lalu kini kau siasiakan.Manusia macam apakah kau ini sebenarnya?"Paras Bagus Boang berubah. Katanya nyaring, "SaudaraSuryakusumah! Kau anggap macam manusia apakah aku ini?Terhadap Fatimah, aku hanya menganggapnya sebagai

  • 5/27/2018 Bunga Ceplok Ungu (Lengkap Tamat)

    5/302

    saudara, lain tidak! Apa dasarnya kau menuduh akumemikatnya?"Suryakusumah tertawa dingin. "Jadi menurut pendapatmu,Fatimah yang justru memikat padamu?"Bagus Boang terdiam. Dahinya berkeringat. MemangFatimah yang mencoba melibat padanya. Tetapi apabila hal itudikatakan, bukankah akan merusak nama seorang gadis?Sebaliknya Suryakusumah tak mau mengerti, la malahan majudua langkah. Lalu membentak bengis, "Bagus Boang, kaukembalilah!""Apa maksudmu?" Bagus Boang menegas.

    "Kau temui Fatimah. Lalu pintalah maafnya. Kau harusberjanji, semenjak kini kau takkan menyia-nyiakan cintanya!Aku sendiri akan menjadi saksinya. Kau dengar? Nah,berangkatlah sekarang! Jangan kau mencoba membangkang!"Bengis kata-kata Suryaksusumah, tapi nadanya seolah-olahmohon perhatian Bagus Boang. Ia bahkan nampak bersedih.Bagus Boang mundur dua langkah sambil berkata, "Tidaksalah, dialah satu-satunya dara di dunia ini yang kucintaidengan segenap hatiku," sahut Suryakususmah dengan cepat."Itulah sebabnya pula, engkau harus menerima cintakasihnya."Mendengar pengakuan Suryakusumah, Bagus Boangtersenyum lega. Katanya girang, "Saudara Suryakusumah,

    benar-benar engkau seorang ksatria sejati. Itulah ucapanseorang pria sebenarnya. Tetapi mengapa engkau tidakmengetahui hatiku? Cobalah baca! Aku berdoa untukmu, agarkau dan dia akan menjadi sepasang dewa dewi yangberbahagia dikemudian hari. Percayalah pernyataanku ini!Janganlah kausangsikan ucapanku!"Bagus Boang sudah menyatakan isi hatinya dengan setulustulusnya.Tetapi Suryakusumah seorang pemuda yang tinggihati. Benar, ia mencintai Fatimah sampai ke bulu-bulunya.Namun tak sudi ia menerima kasih sebagai hadiah. Itu bukancinta sejati, melainkan karena kasihan kepadanya, la lantasmerasa diri direndahkan. Memperoleh kesan demikian,

    terbangunlah sepasang alisnya. Dan wajahnya yang bekukembali menjadi suram muram. Lalu membentak tinggi,"Bagus Boang, kau merasa diri Dewa Kamajaya yang berhakmemberi hadiah penghibur padaku. Bagus! Pendek kata, kaumau balik tidak?"Bagus Boang membuang pandangnya ke udara yang telahmulai gelap. Ia kenal lagak lagu Suryakusumah. Manakalawajahnya yang beku sudah menjadi suram muram, itulahsuatu tanda jalan buntu. Namun masih ia mencoba."Rupanya kau tak mengerti hatiku. Baiklah hal ini kita tundadulu. Hari ini aku mempunyai urusan sangat penting. Sukalahkau membagi jalan padaku."Belum selesai ia berbicara, Suryakusumah sudah melolos

    senjata tongkat bakanya yang termasyur. Bentuknya berduriseperti gergaji. Dengan suara nyaring ia membentak, "Kauingin aku membagi jalan untukmu? Jangan bermimpi! Akujustru hendak malang melintang di tengah jalan ini. Kaumemang laki-laki busuk! Manusia yang tidak berjantung!"Mendengar kata-kata Suryakusumah, hati Bagus Boangmendongkol. Betapa sabar dia, namun kata-kata itu sangatmenusuk. Pikirnya,"Mengapa ia berbicara perkara budisegala?" Tapi tengah ia berpikir, tongkat baja Suryakusumahsudah berkelebat mengancam dahinya.

  • 5/27/2018 Bunga Ceplok Ungu (Lengkap Tamat)

    6/302

    "Masih kau tak menghunus pedangmu?" bentakSuryakusumah.Gesit Bagus Boang mengelak sambil berkata membujuk."Sabar, sabarlah! Dengarkan dahulu kata-kataku!""Kau hendak menjual omongan apalagi?"Hati Bagus Boang mulai panas. Namun teringat akantugasnya, ia harus menyabarkan diri. Katanya, "Kalaumemaksa aku untuk mencoba-coba ilmu tongkat bajamu,sudah barang tentu tak dapat aku menolak. Tetapibersabarlah barang sepuluh hari lagi. Manakala sudah selesai

    melaksanakan urus-anku, pasti aku datang mencarimu. Tapiandaikata dalam sepuluh hari aku tidak muncul, bukannya akusengaja hendak ingkar janji. Itulah suatu tanda bahwa akusudah kena dibunuh lawan."Suryakusumah tercengang. Tetapi hanya sejenak. Lagi lagiia membentak, "Kau hanya memikirkan kepentingan dirimusendiri. Masakan aku mempunyai waktu pula untuk menunggusampai sepuluh hari? Kau berkata urusanmu sangat mahapenting. (Jrus-anku ini sangat maha penting pula. Kauhunuslah pedangmu. Sekarang kita mencari keputusansiapakah di antara kita yang lebih unggul. Dengan begitu,fatimah tidak akan lagi menanggung duka."Setelah berkata demikian, tanpa menunggu jawaban Bagus

    Boang, Suryakusumah sudah menyerang tanpa segan-seganlagi. Tongkat bajanya berkelebat menghantam kepala.Dengan terpaksa, Bagus Boang mencabut pedangnya.Sebentar saja terjadilah suatu benturan nyaring. Sekali lagiSuryakusumah menghantamkan tongkat bajanya. Dan pedangBagus Boang hampir saja terpental dari genggamannya.1)Suryakusumah tertawa lebar. Pikirnya dalam hati, Fatimahmemang pilih kasih. Begini saja dikabarkan memiliki ilmupedang yang sangat tinggi. Hm! Setelah berpikir demikian, iaberkata mengejek. "Fatimah selalu memuji-muji ilmupedangmu sampai setinggi langit keseratus. Alihkan hanyasebegini saja."Bagus Boang menghela wapas. Hatinya mendongkol.

    Pikirnya, biarlah aku mengalah, agar hatimu senang.Setelah berpikir demikian, Bagus Boang menikam. Iamerabu dengan serangan balasan berantai. Maksudnyahendak mencari kesempatan untuk kabur secepat-cepatnya.Di luar dugaan tongkat baja Suryakusumah dapat digunakansebagai pedang. Perlawanannya tangguh dan rapat. Setiapkali ia mampu mengadakan serangan balasan bertubi-tubipula. Langkah kakinya menempati tiap bidang gerak, sehinggaBagus Boang tiada mempunyai harapan untuk dapatmeloloskan diri dari rantai serangannya yang dilakukandengan bertubi-tubi. Mau tak mau hatinya mengeluh.1) Permusuhan ini diuraikan Suryaksumah kelak dihadapan

    para " raja muda Himpunan Sangkuriang.Dalam pada itu cahaya petang hari sudah lenyap dariudara. Malam mulai tiba. Bulan sabit mencongakkan diri disebelah barat. Tatkala itu terdengarlah suara derap kuda darilembah. Hati Bagus Boang tercekat. Tak bersangsi lagi, itulahFatimah yang sudah dapat menyusulnya. Pikirnya, "Meskipunandaikata aku berfiasil lolos, namun dia sudah tiba pula di sini.Sulitkah aku untuk bersikap bermasa bodoh lagi. Sebab disinilahdaerah wilayah lawan."Itulah sebabnyakalau tadi dia bersikap hanya melayani

  • 5/27/2018 Bunga Ceplok Ungu (Lengkap Tamat)

    7/302

    kehendak lawankini berubah ganas. Tujuannya hendakmencari lubang untuk cepat-cepat kabur.Suryakusumah lantas saja terkejut. Serangan ini samasekali tak diduganya. Pikirnya, "Pantas saja Fatimah mencintaibocah busuk ini. Benar-benar ilmu pedangnya hebat!" Tetapimeskipun berpikir demikian, tak mau ia mengalah. Iamengimbangi dengan jurus-jurus berat juga.Dalam pada itu suara derap kuda makin dekat. BagusBoang membalikkan tangannya. Ia melancarkan suatuserangan mati-matian. Dengan jurus ini, ia berhasilmendorong tongkat baja Suryakusumah ke samping. Katanya

    memperingatkan, "Masih saja kau tak mau mengerti? Bukajalan!"Dalam cuaca remang-remang bulan sabit, nampaklahseekor kuda menderap tiba. Penunggangnya seorang gadisjelita berpakaian ungu. Melihat yang sedang bertarung, iaberseru nyaring: "Bagus Boang! Siapakah lawanmubertempur? Hai! Suryakusumah! Ayo berhenti!" %Suryakusumah segera menyahut, "Tunggulah sebentar!Bocah ini tak sudi mene-muimu. Nanti kucekuknya untukmu."Bagus Boang gelisah, la menyerang dengan sungguhsungguh.Namun Suryakusumah benar-benar tak gampangdiundurkan. Ia terpaksa berpikir keras, kalau aku sampai

    melukainya di depan mata Fatimah, jangan-jangan akumalahan akan menggagalkan perjodohannya. Sebaliknya kalauaku mengalah, agaknya aku akan terluka. Biarlah aku terlukadi depan Fatimah. Dengan begitu, dia dapat mengangkathidungnya..."Tak sempat ia berpikir berkepanjangan. Tiba-tiba tongkatbaja Suryakusumah menyerang dengan deras. Bagus Boangmenangkis dengan deras juga. Akibatnya baik tongkat bajamaupun pedang terpental di udara. Diluar dugaan, tanganSuryakusumah masih dapat menerobos masuk menghantamdada. Bagus Boang tak mengira sama sekali bahwaSuryakusumah masih dapat meneruskan serangan dengantangan kosong, la lengah sehingga dadanya terluka. Tahutahu

    suatu pukulan dahsyat menghantam dengan deras.Dengan menjerit ia rubuh terjungkal.Suryakususmah tercengang. Dengan serangan senjata iagagal. Dengan serangan tangan kosong, ia justru berhasil.Fatimah yang masih berada di atas kudanya kaget sampaimemekik. Lalu turun ke tanah seraya berkata nyaring."Suryakusumah! Apa yang kaulakukan? Kenapa kau memukuidengan suatu hantaman deras? Cepat, tolonglah dia!"Suryakusumah mencoba menenangkan diri. Kemudianmenghampiri tubuh Bagus Boang yang roboh terpentaldengan tak berkutik. Tapi baru ia hendak membungkuk, BagusBoang melesat tinggi di udara dan turun tepat di atas

    kudanya. Lang-lang Buwana tahu akan kesukaran majikannya.Dengan berjingkrak ia menjejak tanah dan kabur mendakitinggi gunung.Kejadian itu benar-benar berada diluar dugaanSuryakusumah. Terang sekali, Bagus Boang rebah kenahantamannya. Mengapa dapat melompat dengan tiba-tiba.Benar-benar ia heran. Tatkala melihat pedangnya sempatdipungut pula dalam satu gerakan, diam-diam ia kagum.Cepat ia hendak mencegah. Tapi Lang-lang Buwana kudajempolan. Ia tak dapat dirintangi. Secara wajar,

  • 5/27/2018 Bunga Ceplok Ungu (Lengkap Tamat)

    8/302

    Suryakusumah mengawaskan Bagus Boang. Pemuda itumendekam di atas punggung Lang-lang Buwana. Jadi terangsekali, bahwa ia terluka benar-benar. Dan bukan berpurapura.Fatimah cepat bertindak. Sekali melompat ia sudah beradadi atas kudanya. Kemudian mengayunkan cambuknya sambilmembentak, "Minggir !" ,Suryakusumah kala itu masih tercengang-cengangmengawaskan kaburnya Bagus Boang yang terluka parahdengan menggenggam dadanya. Tiba-tiba ia mendengar suarakesiur angin. Hatinya mendongkol melihat berkelebatnyacambuk. Malu, menyesal, kecewa dan rasa cemburu bercampur-

    baur dalam saat sedetik itu. Timbullah niatnya hendakmenerkam Fatimahkemudian ditamparnyasetelah ituditangisinya. Tetapi itu hanyalah suatu angan. Begitu iamenepi karena rasa kaget, kuda Fatimah sudah lenyap pula dibelakang tikungan.Bukan main dongkolnya hati Suryakusumah. Tak tahu lagiia, apakah harus menangis, memaki, tertawa atau mengutuk.Tak dikehendaki sendiri, tiba-tiba saja ia sudah berada di ataskudanya dan menyusul mereka dengan cepat.Fatimah mengejar Bagus Boang dalam keadaan tergopohgopoh.Dalam cuaca remang-remang ia kurang cermatmemperhatikan jalan. Begitu kudanya memasuki tikungan

    dengan cepat, tiba-tiba membentur batu yang menghadangdidepannya.Tak ampun lagi, ia terpental tinggi. Justru waktu itu,Suryakusumah sudah berada dibelakangnya. Dengan kaget,Suryakusumah melesat hendak menangkap tubuh Fatimahyang sedang menurun. Tetapi Fatimah ternyata tidakterbanting roboh. Begitu merasa diri terpental di udara,dengan berjumpalitan ia turun di tanah dengan manis sekali."Hm!" Dengus gadis itu menyesali Suryakusumah yangsudah berdiri di depan hidungnya. "Kau memang baik sekali."Ia dorong tangan Suryakusumah yang hendak memeluknyadalam usaha menolong dirinya. Tangan itu tertolakkesamping, tetapi ia terkejut. Ia merasakan suatu gumpalan

    darah mengaliri telapakannya. Ternyata lengan Suryakusumahberlepotan darah."Mengapa?"tanyanya"TadiTongkat bajanya kena terlempar-kan di udara.Pedang Bagus Boang begitu juga. Tetapi berbareng denganterpentalnya, masih bisa Bagus Boang menangkis selin-tasan"Fatimah terperanjat berbareng tercengang. Inilah suatugerakan pedang yang cepat luar biasa, la pandangSuryakusumah yang kini sadar akan lukanya. Pemuda itududuk bersandar pada dinding batu dengan wajah bermuramdurja. Melihat wajah itu, Fatimah menarik napas."Kau sudah dewasa. Masakan menderita luka tak seberapasudah kehilangan semangat?" tegur Fatimah.

    Hati Suryakusumah memang penuh sesal. Ia menyesal,mengapa terluka di depan hidung dara yang dicintainyadengan segenap hatinya. Dengan begitu tak dapat diabersorak penuh kemenangan.Dengan membungkuk, Fatimah mengambil saputangan darisakunya, kemudian membalut luka Suryakusumah denganhatihati. Melihat sikap Fatimah yang seolah-olah menaruh ibapadanya, cepat-cepat ia hendak menolak. Tetapi tenaganyapunah. Itulah akibat garitan sebatang pedang pusaka yang

  • 5/27/2018 Bunga Ceplok Ungu (Lengkap Tamat)

    9/302

    besar tuahnya. Karena itu tak dapat ia menolak tanganFatimah yang mulai memegang lengannya. Tetapi hatinya taktahan menghadapi hinaan itu. la merasa diri sebagai seoranggagah yang sedang dibalut kekasihnya. Saking malunya, iamelemparkan pandang dan dengan membisu ia mencacidirinya kalang kabut."Untung tak mengenai tulang," kata Fatimah denganmenghela napas."Mati pun aku ikhlas," sahut Suryakusumah tawar."Mengapa?" Fatimah heran. Sepasang alisnya yang lentikbangun tegak. "Mengapa kau bertekad sampai

    mempertaruhkan nyawa?"Sekali gerak, Suryakusumah menatap wajah Fatimahdengan sungguh-sungguh. Katanya, "Fatimah! Semenjakmuda remaja kita bergaul. Mengapa kau tak mengenal hatiku?Semuanya ini kulakukan demi... demi... kebahagiaanmu. Taktahukah engkau?"Fatimah menghela napas. Suryakusumah berkata lagi, "Akutahu, tenaga ilmu sakti Bagus Boang sudah sempurna.Meskipun seranganku datang dengan bertubu-tubi sehinggadapat melukainya, tapi takkan sanggup mengambil nyawanya.Sebaliknya, walaupun untuk itu nyawaku harus melayang,rasanya hatiku akan puas."

    Fatimah tercengang. Ia seakan-akan lagi berusaha menelankalimat-kalimat Suryakusumah. Sejenak kemudian berkatamenyesali, "Kau ingin berbuat untuk kebahagiaankumemangbagus. Tetapi mengapa engkau melukai dengan suatuserangan sungguh-sungguh. Apabila salah taksir, dapatmembinasakan nyawanya. Sekarang dia benar-benar terlukaparah. Bagaimana dia sanggup meloloskan diri dari maut?Seumpama dia masih sanggup menahan rasa sakitnya, tetapitenaganya akan terkuras. Dia luput dari tangan mautmu,tetapi tidak bakal dapat terlolos dari tangan maut yang lain.Kalau sampai terjadi demikian, samalah halnya engkau yangmembunuhnya."Suryakusumah kaget.

    "Kau berkata apa?" la menegas."Hari ini dia mendapat tugas untuk membunuh seseorang.Orang itu sudah terma-syur ilmu pedangnya semenjak duapuluh tahun yang lampau. Entah apa sebabnya, tiba-tibaorang itu lenyap dari percaturan hidup. Sekarang bayangkan!Bagus Boang memiliki ilmu pedang paling lama baru sepuluhtahunan. Sebaliknya lawannya sudah mengantongi namatermasyur selama dua puluh tahun yang lampau. Betapa tolol,orang akan dapat mengira-ngira bagaimana dahsyat tenagasakti orang itu setelah melampaui masa dua puluh tahun.Ayah sendiri belum tentu dapat melawannya."Mendengar kata-kata Fatimah, paras Suryakusumahberubah. Sekarang barulah ia menginsyafi akan arti kata janji

    Bagus Boang selama sepuluh hari. Dia berkata, andaikatadalam sepuluh hari tidak muncul, itulah berarti ia sudah kenadi bunuh seseorang. Kalau demikian, kata-katanya bukanmerupakan omongan kosong untuk menaikkan harga diri."Siapakah orang itu?" akhirnya ia minta keterangan."Apakah engkau pernah mendengar Har-ya Odaya?"Fatimah membalas bertanya."Apa?" Suryakusumah kaget."Bagus Boang hendak mencari Harya Odaya?" dan wajah

  • 5/27/2018 Bunga Ceplok Ungu (Lengkap Tamat)

    10/302

    Suryakusumah berubah hebat.Fatimah tercengang melihat perubahan wajah temannya.Berkata menegas, "Apakah engkau kenal padanya?""Omurku sebaya dengan Bagus Boang. Tahun ini belum lagigenap dua puluh tiga tahun. Harya Odaya termasyur semenjakdua puluh tahun yang lalu. "Bagaimanakah aku sudah kenalpadanya selagi umurku waktu itu baru menginjak tiga tahun?"sahut Suryakusumah. "Coba katakan padaku, mengapa BagusBoang harus membunuh Harya Odaya!""Bagaimana menurut pendapatmu?" Lagi-lagi Fatimahmembalas dengan suatu pertanyaan.

    "Guru Bagus Boang bukan manusia goblok. Beliau pastitahu siapa Harya Odaya. Seorang maha pendekar pedangyang kesaktiannya tiada tandingnya semenjak dua puluhtahun yang lalu. .Aku berani bertaruh meskipun guru BagusBoang memiliki corak ilmu pedang sendiri tapi beliau sendiribelum tentu mampu menjatuhkan. Mengapa? Malahan diamempercayakan hal itu di atas pundak muridnya. Nampaknyadi sini ada sesuatu hal yang sudah diperhitungkan."Fatimah menghela napas, menyahut: "Apakah engkaubelum pernah mendengar hal itu dari tutur kata Ayah?""Belum. Guru tak pernah menyinggung hal itu."Suryakusumah mengelengkan kepala."Panjang ceritanya. Memang di sini terjadi suatu lika liku

    pelik," kata Fatimah. "Masihkah engkau ingat riwayat puteraRatu Kali-nyamat.""Tentu saja. Maksudmu Pangeran Jepara, bukan?" sahutSuryakusumah lancar."Benar. Dialah dahulu yang akan menggantikan tahtaKerajaan Banten. Tetapi dia ditolak para kadi. Disinilah mulaiterjadi suatu perseteruan. Suatu perseteruan yang akhirnyamenerbitkan suatu pertempuran. Suatu perseteruan yangpanjang umurnya yang berekor terus sampai kini."Kebangunan Kerajaan Banten di mulai pada tahun 1552,tatkala Sultan Hassanudin naik tahta. Sultan ini membebaskandiri dari pemerintahan Demak.

    la menanamkan pengaruhnya di Lampung lewat penyiaranagama Islam. Sultan itu wafat pada tahun 1570. Kemudianputera-nyaPangeran Yusufnaik tahta. Hebat raja muda ini.Ia menghancurkan Kerajaan Pakuan dan menewaskan rajanyabernama Prabu Sedah. Prabu Sedah merupakan lambangagama Hindu. Dengan tewasnya Prabu Sedah, rakyat yangkebanyakan masih setia pada agamanya yang lamamengutuk peristiwa itu. Dimana-mana rakyat memanjatkandoanya, agar yang Maha Adil menurunkan keadilan. Entah doaitu di dengar atau tidak, tetapi setelah Sultan Yusuf wafatpada tahun 1580, mulailah kerajaannya terjadi kekeruhankekeruhan.Pemerintah Demak yang merasa tak senang atas keputusanalmarhum Sultan Hassanudin memisahkan diri dari pemerintah

    Demak, mengirimkan wakilnya' dengan tugas mengawasiSultan itu. Wakil pemerintahan Demak dipercayakan penuhkepada Pangeran Jepara, putera Ratu Kalinyamat yangtermasyur pada zaman Aria Jipang Panolan2)- Tatkala SultanYusuf wafat, segera ia hendak merebut pemerintahanKasultan-an Banten dengan mengangkat diri sebagai sultan.Tetapi maksud itu ditentang para kadi. Maka terbitlah suatupertempuran yang berlarut.Kerajaan Banten kemudian mengangkat Pangeran MaulanaMuhammad menjadi Sultan. Kala itu dia berumur sembilan

  • 5/27/2018 Bunga Ceplok Ungu (Lengkap Tamat)

    11/302

    tahun. Tampuk pimpinan pemerintahan dipegang PangeranMas yang terkenal dengan nama Aria Pangiri. Ia dibantu olehseorang penasehat kerajaan yang ulung bernama Jayanegara.Setelah dewasa penuh Sultan Maulana Muhammadmenyebut dirinya Ratu Banten. Diluar dugaan, ternyata diaseorang sultan yang pandai dan bijaksana, la mencontohsepak terjang Pangeran Ranamanggala yang memusuhipedagang-pedagang Belanda yang menamakan diri VOC. Iameluaskan daerah pengaruhnya ke wilayah Priangan, Cirebondan Tegal. Kemudian memimpin laskarnya menyerang

    Palembang. Maksudnya hendak mendirikan pangkalan di SelatMalaka agar dapat bersaing dengan pedagang-pedagang asingyang pada dewasa itu mulai merambah daratan Pulau Jawaseperti Inggris, Belanda, Perancis, Portugal Denmark,Tionghoa, Arab, India dan Persia. Sayang, maksud baiknya taksampai. Ia tewas dalam peperangan itu.Puteranya bernama Abdulmafakir yang baru berusia limabulan dinaikkan ke tahta kerajaan oleh Wali KerajaanJayanegara yang kemudian menjadi penasehat pertama(Perdana Menteri). Jayanegara terpengaruh benar olehseorang wanita cendekiawan yang bernama Nyai EmbanRangkung. Wanita ini kelak terkenal dengan nama NyaiGede Wanagiri. Dia merupakan wanita pertama yang

    secara tidak langsung ikut mengendalikan pemerintahan3).Peristiwa ini terjadi pada tahun 1605. Dan dari sinilah pulamulai terjadi huru hara yang memperlemah KasultananBanten.Timbulnya Nyai Emban Rangkung, mengilhami para kerabatraja untuk berani menentang Sultan. Aria Pangiri bekaspenase-hat raja yang disingkirkan Jayanegara oleh nasehatNyai Emban Rangkung, apakah mau tinggal diam?Dengan diam-diam ia mulai membentuk persekutuanpenentang raja dengan dalih hendak menyingkirkan NyaiEmban Rangkung beserta Jayanegara sekalian. Tentu sajaterbitlah suatu pertarungan-pertarung-an dan persainganTiraikasih

    persaingan sengit. Persatuan rakyat mulai terpecah-belah. Dankekeruhan ini terus berjalan selama kurang lebih empat puluhlima tahun lamanya. Tetapi kekeruhan zaman itu melahirkanseorang calon raja yang mengerti isi hati nurani rakyat. DialahPangeran Abdul Fatah. Dengan tangkas ia memadamkanpemberontakan, membujuk dan mempersatukan rakyat.Kemudian naik tahta dengan sebutan Sultan Agung Tirtayasa,karena bersinggasana di istana Tirtayasa. Keberanian rakyatmengangkat senjata dialihkan untuk menentang VOC Belanda.Ia membantu Trunojoyo dan melindungi orang-orang Makasaryang bermusuhan dengan Belanda. Lalu memperluas daerahkekuasaannya sampai ke Priangan, Cirebon dan Tegal. Sepakterjangnya mengingatkan rakyat kepada almarhum Sultan

    Maulana Muhammad (Ratu Banten) yang giat berjuangmemajukan negeri. Meskipun Sultan Agung Tirtayasamemerintah dengan keras, namun ia disujudi. Baru dua puluhtahun ia memerintah negeri, rakyat memujanya sebagaibintang pembawa kejayaan.Sultan Agung Tirtayasa mempunyai dua orang putera yangmempunyai sikap dan pandangan hidup yang bertentangan.Yang pertama, Pangeran Abdulkahar. Yang kedua, PangeranPurbaya.Pangeran Abdulkahar menaruh perhatian kepada masalah

  • 5/27/2018 Bunga Ceplok Ungu (Lengkap Tamat)

    12/302

    ketatanegaraan. Seluruh hidupnya dipersiapkan untuk masadepan. Ia sadar bahwa dirinya kelak yang akan menggantikanayahnya memerintah negeri.Pada dewasa itu, Bandar Banten sudah ramai dikunjungikapal-kapal seberang lautan. Penduduk kota tidak hanyaterdiri dari rakyat Nusantara belaka. Tapi pun penuh denganorang-orang asing yang sedang berniaga. Inggris, Belanda,Portugal, Perancis, Denmark, Arab, India, Tionghoa danPersia.Pangeran Abdulkahar seorang yang cermat dan hati-hatidalam setiap tindakannya. Ia tak sepaham dengan pendirian

    ayahnya yang dalam setiap tindakannya bertujuan untukmerugikan Kompeni Belanda. Menurut anggapannya, itulahtindakan mempersempit pergaulan sendiri. Itulah sebabnya, iamalahan bersikap mengambil hati terhadap Kompeni Belanda.Dengan sendirinya bersahabat dan mengadakan persekutuandengan diam-diam untuk menentang tindakan ayahnya. Sadarbahwa hal itu akan dapat menerbitkan suatu pertikaian, makabelum-belum ia sudah mencari sandaran kepada kaum ulamayang sangat berpengaruh di dalam negeri.Sultan Agung Tirtayasa mengira, bahwa sikap puteramahkotanya itu terjadi karena mencemaskan masalahmahkota kerajaan. Maka ia melantiknya sebagai Mangkubumi

    Kasultanan. Dengan kebijaksanaan itu, ketegangan yangterjadi antara kaum ulama dan pemerintah dapat diatasi.Tetapi Pangeran Abdulkahar cerdik, la tak mau kehilanganpengaruhnya terhadap golongan ulama. Clntuk meyakinkangolongan ulama bahwa dia ada dipihaknya, ia berangkat naikhaji pada tahun 1671.Sekarang, tinggallah Pangeran Purbaya mendampingiayahnya. Pangeran ini mempunyai pandangan dan sikap hidupyang sepaham dengan ayahnya. Selagi kakaknya menekunisoal-soal ketatanegaraan, dia mempersiapkan diri sebagaiseorang maha prajurit. Tujuan hidupnya hendak mengusirorang-orang asing dari bumi Banten. Jakarta sebagai pusatVOC hendak dibasmi. Karena itu dengan giat ia mendaki

    gunung-gunung, menuruni jurang-jurang untuk mencari gurugurupandai. Akhirnya ia terkenal sebagai seorang ahli pedangkenamaan.Pengalamannya memasuki wilayah negara itu banyakmempengaruhi pertumbuhan hidupnya, la lebih mengenal hatinurani rakyatnya yang ternyata masih setia kepada adatistiadat lama dan agama nenek moyang.Terhadap bangsa asing mereka bersikap curiga. Terhadapagama Islam, mereka merasa tak sepaham. Pada sendikekuatan hati nurani rakyat inilah, Pangeran Purbayabersandar. Karena itu terhadap golongan ulama yang sukabersahabat dengan kompeni be-landa, ia bersikap angkuh dan

    curiga. Sebaliknya terhadap orang-orang Makasar laskarTrunojoyo yang memperoleh perlindungan ayahnya, ia rapatbergaul. Dengan demikian, ia termasyur dikalangan rakyat,sehingga kepergian Pangeran Abdulkahar, ia sudah dianggapsebagai Puteramahkota yang sah.Pada tahun 1681, Pangeran Abdulkahar datang dariMekkah dan Turki. Melihat perubahan pandangan rakyatterhadapnya segera ia mempersiapkan diri. Ia kini sudahmendapat kepercayaan penuh dari kaum alim ulama. Denganpersetujuan kompeni belanda, lantas ia mengangkat dirinya

  • 5/27/2018 Bunga Ceplok Ungu (Lengkap Tamat)

    13/302

    sebagai sultan baru dengan nama: Sultan Haji.Sultan Agung Tirtayasa dibantu laskar Lampung danMakasar. Sedangkan Sultan Haji dibantu kaum ulama dan VOCBelanda. Pada mulanya, Sultan Agung memperolehkemenangan. Tapi akhirnya kalah dan kena tawan. Ia disekapdi Jakarta dan wafat pada tahun 1692. Pangeran Purbayahilang dari percaturan rakyat. Kabarnya berada di wilayahPriangan. Dan pada zaman perang itu, Bagus Boang, Fatimahdan Suryakusumah hidup."Eh, Fatimah!" kata Suryakusumah. "Mengapa engkaumengangkat-angkat cerita lama? Apa sih, hubungannya

    dengan keper-gian Bagus Boang?"Fatimah tertawa pelan melalui hidungnya. Katanyaperlahan pula, "Engkau ini kalau dikatakan sebagai manusiasetengah matang pastilah sakit hati. Kalau engkaumenghendaki keterangan yang gamblang mulailah dengansebab musabab permulaan. Kalau latar belakangnya sudahkauketahui, sedikit keterangan saja engkau akan jadi teranggamblang. Bukankah aku sudah berkata, panjang ceritanya.Nah, kau butuh keterangan atau tidak?"Suryakusumah menatap wajah Fatimah. Dalam cuacaremang bulan sabit, wajah gadis itu bertambah elok. Wajahagung, berbentuk bujur telur. Berhidung mancung, bermata

    tajam. Beralis lentik dan berambut panjang berombak. Inilahwajah seorang gadis keturunan Arab atau Persia. Danterhadap wajah demikian itulah, Suryakusumah merasa takluksampai ke bulu-bulunya."Baiklah, baiklah..."katanya mengalah.Fatimah merenung sejenak mencari kesan. Lalu berkatamenggurui, "Sudah selang berapa tahun, Sultan AgungTirtayasa wafat?"Suryakusumah tercengang sejenak, namun hatinyamenghitung dengan jarinya. "Sekarang tahun 1716, bukan?Masuk dua puluh empat tahun!""Masih ingatkah engkau tentang kedahsyatan perang di tepiSungai Cisedane?" tanya Fatimah.

    "Waktu itu, aku masih kanak-kanak. Bagaimana aku bisatahu?" Suryakusumah menghela napas oleh pertanyaan yangbertubi-tubi itu.Fatimah tertawa. Berkata membenarkan, "Benar. Meskipunkita lahir jauh dibelakang-nya, tapi pernah mendengar ceritaorang-orang tua. Tatkala itu hiduplah dua pendekar besar.Harya Odaya dan Harya Sokadana. Yang satu seorang ahlipedang. Yang lain seorang ahli tongkat baja. Kedua-duanyamerupakan tokoh andalan Pangeran Purbaya.""Nanti dulu!" potong Suryakusumah. Teringatlah dia, BagusBoang seorang ahli pedang dan dirinya sendiri mengandalkanpada senjata tongkat baja. Maka ia menegas, "Kau ceritatentang kedua tokoh sakti itu, apakah sengaja mengarang

    cerita kiasan untuk menyindir aku dan Bagus Boang?""Siapa sudi bercerita tentang dirimu?" Fatimahmemberengut. Dan lagi-lagi Suryakusumah mengalah. Buruburu ia memperbaiki, "Baiklah. Mulutku memang usil. Hartyasaja apakah hubungannya dengan percobaan Bagus Boanghendak membunuh sang maha sakti Harya Odaya?""Hmm!" dengus Fatimah. Rupanya masih ia menyesaliSuryakusumah yang tak pandai memuaskan hatinya. Tapisetelah diam sejenak, kembali ia bertanya: "Selain kedua

  • 5/27/2018 Bunga Ceplok Ungu (Lengkap Tamat)

    14/302

    orang itu, Pangeran Purbaya mendapat bantuan siapa lagi?""Orang-orang Lampung.""Benar. Siapa lagi?""Orang-orang Makasar.""Benar. Siapa lagi?"Suryakusumah mendongkol karena merasa diridiperlakukan sebagai murid sekolah dasar. Namun ia berpikirkeras. "Orang-orang gagah perkasa zaman itu bagaimana akudapat mengingat-ingat namanya. Itu saja merupakan hasiltutur kata orang-orang tua." Ia berkata demikian, tetapimatanya bersinar terang menyembunyikan sesuatu. Fatimah

    tak melihat sinar matanya karena keremangan malam. Segeragadis itu berkata menang, "Itulah Paman MundinglayaguruBagus Boang.""Ah, ya! Mengapa aku tak berpikir sampai di situ!"Suryakusumah pura-pura terkejut.Fatimah dilahirkan untuk menjadi ratu pertama KerajaanBanten dikemudian hari. Tadi sewaktu Suryakusumahmenyembunyikan sinar mata, ia tak mengetahui karenaterlindung keremangan sesuatu. Namun ia pandai membawadiri. Lalu berkata acuh tak acuh, "Dengan begitu, HaryaGdaya, Harya Sokadana dan Paman Mundinglaya merupakantiga serangkai pendekar besar. Mereka bersahabat sangateratnya. Tapi sekarang, apa sebab Paman Mundinglaya

    menyuruh Bagus Boang membinasakan Harya Gdaya? Danmengapa ibu Bagus Boang menyetujui pula?"Seumpama nama Mundinglaya tidak dibawa ke persoalan,akan gampang dijawab. Karena Harya Odaya musuh raja,dengan sendirinya Bagus Boang berpihak pada Sul-tan.TapiHarya Gdaya bersahabat erat dengan Mundinglaya. MasakanBagus Boang hendak membunuh Harya Gdaya atas namarekan-rekan seperjuangan? Kalau tidak, siapakah Bagus Boangsebenarnya?"Ya. Memang sungguh mengherankan!" seruSuryakusumah. "Makin direnungkan, makin ruwet"Fatimah tertawa. "Tak kukira, kaupun pandai bersandiwara.

    Kau berkenalan dengan Bagus Boang tidak hanya dua tiga hariyang lalu. Masakan tidak tahu. Bagus Boang putera PangeranPurbaya.""Justru itulah yang membuat ruwet persoalan. Harya Odayaadalah pahlawan Pangeran Purbaya!" Suryakusumahmenyahut cepat."Apakah kau belum pernah mendengar kabar? Denganmengandalkan pedangnya, ia merebut istri kedua PangeranPurbaya. Inilah yang membuat rekan-rekan seperjuangannyamengutuknya."*"Ah! Masakan begitu?" Suryakusumah kaget."Jangan berlagak dungu!" Fatimah mem-berengut. "Tiaporang tahu belaka peristiwa pertarungan besar di tepi Sungai

    Cisedane. Pangeran Purbaya dengan dibantu tigapahlawannya itu berkelahi dengan mati-matian. Sebab itulahperang yang akan menentukan. Ternyata Pangeran Purbayatidak dikehendaki sejarah untuk menang. Dia kalah danmelarikan diri ke Priangan. Kedua istrinya terpisah. Yang satukena dibawa ke Banten oleh Mundinglaya. Yang laindiungsikan Harya Odaya dan Harya Sokadana. Mula-mulamereka berdua melindungi, kemudian bertengkar. Kira-kirasampai di sini Fatimah tak meneruskan pembicaraan.Wajahnya merah dan ia membuang pandang.

  • 5/27/2018 Bunga Ceplok Ungu (Lengkap Tamat)

    15/302

    Suryakusumah bukanlah pemuda tolol. Ia malahan cerdikserta memiliki otak cerdas. Dengan sendirinya tahulah dia,mengapa Fatimah membuang pandang. Sebab di sini terjadisuatu peristiwa perkara perempuan. Dua sahabat yangberjuang bahu membahu itu akhirnya pecah. Teringat akandirinya sendiri yang sedang bertengkar perkara Fatimah,hatinya menjadi risih dengan sendirinya. Ia pun lantasmembungkam.Lama mereka berdiam diri dengan pikirannya masingmasing.Mendadak Fatimah berkata dengan nada tinggi, "Mari...

    Marilah kita berbicara yang lebih terang! Apa perlu berputarputarseperti gangsingan. Kau memang berotak cerdik,masakan aku tak tahu?""Apa maksudmu, Fatimah?" Suryakusumah kaget."Pastilah kau sudah mengetahui belaka siapakah namakedua isteri Pangeran Purbaya.""Tentu! Yang pertama, Gdani Sari Ratih. Yang kedua, BibiNaganingrum.""Kau menyebutnya dengan Bibi?" Fatimah heran"Ya, karena Bibi Naganingrum adik guruku yang pertama:Ganis Wardhana.""Hai!" seru Fatimah. Kali ini benar-benar ia heranberbareng terkejut. "Jadi...j adi... Sebelum kau berguru

    kepada Ayah, kau sudah menjadi murid pendekar besar GanisWardhana? Mengapa kau tak pernah menerangkan? ApakahAyah sudah tahu?"Suryakusumah mengangguk. Kemudian meruntuhkanpandang ke tanah. Ia mengutuk dirinya sendiri, apa sebabtelah kelepas-an kata.Fatimah seorang gadis cerdas. Melihat pandangSuryakusumah, timbullah berbagai pertanyaan dalambenaknya, la menunggu. Dilihatnya mata Suryakusumahberkilat tajam. Bibirnya hendak mengucapkan suatu kata-kata,tetapi urung. Maka segera ia dapat menebak, bahwa pemudaitu mempunyai suatu kesulitan. Sebagai seorang gadis yang

    berpandangan jauh, tak mau ia mendesaknya.Ganis Wardhana dan Naganingrum menjadi ahli waris ilmusakti kakeknya. Syech Yusuf, seorang ulama berasal dariMakassar. Pada zaman perang Banten melawan Belanda, iaterkenal sebagai seorang pendekar besar tanpa tanding.Belanda segan dan takut padanya. Setelah tertangkap, ladibawa ke Jakarta untuk menerima hukuman mati. Tapi ataspermintaan Kaisar Aurang-zeb dari Moghul India, hukumanmati diubah menjadi hukuman buang sampai ia wafat.Riwayat Syech Yusuf sangat terkenal. Namanya tenar,sehingga tiap orang mengetahui tentang kegagahannya.Fatimah sendiri mempunyai hubungan keluarga denganNaganingrum. Menurut tutur kata orang, ibunya berasal dari

    keluarga istana. Entah bagaimana riwayatnya, ibunya kawindengan seorang laki-laki berbangsa Arab entah Persia. Hal itusangat dirahasiakan. Laki-laki itulah ayah Fatimah. Sewaktu iasedang belajar bicara, ibunya sudah kawin lagi denganayahnya sekarang: Iskandar namanya. Dan Iskandar adalahsaudara misan Naganingrum. Karena itu ia kenal benardengan keluarga Naganingrum. Dengan sendirinya juga,pendekar besar Ganis War-dhana yang menjadi guruSuryakusumah.Nama Ganis Wardhana sejajar dengan Mundinglaya, Harya

  • 5/27/2018 Bunga Ceplok Ungu (Lengkap Tamat)

    16/302

    Odaya maupun Harya Sokadana. Kalau seorang sudahditerima menjadi murid Ganis Wardhana, mengapa bergurulagi kepada ayahnya sekarang? Fatimah seorang gadis cerdas.Suatu pikiran menusuk benaknya. Segera ia dapat menerka.Itulah karena dirinya. Dan memperoleh dugaan demikian, iamenghela napas.Sekian tahun aku bergaul, belum pernah aku melihatnyabersilat dengan jurus ajaran Paman Ganis Wardhana, pikirFatimah dalam hati. Lalu menegas, "Jadi engkau murid PamanGanis Wardhana? Mengapa engkau tak pernah

    memperlihatkan kepandaianmu, meski sejuruspun?"Suryakusumah tak segera menjawab. Mukanya kianmenunduk. Ia nampak menimbang-nimbang pula. Setelahbeberapa saat termangu-mangu, akhirnya ia menjawabdengan suara rendah."Aku baru menerima kulitnya saja. Masakan aku bermukatebal sampai pula berani melagak di depan umum untukmemperlihatkan satu dua jurus ilmu ajaran guru yang belumkumengerti intisarinya? Itu sama halnya dengan menelanjangipamor perguruannya sendiri."Fatimah tak mau mendesak. Meskipun pemuda itu memberiketerangan demikian, terasa benar ia menyembunyikansesuatu. Lagi-lagi itulah karena mengingat dirinya. Maka

    cepat-cepat ia mengalihkan pembicaraan. Katanyamengembalikan persoalan, "Baiklah. Katakan saja kau pandaimenjaga pamor perguruanmu. Tetapi justru itu ingin akuminta pendapatmu, apa -sebab kau membiarkan salahseorang sahabat menempuh bahaya?""Sahabat yang mana?" Suryakusumah tercengang.Mendadak terkesiap. Katanya tinggi, "Bagus Boangmaksudmu?""Benar. Kalau Sultan Haji ingin melihat Harya Odaya matidibunuh orang, itu dapat dimengerti. Sebab merekabermusuhan. Kalau Paman Mundinglaya ingin mendengarkabar Harya Odaya tewas dalam suatu perkelahian, itu pundapat dimengerti. Sebagai seorang teman seperjuangan ia

    malu mendengar kabar Harya Odaya merebut isterijunjungannya. Tapi mengapa kedua-duanya justru memilihBagus Boang untuk tugas seberat itu?" kata Fatimah dengansuara menggelegar.Mendengar suara Fatimah, hati Suryakusumah tercekat.Tak sampai hatinya melihat Fatimah dalam kesedihan. Masihmencoba, "Dahulu hari, Pangeran Purbaya dikalahkanSultan Haji di tepi Sungai Cisedane. Tetapi itu bukanmerupakan kekalahan mutlak. Kalau mau, masih dia dapatmengadakan serangan pembalasan. Tetapi dia tidak mau.Itulah disebabkan, kedua isterinya terpisah. Dan inimerupakan alasan aneh bin ajaib."

    "Apakah yang aneh?" Fatimah memotong. "Karena SultanHaji berjanji kepada Pangeran Purbaya hendak mengangkatkemenakannya itu menjadi putera mahkota di-kemudian hari.Janji inilah yang membuat Pangeran Purbaya harus merasapuas. Tapi apa sebab, bagus Boang diungsikan ke Ar-gapura?Sebab Sultan menghendaki Bagus Boang mati muda.Kabarnya Sultan Haji kini sudah mempunyai Putera Mahkota.Masakan kau tak tahu?"Setelah berkata demikian, Fatimah membungkam.Suryakusumah heran melihat lagak lagu pujaan hatinya itu.

  • 5/27/2018 Bunga Ceplok Ungu (Lengkap Tamat)

    17/302

    Biasanya Fatimah bersikap tenang menghadapi segalapersoalan. Tapi kali ini nampak gugup dan gelisah. Suaranyabernada tinggi dan menggeletar. Itu suatu tanda, hatinya ikutberbicara. Dan setelah diamat-amati, ia melihat kelopak mataFatimah basah."Suryakusumah, maaf..." Tiba-tiba suara Fatimahmerendah. Kemudian meneruskan dengan suara lemah,"Sama sekali aku tidak menyesalimu. Aku hanyamencemaskan keselamatan jiwa Bagus Boang."Suryakusumah jadi perasa. Sebagai salah seorang kerabatistana, tahulah dia bahwa Bagus Boang putera Pangeran

    Purbaya dari isteri pertama. Hanya saja, bahwasanya BagusBoang dicalonkan sebagai putera mahkota baru hari itu iamendengar kabar dari mulut Fatimah.Sekarang agak jelaslah mengapa Fatimah mencintai BagusBoang. Selain Bagus Boang memang pemuda cakap, ia jugaseorang calon putera mahkota Kerajaan Banten pula."Bagus Boang hendak membunuh Harya Udaya," katanyakemudian. "Tahukah engkau, dimana Paman Harya Odayabermukim? Sekalipun isteri Paman Harya Odaya bibi guruku,tetapi dengan sebenar-benarnya tak tahu aku dimanapendekar besar itu bermukim.""Di atas Gunung Patuha," sahut Fatimah.

    Dan baru saja Fatimah menyelesaikan kalimat terakhirnya,Suryakusumah sudah melompat bangun. Serunya nyaring,"Fatimah, adikku. Legakan hatimu. Jika aku tak dapat mencaridan menyelamatkan Bagus Boang, selama hidupku tak akanaku melihatmu kembali."Setelah berkata demikian, ia melesat mendaki gunung.Cepat gerakannya tak ubah seekor kera memanjatpepohonan. Gunung Patuha kala itu mulai diselimuti awanmalam. Itulah sebabnya, sebentar saja tubuh Suryakusumahlenyap dari penglihatan. Dan diam-diam gelap malam mulaitiba.Tatkala itu Fatimahpun hendak menyusul, akan tetapisudah terlambat. Sekarang ia mencari kudanya. Ternyata

    binatang itu pecah kepalanya akibat membentur batu. KudaSuryakusumah tidak nampak pula batang hidungnya. Setelahditinggalkan majikannya bersandar pada dinding batu,binatang itu lari sejadi-jadinya.Bulan sabit kini mulai beringsut ke tengah udara. Namuncahayanya terhalang awaa gunung, sehingga sekitar tempatitu menjadi gelap pekat. Dingin gunung mulai meresapi tubuhpula. Clntung, Fatimah bukannya gadis biasa. Kehangatantubuhnya mampu membendung dingin hawa yang mencobameresapi tulang.Sepeninggal Suryakusumah, Fatimah merasa sepi. BagusBoang sudah jauh meninggalkan dalam keadaan luka parah.

    Teringat luka itu, hatinya menjadi gelisah. Suryakusumahpergi juga dengan janji hendak mencarinya. Pemuda itubiasanya cerdik. Tapi kali ini entah berhasil atau tidak.Teringat bahwa Bagus Boang mungkin tak maumendengarkan kata-kata Suryakusumah seumpama dapatdiketemukan, ia merasa perlu untuk segera menyusulnya.Dengan perlahan, ia mencoba mengikuti tapak-tapak kakiLang-lang Buwana.

    2 KITAB SAKTI SYECH YUSUF

  • 5/27/2018 Bunga Ceplok Ungu (Lengkap Tamat)

    18/302

    DENGAN MENDEKAM di atas kuda Lang-lang Buwana,Bagus Boang mendaki Gunung Patuha. la menderita lukaparah. Penglihatannya makin lama makin gelap. Dantenaganya punah pula dengan tak diketahuinya sendiri.Karena itu ia meneruskan perjalanannya denganmengandalkan pada Lang-lang Buwana belaka. Untunglah,lang-lang Buwana benar-benar kuda jempolan. Meskipunperjalanan makin lama makin sulit serta berbahaya, namunkecepatan berlarinya tidak berkurang. Ia seperti paham akanIika likunya. Dengan meringik, ia melintasi jalan berlumutyang penuh pula dengan kerikil-kerikil tajam. Tetapi binatang

    tetap binatang. Walaupun jempolan, namun takkan melebihikewaspadaan orang. Andaikata Bagus Boang dalam keadaansadar, tidak mungkin ia mempercayakan keselamatan jiwanyakepada binatangnya. Tahu-tahu ia telah terbawa pada suatutempat yang gelap pekat. Agaknya lagi memasuki suatu lorongtertutup seperti suatu gua panjang.Ia menengadahkan mukanya melihat ke depan. Jauh disana, samar-samar ia melihat suatu cahaya lembap. Tatkalaitu dadanya terasa nyeri luar biasa. Dengan menggigil iamenekan dadanya kuat-kuat untuk menahan rasa sakit. Tibatibapada saat itu ia mendengar kudanya meringik terkejut.Dan tubuhnya terlempar turun. Ia merasa dirinya melayanglayang.

    Maka dengan hati cemas, tahulah dia, bahwatubuhnya sedang terlempar ke dalam jurang yang dalam.Dengan menguatkan tubuhnya ia. menunggu. Kiranya Lang-Iang Buwana tergelinudayar memasuki mulut jurang. Dalamkagetnya Lang-Iang Buwana masih bisa menolong diri. lamelompat ke atas mencapai daratan jalan. Tetapi majikannyayang mendekam di atas punggungnya terlempar ke bawah.Dalam keadaan antara sadar dan tidak sadar, tiba-tibaBagus Boang merasa tengkuknya kena peluk suatu lengan.Dan dadanya sedang diurut-urut.Pada saat itu bermacam-macam bayangan melintas cepatdalam benaknya. Nampaklah suatu bayangan, tatkala gurunyamemberi selamat kepadanya dengan mengangsurkan pedang

    pusakanya sendiri. Kemudian di kaki gunung ia bertemudengan Fatimah dan terus diburunya. Lalu suatu nyanyianasmara mengiang-ngiang lagi dalam telinganya. Naynyianasmara dengan suara Fatimah yang jernih bening. Fatimahberdarah Arab atau Persia. Perawakannya tinggi langsing danmontok. Pandangannya panas bagai api membara.Apakah Fatimah yang mengurut dadanya itu? Ingin iamembuka matanya, tetapi kelopaknya seakan akanterkanudayang rapat. Sekonyong-konyong teringatlah kejadianyang baru dialami. Ia menderita luka parah kena pukulanSuryakusumah yang menggunakan jurus ajaib, la tak tahu,bahwa jurus itu adalah jurus ajaran pendekar besar Ganis

    War-dhana yang dirahasiakan. Kemudian ia membiarkandirinya dibawa kabur Langlang Buwana.Dirumun ingatan itu, mau ia bergerak. Tetapi dadanya yangtadi terasa sangat sakit, kini menjadi nyaman sekali. Suatuhawa dingin meresap naik. Dan rasa panas yang menyekapdirinya perlahan-lahan terkikis lenyap. Tahu-tahu ia tertidurdengan nyenyaknya.Entah sudah berapa lama Bagus Boang tertidur dalamkeadaan tak sadar, tetapi tatkala terbangun, ia sepertitersadar dari suatu mimpi buruk. Sebentar tadi ia merasa

  • 5/27/2018 Bunga Ceplok Ungu (Lengkap Tamat)

    19/302

    dirinya dibawa terbang Lang-Iang Buwana melintasi gununggunungdi seluruh jagad. Kemudian bertempur denganratusan bayangan yang menyerang dirinya bertubi-tubi.Tatkala ia tersadar benar-benar, segera bergerak hendakmembalikkan tubuh."Hai! Dimana aku berada ini?" la berseru kepada dirinyasendiri. Tangannya meraba-raba. Ia tercengang. Ternyata iaberada di atas tempat tidur. "Suryakusumah! Fatimah! Dimana kalian? Eh, tempat apakah ini?"Ia melayangkan matanya. Hari sudah cerah. Kecerahanpagi hari. Didepannya menyongsong suatu jendela panjang.

    Terasa angin lewat berdesir. Kemudian suatu keharumanbunga terbawa masuk menusuk lubang hidungnya. Dandadanya terasa menjadi nyaman. Terus saja ia bangun danduduk berjuntai ditepi dipannya.Mendadak ia seperti mengenal kamar itu. Ia jadikeheranan. Katanya dalam hati, ah, benarkah aku beradadalam kamarku sendiri? la mengucek-ucek matanya. Lalumenggigit jarinya. Benar-benar tidak bermimpi, la mencobamenggunakan ingatannya. Teringatlah dia, tadi ia mendakiGunung Patuha dengan menunggang Lang-Iang Buwana.Jarak antara Gunung Patuha dan padepokan Argapura ratusanpai jauhnya. Sekalipun andaikata Lang-Iang Buwana tiba-tibamempunyai sayap, mustahil dapat membawa dirinya kembali

    ke rumah dengan sekejap mata. Atau tadi ia bertemu dewa?Dan dewa itu mendukungnya terbang kembali kerumahnya?Tidak! Di dunia ini belum pernah ada seorang bertemu dengandewa. Teranglah, dia bukan lagi bermimpi. Dan kalau bukanlagi bermimpi, apa sebab tiba-tiba dia berada dalam kamarnyasendiri?Jendela yang berada didepannya menghadap ke timur.Terbuat dari bambu dan terbuka separuh. Dengan begitu,Bagus Boang dapat melepaskan mata keluar halaman. Tepatdi depan jendela, berdiri sebatang pohon kamboja. Hiasanjendela begini ini hanya terdapat pada rumahnya sendiri. Jugaperabot kamar. Sebuah meja panjang yang biasanya

    dipergunakan untuk menulis atau membaca surat. Kemudiandidekatnya, sebuah lampu dinding. Dan di dinding pojokkanan, tergantunglah hiasan bunga anggrek. Inilah macambunga kegemaran ibunya. Setiap kali ibunya menjengukkamarnya untuk melihat anggrek itu sambil menanyakankesehatannya. Maka tatkala ia mendengar langkah ringan diluar kamar, segera ia turun dari tempat tidur seraya berkata,"Ibu! Aku datang!"Suara yang datang menghampiri pintu kamar tidakmenyahut. Hatinya tercekat karena biasanya ibunya lalumemperhatikannya. Jangan lagi sampai diseru, selagiberdeham saja ibunya pasti sudah memanggil namanya.Tirai yang menutupi kamar tersingkap. Dan muncullah

    seorang gadis yang menghadiahi senyum kepadanya. Parasmuka gadis itu bulat telur. Alisnya lentik, matanya cemerlangjernih bening. Hidungnya mungil dengan bibir merah mudatipis membatasi bentuk mulutnya yang sedang. Paraswajahnya cerah lembut sehingga serasi benar dengan kulitnyayang berwarna kuning langsat. Hanya saja kesannya masihbelum dewasa. Ia tersenyum untuk menyatakan kesanhatinya.Melihat munculnya wajah itu, Bagus Boang tercengang.

  • 5/27/2018 Bunga Ceplok Ungu (Lengkap Tamat)

    20/302

    Belum lagi ia dapat menentukan sikap, gadis itu telahmendahului berkata: "Syukurlah. Engkau sudah dapat turundari tempat tidurmu. Inginkah engkau pulang ke rumahsampai memanggil-manggil ibumu?"Halus suara kata-kata gadis itu. Dan mendengar katakatanya,Bagus Boang bertambah tercengang. Jadi, ini bukanrumahku sendiri? Lantas rumah siapa? pikirnya.Gadis itu datang menghampiri padanya dengan langkahperlahan-lahan. Sekarang ia tidak tersenyum, tapi malahtertawa. Kemudian berkata dengan suara lembutnya, "Mulamulaaku melihat seekor kuda putih lari'berjingkrakan. Tatkala

    aku menjenguk ke dalam jurang, engkau sudah menggeletakdidasarnya. Tak kukira engkau membawa-bawa pedangmustika pula. Gntung pedangmu tak mengenai dirimu.Rupanya terpental sewaktu engkau terbanting di atas tanahlembek."Sederhana kata-kata gadis itu. Tetapi justru karenasederhana, Bagus Boang menjadi terharu. Tiba-tiba saja iamerasa hormat padanya. Tak terasa terlontarlahpertanyaannya, "Sebenarnya siapakah engkau ini dandimanakah aku berada?"Gadis itu tertawa manis, la tak menjawab pertanyaanBagus Boang, bahkan ia membalas dengan pertanyaan pula."Sebenarnya engkau ini siapa sampai ter-luka begini hebat.

    Siapakah yang melukai dirimu? Coba, seumpama di rumah initiada obat mujarab, bukankah nyawamu mengkhawatirkansekali?""Terima kasih... terima kasih," Bagus Boang tersekat-sekat."Sekarang perkenankanlah aku mohon keterangan, di rumahsiapakah aku kini berada?""Ini rumahku. Mengapa? Buruk, bukan?" sahut gadis itu.Bagus Boang terbelalak. Sekali lagi ia menjelajahkanmatanya seperti tadi. Rumahnya? Dia berpikir. Mengapa caramengatur perabot dan hiasan kamar bagaikan kamarnyasendiri?Sekarang ia melemparkan pandangnya ke arah dinding.

    Pada dinding" itu tergantung suatu lukisan. Lukisan tentangpertempuran di tepi Kali Udayasedane. Dan melihat lukisanitu, hati Bagus Boang tergetar.Di samping lukisan itu, tergantung pula sebatang pedang.Mungkin itu sebatang pedang mustika. Sebab kesannyamempunyai perbawa yang dapat meresap sampai ke ulu hati.Dan melihat dua penglihatan itu, barulah Bagus Boangpercaya bahwa kamar itu bukan kamarnya sendiri, ia takmempunyai dua benda kuno itu.Memperoleh ingatan itu, kini ia menje-Iahkan matanyadengan kesadaran penuh. Tiap-tiap perabot kamar diamatamatidengan teliti. Ternyata kini nampak perbedaannya. Catmeja panjang, warna lampu dinding dan bunga anggrek.

    Bunga anggrek di rumahnya berwarna putih, sedang di dalamkamar itu berwarna ungu. Bagaimana bisa mirip dengan seleraibunya yang menanam pohon itu di depan jendela kamarnya.Gadis itu mengawaskan paras wajah Bagus Boang yangnampak menjadi bingung. Dan karena hatinya termangumanguia jadi nampak tolol pula."Mengapa?" ia menyadarkannya dengan suatu pertanyaan."Kamarmu sangat indah. Mengapa di depan jendela itutumbuh pula sebatang pohon kamboja?" Bagus Boangmenjawab gopoh.

  • 5/27/2018 Bunga Ceplok Ungu (Lengkap Tamat)

    21/302

    Gadis itu heran mendengar pertanyaannya. Mengapapertanyaannya aneh. Sejenak ia tertawa manis serayamenyahut, "Itu selera ayahku atas permintaan Ibu. Mengapa?"Dengan berpegangan dinding, Bagus Boang berjalantertatih-tatih menghampiri jendela, la melongok keluar jendelamerenungi pohon kamboja itu. Lalu berkata pelan, "Bilamelihat sebotong pohon kamboja, selalu ibu berdendangbegini untukku:utun inji jabang bayinu karek lahir ka bumi

    ibu bapak bungah atikitu deui kulawargipamuga muga anakingpahang tulang pait dagingdijaga beurang jeung peutingulah berewit jeung rungsingdipukpruk didama damaku ibu sareng ku ramadianteur sakama kamageusan udagan utamasing inget waktu dikandungdi guha garba nyalindungsalapan bulan dikandung

    nu matak dirajah kidungAlih bahasa bebas:adalah seorang bayiyang sedang lahir ke bumiibu bapak senang hatibegitu juga keluargasemoga anaknyabertulang kuat berdaging pahitdijaga siang dan malamjangan berisik jangan sakitditimang timang didamba dambabaik ibu maupun bapak

    diantarkan sedapat dapatnyajadilah manusia utamaingatlah waktu dikandungberlindung dalam kandungansembilan bulan dikandungmakanya dibuat senandungHeran gadis itu mendengarBagus Boang pandai bersenandung nyanyian Sunda,sampai matanya terbelalak. Itulah geguritan(pantun) pantunSawer Orok dan Sawer Budak Sunatan yang seringkalidisenandungkan orang-orang tua. Biasanya anak-anak mudaseumur Bagus Boang tidak begitu senang pada nyanyian

    daerah. Waktu itu pantaiJawa sudah diraba VOC, Inggris, Portugis, Peranudayas,Denmark dan bangsa-bangsa seberang lainnya. Pemudapemudatanggung banyak yang menirukan lagu-lagu merekaseperti burung beo, sebagai modal pemikat asmara. Terangsekali Bagus Boang seorang pemuda kota pantai, apa sebabdia gemar bersenandung nyanyian daerah.Gadis itu mencoba. Katanya kagum, "Ah! Engkau sepertiayahku senang bersenandung lagu daerah. Kulihat modelpakaianmu berasal dari tepi pantai. Bukankah begitu?"

  • 5/27/2018 Bunga Ceplok Ungu (Lengkap Tamat)

    22/302

    Bagus Boang tercengang. Diam-diam ia kagum akankeluasan penglihatan gadis itu. Tanpa merasa ia mengangguk.Dan gadis itu meneruskan, "Kabarnya, orang-orang pantaipandai menyanyikan lagu Portugis4) benarkah itu?"Sekali lagi Bagus Boang mengangguk kagum. Pikirnya,mustahil apabila dia tak pernah meraba Pantai Laut Utara.Kalau tidak, masakan ia mengetahui kemajuan zaman.Gadis itu memang hendak mencoba. Maka ia lantasmenyanyikan lagu Dandang-gula. Bagus suaranya, sampaiBagus Boang mengira sedang bermimpi:gunung gede di garut ngadinding

    henteu asa paturaj nya badanudayakur jangkung jahe konengnaha teu palaj tepungsim abdi mah ngabeunjing leutikari ras udayamataangedong tengah lautulah kepalang nya belaparipaos gunting pameulahan gambirkaudayapta salaminaAlih bahasa bebas:Dandanggulagunung gede di garut menjulang

    tak terasa pertemuannya badankencur tinggi jahe kuningkenapa tak mau bertemuraga hamba keudayal mungilbila air mata bertetesangedung tengah lautjangan kepalang tanggung membelaperibahasa gunting pemotong gambirterudayapta selamanyaTakjub bukan kepalang Bagus Boang mendengar lagusuara dan bunyi baitnya. Indah lukisan kata tentangpertemuannya sekarang. Benarkah demikian? Selagi diamemikirkan arti kata-kata bait lagu itu, si gadis berkata:

    "Sebenarnya ini lagu kesayangan Ayah. Seringkali Ayahmenyanyikan senandung itu sampai akhirnya aku hafal betul.Tapi entah benar atau tidak.""Mengapa tak benar? Inilah lagu Dan-danggula!" seruBagus Boang cepat. Dan mendengar ucapan Bagus Boang,gadis itu nampak berlega hati. Ternyata pemuda itu benarbenarmengerti tentang lagu daerah."Kau tadi melongok keluar jendela, lalu bersenandung.Agaknya ada suatu kenangan yang senantiasa meresap dalamkalbumu. Pastilah suatu kenangan yang indah," kata gadis itu."Benar. Itulah senandung ibuku. Karena... karena...""Karena apa? Gadis itu mendesak."

    "Kamar ini..." Bagus Boang ragu. "Cara mengatur kamar initidak ada bedanya dengan ibuku. Tadi aku mengira beradadika-marku sendiri."Mendengar keterangan Bagus Boang, hati gadis itu tertarik.Matanya bercahaya. Katanya perlahan penuh perasaan,"Alangkah bahagianya, engkau mempunyai seorang Ibu yangbesar udayanta kasihnya kepadamu."Bagus Boang memang dekat benar hatinya dengan ibunya.Kasih sayang ibunyapun besar kepadanya. Itulah sebabnya,mendengar pernyataan gadis itu, hatinya sangat bersyukur.

  • 5/27/2018 Bunga Ceplok Ungu (Lengkap Tamat)

    23/302

    "Sayang, tidak demikian halnya dengan ibuku."Kata gadisitu. "Sudah sepuluh tahun ini, Ibu menyekap diri dalambiliknya. Aku bisa berbicara sepatah dua patah kepadanya,manakala dia sedang berjemur di halaman, ltupun hanyaterjadi satu tahun sekali untuk dua tiga hari lamanya.""O, jadi ibumu pun berada dalam rumah ini?" Bagus Boangterperanjat. "Aku belum menghadap padanya..."Gadis itu menggelengkan kepalanya. Kemudian berkatadengan suara berduka, "Kesehatan Ibu tak mengizinkan siapapun juga untuk menemuinya. Itulah sebabnya, aku hanyadapat bertemu padanya dua tiga hari selama satu tahun"

    "Ah! Masakan...." Bagus Boang tak yakin"Jangan lagi menemui seorang tetamu..." potong gadis itumeyakinkan. "Melintasi ruang depan ini, belum pernah."Melihat wajah gadis itu yang bersungguh-sungguh, BagusBoang merasa bersalah. Untunglah, dalam sekejap saja parasgadis itu kembali jernih. Tiba-tiba mengalihkan pembicaraan."Kau membawa-bawa pedang mustika. Kudamu pun kudajempolan. Tatkala aku membawamu kemari, binatang itumengikuti dari belakang sambil meringik. Pastilah engkauseorang yang berilmu. Dari siapakah engkau belajar ilmupedang?"Mendengar pertanyaan itu, Bagus Boang keripuhan.

    Menjawab asal, "Ibuku yang mengajari aku ilmu pedang.""Ibumu?" Gadis itu terbelalak. "Apakah ayahmu tak pandaibermain pedang?" Bagus Boang menundukkan mukanya. Sulitia hendak menjawab pertanyaan gadis itu. Ia berusaha agarjangan mengecewakan gadis yang telah menyelamatkanjiwanya. Tapi pun ia teringat, bahwa gadis itu belumdikenalnya. Sedangkan pada waktu itu ia masih harus memikultugas yang berbahaya. Maka ia membohong terpaksa."Ayahku... ayahku telah meninggal dunia semenjak akumasih belum dapat merangkak-rangkak...""Ah!" gadis itu berseru pilu. Lalu membungkam.Bagus Boang jadi perasa. Selama ini belum pernah iaberbohong. Apalagi terhadap seorang gadis yang kini bahkan

    telah menolong jiwanya. Maka cepat-cepat ia memperbaiki."Aku bernama Bagus Boang. Siapakah namamu? Apakahayahmu berada pula di dalam rumah?"Gadis itu tertawa manis, katanya lembut: "Aku tidakmengharapkan balasan budi. Apa sebab engkau bertanyatiada habisnya?"Merah paras muka Bagus Boang. Ia terlalu polos sampaipula menanyakan pantangan seorang gadis yang baru untukpertama kalinya bertemu. Mama, umur dan hari lahir biasanyamerupakan rahasia pelik bagi seorang gadis. Tetapi gadis ituterlalu menarik hatinya, sehingga ia lupa pada undang-undangitu.

    Matahari di luar jendela sudah sepeng-galah tingginya.Gadis itu melemparkan pandang ke tengah alam. Ia sepertitersadar. Lalu berkata, "Satu malam penuh engkau tertidurnyenyak. Pastilah perutmu sudah memerlukan isi. Tunggulahsebentar."Sebenarnya kehadiran gadis itu lebih berharga daripadasegala makanan di pagi hari yang hendak disediakan. Mau iamenahannya, namun takut salah. Mulutnya sudah bergerak,namun batal dengan sendirinya. Maka tatkala gadis itumemutar badannya kemudian berjalan hendak keluar kamar,

  • 5/27/2018 Bunga Ceplok Ungu (Lengkap Tamat)

    24/302

    ia hanya mengikuti pandang dengan membungkam mulut.Diluar dugaan, sewaktu sampai diambang pintu, gadis itumendadak menoleh sambil tertawa manis. Katanya mengalah,"Baiklah, kukatakan padamu. Namaku Ratna Permanasari. Kauboleh memanggilku dengan Ratna atau Permanasari atau Sari.Sesukamulah! Permanapun boleh. Hanya saja kedengarannyaterlalu mentereng bagi orang pegunungan. Ayahlah yangmemberi nama itu. Katanya hendak meniru-niru nama seorangkelahiran kota besar."Mendengar nama "Sari", hati Bagus Boang terkesiap.Ibunya bernama Sari pula. Gdani Sari Ratih! Pikirnya menduga

    duga, ayahnya yang memberinya nama Sari, biasanya namaitu menunjukkan asal keturunan. Apakah... apakah... Ah, siapapun boleh mengenakan nama Sari. Siapa yang melarang? Didunia manakah terdapat undang-undang tentang namaseseorang? Selagi ia sibuk berpikir demikian, RatnaPermanasari sudah menghilang dibalik tirai.Kembali ia merenung-renung seorang diri di dalam kamaritu. Ia mencoba menguasai pikirannya yang melonjak-lonjakkarena belum memperoleh jawaban yang memuaskan hatinya.Baginya, semuanya masih berkesan teka-teki. Karena tidakada yang dilakukan lagi, ia mencoba merentang-rentangkankaki dan tangannya. Lega hatinya karena kedua kaki dan

    tangannya dapat bebas bergerak. Juga dadanya yang kemarinterasa nyeri luar biasa, pulih kembali seperti sediakala.Pukulan Suryakusumah bukan pukulan lumrah. Tetapi kenaobat mujarab Ratna Permanasari lenyap tiada bekasnya, pikirBagus Boang. Pastilah dia berasal dari keluarga yang kenalilmu silat.Ia menegakkan kepalanya, merenungi lukisan yangtergantung pada tembok samping. Tatkala pandang matanyatertumbuk pada sebatang pedang yang berkesan agung,hatinya tertambat. Ingin ia melihatnya, tetapi rasa tatasantunnya tidak mengizinkan. Beberapa saat ia bergulat dalamdirinya. Ternyata ia tak mampu membendung kehendakhatinya. Perlahan-lahan ia menghampiri dan menurunkan

    pedang itu dari dinding. Hati-hati ia menghunusnya. Danbenar-benar pedang istimewa. Suatu sinar hijau samar-samarmemancar dari logamnya.Usia Bagus Boang kurang lebih dua puluh tiga tahun. Tapiia seorang ahli alat-alat senjata. Begitu melihat pedang itu,hatinya tercengang.Ini bukan sembarang pedang! pikirnya bolak balik di dalamhati. Terhadap seorang asing pedang begini dibiarkantergantung di sini. Untuk pedang ini, berani seseorangmempertaruhkan nyawanya. Kalau Ratna Permanasari tidakpercaya penuh kepadaku, siang-siang sudah disimpannyabaik-baik.Dengan seksama ia mengamat-amati. Pada gagangnya

    tergurit suatu ukiran huruf kuno. Huruf daerah (Sunda) padazaman dua ratusan tahun yang lampau. Ia mencobamengingat-ingat kembali bunyi huruf kuno itu. Sewaktu diamasih berumur tujuh delapan tahun, ibunya pernah mengajari.Menurut pesan ibunya, 'Itulah huruf pusaka turun temurun.Betapa pun juga, tak boleh lenyap dari sejarah'. Sekali lagi iamengamati-amati lebih teliti lagi. Lantas saja berbunyilahhuruf itu : SANGGA BUWANASangga Buwana adalah nama sebuah gunung, tinggi 1919

  • 5/27/2018 Bunga Ceplok Ungu (Lengkap Tamat)

    25/302

    meter yang berada jauh di sebelah selatan Banten. Kakinyameraba pantai selatan, mendekati teluk Pelabuhan Ratu.Sungai Udayamadur, Udayadurian, Udayaberang danUdayabareno bermata air pula di situ. Penduduk memujanyasebagai tangga menuju surga tempat dewa-dewabersemayam. Itulah sebabnya, gunung itu di sebut GunungSangga Buwana. Semenjak zaman ratusan tahun yang lalu,banyak orang-orang sakti bermukim di situ. Karena itu tidakmengherankan bahwa pedang Sangga Buwana berasal puladari tangan orang-orang sakti zaman kuno yang bermukim dipinggang Gunung Sangga Buwana.

    Ayah Bagus Boang adalah Pangeran Pur-baya yang padazaman mudanya seringkah mendaki gunung menuruni jurang.Pengetahuannya banyak yang diwariskan kepada isterinya.Maka ibu Bagus BoangOdani Sari Ratihpandaimeriwayatkan pusaka-pusaka kuno yang ada hubungannyadengan sejarah kerajaan di Jawa. Sesekali pernah puladisinggung nama pedang Sangga Buwana. Hal itu disebabkan,selain Pangeran Purbaya seorang ahli pedang, ia punmengharapkan anaknya menjadi seorang ahli pedang jugadikemudian hari.Menurut tutur kata Udani Sari Ratih, pedang SanggaBuwana entah sudah berapa kali berpindah tangan. Yangterakhir jatuh pada Raja Pakuan: Prabu Sedah. Sewaktu

    Sultan Yusuf menyerbu Kerajaan Pakuan, pedang SanggaBuwana memegang peranan sangat penting. Beberapa kaliSultan Yusuf mencoba merampas Kerajaan Pakuan, namuntetap saja gagal. Para pahlawannya tidak ada yang beranimendekati Sangga Buwana. Karena pedang itu tajam luarbiasa. Senjata macam apa pun tak dapat melawannya. Sekaliterbentur pasti ran-tas seperti terajang. Akhirnya dengansuatu tipu muslihat, pedang Sangga Buwana dapat tercuri.Dan pada tahun 1579, Prabu Sedah tewas tertikam pedangnyasendiri oleh salah seorang pahlawan Sultan Yusuf yangkebetulan menjadi nenek moyang Pangeran Pur-baya. Sampaidi sini, Udani Sari Ratih tak mau meneruskan riwayat pedang

    pusaka itu. Ia seperti lagi menyembunyikan suatu rahasiayang bersangkut paut erat dengan keluarganya. Dia hanyapesan kepada pu-tera tunggalnya itu. Alangkah baiknyamanakala Bagus Boang dikemudian hari dapat memiliki pusakaSangga Buwana. Sama sekali tak diduganya, bahwa pedangitu dapat diketemukan dalam kamar itu. Apakah pedang inimilik keluarga Ratna Permanasari? Pikirnya sibuk. Ia memerasotaknya untuk mencoba memecahkan teka teki besar itu.Tetap saja ia belum memperoleh kepastian, sampaipendengarannya menangkap suara langkah RatnaPermanasari. Cepat-cepat ia mengembalikan pedang SanggaBuwana ketempatnya semula.Tepat pada saat itu, muncullah Ratna Permanasari dari

    balik tirai. Ia datang dengan membawa niru penuh dengannasi dan masakan. Dengan tertawa ia berkata ramah."Nasi yang kubawa ini nasi lembut. Kau baru saja sembuh.Aku mengkuatirkan perutmu belum tahan menerima makanankasar."la mengawaskan Bagus Boang yang tidak segeramenyahut. Melihat dahi anak muda itu mengerenyit, ia berkatalagi penuh pertanyaan. "Kau sedang memikirkan apa?"Sekali lagi ia mengamat-amati wajah Bagus Boang. Paraspemuda itu seakan-akan sedang memikirkan sesuatu yang

  • 5/27/2018 Bunga Ceplok Ungu (Lengkap Tamat)

    26/302

    mengherankan hatinya. Segera ia mengikuti pandangnya.Dilihatnya sarung pedang bergerak-gerak. Dan tahulah iasebab musababnya. Lantas saja ia tertawa lagi penuhpengertian. "Ah, kiranya engkau tertambat denganpedangku?""Ya benar," sahut Bagus Boang perlahan oleh rasa malu."Pedang itu luar biasa...""Luar biasa bagaimana?""Agaknya sebilah pedang kuno."Sambil meletakkan niru, Ratna Permanasari berkata:

    "Benar. Menurut Ayah, pedang itu dibuat pada zamanPajajaran oleh Empu Sempani. Pandang matamu sangattajam!""Apakah pedang ini merupakan pedang keturunankeluargamu?"Ratna Permanasari tersenyum. Matanya bercahaya. Ia lalumenjawab, "Mestinya harus begitu. Kalau tidak, masakansampai tergantung di sini. Itulah pedang mustika Ayah.Biasanya selalu dibawanya kemana dia pergi. Dan tiadaseorangpun diperkenankan merabanya. Ibu tidak, aku puntidak. Baru beberapa minggu yang lalu, tatkala aku berumursembilan belas tahun, mendadak pedang itu diberikankepadaku sebagai hadiah."

    Setelah berkata demikian, wajah Ratna Permanasaribersemu merah. Ia menyesal, apa sebab sampaimemberitahukan umurnya kepada seorang pemuda asing.Beba-rapa jam yang lalu, tak sudi ia memperkenalkan namaatau asal usulnya meski Bagus Boang mendesaknya. Tapisekarang, tanpa diminta ia sudah memberitahukan segalanya.Bukankah keterlaluan?Bagus Boang tidak menghiraukan keadaan hati RatnaPermanasari. "Jika begitu, pastilah engkau seorang ahli silat.""Ahli?" mata Ratna Permanasari membelalak. "Kata Ayah,aku belum mewarisi ilmu kepandaiannya meskipun hanyasepertiga bagian saja. Mana bisa di sebut ahli!"Bagus Boang tercengang. Diluar dugaannya sendiri, gadis

    itu ternyata berhati terbuka. Hati Bagus Boang makin tertarik."Engkau senantiasa bersikap segan-segan terhadapkukatanya. "Alangkah senang hatiku jika engkau sudimemperlihatkan barang sejurus dua jurus kepadaku. Biarlahmataku terbuka lebih lebar lagi.""Ilmu kepandaianmu melebihi aku. Sepuluh kali lipatbarangkali. Betapa aku berani mempertunjukkan ilmu warisanyang hanya kumiliki tiga bagian saja?""Bagaimana kau bisa tahu, bahwa aku memiliki ilmukepandaian?" Bagus Boang tercengang. "Kapan kau pernahmenyaksikan?""Kau menderita luka parah, masih pula terbanting di dasar

    jurang. Namun kesehatan dan tenagamu pulih kembali hanyadalam waktu satu hari satu malam saja. Kalau engkau tidakmemiliki ilmu tenaga dat, bagaimana dapat pulih secepat itu,"sahut Ratna Permanasari gampang. "Apa yang kutelankandalam mulutmu sesungguhnya bukan obat mujarab. Itu buahDewa Ratna. Memang khasiatnya dalam dunia ini tidak adabandingnya. Nama Dewa Ratna hanya terdapat dalam ceritaRamayana. Konon kabarnyapada suatu kali Prabu SiliwangiRaja Pajajaran menerima anugerah dewa dan kemudianditanamnya di dalam salah satu tamannya yang luas. Buah itu

  • 5/27/2018 Bunga Ceplok Ungu (Lengkap Tamat)

    27/302

    hanya muncul pada penglihatan manusia seratus tahun sekaliuntuk selama satu hari saja. Hal itu terjadi karena pada suatuhari kena raba tangan seorang wanita. Lucu ceritanya,bukan? Seseorangseumpama tiada tenaga, manakalamenelan buah itu, akan menjadi kuat seperti gajah. Seorangpikun, manakala ia menelan buah Dewa Ratna, akan menjadimuda kembali. Paling tidak akan panjang usianya." Sampai disini Ratna Permanasari tertawa geli. Kemudian melanjutkanlagi, "Aku belum pernah menelannya. Tetapi Ayah berkata,bahwa buah Dewa Ratna itu besar faedahnya untuk seseorangyang sedang menderita luka dalam.

    Meskipun khasiatnya besar, seumpama engkau tidakmemiliki ilmu dat sakti dalam badanmu, mustahil dapatmengembalikan tenaga dan kesehatanmu seperti sediakalahanya dalam waktu satu hari satu malam saja. Entahlah, kalauengkau percaya do-ngengan itu."Mendengar tutur kata Ratna Permanasari tentang buahDewa Ratna yang sudah ditelannya, ia tercengang sampaiterpaku. Tentang kesaktian buah itu, hampir tiap murid diperguruan pasti mengenal sebagai pengetahuan dasar.Walaupun tidak sebesar do-ngengannya, namun memperolehbuah sakti tersebut tidaklah mudah. Seseorang yang hanyamengandalkan kepada kepanjangan umur seratus tahun

    belaka, belum tentu berhasil. Maka apa dasarnya, RatnaPermanasari menelankan buah berharga itu ke dalammulutnya, sedangkan dia sendiri belum pernah berkenalan?Memikirkan demikian, hati Bagus Boang menjadi terharu.Ratna Permanasari sendiri tidak menyadari pikiran BagusBoang. Masih ia meneruskan perkataannya. "Menurutpendapatku, ilmu kepandaianmu tak berselisih jauh denganayahku. Mungkin sejajar pula. Sedang Ayah tiada di rumah.Dia baru berpesiar turun gunung. Seumpama berada dirumah, engkau akan dapat mengajaknya membicarakan soalsoalpelik."Bagus Boang menghela napas."Meskipun aku belum berjodoh bertemu dengan ayahmu,

    tetapi mendengar kete-ranganmu saja tahulah aku bahwaayahmu seorang pendekar besar. Karena itu, makin berani akumemintamu agar engkau sudi memperlihatkan sejurus duajurus kepadaku!"Ratna Permanasari tertawa. "Selamanya aku berada disinibercokol di atas gunung. Tiada sekelumitpengalamanku." Ia berkata dengan terus terang. "Menuruthematku, di dunia ini hanya Ayah seorang yang pandai ilmusilat. Itulah sebabnya aku memuji-muji-nya setinggi langit.Benar-benar aku membuatmu tertawa saja." Ia berhentimencari kesan. Mengalihkan pembicaraan. "Kau, makanlah!"Aku akan memperlihatkan sejurus dua jurus kepadamu. Hanya

    saja, kalau ada kekurangannya, maukah engkau memberipetunjuk-petunjuk?"Mendengar keputusan Ratna Permanasari, hati BagusBoang girang. Tentu saja ia menyahut, "Aku akanmenghabiskan semua masakanmu.""Kau ini pandai mengambil hati orang melebihi dugaanku,"ujar Ratna Permanasari. Segera ia menyajikan hidangan yangdibawanya tadi. Kemudian ia menghampiri pedangnya dandihunusnya dengan tangkas. Sebelum Bagus Boang sempatmemasukkan nasi lembut ke dalam mulutnya, Ratna

  • 5/27/2018 Bunga Ceplok Ungu (Lengkap Tamat)

    28/302

    Permanasari sudah memperlihatkan ilmu pedang warisanayahnya.Hebat gerakannya. Tiba-tiba saja sinar pedang SanggaBuwana yang kehijau-hijauan memancarkan cahaya kemilaumenyilaukan mata. Bagus Boang kagum melihat gerakanRatna Permanasari yang lembut, lincah dan gesit. PedangSangga Buwana yang tergenggam di dalam tangannyabergerak tiada putusnya mengikuti kemauan majikannya. Iamenikam, menusuk, menggurat, memotong, memapas danmembabat dengan sangat serasi. Nampaknya suatu gerakanindah tak ubah suatu tarian, tetapi mengandung ancaman

    dahsyat. Baru Bagus Boang memperhatikan gerak tipunya,sekonyong konyong tubuh Ratna Permanasari berkelebat.Gerakannya kini pesat dan cepat luar biasa, hingga cahayapedang Sangga Buwana kelihatan bagaikan segumpal asapbergulungan. Kamar itu terlalu sempit untukmempertontonkan gerakan ilmu pedang. Walaupun demikiangerakan pedang Ratna Permanasari seperti tidak merasaterhalang. Jurusnya terjadi dengan sangat wajar. Lincahberlenggak lenggok bagaikan ratusan lalat terbangberserabutan, tapi indah dipandang mata. Semua penjuru,keblat dan bidang gerak kena ditutupnya. Sehingga andaikatabertempur benar-benar, sulit lawannya untuk

    mengembangkan jurus perlawanannya.Diam-diam Bagus Boang menghela napas oleh rasa kagumbukan main. Orang berkata, bahwa ilmu pedangnya sudahmahir. Tetapi apabila dibandingkan dengan kemahiran RatnaPermanasari belum tentu dapat menandingi.Kerapkali perguruan Bagus Boang dikunjungi pendekarpendekarkenamaan di seluruh Jawa Barat. Manakala merekadatang, gurunya selalu minta kepadanya agar memperlihatkanilmu pedangnya. Dengan demikian, Bagus Boang mempunyaikesempatan untuk mengenal macam ilmu pedang yangterdapat di Jawa barat. Sekarang ia melihat ilmu pedangRatna Permanasari, sekian lama berpikir tak dapat iamengenalnya. Kelincahan dan kegesitannya mirip dengan ilmu

    pedangnya sendiri. Tetapi keperkasaan serta kerapatannyamirip ilmu tongkat baja Suryakusumah. Dan kelembutan sertakeganasannya mirip ilmu pedang Fatimah.Sekonyong konyong sambil bergerak lincah, RatnaPermanasari berkata dengan suara wajar: "Ayah berkata, bilaaku memainkan jurus ini, dalam hatiku harus aku menyanyibegini:hingkang serat miwah pangabaktimedal saking ikhlasing werdayaabdi dalem sunda kilenkang dahat budia panggungkang tetengga pasiten gustikita ing pamoyanan

    tepising udayaanjurarya wira tanu datarmuga kunjuk ing dalem kanjeng dipatisinuhun ing mataram...Alih bahasa bebas:dengan surat berbareng salam baktiyang membersit dari keikhlasanhati hambamu dari sunda baratyang berbudi sombong

  • 5/27/2018 Bunga Ceplok Ungu (Lengkap Tamat)

    29/302

    yang menunggu wilayah padukadi kota pamoyanandi perbatasan udayaanjurarya wira tanu datarsemoga diterimalah di hadapan dulituanku raja di mataram..."Menurut Ayah, itulah tata santun yang memuji nenekmoyang, karena tidak mengingkari asal ilmu pedang ini. Padazaman dahulu adalah ilmu pedang udayaptaan Arya Wira TanuDatar yang hendak dipertontonkan dihadapan Raja Mataram.Ah, rupanya Pasundan mempunyai hubungan budaya sangat

    erat dengan Mataram. Tahukah engkau?"Bagus Boang terbenam mendengar bait nyanyian itu.Sudah barang tentu ia tahu hubungan budaya antaraPasundan dan Mataram. Bahkan Kerajaan Banten berasaldarah dengan Mataram. Hanya saja siapa yang bernama AryaWira Tanu Datar, masih asing baginya. Mendengar namanya,pastilah ia seorang pendekar sakti yang lama memendamkandiri. Pastilah pula riwayat hidupnya sangat menarik.Dalam pada itu,Ratna Permanasarisudah berhentibersilat pedang. Ia

    tertawa manis, lalumenanyakanbagaimanapendapatnyatentang nyanyianitu. Memperolehpertanyaan itu,merah muka BagusBoang. Dengansesungguhnya iabelum mengenalsiapa Arya WiraTanu Datar itu.

    Ingin ia mintaketerangan, tapihatinya segan. Iatakut dikatakanterlalu melit. Makatatkala mulutnyahendak bergerak, iamembatalkan sendiri. Kemudian berkata mengakui, "Akuterlalu malas mendengarkan riwayat kuno...."Gadis itu nampaknya tidak begitu menanggapi. Denganmemasukkan pedang Sangga Buwana ke dalam sarungnya."Aku sudah membawakan hidangan sekedarnya untukmu.Akupun sudah mempertontonkan ilmu pedangku yang belum

    sempurna. Kenapa masih saja engkau belum mencobamasakanku?"Ditegur demikian, Bagus Boang tertawa, ujarnya: "Akukagum kepada ilmu pedangmu sampai lupa menyuap nasi.Maafkan." Setelah berkata demikian, ia lalu menyuap.Sedehana hidangannya, tapi sedap rasanya. Tatkala melihatmasakan kulit ayam, hatinya tercekat. Pikirnya: Hai! HanyaIbu yang mengerti kegemaranku. Mengapa dia pun masakbegini?

  • 5/27/2018 Bunga Ceplok Ungu (Lengkap Tamat)

    30/302

    Karena memikir demikian, sesaat ia lupa menyuap. RatnaPermnasari lantas jadi perasa. Katanya berhati-hati, "Apakahtidak cocok dengan seleramu? Ini masakan gunung.""Bukan! Bukan begitu! Aku justru heran," katanya cepat."Malahan enak sekali. Masakan ini seperti masakan ibuku."Paras Ratna Permanasari bersemu merah, la merasa kenateguran halus. Maka cepat-cepat ia berkata dengan suaraberduka. "Selamanya belum pernah sekali juga aku turungunung. Semua pengetahuanku hanya ku-peroleh dari Ayah.Aku belajar memasak sendiri, kadangkala Ayah mengawasi.""Ratna! Masakan ini enak sekali. Masakan kulit ayam ini

    adalah masakan kegemaranku," kata Bagus Boang khawatir.Melihat wajah Bagus Boang sungguh-sungguh danmemanggil namanya untuk yang pertama kalinya, ia girangdan bersyukur, la menghampiri jendela dan menyibakkantirainya. Harum bunga lantas saja merayap masuk melaluihidung."Kemarin kau jatuh terbanting di dasar jurang. Dan barusaja engkau sembuh. Meskipun mujarab khasiat buah DewaRatna, tetapi engkau harus beristirahat dahulu. Biarlahkuambil secawan arak istimewa," katanya ramah."Tetapi aku tidak biasa minum arak!" seru Bagus Boang."Hm... penduduk gunung rata-rata menggunakan araksebagai penghangat badan. Tunggulah! Arakku bukan arak

    biasa. Kau terka saja, macam arak apa nanti" bantah RatnaPermanasari sambil tertawa. Ia lalu menghilang di balik tirai.Dan benar saja, sebentar lagi ia muncul kembali denganmembawa segelas arak berwarna hijau muda."Arak apa ini?" Bagus Boang tercengang"Minumlah!" perintah Ratna Permanasari.Percaya kepada kesungguhan gadis itu, bagus Boangmeneguk arak itu sampai habis. Tetapi begitu arak itu masukke dalam tulang sumsumnya, tiba-tiba ia merasakan sesuatuyang aneh."Kau... kau., eh, arak apakah ini? Mengapa...." seru BagusBoang terkejut. Tiba-tiba saja lidahnya menjadi kaku. Dan ia

    tak dapat berbicara lancar lagi. Tatkala hendak menggerakkantubuhnya, tulang belulangnya serasa terlolosi. Rasa kantukyang tak dapat di tahan lagi melengket di kelopak matanya.Beberapa kali ia menguap. Ia kaget bercampur bingung.Ratna Permanasi mendorongnya dengan perlahan.Ternyata Bagus Boang lantas saja roboh tak dapat berkutik.Parasnya membayangkan rasa kaget, sesal dan kecewa. Inginia menyampaikan perasaannya, tapi mulutnya terkunudayarapat. Matanyapun tertutup. Samar-samar ia mendengarlangkah ringan meninggalkan kamarnya. Terdengar RatnaPermanasari berkata sambil tertawa."Hari ini cukuplah sudah engkau menggunakan pikiranmu.Lebih baik begitu daripada banyak yang kau tanyakan."

    Setelah mendengar kata-kata itu selintas, Bagus Boangtertidur pulas.* * *Waktu petang telah tiba sebentar tadi, tatkala Bagus Boangmembuka mata. Penglihatannya masih samar-samar. Di celahcelah atap, nampak cahaya bulan sabit tengah membagisinarnya. Angin membawa hawa gunung yang sejuk dinginmeresapi tubuh. Dari dalam rumah itu, terudayaum bau dupa.Teringatlah dia, penduduk mempunyai kebiasaan membakar

  • 5/27/2018 Bunga Ceplok Ungu (Lengkap Tamat)

    31/302

    dupa pada hari Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon. Merekamenganggapnya sebagai hari keramat. Maka Bagus Boangsegera dapat menentukan, bahwa hari itu memasuki malamSelasa Kliwon.Perlahan-lahan ia melayangkan matanya. Masih ia beradadalam kamar semua. Dide-katnya bertambah dengan sebuahmeja keudayal. Diatasnya tersedia teko yang masih terasahangat.Teringat akan kejadian tadi pagi, ia mencoba menariknapas dan menggerakkan anggota tubuhnya. Ternyatanapasnya terasa segar bugar. Begitu juga anggota badannya.

    Bahkan seluruh ruas tulang-tulangnya tak terasa nyeri, labangun menegakkan badannya. Benar-benar menjadi nyaman,segar dan penuh. Sekarang mengertilah ia maksud RatnaPermanasari. Ia menyesali diri sendiri apa sebab tadi ia sangsidan berpikir yang bukan-bukan. Sekarang hatinya berbalikmengucapkan rasa syukur."Rupanya arak kehijau-hijauan tadi bukannya sekedarpenghangat badan semata. Agaknya mengandung pularamuan khasiat mujarab. Ah, tadi aku menyangka yangbukan-bukan, sampai teringat pada racun yang berbahaya."Hendak ia turun dari tempat tidurnya, tiba-tiba iamendengar langkah di luar kamar. Mengira bahwa itu langkahRatna Permanasari, segera ia hendak menyambut untuk

    menyatakan kelirunya prasangkanya tadi.Tiba-tiba pendengarannya beragu. Langkah itu berat danlebih dari seorang. Maka cepat ia mendekam di bawahjendela, mengintip keluar.Di ruang sebelah, dian telah dinyalakan. Dua bayangannampak berlenggok pada dinding. Segera ia mendengar suarabagaikan genta. Kemudian berkata nyaring, "Saudara HaryaUdaya! Tempatmu bertapa ini benar-benar tak ubahkhayangan. Pandai engkau memilih bumi. Pantas engkaubetah bermukim di sini bertahun-tahun lamanya. Sebaliknyaaku, meskipun kata orang kedudukanku lumayan juga, tapisebenarnya tidak beda dengan seekor kuda yang lari pon-tang

    panting ke sana ke mari mengarungi angin dan' lautan debu.Ah, dibandingkan dengan dirimu, hm... rasanya masih jauhketinggalan."Wajar kata-kata orang itu, tetapi bagi telinga Bagus Boangbagaikan guntur menggelegar dalam telinganya. Diamenyebut nama Harya Udaya sebagai pemilik rumah itu?Orang itulah justru yang hendak dibunuhnya. Ah, kalau begituia berada di tengah musuh. Dengan sendirinya seisi rumahpula, termasuk Ratna Permanasari yang telah menawanhatinya.Lalu ia mendengar suara jawaban."Selama belasan tahun ini, aku tidak memperoleh kemajuansatu jengkal jua. Sebaliknya engkau sudah menjadi pembantu

    seorang raja terdekat. Seorang raja yang bijaksana danberhasil. Karena itu, kerapkali aku mendengar kabar tentangjasamu yang disebut-sebut orang. Bagaimana mungkindibandingkan dengan orang gunung seperti aku ini."Tenang suaranya. Suara seorang yang berusia tua. Tentangriwayat hidup Harya Udaya, ia hany