Bulletin Pendidikan Islam

5
Bulletin Pendidikan Islam Materi: Anak dan Internet Materi: Bantulah Anak Kita Menghadapi Zamannya Materi: Counter Culture SISWA DAN MITOS INTERNET Penggunaan internet di Indonesia telah mewabah sangat cepat. Dalam 13 tahun terakhir ini meningkat 1.000 persen, dari sebanyak 500.000 pengguna pada tahun 1988. Indonesia termasuk salah satu pengguna terbesar internet di dunia (55,2 juta pengguna, data tahun 2011). Sebagian besar penggunanya adalah usia pelajar dan mahasiswa. Anak- anak kita hidup pada zaman yang sungguh berbeda dibandingkan dengan 1 atau 2 dekade sebelumnya. Internet telah melahirkan revolusi informasi. Orang dewasa, remaja, hingga anak balita; pegawai, mahasiswa, siswa sekolah menengah, bahkan siswa SD dan TK pun kini dapat dengan mudah mengakses informasi apa pun melalui internet. Ya, informasi apa pun. Kita dapat mencari atau menemukan -- sengaja maupun tidak sengaja-- informasi berupa tulisan, suara, gambar, foto, dan film apa pun. Bisa kajian agama, ilmu pengetahuan, berita, permainan atau game, juga pornografi. Sebagian masyarakat belum menyadari benar bahwa pornografi telah menjadi wabah dan baru mengkhawatiri wabah demam berdarah, cacar air, gondongan, dan terakhir wabah serangga tomcat. Harap diketahui, Indonesia termasuk pengakses situs pornografi ketiga terbesar di dunia. Tahun 2005, peringkat ke-7. Tahun 2007, peringkat ke-5. Tahun 2009 peringkat ke-3. Boleh jadi, jika tidak diantisipasi, tahun depan Indonesia juara dunia. Konten pornografi berupa suara, tulisan, gambar, foto, dan film mudah dijumpai di internet, sengaja ataupun tidak sengaja. Bagi seorang anak usia SD, katakanlah kelas 3, masuk ke situs pornografi semudah masuk kolong meja makan. Jika anak telah terlanjur melihat konten pornografi, informasi itu akan lekat pada memori anak. Bahaya tak terkira jika anak berkali-kali menyaksikan konten tersebut kemudian menjadi terbiasa. Bila anak sedemikian dini memgkonsumsi konten pornografi, apakah yang mungkin akan dilakukannya di kemudian hari? Masa depan kita tidak akan pernah sepi dari pornografi, seperti halnya tidak akan sepi dari perang dan narkoba. Mengapa demikian? Bisnis! Sebagai perbandingan, industri militer menangguk keuntungan yang amat menggiurkan dari perang di Afghanistan dan Irak. Isu kerawanan militer dan konflik regional terus dihembuskan di kawasan Teluk dan Asia agar bisnis peralatan militer dapat langgeng. Sementara itu, narkoba semakin diberantas semakin meluas. Hal ini, karena

description

Bulletin Pendidikan Islam

Transcript of Bulletin Pendidikan Islam

Bulletin Pendidikan IslamMateri: Anak dan InternetMateri: Bantulah Anak Kita Menghadapi ZamannyaMateri: Counter Culture

SISWA DAN MITOS INTERNET

Penggunaan internet di Indonesia telah mewabah sangat cepat. Dalam 13 tahun terakhir ini meningkat 1.000 persen, dari sebanyak 500.000 pengguna pada tahun 1988. Indonesia termasuk salah satu pengguna terbesar internet di dunia (55,2 juta pengguna, data tahun 2011). Sebagian besar penggunanya adalah usia pelajar dan mahasiswa. Anak-anak kita hidup pada zaman yang sungguh berbeda dibandingkan dengan 1 atau 2 dekade sebelumnya. Internet telah melahirkan revolusi informasi. Orang dewasa, remaja, hingga anak balita; pegawai, mahasiswa, siswa sekolah menengah, bahkan siswa SD dan TK pun kini dapat dengan mudah mengakses informasi apa pun melalui internet. Ya, informasi apa pun. Kita dapat mencari atau menemukan -- sengaja maupun tidak sengaja-- informasi berupa tulisan, suara, gambar, foto, dan film apa pun. Bisa kajian agama, ilmu pengetahuan, berita, permainan atau game, juga pornografi. Sebagian masyarakat belum menyadari benar bahwa pornografi telah menjadi wabah dan baru mengkhawatiri wabah demam berdarah, cacar air, gondongan, dan terakhir wabah serangga tomcat. Harap diketahui, Indonesia termasuk pengakses situs pornografi ketiga terbesar di dunia. Tahun 2005, peringkat ke-7. Tahun 2007, peringkat ke-5. Tahun 2009 peringkat ke-3. Boleh jadi, jika tidak diantisipasi, tahun depan Indonesia juara dunia. Konten pornografi berupa suara, tulisan, gambar, foto, dan film mudah dijumpai di internet, sengaja ataupun tidak sengaja. Bagi seorang anak usia SD, katakanlah kelas 3, masuk ke situs pornografi semudah masuk kolong meja makan. Jika anak telah terlanjur melihat konten pornografi, informasi itu akan lekat pada memori anak. Bahaya tak terkira jika anak berkali-kali menyaksikan konten tersebut kemudian menjadi terbiasa. Bila anak sedemikian dini memgkonsumsi konten pornografi, apakah yang mungkin akan dilakukannya di kemudian hari?Masa depan kita tidak akan pernah sepi dari pornografi, seperti halnya tidak akan sepi dari perang dan narkoba. Mengapa demikian? Bisnis! Sebagai perbandingan, industri militer menangguk keuntungan yang amat menggiurkan dari perang di Afghanistan dan Irak. Isu kerawanan militer dan konflik regional terus dihembuskan di kawasan Teluk dan Asia agar bisnis peralatan militer dapat langgeng. Sementara itu, narkoba semakin diberantas semakin meluas. Hal ini, karena narkoba adalah bisnis bernilai milyaran dollar. Bagaimana dengan pornografi? Guru Besar Kriminologi UI Adrianus Meliala menyebut bisnis pornografi paling tidak mencapai 4.000 milyar dollar AS per tahun. Jumlah ini melebihi nilai bisnis senjata dan narkoba. Pornografi bagi mereka adalah bisnis masa depan! Dan masa depan adalah milik anak-anak kita. Naudzubillahi min dzalik. Situs yang juga berdampak buruk adalah game on line. Ia adalah pusaran air yang memerangkap. Ia pasir hisap yang menjebak. Sekali seorang anak menyentuhkan ujung jarinya, terdapat kemungkinan ia akan terseret arus dan daya tariknya yang kuat. Ia amat menggoda anak untuk berhasil memenangi satu level. Kemudian ingin mengetahui level dua. Selanjutnya ia amat penasaran masuk ke level tiga, empat, lima. Akhirnya ia bolos sekolah, menginap di warnet, demi memuaskan keinginannya. Celaka, ia tak akan pernah terpuaskan karena industri perancang game on line telah menyiapkan perangkap baru, jenis game baru, untuk bertahun-tahun ke depan! Kecanduan game-on line harus dibayar mahal dengan merosotnya prestasi belajar, tumbuhnya perilaku asosial. Perlukah Internet bagi Pelajar?Pelajar memang perlu menguasai operasi komputer, bahkan ia merupakan kecakapan yang tak terelakkan pada masa depan. Siswa harus terampil mengoperasikan komputer. Namun, perlukah siswa menguasai internet? Berjuta siswa SD hingga SMA telah menguasai internet, dalam pengertian bahwa mereka biasa mengakses dan menyebarkan informasi melalui internet. Namun, apakah mereka mampu mengambil manfaat secara optimal, dan seiring dengan itu, menangkal madharat internet? Jika ternyata siswa lebih banyak (secara kuantitas dan kualitas) mengakses situs yang tidak bermanfaat bahkan yang terlarang, berinteraksi sosial melalui facebook-tweeter yang tak ada manfaatnya dan bahkan yang terlarang, menghabiskan waktu memainkan game on line, maka sebenarnya mereka sama sekali tidak menguasai internet. Sebaliknya, internetlah yang telah menguasai mereka. Apa yang dicari siswa melalui internet? Internet merupakan sumber ilmu pengetahuan yang lengkap. Begitu masuk dunia maya via internet, kita seperti memasuki sebuah perpustakaan yang superlengkap. Jauh lebih mudah menggunakan internet dibandingkan berkeliling perpustakaan mencari buku yang diperlukan. Jika guru menugaskan siswa mencari informasi tentang negeri Mesir, cukup dengan 2 atau 3 kali klik, telah tersaji peta negara Mesir. Satu klik lagi, tampak foto-foto piramida, spink, dan mumi. Satu klik lagi terpampang sejarah Mesir kuno sejak zaman Firaun. Satu klik lagi, informasi paling baru tentang keadaan Mesir hari ini berkenaan dengan pemilihan presiden Mesir.Tugas membuat makalah tentang negeri Mesir bagi seorang siswa SMA juga bagi mahasiswa S1, S2, S3seratus kali lebih mudah dibandingkan 10 tahun atau 20 tahun yang lalu. Siswa atau mahasiswa tinggal kutip sana-sini, copy-paste. Mereka bisa mengambil 2 atau 3 artikel melalui internet, lalu merakitnya menjadi satu makalah yang baru, tanpa membaca buku, hatta satu buku saku sekalipun. Cukup satu atau dua jam, tugas menyusun sebuah makalah telah tuntas, selanjutnya siswa menghabiskan waktu berjam-jam bermain game online atau membuka berbagai situs yang tak perlu dan yang tak patut. Siswa atau mahasiswa hanya memiliki wawasan permukaan tentang Mesir, bukan ilmu yang mendalam hasil telaah referensi yang berbobot dan hasil suatu eksplorasi dan penelitian. Kelak ia akan menjadi sarjana copy-paste, ilmunya hanya sebatas ilmu kulit ari, seperti buih di pantai, luas tapi tak membekas. Bagi seorang siswa SMP atau apalagi SD, pengetahuan yang diperoleh melalui internet bukan tak tergantikan. Jauh lebih baik bagi siswa SMP dan SD untuk menbaca buku. Buku-buku yang tersedia telah memadai dan mencukupi. Bahkan, sedikit sekali buku yang dibaca siswa SD hingga SMA. Mereka hanya mengkhatamkan buku paket ditambah beberapa jilid komik dan novel. Internet mungkin saja perlu bagi siswa SMA dan mahasiswa. Tetapi bagi siswa SD, jauh lebih baik memahirkan kecakapan membaca-menulis-menulis berhitung dan bahasa Inggris. Dan sungguh lebih baik jika siswa SD dan SMP memahirkan bahasa Arab, meresapkan keimanan, menumbuhkan dalam jiwa aqidah shahihah, memahami syariah, memperbanyak hafalan Al Quran dan al hadits, melembutkan hati dengan meresapi akhlaqul karimah dan menghayati siroh Rasulillah shalallahu alaihi wa sallam serta keteladanan para shahabat rodhiallahu anhum. Ataukah kita hendak memilih sebaliknya? Yaitu biarkan mereka berpetualang melalui internet menemukan segala rupa informasi dan aneka pengetahuan? Mereka akan memiliki wawasan yang luas tentang ekonomi, politik, teknologi informasi, budaya populer (musik, film, grup band, sepakbola), game, dan pornografi. Tetapi jahil dalam agama. Tentu, bukan itu yang dikehendaki.Berkenaan dengan hal itu, kami menganjurkan agar sekolah (khususnya tingkat SD) tidak menugaskan siswanya untuk mengakses internet. Lalu karena alasan tugas dari guru, siswa minta izin orang tuanya ke warnet. Musibah! Pada umumnya warnet telah menjadi tempat yang tidak ramah bagi anak. Bilik-bilik warnet dibuat sedemikian rupa agar penyewa warnet bebas membuka situs apa pun, termasuk situs yang tak patut. Boleh jadi pada komputer yang digunakan siswa masih tersimpan dan tersisa data tak pantas yang belum dihapus. Lalu anak-anak SD menggunakan internet mengerjakan tugas sekolah sedangkan di sekitar mereka terdapat penyewa lain yang sedang asyik bermain game online, bermain judi, dan membuka situs dewasa. Terdengarlah penyewa yang mengumpat ketika kalah main game. Terdengarlah bisik-bisik dari bilik yang lainnya. Suatu kecerobohan. Jauh lebih baik jika siswa SD ditugaskan untuk menamatkan membaca satu buku siroh pada semester ini dan buku pengetahuan populer pada semester yang lain. Boleh jadi, keharusan bagi siswa SD untuk mempelajari teknologi informasi (IT) dalam bentuk keterampilan mengakses internet hanyalah mitos dan kelatahan belaka. Masih teramat banyak sumber-sumber ilmu selain internet (guru, ustdadz, ulama, kitab tafsir, kitab hadits, kitab-kitab lainnya, kutaib, majalah dan jurnal, ensiklopedi, cd, vcd) yang belum optimal pemanfaatnya. Sekiranya siswa SD, SMP, SMA memanfaatkan sumber-sumber tersebut, setengahnya, seperempatnya, hatta satu persen saja, cukuplah sebagai bekal hidup hingga maut menjemput. Sampai tahap ini, internet bukan segalanya, bukan suatu keharusan, dan bukan tak tergantikan. Apa yang kita takutkan dan kita khawatirkan? Kalaupun dipandang sangat dan sangat perlu siswa SD dan SMP ditugaskan mencari informasi melalui internet, maka siswa hanya boleh membuka internet di sekolah dengan bimbingan guru. Sangat tidak bijaksana sekolah menugaskan siswa untuk mencari informasi melalui internet, terserah mau buka internet di mana! Tidak semua keluarga memiliki komputer dan internet. Kalaupun ada internet di rumah, belum tentu aman. Orang tua dapat mengizinkan anak membuka internet di rumah, dengan beberapa catatan penting:1. Jangan biarkan siswa SD (dan SMP) membuka internet tanpa didamping sama sekali.2. Jangan tinggalkan anak sendirian di rumah dengan computer dan internet.3. Letakkan computer di tempat yang terbuka di dalam rumah.4. Buatlah system pengaman untuk mencegah akses situs pornografi. Namun, tidak ada system yang 100% mampu membendung situs pornografi, 10% pun tidak, karena nama situs pornografi telah disamarkan. Pornografi telah menyebar dengan agresif, seperti penyebaran zat-zat kimia (yg berbahaya maupun yang dianggap tidak berbahaya) dalam makanan, mimuman, dan jajanan. Sebutlah, makanan dan minuman manakah yang bebas dari bahan kimia? Bawang, buah, dan sayur mentah pun tak luput darinya. Seperti itu pula internet. 5. Berikanlah system penangkal pada diri pribadi anak. Hal ini sama pentingnya, bahkan lebih penting, dibandingkan software penangkal pada komputer.6. Akrabilah anak. Kenali mereka (bukankah sebagian orang tua tidak mengenali anaknya?)Game dan situs terlarang juga dapat dimudah diakses melalui laptop, notebook, netbook, dan handphone. Sungguh, anak-anak SD, SMP, SMA tidak memerlukan handphone kecuali handphone yang sederhana fiturnya (sekadar untuk telpon dan sms). Generasi pelajar tahun 80-an atau sebelumnya bersekolah pada zaman tidak ada handphone, dan tak masalah. Kini telah beredar pula TV-smart yang makin memudahkan penggunaan internet, game, dan dapat dihubungkan dengan handphone, flashdisk, memory card. Selangkah lagi TV dapat menangkap siaran televisi luar negeri tanpa parabola. Kasihan sekali anak-anak kita, terpapar arus deras informasi global tanpa persiapan dan perlindungan yang memadai. Sungguh beruntung bila anak-anak kita terselamatkan dari dampak negatifnya yang massif (sekalipun, misalnya tidak kebagian manfaatnya secara optimal). Kiranya tepat bila anak-anak SMP dan SMA belajar di pesantren ataupun boarding school yang memiliki system yang memungkinkan siswa memanfaatkan teknologi informasi dengan bijaksana.

Allahu alam bish showab.MS Arief, dari berbagai sumber.