Buletin swadesa edisi-4

2

Click here to load reader

description

Korupsi adalah keruntuhan

Transcript of Buletin swadesa edisi-4

Page 1: Buletin swadesa edisi-4

1 Redaksi menerima tulisan good practices. Kirim ke [email protected]

Bandung, (29/06/2013) Sejak dilaunching tahun 2007 oleh Presiden SBY,

PNPM MPd tak henti menyatakan perang terhadap korupsi. Pasalnya, korupsi menjadi ancaman serius pengucuran BLM (Bantuan Langsung Masyarakat). Belajar dari kegagalan program lain, PNPM Mandiri Perdesaan menyadari bahwa titik kritis korupsi adalah karena lemahnya penindakan.

Pemberian BLM tanpa melalui birokrasi sesungguhnya menjadi terobosan penting di PNPM MPd. Masyarakat terlibat aktif dalam pengelolaan sehingga pengawasanpun menjadi tanggungjawab bersama. Dengan prinsip transparansi, Perangkat Desa, TPK, Kaum perempuan, pemerintah kecamatan, bahkan RTM (Rumah Tangga Miskin) terlibat aktif.

Banyak pihak mengaku jika tingkat transparansi di PNPM MPd jauh lebih baik. Hanya aja, korupsi selalu menjadi bahaya laten. Pengelolaan dana bergulir melalui program SPP (Simpan Pinjam Khusus Perempuan) dan UEP (Usaha Ekonomi Produktif), yang bersentuhan langsung dengan cash money, memberi daya tarik (opportunity) bagi pelaku

Pengurus UPK (Unit Pengelola Kegiatan) diantara pihak yang rentan terlibat tindak pidana tersebut. Keinginan ekonomi, penggandaan uang/investasi hingga pengaruh lifestyle, membuat sebagian mereka kehilangan kontrol. Berdasar audit BPKP, di Jawa Barat tidak kurang dari Rp. 5,4 milyar uang BLM telah disalahgunakan. Tentu kenyataan ini berlawanan dengan prinsip Anti Korupsi.

HASIL PENINDAKAN Dipenjarakannya dua Pengurus UPK Panjalu-

Ciamis selama 4,3 tahun menyusul vonis Pengadilan Tipikor-Bandung (1/11/2012) menjadi bukti keseriusan PNPM MPd melawan korupsi. Beberapa tahun sebelumnya, seorang pengurus UPK Darangdan Purwakarta harus rela mendekam di penjara sekitar 10 tahun setelah terbukti menggelapkan uang perguliran sebesar Rp.500 juta.

Keseriusan berlanjut dengan dorongan penyidikan dua kasus Korupsi yaitu di UPK Malangbong-Garut dan UPK Taraju-Tasikmalaya. Patut diapresiasi, kedua kasus tersebut saat ini telah disidangkan di Pengadilan Tipikor Bandung. Dalam kasus Taraju, Jaksa telah menuntut hukuman penjara 3,6 tahun penjara subsider 1 tahun 9 bulan terhadap eks Ketua yang notabene seorang ibu.

Begitu halnya dengan kasus korupsi di UPK Caringin. Meskipun tersendat sejak tahun 2011 silam, PNPM MPd bersama masyarakat tak lelah berjuang agar kasus tersebut segera ditindak. Menyusul pemanggilan puluhan saksi, Kejari Cibadak berjanji Agustus mendatang sudah ada tersangka.

Di lokasi lain juga berlangsung penyelidikan. Kepolisian Resort Cianjur contohnya, saat ini tengah melakukan pemanggilan saksi atas kasus korupsi di UPK Sukanagara. Di kabupaten Cirebon, desakan masyarakat terhadap Kejari agar segera menindak kasus korupsi di UPK Gegesik juga berlangsung.

Penindakan secara hukum menjadi solusi strategis setelah gagalnya pendekatan non-litigasi. Bagaimanapun, hak masyarakat harus dikembalikan. Inilah bukti keseriusan PNPM MPd bersama masyarakat desa untuk menggelorakan semangat perang terhadap segala tindak pidanakorupsi.

www.pnpm-jabar.org Edisi IV/Juni/2013

Anggota kelompok SPP di UPK Caringin sedang dimintai keterangan oleh Kejari Cibadak-Sukabumi (11/06/2013)

Page 2: Buletin swadesa edisi-4

2 Redaksi menerima tulisan good practices. Kirim ke [email protected]

------------------------------------------------------------------- Jakarta (27/06/2013) Polemik penundaan/ pemotongan alokasi BLM PNPM MPd TA 2013 kini terjawab sudah. Melalui Nota Dinas Sekjen Kemdagri No.428/SJ/2013 tertanggal 19 Juni 2013, yang dipertegas dengan Nota Dinas Dirjen PMD No.402/4765/PMD tertanggal 27 Juni 2013 perihal Pencairan BLM PNPM MPd TA 2013, rencana tersebut telah dipastikan batal/tidak berlaku lagi.

Isu penundaan/pemotongan sempat muncul seiring rencana pemerintah menaikan harga BBM bersubsidi kala itu. Sebab, asumsi belanja anggaran kementrian/lembaga berpotensi di efisensi. Namun, tekad besar pemerintah untuk menekan angka kemiskinan menyurutkan hal tersebut.

Alokasi BLM TA 2013 tetap sebesar Rp. 14,9 trilyun dan akan dijadikan acuan besaran BLM PNPM MPd TA 2014. “rencana tersebut untuk mengejar target angka kemiskinan di angka 8-10%,”tegas Armida Alisjahbana, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional.

Pembatalan pemorotngan BLM tak lepas dari best practice nya dalam penanggulangan kemiskinan. “Berdasar evaluasi kami, PNPM MPd termasuk program pembedayaan masyarakat yang terbaik,” terang HR Agung Laksono, Menko Kesra dalam Rakernas PNPM MPd tanggal 18 Juni 2013 lalu.

Penggunaan media merupakan bagian tak terpisah dari transparansi. Selain poster, brosur, papan informasi, kalender, dan media cetak lainnya, penggunaan media elektronik juga dibutuhkan. Terobosan pengurus UPK Nagrak-Sukabumi patut diacungi jempol dan bisa ditiru pengurus UPK lain.

Disamping dengan pemeliharaan website pnpmnagrak.org untuk upload kegiatan secara aktual dan obyektif, mereka juga membuat aplikasi pembukuan UPK berbasis Client-Server. Aplikasi ini meskipun sederhana, namun memberi peluang kontrol masyarakat terhadap pembukuan UPK, khususnya keuangan kelompok SPP/UEP.

Masyarakat juga diberi layanan SMS terkait perkembangan tagihan, info saldo dan informasi penting lainnya. Dengan begitu, kontrol antara anggota, ketua kelompok dan pengurus UPK menguat sehingga pengawasan dapat ditingkatkan.

Jembatan mungkin bukan kebutuhan langka di daerah yang berkecukupan maju. Apalagi di lokasi yang sudah tersedia sejak dulunya. Tentu beda dengan desa terisolir dengan kondisi

ekonomi warganya yang lemah. Adanya bantuan dana tentu sangat dibutuhkan.

Dusun Cisarua, Desa Banyuresmi, Kec.Cigudeg, Bogor merupakan salah satu desa berjarak lebih dari 30 km dari ibukota Bogor. Kontur sebagian wilayah perbukitan, ditengahnya terdapat sungai Cisarua.

Sungai itulah yang membatasi kehidupan sebagian masyarakat Desa Cigudeg. Demi mengatasi hal itu, masyarakat membikin jembatan darurat berbahan baku bambu. Tentu saja hanya untuk penyebarangan kaki, tak lebih dari itu.

Sejak awal sesungguhnya muncul harapan. Jika jembatan tersebut dipermanenkan, tentu menguntungkan banyak hal. Namun 10 tahun lebih, harapan tinggal harapan. Tekad gotong royongpun menyeruak setelah MAD menetapkan alokasi BLM untuk pembangunan jembatan tersebut tahun 2009.

Berdasar RAB, pembangunannya menyerap

dana tidak kurang dari Rp.76.830.000,- dengan alokasi BLM Rp.66.365.000,-, masyarakat pun berswadaya sebesar Rp.10.465.000,-.

Dengan semangat 45, warga bergotongroyong. Akhirnya jembatan lengkung sepanjang 15 meter dengan lebar 2 meter terbangun kokoh. Tidak kurang dari 100 Kepala Keluarga bersyukur tiada habisnya. Kini, kebutuhan mereka tercukupi.

Jembatan Penyeberang Kehidupan

Buletin Swadesa dibuat oleh RMC III Jawa Barat, Sebagai

media komunikasi-informasi PNPM MPd Pimpinan Redaksi: Spesialis KIE Alamat Redaksi: Jalan Batu Permata II No.1, Marga Cinta-Bandung-Jawa Barat