Buletin suplai edisi 4

28
EDISI 05 • OktObEr 2012 PELATIHAN TATALAKSANA PENANGANAN OVERDOSIS PKNI SEKILAS HOMELESS WORLD CUP 2012 MEWUJUDKAN AKSES BANTUAN HUKUM BAGI KORBAN (PENGGUNA) NARKOTIKA FITUR UTAMA ISU DAERAH ISU HUKUM LAYANAN RAWATAN NAPZA DI INDONESIA buletin suplai #4.indd 1 12/19/12 2:53 AM

description

Buletin media Persaudaraan Korban Napza Indonesia edisi 4

Transcript of Buletin suplai edisi 4

Page 1: Buletin suplai edisi 4

EDIS I 05 • O k t O b E r 201 2

Pelatihan tatalaksana

PenangananOverdOsis PKni

SekilaSHomeleSSWorld Cup 2012

Mewujudkan aksesBantuan HukuMBagi korBan (Pengguna) narkotika

FiTUR UTama iSU DaeRaH iSU HUkUm

Layanan Rawatan napza di indonesia

buletin suplai #4.indd 1 12/19/12 2:53 AM

Page 2: Buletin suplai edisi 4

buletin suplai #4.indd 2 12/19/12 2:53 AM

Page 3: Buletin suplai edisi 4

DAFtAr ISI

FItUr UtAMA 05

Pelatihan TatalaksanaPenanganan Overdosis PKNIOverdosis adalah kata yang lazim dikenal oleh ma syarakat umum, terutama untuk pengguna Napza suntik (penasun).

ISU NASIONAL 08

Layanan Rawatan Napza Di IndonesiaPerkembangan terapi rawatan Napza sudah banyak berkembang hingga saat ini, banyak metode-metode yang diadopsi dari ...

ISU DAErAH 11

Sekilas HomelessWorld Cup 2012Homeless World Cup (HWC)adalah sebuah kom petisisepakbola internasional tahunan yang mem persatukan lebih dari ...

ISU INtErNASIONAL 14

Hukum Napza SekarangLebih Banyak MenyebabkanDampak BurukDibanding MencegahPelarangan dari beberapa substansi telah diinstitusikan secara internasional pada 1961 sengan konvensi tunggal PBB pada negara-negara yang terlibat dalam produksi Napza ilegal ...

rEkOMENDASI 17

A Quiet Revolution: Drug Decriminalisation Policiesin Practice Across the Globe

ISU HUkUM 18

Mewujudkan Akses Bantuan HukumBagi Korban(Pengguna) Narkotika

FAQ & FACt 22

MetamphitamineMetamphitamine adalah sebuah zat dengan potensi penyalahgunaanyang sangat besar.

ISU kESEHAtAN 24

TB, HIV, dan Napza

tEkA-tEkI SILANG 26

DAFtAr ISI

"Yang kita butuhkan adalah diperlakukan setara layaknya sebagai

manusia, dihargai keahliandan pengalamannya sebagai bagian

dari komunitas."

ISU DAErAH 11

Sekilas HomelessISU DAErAH 11

buletin suplai #4.indd 3 12/19/12 2:53 AM

Page 4: Buletin suplai edisi 4

4

Apakah Pelibatan Bermakna itu?AdvokAsi adalah upaya yang sistematis dan terencana untuk mengubah kebijakan publik tertentu demi kepentingan kelompok yang melakukannya, dalam hal ini adalah Transformasi sosial melalui pemberdayaan menuju keadilan sosial. Kebijakan publik tersebut meliputi: isi hukum, tatalaksana dan budaya hukum. Melalui tulisan ini, saya mencoba menyederhanakan dari beberapa definisi Advokasi yang ada.

Kenapa keterlibatan komunitas pengguna Napza menjadi penting? Hal ini tentu bukan tidak beralasan, kita mempunyai kemampuan untuk mengidentifikasi hal-hal yang dibutuhkan dalam rangka menciptakan respon yang efektif, kita dapat memberikan masukan yang sangat berharga terhadap kebijakan maupun layanan yang ada, dan itu semuanya diatur dalam pedoman PBB mengenai Hak Asasi Manusia yang menyatakan bahwa ”Tiap-tiap orang berhak untuk terlibat dalam setiap keputusan yang nantinya akan mempengaruhi hidup mereka”, hal itu mutlak dan tidak dapat ditawar-tawar lagi.

Kita memilikikeahlian dan pengalaman yang unik di isu kesehatan, sosial, hukum dan kebijakan, selain itu kita dapat mengorganisir diri dan berorganisasi, dan kita mewakili suara dari komunitas. Oleh sebab itu Pemerintah tidak dapat mengabaikan fakta tersebut.

Namun pertanyaannya, ”Apakah selama ini pendapat kita sudah cukup didengarkan?”, ”Apakah keterlibatan kita sudah benar-benar bermakna?” Sudah saatnya kita sebagai komunitas kembali keperan komunitas yang sesungguhnya adalah “sebagai bagian darisolusi”.

Yang kita butuhkan adalah diperlakukan setara layaknya sebagai manusia, dihargai keahlian dan pengalamannya sebagai bagian dari komunitas. Sudah selakyaknya pemerintah mendukung komunitas untuk bersama-sama mengikis stigma dan diskriminasi yang dilakukan oleh media ataupun masyarakat dan yang penting adalah jaminan pemerintah terkait keterlibatan komunitas secara bermakna disemua tingkatan.

TELL ME AND I WILL FORGET, SHOW ME AND I MAY REMEMBER, INVOLVE ME AND I WILL UNDERSTAND. (Benjamin Franklin)

Salam perjuangan,Edo Agustian

Koordinator Nasional PKNI

Penanggung Jawab

Edo Agustian

editor

Aries Setyawan

Edo Wallad

Suhendro Sugiharto

KoresPonden

Hasiholan Tobing

Ferdinand Bukit

Marvin Dirk

Merly Yuanda

Adhit Al Farisi

Ari Ardiansyah

Ricky Ronaldo Rusly

Herru Pribadi

Harry Hasman

Harry Kristian

Farid Satria

Nicky M. Kaliey

Rudhy Wedhasmara

Indra Riesdianto

Frederick H. A. Malada

Made Petradi

Doddy Parlinggoman

Kontributor

Tim Langit Biru

Adi Christianto

Ajeng Larasati

Very Kamil

Titis Firmansyah

aLaMat redaKsi:

sekretariat nasional PKni

Jl. Tebet Timur Dalam XI no.101

Kel. Tebet Timur Kec. Tebet

Jakarta Selatan, Jakarta 12820

telp : 021 - 8293213

Fax : 021 - 83795243

e-mail : [email protected]

http://pkni.org

CAtAtAN rEDAkSI

buletin suplai #4.indd 4 12/19/12 2:53 AM

Page 5: Buletin suplai edisi 4

5

ovErdosis adalah kata yang lazim dikenal oleh ma syarakat umum, terutama untuk pengguna Napza suntik (penasun). Tetapi berdasarkan situasi di lapangan, hanya sedikit orang yang mempunyai pe ngetahuan yang benar tentang pencegahan dan manajemen overdosis, terutama overdosis opioid. Penyedia layanan kesehatan sendiri belum me-nem patkan hal ini sebagai prioritas. Ini terlihat de ngan ketersediaan Naloxone sebagai antagonis opiat yang utama tidak dianggap penting, begitu juga dengan kesadaran para petugas kesehatan ke tika berhadapan dengan kasus overdosis.

Data yang dipegang oleh kementrian ke se hat-an hanya berdasarkan data retrospektif yang di-da pat dari wawancara dengan pasien overdosis. Mereka merekam kejadian tersebut sebagai ke ja-di an keracunan umum sehingga obat tidak bisa di ketahui sebagai penyebab overdosis. Begitu juga pemahaman para pengguna napza yang sa ngat minim, termasuk pada penyebab utama, pro sedur penanganan, dan tindakan yang bisa di ambil untuk pertolongan pertama serta aspek legal yang belum ditetapkan dengan jelas. Masih banyak kasus overdosis yang berbuah kematian, kerusakan otak, atau bahkan dibiarkan di jalan.

Hal tersebut diataslah yang menyebabkan PKNI untuk merespon. Setelah berdiskusi dengan UNODC yang ternyata juga mempunyai kepedulian yang sama pada isu ini akhirnya bersama-sama membangun rencana aksi yang diharapkan dapat

meng akomodasi semua masalah yang terkait de-ngan overdosis.

Dimulai dengan pembuatan modul yang me-libatkan beberapa pihak seperti PKNI, Kemenkes, Persatuan Dokter Emergensi Indonesia, Lembaga Ban tuan Hukum Masyarakat, Rumah Sakit Keter-gan tungan Obat (RSKO), JANGKAR, dan IKAI.

Dalam proses pembuatan ini ada beberapa te-muan dalam proses diskusi sebagai contoh PKNI pengajukan penanganan kasus overdosis masuk ke dalam panduan Pengurangan Dampak Buruk yang sedang direvisi.

Adapun kegiatan yang dilaksanakan adalah seperti yang dijabarkan berikut;

Pelatihan Awal di rumah PutihPelatihan awal diadakan di Rumah Putih dae-

rah Cempaka putih ini dihadiri oleh 18 peserta. 15 dari organisasi, 1 orang narasumber yaitu di-rek tur RSKO, dan 1 orang fasilitator dari KPAN.

Berapa diantara hasil dari pertemuan tersebut adalah:• Menangkap beberapa pengalaman Overdosis

melalui survei cepat prilaku 2012. • Untuk mengidentifikasi layanan kesehatan

yang bisa menangani kasus OD• pembuatan media edukasi/modul tentang OD

untuk komunitas yang meliputi: pengetahuan

FItUr UtAMA

http://pkni.org

Penanganan Overdosis PKNI

pelatihan

tatalaksana

buletin suplai #4.indd 5 12/19/12 2:53 AM

Page 6: Buletin suplai edisi 4

6

FItUr UtAMA

dasar OD, pencegahan OD, pertolongan pertama pada OD, referensi untuk siapa yang menangani kasus OD, dan direktori layanan kesehatan yang menangani kasus OD)

• Membentuk tim kecil untuk pembuatan modul. • Melakukan pelatihan penanganan overdosis

untuk komunitas• mendistribusikan modul pelatihan untuk

penggunaan lebih jauh. • Membuat petunjuk penanganan OD • Mendokumentasikan kasus OD • Mendorong ketersediaan layanan kesehatan

untuk kasus OD di Puskesmas

Untuk membuat modul Tatalaksana Penanganan OD tersebut akhirnya dibuat beberapa kali pertemuan bersama tim kecil yang terdiri dari PKNI, Jangkar, IKAI, LBHM, dan RSKO. Pertemuan itu sendiri diadakan beberapa kali di sekretariat nasional PKNI serta RSKO. Setelah modul selesai diadakan pre-test untuk pelatihan yang diadakan di RSKO.

selain itu untuk mendukung materi modul, dibuat juga film penanganan overdosis.

Pelatihan Training of TrainersPelatihan dua hari ini diadakan di Fave Ho tel

Jakarta yang bertujuan agar para pelatih me nge ta-hui situasi yang dihadapi saat pelatihan diadakan di daerah masing-masing dan memberi kesempatan mereka untk mendiskusikan modul tersebut. Ada beberapa narasumber yang datang seperti dari ke-polisian, dari Kemenkes, LBHM, IKAI,dan KPAN. Tu juan dari pelatihan ini adalah:

• untuk memastikan kapasipat dari para trainer memenuhi standar yang tertulis di modul dan bisa menyalurkan pengetahuan tersebut paska pelatihan.

• Untuk memastikan pelatihan akan terlaksana seperti apa yang tertulis di modul dan menghasilkan hasil yang optimal.

• untuk membuat perencanaaan pelatihan di 4 propinsi.

Pelatihan ToT ini dihadiri oleh 2 orang dari ma sing-masing propinsi. 1 dari komunitas korban Nap za, dan 1 dari Puskesmas.

Pelatihan 4 daerahKegiatan akhir dari rangkaian ini adalah

pelatihan di 4 propinsi yaitu; Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Bali. Pelatihan ini diadakan

buletin suplai #4.indd 6 12/19/12 2:53 AM

Page 7: Buletin suplai edisi 4

7

FItUr UtAMA

di an tara tanggal 6-15 September 2012. Total dari pe nerima pelatihan ini adalah 90 orang. Adapun tujuan dari pelatihan ini adalah:

• Untuk membentuk pemahaman yang sama pada pencegahan dan penanganan kasus OD.

• Untuk meminimalisasi kejadian fatal/kematian dari kasus OD.

• Untuk memastikan praktik penyuntikan yang aman di kalangan penasun yang bisa mencegah infeksi yang terjadi melalui darah (seperti HIV, Hepatitis C) dan kejadian yang tidak diharapkan seperi abses, luka, dan OD.

• Untuk memperkuat kapasitas dari komunitas korban Napza, penyedia layanan, dan puskesmas untuk merespon kasus OD. l

buletin suplai #4.indd 7 12/19/12 2:53 AM

Page 8: Buletin suplai edisi 4

ISU NASIONAL

Perkembangan terapi rawatan Napza sudah banyak berkembang hingga saat ini, banyak metode-metode yang diadopsi dari negara-

negara lain yang sudah menjalankannya ter-lebih dahulu. Sebelum tahun 1998 rawatan napza biasanya memakai metode pendeka-tan spiritual atau religi, seperti pesantren untuk kaum muslim dan sejenisnya untuk kaum Nasrani, atau hanya mengikuti detok-sifikasi yang biasanya hanya ada di rumah sakit jiwa.

Di tahun 1998, mulai ada metode pen-de katan yang mungkin sedikit berbeda pada zaman itu, yaitu metode therapeutic com-munity atau yang biasa di kenal dengan TC, dan seiring dengan berjalannya waktu mulai bermunculan metode pendekatan yang ber-beda seperti, 12 langkah, Holistik, Minne-sota Model, BIopsychospiritual, hingga pen-de katan medis melalui terapi subtitusi dan ber basis masyarakat pada saat ini.

Dari semua layanan yang ada, tidak ada satu terapi yang cocok untuk semua orang, atau tidak bisa di katakan bahwa metode

A adalah yang terbaik, semua mempunyai ke unggulan dan kekurangannya masing-masing.

Walaupun semua metode baik, ada yang membuat prihatin, yaitu orang-orang, atau konselor yang terlibat tidak dapat di ka takan sebagai profesi, karena sampai de-ngan saat ini semua yang di jalankan oleh konselor hanya berdasarkan pengalaman, bu kan keahlian. Hal ini disebabkan tidak ada sekolah untuk konselor adiksi, sehingga konselor tidak di akui sebagai profesi, maka kurang penghargaan untuk pekerjaan ini, di beberapa tempat layanan rawatan milik pe-merintah, jabatan konselor diganti dengan security atau staf admin, padahal kita tahu, ujung tombak dari rawatan adalah konselor. Selama ini konselor menjalankan profesinya melalui pelatihan-pelatihan singkat yang tidak berkelanjutan, sehingga tidak dapat diukur untuk kompetensinya.

Di sisi lain setiap lembaga yang men-jalankan rawatan adiksi tidak memiliki ka-jian atau monitoring dan evaluasi (monev), sehingga tidak dapat di ukur, dan di band-

Layanan rawatan napza Di Indonesia

Oleh: Basyir Ahmadl*)

8

buletin suplai #4.indd 8 12/19/12 2:53 AM

Page 9: Buletin suplai edisi 4

ISU NASIONAL

ingkan, di mana letak kekuatan dan kelema-han dari setiap layanan yang ada, dan kira-kira metode mana yang cocok untuk di Indo-nesia. Walaupun mungkin beberapa tempat telah melakukan monev biasanya tidak di publikasi dan tidak secara berkelanjutan.

Masalah klasik lainnya, masih besar ego sektoral di kubu pemerintahan membuat pe ranan-peranan mereka saling tumpang tin dih, seperti yang kita ketahui bersama, un tuk masalah adiksi lembaga pemerintah yang kelihatan menonjol dalam adiksi ada-lah BNN, Kementerian Kesehatan, Kemen-te rian Sosial, dan lucunya setiap lembaga ter sebut mempunyai rehabilitasi, dan metodenya juga sama, yaitu TC. Padahal untuk Kementerian Sosial idealnya tidak

perlu membuat rehabilitasi, akan tetapi bagaimana mereka dapat mendidik ma-syarakat, sehingga masyarakat tidak alergi terhadap pecandu, mengurangi stigma-stig-ma yang ada di masyarakat, dan bagaimana dapat menciptakan lapangan pekerjaan un-tuk pecandu.

Walaupun masih banyak kekurangan dan keprihatinan, akan tetapi kita mesti memberi apresiasi untuk pemerintah yang sudah men-coba merubah persepsi pecandu bukanlah kriminal akan tetapi pecandu adalah korban yang harus di rawat, hal ini tertuang dalam Undang-Undang no.35 thn 2009. Walaupun memang terlihat masih banyak kelemahan-nya, setidaknya ini merupakan langkah kecil dari kemajuan pemerintah.

9

buletin suplai #4.indd 9 12/19/12 2:53 AM

Page 10: Buletin suplai edisi 4

10

ISU NASIONAL

Layanan rawatan Terapi subtitusiTerapi subtitusi di Indonesia awalnya berangkat

dari permasalahan HIV/AIDS, bagaimana teman-teman pecandu yang menyuntik, tidak melakukan perilaku menyuntik, sehingga penularan HIV/AIDS di kalangan pecandu dapat di tekan.

Terapi subtitusi yang direkomendasi atau yang sering kita dengar adalah terapi rawatan Metha-done dan Buprenorphin (subuxone), dan yang pal-ing banyak di gunakan adalah methadone, mung-kin salah satu sebab methadone banyak di gunakan karena pemerintah mendukung rawatan ini dan methadone sudah diproduksi secara lokal sehingga harganya jauh lebih murah, untuk subuxone send-iri harganya masih sangat mahal, sehingga tidak semua pecandu mengambil terapi ini.

Seiring dengan perjalanan waktu, mulai banyak muncul permasalahan-permasalahan dalam terapi ini, saat ini permasalahan yang paling terkenal adalah perilaku mix zat menggunakan golongan depressant benzodiazepine, atau salah satu jenis yang terkenal adalah ‘kamlet’. Banyak juga klien-klien yang mengeluh dengan rawatan ini, beberapa keluhan yang biasanya mucul, sampai kapan saya ikut terapi ini? Kapan saya bisa berhenti? Capek banget ikut methadone, dan lain-lain.

Bahkan banyak yang berpikir bahwa dengan mengikuti rawatan subtitusi mereka tidak pulih atau tidak abstinent, hal ini di dukung dan diperte-gas oleh beberapa orang yang di kenal ‘pakar’ di dunia adiksi, atau beberapa konselor yang men-ganggap miring mengenai terapi ini, dan selalu mendorong atau menyarankan orang-orang untuk berhenti dari rawatan ini.

Banyak sekali memang keluhan-keluhan dan kekurangan-kekurangan untuk terapi ini, akan teta-pi saya di sini bermaksud untuk melihat dari sudut pandang yang sedikit berbeda.

Yang ingin saya sampaikan adalah, terapi sub-titusi sama dengan terapi rawatan adiksi lainnya, baik itu TC, rawat inap, rawat jalan, 12 langkah, dan lain-lain. Dan bagi mereka yang menjalankan terapi ini bisa di katakan bahwa mereka adalah abstinent selama mereka tidak mix zat atau tidak memakai zat illegal lainnya.

Saya dapat mengatakan seperti itu, karena saya berangkat dari pemahaman adiksi adalah penyakit otak yang kronis, jika adiksi merupakan penyakit kronis, maka adiksi dapat di sejajarkan dengan pe-nyakit kronis lainnya, seperti asma, darah tinggi, diabetes, dan lainnya. Yang di mana ciri penyakit kronis adalah mempunyai kekambuhan, tidak ada obatnya (sifat obatnya hanya untuk menekan/men-gatur bukan untuk menyembuhkan), berlangsung lama/seumur hidup.

Untuk methadone atau subuxone menurut saya itu adalah obat untuk penyakit adiksi, sehingga orang-orang yang mengambil terapi tersebut bisa dikatakan pulih. Sama seperti hal nya orang yang mempunyai penyakit kecanduan dan memiliki pe-nyakit gangguan kejiwaan, yang di mana penyakit jiwa mengharuskan pasiennya meminum obat seu-mur hidup. Apakah pasien tersebut bisa di katakan tidak abstinent karena masih harus mengkonsumsi obat antidepressant dari psikiatri?

Terapi penyakit kronis jika ingin tingkat ke-berhasilan/keefektifannya tinggi harus melalui dua pendekatan, yaitu pendekatan medis dan pendekatan psikososial, yang di mana dalam terapi methadone/subuxone tidak ada hal tersebut. Ideal-nya dalam terapi mempunyai konselor adiksi yang dapat mendukung hal tersebut, dan masalah kla-sik lainnya yang timbul adalah, kerja petugas yang rangkap, jam layanan yang kurang mengakomodir kebutuhan pasien yang bekerja, dan beberapa tem-pat petugas yang kurang ramah.

Walaupun memang masih banyak kekurangan-nya, terapi ini sangatlah baik, dan yang perlu di-ingat, terapi ini merupakan terapi jangka panjang, bahkan seumur hidup, memaksa berhenti/menu-runkan dosis dalam terapi ini, bisa di katakan 90% gagal. Penurunan dosis atau berhenti dari terapi ini harus melihat banyak faktor jika ingin berha-sil, seperti aktifitas sehari-hari, pengisian jam-jam kosong, pengendalian emosi, keterampilan dalam mengatasi sugesti, selama dalam terapi mengikuti anjuran dosis/tidak mix zat, dukungan sosial dalam membantu pemulihannya dan masih banyak faktor-faktor lain yang perlu diperhatikan. l

buletin suplai #4.indd 10 12/19/12 2:53 AM

Page 11: Buletin suplai edisi 4

11

ISU DAErAH

HomELEss World Cup (HWC) adalah sebuah kom petisi sepakbola internasional tahunan yang mem persatukan lebih dari 300.000 orang-orang yang punya permasalahan terkait ketunawismaan dan yang termarjinalkan secara sosial agar me-reka mendapatkan kesempatan sekali seumur hidup nya untuk mewakili negara serta mengubah kehidupannya.

Homeless World Cup didukung oleh UEFA, dan klub-klub besar dunia seperti Manchester United, Real Madrid, Ambassador Eric Cantona dan pe-se pak bola internasional seperti Didier Drogba dan Rio Ferdinand

Tim Nasional indonesia dalam Homeless World Cup

Untuk memilih skuad Timnas, Rumah Cemara se bagai Official National Organizer Homeless World Cup 2012, terlebih dahulu melakukan se leksi melalui kompetisi Liga Perubahan (League of Change) yang digelar Februari lalu di Bandung. Dari kompetisi tersebut, ter pi lih 8 pemain dengan latar belakang HIV Po sitif, man-tan pecandu, dan perwakilan dari Masyarakat Mis-kin Kota. Mereka berasal dari be berapa provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, DKI Jakarta, Su-la wesi Selatan, dan Sumatera Utara. Selain itu, Rumah Cemara juga memilih 1 pelatih dan 1 orang manajer yang akan mendampingi tim selama pia la dunia street soccer di Mexico nanti.

Dalam Homeless World Cup 2012, skuad timnas Indonesia bertekad meraih prestasi yang le bih baik dari tahun lalu. Seperti diketahui, ta hun lalu di Perancis, timnas Indonesia berhasil me-raih sejumlah prestasi yaitu peringkat ke-6 dari 78 ne gara peserta, menjadi ”Best New Comer Team”, dan kapten tim (Ginan Koesmayadi) menjadi ”Best

Player”. Saat Indonesia berada pada peringkat ke 22 dunia dengan peringkat 1 diduduki Brazil.

Tim Nasional Indonesia kembali akan ber-la ga dalam ajang terbesar street soccer in ter na-sio nal, Homeless World Cup (HWC) 2012 di Mek siko, 6 - 14 Oktober 2012. Keikutsertaan In donesia dalam HWC 2012 diperoleh setelah Ru mah Cemara selaku panitia nasional HWC 2012 memastikan dana yang terkumpul me mungkinkan untuk mem be rangkatkan tim mengikuti ajang turnamen se pak bola tahunan itu.

Apabila tahun lalu salah seorang anggota tim-nas Indonesia bernazar untuk berjalan kaki Ban-dung-Jakarta, maka tahun ini timnas Indonesia men jalankan nazar bermain sepak bola selama 24 jam penuh, yang sudah terpenuhi pada hari Sabtu-Ming gu 22 – 23 September 2012 lalu, Jam 17.00 s/d minggu jam 17.00 WIB, Lapang Street Soccer BAWET, Bandung dibawah flyover Pa su-pati, Balubur, Bandung melawan 68 tim Street Soc cer dari komunitas, masyarakat, swasta, pe-main professional dan sponsor.

Sekilas Homeless World Cup 2012

skuad Tim nasional indonesia untuk Homeless World Cup 2012

1). Manajer : Febby Arhemsyah - Jawa Barat

2). Pelatih : Bongsu Hasibuan - Jawa Barat

3). Pemain : Adik Mardiana - Jawa timur

: Doni A - Jawa timur

: Suherman - Jawa Barat

: Arief Apriadi - Jawa Barat

: Mozes Manuhutu - DKI Jaya

: Anton Sugiri - DKI Jaya

: Farid Satria - Sulawesi Selatan

: M. Iqbal - Sumatera Utara

buletin suplai #4.indd 11 12/19/12 2:53 AM

Page 12: Buletin suplai edisi 4

12

ISU DAErAH

Gerakan #100untuk1Keikutsertaan Indonesia dalam HWC 2012 di

Meksiko tidak terlepas dari dukungan masyara-kat melalui aksi ”Satu Mimpi untuk Indonesia”. Aksi ini dinamakan gerakan#1000untuk1, yai-tu sebuah gerakan masyarakat untuk ikut me-nyisihkan Rp1.000 untuk keberangkatan Tim. Hanya dibutuhkan 500.000 orang untuk ber-partisipasi di aksi ini sehingga dapat membuat In-donesia Raya berkumandang di Mexico nanti.

Hingga saat ini, telah terkumpul dana dari berbagai unsur masyarakat mulai dari komunitas-komunitas di Bandung, mahasiswa, aktivis di lem baga penanggulangan AIDS, LSM, Jumlah dana yang terkumpul mencapai Rp.93.000.000,- (update 24 september 2012, 17.00 wib)

Selain dukungan masyarakat, sejumlah pe r-usa haan dan lembaga pemerintah juga akhirnya ber partisipasi menjadi sponsor pendananaan bagi Timnas. Sponsor tersebut berasal dari Bank BJB dan Pertamina, ditambah partisipasi PT Askes, PT MRB, Star Energy, sehingga total dana sponsor mencapai Rp.290.000.000

Hasil GemilangAkhirnya kabar gembira datang dari tim se-

pak bola Indonesia yang tampil di ajang Homeless World Cup (HWC) 2012 di Meksiko. Bersaing dengan 53 negara lain, skuad Merah Putih pulang dengan predikat peringkat keempat.

Tim sepakbola Indonesia bisa menjadi pe-ring kat keempat dunia? Langkah tim Indonesia terhenti di semifinal setelah kalah oleh tuan ru-mah. Merah Putih men jadi peringkat keempat se-te lah kalah oleh Brasil. Meski gagal ke final, hasil itu lebih baik daripada tahun lalu, saat In do nesia bertengger di peringkat keenam.

Selain menembus semifinal, kali ini Indonesia juga sukses meraih predikat pelatih terbaik. Tahun lalu, saat ajang itu digelar di Paris, Perancis, Merah Putih meraih penghargaan sebagai tim pendatang baru terbaik.

Nah, dalam dua kali partisipasi, tim Indonesia bisa dibilang sukses. Prosesnya memang tidak

mudah. Berbekal pengalaman pada keikutsertaan sebelumnya, kali ini tim Indonesia melakukan persiapan yang lebih matang.

”Jika sebelumnya hanya berasal dari tim Ru-mah Cemara, Bandung, dan teman dari Ja karta, kali ini diwakili pemain yang berasal dari be berapa provinsi di Indonesia,” tutur Febby Ar hemsyah, ma najer tim Homeless World Cup Indonesia.

Program road to HWC 2012 diawali dengan per helatan League of Change (LoC) pada Feb ruari lalu. Beberapa tim dari de lapan provinsi diundang untuk berpartisipasi. Iven itu sekaligus ajang se-leksi untuk memilih pemain yang mewakili In do-ne sia di HWC 2012.

LoC digalang Rumah Cemara, komunitas orang-orang yang pernah bersentuhan dengan nap za dan HIV/AIDS. Ketika kemudian terpilih de lapan pemain untuk mewakili Indonesia, lima di antara mereka pengidap HIV. Sedangkan tiga lain nya adalah kaum miskin kota.

Tim Indonesia tampil menawan di HWC 2012. Mengawali kejuaraan dengan kemenangan 9-3 atas Yunani, Merah Putih me nutup pe nam-pilan de ngan kalah me lawan Brasil 2-6 da lam perebutan tempat ketiga. ”Kami dua kali men-jua rai penyisihan grup. Di perempat fi nal me nga-lahkan Lithuania se be lum kalah di se mi final oleh Mek siko,” terang Febby.

HWC memiliki regulasi yang berbeda jika dibandingkan dengan turnamen sepakbola pada umumnya. Di ajang itu, setiap tim memang me-mi liki delapan pemain. Tapi, yang bermain di la pangan hanya empat (tiga pemain dan satu pen jaga ga wang). Pertandingan terdiri atas dua ba bak. Tiap babak berdurasi tujuh menit. Setiap tim bisa terdiri atas pemain putra semua, putri se mua, atau campuran.

Melihat kerja keras dan persiapan yang di-lakukan, Febby puas dengan capaian timnya. Menurut dia, prestasi itu adalah hasil maksimal. ”Kami mencatat rekor bagus. Kami mencetak sepuluh kemenangan dengan tiga kali kalah sampai dapat prestasi ini,” ucap lelaki yang memiliki usaha distro tersebut.

buletin suplai #4.indd 12 12/19/12 2:53 AM

Page 13: Buletin suplai edisi 4

1313

Selain prestasi, yang tak kalah penting dari ajang itu adalah semangat. HWC menjadi energi yang besar bagi para pemain untuk terus ber se-ma ngat dan bertahan menjalani hidup. ”Teman-teman homeless jangan berputus asa. Tetap bersemangat untuk bermanfaat bagi masyarakat. Jangan pernah bersedih dan selalu bahagiakan hati,” ujar Febby.

Salah seorang anggota tim, yakni Arif Apriadi, mendapat berkah positif dari keikutsertaannya dalam tim HWC. Dia berhasil mengurangi dosis terapi methadone dari semula 250 ml per hari menjadi 30-40 ml per hari. Menurut Febby, Arif ingin lepas total dari terapi tersebut.

Dengan prestasi yang diraih, Febby berharap tak ada lagi cibiran kepada kaum homeless. Dengan segala keterbatasan dan kekurangan yang dimiliki, mereka juga bisa memberikan hal positif. l

sumber:http://www.leagueofchange.org/news/modal-saweran-berbuah-peringkat-empat-dunia/

buletin suplai #4.indd 13 12/19/12 2:53 AM

Page 14: Buletin suplai edisi 4

ISU INtErNASIONAL

Hukum napza sekarangLebih BanyakMenyebabkandampak BurukdibandingMencegah 14

buletin suplai #4.indd 14 12/19/12 2:53 AM

Page 15: Buletin suplai edisi 4

Pelarangan dari beberapa substansi telah diinstitusikan secara internasional pada 1961 sengan konvensi tunggal PBB pada negara-negara yang terlibat dalam

produksi Napza ilegal, penyediaan dan penggunaan dari beberapa jenis Napza. Tapi jelas bahwa Napza sekarang menjadi lebih murah dan lebih tersedia di mana-mana daripada sebelumnya.

Bahkan UN Office for Drugs and Crime (yang ber tugas untuk memantau implementasi dari kon-vensi tersebut) sekarang juga mengetahui bah wa pendekatan berdasarkan pemberangusan mem ba-wa hasil yang negatif.

Ini termasuk terjadinya pasar kriminal yang be sar, jangkauan dari perdagangan Napza yang me luas, stigmatisasi dari pengguna Napza dan pe-nga lihan uang dari layanan kesehatan. Kri mi nali-sasi dari penggunaan napza telah membuat usaha un tuk mengurangi penularan HIV dan Hepatitis di pengguna Napza suntik menjadi tugas yang su lit. Pe rang terhadap Napza membuang uang mi liar an dollar per tahun dan merongrong ekonomi, pem-ba ngunan internasional dan keamanan. Ini juga me nyulut konflik, mengancam kesehatan ma sya-rakat, mengukis hak asasi manusia, dan me nye-bab kan deforestasi dan polusi. Adalah pen ting un tuk mengerti bahwa masalah ini adalah kon se-kuensi dari pelarangan Napza, bukan karena zat itu sendiri. Komisi Global untuk kebijakan Napza me nemukan bahwa hukum Napza yang berlaku se karang adalah kegagalan yang keterlaluan. Dan ada bukti yang luarbiasa bahwa hukum yang ada tidakefektif, mahal, dan membuat celah untuk para penegak hukum dan politikus korupsi. Sudah saatnya hukum Napza yang berdasarkan bukti, bu-kan ideologi dan informasi yang salah.

PenjaraBiaya dari penuntutan dan pemenjaraan secara

langsung menjadi faktor dari penyusutan anggaran nasional, dan secara tidak langsung dari keluarga yang jadi kacau dan hancur akibat pemenjaraan.

Setelah 50 tahun secara agresif membuat la-rang an dari beberapa jenis Napza, tapi yang terjadi bahkan penjara tidak bisa terbebas dari Napza ilegal, komunitas yang dibiarkan. Tahanan bisa meng akses dan berjual-beli Napza ilegal dari balik

terali maka apabila kita tidak bisa menghilangkan Nap za ilegal di dalam penjara, bagaimana kita bisa mengharapkan hal yang sama di masyarakat luas? Hukum napza yang berlaku sekarang menghasilkan penahanan individu yang jujur, tidak mengenal ke-ke rasan yang kejahatannya hanya memilih untuk menggunakan substansi tertentu.

Adalah kegilaan yang sia-sia untuk terus men-coba metode yang tidak efektif dan mengharapkan hasil yang berbeda. Kita mengkriminalisasi orang kita sendiri dan di waktu yang sama mengorbankan kebebasan dan privasi untuk semua.

kekuatan Pasar Kita mengetahui dan menerima kenyataan bah-

wa permintaan atau Napza itu sendiri tidak bisa di hilangkan. Di seluruh dunia, produksi dari obat-obatan terus naik, konsumsi Napza naik, dan jenis nap za yang adapun bertambah, harga beberapa obat-obatan jalanan turun dan kemurniannya me-ning kat, dan tetap tersedia. Apabila ada pem bas-mian di satu daerah akan hanya membuat daerah pro duksi berpindah. Kenyataannya adalah hukum pem berantasan napza hanya ounya dampak yang kecil di kebanyakan negara di dunia. Di mana ada permintaan akan ada suplai, begitu juga sebaliknya.

Di level lokal, remaja bisa membeli dan me-ma kai napza ilegal dengan mudah. Bila ini adalah se buah kebijakan yang berfungsi baik, bagaimana yang gagal? Kita berhutang pada generasi yang akan datang untuk menjadi realistis dan bersiap un tuk menguji fakta-fakta dan pilihan-pilihan yang ada. Sebagai contoh, pendekatan yang liberal pada ke bijakan Napza di Swis dan Portugal dalam 20 tahun terakhir telah menerima banyak keuntungan de ngan efek merugikan yang tidak serius.

seberapa Besar Ancaman Napza ilegal? Setiap substansi punya dosis yang mematikan

sebagai contoh Cannabis saebuah equivalensi dosis ka sar, seseorang yang mengkonsumsi 20,000 mg/kg untuk mendekati dosis mematikannya. Dengan kata lain merokok 16,000 linting perjam. Sangat kontras dengan kafein (berpotensi fatal di antara cangkir kopi jawa ke 30-130); nikotin, (dimana 20-30 kali dosis dari rokok rata-rata berpotensi fatal; alkohol, (dimana 10 kali sebuah dosis intoksikasi

ISU INtErNASIONAL

15

buletin suplai #4.indd 15 12/19/12 2:53 AM

Page 16: Buletin suplai edisi 4

atau 0.4 konsentrasi darah alkohol seringkali terbukti fatal); atau parasetamol (dimana 7 atau 8 kali dari dosis yang dianjurkan bisa membunuh hati Anda tiba-tiba dan bagian yang lain dengan buruk dan lambat)

Sebuah publikasi studi dari mantan czar Inggris Raya David Nutt menemukan alkohol sebagai zat paling berbahaya ketika menguji 20 jenis Napza berakibat pada pengguna dan orang lain. (di la por-kan di The Lancet – atau baca lagi: http://www.bu sinessinsider.com/alcohol-more-harmful-heroin-2012-7#ixzz27Mag6qVB

Pembelajaran dari pelarangan alkohol Selama eksperimen pemerintah Amerika dalam

larangan (1920-1933) pada produksi alkohol, per dagangan dan penggunaan dikriminalisasi; wa-laupun segera didekriminalisasi, dan menjadi nor-mal serta terregulasi lagi, serta menjadi produk yang terkena pajak. Amerika mengalami pelarangan dalah hal yang mengandung pelajaran. Seperti hal-nya dengan pelarangan terhadap Napza, hal ini menghasilkan pasar gelap yang mengundang ke-ke rasan serta masif, gerombolan dengan senjata be rat dan kekerasan. Pelarangan alkohol membuat pe jabat publik yang korup dan membahayakan ma syarakat. Menyediakan permintaan yang ber ke-lanjutan untuk alkohol berarti menyuap para pe tu-gas, sebagai hasilnya harga dinaikan atau kualitas di kompromikan supaya harga tetap rendah, yang lebih jauh lagi menghasilkan banyak kematian aki bat produk yang tercemar.tidak hanya sampai disitu meningkatnya kekerasan serta kejahatan yang terorganisasi membuat terjadinya organisasi kriminal di masa itu.

Pada tahun 1933, terbuktilah bahwa pe la-rangan bukan satu cara yang efektif untuk me nga-tasi pecandu alkohol dan mengkriminalisasi per-da gangan alkohol hanya memperburuk keadaan, dan bahwa ilegalitas menghasilkan efek yang tidak dapat diduga yang jauh lebih berbahaya dibanding ma salah yang harusnya diatasi oleh kebijakan pelarangan.

Ketika pelarangan berakhir, distributor tidak lagi berpaling pada organisasi kejahatan untuk du-

kungan dan perlindungan dan sebagai gantinya bisa memperkarakan mereka ke persidangan. Kekerasan yang terkait juga sebagian besar berhenti, politisi dan polisi korup kehilangan sumber pendapatan, kua litas produk bisa distandardisasi dan pemerintah bisa meregulasi dan menerima pajak dari alkohol.

Melihat sejarah dari pelarangan kita bisa me-lihat dengan jelas bahwa legislasi didorong ter uta-ma oleh nilai politis yang dirasakan melawan ’ke-jahatan’ penggunaan Napza yang dipabrikasi oleh kelompok yang tidak disukai ketika terlihat untuk melakukan hal tersebut tidak membuthkan biaya. Bagaimanapun, sekarang kita tahu tentang biaya seluruh dunia dari pembuatan napza ilegal da-lam kejahatan, kekerasan, dan korupsi. Ketika ke-burukan dari kebijakan Napza sudah jelas, kenapa sampai saat ini Napza (opium, heroin, dan ganja) belum juga didekriminalisasi?

Kita perlu memikirkan ulang pelarangan kita pada Napza. Masalah apa yang kita coba pecahkan dengan membuat Napza sebagai bahan ilegal? Apa kah pelarangan adalah solusi yang efektif dan terjangkau? Apakah konsekuensi yang tidak di-ingin kan ini setipmpal?

setelah perangBila opium dan heroin dan juga ganja di dekri-

mi nalisasi, apakah yang akan terjadi? Pemerintah bisa menyimpan uang yang dikeluarkan untuk pem berantasan Napza.Polisi bisa mengabdikan wak tu mereka dan masyarakat menyelamatkan ang garan untuk kejahatan yang biasa(seperti ke-ke rasan, perampokan, dan lainnya). Penjara yang dipenuhi oleh kasus Napza bisa diturunkan. Di sisi permintaan dari kekuatan pasar, harga juga bisa turun karena biya untuk menyuap hilang. Ada lah mungkin penggunaan akan meningkat, tapi peng-guna tidak memiliki kesulitan untuk mengakses su plai. Dengan sumber yang dibebaskan dari per-juangan perang melawan Napza yang tidak bisa di menangkan, kita bisa mengakses kebutuhan layanan kesehatan yang layak, serta masalah sosial ter kait penggunaan Napza. Ada banyak pilihan untuk dieksplorasi ketika isu tersebut sudah jelas dan sumber daya tersedia untuk eksperimen. l

ISU DAErAH

16

buletin suplai #4.indd 16 12/19/12 2:53 AM

Page 17: Buletin suplai edisi 4

17

’A Quiet revolution: Drug Decriminalisation Policies in Practice Across the Globe adalah laporan per ta ma untuk mendukung kambpanye Napza dari: Release, sebuah organisasi yang menyoroti ke bi-jakan Napza bertempat di Inggris. Adapun kam pa-nye yang mereka usung adalah ‘Drugs - It’s Time for Better Laws’ (saatnya untuk hukum Napza yang lebih baik).

Laporan ini melihat pada 20 negara yang te-lah mengadopsi dekriminalisasi dari pemilikan nap za, termasuk beberapa negara bagian yang ha nya mendekriminalisasi kepemilikan ganja. Tu-ju an utama dari laporan ini adalah untuk me li hat dari riset yang telah ada, apakah adopsi dari de-kri minalisasi akan secara signifikan me ning kat kan jumlah penggunaan Napza. Dan jawaban se der ha-na nya adalah tidak!

Dengan ini berlanjut ke pertanyaan jika model dari pemberantasan yang diadopsi memilki dampak yang kecil lalu apakah poin dari pendekatan kri-

mi nal yang mengakibatkan dampak buruk untuk individu?

Laporan ini diikuti dengan menulis surat pada Perdana Menteri Inggris David Cameron untuk meng kaji ulang kebijakan Napza di Inggris. Turut mendukung nama-nama penting seperti Sting, Richard Branson, Caroline Lucas MP dan Baroness Meacher.

Kampanye ini akan mempublikasikan tiga la-poran yaitu yang pertama laporan ini yang menyorot pada kebijakan dekriminalisasi. Laporan kedua akan menyorot kebijakan yang disproporsional dan pe langgaran yang terjadi dalam penanganan kasus Napza di Inggris. Dsan yang ketiga adalah dampak ekonomi Inggris Raya dari kebijakan Napza yang ada sekarang.

Untuk mendownload laporan ini langsung ke:http://release.org.uk/downloads/publications/release-quiet-revolution-drug-decriminalisation-policies.pdf

A Quiet Revolution: Drug Decriminalisation Policies in Practice Across the Globe

ISU rEkOMENDASI

buletin suplai #4.indd 17 12/19/12 2:53 AM

Page 18: Buletin suplai edisi 4

18

ISU HUkUM

MewujudkanAkses Bantuan Hukum

Bagi Korban(Pengguna) Narkotika

buletin suplai #4.indd 18 12/19/12 2:53 AM

Page 19: Buletin suplai edisi 4

19

Kebijakan narkotika yang dimotori oleh UU No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, masih memandang Pengguna narkotika sebagai pelaku tindak pidana dengan an-

cam an pidana penjara paling lama 4 tahun untuk golongan I (1). Namun pada prakteknya kebijakan kri mi nalisasi korban narkotika lebih parah. Banyak Pengguna yang disangkakan/didakwakan karena me-mi liki, menyimpan atau menguasai narkotika golongan I dalam bentuk tanaman (Pasal 111 UU Narkotika) atau bukan tanaman (Pasal 112 UU Narkotika) de-ngan ancaman pidana penjara paling sinkat 4 ta-hun dan paling lama 12 tahun dan denda paling se dikit Rp. 800.000.000 dan paling banyak Rp. 8.000.000.000. Pada beberapa Kasus Pengguna Narkotika yang bermaksud membeli narkotika un-tuk digunakan sendiri dikenakan Pasal 114 UU Nar kotika dengan ancaman penjara paling sedikit 5 tahun dan paling lama 20 tahun dan pidana denda pa ling sedikit Rp.1.000.000.000 dan paling banyak Rp.10.000.000.000;

Penggunaan Pasal 111, 112 dan 114 lebih sering di gunakan Penyidik, Penuntut Umum karena dalam pembuktianya lebih mudah dan berpotensi menjadi alat ”bargaining” untuk merubah Pasal yang lebih menguntungkan. Atas berbagai upaya Penyidik sudah memasukan Pasal 127, namun oleh penuntut umum dibuatkan dakwaan dengan metode subsidaritas (2). Pada pelaksanaanya banyak Pengguna Narkotika yang dipenjara karena Pasal 111, 112 atau 114 di bandingkan dengan Pasal 127 UU Narkotika. Mungkin hanya Terdakwa yang didampingi oleh Pe na-sehat Hukum yang berhasil keluar dari Jeratan Pasal-pasal karet UU Narkotika atau memiliki kemampuan financial untuk melakukan ”pembayaran” atau me mi-liki keduanya.

Kebijakan kriminalisasi Pengguna Narkotika yang di perparah dengan penggunaan pasal-pasal karet da-lam UU Narkotika, menempatkan Pengguna harus ber hadapan dengan negara atas tuduhan melakukan tindak pidana dengan ancaman yang sangat berat. Indonesia Sebagai negara hukum, mengharuskan negara mengakui dan melindungi hak asasi manusia setiap individu penduduknya, sehingga semua orang memiliki hak untuk diperlakukan sama dihadapan hukum (equality before the law) baik untuk orang

mampu atau orang tidak mampu. Apabila orang yang mampu dapat menunjuk seorang/lebih penasehat hukum untuk mendampingi dan/atau mewakili di-persidangan begitu pula bagi orang yang tidak mampu (fakir miskin) juga berhak menunjuk seorang/lebih pe-nasehat hukum untuk mendampingi dan/atau me wa-kili dipersidangan.

Konvensi Hak Sipil dan Politik yang telah dira ti-fikasi oleh Pemerintah Indonesia menegaskan ”Da-lam menentukan tindak pidana yang dituduhkan ke-pa danya, setiap orang berhak atas jaminan-jaminan minimal berikut ini dalam jaminan penuh : untuk di adili dengan kehadiranya, dan untuk membela diri secara langsung atau melalui pembela yang dip i lih-nya sendiri untuk diberitahukan tentang hak ini bila ia tidak mempunyai pembela yang dipilihnya sen-diri, dan untuk mendapatkan bantuan hukum de mi kepentingan keadilan, dan tanpa membayar jika ia tidak mempunyai dana yang cukup untuk mem-bayarnya (3).

Pada konteks hukum pidana, dimana UU No 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP) sebagai landasan dalam upaya menjalankan hukum pidana termasuk pemidanaan dalam kebijakan narkotika, hak atas bantuan hukum sudah diatur di-da lamnya. Berdasarkan KUHAP untuk kepentingan pem belaan, Tersangka atau terdakwa (4) berhak men-da patkan bantuan hukum yang dipilih sendiri oleh Ter-sangka/Terdakwa . Bantuan hukum juga diwajibkan di-tunjuk melalui pejabat yang bersangkutan pada semua tingkat pemeriksaan kepada Tersangka/Terdakwa yang tidak mampu yang diancam dengan pidana lima tahun atau lebih (5).

Fakta implementasi Bantuan Hukum untuk Pengguna Narkotika

Berdasarkan hasil pendokumentasian Jaringan Pemantau Pelanggaran HAM pada Pengguna Napza di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Yogyakarta sejak 1997 – 2011 dari 139 Ka sus terdapat 108 Kasus Penyangkalan hak untuk men-da patkan bantuan hukum. Berdasarkan data yang di himpun setidaknya terdapat peristiwa : kekerasan fisik/penganiyaan (106 peristiwa), Penyiksaan (71 peristiwa), Penggeledahan Tidak Sah (70 Peristiwa), Pemerasan (46 Peristiwa), ancaman/intimidasi (34

MewujudkanAkses Bantuan Hukum

Bagi Korban(Pengguna) Narkotika

buletin suplai #4.indd 19 12/19/12 2:53 AM

Page 20: Buletin suplai edisi 4

20

ISU HUkUM

pe ristiwa), Perampasan/ Penyitaan (15 peristiwa). Ketidakadaan bantuan hukum dengan berbagai

peristiwa pelanggaran HAM, pemerasan dll memiliki korelasi yang erat. Berdasarkan hasil Monitoring Lem baga Kajian dan Advokasi Untuk Independensi Peradilan (LEIPS) tentang Bantuan Hukum di Indonesia di Jakarta Pusat, Jakarta Barat dan Jakarta Selatan pada September – Desember 2010, diketahui dari 14990 kasus terdapat 1171 Kasus (79%) yang tidak mendapatkan bantuan hukum dan hanya 318 Kasus (21%) yang mendapatkan akses bantuan hukum di Pengadilan. Dugaan tindak pidana narkotika menduduki posisi tertinggi untuk kasus yang tidak didampingi oleh bantuan hukum yakni sebanyak 598 kasus dari 713 kasus yang dimonitoring (6).

Apa yang Harus dilakukan Peran bantuan hukum tidak hanya sekedar me nye-

lesaikan suatu kasus sesuai kepentingan hukum pe ne-rima bantuan hukum, namun juga menjaga agar hak-hak dari penerima bantuan hukum terlindungi, terhormati dan terpenuhi. Pada perkembanganya banyak gerakan ma syarakat sipil yang melepaskan doktrin bantuan hu-kum sekedar penanganan kasus semata, namun juga ditujukan untuk melakukan perubahan yang lebih baik, baik dalam kebijakan, sistem hukum, sistem sosial po-litik dll. Upaya perubahan tentulah memerlukan du-kung an dari korban /kelompok korban/ masyarakat itu sendiri, sehingga ketika masyarakat sudah terdidik dan mengetahui hak-haknya dapat lebih mudah melakukan perubahan yang kedepanya akan berkorelasi dengan kasus yang dihadapi atau akan dihadapi. Untuk le bih memfokuskan terhadap perubahan disuatu isu, ke mu-dian mulai marak bermunculan bantuan hukum yang difokuskan pada suatu isu tertentu atau dengan metode khusus.

Sejak 2 November 2011, Indonesia sudah memiliki atur an khusus tentang Bantuan Hukum. Melalui UU No 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum, peran serta negara tidak hanya bersifat menghormati dan meng hargai hak atas bantuan hukum namun juga me-nyediakan bantuan hukum kepada masyarakat yang tidak mampu (7). Melalui UU Bantuan Hukum di ha-rapkan memperluas akses bantuan hukum yang da-hu lunya hanya diamanatkan kepada Advokat sebagai im plementasi profesi yang terhormat (Officium Nobile) (8), atau lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan yang

memberikan bantuan hukum sebagai bentuk charity atau upaya advokasi (9).

Adanya dasar hukum tentang bantuan hukum di Indonesia, tidak langsung menjamin Korban (Pengguna) Narkotika dapat langsung mendapatkan bantuan hu-kum secara baik dan professional. Banyak pihak yang, mensangksikan dengan adanya UU Bantuan Hukum, akses bantuan hukum sudah dapat dinikmati oleh seluruh orang yang membutuhkan. Keinginnan Politik Pemerintah dan Anggaran serta ketersediaan SDM pemberi bantuan hukum menjadi faktor penentu. Banyaknya masyarakat yang harus dibantu dengan berbagai kompleksitas kasus akan sangat sulit untuk memfokuskan kepada suatu isu, apalagi isu-isu yang saat ini sedang diperangi seperti Narkotika, Terorisme, Korupsi, ilegal loging, trafficking dll. Besar kemungkinan apabila tidak mendapat tekanan/perhatian dari pihak-pihak tertentu kasus-kasus yang diperangi oleh negara seperti disebutkan sebelumnya hanya diberikan bantuan hukum secara formalitas semata.

Mungkin bagi para Pemberi bantuan hukum per ma-salahan narkotika hanya sekedar permasalahan tuduhan yang dikenakan negara atas tindak pidana narkotika. UU Narkotika dengan ketentuan yang sangat elastis akan sangat menyulitikan pemberian bantuan hukum untuk me lepaskan jeratan dari kepemilikan, kepengusaan atau menyimpan narkotika yang banyak didakwakan. Bukti-bukti tentang penyalahagunaan, upaya mengatasi penyalahgunaan masih menjadi sesuatu yang asing bagi para pemberi bantuan hukum. Belum lagi stigma yang melekat kepada Pengguna narkotika, sehingga masih ada anggapan membela Pengguna Narkotika sama saja dengan membantu peredaran gelap narkotika atau tidak ada cara lain melakukan pembelaan kasus Pengguna narkotika kecuali dengan cara-cara yang koruptif.

Permasalahan lainya adalah karena adanya suatu upaya agar Para Pengguna Narkotika yang sedang ber ha dapan dengan hukum tidak dapat/tidak mau meng akses bantuan hukum, kemudiaan dibuat seolah-olah ketidakmauaan tersebut dilakukan secara sukarela. Banyak cerita yang Kita dengar bahwa masih ada beberapa oknum penegak hukum yang menakut-na kuti bahwa menggunakan bantuan hukum hanya akan berdampak semakin buruk terhadap kasus yang di tangani, atau tidak menjelaskan akses bantuan hukum secara jelas.

Saat ini sudah banyak berdiri komunitas-komunitas/Perkumpulan/lembaga yang mendampingi komunitas

buletin suplai #4.indd 20 12/19/12 2:53 AM

Page 21: Buletin suplai edisi 4

21

ISU HUkUM

kor ban (Pengguna) narkotika baik pada tingkat wi la-yah maupun tingkat nasional. Berbagai upaya te lah dilakukan untuk membuka pencerahan kepada ma-syarakat bahwa Pengguna adalah korban dan akan se makin dikorbankan bila dikriminalkan. Jaringan kerja baik secara langsung maupun tidak langsung de ngan isu kebijakan narkotika sudah mulai terbuka.Pe nyadaran-penyadaran kepada korban narkotika terhadap hak-haknya juga telah dilakukan baik secara langsung, maupun tidak langsung. Beberapa anggota/perwakilan komunitas korban telah mendapatkan bekal pembelaan baik pada tingkatan paralegal maupun pendidikan khusus advokat. Kesemuanya itu dapat men jadi embrio-embrio gerakan bantuan hukum yang dikhususkan kepada isu napza/korban narkotika.

Para Organisasi/Lembaga/Komunitas korban nar ko-tika dapat memanfaatkan akses bantuan hukum yang diatur dalam UU Bantuan Hukum sebagai Pemberi Ban tuan Hukum dengan mengambil isu spesifik kasus-kasus yang ditangani (10). Melalui upaya bantuan hukum kepada korban narkotika, organisasi/komunitas korban narkotika dapat secara luas dan mudah me la-kukan terobosan-terobosan perbaikan terhadap kon-disi bagaimana negara dan masyarakat seharusnya me mandang Pengguna Narkotika sebagai korban dan mem berikan masukan-masukan penanggulangan peredaran gelap narkotika.

Apabila menjadi pemberi bantuan hukum masih di-rasakan berat oleh organisasi/lembaga/komunitas korban narkotika. Upaya “membuka” jalur kepada pemberi

ban tuan hukum dapat dilakukan untuk mengantisipasi bila upaya yang telah dilakukan mengalami kendala. Hubungan kerjasama yang dilakukan kepada Pemberi bantuan hukum tidak hanya sekedar pada menyerahkan kasus kepada pemberi bantuan hukum, yang berdampak tidak akan maksimalnya pemberian bantuan hukum. Bantuan, pengawasan dan berbagi pengalaman atas suatu penanganan kasus menjadi kunci agar upaya bantuan hukum kepada korban narkotika bisa dilakukan secara maksimal, dimana diharapkan dampaknya tidak hanya pada penyelesaiaan kasus namun juga kepada perbaikan tanggung jawab negara terhadap pengguna narkotika baik dari segi kebijakan, perangkat maupun pandangan masyarakat.

Sudah saatnya Organisasi/lembaga/Komunitas kor-ban narkotika menjadi garda terdepan dalam me nye ru-a kan suara korban narkotika, memberikan tawaran-ta-wa ran bagaimana seharusnya negara dan masyarakat memperlakuan korban narkotika dan alternative me ne-kan peredaran gelap narkotika. Sebagaimana yang per -nah dipraktekan diberbagai isu seperti perburuhan, ling-kungan masyarakat miskin dll, bantuan hukum secara langsung ataupun tidak langsung dapat dise la ras kan dengan upaya advokasi lainya dalam melakukan pe-rubahan yang lebih baik atau setidaknya menjadi pe ran nyata atas pertanyaan kenapa korban narkotika harus ber kumpul, berorganisasi dan berjuang bersama. l

Totok Yuliyanto, s.H.Advokat/ Pemerhati Reformasi Peradilan dan Kebijakan Narkotika

1. Pasal 127 ayat (1) UU Narkotika : Setiap Penyalahguna Narkotika golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) Tahun

2. Dakwaan Subsedaritas menjadikan apabila dakwaan Pertama Pasal 111/112 UU narkotika terbukti, hakim tidak perlu membuktikan Dakwaan kedua Pasal 127 UU Narkotika.

3. Pasal 14 ayat (3) huruf d Konvensi Hak Sipil dan Politik4. Pasal 54 jo Pasal 55 KUHAP5. Pasal 56 KUHAP6. Monitoring Legal Aid in Indonesia The Right of Suspect/Defendant to Access legal Counsel, LEIPS, 20117. Pasal 9 d UU Bantuan Hukum “Pemberi Bantuan Hukum menerima anggaran dari negara untuk melaksanakan bantuan hukum berdasarkan

Undang-Undang ini8. Pasal 22 UU No 18 Tahun 2003 tentang Advokat menyatakan “Advokat Wajib memberikan bantuan hukum secara Cuma-Cuma kepada

pencari keadilan yang tidak mampu”9. Sebelum lahirnya UU Bantuan Hukum, Beberapa Advokat sudah memberikan bantuan hukum secara individual, ataupun bersama pihak yang

memiliki kepedulian membentuk organisasi Bantuan Hukum baik dengan isu umum ataupun khusus yang perannya tidak hanya menangani kasus-kasus hukum masyarakat yang membutuhkan namun juga melakukan perubahan sistem hukum, sosial, HAM dll. UU Bantuan hukum dapat menghasikan organisasi baru ataupun organisasi lama yang terbentuk sebelumnya menggunakan UU Bantuan Hukum dalam menjalankan perannya

10. Sampai saat tulisan ini dibuat, masih terjadi perdebatan dalam penyusunan aturan implementasi UU bantuan hukum, salah satunya mengenai apakah Pemberi Bantuan Hukum dapat membatasi spesifikasitas kasus yang ditangani

buletin suplai #4.indd 21 12/19/12 2:53 AM

Page 22: Buletin suplai edisi 4

22

FAQ & FACt

Metamphitamine adalah sebuah zat dengan potensi penyalahgunaan yang sangat besar. Biasa dikenal de-ngan nama jalanan ”sabu”, ”UB”, ”Ya ba”, ”tus”, ”prosotan”, ”speed,” ”meth”, ”crank,” ”crystal-meth,” atau ”glass”. Zat ini adalah stimulan sis tem saraf pusat dari keluarga am-phe tamine. Seperti halnya kokain, zat ini adalah ”upper” yang sangat kuat yang menghasilkan kewaspadaan dan kegembiraan, bersama dengan dam-pak buruk yang bervariasi. Tapi efek

dari metamphetamine lebih lama da-ripada kokain, walaupun dengan har-ga yang sama. Untuk alasan tersebut metamphitamine sering disebut ko-kain nya orang susah.

Dibuat oleh ahli kimia Jepang di tahun 1919, methamphetamine di-gu nakan saat perang dunia 2 untuk membuat tentara tetap awas dan waspada dan menambah energi te-naga pabrik. Meskipun dilabeli barang yang berbahaya, zat ini tersedia secara legal di Amerika untuk penanganan ADD/ attention deficit disorder dan kegemukan.

Amphetamines pertama kali da-tang ke Amerika pada tahun 1930-an. Dan penyalahgunaan pil am phe ta-mine sulfate (Benzedrine) dan dex-troam phetamine (Dexedrine) me luas pada periode 1950-an dan 60-an. Ter ma suk di jajaran pengguna populer dari ben zedrine adalah Jack Kerouac, sas tra wan Beat. Pil ini biasanya d i re-sep kan untuk pengurangan berat ba-

dan. Methamphetamine ju ga dijual di ja lanan dalam bentuk bu buk yang bisa dihisap dan bisa disuntikan.

buletin suplai #4.indd 22 12/19/12 2:53 AM

Page 23: Buletin suplai edisi 4

23

FAQ & FACt

Penyuntikan zat ini mulai ma-rak karena para pengguna yang me rasa penggunaan dengan cara ini menghasilkan efek yang lebih. Peng guna dengan dosis tinggi bisa menggunakan zat ini berhari-hari sampai akhirnya merasa lelah dan men derita psikosis. Agresifitas dari pengguna ini, kekerasan yang di aki-batkan, dan pengurangan berat ba-dan karena zat ini akhirnya kembali mengingatkan orang bahwa zat ini pa-da akhirnya bisa membunuh.

Methamphetamine bisa di te lan, dijadikan campuran rokok, di srepet, atau disuntikan. Tapi me tam phe ta-mine yang berbentuk kristal seperti yang kebanyakan berdar di Indonesia di gunakan dengan menghisap me-tamphetamine yang diletakan di alu-munium foil melaui bong berisi air dan di bakar dengan korek api.

Pada dosis yang rendah, metham-phe tamine membuat penggunanya me rasa enerjik, waspada dan percaya diri. Dengan penggunaan yang te rus me nerus, perasaan tersebut ke ba-nya kan akhirnya akan menurun, dan akhir nya pengguna membutuhkan do-sis yang lebih. Pengguna zat ini juga se ring memiliki kecenderungan pri laku yang tidak bisa diduga, bisa te nang bersahabat tapi kemudian ma rah. Ba-nyak yang menggunakan ini akan me-la kukan pekerjaan yang tidak ter lalu penting berulang-ulang.

Setelah penggunaan berhari-hari dan pengguna tidak makan dan ti dur,

me reka akan menjadi kelelahan di-iringi de ngan keinginan untuk meng-gu na kan lagi, tapi kebanyakan mereka ter lalu lelah untuk melakukan itu dan akhir nya tertidur lelap. Setlah mereka ba ngun biasanya depresi akan kembali sam pai yang parah akan merasakan keinginan untuk bunuh diri.

Selain itu pengguna yang telah lama akan menjadi paranoid, seperti mendengar suara, dan mengalami delusi yang aneh, dan terkadang mem-percayai bahwa ada orang lain yang membicarakan dia di belakang, atau membuntutinya. Methamphetamine ter kadang akan menghasilkan ke pa-nik an dan kecelakaan berupa ke ke ra s-an yang ekstrim.

Bahaya dan konsekuensi dari penggunaan methamhetamine:

33 Tidak tidur33 Kehilangan napsu makan dan berat badan

33 Nausea, muntah dan diare33 Temperatur badan yang meningkat33 Infeksi kulit dan kadang membuat pengguna mencabuti serangga khayalan dari kulit mereka

33 Paranoia33 Depresi33 Kecemasan 33 Tekanan darah naik yang bisa memicu sakit kepala, dada, atau bahkan serangan jantung

33 Kejang33 Kerusakan otak yang permanen33 Kelahiran prematur untuk pengguna perempuan

33 Untuk pengguna dengan cara menyuntik beresiko penularan HIV, Hep C, infeksi dan memar seputar area penyuntikan.

Dalam laporan Patterns and Trends of Amphetamine-Type Sti mu-lants and Other Drugs, Asia and the Pa cific, tahun 2011, memaparkan pola dan tren terkini dari ATS - se-buah pasar yang terdiri dari ke lom-pok substansi amphetamine, me-tham phetamine, methcathinone, dan ecstasy. Laporan ini juga menye-dia kan pandangan secara umum dari negara-negara tetangga di Asia Se latan dan pasifik. Sebagai tam-ba h an pada ancaman endemik dari or ganisasi kelompok kriminal regio-nal, laporan ini memperhatikan juga pa da meluasnya jangkauan dan ke-ha diran organisasi kelompok kri mi nal transnasional di Asia yang da tang dari luar. Penyulundupan me tham-phe tamine oleh kelompok Afrika te-lah secara resmi dilaporkan oleh China, Kamboja, Indonesia, Jepang, Ma laysia, Filipina, Thailand dan Viet Nam. Serta percobaan kelompok Iran un tuk membangun pabrik pembuatan ATS di Jepang, Malaysia dan Thailand juga telah dilaporkan.

Dalam hal penggunaan obat ilegal, ATS berada di peringkat 3 ter-atas di lima belas negara yang di-sur vey. Di sepuluh negara tersebut, peng gunaan ATS meningkat selama tahun 2010, hanya Australia, Jepang, Selandia Baru, Filipina, dan Korsel dilaporkan stabil atau menurun. Se-ba gai tambahan lagi, penggunaan me tamphitamine kristal (shabu) telah me luas ke negara yang tadinya tidak ter papar seperti Kamboja, China, Laos, dan Myanmar. l

buletin suplai #4.indd 23 12/19/12 2:53 AM

Page 24: Buletin suplai edisi 4

24

ISU kESEHAtAN

PENYAkiT TB merupakan penyakit menahun/kro nis (berlangsung lama) dan menular. Penyakit ini dapat diderita oleh setiap orang, tetapi paling sering menyerang orang-orang yang berusia antara 15 – 35 tahun, terutama mereka yang ber-tu buh lemah, kurang gizi atau yang tinggal satu ru mah dan berdesak-desakan bersama penderita TB. Lingkungan yang lembap, gelap dan tidak me miliki ventilasi memberikan andil besar bagi se seorang terjangkit TB.

Penyakit Tuberkulosis dapat disembuhkan. Namun akibat dari kurangnya informasi berkaitan cara pencegahan dan pengobatan TB, kematian aki bat penyakit ini memiliki prevalensi yang be-sar. Indonesia berada dalam peringkat ketiga ter-bu ruk di dunia untuk jumlah penderita TB. Setiap ta hun muncul 500 ribu kasus baru dan lebih dari 140 ribu lainnya meninggal.

Dalam sebuah tulisan Lesley Odendal yang dimuat di situs spirita.or.id menerangkan; sebuah studi di Indonesia telah menemukan bahwa orang dengan HIV yang merupakan pengguna nap za suntikan adalah 85% lebih mungkin untuk me miliki TB terkait HIV daripada mereka yang bu kan pengguna napza suntikan. Temuan ini dipresentasikan pada 42nd Union World Lung Health Conference yang dilaksanakan di Lille, Perancis.

Risiko TB pada pengguna narkoba suntikan dengan infeksi HIV jarang dihitung di luar Eropa Barat dan Amerika Utara.

Menurut Dr. van Crevel dari Universitas Rad-boud di Nijmegen, Belanda, yang menganalisis ko hort dari pasien HIV yang belum pernah meng-gu nakan ARV yang terdiri dari 658 pengguna nap za suntikan (penasun) dan 532 non penasun, peng gunaan napza suntikan adalah faktor risiko untuk TB terkait HIV setelah mengendalikan un-tuk jumlah CD4 dan karakteristik lain seperti usia, jenis kelamin dari sejarah TB (rasio hazard

1,85, 95% confidence interval 1,28-2,67).Namun, pada awal, 90 persen dari lengan IDU

adalah laki-laki dibandingkan dengan 37 persen pada kelompok non-penasun. 90 persen dari lengan IDU memiliki koinfeksi dengan hepatitis C (HCV). Peserta penelitian diikuti selama rata-rata 260 hari (IQR: 12-365 hari) sampai episode pertama TB setelah diagnosis HIV.

Indonesia memiliki beban kasus TB tertinggi kelima di dunia dan salah satu epidemi HIV paling cepat bertumbuh, didorong oleh penggunaan narkoba suntikan. Penggunaan narkoba di Indonesia yang paling sering ditemukan pada kelompok sosial ekonomi yang lebih tinggi. Dengan demikian peningkatan risiko HIV terkait TB pada penasun tidak terkait dengan kondisi kemiskinan, tidak seperti di sub-Sahara Afrika. 89 persen dari peserta penasun memiliki gelar universitas atau pendidikan tinggi, dibandingkan dengan 72 persen pada kelompok non penasun. Demikian pula, 72 persen dari mereka yang merupakan pengguna narkoba suntikan memiliki pekerjaan dibandingkan dengan hanya 47 persen pada kelompok non penasun.

Menurut para peneliti, peningkatan risiko TB pada penasun mungkin akibat paparan terhadap TB lebih sering saat berkumpul di ruangan non ventilasi yang digunakan untuk menggunakan obat, sehingga menyebabkan tingkat yang lebih tinggi dari TB laten.

Para peneliti juga mengusulkan bahwa pe-ning katan risiko mungkin disebabkan oleh alasan bio logis seperti sebagai viral load HIV yang le-bih tinggi atau koinfeksi HCV. Penelitian pada he wan juga telah menunjukkan peningkatan efek negatif pada sistem kekebalan tubuh ketika meng gunakan opioid, yang dapat berkontribusi ter hadap perkembangan penyakit TB.

Di Indonesia, opioid lebih popular untuk di-suntikkan daripada digunakan dengan cara

buletin suplai #4.indd 24 12/19/12 2:53 AM

Page 25: Buletin suplai edisi 4

25

ISU kESEHAtAN

89 persen dari peserta penasun memiliki gelar universitas atau pendidikan tinggi, dibandingkandengan 72 persen pada kelompoknon penasun.

dihisap sebagai rokok, meskipun pe nasun sering merokok tembakau (mes kipun hal ini tidak diukur dalam kohort), yang juga terkait dengan penyakit TB.

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui penyebab utama pe ningkatan risiko TB terkait HIV pa-da penasun tetapi untuk sementara, la yanan kesehatan harus menyaring se mua penasun yang terinfeksi HIV ter hadap TB pada setiap kunjungan ke sehatan dan meningkatkan per-hatian terhadap TB pada setiap kun-

jungan kesehatan dan menaruh per-hatian yang lebih terhadap TB pada pengguna napza suntikan, kata para peneliti.

Organisasi Kesehatan Dunia me-re komendasikan bahwa layanan HIV dan TB untuk orang-orang yang menyuntikkan Napza harus ter-integrasi. l

sumber:http://www.spiritia.or.id/news/bacanews.php?nwno=2757

buletin suplai #4.indd 25 12/19/12 2:53 AM

Page 26: Buletin suplai edisi 4

26

tEkA-tEkI SILANG

mENdATAr

1. Kelebihan dosis 3. LSD, salah satu zat halusinogenika, bila dikonsumsi akan timbul halusinasi 5. Giting putaw 6. Agen PBB untuk obat-obatan dan kejahatan 9. Cuaca mendukung11. Panggilan untuk program manajer PKNI12. Rasa melayang karena putau13. Alat hisap cimeng atau sabu15. Paranoid/rasa takut berlebihan karena pemakaian shabu-shabu yang

sangat banyak17. Jaringan korban napza indonesia

18. Pembelian heroin atau putauw dalam jumlah terkecil

20. Kertas untuk melinting ganja21. Pakai putaw23. Penghilang rasa sakit25. Barang contoh (gratis)27. (Numpang giting) : mabuk tanpa

duit28. Dosis setengah29. Inek mulai berasa30. Nama lain dari methamhetamine

mENuruN

2. Setetes air yang sudah dicampur heroin

4. Mata-mata7. Gejala berakhirnya rasa

nikmatnya mabuk8. Alumunium foil : tempat untuk

memakai / bakar shabu10. Memakai napza dengan cara

menyuntik14. Narkotika alkohol psikotrokpika

dan zat adiktif lainnya16. Kembali lagi ngedrugs karena

’kangen’19. Tempat pemulihan napza22. Menunjukkan kualitas putaw

yang baik yang terasa beraroma bila di dragon/disuntikkan

24. Jaringan korban napza Mojokerto26. Sakit karena ketagihan atau

gejala putus obat27. Proses mencampurkan heroin

dengan air28. Timbangan untuk menimbang

putaw, shabu, cocain (biasanya digunakan timbangan emas yang berbentuk timbangan digital)

buletin suplai #4.indd 26 12/19/12 2:53 AM

Page 27: Buletin suplai edisi 4

27

ISU HUkUM

buletin suplai #4.indd 27 12/19/12 2:53 AM

Page 28: Buletin suplai edisi 4

28

JARKON'S - Sumatera Utara, SUPER PM - Medan, PKN KEPRI - Kepulauan Riau, KIPAS Bengkulu, PKN Lampung, PKN Bogor, Rumah Cemara - Jawa Barat,

Hak Azasi - Sukabumi, FORKON - Jakarta, MMC - Jakarta, EJA - Jawa Timur, KOPENHAM - Mojokerto, IKON - Bali, PKNPK - Kalimantan Selatan, PKN Makassar,

PKN Sulawesi Utara, AKSI NTB - Nusa Tenggara Barat.

buletin suplai #4.indd 28 12/19/12 2:53 AM