Buku Ajar PBPAM

download Buku Ajar PBPAM

of 101

Transcript of Buku Ajar PBPAM

  • 7/23/2019 Buku Ajar PBPAM

    1/101

    Buku ajar PBPAM

    Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1 UMUMSistem Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum yang akan direncanakan didasarkan khusus untuk air baku dari air

    sungai dengan kualitas kekeruhan tinggi. Di dalam perencanaan Sistem Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum ini

    digunakan beberapa parameter-paramater sebagai dasar pertimbangan perencanaan yang dianjurkan sesuai dengan rencana

    induk pengembangan kota baik teknis, ekonomis dan lingkungan seperti standar baku mutu kualitas air minum, tata letak

    sistem dan lain-lain yang mana akan dibahas satu persatu.

    Menurut Narihito Tambu kriteria perencanaan adalah suatu kriteria yang dipakai sebagai pedoman perencanaan. Perancangandiharapkan mampu menggunakan kriteria secara tepat dengan membandingkan kondisi sebenarnya dengan pa rameter yang

    tertulis dalam kriteria dibawah ini. Nilai -nilai yang digunakan kriteria diambil dari hasil penelitian terdahulu yang kemudian

    dikelompokkan dalam parameter yang umum.

    I.2 TUJUAN PENGOLAHAN AIR MINUMTujuan pengolahan air minum adalah :

    Meningkatkan ilmu pengetahuan di bidang pengolahan air minum untuk antisipasijangka panjang.

    Meningkatkan kepedulian nasional terhadap perlindungan lingkungan hidup.

    Melindungi lingkungan hidup dari bahaya yang dapat ditimbulkan terhadap bidang

    kesehatan lingkungan, ekonomi, sosial dan politik

    Melindungi kesehatan masyarakat

    Menghindari kerusakan instalasi yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya.

    Melindungi sumber air baku yang digunakan sebagai air baku untuk air minum,

    keperluan pembangkit tenaga listrik, irigasi, dan lain-lain

    Menghilangkan material tersuspensi maupun terlarut, menghilangkan organisme

    patogen, mereduksi kandungan S,P dan komponen organik toksik dan menghilangkankontaminan lainnya seperti organik sukar larut, anorganik terlarut, dll.

    I.3 DATA-DATA UNTUK PERENCANAANData-data yang diperlukan untuk merencanakan bangunan pengolahan air minum

    yaitu :

    Daerah pelayananMerupakan data mengenai daerah dari suatu instalasi pengolahan air minum, dimana

    air baku yang diambil dari sumber air baku untuk melayani daerah pelayanan tersebut.Periode perencanaan

    Instalasi pengembangan pengolahan air minum yang direncanakan harus ditentukanperiode perencanaan mengingat waktu untuk pembangunan pengembangan instalasi

    tersebut. Dasar pertimbangan pentahapan periode perencanaan yaitu : pertumbuhan

    penduduk yang dilayani, kemampuan sosial ekonomi penduduk, kecepatanperkembangan sarana kota, komersil dan industri, kekuatan konstruksi instalasi dan

    perlengakapannya dan ketersediaan dana dan kemungkinan pengembalian dana yang

    ditanamkan selama rancangan.

    Karakteristik air baku

    Dalam setiap studi pradesain, pembuatan air minum berkualitas merupakan tujuan

    utama pengolahan air. Kualitas air dipengaruhi oleh kombinasi tanah dan air, keadaan

    dan pengaturan kualitas air minum lokal, pengolahan air mentah dan tujuan dasar

  • 7/23/2019 Buku Ajar PBPAM

    2/101

    Buku ajar PBPAM

    Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum

    fasilitas pengolahan air pemerintah kota, yaitu memberikan kesehatan, tempat yang

    estetis, serta persediaan air yang ekonomis.

    Dalam air baku terdapat zat-zat, senyawa-senyawa, atau partikel-partikel apa saja

    yang terdapat di dalam air selain H2O. Hal ini nantinya berka itan dengan apa saja

    yang harus ada dalam instalasi baik menyangkut unit operasi maupun unit proses danbagaimana keluaran atau efluen yang dihasilkan dari pengolahan air minum dalam

    suatu instalasi.Kualitas air baku terdiri dari (Tambo, Narihito, 1974) :

    Kualitas Fisika, yaitu tinjauan secara fisik seperti total solid, suspended solid, bau,warna, temperatur, turbiditas, daya hantar listrik.

    Kualitas Kimia, menyangkut unsur-unsur, senyawa-senyawa, atau zat-zat kimia yangturut serta dalam suatu air baku. Kualitas kimia tersebut antara lain : Klorida,

    Nitrogen, Alkalinitas, dan lain-lain.

    Karakteristik Biologi, makhluk hidup biasanya mikroorganisme yang terdapat dalam

    air baku antara lain bakteri, protozoa, algae, jamur.

    Kualitas Efluen, buangan dari suatu sistem instalasi sesuai dengan tujuan dari suatu

    instalasi yaitu untuk memenuhi persyaratan atau standar baku mutu yang tidakmerusak lingkungan.

    Jenis Sumber Air Baku

    Beberapa sumber air baku yang dapat digunakan untuk penyediaan air minum adalah:

    Air Hujan

    Air hujan bersifat lunak karena tidak mengandung garam dan zat-zat mineral, lebih

    bersih, namun dapat bersifat korosif karena mengandung zat-zat yang terdapat di

    udara seperti NH3, CO2 agresif, ataupun SO2. Dari segi kuantitas, air hujan

    tergantung pada besar kecilnya hujan, sehingga tidak mencukupi jika digunakan untukpersediaan umum karena jumlahnya berfluktuasi. Air hujan juga tidak secara kontinu

    dapat diperoleh karena sangat tergantung pada musim.Air Permukaan

    Air permukaan yang biasa digunakan sebagai sumber air baku adalah air waduk,sungai, dan danau. Pada umumnya, air permukaan telah terkontaminasi zat-zat yang

    berbahaya bagi kesehatan, sehingga memerlukan pengolahan terlebih dahulu sebelumdikonsumsi oleh masyarakat. Kuantitas dan kontinuitas air permukaan sebagai sumber

    air baku cukup stabil.

    Air Tanah

    Air tanah mengandung garam dan mineral yang terlarut pada waktu air melalui

    lapisan-lapisan tanah, serta bebas dari polutan. Namun tidak menutup kemungkinan

    bahwa air tanah tercemar oleh zat-zat yang mengganggu kesehatan, seperti Fe, Mn,

    kesadahan, dan sebagainya. Berdasarkan kedalamannya, air tanah dibedakan menjadi

    air tanah dangkal dan air tanah dalam. Air tanah dangkal kualitasnya lebih rendah

    daripada air tanah dalam. Secara kuantitas, air tanah dapat mencukupi kebutuhan air

    bersih. Tetapi dari segi kontinuitas, pengambilan air tanah harus dibatasi, karenapengambilan yang terus menerus dapat menyebabkan penurunan muka air tanah dan

    intrusi air laut.

    Mata Air

    Dari segi kualitas, mata air sangat baik karena belum terkontaminasi oleh zat-zatpencemar. Pencemaran biasanya terjadi di lokasi mata air itu muncul. Dari segi

    kuantitas dan kontinuitas, mata air kurang bisa diandalkan sebagai sumber air airbaku.

  • 7/23/2019 Buku Ajar PBPAM

    3/101

    Buku ajar PBPAM

    Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum

    I.4 PEMILIHAN SUMBER AIRProsedur pemilihan persediaan air mentah berawal dari eveluasi teknis mencakup

    penyelidikan pengembangan sumber air. Pada pemilihan sumber air, Insinyur

    perencana harus mengenal kualitas dan kuantitas sumber.

    Untuk sumber air permukaan, hal yang harus dipelajari untuk tujuan tertentu

    adalah:

    Aspek kuantitas

    Data jumlah air selama masa kekurangan untuk menunjang analisis statistik dari curahhujan, limpasan dan aliran sungai

    Kecukupan pasokan yang aman untuk memnuhi kebutuhan saat ini dan mendatangPengukuran tingkat kelestarian oleh federal atau Lembaga Negara termasuk daerah

    cakupan dan penggunaan anak sungai di masa mendatangStudi menyeluruh tentang kandungan air lokal

    Tingkat penggunaan lahan didaerah cakupan air.Aspek kualitas

    Data kualitas air selama periode kurun waktu tertentuPenilaian resiko kontaminasi oleh ketidaksengajaan tercempur bahanyang mungkin

    beracun, berbahaya atau merusak pengguna rumah tangga.

    Tingkat usulan pengembangan lahan saat ini dan mendatang

    Tingkat manajemen dan pengawasan pemilik

    Hal-hal umum

    Taksiran reabilitas sumber air,

    Tingkat kesulitan pelaksanaan alat otomatisasi, perpipaan, bangunan pengolah air dan

    jaringan distribusi

    Pengaruh lingkungan

    Pengaruh keuangan

    I.5 DASAR SISTEM PENGOLAHANSebelum ditentukan sistem pengolahan yang akan dipakai untuk mengolah air

    minum, terlebih dahulu dilakukan pemilihan dari berbagai sistem pengolahan yang

    ada untuk mendapatkan sistem yang paling sesuai.

    Untuk melakukan pemilihan sistem pengolahan, pertimbangan-pertimbangan yang

    perlu dilakukan meliputi (Tambo, Nrihito, 1974) :

    Beban pengolahan

    Didasarkan pada kualitas dan kuantitas influent yang ada terhadap kualitas effluentyang diinginkan. Sehingga diketahui berapa besar beban pengolahan yang harus

    dipenuhi oleh sistem pengolahan. Sistem pengolahan yang terpilih merupakan sistemyang dapat memenuhi kriteria-kriteria yang ditetapkan untuk mendapatkan kualitas

    pengolahan sesuai yang diinginkan.Aspek teknis

    Yang dipertimbangkan antara lain menyangkut ketersediaan lahan, kemudian teknis

    pelaksanaan, dan pengadaan bahan-bahan untuk pembangunan instalasi. Selain itu

    juga dipertimbangkan segi operasionalnya, menyangkut ketersediaan tenaga,

  • 7/23/2019 Buku Ajar PBPAM

    4/101

    Buku ajar PBPAM

    Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum

    peralatan, kemudahan dalam pengadaan bahan-bahan penunjang pengoperasian dan

    pemeliharaan instalasi.

    Aspek ekonomis

    Berhubungan dengan masalah pembiayaan untuk konstruksi, pemeliharaan dan

    operasionalnya.Aspek lingkungan

    Adanya pertimbangan terhadap kemungkinan pengaruh keberadaan instalasipengolahan air buangan yang direncanakan terhadap kenyamanan dan kesehatan

    penduduk di sekitar lokasi. Oleh karena itu perlu dipertimbangkan jarak minimumlokasi pengolahan terhadap pemukiman penduduk.

    I.6 STANDAR KUALITAS AIR MINUMLangkah pertama dalam penentuan kualitas air olahan adalah penentuan peraturankualitas air yang dipakai. Standar kualitas air diumumkan pada tingkat internasional,

    maupun pada masing-masing negara. Satu pertimbangan dalam pengembangankualitas air olahan adalah kemungkinan standar kualitas air diubah atau dimodifikasi

    di masa depan. Perubahan masa mendatang mungkin memperngaruhi reabilitas danfleksibilitas proses pengolahan air yang ditetapkan agar memenuhi standar yang lebih

    ketat.

    Standar kualitas air bersih dan minum yang berlaku di Indonesia saat ini adalah

    Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tanggal 14 Desember 2001 tentang

    Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air serta Keputusan Menteri

    Kesehatan (Kepmenkes) RI No. 907/Menkes/SK/VII/2002.

    Dalam Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 pasal 8 tentang Klasifikasi dan

    Kriteria Mutu Air, air diklasifikasikan menurut mutunya ke dalam empat kelas, yaitu

    :

    Kelas 1, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau

    peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaantersebut.Kelas 2, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air,

    pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atauperuntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan

    tersebut.Kelas 3, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air

    tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yangmempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan tersebut.

    Kelas 4, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi, pertanaman, danatau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan

    tersebut.

    Tabel di bawah ini merupakan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor907/MENKES/SK/VII/2002 : yang merupakan persyaratan kualitas air minum dan air

    bersih serta mengacu pada nilai panduan WHO.

    Tabel 1.1. Standar Air Minum

    No Parameter SatuanKadar Maksimumyang

  • 7/23/2019 Buku Ajar PBPAM

    5/101

    Buku ajar PBPAM

    Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum

    Diperbolehkan

    1 BACTERIOLOGIS

    Escherecia coli jml/100ml 0

    total coliform jml/100ml 0

    2 FISIKwarna TCU 15

    bau dan rasa - -

    Lanjutan tabel 1.1.

    No Parameter Satuan

    Kadar Maksimum

    yangDiperbolehkan

    temperatur C 3

    kekeruhan NTU 5

    Suspended Solid (SS) mg/lt -

    residu tersuspensi (TSS) mg/lt 1000

    padatan terlarut (TDS) mg/lt -

    3 KIMIA mg/lt

    A. ANORGANIK mg/lt

    arsen mg/lt 0,01

    barium mg/lt 0,7

    kadmium mg/lt 0,003

    kromium (valensi 6) mg/lt 0,05

    tembaga mg/lt 1

    sianida mg/lt 0,07

    flourida mg/lt 1,5

    timbal mg/lt 0,01

    nitrat mg/lt 50nitrit mg/lt 3

    selenium mg/lt 0,01

    amonia (NH3) mg/lt 1,5

    klorida mg/lt 250

    klorin bebas mg/lt 0,2

    kesadahan (CaCO3) mg/lt 500

    hidrogen sulfida mg/lt 0,05

    besi mg/lt 0,3

    mangan mg/lt 0,1

    pH mg/lt 6,5 - 8,5

    seng mg/lt 3Sumber: Kepmenkes RI No. 907/Menkes/SK/VII/2002

    Pengolahan Air Bersih/Air Minum

    Menurut Tambo (1974), pengolahan air didefinisikan sebagai operasi teknis yangdilakukan terhadap air baku agar menjadi air bersih yang memenuhi persyaratan

    kualitas sebagai air bersih/air minum dengan menggabungkan beberapa proses

  • 7/23/2019 Buku Ajar PBPAM

    6/101

    Buku ajar PBPAM

    Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum

    pengolahan. Pengolahan air bertujuan untuk mengurangi konsentrasi masing-masing

    polutan dalam air sehingga aman untuk digunakan.

    Menurut Reynolds (1982), unit operasi dan unit proses yang digunakan dalam

    pengolahan air bersih adalah sebagai berikut :

    Pengolahan secara fisik

    Pengolahan ini meliputi sedimentasi, flotasi dan filtrasi.

    Pengolahan secara kimia

    Pengolahan ini meliputi koagulasi, flokulasi, adsorpsi karbon, penukaran ion

    dan klorinasi.

    Pengolahan secara biologi

    Pengolahan ini meliputi aerobic digestion dan anaerobic digestion.

    Berikut diagram pengolahan air bersih secara konvensional :

    Sumber : Kawamura, 1991

    Gambar 1.1. Diagram Pengolahan Air Bersih Secara Konvensional

    Strategi pengolahan air yang dapat diterapkan pada masing-masing jenis air adalah

    berbeda. Strategi pengolahan yang lengkap meliputi:

    Prasedimentasi

    Koagulasi

    FlokulasiSedimentasiFiltrasi

    DesinfeksiSedangkan Peavy et. al. (1985) menggambarkan bagan pengolahan air minum untuk

    air permukaan yang keruh dan mengandung zat organik, sebagai berikut:

    Proses Penambahan Bahan Kimia Buangan

  • 7/23/2019 Buku Ajar PBPAM

    7/101

    Buku ajar PBPAM

    Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum

    Prasedimentasi: digunakan jikasumber air baku alirannya deras,

    berfungsi menyisihkan SS yang

    tinggi, bahan kimia dapat ditambahkan untuk mengoksidasi zat organikatau menahan oksidasi biologinya.

    Koagulasi, Flokulasi, Sedimentasi:

    berfungsi menyisih kan kekeruhan

    dengan cara meng gumpalkankoloid dan mengendap kannya, juga

    digunakan untuk menyisihkanwarna yang disebabkan oleh

    molekul organik.

    Filtrasi: berfungsi menyisihkankekeruhan yang tersisa, desinfektan

    dapat ditambahkan untuk mencegah

    pertumbuhan makhluk hidup pada

    media filter.

    Adsorpsi: diperlukan jika air

    mengandung zat organik terlarut,

    berupa kolom karbon aktif atau

    dapat juga dengan menambahkan

    karbon aktif powder.

    Desinfeksi: Digunakan untuk membunuh bakteri patogen. Klorin

    ditambahkan dalam jumlah yangcukup untuk mendapatkan sisa

    klorin yang cukup di dalam sistemdistribusi.

    Reservoir: Digunakan untuk me

    mungkinkan waktu kontakdesinfeksi terpenuhi dan untuk

    menyimpan air untuk kebutuhan

    puncak

    Air baku

    Klorin

    Ammonia

    Alum

    Polimer

    Klorin

    Klorin

    Ke sistem distribusi

    Lumpur diambil

    secara periodik dan

    dibuang dengancara diratakan diatas tanah

    Lumpur diambil

    secara kontinyu &

    dilandfilling ataudengan cara lain,

    setelah di lakukanproses dewatering

    Air pencucian &

    lumpur yang telah

    didewatering

    dibuang bersama

    dengan lumpur dari

    proses sebelumnya.

    Uap dari

    pembersihankolom

    Gambar. 1.2. Bagan Pengolahan Air Minum untuk Air Permukaan yang Keruh dan

    Mengandung Zat Organik

    (Sumber: Environmental Engineering, 1985)

    1

    2

    3

    4

    5

    6

  • 7/23/2019 Buku Ajar PBPAM

    8/101

    Buku ajar PBPAM

    Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum

    Berikut ini adalah alternatif pengolahan air dari beberapa parameter kualitas

    air yang dipertimbangkan dalam pengolahan air :

    Tabel 1.2. Alternatif Pengolahan Air Beberapa Parameter

    No Parameter Alternatif Pengolahan

    1 Warna Koagulasi

    Adsorpsi GAC, PAC, resin sintetik

    Oksidasi dengan chlorine, permanganat, danchlorine dioxide

    2 Bau dan Rasa Oksidasi dengan chlorine, permanganat,ozon, dan chlorine dioxide

    Adsorpsi Karbon Aktif (GAC dan PAC)

    Aerasi

    3 Kekeruhan Prasedimentasi (air dengan kekeruhan tinggi)

    Koagulasi dan Flokulasi

    Sedimentasi

    Filtrasi

    4 pH* Netralisasi5 Zat Padat Tersuspensi

    (TSS)*Prasedimentasi (air dengan kekeruhan tinggi)

    Koagulasi dan Flokulasi

    Sedimentasi

    Filtrasi

    6 Zat Organik Reverse Osmosis

    Ion Exchange

    Air Stripping

    Adsorpsi Karbon

    Oksidasi

    Koagulasi

    7 CO2 agresif Transfer gas (Aerasi)

    8 Kesadahan Pelunakan kapur sodaIon Exchange

    9 Besi dan Mangan OksidasiTransfer gas (Aerasi)

    Chemical Precipitation

    Ion Exchange

    10 Sulfat Ion Exchage dengan resin basa kuat

    Softening (pelunakan)

    11 Sulfida Oksidasi dengan klorinasi

    Aerasi

    Lanjutan tabel 1.2.No Parameter Alternatif Pengolahan

    12 Fluorida Ion exchange dengan activated alumina

    Pelunakan kapur

    Koagulasi alum

    13 Amoniak Air Stripping

    14 Nitrat KoagulasiPelunakan kapur

    Reduksi kimia

    Denitrifikasi secara biologis

    Ion exchange

  • 7/23/2019 Buku Ajar PBPAM

    9/101

    Buku ajar PBPAM

    Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum

    Reverse osmosis

    15 Arsen dan selenium Koagulasi dengan garam besi ataualumunium

    Ion exchange dengan activated alumina

    Ion exchange dengan resin basa kuat

    Sumber : Montgomery, 1985; (*) Tambo, 1974

  • 7/23/2019 Buku Ajar PBPAM

    10/101

    Buku ajar PBPAM

    Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum

    BAB II

    INTAKE

    2.1. Umum

    Intake adalah suatu konstruksi yang berguna untuk mengambil air dari sumber air dipermukaan tanah seperti reservoir, sungai, danau, atau kanal.

    Lokasi intake harus memperhatikan beberapa faktor berikut ini:Kualitas air yang tersedia di lokasi harus baik

    Berlokasi di tempat dimana tidak terdapat arus/aliran kuat yang dapat merusak intakeSelama banjir, air tidak boleh masuk ke dalam intake

    Sebaiknya sedekat mungkin dengan stasiun pemompaanPasokan tenaga harus tersedia dan dapat digunakan

    Angin yang menyebabkan sedimentasi harus dihindari

    Lokasi harus mudah dijangkau dan dekat tempat pengolahan sehingga meminimalkan

    biaya perpipaan

    Lokasi sebaiknya tidak berada di daerah cekungan

    Sebaiknya tertutup untuk mencegah masuknya sinar matahari yang bisa menstimuluspertumbuhan lumut atau ganggang di air ataupun pengotor-pengotor dari luar

    Tanah tempat dibangunnya intake haruslah stabil

    Bangunan intake harus kedap air

    Pipa inlet ditempatkan di bawah permukaan sungai atau danau untuk mendapatkan air

    yang lebih dingin dan mencegah masuknya benda-benda yang mengapung

    Sebaiknya terletak agak jauh dari bahu sungai untuk mencegah kemungkinan

    pencemaran

    Sebaiknya terletak pada bagian hulu kota

    Peletakan intake ini juga dengan mempertimbangkan hal berikut :Intake dibangun pada tempat yang aman, arus aliran tidak terlalu besar, pada daerah

    sungai yang landai dan lurus, sehingga faktor keamanan bangunan intake terjamin dansungai dapat dijaga kesinambungannya.

    Intake harus dibuat dengan pertimbangan peningkatan debit di masa yang akandatang.

    Pengolahan air akan gagal bila sistem intake gagal mensuplay air. Intake harus

    ditempatkan pada posisi akses yang mudah dengan desain dan bangunan untuk

    mensuplay kuantitas air dengan kualitas terbaik.

    Faktor utama sistem intake adalah reabilitas, keamanan, operasi minimal dan biaya

    pemeliharaan. Intake hendaknya ditempatkan pada sungai sebagai sumber air

    permukaan. Sumber air baku berasal dari air sungai permukaan, maka sistem

    intake berupa intake sungai.

    Pemilihan tempat untuk intake sungai berdasarkan pada (Tambo, Narihito, 1974) :

    Menghasilkan kualitas air terbaik dengan penerapan prosedur untuk menghindari

    pencemaran sumber air

  • 7/23/2019 Buku Ajar PBPAM

    11/101

    Buku ajar PBPAM

    Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum

    Memperkirakan kemungkinan perubahan aliran dan arus sungai

    Meminimasi efek banjir, suspensi, dalam aliran

    Menyediakan akses untuk pemeliharaan dan perbaikan

    Menyediakan ruang cukup untuk kendaraan

    Membolehkan adanya penambahan fasilitas akan datang

    Menyimpan kuantitas air yang aman untuk musim kemarau

    Meminimasi efek fasilitas terhadap kehidupan aquatik

    Menghasilkan kondisi geologi yang layak

    Jenis-jenis intake sungai:

    Intake tower adalah intake berbentuk menara yang dibangun di tengah sumber air

    baku dan pengaliran air bakunya menggunakan pipa yang di bangun di atas sungai.

    Gambar 2.1 Intake Tower

    (Sumber: Kawamura, 1991)

    Shore intake adalah intake yang dibangun di tepi sungai berupa rumah pompa denganintake berada dibawah permukaan air minimum.

  • 7/23/2019 Buku Ajar PBPAM

    12/101

    Buku ajar PBPAM

    Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum

    Gambar 2.2 Shore Intake(Sumber: Kawamura, 1991)

    Intake crib adalah intake yang dibangun di dasar sungai/sumber air baku yangdilengkapi pipa dengan screen dan pipa untuk mengalirkan air ke instalasi pengolahan.

    Gambar 2.3 Intake Crib

    (Sumber: Kawamura, 1991)Siphon well intake yaitu bangunan intake pada tepi sungai dan air baku dialirkan

    dengan menggunakan siphon menuju sumur pengumpul dan selanjutnya akandipompakan menuju instalasi pengolahan.

  • 7/23/2019 Buku Ajar PBPAM

    13/101

    Buku ajar PBPAM

    Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum

    Gambar 2.4 Siphon Well Intake

    (Sumber: Kawamura, 1991)

    Intake bendung adalah intake yang dibuat dengan membendung sungai pada tepinyasehingga air akan masuk pada saluran intake untuk masuk ke instalasi pengolahan air.

    Floating intake yaitu intake dengan rumah pompa yang dapat bergerak mengikuti

    ketinggian muka air dan dihubungkan dengan pipa yang dapat mengikuti pergerakan

    pompa karena menggunakan flexible joint (Kawamura, 1991).

    Gambar 2.5 Floating Intake(Sumber: Kawamura, 1991)

    7. Intake sumuran adalah intake berupa sumur beton berdiameter 3-6 m yang

    dilengkapi dua atau lebih pipa besar (penstock) yang dilengkapi dengan katup

    sehingga memungkinkan air memasuki intake secara berkala, lalu air yang terkumpul

    dalam sumur dipompa ke instalasi pengolahan (Layla, 1978)

  • 7/23/2019 Buku Ajar PBPAM

    14/101

    Buku ajar PBPAM

    Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum

    Tutup manhole

    Pipa hisap

    Ke pompa

    Sumur intake

    Screen

    HWL

    HWL

    Gambar 2.6 Intake Sumuran

    (Sumber: Layla, 1978)

    2.2. Screen

    Pada intake biasanya dipasang kisi-kisi atau saringan (screen) untuk mencegahmasuknya daun-daun dan reruntuhan, melindungi pompa dari sampah-sampah dan

    benda-benda penyumbat lainnya serta untuk menghilangkan padatan-padatan kasaryang mengapung, dengan criteria desain sebagai berikut :

    Tabel 2.1. Kriteria Desain Intake

    No Keterangan Uni

    t

    Kawamu

    ra1

    Droste

    2

    Layla3 Reynold

    s4

    Metcalf

    5

    Qasim

    1

    23

    4

    5

    6

    Kecepatan

    Kemiringanbarscreen

    Tebal barscreen

    Jarak antar

    barscreen

    H : L

    Headloss

    m/s

    0cm

    cm

    cm

  • 7/23/2019 Buku Ajar PBPAM

    15/101

    Buku ajar PBPAM

    Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum

    Vbar = kecepatan aliran melalui BarScreen, m/detik

    V2 = kecepatan aliran di saluran, m/detik

    UF sin3

    4

    hvb

    whL

    !

    dengan: hL = headloss saat melewati batang screen (m) = faktor bentuk batang screen

    w = tebal batang screen (m)

    b = jarak antar batang screen (m)

    = kemiringan batang dari horisontal (o)

    Menurut Syed, 1985:

    Kehilangan tekanan (Hf) : Hf = 3F . sin (E) . g

    v

    b

    t

    2

    )(.

    23

    4

    Dimana, F : faktor bentuk batang v : kecepatan (m/dtk)

    E : sudut kemiringan batang (0) K : massa jenis air (kg/m3)

    t : tebal / diameter batang (m) Hs: Head statis (m)

    b : jarak bukaan antar batang (m) L : efisiensi pompa

    Tabel 2.2. Harga Faktor Bentuk (F)

    No Bentuk kisi Koefisien

    1 Persegi panjang dengan sudut tajam 2.42

    2 Persegi panjang dengan pembulatan depan 1.83

    3 Persegi panjang dengan pembulatan depan dan

    belakang

    1.67

    4 Lingkaran 1.79

    Sumber: Syed, 1985

    2.3. Pintu Air

    Pintu air digunakan untuk mengatur aliran air dari sumber air baku ke saluran intakesehingga diperoleh debit pengaliran yang diinginkan. Pengaturan aliran air ini juga

    dilakukan pada saat pemeliharaan (pembersihan dan perbaikan).Persamaan yang digunakan :

    ghBHQ 26,0!

    dengan: Q = debit yang melewati pintu air (m3/dtk)

    B = lebar pintu air (m)H = tinggi bukaan pintu air (m)

    h = headloss pada pintu air (m)

    2.4. Saluran Pembawa

    Saluran pembawa berfungsi untuk menyalurkan air dari intake ke bak pengumpul.

    Kriteria desain dalam JWWA (1978):

    Kecepatan minimum (v) : 0,3 m/dtk

    Kecepatan maksimum (v) :

  • 7/23/2019 Buku Ajar PBPAM

    16/101

    Buku ajar PBPAM

    Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum

    Beton : 3 m/dtk

    Baja, besi, PVC : 6 m/dtk

    Persamaan yang digunakan adalah:

    Rumus Hazen-Williams,

    167,1

    85,1

    82,6D

    LCvh

    !

    Menurut Manning:

    V =

    21

    321

    S

    n

    dengan: h = headloss pipa/saluran pembawa (m)

    v = kecepatan aliran pada pipa/saluran pembawa (m/dtk)

    C = koefisien kekasaran Hazen-Williams (C = 60 140)

    L = panjang pipa (m)

    D = diameter pipa/saluran pembawa (m)

    R = jari-jari hidrolis (m)S = kemiringan saluran (slope)

    n = koefisien manning

    2.5. Bak Pengumpul

    Bak pengumpul berfungsi untuk menampung air dari intake untuk diolah oleh unit

    pengolahan berikutnya. Bak pengumpul dilengkapi dengan pompa intake dan

    pengukur debit.

    Kriteria desain dalam JWWA (1978):Kedalaman (H) : 3 5 m

    Waktu detensi (td) : 1,5 menitPersamaan yang digunakan:

    td

    V

    ! HAV v! lpA v!

    dengan: Q = debit yang masuk bak pengumpul (m3/dtk)

    V = volume air yang masuk bak pengumpul (m3)

    td = waktu detensi (dtk)

    A = luas bak pengumpul (m2)

    H = kedalaman bak pengumpul (m)

    p = panjang bak pengumpul (m)

    l = lebar bak pengumpul (m)

    2.6. Grit chamber

    Grit chamber akan melindungi perlengkapan mekanis dan pompa dari abrasi,mencegah penyumbatan pompa oleh endapan dalam saluran dan mencegah akumulasi

    material masuk dalam unit pengolahan selanjutnya. Berdasarkan pertimbangan biaya

    konstruksi dan operasi, maka diperoleh grit chamber aliran horisontal dengan kontrol

    kecepatan (velocity controlled grit chamber).

    Rumus yang digunakanOver Flow rate (OR) = 900 x V settling

  • 7/23/2019 Buku Ajar PBPAM

    17/101

    Buku ajar PBPAM

    Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum

    dimana

    OR : Overflow rate, gal/hr/ft2

    Vsettling : Kecepatan pengendapan, in/menit

    V =

    1/22/3SR

    n

    1

    S = R

    Vxnhdan

    h2

    2/3

    !

    dimana:

    h : headloss melalui Grit Chamber, m

    V : kecepatan pada saluran Grit Chamber, m/det

    n : koefisien Manning

    R : jari-jari hidrolis, m

    : panjang saluran Grit Chamber, m

    Q = 4,917 a1/2 b

    3

    ah

    Dimana; Q : debit aliran melalui proporsional weir, ft3/detik

    II TABEL 2.3. KRITERIA DISAIN GRITCHAMBERAIR BERSIH

    Parameter Sumber (referensi)

    Kawamura Montgomery

    Diamater padat minimal yg disisihkan 0,1 mm 0,1 mm

    Jumlah bak minimum 2 2

    Kedalaman

    air dengan pembersih otomatis 3 4 m 3 4 m

    tanpa pembersih otomatis 3,5 5 m 3,5 5 m

    Rasio P : L

    4 : 1 8 :

    1 3 : 1 8 : 1

    Rasio P : H min 6 : 1 10 : 1

    vh (m/detik)

    0,05

    0,08 0,05

    td (menit) 6 15 10 20

    Surface louding (m3/m2.jam) 10 25 8,33 16,67

    k (safety factor) 1,5 2 1,5 2

    kontrol

    vo/H >

    vh/PSlope dasar grit chamber 1 : 100 1 : 100

  • 7/23/2019 Buku Ajar PBPAM

    18/101

    Buku ajar PBPAM

    Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum

    BAB III

    KOAGULASI DAN FLOKULASI

    Koagulasi

    Pengertian koagulasi adalah penambahan dan pengadukan cepat (flash mixing)

    koagulan yang bertujuan untuk mendestabilisasi partikel-partikel koloid dan

    suspended solid (Reynolds, 1982). Sedangkan menurut Kawamura (2001)

    koagulasi didefinisikan sebagai proses destabilisasi muatan koloid dan padatan

    tersuspensi termasuk bakteri dan virus, dengan suatu koagulan. Pengadukan

    cepat (flash mixing) merupakan bagian integral dari proses koagulasi. Tujuan

    pengadukan cepat adalah untuk mempercepat dan menyeragamkan penyebaran

    zat kimia melalui air yang diolah. Pengadukan cepat yang efektif sangat penting

    ketika menggunakan koagulan logam seperti alum dan ferric chloride, karena

    proses hidrolisisnya terjadi dalam hitungan detik dan selanjutnya terjadi

    adsorpsi partikel koloid. Waktu yang dibutuhkan untuk zat kimia lain seperti

    polimer (polyelectrolites), chlorine, zat kimia alkali, ozone, dan potasium

    permanganat, tidak optimal karena tidak mengalami reaksi hidrolisis

    (Kawamura, 1991).

    Menurut Kawamura (1991), keefektifan pengadukan cepat dipengaruhi :

    Tipe koagulan yang digunakan

    Jumlah zat kimia yang diberikan dan karakteristiknya masing-masing

    Kondisi lokal, misalnya kondisi daerah, temperatur, kelayakan suplai energi dan

    sebagainya

    Karakteristik air baku

    Tipe pengaduk zat kimia

    Kehilangan tekanan (headloss) yang tersedia untuk pengadukan cepat

    Variasi aliran pada instalasi

    Jenis proses selanjutnya

    Biaya

    Dan lain-lain.

    Kawamura (1991) menyebutkan bahwa pemilihan koagulan sangat penting

    untuk menentukan desain kriteria pengadukan cepat dan untuk proses

  • 7/23/2019 Buku Ajar PBPAM

    19/101

    Buku ajar PBPAM

    Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum

    flokulasi dan sedimentasi agar berjalan efektif. Koagulan yang sering

    digunakan adalah koagulan garam logam seperti : alumunium sulfat, ferric

    chloride, dan ferric sulfate. Polimer buatan seperti polydiallyl dimethyl

    ammonium (PDADMA) dan polimer kation alam seperti chitosan (terbuat dari

    kulit udang) juga dapat digunakan. Perbedaan antara koagulan logam dengan

    polimer kation adalah pada reaksi hidrolisnya dengan air. Garam logam

    mengalami hidrolisis ketika dimasukkan ke dalam air sedangkan polimer tidak.

    Reaksi hidrolisis ini menghasilkan hydroxocomplex seperti

    23

    32

    3

    62 ,)(,)( AlOHOHFeHAl dan2

    )(OHFe .

    Selain koagulan, biasanya dalam pengolahan air bersih ada penambahan zat

    kimia yang dibubuhkan dalam pencampuran cepat. Zat kimia yang sering

    digunakan adalah alum, polimer kationik, potasium permanganat, chlorine,

    powerded activated carbon (PAC), amonia, kapur soda, serta anionic dan

    nonionic polymers. Pemilihan zat kimia yang tepat sangat penting khususnya

    pada air baku yang tidak memiliki alkalinitas yang cukup (Kawamura, 1991).

    Jenis koagulan yang sering dipakai (Reynolds, 1982) adalah :

    Alumunium Sulfat (Alum)

    Alum [Al2(SO4)3.18H2O] adalah salah satu koagulan yang umum digunakan

    karena harganya murah dan mudah didapat. Alkalinitas yang ada di dalam air

    bereaksi dengan alumunium sulfat (alum) menghasilkan alumunium hidroksida

    sesuai dengan persamaan :

    Al2(SO4)3.14H2O + 3Ca(HCO3)2 3CaSO4 + 2Al(OH)3 + 6CO2 + 14 H2O

    Bila air tidak mengandung alkalinitas untuk bereaksi dengan alum, maka

    alkalinitas perlu ditambah. Biasanya alkalinitas dalam bentuk ion hidroksida yaitu

    berupa kalsium hidroksida (Ca(OH)2) dengan reaksi :

    Al2(SO4)3.14H2O + 3Ca(OH)2 2Al(OH)3 + 3CaSO4 + 14 H2O

  • 7/23/2019 Buku Ajar PBPAM

    20/101

    Buku ajar PBPAM

    Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum

    Alkalinitas bisa juga ditambahkan dalam bentuk ion karbonat dengan

    penambahan natrium karbonat. Kebanyakan perairan memiliki alkalinitas yang

    cukup sehingga tidak ada penambahan zat kimia selain alumunium sulfat. Nilai pH

    optimum untuk alum sekitar 4,5 8,0.

    Ferrous Sulfate (FeSO4)

    Ferrous sulfate membutuhkan alkalinitas dalam bentuk ion hidroksida agar

    menghasilkan reaksi yang cepat. Senyawa Ca(OH)2 biasanya ditambahan untuk

    meningkatkan pH sampai titik tertentu dimana ion Fe2+ diendapkan sebagai

    Fe(OH)3. Reaksinya adalah :

    2FeSO4. 7H2O + 2Ca(OH)2 + O2 2Fe(OH)3 + 2CaSO4 + 13 H2O

    Agar reaksi di atas terjadi, pH harus dinaikkan hingga 9,5. Selain itu, ferrous

    sulfate digunakan dengan mereaksikannya dengan klorin dengan reaksi :

    3FeSO4.7H2O + 1,5Cl2 Fe2(SO4)3 + FeCl3 + 21H2O

    Reaksi ini terjadi pada pH rendah sekitar 4,0.

    Ferric Sulfate dan Ferric Chloride

    Reaksi sederhana ferric sulfate dengan alkalinitas bikarbonat alam membentuk

    ferric hydroxide dengan reaksi :

    Fe2(SO4)3 + 3Ca(HCO3)2 2Fe(OH)3 + 3CaSO4 + 6CO2

    Sedangkan reaksi ferric chloride dengan alkalinitas bikarbonat alami yaitu :

    2FeCl3 + 3Ca(HCO3)2 2Fe(OH)3 + 3CaSO4 + 6CO2

    Apabila alkalinitas alami tidak cukup untuk reaksi, Ca(OH)2 ditambahkan untuk

    membentuk hidroksida. Reaksinya adalah :

    2FeCl3 + 3Ca(OH)2 2Fe(OH)3 + 3CaCl2

  • 7/23/2019 Buku Ajar PBPAM

    21/101

    Buku ajar PBPAM

    Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum

    Menurut Kawamura (1991), pengadukan cepat bisa dilakukan dengan sistem difusi

    secara hidrolis, mekanis maupun dengan pompa. Tipe pengadukan cepat yang

    umum digunakan, berdasarkan keefektifan, kemudahan pemeliharaan serta biaya,

    urutan pilihannya adalah sebagai berikut :

    Diffusion mixing dengan water jet bertekanan (Gambar 3.1)

    Keuntungan dari sistem ini adalah bahwa air baku tanpa penambahan zat kimia

    atau sudah mengalami destabilisai sebagian bisa digunakan dalam sistem injeksi

    zat kimia. Valve yang dipasang pada pompa bisa digunakan untuk mengontrol

    kecepatan pemompaan dan variasi energi input untuk aliran yang bervariasi dan

    berjenis-jenis zat kimia koagulasi. Sistem ini mempunyai durasi pengadukan

    sekitar 0,5 detik dan nilai G sekitar 1000 detik-1 (AWWA, 1997).

    Sumber : Montgomery, 1985

    Gambar 3.1. Jet Injection Sistem Pengadukan Cepat

    In-line static mixing (Gambar 3.2.)

    Pengaduk ini dikenal dengan pengaduk statis tidak bergerak. Pengaduk ini

    cukup efektif dalam proses koagulasi. Kelebihan pengaduk ini adalah (1) tidak

    adanya bagian yang bergerak, (2) tidak membutuhkan energi luar untukmenjadi input (masukan) ke dalam sistem, (3) lebih sedikit terjadinya

    penyumbatan daripada tipe pengadukan difusi dengan pompa. Kekurangannya

    adalah bahwa tingkat dan waktu pengadukannya merupakan fungsi debit aliran.

    Panjang pengadukan biasanya 1,5 2,5 diameter pipa. Dalam penerapannya,

    maksimum headloss yang melintasi unit koagulasi adalah 0,6 m. Desain instalasi

  • 7/23/2019 Buku Ajar PBPAM

    22/101

    Buku ajar PBPAM

    Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum

    pegolahannya harus mempunyai screen pada intake di bagian hulu dari

    pengaduk statis sehingga sampah-sampah besar tidak merusak pengaduk statis

    (Kawamura, 1991).

    Sumber

    : Montgomery, 1985

    Gambar 3.2. In-line Static Mixer

    Nilai G dirumuskan sebagai berikut :

    5.0

    .

    !

    V

    PG

    Q

    Untuk pengadukan cepat dengan static mixer besarnya P dapat diperoleh

    melalui persamaan (Kawamura, 1991) :

    QwhP !

    ND

    SQNh

    !

    4

    1,02)1(009,0 Q

    Dimana :

    P = energi pengadukan, (Watt = N.m/s)

    Q = viskositas absolut air (N.s/m2) = 1,336.10-3 N.s/m2 pada 10 CV = volume zone pengadukan (m3)

    Q = debit aliran (m3/s)

    w = berat air = 1000,15615 kg/m3

    h = tekanan jatuh (m)

  • 7/23/2019 Buku Ajar PBPAM

    23/101

    Buku ajar PBPAM

    Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum

    S = specific gravity = 1,00

    N = jumlah elemen pengadukan

    Mechanical mixing (Gambar 3.3)

    Pengaduk mekanis secara umum merupakan tipe pengaduk paddle atau

    propeller. Lebih dari satu set blade propeller atau paddle tersedia pada sebuah

    shaft. Pengaduk mekanis sering dirancang dengan penggerak shaft vertikal

    dengan sebuah penurun kecepatan dan motor elektrik. Nilai desain untuk

    kebanyakan sistem pengaduk cepat secara mekanis yaitu waktu detensi 10 60

    detik dan nilai G sebesar 600 1000 detik-1 (AWWA, 1997).

    Menurut Reynolds, 1982:

    Gradien kecepatan : G2 = RQ.

    P

    Menurut Fair & Geyer, 1986:

    Daya pengadukan yang dibutuhkan

    - Untuk single blade :

    P = 5.74 x 10-4. Cd . V . (1 K )3 n3 r3 A- Untuk multiple blade :

    P = 1.44 x 10-4 CD . V . (1 K )3 n3 b (r4 - r04 )

    Cd = Koefisien Drag , harganya ditentukan sbb :Tabel 3.1. Harga Koefisien Drag

    No Panjang : Lebar Cd

    1 5 1,2

    2 20 1,5

    3 g 1,9

    Sumber: Reynolds, 1982

    Keterangan : P : Daya pompa (watt) n : jumlah putaran permenit (rpm)

    Q : viskositas dinamis (Ns/m2) r : jari -jari blade/impeller (m)

    v : volume (m3) A : luas blade/impeller (m2)

    Cd: koefisien drag b : lebar blade/impeler (m)

    V : berat jenis air (kg/m3) td : waktu tinggal (jam)

    G : gradien kecepatan (1/dt)

    k : ratio kecepatan fluida terhadap kecepatan blade/impeller

  • 7/23/2019 Buku Ajar PBPAM

    24/101

    Buku ajar PBPAM

    Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum

    Sumber :

    Montgomery, 1985

    Gambar 3.3. Mechanical Mixer

    In-line mechanical mixing (Gambar 3.4)

    Tipe pengaduk ini menghasilkan pengadukan cepat yang lebih efisien walaupunletaknya tetap. Keuntungan menggunakan tipe ini adalah bisa mencapai

    dispersi atau penyebaran zat kimia yang cepat. Pengaduk ini beroperasi pada

    watu detensi yang pendek (kurang dari satu detik) dan pada nilai G yang tinggi.

    Namun, hal tersebut menjadi pertimbangan penting karena menjadi kelemahan

    alat ini dalam air yang membutuhkan waktu reaksi yang lebih lama dan lebih

    dari satu zat kimia untuk pembentukan flok (AWWA, 1997).

    Sumber : Montgomery, 1985

    Gambar 3.4. In-line Mechanical Mixer

    Hydraulic mixing dengan terjunan (Gambar3.5)

  • 7/23/2019 Buku Ajar PBPAM

    25/101

    Buku ajar PBPAM

    Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum

    Pengadukan hidrolis dapat dilakukan dengan men ggunakan V-notch, saluran

    air, orifice, aliran turbulen sederhana yang disebabkan oleh kecepatan dalam

    pipa, fitting atau saluran. Total headloss untuk pengadukan zat kimia koagulan

    tidak lebih dari 3,2 m. Energi dari suatu terjunan efektif setinggi 30 cm

    menyediakan nilai G sebesar 1000 s-1 pada suhu 20 C (AWWA, 1997).

    Gradien kecepatan (G) : 400-1000 /dt

    Waktu detensi (td) : 60 detik (untuk kekeruhan tinggi)

    G x td : 20.000 30.000

    21

    .

    .

    -

    !

    td

    hgG

    Y (2-11)dimana, G =gradien kecepatan (1/detik)

    g =percepatan gravitasi (m/s2)

    h =tinggi terjunan

    Y =viskositas kinematis

    Gambar 3.5. Koagulasi Tipe Terjunan

    Diffusion dengan pipe grid (Gambar 3.6)

    Tipe pengadukan cepat ini tergantung pada turbulensi yang diciptakan oleh

    pipa grid. Koagulan atau zat kimia lainnya ditambahkan ke dalam aliran melaui

    injeksi orifice di dalam grid. Masalah yang umum terjadi adalah tersumbatnya

    orifice setelah beberapa bulan hingga satu tahun instalasi beroperasi. Di bawah

    kondisi normal, pengaduk ini tidak direkomendasikan (Kawamura, 1991).

  • 7/23/2019 Buku Ajar PBPAM

    26/101

    Buku ajar PBPAM

    Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum

    Sumber : Montgomery, 1985

    Gambar 3.6. Diffusion Flash Mixer

    Salah satu jenis pengadukan cepat tipe hidrolis adalah pengadukan dalam pipa.

    Panjang pipa yang diperlukan untuk pengadukan cepat berdasarkan kecepatan

    aliran dan waktu pencampuran, dengan rumus perhitungan sebagai berikut

    (Darmasetiawan, 2001) :

    vLtd!

    2G

    vHfg

    Y!

    AQV /!

    Dimana :

    L = panjang pipa (m)

    V = kecepatan aliran dalam pipa (m/detik)

    = 2.5 4 m/detik

    Q = kapasitas pengolahan (m3/detik)

    td = waktu pencampuran (detik)

    A = luas penampang pipa (m)

    = T D2

  • 7/23/2019 Buku Ajar PBPAM

    27/101

    Buku ajar PBPAM

    Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum

    G = gradien kecepatan (/dt)

    Y = viskositas kinematik (1,306x10-6 m/s pada suhu 10oC)

    Gradient kecepatan 350-1700 /dt /detik. Dengan rumus sebagai berikut :

    !

    td

    HfgG

    Y0.5

    Dimana :

    G = gradient kecepatan (per detik)

    g = percepatan gravitasi (9,81 m/det2)

    Hf = kehilangan tinggi tekanan sepanjang aliran (m)

    td = waktu pencampuran

    Y = viskositas kinematis ( 1,306 x 10-6 m2/det pada temperatur 10 C)

    Peavy (1985) menjelaskan bahwa parameter desain untuk pengadukan cepat

    adalah waktu pengadukan (t) dan gradien kecepatan (G). Untuk mendapatkan

    flok yang baik dilakukan pengadukan yang bertahap dan gradien kecepatannya

    makin lama makin menurun.

    Tabel 3.2. Kriteria Desain Unit Koagulasi

    NoKeterang

    an

    Uni

    t

    Kawamur

    a1

    Al-

    Layla2

    Reynold

    s3

    Darmaset

    iawan4Peavy5

    Montgome

    ry6

    1G dtk

    -1300

    700 -

    1000700 - 1000

    600 -

    10001000

    2 Td dtk 10 - 30 30 - 60 20 - 60 20 - 40 10 - 60

    3G x Td

    300 - 160020000 -

    30.0001000 - 2000

    4 pH alumopt.

    4 4,5 - 8,0 5,0 - 7,5

    Sumber : 1.Kawamura, 1991; 2.Al-Layla, 1980; 3.Reynolds, 1982;

    4.Darmasetiawan, 2001; 5.Peavy, 1985;

    6. Montgomery, 1985

  • 7/23/2019 Buku Ajar PBPAM

    28/101

    Buku ajar PBPAM

    Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum

    Pengadukan cepat dengan in-line static mixer mempunyai kriteria desain

    tersendiri yaitu (Kawamura, 1991) :

    G x t = 350 1700 (rata-rata 1000)

    t = 1 5 detik

    3.2. Flokulasi

    Menurut kawamura (1991), flokulasi merupakan pengadukan lambat yang

    mengiringi dispersi koagulan secara cepat melalui pengadukan cepat. Tujuannya

    adalah mempercepat tumbukan yang menyebabkan terjadinya gumpalan

    partikel koloid yang tidak stabil sehingga dapat diendapkan. Istilah koagulasi -

    flokulasi kadang-kadang digunakan secara bergantian dalam beberapa literatur.

    Namun penggumpalan partikel ini pada prinsipnya terjadi dalam dua tahap

    proses.

    Pemilihan proses flokulasi seharusnya berdasarkan kriteria di bawah ini

    (Montgomery, 1985) :

    Tipe proses pengolahan, misalnya konvensional, filtrasi langsung, softening atau

    sludge conditioning.

    Kualitas air baku, misalnya kekeruhan, warna, partikel tersuspensi dan

    temperatur.

    Tipe koagulan yang digunakan.

    Kondisi lokal, seperti ketersediaan petugas lapangan.

    Proses flokulasi bisa dilakukan melalui pengadukan mekanis maupun dengan

    baffle (Kawamura, 1991) :

    Pengadukan secara mekanis

    Vertical shaft dengan turbin atau blade tipe propeler.

    Tipe paddle dengan horizontal atau vertical shaft.

    Baffled channels

    Horizontal baffled channel

    Vertically baffled channel

    Montgomery (1985) menjelaskan bahwa tipe flokulator yang umum digunakan

    adalah pengaduk mekanis. Flokulator dengan paddle digunakan untuk energi

  • 7/23/2019 Buku Ajar PBPAM

    29/101

    Buku ajar PBPAM

    Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum

    pengadukan rendah hingga sedang. Sedangkan flokulator dengan propeler atau

    turbin digunakan untuk energi pengadukan sedang hingga besar.

    Pengadukan di dalam flokulator direkomendasikan dengan menggunakan

    pengaduk paddle shaft vertikal karena dapat menghasilkan energi yang

    bervariasi terhadap zona-zona flokulasi. Sedangkan bak flokulasi yang

    disarankan adalah rektangular karena dapat menghasilkan pengadukan yang

    sempurna (AWWA, 1997).

    Parameter desain untuk flokulasi adalah G x t (tanpa satuan). Nilai G x t yang

    umum digunakan berkisar antara 104 sampai 105. Nilai G yang besar dengan

    waktu yang singkat cenderung menghasilkan flok padat yang kecil, sedangkan

    nilai G yang rendah dan waktu yang lama menghasilkan flok yang ringan dan

    lebih besar (Peavy, 1985).

    Menurut Kawamura (1991), nilai gradien kecepatan masing-masing tipe

    flokulasi dapat ditentukan sebagai berikut :

    Baffle Channel

    Persamaan yang digunakan:

    21

    .

    .

    !

    td

    hgG

    Y g

    vKh

    L2

    2

    !

    dengan: G = gradien kecepatan (1/dtk)

    g = percepatan gravitasi (9,81 m/dtk2)

    h = headloss total (m)

    = viskositas kinematik air (m2/dtk)

    td = waktu dsetensi (dtk)

    hL = headloss per belokan (m)

    K = 1,5

    v = kecepatan aliran air (m/dtk)

    (Kawamura, 1991)

  • 7/23/2019 Buku Ajar PBPAM

    30/101

    Buku ajar PBPAM

    Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum

    Sumber : AWWA, 1997

    Gambar 3.7 Baffled Channels

    2. Pengaduk mekanis dengan paddle

    5.03

    2

    !

    V

    AvCG D

    R

    Dimana :

    CD = koefisien drag yang tergantung pada bentuk paddle dan kondisi aliran

    (nilainya 1,8)

    A = luas daerah paddle (m2)

    = viskositas kinematik fluida (m2/s) = 1,306.10-6 m2/s pada 10 C

    V = volume tangki flokulasi (m3)

    v = kecepatan aliran (m/s)

  • 7/23/2019 Buku Ajar PBPAM

    31/101

    Buku ajar PBPAM

    Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum

    Sumber : Kawamura, 1991

    Gambar 3.8 Horizontal Shaft Flocculator3. Pengadukan melalui plat berlubang, pengadukan ini memanfaatkan kontraksi pada waktu airmelalui lubang.

    Detail plat

    Gambar 3.9. Flokulator Melalui Media Berlubang

    Parameter desain untuk flokulasi adalah G x t (tanpa satuan). Nilai G x t yang

    umum digunakan berkisar antara 104 sampai 105. Nilai G yang besar dengan

    waktu yang singkat cenderung menghasilkan flok padat yang kecil, sedangkan

    nilai G yang rendah dan waktu yang lama menghasilkan flok yang ringan dan

    lebih besar (Peavy, 1985).

    Diffuse

  • 7/23/2019 Buku Ajar PBPAM

    32/101

    Buku ajar PBPAM

    Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum

    Menurut Darmasetiawan (2001) pada model flokulator dengan plat berlubang kehilangan tekanan dan

    dapat dihitung dengan persamaan :

    22

    2

    )4/(2

    .

    DNg

    QKHf

    T!

    Sedangkan untuk menghitung nilai G dicari dengan rumus :5.0

    3

    2

    81

    -

    NLA

    KQ

    DG

    YT

    Keterangan :

    Hf = kehilangan tekanan (m)

    K = koefisien kontraksi (2 - 4)

    Q = debit (m3/dt)

    N = jumlah lubang / diffuserY = viskositas kinematik (1.306 x 10-6 m/s2 pada suhu 10 oC)D = diameter lubang (m)

    A = luas plat (m2)

    L = jarak antar plat (m)

    Tabel 3.3. Kriteria Desain Flokulator Mekanis (Horizontal Shaft dengan Paddle)

    NoKeterang

    anUnit

    Kawamur

    a1

    Al-

    Layla2

    Reynold

    s3

    Darmaset

    iawan4

    Peavy

    5

    Montgomer

    y6

    1G dtk-

    160 - 10 10 - 75 80 - 20 70 - 20 > 50

    2 Td mnt 30 - 40 10 - 90 10 - 20 10 - 30 15 - 20

    3G x Td

    104- 105 104- 105104-

    105

    4Dalam

    bak4,8

    5Kec.

    maksm/s 1,0

    0,15

    1,00,1 - 1,0 1

    6 Luas

    paddle 5 - 20 %

    area bak

    15 - 20

    % area

    bak

    15 - 20

    %

    area

    bak

    20 %

    area bak

    Sumber : 1.Kawamura, 1991; 2.Al-Layla, 1980; 3.Reynolds, 1982;

    4.Darmasetiawan, 2001; 5.Peavy, 1985; 6. Montgomery, 1985

    Contoh perhitungan :

  • 7/23/2019 Buku Ajar PBPAM

    33/101

    Buku ajar PBPAM

    Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum

    Contoh 1

    Koagulasi

    Aliran air = 0,05 m3/s

    Diameter pipa = 8 inchi = 0,2032 m

    Panjang pengadukan (L) = 2,5 X 0,2032 m 0,5 mV = D2.L = (0,2032)2.(0,5)m = 0,016 m3

    Dengan persamaan 2.12

    mxh 013,02)2032,0(

    )10.336,1)(1()05,0)(12(009,04

    1,032

    !

    !

    Dengan persamaan 2.11, sNmxxP /66,0)013,0()15615,1000()05,0( !!

    Dengan persamaan 2.10

    5.0

    .

    !

    V

    PGQ

    =

    15,0

    37,175

    016,010.336,1

    66,0

    !

    dtkx

    (tidak memenuhi)

    Dengan waktu detensi (t) = 2 detik maka nilai G x t = 175,7 x 2

    = 351,4(memenuhi)

    Perhitungan kebutuhan PAC (Poly Aluminium Chloride)

    Pembubuhan PAC untuk 1 (satu) line = 150 ppm = 150 mg/L

    Pembubuhan PAC untuk 2 (dua) line = 300 ppm = 300 mg/L

    Debit yang diolah untuk 2 (dua) line = (180+180) m3/jam = 360 m3/jam

    = 360.103 L/jam

    Kebutuhan PAC = 360.103 L/jam x 300 mg/L = 1,08.108 mg/jam

    = 1,08.108 mg/jam x 10-6 kg/mg x 24 jam/hari

    = 2592 kg/hari

    Perhitungan kebutuhan NaOCl (Sodium Hypochloride)

    Debit yang diolah dalam 1 (satu) line = 50 L/s

    DPC (daya pengikat Chlor) = 1,2 mg/L

    Sisa Chlor = 0,4 mg/L

    Jadi, dosis chlor = (1,2 + 0,4) mg/L

    NaOCl mengandung 17,5 % chlor, sehingga dosis NaOCl adalah

    =

    ppmLmgLmgLmgx 10/10/14,9/6,15,17

    100$$!

    NaOCl yang dibutuhkan 1 (satu) line = 50 L/s x 9,14 mg/L = 457 mg/L

    = 457 mg/L x 10-6 kg/mg x 3600 s/jam

  • 7/23/2019 Buku Ajar PBPAM

    34/101

    Buku ajar PBPAM

    Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum

    = 1,6452 kg/jam = 39,4848 kg/hari

    39,5 kg/hari

    Flokulator

    Kapasitas Instalasi = 50 L/s = 0,05 m3/s

    Viskositas kinematis () = 1,306.10-6 m2/s pada suhu 10C

    Percepatan gravitasi = 9,81 m/s2

    Dimensi

    Diameter flokulator = 4,8 m

    Tinggi air existing = 3,6 m

    Volume tangki berdasarkan tinggi air :

    = D2 x t = x (3,14) x (4,8)2 x 3,6= 65,11 m3

    Waktu detensi (td) = Q

    Volume

    = det/05,0

    11,653

    3

    m

    m

    = 1302,2 detik = 21,70 menit(memenuhi)

    Luas lintasan paddle = 20 % luas bak = 20 % x D2

    = 20 % x (3,14) (4,8)2 = 3,62 m2

    Gradien kecepatan (G) dengan kecepatan aliran 0,5 m/s (Persamaan 2.14)

    5.03

    2

    !

    VAvCD

    R=

    )11,65)(10.306,1(2)5,0).(62,3.(8,1

    6

    3

    = 69,20 /detik(memenuhi)

    G x td = 69,20 /detik x 1302,2 detik

    = 90.112,24(memenuhi)

    Contoh 2

    Kriteria desain terpilih

    Pengadukan dengan cara mekanis

    Waktu detensi (td) : 60 dtkGradien kecepatan (G) : 1000 1/dtk

    Kedalaman bak (H) : 1,25 x lebar bak

    Diameter impeler (D) : 50% x lebar bak

    Jarak impeler dari dasar : 1 x diameter impeler

    Jumlah putaran (N) : 10 150 rpm

    Jumlah bak pengaduk : 2 bak

    Viskositas absolut air () : 0,890 x 10-3 kg/m.dtk

  • 7/23/2019 Buku Ajar PBPAM

    35/101

    Buku ajar PBPAM

    Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum

    Massa jenis air () : 997 kg/m3

    Perhitungan

    Debit tiap bak (Q),

    dtkmQ

    QQ

    /125,02

    25,0'

    2

    '

    3!!

    !

    Volume bak (V),

    35,7

    60125,0

    mV

    V

    tdQV

    !

    v!

    v!

    Dimensi bak,

    Panjang (p) = 2 m

    Lebar (l) = 2 m

    Kedalaman (H) = 2 m

    Daya pengadukan (P),

    21

    !

    V

    PG

    Q

    wattP

    P

    VGP

    6675

    5,710890,0100032

    2

    !

    v!

    !

    Q

    Diameter impeler (Di),

    Di = 50% x 2

    = 1 mJari-jari impeler (r),

    mDi

    r 5,02

    !!

    Jarak impeler dari dasar (H),

    H = Di= 1 m

    Jumlah putaran (N),

    Untuk koagulasi pengaduk yang digunakan adalah blade menerus, dengan demikian ri

    = 0 dan blade ada di kedua sisi batang pengaduk, maka:

    ? A ? A

    rpmN

    N

    kN

    rrkNbCdPio

    36,148

    1004,26675

    5,013,09978,11044,16675

    11044,1

    33

    434

    4434

    !

    v!

    v!

    v!

    V

    \Bak koagulan

    Kriteria desain terpilih

    Koagulan yang digunakan : Aluminium sulfat (Al3(SO4)3.14H2O)

    Kadar alum aktif : 49 %

  • 7/23/2019 Buku Ajar PBPAM

    36/101

    Buku ajar PBPAM

    Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum

    Massa jenis () :134 gr/100 ml (1,34 kg/l)

    Konsentrasi larutan alum : 5 %

    Dosis alum maksimum (Cal) : 40 mg/l

    Jumlah bak koagulan : 2 bak

    Waktu pencampuran (tc) : 8 jamPerhitungan

    Kebutuhan alum (M),

    harikgM

    dtkmgM

    M

    QCM al

    /27,1763

    /16,20408

    4025049

    100

    49

    100

    !

    !

    !

    !

    Debit koagulan (Q),

    jamlharilQ

    Q

    M

    Q

    /83,54/87,1315'

    34,1

    27,1763'

    '

    !!

    !

    !

    Volume alum yang dibutuhkan selama pencampuran (Val),

    Val = Q x tc= 54,83 x 8 = 438,64 l

    Volume larutan (Vlar),

    377,88,8772

    64,4385

    100

    mlV

    V

    lar

    lar

    !!

    v!

    Dimensi bak pembubuh

    Panjang (p) = 2 m

    Lebar (l) = 2 m

    Kedalaman (H) = 2,4 m

    Sistem pembubuhan koagulan

    Sistem pembubuhan koagulan dilakukan dengan menggunakan pompa pembubuh

    (dosing pump). Dosing pump menyedot koagulan pada bak koagulan di ruang

    pembubuh kemudian menginjeksikannya ke pipa header sebelum masuk ke unit

    koagulasi.

    Debit koagulan (Q) = 54,83 l/jam

    mntmljaml

    /83,91360

    1000/83,54!

    v

    strokemlmntstroke

    mntml/62,9

    /95

    /83,913!

    Berdasarkan perhitungan debit koagulan yang dibutuhkan dan besarnya volume per

    stroke dapat ditentukan jenis dosing pump yang digunakan serta setting panjang

  • 7/23/2019 Buku Ajar PBPAM

    37/101

    Buku ajar PBPAM

    Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum

    strokenya dengan menggunakan grafik. Dari grafik didapat jenis dosing pump DM2-

    48 dengan tekanan 5 bar yang disetting pada angka 10.

    Flokulasi

    Kriteria desain terpilihPengadukan dengan cara hidrolis (baffle channel vertikal)

    Jumlah bak : 2 bakJarak antar baffle minimum : 0,75 m

    Kedalaman (H) : 4 mJumlah channel (n) : 6 buah

    Jumlah belokan (n-1) : 5 buahHeadloss (hL) : 1 2 ft (0,3 0,6 m)

    Gradien kecepatan (G) : 20 70 1/dtk

    Waktu detensi minimum (td) : 20 menit (1200 dtk)

    Kecepatan aliran (v) : 0,1 0,4 m/dtk

    Viskositas kinematik air ( ) : 0,893 x 10-6 m2/dtk

    K : 1,5Perhitungan

    Volume bak (V),

    31501200125,0 mV

    tdQV

    !v!

    v!

    Kedalaman bak dibuat 4 m dan lebar bak dibuat 3 m, maka panjang bak (p),

    mp

    Hlp

    A

    Vp

    5,1243

    150

    )(

    150

    !v

    !

    v!

    !

    Headloss per channel (h),

    21

    .

    .

    !

    td

    hgG

    Y

    g

    tdGh

    .2Y!

    Tahap I (h1),

    G = 70Td = 200 dtk

    mh

    gtdGh

    089,081,9

    20010893,070

    .

    62

    2

    !v

    !

    !

    Y

    Tahap II (h2),G = 60

    Td = 200 dtk

  • 7/23/2019 Buku Ajar PBPAM

    38/101

    Buku ajar PBPAM

    Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum

    mh

    g

    tdGh

    066,0

    81,9

    20010893,060

    .

    62

    2

    !v

    !

    !

    Y

    Tahap III (h3),

    G = 50

    Td = 200 dtk

    mh

    g

    tdGh

    046,081,9

    20010893,050

    .

    62

    2

    !v

    !

    !

    Y

    Tahap IV (h4),

    G = 40Td = 200 dtk

    mh

    g

    tdGh

    029,081,9

    20010893,040

    .

    62

    2

    !v

    !

    !

    Y

    Tahap V (h5),G = 30

    Td = 200 dtk

    mh

    g

    tdGh

    016,081,9

    20010893,030

    .

    62

    2

    !v!

    !

    Y

    Tahap VI (h6),

    G = 20Td = 200 dtk

    mh

    g

    tdGh

    007,081,9

    20010893,020

    .

    62

    2

    !v

    !

    !

    Y

    Jadi headloss channel total (hchannel),

    hchannel = h = 0,253 m

    Luas bukaan (A),

    A = 0,7 x 0,5

    = 0,35 m2

    Kecepatan aliran (v),

    v = Q/A

    = 0,125/0,35

    = 0,36 m/dtk

  • 7/23/2019 Buku Ajar PBPAM

    39/101

    Buku ajar PBPAM

    Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum

    Headloss per belokan (hL),

    mh

    g

    vKh

    L

    L

    3

    2

    2

    109,981,92

    36,05,1

    2

    v!!

    !

    Terdapat lima (5) buah belokan, maka :

    hL = 5 x hL

    = 0,05 m

  • 7/23/2019 Buku Ajar PBPAM

    40/101

    Buku ajar PBPAM

    Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum

    BAB IV

    SEDIMENTASI

    Menurut Reynolds (1982), sedimentasi adalah pemisahan zat padat - cair yang

    memanfaatkan pengendapan secara gravitasi untuk menyisihkan padatan tersuspensi.Reynolds juga mengklasifikasikan tipe pengendapan menjadi empat tipe yaitu :

    Tipe pengendapan bebas (free settling); sering disebut sebagai pengendapan partikeldiskrit.

    Tipe pengendapan partikel flok, yaitu pengendapan flok dalam suspensi cair. Selamapengendapan, partikel flok semakin besar ukurannya dengan kecepatan yang semakin

    cepat.Tipe zone atau hinderred settling, yaitu pengendapan partikel pada konsentrasi

    sedang, dimana energi partikel yang berdekatan saling memecah sehingga

    menghalangi pengendapan partikel flok, partikel yang tertinggal pada posisi relatif

    tetap dan mengendap pada kecepatan konstan.

    Tipe compression settling; partikel bersentuhan pada konsentrasi tinggi dan

    pengendapan dapat terjadi hanya karena pemadatan massa.Menurut Kawamura (1991), pertimbangan-pertimbangan penting yang secara

    langsung mempengaruhi desain proses sedimentasi adalah :

    Proses pengolahan secara keseluruhan.

    Materi tersuspensi dalam air baku.

    Kecepatan pengendapan partikel tersuspensi yang disisihkan.

    Kondisi iklim lokal, misalnya temperatur.

    Karakteristik air baku.

    Karakteristik geologi tempat instalasi.Variasi debit pengolahan.

    Aliran putaran pendek dalam bak sedimentasi.Metode penyisihan lumpur.

    Biaya dan bentuk bak sedimentasi.

    Proses sedimentasi didasarkan pada pengendapan partikel secara gravitasi sehinggaharus diketahui kecepatan pengendapan masing-masing partikel yang disisihkan.

    Kecepatan pengendapan flok bervariasi tergantung pada beberapa parameter yaitu :

    tipe koagulan yang digunakan, kondisi pengadukan selama proses flokulasi dan materi

    koloid yang terkandung di dalam air baku.

    Karakteristik aliran bak sedimentasi dapat diperkirakan dengan bilangan Reynolds

    (Re) dan bilangan Froude (Fr) (Kawamura, 1991) :

    2000Re !R

    vR

    5

    2

    10 "! gRvFr

    Dimana :

    v = kecepatan aliran (m/s)R = radius hidrolis (m)

    = P

    AR !

    A = luas area yang dilewati (m2)

  • 7/23/2019 Buku Ajar PBPAM

    41/101

    Buku ajar PBPAM

    Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum

    P = keliling basah (m)

    = viskositas kinematis (m2/s) = 1,306.10-6 m2/s pada 10 C

    g = konstanta gravitasi (9,81 m/s2)

    Pada dasarnya bak pengendapan yang panjang adalah yang paling baik tetapi tanpadidukung oleh faktor hidrolis lainnya seperti lamineritas dan uniformitas dari aliran

    dan loading rate yang sesuai, pengendapan dapat gagal (Darmasetiawan, 2001).Parameter lain yang penting dalam menentukan keberhasilan pengendapan adalah

    waktu tinggal dalam bak pengendap. Waktu tinggal atau waktu detensi secara hidrolisadalah volume bak dibagi dengan debit rencana (Kawamura, 1991) :

    Q

    Vtd !

    Dimana :

    td = waktu tinggal (detik)

    V = volume kolam pengendapan (m3)

    Q = debit aliran (m3/detik)

    Menurut Peavy (1985), tipe bak sedimentasi dibagi atas :

    Bak Empat Persegi Panjang (Long-Rectangular Basin)

    Bak empat persegi panjang (Gambar 2.17) secara umum digunakan dalam instalasipengolahan yang mengolah aliran besar. Tipe bak ini secara hidrolis lebih stabil.

    Biasanya desainnya, terdiridari bak-bak yang panjangnya 2 - 4 kali lebarnya dan 1020 kali kedalamannya. Untuk memungkinkan pengeluaran lumpur endapan, maka

    dasar bak dibuat dengan kemiringan tertentu.Kecepatan horizontal (Vo) aliran air di dalam bak rectangular dihitung dengan

    persamaan (Al-Layla, 1980) :

    bh

    QVo !

    (m/jam)Sedangkan waktu detensinya (t) adalah

    oV

    l

    Q

    lbh

    Q

    Vt !!!

    (jam)

    dan waktu pengendapan (Vs) dihitung dengan persamaan :

    o

    s

    s SA

    Q

    bl

    QV !!!

    (m/jam)

    Dimana :

    Q = debit alran air (m3/jam)

    V = volume bak sedimentasi (m3)

    = l x b x h

    As = luas permukaan bak = b x l

  • 7/23/2019 Buku Ajar PBPAM

    42/101

    Buku ajar PBPAM

    Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum

    Sumber : Reynolds, 1982Gambar 4.1. Bak Pengendap Rectangular

    Tabel 4.1. Kriteria Desain Bak Pengendap Rectangular

    No

    Keterangan Unit Kawamura1

    Droste2

    Rich3

    Martin4

    JWWA5

    Layla6

    Reynolds7

    Fair8

    12

    3

    456

    7

    8

    9

    10

    11

    12

    13

    14

    Bebanpermukaan

    Tinggi air

    tdKemiringan

    plate

    Panjang

    Lebar

    P:L

    L:H

    Freeboard

    Re

    Fr

    Kecepatan

    Removal

    efisiensi

    Faktor

    keamanan

    M/jam

    m

    jam0m

    m

    m

    m/m

    nt

    0.83-2.5

    3-5

    1.5-460-90

    6:1

    4:1

    3:1

    6:1

    0.6

    10-5

    0.3-1.7

    20-70

    2.5-5

    70-

    75

    2.4-

    3

    0.5-1

    2-5

    3:1

    5:1

    10-

    5

    4-53-4

    60

    105

    0.6

    2-5

    3010

    50-

    70

    1.8

    45-60>751.5-6

    2:1

    0.3-0.7

    90

    50-

    75

    0-1

    Sumber: 1. Kawamura, 1991; 2. Droste, 1997; 3. Rich, 1961; 4. Martin, 2001; 5. JWWA, 1978; 6. Layla, 1978; 7.

    Reynolds, 1982; 8. Fair & Geyer, 1986.

    Beberapa kelebihan dan kelemahan bak empat persegi panjang adalah (Montgomery,

    1985):

    Lebih toleransi terhadap shock loads

  • 7/23/2019 Buku Ajar PBPAM

    43/101

    Buku ajar PBPAM

    Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum

    Kinerja dapat diprediksi di bawah kondisi umum

    Pengoperasian mudah dan rendah biaya pemeliharaan

    Mudah beradaptasi terhadap modul high-rate settler

    Membutuhkan desain yang cermat terhadap struktur inlet dan outlet

    Biasanya membutuhkan fasilitas flokulasi yang terpisah

    Bak Lingkaran (Circular basins)Bak pengendap lingkaran (Gambar 2.18) mempunyai zona dengan fungsi yang sama

    dengan bak empat persegi panjang, tetapi arah alirannya sangat berbeda. Pada saataliran masuk ke tengah dan dialirkan menuju perimeter, kecepatan horizontal air

    secara kontinu menurun. Kecepatan horizontal (Vo) di dalam bak sirkular dapatdihitung dengan rumus (Al-Layla, 1980) :

    rH

    Q

    A

    QV

    oT

    !!(m/jam)

    Sedangkan waktu detensinya (td) adalah

    oVr

    Qhr

    QVtd !!!

    2

    T

    (jam)

    dan waktu pengendapan (Vs) dihitung dengan persamaan :

    o

    s

    sS

    A

    Q

    r

    QV !!!

    2T (m/jam)Dimana :

    Q = debit aliran air (m3/jam)

    V = volume bak sedimentasi (m3)r = jari-jari bak sedimentasi

    h = kedalaman air keseluruhan dimana partikel jatuh

    A = luas rata-rata permukaan bak =rh

    rh

    TT

    !2

    2

  • 7/23/2019 Buku Ajar PBPAM

    44/101

    Buku ajar PBPAM

    Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum

    Sumber : Droste, 1997

    Gambar 4.2. Bak Pengendap Circular

    Perhitungan weir bentuk V-notch pada bak circular menggunakan persamaan-

    persamaan berikut :

    Panjang weir (L) = 2 r

    Kec. weir loading = L

    Q

    Jumlah V-notch (n)

    = CCr

    L

    /

    Debit air per V-notch = n

    Q

  • 7/23/2019 Buku Ajar PBPAM

    45/101

    Buku ajar PBPAM

    Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum

    Tinggi air di atas V-notch (Hw) =

    52

    2tan28

    15

    UgC

    Q

    d

    Lebar V-notch pada bagian atas (w) = 2 Hw

    Dimana :

    r = jari jari bak sedimentasi

    rC/C = jarak antar pusat V-notch (center to center)

    Cd = koefisien pengaliran = 0,62

    = besarnya sudut yang dibentuk V-notch

    Tabel 4.2. Kriteria Desain Unit Sedimentasi Circular

    N

    oKeterangan Unit

    Kawam

    ura1

    Al-

    Layla2

    Reynolds

    3

    Darmaset

    iawan4

    Peavy5 Montgom

    ery6

    1Kec. aliran

    m/s < 0,32,78.10-

    4

    2 Diameter m 4,5 - 90 < 30

    3 Tinggi bak m 3 - 5 2 - 5 1,8 - 5

    4 NRe < 2000 < 500 < 2000

    5 NFr > 10-5 > 10-5 > 10-5

    6 Td jam 1 - 3 2 - 8 1 - 2 2 - 4

    7

    Kec.

    pengendap

    an

    m/jam0,85 -

    1,71,2 - 1,4 1- 2

    8 Tinggi air m 3 - 5

    9Kec.

    horizontalm/s 2,5.10-3

    2,5.10-3 -

    1,5.10-2

    10 Weir

    loading

    m2/ja

    m7 25 20,4 -

    37,355,8 - 11,25

    Sumber : 1.Kawamura, 1991; 2.Al-Layla, 1980; 3.Reynolds, 1982; 4.Darmasetiawan,

    2001; 5.Peavy, 1985; 6. Montgomery, 1985

    Bak sirkular mempunyai kelebihan dan kelemahan, yaitu (Montgomery, 1985):

    Mekanisme penyisihan lumpurnya lebih mudah

  • 7/23/2019 Buku Ajar PBPAM

    46/101

    Buku ajar PBPAM

    Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum

    Efisiensi pengendapan tinggi

    Adanya masalah pada aliran sirkuit pendek

    Membutuhkan operasi yang lebih hati-hati

    Membutuhkan fasilitas flokulasi yang terpisah

    Sedikit toleransi terhadap shock loadsPada perencanaan bak pengendap dengan aliran kontinue terdiri dari komponen-

    komponen sebagai berikut :

    Q Q

    Zone inlet zone pengendapan zone outlet

    Q Q

    Zone penampungan lumpur

    Gambar 2.3 Bak Pengendap

    ( Sumber : Darmasetiawan, 2001)

    Zone inlet

    Pada zone inlet air yang masuk diasumsikan langsung merata pada potongan

    melintang di dalam bak pengendap, dengan tingkat kandungan SS (suspended solid)yang homogen ketidatmerataan pada zone inlet ini akan dapat menghasilkan

    turbulensi sehingga dapat meruntuhkan bentukan flok yang telah terbentuk diflokulator.

    Untuk menghindari ini secara umum aliran air harus mempunyai kecepatan alirantidak boleh melebihi 0.3 m/dt secara digiring secara stream line masuk ke dalam

    bidang pengendapan.Zone inlet juga dapat berupa pipa lateral yang berlubang yang mengarah ke bawah,

    sehingga air yang keluar dapat dibagi merata sepanjang bidang pengendapan, hal ini

    banyak dilakukan pada pengendapan dengan plat miring.

    Diameter lubang pada pipa inlet dihitung berdasarkan persamaan :

    g

    VHf o

    2

    2

    !

    Dimana :

    Hf = kehilangan tekanan pada saat air keluar lubang (0.1 - 1 cm)

    Vo = kecepatan air pada saat melalui lubang (m/s)Apabila debit perlubang adalah

    2

    4DVQ oo

    T!

    maka N

    QQo !

    Sehingga

    -

    !

    5.0)2(

    4

    HfgN

    QD

    T

    B

    Vo

    H Vs

  • 7/23/2019 Buku Ajar PBPAM

    47/101

    Buku ajar PBPAM

    Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum

    Dimana :

    Q = debit air yang melalui pipa (l/s)

    Qo = debit air yang melaui lubang (l/s)

    D = diameter lubang (m)

    Vo = kecepatan air yang melaui lubang (m/s) N = jumlah lubang

    Zone pengendapanPada zone bidang pengendap flok yang sudah terbentuk diharapkan dapat mengendap.

    Secara ideal bidang pengendap ini harus memenuhi asumsi bahwa aliran harus merata(mempunyai kecepatan yang sama) diseluruh potongan melintang dan kecepatan

    sepanjang bidang pengendap harus sama.Jenis bidang pengendap ini meliputi :

    bak pengendap dengan aliran horizontal

    bak dengan plat setler aliran miring

    bak pengendap dengan aliran keatas

    Secara umum asumsi yang diambil dalam teori adalah sebagai berikut :

    partikel yang mengendap tidak dipengaruhi oleh kecepatan alirankecepatan pengendapan flok merata di seluruh bidang pengendapan

    secara ideal pula harus diasumsikan bahwa partikel flok yang sudah mengendap tidak

    terangkat lagi

    Unformitas dan turbulensi aliran pada bidang pengendap sangat berpengaruh. Oleh

    sebab itu bilangan fraude yang menggambarkan tingkat unformitas aliran dan

    turbulensi aliran yang digambarkan oleh bilangan Reynold harus memenuhi kriteria

    yang telah dientukan. Pada bak pengendap yang menggunakan plate setler berlaku

    rumus :

    )(2 wB

    wBR

    !

    RgVF o

    r

    2

    !atau Rg

    VFr o

    .sin 2 E!

    Y

    RVR

    o

    e!

    atau YE .sin

    .Re

    RVo!

    Dimana :

    Fr = bilangan Fraude Fr > 10-5Re = bilangan Reynold Re < 500

    Vo = kecepatan horizontal (m/s)R = radius hidrolik (m)Y = viskositas kinematik (1,306x10-6 m/s pada suhu 10oC)w = jarak antar plat (m)

    E = kemiringan plat (o)

    Zone outlet

    Perhitungan weir bentuk V-notch menggunakan persamaan-persamaan berikut :

    q

    QL !

  • 7/23/2019 Buku Ajar PBPAM

    48/101

    Buku ajar PBPAM

    Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum

    5v! Lnv (Qasim, 1985)

    v

    vn

    QQ !

    5

    2

    21

    2tan22

    32

    !

    Egd

    QH v

    v

    (Darmasetiawan, 2001)

    g

    gn

    QQ !

    b

    Qq

    g

    g!

    3

    2

    g

    qy

    g

    c !

    c

    g

    coygb

    QyH

    2

    22 2!

    dengan: L = panjang pelimpah (m)

    Q = debit total (m3/dtk)q = beban pelimpah (m3/m.hari)

    nv = jumlah V-notchQv = debit tiap V-notch (m3/dtk)

    Hv = tinggi air pada V-notch (m)Qg = debit tiap gutter (m3/dtk)

    ng = jumlah gutteryc = kedalaman kritis/kedalaman pada jarak L m (m)

    b = lebar gutter (m)Ho = kedalaman air awal pada gutter (m)

    Contoh Perhitungan 1 :

    Kriteria Desain

    Surface loading = 2 4 m/jam

    Diameter orifice = u 3 cm

    Ro = 60 120 m3/m2 . hari

    Kemiringan plate (E) = 45 - 60o

    Jarak antar plate (wp) = 25 100 mmTebal plate (tp) = 2,5 5 mm

    Panjang plate (Pp) = 1000 2500 mmlebar plate (lp) = 1000 1200 mm

    NFR =u 10-5

    NRE =e 500Jarak pipa inlet ke zona lumpur = 0,2 0,3 m

    Jarak plate ke pipa inlet = 1 1,4 m

    Jarak gutter ke plate = 0,3 0,4 m

  • 7/23/2019 Buku Ajar PBPAM

    49/101

    Buku ajar PBPAM

    Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum

    Tinggi plate = 1 1,2 m

    Kadar lumpur = 4 - 6%

    Perencanaan

    Bentuk bangunan 4 persegi panjang, dengan P : L = 3 : 1Q/A = 5,56 x 10-4 m/dt

    td = 1 jam = 3600 dtNRe < 500

    NFr > 10-5Kedalaman bak, H = 3 m

    Jarak antar plate, w = 5 cm = 0,05 mTinggi plate, h = 1 m

    Sudut kemiringan plate, = 60

    Tebal plate, t = 0,5 cm = 0,005 m

    Y/Yo = 75 %

    Faktor keamanan, good performance = 1/3

    Zona Sedimentasi

    Direncanakan 2 bak sedimentasi dengan debit masing-masing 0,062 m3/dt

    Dimensi bak

    mF

    mH

    mP

    mLL

    LA

    LP

    mA

    dtmA

    Q

    3,0

    2

    3,18

    1,635,111

    3

    3

    5,1111056,5

    062,0

    /1056,5

    2

    2

    2

    4

    4

    !

    !

    !

    !!

    !

    !

    !

    !

    !

    Kecepatan horisontal partikel

    dtmdtmHL

    QvH /105/

    21,6

    062,0 3!v

    !v

    !

    Jari-jari hidrolis

    mmHL

    HLR 2,1

    221,6

    21,6

    2!

    v!

    v!

    Cek bilangan Reynold

    memenuhitidakRv

    NH

    _500671910893,0

    2,11056

    3

    Re "!

    v!

    v!

    Y Cek bilangan Froud

  • 7/23/2019 Buku Ajar PBPAM

    50/101

    Buku ajar PBPAM

    Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum

    memenuhitidak

    Rg

    vN

    H

    Fr _101012,22,181,9

    105 56232

    !v

    !

    v!

    Karena NRe dan NFr tidak memenuhi kriteria desain, perlu penambahan plate settler

    pada bak sedimentasi. Perhitungannya adalah sbb :

    Kecepatan aliran masuk plate

    dtmv

    vA

    Q

    o

    o

    /1037,660sin

    1056,5

    sin

    44

    !

    !

    ! E

    Dimensi plate

    060

    005,0

    10,0

    1

    15,1

    60sin

    1

    sin

    !

    !

    !

    !

    !!!

    E

    E

    mt

    mw

    mh

    mh

    l

    Jumlah plate

    Jarak horisontal antarplate,m

    wx 115,0

    60sin

    10,0

    sin!!!

    E

    Jumlah plate,buah

    x

    Pn 1601,159

    115,0

    3,18}!!!

    Jari-jari hidrolis

    mmw

    R 05,02

    10,0

    2!!!

    Cek bilangan Reynold

    OKRvo

    N 50067,3510893,0

    05,01037,66

    4

    Re !

    v!

    v!

    Y Cek bilangan Froud

    OK

    Rg

    voNFr 55

    242

    101025,82705,081,9

    1037,6

    "!v

    !

    v!

    Zona InletDimensi pipa inlet

  • 7/23/2019 Buku Ajar PBPAM

    51/101

    Buku ajar PBPAM

    Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum

    mD

    D

    D

    DA

    mv

    QA

    36,0

    131,041103,0

    41

    103,06,0

    062,0

    2

    2

    2

    2

    !

    !!

    !

    !!!

    T

    T

    Diameter Orifice

    mD

    mA

    dtmQ

    n

    mw

    mPbakPpipa

    or

    or

    or

    or

    or

    12,0

    012,06,0

    107

    /1076042,0

    65,1

    9

    5,1

    9

    23

    33

    !

    !

    !

    !!

    !!

    !

    !!

    Zona LumpurKonsentrasi effluen dan lumpur

    LmgLmgturbidityCs

    LmgLmgturbidityCef

    /42/5,5280,080

    /5,10/5,5220,080100

    !v!v!

    !v!v!

    Berat lumpur tiap hari harikgLmgdtLCsQWs /99,2248640010/42/6286400 6 !vvv!vv! Debitlumpur kering

    harimmkg

    harikg

    s

    WsQds /087,0

    /2600

    /99,224 33

    !!!V

    Debit lumpur

    harimharim

    lumpur

    QdsQs /9,2

    03,0

    /087,0 33

    !!!

    Volume bak lumpur

    33 7,83/9,2 mhariharimtcQsV !v!v!

    Dimensi ruang lumpur

  • 7/23/2019 Buku Ajar PBPAM

    52/101

    Buku ajar PBPAM

    Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum

    mD

    mmm

    mHs

    HsAucutV

    mL

    Ls

    mmP

    Ps

    pembuang 14,0

    23,01,63,18

    7,83

    31ker

    03,23

    1,6

    3

    66,35

    3,18

    5

    3

    !

    !

    !

    !

    !!!

    !!!

    Zona Outlet

    Lebar gutter (Lg) = 1,5 Ho (tinggi air dalam gutter)Q/A = vo = 5,56 x 10-4 m/dt

    Jumlah pelimpah menurut rumus Huisman (1978)

    171,0

    /1053,1251,6

    /062,0

    5

    33

    "!

    n

    dtmmmn

    dtm

    vH

    Ln

    Qo

    Rencana jumlah gutter, n = 2 dengan 45 V-notch

    Debit tiap gutter

    cfsdtmn

    QQg 095,13088,35/031,0

    2

    062,0 3 !v!!!

    Dimensi gutter

    3,18

    28,0

    02,003,0)19,02,0(19,0)%20(

    29,019,05,1

    19,0612,0

    5,149,2095,01

    49,2

    23

    23

    !!

    !

    !!

    !v!

    !!

    v!

    !

    PPg

    mHg

    FreeboardhoHoHoHg

    mmLg

    mftHo

    HoHocfs

    HoLgQg

    Debit tiap

    V-notch

    dtmhoQw /1012,203,036,136,1342

    52

    5!v!!

    Jumlah V-notch

    Total jumlah V-notch,

    buahQwQgn 1482,146

    1012,2031,0

    4}!

    !!

    Gutter mempunyai 2 sisi pelimpah, maka tiap sisibuahn 78

    2

    148' !!

    Dimensi V-notch

    Freeboard V-notch, mmhoFw 015,003,02121 !!!

  • 7/23/2019 Buku Ajar PBPAM

    53/101

    Buku ajar PBPAM

    Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum

    Lebar muka air V-notch, mcmhoLw 06,0613245tan2 !!!r!

    Lebar pintu V-notch, mcmFwhoLp 09,0915,13245tan2 !!!r! Jarak antar V-notch

    mw

    wmm

    wnLpnPg

    388,0

    7409,0743,18

    !

    vv!

    vv!

    Jarak V-notch ke tepi,m

    ww 194,0

    2

    388,0

    2' !!!

    Misal : jarak gutter ke tepi = b, maka jarak antar gutter b = 2b

    mb

    bm

    bbLgLoutlet

    38,1

    429,021,6

    222

    !

    !

    !

    Jarak antar gutter mmb 76,238,12 !!

    Saluran Pengumpul

    Fungsinya untuk mengumpulkan air dari gutter sebelum menuju bak filtrasi.

    5,0

    017,03,0057,0

    057,0

    8,1103,0

    103,06,0

    062,0 2

    !

    !!!

    !

    v!

    v!

    !!!

    Psal

    mFHairHsal

    mHair

    Hair

    HairLsalAsal

    mv

    QAsal

    Kehilangan Tekanan

    Head loss pada V-notch

    mhf

    hf

    hfgCnotchQ D

    029,0

    181,9215

    81012,2

    2tan215

    8/

    25

    584,04

    25

    !

    vvvv!

    vvvv!

    U

  • 7/23/2019 Buku Ajar PBPAM

    54/101

    Buku ajar PBPAM

    Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum

    bab v

    Filtrasi

    Menurut Reynolds (1982), filtrasi adalah pemisahan zat padat - cair yang mana zat

    cair dilewatkan melalui media berpori atau material berpori lainnya untukmenyisihkan sebanyak mungkin padatan tersuspensi yang halus. Proses ini digunakan

    untuk menyaring secara kimia air yang sudah terkoagulasi dan terendapkan agarmeghasilkan air minum dengan kualitas yang tinggi.

    IIIPRINSIP FILTRASI :IVA.PENYARINGANMEKANIS

    Proses ini terjadi pada saringan pasir lambat dan saringan pasir cepat. Media yangdipergunakan dalam filtrasi adalah pasir yang mempunyai pori-pori yang cukup kecil.

    Dengan demikian partikel-partikel yang mempunyai ukuran butir lebih besar dariruang antar butir pasir media dapat tertahan. Selama proses filtrasi, ruang antar butir

    pasir akan semakin diperkecil oleh partikel-partikel yang tertahan pada media filter.Pada filter ini flok-flok yang tidak terendapkan pada sedimentasi akan tertahan pada

    lapisan teratas pasir membentuk lapisan penutup yang selanjutnya akan menahanpartikel-partikel yang mempunyai ukuran kecil.

    V B.PENGENDAPANProses ini hanya terjadi pada saringan pasir lambat. Ruang antar butir media pasir

    berfungsi sebagai bak pengendap kecil. Partikel-partikel yang mempunyai ukuran

    kecil, serta koloidal-koloidal dan beberapa macam bakteri akan mengendap dalam

    ruang antar butir dan melekat pada butir.

    VIC.BIOLOGICALACTIONProses ini hanya terjadi pada saringan pasir lambat. Suspensi-suspensi yang terdapat

    dalam air mengandung organisme-organisme seperti alga dan plankton, yangmerupakan bahan makanan bagi jenis-jenis mikro organisme tertentu. Organisme-

    organisme tersebut membentuk lapisan diatas media filter yang disebut dengan

    lapisan lendir. Dengan adanya lapisan ini maka mikroorganisme yang terdapat

    dalam air akan tertinggal di situ, sehingga air filtrat tidak mengandung

    mikroorganisme/bakteri lagi.

    Proses yang terjadi selama filtrasi adalah (Darmasetiawan, 2001) :Pengayakan atau strainingFlokulasi antar butir

    Sedimentasi antar butirProses mikrobiologis

    Sedangkan dari bentuk bangunannya, filter dikenal dengan 2 macam :

    a. Saringan dengan bangunan terbuka / secara gravitasi

  • 7/23/2019 Buku Ajar PBPAM

    55/101

    Buku ajar PBPAM

    Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum

    b. Saringan dengan bangunan tertutup / secara bertekanan

    Sumber : Peavy, 1985

    Gambar 5.1. Operasi Filter Aliran Gravitasi

    Menurut Peavy (1985), dalam penjernihan air bersih dikenal dua macam saringan :

    Saringan Pasir Lambat (Slow Sand Filter)

    Saringan ini dibuat dari pasir halus dengan ukuran efektif sekitar 0,2 mm. Ukuran

    efektif adalah ukuran ayakan yang telah meloloskan 10 % dari total butir yang ada

    atau P10. Pada saringan pasir lambat proses mikrobiologis mendominasidipermukaan filter. Kehilangan tekan yang tinggi menghasilan rata-rata aliran yangsangat rendah (0,12 0,32 m/jam) sehingga membutuhkan konstruksi filter yang

    sangat luas. Pencucian dilakukan secara periodik (biasanya sekali sebulan) denganmengambil media filter bagian atas setebal 3 - 5 cm untuk dicuci di luar filter.

    Saringan pasir lambat membutuhkan ruang yang luas dan modal yang besar. Selain itusaringan ini tidak berfungsi baik dengan air yang kekeruhannya tinggi karena

    permukaannya cepat tersumbat, dan membutuhkan pencucian yang lebih sering.

    Saringan Pasir Cepat (Rapid Sand Filter)

    Filter ini menggunakan dasar pasir silika dengan kedalaman 0,6 0,75 m. Ukuran

    pasirnya 0,35 1,0 mm atau lebih dengan ukuran efektif 0,45 0,55 mm. Koefisien

    keseragaman umumnya 1,65. Koefisien keseragaman adalah ukuran yang telah

    meloloskan 60 % dibagi ukuran yang telah meloloskan 10 % dari total bahan baku

    pasir atau P60/ P10.

    Pencucian filter pasir cepat dilakukan dengan cara backwash; kotoran-kotoran

    ataupun endapan suspensi yang tertinggal pada filter akan ikut terekspansi dan

    bersama air pencuci dikeluarkan melalui gutter. Pencucian dilakukan 24 jam operasi

    dengan waktu pencucian pasir terekspansi 50%. Pencucian dapat dikombinasikan

    dengan nozzle. Kecepatan penyemprotan 270 lt/m2/menit, dengan tekanan antara

  • 7/23/2019 Buku Ajar PBPAM

    56/101

    Buku ajar PBPAM

    Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum

    0,7 - 1,1 kg/cm2. Dengan kombinasi ini, hasil pencucian filter dapat lebih bagus dan

    jumlah air untuk mencuci filter dapat lebih sedikit.

    Filter cepat terdiri dari filter terbuka dan filter bertekanan. Pada filter cepat titik berat

    proses adalah pada proses pengayakan. Kecepatan filtrasi adalah berkisar 7 - 10 m/jam

    untuk filter terbuka dan filter bertekanan dapat mencapai 15 20 m/jam. Kriteriakualitas air yang dimasukkan ke filter adalah dengan kekeruhan di bawah 5 NTU,

    sehingga air baku yang di atas 5 NTU harus diolah melalui proses koagulasiflokulasi - sedimentasi (Darmasetiawan, 2001).

    Filter bertekanan tertutup biasanya dalam kontainer logam dan bisa dioperasikandalam mode downflow atau upflow. Filter ini bisa terdiri satu atau banyak media dan

    dibersihkan dengan backwash. Headloss maksimum dalam filter bertekanan adalah 20200 mm (Droste, 1997)

    Tabel 5.1. Perbedaan Slow Sand Filter dan Rapid Sand Filter

    Sumber : Al-Layla, 1980

    Media filter yang umum dipakai di Indonesia adalah pasir kwarsa. Untuk

    menjamin ketahanan pasir kwarsa yang dipakai disyaratkan pasir kwarsa

    memenuhi kriteria kadar silika (SiO2) 96 %. Pasir dengan kualitas yang demikian

    Parameter Slow Sand Filter Rapid Sand Filter

    Area filter

    Ukuran pasir

    Tinggi air di atasfilter

    Air baku

    Kecepatan filtrasi

    Distribusi pasir

    Periode pencucian

    Metode pencucian

    Kehilangan

    tekanan

    Kedalaman media

    filter

    Sistem underdrain

    Sangat luas

    ES = 0,25 0,35 mm

    UC = 2 - 3

    0,9 1,6 m

    Tidak cocok untuk air yang

    mengandung zat organik

    tinggi

    0,1 0,4 m/jam

    Tercampur

    1-3 bulanPengerukan lap. atas 0,5 - 2,5

    cm

    < 1 m

    1,0 1,5 m

    didukung kerikil 0,3 0,5 m

    Melalui pipa berlubang,cabang keluar melalui pipa

    utama

    Relatif kecil

    ES = 0,45-0,55 mm

    UC = < 1,5

    0,9 1,60 m

    Perlu pengolahan

    pendahuluan untuk

    menyisihkan kekeruhan

    4 5 m/jam, ada yang 21m/jam

    Kecil ke besar

    24 - 48 jam

    Back wash

    0,2 0,5 m

    Pasir 80 cm

    Kerikil 38 - 60 cm

    Melalui pipa berlubangkeluar melalui pipa

    manifold

  • 7/23/2019 Buku Ajar PBPAM

    57/101

    Buku ajar PBPAM

    Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum

    banyak terdapat di Pulau Bangka sehingga disebut juga sebagai pasir Bangka

    (Darmasetiawan, 2001).

    Tipe-tipe media filtrasi antara lain sebagai berikut :

    1. Saringan satu media, saringan dengan pasir saja atau pecahan arang.

    2. Saringan dua media, saringan dengan pasir dan media lain seperti gravel

    3. Saringan multi media, saringan dengan pasir, garnet, dan antrasite coal.

    Sumber : Droste, 1997

    Gambar 5.2. Filter Bertekanan

    Jumlah Bak Filter

    Persamaan yang digunakan adalah:

    5,02,1 QN !

  • 7/23/2019 Buku Ajar PBPAM

    58/101

    Buku ajar PBPAM

    Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum

    dengan: N = jumlah bed filter

    Q = debit air dalam mgd

    Hidrolika Filtrasi

    Kehilangan tekan melalui media berpori dengan bed bersih yang mempunyai

    diameter yang relatif seragam dapat dihitung dengan persamaan Rose dengan

    rumus (Reynolds, 1982):

    Dp

    vD

    g

    hfD

    L1067,1

    4

    2

    vvvv!I]

    Dimana :

    hL = kehilangan tekanan (m)

    = faktor bentuk (sphericity) media filterCD = koefisien drag

    g = percepatan gravitasi (m/s2)D = kedalaman bed (m)

    Vf = kecepatan aliran (m/s) = porositas

    Dp = diameter butiran (m)

    NRe = bilangan Reynolds

    Kofisien drag untuk NRe < 1 adalah

    Re

    24

    NCD !

    dan untuk NRe > 1 tetapi < 104 adalah

    34,0324

    ReRe

    !NN

    CD

    sedangkan untuk bilangan Reynolds dapat dihitung dengan

    RfvDpN

    ..

    e

    =!

    Sistem underdrainMenurut Droste (1997), ada beberapa sistem underdrain, yaitu:

    Gravel layer

  • 7/23/2019 Buku Ajar PBPAM

    59/101

    Buku ajar PBPAM

    Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum

    Underdrain blok

    Strainer

    Pipa lateral

    Sistem yang sering digunakan adalah sistem pipa lateral karena headlossnya

    rendah dan distribusinya yang merata.

    Kriteria desain underdrain dalam Fair & Geyer (1968):

    Rasio luas orifice : luas bed = (1,5 5) x 10-3 : 1

    Rasio luas lateral : luas orifice = (2 4) : 1

    Rasio luas manifold : luas lateral = (1,5 3) : 1

    Diameter orifice (Do) = - in (0,6 2 cm)

    Jarak antar orifice = Jarak antar lateral = 3 12 in (7,5 30 cm)

    Sistem underdrain selain berfungsi sebagai outlet pada saat proses penyaringan,

    juga berfungsi sebagai inlet pada saat pencucian filter. Pada saat pencucian

    (backwash), sistem underdrain menyalurkan air dari reservoir yang didahului

    dengan udara dari blower. Penggunaan blower adalah untuk membantu proses

    backwash filter. Udara dari blower ini akan membantu mempercepat waktu

    backwash, membersihkan kotoran pada pasir lebih bersih dan juga untuk

    mengurangi penggunaan air bersih dari reservoir untuk kebutuhan backwash filter.

    Menurut Darmasetiawan (2001), udara