Buku Ajar PBPAM
Transcript of Buku Ajar PBPAM
-
7/23/2019 Buku Ajar PBPAM
1/101
Buku ajar PBPAM
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 UMUMSistem Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum yang akan direncanakan didasarkan khusus untuk air baku dari air
sungai dengan kualitas kekeruhan tinggi. Di dalam perencanaan Sistem Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum ini
digunakan beberapa parameter-paramater sebagai dasar pertimbangan perencanaan yang dianjurkan sesuai dengan rencana
induk pengembangan kota baik teknis, ekonomis dan lingkungan seperti standar baku mutu kualitas air minum, tata letak
sistem dan lain-lain yang mana akan dibahas satu persatu.
Menurut Narihito Tambu kriteria perencanaan adalah suatu kriteria yang dipakai sebagai pedoman perencanaan. Perancangandiharapkan mampu menggunakan kriteria secara tepat dengan membandingkan kondisi sebenarnya dengan pa rameter yang
tertulis dalam kriteria dibawah ini. Nilai -nilai yang digunakan kriteria diambil dari hasil penelitian terdahulu yang kemudian
dikelompokkan dalam parameter yang umum.
I.2 TUJUAN PENGOLAHAN AIR MINUMTujuan pengolahan air minum adalah :
Meningkatkan ilmu pengetahuan di bidang pengolahan air minum untuk antisipasijangka panjang.
Meningkatkan kepedulian nasional terhadap perlindungan lingkungan hidup.
Melindungi lingkungan hidup dari bahaya yang dapat ditimbulkan terhadap bidang
kesehatan lingkungan, ekonomi, sosial dan politik
Melindungi kesehatan masyarakat
Menghindari kerusakan instalasi yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya.
Melindungi sumber air baku yang digunakan sebagai air baku untuk air minum,
keperluan pembangkit tenaga listrik, irigasi, dan lain-lain
Menghilangkan material tersuspensi maupun terlarut, menghilangkan organisme
patogen, mereduksi kandungan S,P dan komponen organik toksik dan menghilangkankontaminan lainnya seperti organik sukar larut, anorganik terlarut, dll.
I.3 DATA-DATA UNTUK PERENCANAANData-data yang diperlukan untuk merencanakan bangunan pengolahan air minum
yaitu :
Daerah pelayananMerupakan data mengenai daerah dari suatu instalasi pengolahan air minum, dimana
air baku yang diambil dari sumber air baku untuk melayani daerah pelayanan tersebut.Periode perencanaan
Instalasi pengembangan pengolahan air minum yang direncanakan harus ditentukanperiode perencanaan mengingat waktu untuk pembangunan pengembangan instalasi
tersebut. Dasar pertimbangan pentahapan periode perencanaan yaitu : pertumbuhan
penduduk yang dilayani, kemampuan sosial ekonomi penduduk, kecepatanperkembangan sarana kota, komersil dan industri, kekuatan konstruksi instalasi dan
perlengakapannya dan ketersediaan dana dan kemungkinan pengembalian dana yang
ditanamkan selama rancangan.
Karakteristik air baku
Dalam setiap studi pradesain, pembuatan air minum berkualitas merupakan tujuan
utama pengolahan air. Kualitas air dipengaruhi oleh kombinasi tanah dan air, keadaan
dan pengaturan kualitas air minum lokal, pengolahan air mentah dan tujuan dasar
-
7/23/2019 Buku Ajar PBPAM
2/101
Buku ajar PBPAM
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum
fasilitas pengolahan air pemerintah kota, yaitu memberikan kesehatan, tempat yang
estetis, serta persediaan air yang ekonomis.
Dalam air baku terdapat zat-zat, senyawa-senyawa, atau partikel-partikel apa saja
yang terdapat di dalam air selain H2O. Hal ini nantinya berka itan dengan apa saja
yang harus ada dalam instalasi baik menyangkut unit operasi maupun unit proses danbagaimana keluaran atau efluen yang dihasilkan dari pengolahan air minum dalam
suatu instalasi.Kualitas air baku terdiri dari (Tambo, Narihito, 1974) :
Kualitas Fisika, yaitu tinjauan secara fisik seperti total solid, suspended solid, bau,warna, temperatur, turbiditas, daya hantar listrik.
Kualitas Kimia, menyangkut unsur-unsur, senyawa-senyawa, atau zat-zat kimia yangturut serta dalam suatu air baku. Kualitas kimia tersebut antara lain : Klorida,
Nitrogen, Alkalinitas, dan lain-lain.
Karakteristik Biologi, makhluk hidup biasanya mikroorganisme yang terdapat dalam
air baku antara lain bakteri, protozoa, algae, jamur.
Kualitas Efluen, buangan dari suatu sistem instalasi sesuai dengan tujuan dari suatu
instalasi yaitu untuk memenuhi persyaratan atau standar baku mutu yang tidakmerusak lingkungan.
Jenis Sumber Air Baku
Beberapa sumber air baku yang dapat digunakan untuk penyediaan air minum adalah:
Air Hujan
Air hujan bersifat lunak karena tidak mengandung garam dan zat-zat mineral, lebih
bersih, namun dapat bersifat korosif karena mengandung zat-zat yang terdapat di
udara seperti NH3, CO2 agresif, ataupun SO2. Dari segi kuantitas, air hujan
tergantung pada besar kecilnya hujan, sehingga tidak mencukupi jika digunakan untukpersediaan umum karena jumlahnya berfluktuasi. Air hujan juga tidak secara kontinu
dapat diperoleh karena sangat tergantung pada musim.Air Permukaan
Air permukaan yang biasa digunakan sebagai sumber air baku adalah air waduk,sungai, dan danau. Pada umumnya, air permukaan telah terkontaminasi zat-zat yang
berbahaya bagi kesehatan, sehingga memerlukan pengolahan terlebih dahulu sebelumdikonsumsi oleh masyarakat. Kuantitas dan kontinuitas air permukaan sebagai sumber
air baku cukup stabil.
Air Tanah
Air tanah mengandung garam dan mineral yang terlarut pada waktu air melalui
lapisan-lapisan tanah, serta bebas dari polutan. Namun tidak menutup kemungkinan
bahwa air tanah tercemar oleh zat-zat yang mengganggu kesehatan, seperti Fe, Mn,
kesadahan, dan sebagainya. Berdasarkan kedalamannya, air tanah dibedakan menjadi
air tanah dangkal dan air tanah dalam. Air tanah dangkal kualitasnya lebih rendah
daripada air tanah dalam. Secara kuantitas, air tanah dapat mencukupi kebutuhan air
bersih. Tetapi dari segi kontinuitas, pengambilan air tanah harus dibatasi, karenapengambilan yang terus menerus dapat menyebabkan penurunan muka air tanah dan
intrusi air laut.
Mata Air
Dari segi kualitas, mata air sangat baik karena belum terkontaminasi oleh zat-zatpencemar. Pencemaran biasanya terjadi di lokasi mata air itu muncul. Dari segi
kuantitas dan kontinuitas, mata air kurang bisa diandalkan sebagai sumber air airbaku.
-
7/23/2019 Buku Ajar PBPAM
3/101
Buku ajar PBPAM
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum
I.4 PEMILIHAN SUMBER AIRProsedur pemilihan persediaan air mentah berawal dari eveluasi teknis mencakup
penyelidikan pengembangan sumber air. Pada pemilihan sumber air, Insinyur
perencana harus mengenal kualitas dan kuantitas sumber.
Untuk sumber air permukaan, hal yang harus dipelajari untuk tujuan tertentu
adalah:
Aspek kuantitas
Data jumlah air selama masa kekurangan untuk menunjang analisis statistik dari curahhujan, limpasan dan aliran sungai
Kecukupan pasokan yang aman untuk memnuhi kebutuhan saat ini dan mendatangPengukuran tingkat kelestarian oleh federal atau Lembaga Negara termasuk daerah
cakupan dan penggunaan anak sungai di masa mendatangStudi menyeluruh tentang kandungan air lokal
Tingkat penggunaan lahan didaerah cakupan air.Aspek kualitas
Data kualitas air selama periode kurun waktu tertentuPenilaian resiko kontaminasi oleh ketidaksengajaan tercempur bahanyang mungkin
beracun, berbahaya atau merusak pengguna rumah tangga.
Tingkat usulan pengembangan lahan saat ini dan mendatang
Tingkat manajemen dan pengawasan pemilik
Hal-hal umum
Taksiran reabilitas sumber air,
Tingkat kesulitan pelaksanaan alat otomatisasi, perpipaan, bangunan pengolah air dan
jaringan distribusi
Pengaruh lingkungan
Pengaruh keuangan
I.5 DASAR SISTEM PENGOLAHANSebelum ditentukan sistem pengolahan yang akan dipakai untuk mengolah air
minum, terlebih dahulu dilakukan pemilihan dari berbagai sistem pengolahan yang
ada untuk mendapatkan sistem yang paling sesuai.
Untuk melakukan pemilihan sistem pengolahan, pertimbangan-pertimbangan yang
perlu dilakukan meliputi (Tambo, Nrihito, 1974) :
Beban pengolahan
Didasarkan pada kualitas dan kuantitas influent yang ada terhadap kualitas effluentyang diinginkan. Sehingga diketahui berapa besar beban pengolahan yang harus
dipenuhi oleh sistem pengolahan. Sistem pengolahan yang terpilih merupakan sistemyang dapat memenuhi kriteria-kriteria yang ditetapkan untuk mendapatkan kualitas
pengolahan sesuai yang diinginkan.Aspek teknis
Yang dipertimbangkan antara lain menyangkut ketersediaan lahan, kemudian teknis
pelaksanaan, dan pengadaan bahan-bahan untuk pembangunan instalasi. Selain itu
juga dipertimbangkan segi operasionalnya, menyangkut ketersediaan tenaga,
-
7/23/2019 Buku Ajar PBPAM
4/101
Buku ajar PBPAM
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum
peralatan, kemudahan dalam pengadaan bahan-bahan penunjang pengoperasian dan
pemeliharaan instalasi.
Aspek ekonomis
Berhubungan dengan masalah pembiayaan untuk konstruksi, pemeliharaan dan
operasionalnya.Aspek lingkungan
Adanya pertimbangan terhadap kemungkinan pengaruh keberadaan instalasipengolahan air buangan yang direncanakan terhadap kenyamanan dan kesehatan
penduduk di sekitar lokasi. Oleh karena itu perlu dipertimbangkan jarak minimumlokasi pengolahan terhadap pemukiman penduduk.
I.6 STANDAR KUALITAS AIR MINUMLangkah pertama dalam penentuan kualitas air olahan adalah penentuan peraturankualitas air yang dipakai. Standar kualitas air diumumkan pada tingkat internasional,
maupun pada masing-masing negara. Satu pertimbangan dalam pengembangankualitas air olahan adalah kemungkinan standar kualitas air diubah atau dimodifikasi
di masa depan. Perubahan masa mendatang mungkin memperngaruhi reabilitas danfleksibilitas proses pengolahan air yang ditetapkan agar memenuhi standar yang lebih
ketat.
Standar kualitas air bersih dan minum yang berlaku di Indonesia saat ini adalah
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tanggal 14 Desember 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air serta Keputusan Menteri
Kesehatan (Kepmenkes) RI No. 907/Menkes/SK/VII/2002.
Dalam Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 pasal 8 tentang Klasifikasi dan
Kriteria Mutu Air, air diklasifikasikan menurut mutunya ke dalam empat kelas, yaitu
:
Kelas 1, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaantersebut.Kelas 2, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air,
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atauperuntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.Kelas 3, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air
tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yangmempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Kelas 4, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi, pertanaman, danatau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
Tabel di bawah ini merupakan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor907/MENKES/SK/VII/2002 : yang merupakan persyaratan kualitas air minum dan air
bersih serta mengacu pada nilai panduan WHO.
Tabel 1.1. Standar Air Minum
No Parameter SatuanKadar Maksimumyang
-
7/23/2019 Buku Ajar PBPAM
5/101
Buku ajar PBPAM
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum
Diperbolehkan
1 BACTERIOLOGIS
Escherecia coli jml/100ml 0
total coliform jml/100ml 0
2 FISIKwarna TCU 15
bau dan rasa - -
Lanjutan tabel 1.1.
No Parameter Satuan
Kadar Maksimum
yangDiperbolehkan
temperatur C 3
kekeruhan NTU 5
Suspended Solid (SS) mg/lt -
residu tersuspensi (TSS) mg/lt 1000
padatan terlarut (TDS) mg/lt -
3 KIMIA mg/lt
A. ANORGANIK mg/lt
arsen mg/lt 0,01
barium mg/lt 0,7
kadmium mg/lt 0,003
kromium (valensi 6) mg/lt 0,05
tembaga mg/lt 1
sianida mg/lt 0,07
flourida mg/lt 1,5
timbal mg/lt 0,01
nitrat mg/lt 50nitrit mg/lt 3
selenium mg/lt 0,01
amonia (NH3) mg/lt 1,5
klorida mg/lt 250
klorin bebas mg/lt 0,2
kesadahan (CaCO3) mg/lt 500
hidrogen sulfida mg/lt 0,05
besi mg/lt 0,3
mangan mg/lt 0,1
pH mg/lt 6,5 - 8,5
seng mg/lt 3Sumber: Kepmenkes RI No. 907/Menkes/SK/VII/2002
Pengolahan Air Bersih/Air Minum
Menurut Tambo (1974), pengolahan air didefinisikan sebagai operasi teknis yangdilakukan terhadap air baku agar menjadi air bersih yang memenuhi persyaratan
kualitas sebagai air bersih/air minum dengan menggabungkan beberapa proses
-
7/23/2019 Buku Ajar PBPAM
6/101
Buku ajar PBPAM
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum
pengolahan. Pengolahan air bertujuan untuk mengurangi konsentrasi masing-masing
polutan dalam air sehingga aman untuk digunakan.
Menurut Reynolds (1982), unit operasi dan unit proses yang digunakan dalam
pengolahan air bersih adalah sebagai berikut :
Pengolahan secara fisik
Pengolahan ini meliputi sedimentasi, flotasi dan filtrasi.
Pengolahan secara kimia
Pengolahan ini meliputi koagulasi, flokulasi, adsorpsi karbon, penukaran ion
dan klorinasi.
Pengolahan secara biologi
Pengolahan ini meliputi aerobic digestion dan anaerobic digestion.
Berikut diagram pengolahan air bersih secara konvensional :
Sumber : Kawamura, 1991
Gambar 1.1. Diagram Pengolahan Air Bersih Secara Konvensional
Strategi pengolahan air yang dapat diterapkan pada masing-masing jenis air adalah
berbeda. Strategi pengolahan yang lengkap meliputi:
Prasedimentasi
Koagulasi
FlokulasiSedimentasiFiltrasi
DesinfeksiSedangkan Peavy et. al. (1985) menggambarkan bagan pengolahan air minum untuk
air permukaan yang keruh dan mengandung zat organik, sebagai berikut:
Proses Penambahan Bahan Kimia Buangan
-
7/23/2019 Buku Ajar PBPAM
7/101
Buku ajar PBPAM
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum
Prasedimentasi: digunakan jikasumber air baku alirannya deras,
berfungsi menyisihkan SS yang
tinggi, bahan kimia dapat ditambahkan untuk mengoksidasi zat organikatau menahan oksidasi biologinya.
Koagulasi, Flokulasi, Sedimentasi:
berfungsi menyisih kan kekeruhan
dengan cara meng gumpalkankoloid dan mengendap kannya, juga
digunakan untuk menyisihkanwarna yang disebabkan oleh
molekul organik.
Filtrasi: berfungsi menyisihkankekeruhan yang tersisa, desinfektan
dapat ditambahkan untuk mencegah
pertumbuhan makhluk hidup pada
media filter.
Adsorpsi: diperlukan jika air
mengandung zat organik terlarut,
berupa kolom karbon aktif atau
dapat juga dengan menambahkan
karbon aktif powder.
Desinfeksi: Digunakan untuk membunuh bakteri patogen. Klorin
ditambahkan dalam jumlah yangcukup untuk mendapatkan sisa
klorin yang cukup di dalam sistemdistribusi.
Reservoir: Digunakan untuk me
mungkinkan waktu kontakdesinfeksi terpenuhi dan untuk
menyimpan air untuk kebutuhan
puncak
Air baku
Klorin
Ammonia
Alum
Polimer
Klorin
Klorin
Ke sistem distribusi
Lumpur diambil
secara periodik dan
dibuang dengancara diratakan diatas tanah
Lumpur diambil
secara kontinyu &
dilandfilling ataudengan cara lain,
setelah di lakukanproses dewatering
Air pencucian &
lumpur yang telah
didewatering
dibuang bersama
dengan lumpur dari
proses sebelumnya.
Uap dari
pembersihankolom
Gambar. 1.2. Bagan Pengolahan Air Minum untuk Air Permukaan yang Keruh dan
Mengandung Zat Organik
(Sumber: Environmental Engineering, 1985)
1
2
3
4
5
6
-
7/23/2019 Buku Ajar PBPAM
8/101
Buku ajar PBPAM
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum
Berikut ini adalah alternatif pengolahan air dari beberapa parameter kualitas
air yang dipertimbangkan dalam pengolahan air :
Tabel 1.2. Alternatif Pengolahan Air Beberapa Parameter
No Parameter Alternatif Pengolahan
1 Warna Koagulasi
Adsorpsi GAC, PAC, resin sintetik
Oksidasi dengan chlorine, permanganat, danchlorine dioxide
2 Bau dan Rasa Oksidasi dengan chlorine, permanganat,ozon, dan chlorine dioxide
Adsorpsi Karbon Aktif (GAC dan PAC)
Aerasi
3 Kekeruhan Prasedimentasi (air dengan kekeruhan tinggi)
Koagulasi dan Flokulasi
Sedimentasi
Filtrasi
4 pH* Netralisasi5 Zat Padat Tersuspensi
(TSS)*Prasedimentasi (air dengan kekeruhan tinggi)
Koagulasi dan Flokulasi
Sedimentasi
Filtrasi
6 Zat Organik Reverse Osmosis
Ion Exchange
Air Stripping
Adsorpsi Karbon
Oksidasi
Koagulasi
7 CO2 agresif Transfer gas (Aerasi)
8 Kesadahan Pelunakan kapur sodaIon Exchange
9 Besi dan Mangan OksidasiTransfer gas (Aerasi)
Chemical Precipitation
Ion Exchange
10 Sulfat Ion Exchage dengan resin basa kuat
Softening (pelunakan)
11 Sulfida Oksidasi dengan klorinasi
Aerasi
Lanjutan tabel 1.2.No Parameter Alternatif Pengolahan
12 Fluorida Ion exchange dengan activated alumina
Pelunakan kapur
Koagulasi alum
13 Amoniak Air Stripping
14 Nitrat KoagulasiPelunakan kapur
Reduksi kimia
Denitrifikasi secara biologis
Ion exchange
-
7/23/2019 Buku Ajar PBPAM
9/101
Buku ajar PBPAM
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum
Reverse osmosis
15 Arsen dan selenium Koagulasi dengan garam besi ataualumunium
Ion exchange dengan activated alumina
Ion exchange dengan resin basa kuat
Sumber : Montgomery, 1985; (*) Tambo, 1974
-
7/23/2019 Buku Ajar PBPAM
10/101
Buku ajar PBPAM
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum
BAB II
INTAKE
2.1. Umum
Intake adalah suatu konstruksi yang berguna untuk mengambil air dari sumber air dipermukaan tanah seperti reservoir, sungai, danau, atau kanal.
Lokasi intake harus memperhatikan beberapa faktor berikut ini:Kualitas air yang tersedia di lokasi harus baik
Berlokasi di tempat dimana tidak terdapat arus/aliran kuat yang dapat merusak intakeSelama banjir, air tidak boleh masuk ke dalam intake
Sebaiknya sedekat mungkin dengan stasiun pemompaanPasokan tenaga harus tersedia dan dapat digunakan
Angin yang menyebabkan sedimentasi harus dihindari
Lokasi harus mudah dijangkau dan dekat tempat pengolahan sehingga meminimalkan
biaya perpipaan
Lokasi sebaiknya tidak berada di daerah cekungan
Sebaiknya tertutup untuk mencegah masuknya sinar matahari yang bisa menstimuluspertumbuhan lumut atau ganggang di air ataupun pengotor-pengotor dari luar
Tanah tempat dibangunnya intake haruslah stabil
Bangunan intake harus kedap air
Pipa inlet ditempatkan di bawah permukaan sungai atau danau untuk mendapatkan air
yang lebih dingin dan mencegah masuknya benda-benda yang mengapung
Sebaiknya terletak agak jauh dari bahu sungai untuk mencegah kemungkinan
pencemaran
Sebaiknya terletak pada bagian hulu kota
Peletakan intake ini juga dengan mempertimbangkan hal berikut :Intake dibangun pada tempat yang aman, arus aliran tidak terlalu besar, pada daerah
sungai yang landai dan lurus, sehingga faktor keamanan bangunan intake terjamin dansungai dapat dijaga kesinambungannya.
Intake harus dibuat dengan pertimbangan peningkatan debit di masa yang akandatang.
Pengolahan air akan gagal bila sistem intake gagal mensuplay air. Intake harus
ditempatkan pada posisi akses yang mudah dengan desain dan bangunan untuk
mensuplay kuantitas air dengan kualitas terbaik.
Faktor utama sistem intake adalah reabilitas, keamanan, operasi minimal dan biaya
pemeliharaan. Intake hendaknya ditempatkan pada sungai sebagai sumber air
permukaan. Sumber air baku berasal dari air sungai permukaan, maka sistem
intake berupa intake sungai.
Pemilihan tempat untuk intake sungai berdasarkan pada (Tambo, Narihito, 1974) :
Menghasilkan kualitas air terbaik dengan penerapan prosedur untuk menghindari
pencemaran sumber air
-
7/23/2019 Buku Ajar PBPAM
11/101
Buku ajar PBPAM
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum
Memperkirakan kemungkinan perubahan aliran dan arus sungai
Meminimasi efek banjir, suspensi, dalam aliran
Menyediakan akses untuk pemeliharaan dan perbaikan
Menyediakan ruang cukup untuk kendaraan
Membolehkan adanya penambahan fasilitas akan datang
Menyimpan kuantitas air yang aman untuk musim kemarau
Meminimasi efek fasilitas terhadap kehidupan aquatik
Menghasilkan kondisi geologi yang layak
Jenis-jenis intake sungai:
Intake tower adalah intake berbentuk menara yang dibangun di tengah sumber air
baku dan pengaliran air bakunya menggunakan pipa yang di bangun di atas sungai.
Gambar 2.1 Intake Tower
(Sumber: Kawamura, 1991)
Shore intake adalah intake yang dibangun di tepi sungai berupa rumah pompa denganintake berada dibawah permukaan air minimum.
-
7/23/2019 Buku Ajar PBPAM
12/101
Buku ajar PBPAM
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum
Gambar 2.2 Shore Intake(Sumber: Kawamura, 1991)
Intake crib adalah intake yang dibangun di dasar sungai/sumber air baku yangdilengkapi pipa dengan screen dan pipa untuk mengalirkan air ke instalasi pengolahan.
Gambar 2.3 Intake Crib
(Sumber: Kawamura, 1991)Siphon well intake yaitu bangunan intake pada tepi sungai dan air baku dialirkan
dengan menggunakan siphon menuju sumur pengumpul dan selanjutnya akandipompakan menuju instalasi pengolahan.
-
7/23/2019 Buku Ajar PBPAM
13/101
Buku ajar PBPAM
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum
Gambar 2.4 Siphon Well Intake
(Sumber: Kawamura, 1991)
Intake bendung adalah intake yang dibuat dengan membendung sungai pada tepinyasehingga air akan masuk pada saluran intake untuk masuk ke instalasi pengolahan air.
Floating intake yaitu intake dengan rumah pompa yang dapat bergerak mengikuti
ketinggian muka air dan dihubungkan dengan pipa yang dapat mengikuti pergerakan
pompa karena menggunakan flexible joint (Kawamura, 1991).
Gambar 2.5 Floating Intake(Sumber: Kawamura, 1991)
7. Intake sumuran adalah intake berupa sumur beton berdiameter 3-6 m yang
dilengkapi dua atau lebih pipa besar (penstock) yang dilengkapi dengan katup
sehingga memungkinkan air memasuki intake secara berkala, lalu air yang terkumpul
dalam sumur dipompa ke instalasi pengolahan (Layla, 1978)
-
7/23/2019 Buku Ajar PBPAM
14/101
Buku ajar PBPAM
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum
Tutup manhole
Pipa hisap
Ke pompa
Sumur intake
Screen
HWL
HWL
Gambar 2.6 Intake Sumuran
(Sumber: Layla, 1978)
2.2. Screen
Pada intake biasanya dipasang kisi-kisi atau saringan (screen) untuk mencegahmasuknya daun-daun dan reruntuhan, melindungi pompa dari sampah-sampah dan
benda-benda penyumbat lainnya serta untuk menghilangkan padatan-padatan kasaryang mengapung, dengan criteria desain sebagai berikut :
Tabel 2.1. Kriteria Desain Intake
No Keterangan Uni
t
Kawamu
ra1
Droste
2
Layla3 Reynold
s4
Metcalf
5
Qasim
1
23
4
5
6
Kecepatan
Kemiringanbarscreen
Tebal barscreen
Jarak antar
barscreen
H : L
Headloss
m/s
0cm
cm
cm
-
7/23/2019 Buku Ajar PBPAM
15/101
Buku ajar PBPAM
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum
Vbar = kecepatan aliran melalui BarScreen, m/detik
V2 = kecepatan aliran di saluran, m/detik
UF sin3
4
hvb
whL
!
dengan: hL = headloss saat melewati batang screen (m) = faktor bentuk batang screen
w = tebal batang screen (m)
b = jarak antar batang screen (m)
= kemiringan batang dari horisontal (o)
Menurut Syed, 1985:
Kehilangan tekanan (Hf) : Hf = 3F . sin (E) . g
v
b
t
2
)(.
23
4
Dimana, F : faktor bentuk batang v : kecepatan (m/dtk)
E : sudut kemiringan batang (0) K : massa jenis air (kg/m3)
t : tebal / diameter batang (m) Hs: Head statis (m)
b : jarak bukaan antar batang (m) L : efisiensi pompa
Tabel 2.2. Harga Faktor Bentuk (F)
No Bentuk kisi Koefisien
1 Persegi panjang dengan sudut tajam 2.42
2 Persegi panjang dengan pembulatan depan 1.83
3 Persegi panjang dengan pembulatan depan dan
belakang
1.67
4 Lingkaran 1.79
Sumber: Syed, 1985
2.3. Pintu Air
Pintu air digunakan untuk mengatur aliran air dari sumber air baku ke saluran intakesehingga diperoleh debit pengaliran yang diinginkan. Pengaturan aliran air ini juga
dilakukan pada saat pemeliharaan (pembersihan dan perbaikan).Persamaan yang digunakan :
ghBHQ 26,0!
dengan: Q = debit yang melewati pintu air (m3/dtk)
B = lebar pintu air (m)H = tinggi bukaan pintu air (m)
h = headloss pada pintu air (m)
2.4. Saluran Pembawa
Saluran pembawa berfungsi untuk menyalurkan air dari intake ke bak pengumpul.
Kriteria desain dalam JWWA (1978):
Kecepatan minimum (v) : 0,3 m/dtk
Kecepatan maksimum (v) :
-
7/23/2019 Buku Ajar PBPAM
16/101
Buku ajar PBPAM
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum
Beton : 3 m/dtk
Baja, besi, PVC : 6 m/dtk
Persamaan yang digunakan adalah:
Rumus Hazen-Williams,
167,1
85,1
82,6D
LCvh
!
Menurut Manning:
V =
21
321
S
n
dengan: h = headloss pipa/saluran pembawa (m)
v = kecepatan aliran pada pipa/saluran pembawa (m/dtk)
C = koefisien kekasaran Hazen-Williams (C = 60 140)
L = panjang pipa (m)
D = diameter pipa/saluran pembawa (m)
R = jari-jari hidrolis (m)S = kemiringan saluran (slope)
n = koefisien manning
2.5. Bak Pengumpul
Bak pengumpul berfungsi untuk menampung air dari intake untuk diolah oleh unit
pengolahan berikutnya. Bak pengumpul dilengkapi dengan pompa intake dan
pengukur debit.
Kriteria desain dalam JWWA (1978):Kedalaman (H) : 3 5 m
Waktu detensi (td) : 1,5 menitPersamaan yang digunakan:
td
V
! HAV v! lpA v!
dengan: Q = debit yang masuk bak pengumpul (m3/dtk)
V = volume air yang masuk bak pengumpul (m3)
td = waktu detensi (dtk)
A = luas bak pengumpul (m2)
H = kedalaman bak pengumpul (m)
p = panjang bak pengumpul (m)
l = lebar bak pengumpul (m)
2.6. Grit chamber
Grit chamber akan melindungi perlengkapan mekanis dan pompa dari abrasi,mencegah penyumbatan pompa oleh endapan dalam saluran dan mencegah akumulasi
material masuk dalam unit pengolahan selanjutnya. Berdasarkan pertimbangan biaya
konstruksi dan operasi, maka diperoleh grit chamber aliran horisontal dengan kontrol
kecepatan (velocity controlled grit chamber).
Rumus yang digunakanOver Flow rate (OR) = 900 x V settling
-
7/23/2019 Buku Ajar PBPAM
17/101
Buku ajar PBPAM
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum
dimana
OR : Overflow rate, gal/hr/ft2
Vsettling : Kecepatan pengendapan, in/menit
V =
1/22/3SR
n
1
S = R
Vxnhdan
h2
2/3
!
dimana:
h : headloss melalui Grit Chamber, m
V : kecepatan pada saluran Grit Chamber, m/det
n : koefisien Manning
R : jari-jari hidrolis, m
: panjang saluran Grit Chamber, m
Q = 4,917 a1/2 b
3
ah
Dimana; Q : debit aliran melalui proporsional weir, ft3/detik
II TABEL 2.3. KRITERIA DISAIN GRITCHAMBERAIR BERSIH
Parameter Sumber (referensi)
Kawamura Montgomery
Diamater padat minimal yg disisihkan 0,1 mm 0,1 mm
Jumlah bak minimum 2 2
Kedalaman
air dengan pembersih otomatis 3 4 m 3 4 m
tanpa pembersih otomatis 3,5 5 m 3,5 5 m
Rasio P : L
4 : 1 8 :
1 3 : 1 8 : 1
Rasio P : H min 6 : 1 10 : 1
vh (m/detik)
0,05
0,08 0,05
td (menit) 6 15 10 20
Surface louding (m3/m2.jam) 10 25 8,33 16,67
k (safety factor) 1,5 2 1,5 2
kontrol
vo/H >
vh/PSlope dasar grit chamber 1 : 100 1 : 100
-
7/23/2019 Buku Ajar PBPAM
18/101
Buku ajar PBPAM
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum
BAB III
KOAGULASI DAN FLOKULASI
Koagulasi
Pengertian koagulasi adalah penambahan dan pengadukan cepat (flash mixing)
koagulan yang bertujuan untuk mendestabilisasi partikel-partikel koloid dan
suspended solid (Reynolds, 1982). Sedangkan menurut Kawamura (2001)
koagulasi didefinisikan sebagai proses destabilisasi muatan koloid dan padatan
tersuspensi termasuk bakteri dan virus, dengan suatu koagulan. Pengadukan
cepat (flash mixing) merupakan bagian integral dari proses koagulasi. Tujuan
pengadukan cepat adalah untuk mempercepat dan menyeragamkan penyebaran
zat kimia melalui air yang diolah. Pengadukan cepat yang efektif sangat penting
ketika menggunakan koagulan logam seperti alum dan ferric chloride, karena
proses hidrolisisnya terjadi dalam hitungan detik dan selanjutnya terjadi
adsorpsi partikel koloid. Waktu yang dibutuhkan untuk zat kimia lain seperti
polimer (polyelectrolites), chlorine, zat kimia alkali, ozone, dan potasium
permanganat, tidak optimal karena tidak mengalami reaksi hidrolisis
(Kawamura, 1991).
Menurut Kawamura (1991), keefektifan pengadukan cepat dipengaruhi :
Tipe koagulan yang digunakan
Jumlah zat kimia yang diberikan dan karakteristiknya masing-masing
Kondisi lokal, misalnya kondisi daerah, temperatur, kelayakan suplai energi dan
sebagainya
Karakteristik air baku
Tipe pengaduk zat kimia
Kehilangan tekanan (headloss) yang tersedia untuk pengadukan cepat
Variasi aliran pada instalasi
Jenis proses selanjutnya
Biaya
Dan lain-lain.
Kawamura (1991) menyebutkan bahwa pemilihan koagulan sangat penting
untuk menentukan desain kriteria pengadukan cepat dan untuk proses
-
7/23/2019 Buku Ajar PBPAM
19/101
Buku ajar PBPAM
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum
flokulasi dan sedimentasi agar berjalan efektif. Koagulan yang sering
digunakan adalah koagulan garam logam seperti : alumunium sulfat, ferric
chloride, dan ferric sulfate. Polimer buatan seperti polydiallyl dimethyl
ammonium (PDADMA) dan polimer kation alam seperti chitosan (terbuat dari
kulit udang) juga dapat digunakan. Perbedaan antara koagulan logam dengan
polimer kation adalah pada reaksi hidrolisnya dengan air. Garam logam
mengalami hidrolisis ketika dimasukkan ke dalam air sedangkan polimer tidak.
Reaksi hidrolisis ini menghasilkan hydroxocomplex seperti
23
32
3
62 ,)(,)( AlOHOHFeHAl dan2
)(OHFe .
Selain koagulan, biasanya dalam pengolahan air bersih ada penambahan zat
kimia yang dibubuhkan dalam pencampuran cepat. Zat kimia yang sering
digunakan adalah alum, polimer kationik, potasium permanganat, chlorine,
powerded activated carbon (PAC), amonia, kapur soda, serta anionic dan
nonionic polymers. Pemilihan zat kimia yang tepat sangat penting khususnya
pada air baku yang tidak memiliki alkalinitas yang cukup (Kawamura, 1991).
Jenis koagulan yang sering dipakai (Reynolds, 1982) adalah :
Alumunium Sulfat (Alum)
Alum [Al2(SO4)3.18H2O] adalah salah satu koagulan yang umum digunakan
karena harganya murah dan mudah didapat. Alkalinitas yang ada di dalam air
bereaksi dengan alumunium sulfat (alum) menghasilkan alumunium hidroksida
sesuai dengan persamaan :
Al2(SO4)3.14H2O + 3Ca(HCO3)2 3CaSO4 + 2Al(OH)3 + 6CO2 + 14 H2O
Bila air tidak mengandung alkalinitas untuk bereaksi dengan alum, maka
alkalinitas perlu ditambah. Biasanya alkalinitas dalam bentuk ion hidroksida yaitu
berupa kalsium hidroksida (Ca(OH)2) dengan reaksi :
Al2(SO4)3.14H2O + 3Ca(OH)2 2Al(OH)3 + 3CaSO4 + 14 H2O
-
7/23/2019 Buku Ajar PBPAM
20/101
Buku ajar PBPAM
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum
Alkalinitas bisa juga ditambahkan dalam bentuk ion karbonat dengan
penambahan natrium karbonat. Kebanyakan perairan memiliki alkalinitas yang
cukup sehingga tidak ada penambahan zat kimia selain alumunium sulfat. Nilai pH
optimum untuk alum sekitar 4,5 8,0.
Ferrous Sulfate (FeSO4)
Ferrous sulfate membutuhkan alkalinitas dalam bentuk ion hidroksida agar
menghasilkan reaksi yang cepat. Senyawa Ca(OH)2 biasanya ditambahan untuk
meningkatkan pH sampai titik tertentu dimana ion Fe2+ diendapkan sebagai
Fe(OH)3. Reaksinya adalah :
2FeSO4. 7H2O + 2Ca(OH)2 + O2 2Fe(OH)3 + 2CaSO4 + 13 H2O
Agar reaksi di atas terjadi, pH harus dinaikkan hingga 9,5. Selain itu, ferrous
sulfate digunakan dengan mereaksikannya dengan klorin dengan reaksi :
3FeSO4.7H2O + 1,5Cl2 Fe2(SO4)3 + FeCl3 + 21H2O
Reaksi ini terjadi pada pH rendah sekitar 4,0.
Ferric Sulfate dan Ferric Chloride
Reaksi sederhana ferric sulfate dengan alkalinitas bikarbonat alam membentuk
ferric hydroxide dengan reaksi :
Fe2(SO4)3 + 3Ca(HCO3)2 2Fe(OH)3 + 3CaSO4 + 6CO2
Sedangkan reaksi ferric chloride dengan alkalinitas bikarbonat alami yaitu :
2FeCl3 + 3Ca(HCO3)2 2Fe(OH)3 + 3CaSO4 + 6CO2
Apabila alkalinitas alami tidak cukup untuk reaksi, Ca(OH)2 ditambahkan untuk
membentuk hidroksida. Reaksinya adalah :
2FeCl3 + 3Ca(OH)2 2Fe(OH)3 + 3CaCl2
-
7/23/2019 Buku Ajar PBPAM
21/101
Buku ajar PBPAM
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum
Menurut Kawamura (1991), pengadukan cepat bisa dilakukan dengan sistem difusi
secara hidrolis, mekanis maupun dengan pompa. Tipe pengadukan cepat yang
umum digunakan, berdasarkan keefektifan, kemudahan pemeliharaan serta biaya,
urutan pilihannya adalah sebagai berikut :
Diffusion mixing dengan water jet bertekanan (Gambar 3.1)
Keuntungan dari sistem ini adalah bahwa air baku tanpa penambahan zat kimia
atau sudah mengalami destabilisai sebagian bisa digunakan dalam sistem injeksi
zat kimia. Valve yang dipasang pada pompa bisa digunakan untuk mengontrol
kecepatan pemompaan dan variasi energi input untuk aliran yang bervariasi dan
berjenis-jenis zat kimia koagulasi. Sistem ini mempunyai durasi pengadukan
sekitar 0,5 detik dan nilai G sekitar 1000 detik-1 (AWWA, 1997).
Sumber : Montgomery, 1985
Gambar 3.1. Jet Injection Sistem Pengadukan Cepat
In-line static mixing (Gambar 3.2.)
Pengaduk ini dikenal dengan pengaduk statis tidak bergerak. Pengaduk ini
cukup efektif dalam proses koagulasi. Kelebihan pengaduk ini adalah (1) tidak
adanya bagian yang bergerak, (2) tidak membutuhkan energi luar untukmenjadi input (masukan) ke dalam sistem, (3) lebih sedikit terjadinya
penyumbatan daripada tipe pengadukan difusi dengan pompa. Kekurangannya
adalah bahwa tingkat dan waktu pengadukannya merupakan fungsi debit aliran.
Panjang pengadukan biasanya 1,5 2,5 diameter pipa. Dalam penerapannya,
maksimum headloss yang melintasi unit koagulasi adalah 0,6 m. Desain instalasi
-
7/23/2019 Buku Ajar PBPAM
22/101
Buku ajar PBPAM
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum
pegolahannya harus mempunyai screen pada intake di bagian hulu dari
pengaduk statis sehingga sampah-sampah besar tidak merusak pengaduk statis
(Kawamura, 1991).
Sumber
: Montgomery, 1985
Gambar 3.2. In-line Static Mixer
Nilai G dirumuskan sebagai berikut :
5.0
.
!
V
PG
Q
Untuk pengadukan cepat dengan static mixer besarnya P dapat diperoleh
melalui persamaan (Kawamura, 1991) :
QwhP !
ND
SQNh
!
4
1,02)1(009,0 Q
Dimana :
P = energi pengadukan, (Watt = N.m/s)
Q = viskositas absolut air (N.s/m2) = 1,336.10-3 N.s/m2 pada 10 CV = volume zone pengadukan (m3)
Q = debit aliran (m3/s)
w = berat air = 1000,15615 kg/m3
h = tekanan jatuh (m)
-
7/23/2019 Buku Ajar PBPAM
23/101
Buku ajar PBPAM
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum
S = specific gravity = 1,00
N = jumlah elemen pengadukan
Mechanical mixing (Gambar 3.3)
Pengaduk mekanis secara umum merupakan tipe pengaduk paddle atau
propeller. Lebih dari satu set blade propeller atau paddle tersedia pada sebuah
shaft. Pengaduk mekanis sering dirancang dengan penggerak shaft vertikal
dengan sebuah penurun kecepatan dan motor elektrik. Nilai desain untuk
kebanyakan sistem pengaduk cepat secara mekanis yaitu waktu detensi 10 60
detik dan nilai G sebesar 600 1000 detik-1 (AWWA, 1997).
Menurut Reynolds, 1982:
Gradien kecepatan : G2 = RQ.
P
Menurut Fair & Geyer, 1986:
Daya pengadukan yang dibutuhkan
- Untuk single blade :
P = 5.74 x 10-4. Cd . V . (1 K )3 n3 r3 A- Untuk multiple blade :
P = 1.44 x 10-4 CD . V . (1 K )3 n3 b (r4 - r04 )
Cd = Koefisien Drag , harganya ditentukan sbb :Tabel 3.1. Harga Koefisien Drag
No Panjang : Lebar Cd
1 5 1,2
2 20 1,5
3 g 1,9
Sumber: Reynolds, 1982
Keterangan : P : Daya pompa (watt) n : jumlah putaran permenit (rpm)
Q : viskositas dinamis (Ns/m2) r : jari -jari blade/impeller (m)
v : volume (m3) A : luas blade/impeller (m2)
Cd: koefisien drag b : lebar blade/impeler (m)
V : berat jenis air (kg/m3) td : waktu tinggal (jam)
G : gradien kecepatan (1/dt)
k : ratio kecepatan fluida terhadap kecepatan blade/impeller
-
7/23/2019 Buku Ajar PBPAM
24/101
Buku ajar PBPAM
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum
Sumber :
Montgomery, 1985
Gambar 3.3. Mechanical Mixer
In-line mechanical mixing (Gambar 3.4)
Tipe pengaduk ini menghasilkan pengadukan cepat yang lebih efisien walaupunletaknya tetap. Keuntungan menggunakan tipe ini adalah bisa mencapai
dispersi atau penyebaran zat kimia yang cepat. Pengaduk ini beroperasi pada
watu detensi yang pendek (kurang dari satu detik) dan pada nilai G yang tinggi.
Namun, hal tersebut menjadi pertimbangan penting karena menjadi kelemahan
alat ini dalam air yang membutuhkan waktu reaksi yang lebih lama dan lebih
dari satu zat kimia untuk pembentukan flok (AWWA, 1997).
Sumber : Montgomery, 1985
Gambar 3.4. In-line Mechanical Mixer
Hydraulic mixing dengan terjunan (Gambar3.5)
-
7/23/2019 Buku Ajar PBPAM
25/101
Buku ajar PBPAM
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum
Pengadukan hidrolis dapat dilakukan dengan men ggunakan V-notch, saluran
air, orifice, aliran turbulen sederhana yang disebabkan oleh kecepatan dalam
pipa, fitting atau saluran. Total headloss untuk pengadukan zat kimia koagulan
tidak lebih dari 3,2 m. Energi dari suatu terjunan efektif setinggi 30 cm
menyediakan nilai G sebesar 1000 s-1 pada suhu 20 C (AWWA, 1997).
Gradien kecepatan (G) : 400-1000 /dt
Waktu detensi (td) : 60 detik (untuk kekeruhan tinggi)
G x td : 20.000 30.000
21
.
.
-
!
td
hgG
Y (2-11)dimana, G =gradien kecepatan (1/detik)
g =percepatan gravitasi (m/s2)
h =tinggi terjunan
Y =viskositas kinematis
Gambar 3.5. Koagulasi Tipe Terjunan
Diffusion dengan pipe grid (Gambar 3.6)
Tipe pengadukan cepat ini tergantung pada turbulensi yang diciptakan oleh
pipa grid. Koagulan atau zat kimia lainnya ditambahkan ke dalam aliran melaui
injeksi orifice di dalam grid. Masalah yang umum terjadi adalah tersumbatnya
orifice setelah beberapa bulan hingga satu tahun instalasi beroperasi. Di bawah
kondisi normal, pengaduk ini tidak direkomendasikan (Kawamura, 1991).
-
7/23/2019 Buku Ajar PBPAM
26/101
Buku ajar PBPAM
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum
Sumber : Montgomery, 1985
Gambar 3.6. Diffusion Flash Mixer
Salah satu jenis pengadukan cepat tipe hidrolis adalah pengadukan dalam pipa.
Panjang pipa yang diperlukan untuk pengadukan cepat berdasarkan kecepatan
aliran dan waktu pencampuran, dengan rumus perhitungan sebagai berikut
(Darmasetiawan, 2001) :
vLtd!
2G
vHfg
Y!
AQV /!
Dimana :
L = panjang pipa (m)
V = kecepatan aliran dalam pipa (m/detik)
= 2.5 4 m/detik
Q = kapasitas pengolahan (m3/detik)
td = waktu pencampuran (detik)
A = luas penampang pipa (m)
= T D2
-
7/23/2019 Buku Ajar PBPAM
27/101
Buku ajar PBPAM
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum
G = gradien kecepatan (/dt)
Y = viskositas kinematik (1,306x10-6 m/s pada suhu 10oC)
Gradient kecepatan 350-1700 /dt /detik. Dengan rumus sebagai berikut :
!
td
HfgG
Y0.5
Dimana :
G = gradient kecepatan (per detik)
g = percepatan gravitasi (9,81 m/det2)
Hf = kehilangan tinggi tekanan sepanjang aliran (m)
td = waktu pencampuran
Y = viskositas kinematis ( 1,306 x 10-6 m2/det pada temperatur 10 C)
Peavy (1985) menjelaskan bahwa parameter desain untuk pengadukan cepat
adalah waktu pengadukan (t) dan gradien kecepatan (G). Untuk mendapatkan
flok yang baik dilakukan pengadukan yang bertahap dan gradien kecepatannya
makin lama makin menurun.
Tabel 3.2. Kriteria Desain Unit Koagulasi
NoKeterang
an
Uni
t
Kawamur
a1
Al-
Layla2
Reynold
s3
Darmaset
iawan4Peavy5
Montgome
ry6
1G dtk
-1300
700 -
1000700 - 1000
600 -
10001000
2 Td dtk 10 - 30 30 - 60 20 - 60 20 - 40 10 - 60
3G x Td
300 - 160020000 -
30.0001000 - 2000
4 pH alumopt.
4 4,5 - 8,0 5,0 - 7,5
Sumber : 1.Kawamura, 1991; 2.Al-Layla, 1980; 3.Reynolds, 1982;
4.Darmasetiawan, 2001; 5.Peavy, 1985;
6. Montgomery, 1985
-
7/23/2019 Buku Ajar PBPAM
28/101
Buku ajar PBPAM
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum
Pengadukan cepat dengan in-line static mixer mempunyai kriteria desain
tersendiri yaitu (Kawamura, 1991) :
G x t = 350 1700 (rata-rata 1000)
t = 1 5 detik
3.2. Flokulasi
Menurut kawamura (1991), flokulasi merupakan pengadukan lambat yang
mengiringi dispersi koagulan secara cepat melalui pengadukan cepat. Tujuannya
adalah mempercepat tumbukan yang menyebabkan terjadinya gumpalan
partikel koloid yang tidak stabil sehingga dapat diendapkan. Istilah koagulasi -
flokulasi kadang-kadang digunakan secara bergantian dalam beberapa literatur.
Namun penggumpalan partikel ini pada prinsipnya terjadi dalam dua tahap
proses.
Pemilihan proses flokulasi seharusnya berdasarkan kriteria di bawah ini
(Montgomery, 1985) :
Tipe proses pengolahan, misalnya konvensional, filtrasi langsung, softening atau
sludge conditioning.
Kualitas air baku, misalnya kekeruhan, warna, partikel tersuspensi dan
temperatur.
Tipe koagulan yang digunakan.
Kondisi lokal, seperti ketersediaan petugas lapangan.
Proses flokulasi bisa dilakukan melalui pengadukan mekanis maupun dengan
baffle (Kawamura, 1991) :
Pengadukan secara mekanis
Vertical shaft dengan turbin atau blade tipe propeler.
Tipe paddle dengan horizontal atau vertical shaft.
Baffled channels
Horizontal baffled channel
Vertically baffled channel
Montgomery (1985) menjelaskan bahwa tipe flokulator yang umum digunakan
adalah pengaduk mekanis. Flokulator dengan paddle digunakan untuk energi
-
7/23/2019 Buku Ajar PBPAM
29/101
Buku ajar PBPAM
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum
pengadukan rendah hingga sedang. Sedangkan flokulator dengan propeler atau
turbin digunakan untuk energi pengadukan sedang hingga besar.
Pengadukan di dalam flokulator direkomendasikan dengan menggunakan
pengaduk paddle shaft vertikal karena dapat menghasilkan energi yang
bervariasi terhadap zona-zona flokulasi. Sedangkan bak flokulasi yang
disarankan adalah rektangular karena dapat menghasilkan pengadukan yang
sempurna (AWWA, 1997).
Parameter desain untuk flokulasi adalah G x t (tanpa satuan). Nilai G x t yang
umum digunakan berkisar antara 104 sampai 105. Nilai G yang besar dengan
waktu yang singkat cenderung menghasilkan flok padat yang kecil, sedangkan
nilai G yang rendah dan waktu yang lama menghasilkan flok yang ringan dan
lebih besar (Peavy, 1985).
Menurut Kawamura (1991), nilai gradien kecepatan masing-masing tipe
flokulasi dapat ditentukan sebagai berikut :
Baffle Channel
Persamaan yang digunakan:
21
.
.
!
td
hgG
Y g
vKh
L2
2
!
dengan: G = gradien kecepatan (1/dtk)
g = percepatan gravitasi (9,81 m/dtk2)
h = headloss total (m)
= viskositas kinematik air (m2/dtk)
td = waktu dsetensi (dtk)
hL = headloss per belokan (m)
K = 1,5
v = kecepatan aliran air (m/dtk)
(Kawamura, 1991)
-
7/23/2019 Buku Ajar PBPAM
30/101
Buku ajar PBPAM
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum
Sumber : AWWA, 1997
Gambar 3.7 Baffled Channels
2. Pengaduk mekanis dengan paddle
5.03
2
!
V
AvCG D
R
Dimana :
CD = koefisien drag yang tergantung pada bentuk paddle dan kondisi aliran
(nilainya 1,8)
A = luas daerah paddle (m2)
= viskositas kinematik fluida (m2/s) = 1,306.10-6 m2/s pada 10 C
V = volume tangki flokulasi (m3)
v = kecepatan aliran (m/s)
-
7/23/2019 Buku Ajar PBPAM
31/101
Buku ajar PBPAM
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum
Sumber : Kawamura, 1991
Gambar 3.8 Horizontal Shaft Flocculator3. Pengadukan melalui plat berlubang, pengadukan ini memanfaatkan kontraksi pada waktu airmelalui lubang.
Detail plat
Gambar 3.9. Flokulator Melalui Media Berlubang
Parameter desain untuk flokulasi adalah G x t (tanpa satuan). Nilai G x t yang
umum digunakan berkisar antara 104 sampai 105. Nilai G yang besar dengan
waktu yang singkat cenderung menghasilkan flok padat yang kecil, sedangkan
nilai G yang rendah dan waktu yang lama menghasilkan flok yang ringan dan
lebih besar (Peavy, 1985).
Diffuse
-
7/23/2019 Buku Ajar PBPAM
32/101
Buku ajar PBPAM
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum
Menurut Darmasetiawan (2001) pada model flokulator dengan plat berlubang kehilangan tekanan dan
dapat dihitung dengan persamaan :
22
2
)4/(2
.
DNg
QKHf
T!
Sedangkan untuk menghitung nilai G dicari dengan rumus :5.0
3
2
81
-
NLA
KQ
DG
YT
Keterangan :
Hf = kehilangan tekanan (m)
K = koefisien kontraksi (2 - 4)
Q = debit (m3/dt)
N = jumlah lubang / diffuserY = viskositas kinematik (1.306 x 10-6 m/s2 pada suhu 10 oC)D = diameter lubang (m)
A = luas plat (m2)
L = jarak antar plat (m)
Tabel 3.3. Kriteria Desain Flokulator Mekanis (Horizontal Shaft dengan Paddle)
NoKeterang
anUnit
Kawamur
a1
Al-
Layla2
Reynold
s3
Darmaset
iawan4
Peavy
5
Montgomer
y6
1G dtk-
160 - 10 10 - 75 80 - 20 70 - 20 > 50
2 Td mnt 30 - 40 10 - 90 10 - 20 10 - 30 15 - 20
3G x Td
104- 105 104- 105104-
105
4Dalam
bak4,8
5Kec.
maksm/s 1,0
0,15
1,00,1 - 1,0 1
6 Luas
paddle 5 - 20 %
area bak
15 - 20
% area
bak
15 - 20
%
area
bak
20 %
area bak
Sumber : 1.Kawamura, 1991; 2.Al-Layla, 1980; 3.Reynolds, 1982;
4.Darmasetiawan, 2001; 5.Peavy, 1985; 6. Montgomery, 1985
Contoh perhitungan :
-
7/23/2019 Buku Ajar PBPAM
33/101
Buku ajar PBPAM
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum
Contoh 1
Koagulasi
Aliran air = 0,05 m3/s
Diameter pipa = 8 inchi = 0,2032 m
Panjang pengadukan (L) = 2,5 X 0,2032 m 0,5 mV = D2.L = (0,2032)2.(0,5)m = 0,016 m3
Dengan persamaan 2.12
mxh 013,02)2032,0(
)10.336,1)(1()05,0)(12(009,04
1,032
!
!
Dengan persamaan 2.11, sNmxxP /66,0)013,0()15615,1000()05,0( !!
Dengan persamaan 2.10
5.0
.
!
V
PGQ
=
15,0
37,175
016,010.336,1
66,0
!
dtkx
(tidak memenuhi)
Dengan waktu detensi (t) = 2 detik maka nilai G x t = 175,7 x 2
= 351,4(memenuhi)
Perhitungan kebutuhan PAC (Poly Aluminium Chloride)
Pembubuhan PAC untuk 1 (satu) line = 150 ppm = 150 mg/L
Pembubuhan PAC untuk 2 (dua) line = 300 ppm = 300 mg/L
Debit yang diolah untuk 2 (dua) line = (180+180) m3/jam = 360 m3/jam
= 360.103 L/jam
Kebutuhan PAC = 360.103 L/jam x 300 mg/L = 1,08.108 mg/jam
= 1,08.108 mg/jam x 10-6 kg/mg x 24 jam/hari
= 2592 kg/hari
Perhitungan kebutuhan NaOCl (Sodium Hypochloride)
Debit yang diolah dalam 1 (satu) line = 50 L/s
DPC (daya pengikat Chlor) = 1,2 mg/L
Sisa Chlor = 0,4 mg/L
Jadi, dosis chlor = (1,2 + 0,4) mg/L
NaOCl mengandung 17,5 % chlor, sehingga dosis NaOCl adalah
=
ppmLmgLmgLmgx 10/10/14,9/6,15,17
100$$!
NaOCl yang dibutuhkan 1 (satu) line = 50 L/s x 9,14 mg/L = 457 mg/L
= 457 mg/L x 10-6 kg/mg x 3600 s/jam
-
7/23/2019 Buku Ajar PBPAM
34/101
Buku ajar PBPAM
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum
= 1,6452 kg/jam = 39,4848 kg/hari
39,5 kg/hari
Flokulator
Kapasitas Instalasi = 50 L/s = 0,05 m3/s
Viskositas kinematis () = 1,306.10-6 m2/s pada suhu 10C
Percepatan gravitasi = 9,81 m/s2
Dimensi
Diameter flokulator = 4,8 m
Tinggi air existing = 3,6 m
Volume tangki berdasarkan tinggi air :
= D2 x t = x (3,14) x (4,8)2 x 3,6= 65,11 m3
Waktu detensi (td) = Q
Volume
= det/05,0
11,653
3
m
m
= 1302,2 detik = 21,70 menit(memenuhi)
Luas lintasan paddle = 20 % luas bak = 20 % x D2
= 20 % x (3,14) (4,8)2 = 3,62 m2
Gradien kecepatan (G) dengan kecepatan aliran 0,5 m/s (Persamaan 2.14)
5.03
2
!
VAvCD
R=
)11,65)(10.306,1(2)5,0).(62,3.(8,1
6
3
= 69,20 /detik(memenuhi)
G x td = 69,20 /detik x 1302,2 detik
= 90.112,24(memenuhi)
Contoh 2
Kriteria desain terpilih
Pengadukan dengan cara mekanis
Waktu detensi (td) : 60 dtkGradien kecepatan (G) : 1000 1/dtk
Kedalaman bak (H) : 1,25 x lebar bak
Diameter impeler (D) : 50% x lebar bak
Jarak impeler dari dasar : 1 x diameter impeler
Jumlah putaran (N) : 10 150 rpm
Jumlah bak pengaduk : 2 bak
Viskositas absolut air () : 0,890 x 10-3 kg/m.dtk
-
7/23/2019 Buku Ajar PBPAM
35/101
Buku ajar PBPAM
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum
Massa jenis air () : 997 kg/m3
Perhitungan
Debit tiap bak (Q),
dtkmQ
QQ
/125,02
25,0'
2
'
3!!
!
Volume bak (V),
35,7
60125,0
mV
V
tdQV
!
v!
v!
Dimensi bak,
Panjang (p) = 2 m
Lebar (l) = 2 m
Kedalaman (H) = 2 m
Daya pengadukan (P),
21
!
V
PG
Q
wattP
P
VGP
6675
5,710890,0100032
2
!
v!
!
Q
Diameter impeler (Di),
Di = 50% x 2
= 1 mJari-jari impeler (r),
mDi
r 5,02
!!
Jarak impeler dari dasar (H),
H = Di= 1 m
Jumlah putaran (N),
Untuk koagulasi pengaduk yang digunakan adalah blade menerus, dengan demikian ri
= 0 dan blade ada di kedua sisi batang pengaduk, maka:
? A ? A
rpmN
N
kN
rrkNbCdPio
36,148
1004,26675
5,013,09978,11044,16675
11044,1
33
434
4434
!
v!
v!
v!
V
\Bak koagulan
Kriteria desain terpilih
Koagulan yang digunakan : Aluminium sulfat (Al3(SO4)3.14H2O)
Kadar alum aktif : 49 %
-
7/23/2019 Buku Ajar PBPAM
36/101
Buku ajar PBPAM
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum
Massa jenis () :134 gr/100 ml (1,34 kg/l)
Konsentrasi larutan alum : 5 %
Dosis alum maksimum (Cal) : 40 mg/l
Jumlah bak koagulan : 2 bak
Waktu pencampuran (tc) : 8 jamPerhitungan
Kebutuhan alum (M),
harikgM
dtkmgM
M
QCM al
/27,1763
/16,20408
4025049
100
49
100
!
!
!
!
Debit koagulan (Q),
jamlharilQ
Q
M
Q
/83,54/87,1315'
34,1
27,1763'
'
!!
!
!
Volume alum yang dibutuhkan selama pencampuran (Val),
Val = Q x tc= 54,83 x 8 = 438,64 l
Volume larutan (Vlar),
377,88,8772
64,4385
100
mlV
V
lar
lar
!!
v!
Dimensi bak pembubuh
Panjang (p) = 2 m
Lebar (l) = 2 m
Kedalaman (H) = 2,4 m
Sistem pembubuhan koagulan
Sistem pembubuhan koagulan dilakukan dengan menggunakan pompa pembubuh
(dosing pump). Dosing pump menyedot koagulan pada bak koagulan di ruang
pembubuh kemudian menginjeksikannya ke pipa header sebelum masuk ke unit
koagulasi.
Debit koagulan (Q) = 54,83 l/jam
mntmljaml
/83,91360
1000/83,54!
v
strokemlmntstroke
mntml/62,9
/95
/83,913!
Berdasarkan perhitungan debit koagulan yang dibutuhkan dan besarnya volume per
stroke dapat ditentukan jenis dosing pump yang digunakan serta setting panjang
-
7/23/2019 Buku Ajar PBPAM
37/101
Buku ajar PBPAM
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum
strokenya dengan menggunakan grafik. Dari grafik didapat jenis dosing pump DM2-
48 dengan tekanan 5 bar yang disetting pada angka 10.
Flokulasi
Kriteria desain terpilihPengadukan dengan cara hidrolis (baffle channel vertikal)
Jumlah bak : 2 bakJarak antar baffle minimum : 0,75 m
Kedalaman (H) : 4 mJumlah channel (n) : 6 buah
Jumlah belokan (n-1) : 5 buahHeadloss (hL) : 1 2 ft (0,3 0,6 m)
Gradien kecepatan (G) : 20 70 1/dtk
Waktu detensi minimum (td) : 20 menit (1200 dtk)
Kecepatan aliran (v) : 0,1 0,4 m/dtk
Viskositas kinematik air ( ) : 0,893 x 10-6 m2/dtk
K : 1,5Perhitungan
Volume bak (V),
31501200125,0 mV
tdQV
!v!
v!
Kedalaman bak dibuat 4 m dan lebar bak dibuat 3 m, maka panjang bak (p),
mp
Hlp
A
Vp
5,1243
150
)(
150
!v
!
v!
!
Headloss per channel (h),
21
.
.
!
td
hgG
Y
g
tdGh
.2Y!
Tahap I (h1),
G = 70Td = 200 dtk
mh
gtdGh
089,081,9
20010893,070
.
62
2
!v
!
!
Y
Tahap II (h2),G = 60
Td = 200 dtk
-
7/23/2019 Buku Ajar PBPAM
38/101
Buku ajar PBPAM
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum
mh
g
tdGh
066,0
81,9
20010893,060
.
62
2
!v
!
!
Y
Tahap III (h3),
G = 50
Td = 200 dtk
mh
g
tdGh
046,081,9
20010893,050
.
62
2
!v
!
!
Y
Tahap IV (h4),
G = 40Td = 200 dtk
mh
g
tdGh
029,081,9
20010893,040
.
62
2
!v
!
!
Y
Tahap V (h5),G = 30
Td = 200 dtk
mh
g
tdGh
016,081,9
20010893,030
.
62
2
!v!
!
Y
Tahap VI (h6),
G = 20Td = 200 dtk
mh
g
tdGh
007,081,9
20010893,020
.
62
2
!v
!
!
Y
Jadi headloss channel total (hchannel),
hchannel = h = 0,253 m
Luas bukaan (A),
A = 0,7 x 0,5
= 0,35 m2
Kecepatan aliran (v),
v = Q/A
= 0,125/0,35
= 0,36 m/dtk
-
7/23/2019 Buku Ajar PBPAM
39/101
Buku ajar PBPAM
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum
Headloss per belokan (hL),
mh
g
vKh
L
L
3
2
2
109,981,92
36,05,1
2
v!!
!
Terdapat lima (5) buah belokan, maka :
hL = 5 x hL
= 0,05 m
-
7/23/2019 Buku Ajar PBPAM
40/101
Buku ajar PBPAM
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum
BAB IV
SEDIMENTASI
Menurut Reynolds (1982), sedimentasi adalah pemisahan zat padat - cair yang
memanfaatkan pengendapan secara gravitasi untuk menyisihkan padatan tersuspensi.Reynolds juga mengklasifikasikan tipe pengendapan menjadi empat tipe yaitu :
Tipe pengendapan bebas (free settling); sering disebut sebagai pengendapan partikeldiskrit.
Tipe pengendapan partikel flok, yaitu pengendapan flok dalam suspensi cair. Selamapengendapan, partikel flok semakin besar ukurannya dengan kecepatan yang semakin
cepat.Tipe zone atau hinderred settling, yaitu pengendapan partikel pada konsentrasi
sedang, dimana energi partikel yang berdekatan saling memecah sehingga
menghalangi pengendapan partikel flok, partikel yang tertinggal pada posisi relatif
tetap dan mengendap pada kecepatan konstan.
Tipe compression settling; partikel bersentuhan pada konsentrasi tinggi dan
pengendapan dapat terjadi hanya karena pemadatan massa.Menurut Kawamura (1991), pertimbangan-pertimbangan penting yang secara
langsung mempengaruhi desain proses sedimentasi adalah :
Proses pengolahan secara keseluruhan.
Materi tersuspensi dalam air baku.
Kecepatan pengendapan partikel tersuspensi yang disisihkan.
Kondisi iklim lokal, misalnya temperatur.
Karakteristik air baku.
Karakteristik geologi tempat instalasi.Variasi debit pengolahan.
Aliran putaran pendek dalam bak sedimentasi.Metode penyisihan lumpur.
Biaya dan bentuk bak sedimentasi.
Proses sedimentasi didasarkan pada pengendapan partikel secara gravitasi sehinggaharus diketahui kecepatan pengendapan masing-masing partikel yang disisihkan.
Kecepatan pengendapan flok bervariasi tergantung pada beberapa parameter yaitu :
tipe koagulan yang digunakan, kondisi pengadukan selama proses flokulasi dan materi
koloid yang terkandung di dalam air baku.
Karakteristik aliran bak sedimentasi dapat diperkirakan dengan bilangan Reynolds
(Re) dan bilangan Froude (Fr) (Kawamura, 1991) :
2000Re !R
vR
5
2
10 "! gRvFr
Dimana :
v = kecepatan aliran (m/s)R = radius hidrolis (m)
= P
AR !
A = luas area yang dilewati (m2)
-
7/23/2019 Buku Ajar PBPAM
41/101
Buku ajar PBPAM
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum
P = keliling basah (m)
= viskositas kinematis (m2/s) = 1,306.10-6 m2/s pada 10 C
g = konstanta gravitasi (9,81 m/s2)
Pada dasarnya bak pengendapan yang panjang adalah yang paling baik tetapi tanpadidukung oleh faktor hidrolis lainnya seperti lamineritas dan uniformitas dari aliran
dan loading rate yang sesuai, pengendapan dapat gagal (Darmasetiawan, 2001).Parameter lain yang penting dalam menentukan keberhasilan pengendapan adalah
waktu tinggal dalam bak pengendap. Waktu tinggal atau waktu detensi secara hidrolisadalah volume bak dibagi dengan debit rencana (Kawamura, 1991) :
Q
Vtd !
Dimana :
td = waktu tinggal (detik)
V = volume kolam pengendapan (m3)
Q = debit aliran (m3/detik)
Menurut Peavy (1985), tipe bak sedimentasi dibagi atas :
Bak Empat Persegi Panjang (Long-Rectangular Basin)
Bak empat persegi panjang (Gambar 2.17) secara umum digunakan dalam instalasipengolahan yang mengolah aliran besar. Tipe bak ini secara hidrolis lebih stabil.
Biasanya desainnya, terdiridari bak-bak yang panjangnya 2 - 4 kali lebarnya dan 1020 kali kedalamannya. Untuk memungkinkan pengeluaran lumpur endapan, maka
dasar bak dibuat dengan kemiringan tertentu.Kecepatan horizontal (Vo) aliran air di dalam bak rectangular dihitung dengan
persamaan (Al-Layla, 1980) :
bh
QVo !
(m/jam)Sedangkan waktu detensinya (t) adalah
oV
l
Q
lbh
Q
Vt !!!
(jam)
dan waktu pengendapan (Vs) dihitung dengan persamaan :
o
s
s SA
Q
bl
QV !!!
(m/jam)
Dimana :
Q = debit alran air (m3/jam)
V = volume bak sedimentasi (m3)
= l x b x h
As = luas permukaan bak = b x l
-
7/23/2019 Buku Ajar PBPAM
42/101
Buku ajar PBPAM
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum
Sumber : Reynolds, 1982Gambar 4.1. Bak Pengendap Rectangular
Tabel 4.1. Kriteria Desain Bak Pengendap Rectangular
No
Keterangan Unit Kawamura1
Droste2
Rich3
Martin4
JWWA5
Layla6
Reynolds7
Fair8
12
3
456
7
8
9
10
11
12
13
14
Bebanpermukaan
Tinggi air
tdKemiringan
plate
Panjang
Lebar
P:L
L:H
Freeboard
Re
Fr
Kecepatan
Removal
efisiensi
Faktor
keamanan
M/jam
m
jam0m
m
m
m/m
nt
0.83-2.5
3-5
1.5-460-90
6:1
4:1
3:1
6:1
0.6
10-5
0.3-1.7
20-70
2.5-5
70-
75
2.4-
3
0.5-1
2-5
3:1
5:1
10-
5
4-53-4
60
105
0.6
2-5
3010
50-
70
1.8
45-60>751.5-6
2:1
0.3-0.7
90
50-
75
0-1
Sumber: 1. Kawamura, 1991; 2. Droste, 1997; 3. Rich, 1961; 4. Martin, 2001; 5. JWWA, 1978; 6. Layla, 1978; 7.
Reynolds, 1982; 8. Fair & Geyer, 1986.
Beberapa kelebihan dan kelemahan bak empat persegi panjang adalah (Montgomery,
1985):
Lebih toleransi terhadap shock loads
-
7/23/2019 Buku Ajar PBPAM
43/101
Buku ajar PBPAM
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum
Kinerja dapat diprediksi di bawah kondisi umum
Pengoperasian mudah dan rendah biaya pemeliharaan
Mudah beradaptasi terhadap modul high-rate settler
Membutuhkan desain yang cermat terhadap struktur inlet dan outlet
Biasanya membutuhkan fasilitas flokulasi yang terpisah
Bak Lingkaran (Circular basins)Bak pengendap lingkaran (Gambar 2.18) mempunyai zona dengan fungsi yang sama
dengan bak empat persegi panjang, tetapi arah alirannya sangat berbeda. Pada saataliran masuk ke tengah dan dialirkan menuju perimeter, kecepatan horizontal air
secara kontinu menurun. Kecepatan horizontal (Vo) di dalam bak sirkular dapatdihitung dengan rumus (Al-Layla, 1980) :
rH
Q
A
QV
oT
!!(m/jam)
Sedangkan waktu detensinya (td) adalah
oVr
Qhr
QVtd !!!
2
T
(jam)
dan waktu pengendapan (Vs) dihitung dengan persamaan :
o
s
sS
A
Q
r
QV !!!
2T (m/jam)Dimana :
Q = debit aliran air (m3/jam)
V = volume bak sedimentasi (m3)r = jari-jari bak sedimentasi
h = kedalaman air keseluruhan dimana partikel jatuh
A = luas rata-rata permukaan bak =rh
rh
TT
!2
2
-
7/23/2019 Buku Ajar PBPAM
44/101
Buku ajar PBPAM
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum
Sumber : Droste, 1997
Gambar 4.2. Bak Pengendap Circular
Perhitungan weir bentuk V-notch pada bak circular menggunakan persamaan-
persamaan berikut :
Panjang weir (L) = 2 r
Kec. weir loading = L
Q
Jumlah V-notch (n)
= CCr
L
/
Debit air per V-notch = n
Q
-
7/23/2019 Buku Ajar PBPAM
45/101
Buku ajar PBPAM
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum
Tinggi air di atas V-notch (Hw) =
52
2tan28
15
UgC
Q
d
Lebar V-notch pada bagian atas (w) = 2 Hw
Dimana :
r = jari jari bak sedimentasi
rC/C = jarak antar pusat V-notch (center to center)
Cd = koefisien pengaliran = 0,62
= besarnya sudut yang dibentuk V-notch
Tabel 4.2. Kriteria Desain Unit Sedimentasi Circular
N
oKeterangan Unit
Kawam
ura1
Al-
Layla2
Reynolds
3
Darmaset
iawan4
Peavy5 Montgom
ery6
1Kec. aliran
m/s < 0,32,78.10-
4
2 Diameter m 4,5 - 90 < 30
3 Tinggi bak m 3 - 5 2 - 5 1,8 - 5
4 NRe < 2000 < 500 < 2000
5 NFr > 10-5 > 10-5 > 10-5
6 Td jam 1 - 3 2 - 8 1 - 2 2 - 4
7
Kec.
pengendap
an
m/jam0,85 -
1,71,2 - 1,4 1- 2
8 Tinggi air m 3 - 5
9Kec.
horizontalm/s 2,5.10-3
2,5.10-3 -
1,5.10-2
10 Weir
loading
m2/ja
m7 25 20,4 -
37,355,8 - 11,25
Sumber : 1.Kawamura, 1991; 2.Al-Layla, 1980; 3.Reynolds, 1982; 4.Darmasetiawan,
2001; 5.Peavy, 1985; 6. Montgomery, 1985
Bak sirkular mempunyai kelebihan dan kelemahan, yaitu (Montgomery, 1985):
Mekanisme penyisihan lumpurnya lebih mudah
-
7/23/2019 Buku Ajar PBPAM
46/101
Buku ajar PBPAM
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum
Efisiensi pengendapan tinggi
Adanya masalah pada aliran sirkuit pendek
Membutuhkan operasi yang lebih hati-hati
Membutuhkan fasilitas flokulasi yang terpisah
Sedikit toleransi terhadap shock loadsPada perencanaan bak pengendap dengan aliran kontinue terdiri dari komponen-
komponen sebagai berikut :
Q Q
Zone inlet zone pengendapan zone outlet
Q Q
Zone penampungan lumpur
Gambar 2.3 Bak Pengendap
( Sumber : Darmasetiawan, 2001)
Zone inlet
Pada zone inlet air yang masuk diasumsikan langsung merata pada potongan
melintang di dalam bak pengendap, dengan tingkat kandungan SS (suspended solid)yang homogen ketidatmerataan pada zone inlet ini akan dapat menghasilkan
turbulensi sehingga dapat meruntuhkan bentukan flok yang telah terbentuk diflokulator.
Untuk menghindari ini secara umum aliran air harus mempunyai kecepatan alirantidak boleh melebihi 0.3 m/dt secara digiring secara stream line masuk ke dalam
bidang pengendapan.Zone inlet juga dapat berupa pipa lateral yang berlubang yang mengarah ke bawah,
sehingga air yang keluar dapat dibagi merata sepanjang bidang pengendapan, hal ini
banyak dilakukan pada pengendapan dengan plat miring.
Diameter lubang pada pipa inlet dihitung berdasarkan persamaan :
g
VHf o
2
2
!
Dimana :
Hf = kehilangan tekanan pada saat air keluar lubang (0.1 - 1 cm)
Vo = kecepatan air pada saat melalui lubang (m/s)Apabila debit perlubang adalah
2
4DVQ oo
T!
maka N
QQo !
Sehingga
-
!
5.0)2(
4
HfgN
QD
T
B
Vo
H Vs
-
7/23/2019 Buku Ajar PBPAM
47/101
Buku ajar PBPAM
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum
Dimana :
Q = debit air yang melalui pipa (l/s)
Qo = debit air yang melaui lubang (l/s)
D = diameter lubang (m)
Vo = kecepatan air yang melaui lubang (m/s) N = jumlah lubang
Zone pengendapanPada zone bidang pengendap flok yang sudah terbentuk diharapkan dapat mengendap.
Secara ideal bidang pengendap ini harus memenuhi asumsi bahwa aliran harus merata(mempunyai kecepatan yang sama) diseluruh potongan melintang dan kecepatan
sepanjang bidang pengendap harus sama.Jenis bidang pengendap ini meliputi :
bak pengendap dengan aliran horizontal
bak dengan plat setler aliran miring
bak pengendap dengan aliran keatas
Secara umum asumsi yang diambil dalam teori adalah sebagai berikut :
partikel yang mengendap tidak dipengaruhi oleh kecepatan alirankecepatan pengendapan flok merata di seluruh bidang pengendapan
secara ideal pula harus diasumsikan bahwa partikel flok yang sudah mengendap tidak
terangkat lagi
Unformitas dan turbulensi aliran pada bidang pengendap sangat berpengaruh. Oleh
sebab itu bilangan fraude yang menggambarkan tingkat unformitas aliran dan
turbulensi aliran yang digambarkan oleh bilangan Reynold harus memenuhi kriteria
yang telah dientukan. Pada bak pengendap yang menggunakan plate setler berlaku
rumus :
)(2 wB
wBR
!
RgVF o
r
2
!atau Rg
VFr o
.sin 2 E!
Y
RVR
o
e!
atau YE .sin
.Re
RVo!
Dimana :
Fr = bilangan Fraude Fr > 10-5Re = bilangan Reynold Re < 500
Vo = kecepatan horizontal (m/s)R = radius hidrolik (m)Y = viskositas kinematik (1,306x10-6 m/s pada suhu 10oC)w = jarak antar plat (m)
E = kemiringan plat (o)
Zone outlet
Perhitungan weir bentuk V-notch menggunakan persamaan-persamaan berikut :
q
QL !
-
7/23/2019 Buku Ajar PBPAM
48/101
Buku ajar PBPAM
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum
5v! Lnv (Qasim, 1985)
v
vn
QQ !
5
2
21
2tan22
32
!
Egd
QH v
v
(Darmasetiawan, 2001)
g
gn
QQ !
b
Qq
g
g!
3
2
g
qy
g
c !
c
g
coygb
QyH
2
22 2!
dengan: L = panjang pelimpah (m)
Q = debit total (m3/dtk)q = beban pelimpah (m3/m.hari)
nv = jumlah V-notchQv = debit tiap V-notch (m3/dtk)
Hv = tinggi air pada V-notch (m)Qg = debit tiap gutter (m3/dtk)
ng = jumlah gutteryc = kedalaman kritis/kedalaman pada jarak L m (m)
b = lebar gutter (m)Ho = kedalaman air awal pada gutter (m)
Contoh Perhitungan 1 :
Kriteria Desain
Surface loading = 2 4 m/jam
Diameter orifice = u 3 cm
Ro = 60 120 m3/m2 . hari
Kemiringan plate (E) = 45 - 60o
Jarak antar plate (wp) = 25 100 mmTebal plate (tp) = 2,5 5 mm
Panjang plate (Pp) = 1000 2500 mmlebar plate (lp) = 1000 1200 mm
NFR =u 10-5
NRE =e 500Jarak pipa inlet ke zona lumpur = 0,2 0,3 m
Jarak plate ke pipa inlet = 1 1,4 m
Jarak gutter ke plate = 0,3 0,4 m
-
7/23/2019 Buku Ajar PBPAM
49/101
Buku ajar PBPAM
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum
Tinggi plate = 1 1,2 m
Kadar lumpur = 4 - 6%
Perencanaan
Bentuk bangunan 4 persegi panjang, dengan P : L = 3 : 1Q/A = 5,56 x 10-4 m/dt
td = 1 jam = 3600 dtNRe < 500
NFr > 10-5Kedalaman bak, H = 3 m
Jarak antar plate, w = 5 cm = 0,05 mTinggi plate, h = 1 m
Sudut kemiringan plate, = 60
Tebal plate, t = 0,5 cm = 0,005 m
Y/Yo = 75 %
Faktor keamanan, good performance = 1/3
Zona Sedimentasi
Direncanakan 2 bak sedimentasi dengan debit masing-masing 0,062 m3/dt
Dimensi bak
mF
mH
mP
mLL
LA
LP
mA
dtmA
Q
3,0
2
3,18
1,635,111
3
3
5,1111056,5
062,0
/1056,5
2
2
2
4
4
!
!
!
!!
!
!
!
!
!
Kecepatan horisontal partikel
dtmdtmHL
QvH /105/
21,6
062,0 3!v
!v
!
Jari-jari hidrolis
mmHL
HLR 2,1
221,6
21,6
2!
v!
v!
Cek bilangan Reynold
memenuhitidakRv
NH
_500671910893,0
2,11056
3
Re "!
v!
v!
Y Cek bilangan Froud
-
7/23/2019 Buku Ajar PBPAM
50/101
Buku ajar PBPAM
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum
memenuhitidak
Rg
vN
H
Fr _101012,22,181,9
105 56232
!v
!
v!
Karena NRe dan NFr tidak memenuhi kriteria desain, perlu penambahan plate settler
pada bak sedimentasi. Perhitungannya adalah sbb :
Kecepatan aliran masuk plate
dtmv
vA
Q
o
o
/1037,660sin
1056,5
sin
44
!
!
! E
Dimensi plate
060
005,0
10,0
1
15,1
60sin
1
sin
!
!
!
!
!!!
E
E
mt
mw
mh
mh
l
Jumlah plate
Jarak horisontal antarplate,m
wx 115,0
60sin
10,0
sin!!!
E
Jumlah plate,buah
x
Pn 1601,159
115,0
3,18}!!!
Jari-jari hidrolis
mmw
R 05,02
10,0
2!!!
Cek bilangan Reynold
OKRvo
N 50067,3510893,0
05,01037,66
4
Re !
v!
v!
Y Cek bilangan Froud
OK
Rg
voNFr 55
242
101025,82705,081,9
1037,6
"!v
!
v!
Zona InletDimensi pipa inlet
-
7/23/2019 Buku Ajar PBPAM
51/101
Buku ajar PBPAM
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum
mD
D
D
DA
mv
QA
36,0
131,041103,0
41
103,06,0
062,0
2
2
2
2
!
!!
!
!!!
T
T
Diameter Orifice
mD
mA
dtmQ
n
mw
mPbakPpipa
or
or
or
or
or
12,0
012,06,0
107
/1076042,0
65,1
9
5,1
9
23
33
!
!
!
!!
!!
!
!!
Zona LumpurKonsentrasi effluen dan lumpur
LmgLmgturbidityCs
LmgLmgturbidityCef
/42/5,5280,080
/5,10/5,5220,080100
!v!v!
!v!v!
Berat lumpur tiap hari harikgLmgdtLCsQWs /99,2248640010/42/6286400 6 !vvv!vv! Debitlumpur kering
harimmkg
harikg
s
WsQds /087,0
/2600
/99,224 33
!!!V
Debit lumpur
harimharim
lumpur
QdsQs /9,2
03,0
/087,0 33
!!!
Volume bak lumpur
33 7,83/9,2 mhariharimtcQsV !v!v!
Dimensi ruang lumpur
-
7/23/2019 Buku Ajar PBPAM
52/101
Buku ajar PBPAM
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum
mD
mmm
mHs
HsAucutV
mL
Ls
mmP
Ps
pembuang 14,0
23,01,63,18
7,83
31ker
03,23
1,6
3
66,35
3,18
5
3
!
!
!
!
!!!
!!!
Zona Outlet
Lebar gutter (Lg) = 1,5 Ho (tinggi air dalam gutter)Q/A = vo = 5,56 x 10-4 m/dt
Jumlah pelimpah menurut rumus Huisman (1978)
171,0
/1053,1251,6
/062,0
5
33
"!
n
dtmmmn
dtm
vH
Ln
Qo
Rencana jumlah gutter, n = 2 dengan 45 V-notch
Debit tiap gutter
cfsdtmn
QQg 095,13088,35/031,0
2
062,0 3 !v!!!
Dimensi gutter
3,18
28,0
02,003,0)19,02,0(19,0)%20(
29,019,05,1
19,0612,0
5,149,2095,01
49,2
23
23
!!
!
!!
!v!
!!
v!
!
PPg
mHg
FreeboardhoHoHoHg
mmLg
mftHo
HoHocfs
HoLgQg
Debit tiap
V-notch
dtmhoQw /1012,203,036,136,1342
52
5!v!!
Jumlah V-notch
Total jumlah V-notch,
buahQwQgn 1482,146
1012,2031,0
4}!
!!
Gutter mempunyai 2 sisi pelimpah, maka tiap sisibuahn 78
2
148' !!
Dimensi V-notch
Freeboard V-notch, mmhoFw 015,003,02121 !!!
-
7/23/2019 Buku Ajar PBPAM
53/101
Buku ajar PBPAM
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum
Lebar muka air V-notch, mcmhoLw 06,0613245tan2 !!!r!
Lebar pintu V-notch, mcmFwhoLp 09,0915,13245tan2 !!!r! Jarak antar V-notch
mw
wmm
wnLpnPg
388,0
7409,0743,18
!
vv!
vv!
Jarak V-notch ke tepi,m
ww 194,0
2
388,0
2' !!!
Misal : jarak gutter ke tepi = b, maka jarak antar gutter b = 2b
mb
bm
bbLgLoutlet
38,1
429,021,6
222
!
!
!
Jarak antar gutter mmb 76,238,12 !!
Saluran Pengumpul
Fungsinya untuk mengumpulkan air dari gutter sebelum menuju bak filtrasi.
5,0
017,03,0057,0
057,0
8,1103,0
103,06,0
062,0 2
!
!!!
!
v!
v!
!!!
Psal
mFHairHsal
mHair
Hair
HairLsalAsal
mv
QAsal
Kehilangan Tekanan
Head loss pada V-notch
mhf
hf
hfgCnotchQ D
029,0
181,9215
81012,2
2tan215
8/
25
584,04
25
!
vvvv!
vvvv!
U
-
7/23/2019 Buku Ajar PBPAM
54/101
Buku ajar PBPAM
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum
bab v
Filtrasi
Menurut Reynolds (1982), filtrasi adalah pemisahan zat padat - cair yang mana zat
cair dilewatkan melalui media berpori atau material berpori lainnya untukmenyisihkan sebanyak mungkin padatan tersuspensi yang halus. Proses ini digunakan
untuk menyaring secara kimia air yang sudah terkoagulasi dan terendapkan agarmeghasilkan air minum dengan kualitas yang tinggi.
IIIPRINSIP FILTRASI :IVA.PENYARINGANMEKANIS
Proses ini terjadi pada saringan pasir lambat dan saringan pasir cepat. Media yangdipergunakan dalam filtrasi adalah pasir yang mempunyai pori-pori yang cukup kecil.
Dengan demikian partikel-partikel yang mempunyai ukuran butir lebih besar dariruang antar butir pasir media dapat tertahan. Selama proses filtrasi, ruang antar butir
pasir akan semakin diperkecil oleh partikel-partikel yang tertahan pada media filter.Pada filter ini flok-flok yang tidak terendapkan pada sedimentasi akan tertahan pada
lapisan teratas pasir membentuk lapisan penutup yang selanjutnya akan menahanpartikel-partikel yang mempunyai ukuran kecil.
V B.PENGENDAPANProses ini hanya terjadi pada saringan pasir lambat. Ruang antar butir media pasir
berfungsi sebagai bak pengendap kecil. Partikel-partikel yang mempunyai ukuran
kecil, serta koloidal-koloidal dan beberapa macam bakteri akan mengendap dalam
ruang antar butir dan melekat pada butir.
VIC.BIOLOGICALACTIONProses ini hanya terjadi pada saringan pasir lambat. Suspensi-suspensi yang terdapat
dalam air mengandung organisme-organisme seperti alga dan plankton, yangmerupakan bahan makanan bagi jenis-jenis mikro organisme tertentu. Organisme-
organisme tersebut membentuk lapisan diatas media filter yang disebut dengan
lapisan lendir. Dengan adanya lapisan ini maka mikroorganisme yang terdapat
dalam air akan tertinggal di situ, sehingga air filtrat tidak mengandung
mikroorganisme/bakteri lagi.
Proses yang terjadi selama filtrasi adalah (Darmasetiawan, 2001) :Pengayakan atau strainingFlokulasi antar butir
Sedimentasi antar butirProses mikrobiologis
Sedangkan dari bentuk bangunannya, filter dikenal dengan 2 macam :
a. Saringan dengan bangunan terbuka / secara gravitasi
-
7/23/2019 Buku Ajar PBPAM
55/101
Buku ajar PBPAM
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum
b. Saringan dengan bangunan tertutup / secara bertekanan
Sumber : Peavy, 1985
Gambar 5.1. Operasi Filter Aliran Gravitasi
Menurut Peavy (1985), dalam penjernihan air bersih dikenal dua macam saringan :
Saringan Pasir Lambat (Slow Sand Filter)
Saringan ini dibuat dari pasir halus dengan ukuran efektif sekitar 0,2 mm. Ukuran
efektif adalah ukuran ayakan yang telah meloloskan 10 % dari total butir yang ada
atau P10. Pada saringan pasir lambat proses mikrobiologis mendominasidipermukaan filter. Kehilangan tekan yang tinggi menghasilan rata-rata aliran yangsangat rendah (0,12 0,32 m/jam) sehingga membutuhkan konstruksi filter yang
sangat luas. Pencucian dilakukan secara periodik (biasanya sekali sebulan) denganmengambil media filter bagian atas setebal 3 - 5 cm untuk dicuci di luar filter.
Saringan pasir lambat membutuhkan ruang yang luas dan modal yang besar. Selain itusaringan ini tidak berfungsi baik dengan air yang kekeruhannya tinggi karena
permukaannya cepat tersumbat, dan membutuhkan pencucian yang lebih sering.
Saringan Pasir Cepat (Rapid Sand Filter)
Filter ini menggunakan dasar pasir silika dengan kedalaman 0,6 0,75 m. Ukuran
pasirnya 0,35 1,0 mm atau lebih dengan ukuran efektif 0,45 0,55 mm. Koefisien
keseragaman umumnya 1,65. Koefisien keseragaman adalah ukuran yang telah
meloloskan 60 % dibagi ukuran yang telah meloloskan 10 % dari total bahan baku
pasir atau P60/ P10.
Pencucian filter pasir cepat dilakukan dengan cara backwash; kotoran-kotoran
ataupun endapan suspensi yang tertinggal pada filter akan ikut terekspansi dan
bersama air pencuci dikeluarkan melalui gutter. Pencucian dilakukan 24 jam operasi
dengan waktu pencucian pasir terekspansi 50%. Pencucian dapat dikombinasikan
dengan nozzle. Kecepatan penyemprotan 270 lt/m2/menit, dengan tekanan antara
-
7/23/2019 Buku Ajar PBPAM
56/101
Buku ajar PBPAM
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum
0,7 - 1,1 kg/cm2. Dengan kombinasi ini, hasil pencucian filter dapat lebih bagus dan
jumlah air untuk mencuci filter dapat lebih sedikit.
Filter cepat terdiri dari filter terbuka dan filter bertekanan. Pada filter cepat titik berat
proses adalah pada proses pengayakan. Kecepatan filtrasi adalah berkisar 7 - 10 m/jam
untuk filter terbuka dan filter bertekanan dapat mencapai 15 20 m/jam. Kriteriakualitas air yang dimasukkan ke filter adalah dengan kekeruhan di bawah 5 NTU,
sehingga air baku yang di atas 5 NTU harus diolah melalui proses koagulasiflokulasi - sedimentasi (Darmasetiawan, 2001).
Filter bertekanan tertutup biasanya dalam kontainer logam dan bisa dioperasikandalam mode downflow atau upflow. Filter ini bisa terdiri satu atau banyak media dan
dibersihkan dengan backwash. Headloss maksimum dalam filter bertekanan adalah 20200 mm (Droste, 1997)
Tabel 5.1. Perbedaan Slow Sand Filter dan Rapid Sand Filter
Sumber : Al-Layla, 1980
Media filter yang umum dipakai di Indonesia adalah pasir kwarsa. Untuk
menjamin ketahanan pasir kwarsa yang dipakai disyaratkan pasir kwarsa
memenuhi kriteria kadar silika (SiO2) 96 %. Pasir dengan kualitas yang demikian
Parameter Slow Sand Filter Rapid Sand Filter
Area filter
Ukuran pasir
Tinggi air di atasfilter
Air baku
Kecepatan filtrasi
Distribusi pasir
Periode pencucian
Metode pencucian
Kehilangan
tekanan
Kedalaman media
filter
Sistem underdrain
Sangat luas
ES = 0,25 0,35 mm
UC = 2 - 3
0,9 1,6 m
Tidak cocok untuk air yang
mengandung zat organik
tinggi
0,1 0,4 m/jam
Tercampur
1-3 bulanPengerukan lap. atas 0,5 - 2,5
cm
< 1 m
1,0 1,5 m
didukung kerikil 0,3 0,5 m
Melalui pipa berlubang,cabang keluar melalui pipa
utama
Relatif kecil
ES = 0,45-0,55 mm
UC = < 1,5
0,9 1,60 m
Perlu pengolahan
pendahuluan untuk
menyisihkan kekeruhan
4 5 m/jam, ada yang 21m/jam
Kecil ke besar
24 - 48 jam
Back wash
0,2 0,5 m
Pasir 80 cm
Kerikil 38 - 60 cm
Melalui pipa berlubangkeluar melalui pipa
manifold
-
7/23/2019 Buku Ajar PBPAM
57/101
Buku ajar PBPAM
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum
banyak terdapat di Pulau Bangka sehingga disebut juga sebagai pasir Bangka
(Darmasetiawan, 2001).
Tipe-tipe media filtrasi antara lain sebagai berikut :
1. Saringan satu media, saringan dengan pasir saja atau pecahan arang.
2. Saringan dua media, saringan dengan pasir dan media lain seperti gravel
3. Saringan multi media, saringan dengan pasir, garnet, dan antrasite coal.
Sumber : Droste, 1997
Gambar 5.2. Filter Bertekanan
Jumlah Bak Filter
Persamaan yang digunakan adalah:
5,02,1 QN !
-
7/23/2019 Buku Ajar PBPAM
58/101
Buku ajar PBPAM
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum
dengan: N = jumlah bed filter
Q = debit air dalam mgd
Hidrolika Filtrasi
Kehilangan tekan melalui media berpori dengan bed bersih yang mempunyai
diameter yang relatif seragam dapat dihitung dengan persamaan Rose dengan
rumus (Reynolds, 1982):
Dp
vD
g
hfD
L1067,1
4
2
vvvv!I]
Dimana :
hL = kehilangan tekanan (m)
= faktor bentuk (sphericity) media filterCD = koefisien drag
g = percepatan gravitasi (m/s2)D = kedalaman bed (m)
Vf = kecepatan aliran (m/s) = porositas
Dp = diameter butiran (m)
NRe = bilangan Reynolds
Kofisien drag untuk NRe < 1 adalah
Re
24
NCD !
dan untuk NRe > 1 tetapi < 104 adalah
34,0324
ReRe
!NN
CD
sedangkan untuk bilangan Reynolds dapat dihitung dengan
RfvDpN
..
e
=!
Sistem underdrainMenurut Droste (1997), ada beberapa sistem underdrain, yaitu:
Gravel layer
-
7/23/2019 Buku Ajar PBPAM
59/101
Buku ajar PBPAM
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum
Underdrain blok
Strainer
Pipa lateral
Sistem yang sering digunakan adalah sistem pipa lateral karena headlossnya
rendah dan distribusinya yang merata.
Kriteria desain underdrain dalam Fair & Geyer (1968):
Rasio luas orifice : luas bed = (1,5 5) x 10-3 : 1
Rasio luas lateral : luas orifice = (2 4) : 1
Rasio luas manifold : luas lateral = (1,5 3) : 1
Diameter orifice (Do) = - in (0,6 2 cm)
Jarak antar orifice = Jarak antar lateral = 3 12 in (7,5 30 cm)
Sistem underdrain selain berfungsi sebagai outlet pada saat proses penyaringan,
juga berfungsi sebagai inlet pada saat pencucian filter. Pada saat pencucian
(backwash), sistem underdrain menyalurkan air dari reservoir yang didahului
dengan udara dari blower. Penggunaan blower adalah untuk membantu proses
backwash filter. Udara dari blower ini akan membantu mempercepat waktu
backwash, membersihkan kotoran pada pasir lebih bersih dan juga untuk
mengurangi penggunaan air bersih dari reservoir untuk kebutuhan backwash filter.
Menurut Darmasetiawan (2001), udara