Buku Ajar.2015

92
KAJIAN DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM SD Buku Ajar IDA ERMIANA,S.Pd,.M.Pd PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM 2015

description

untuk PGSD

Transcript of Buku Ajar.2015

Page 1: Buku Ajar.2015

KAJIAN DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM SD

Buku AjarIDA ERMIANA,S.Pd,.M.Pd

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASARFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM2015

Page 2: Buku Ajar.2015

Page 1 of 91

BAB I

HAKEKAT KURIKULUM

Kompetensi Akhir : Memahami tentang hakekat kurikulum

Indikator :

1. Menjelaskan definisi kurikulum2. Menyebutkan macam-macam terminologi

kurikulum3. Menyebutkan fungsi kurikulum4. Menjelaskan tujuan kurikulum

1. Definisi Kurikulum

Para ahli memberikan batasan kurikulum secara beragam, mulai

dari sekedar written curriculum atau dokumen tertulis sampai pada

implemented curriculum atau kurikulum yang dilaksanakan. Batasan-

batasan ini sangat bergantung pada pandangan dan pengalaman para ahli.

Hal itu terjadi karena mereka berangkat dari perspektif yang berbeda-beda.

Karenanya, tidak ada batasan tentang kurikulum yang mutlak benar atau

mutlak salah.

Secara etimologis, kata “kurikukum” berasal dari bahasa latin yang

kata dasarnya adalah currere. Kata ini digunakan untuk memberi nama

lapangan perlombaan lari. Karena dipakai untuk sebuah perlombaan, pada

lapangan tersebut terdapat garis “start” dan batas “finish”, untuk

menunjukkan tempat memulai dan mengakhiri perlombaan. Dalam

perkembangannya, kata ini kemudian diadopsi oleh dunia pendidikan. Di

dunia pendidikan penggunaan kata kurikulum menjadi jauh lebih populer

jika dibandingkan dengan sebelumnya.

Tyler (1949) memaknai kurikulum dengan bertolak dari empat

pertanyaan mendasar yang harus dijawab dalam mengembangkan

kurikulum. Keempat pertanyaan tersebut mencakup: (1) Apa tujuan yang

Page 3: Buku Ajar.2015

Page 2 of 91

harus dicapai oleh sekolah? (2) Pengalaman-pengalaman belajar seperti

apa yang dapat dilaksanakan guna mencapai tujuan dimaksud? (3)

Bagaimana pengalaman belajar diorganisasikan secara efektif? dan (4)

Bagaimana cara menentukan bahwa tujuan pendidikan telah dapat dicapai?

Kalau semua pertanyaan mendasar itu dapat dijawab dengan baik, di

situlah makna kurikulum yang dia maksudkan.

Menurut Oliva kurikulum adalah perangkat pendidikan yg

merupakan jawaban terhadap kebutuhan dan tantangan masyarakat.

Sedangkan Klein menyatakan kurikulum sebagai the heart of education,

pernyataan Klein ini menguatkan kurikulum sebagai salah satu komponen

yang penting dalam dunia pendidikan.

J.Gallen Saylor, William M. Alexander, dan Arthur J. Lewis

menyatakan kurikulum sebagai rencana yang menyediakan satu kesatuan

kesempatan pembelajaran untuk setiap siswa. Saylor, Alexander dan

Lewis memiliki definisi yang sejajar dengan Hilda Taba “kurikulum

adalah rencana pembelajaran”. Semua kurikulum, apapun desain

khususnya, terdiri dari elemen tertentu. Kurikulum biasanya terdiri dari

pernyataan yang memiliki tujuan tertentu dan objek spesifik. Hal ini

mengindikasikan beberapa pilihan dan organisasi isi, yang merupakan

salah satu implikasi atau dampak tertentu terhadap bentuk pembelajaran

dan pengajaran, apakah disebabkan oleh tuntutan objeknya atau karena isi

organisasinya. Kurikulum termasuk program evaluasi untuk hasil yang

dicapai. Adanya kurikulum merupakan sarana untuk mengetahui

ketercapaian kompetensi yang dibelajarkan.

Lain lagi dengan Saylor, dkk (1981). Kurikulum dilihat dari empat

pandangan, yaitu: (1) kurikulum sebagai tujuan (the curriculum as

objectives), (2) kurikulum sebagai kesempatan belajar yang terencana (The

curriculum as planned opportunities for learning), (3) kurikulum sebagai

mata pelajaran/mata kuliah (The curriculum as subjects and subject

matter), dan (4) kurikulum sebagai pengalaman (The curriculum as

experience).

Page 4: Buku Ajar.2015

Page 3 of 91

Berbagai terminologi dalam kurikulum yaitu: (1) core curriculum;

(2) hidden curriculum; (3) curriculum fondation; (4) curriculum

construction; (5) curriculum development dan (6) curriculum engineering.

Robert S. Zais (Dakir, 2001:7) mengungkapkan berbagai terminologi

dalam kurikulum sebagai berikut: curriculum foundation, curriculum

construction, curriculum development, curriculum implementation, dan

curriculum engineering. Di samping istilah-istilah dari Robert S. Zais,

masih ada terminologi yang lain yaitu: curriculum improvement-

curriculum change, curriculum theory, curriculum history, curriculum

planning dan curriculum evaluation.

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional merumuskan kurikulum sebagai seperangkat rencana dan

pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang

digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran

untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan rumusan tersebut

dapat diturunkan beberapa ciri kurikulum yang antara lain sebagai berikut.

a. Curriculum as a subject matter, yang menggambarkan kurikulum

sebagai kombinasi bahan untuk membentuk kerangka isi materi

(content) yang akan diajarkan. Dengan demikian, dalam pengertian ini

isi atau materi merupakan salah satu dari komponen kurikulum.

b. Curriculum as experience, yang menggambarkan kurikulum sebagai

seperangkat pengalaman yang direncanakan sedemikian rupa untuk

mencapai tujuan pendidikan. Pengertian kurikulum ini juga

menggambarkan pengalaman sebagai kegiatan kurikulum.

c. Curriculum as intention, yang menyatakan kurikulum sebagai suatu

rencana, mulai dari tujuan, sasaran dan juga evaluasinya. Ini berarti

kurikulum merupakan program yang terencana.

d. Curiculum as cultural reproduction, yang menyiratkan kurikulum

sebagai refleksi suatu budaya masyarakat tertentu.

e. Curriculum as currere, yang menekankan kapasitas individu untuk

berpartisipasi dan mengonsepkan kembali pengalaman hidup

Page 5: Buku Ajar.2015

Page 4 of 91

seseorang. Dalam pengertian ini, kurikulum merupakan perspektif

pengalaman dan akibat terhadap kurikulum atau intepretasi terhadap

pengalaman hidup.

2. Fungsi Kurikulum

Kurikulum sangat penting bagi pihak-pihak yang terlibat dalam

kegiatan pembelajaran di sekolah. Beberapa pihak yang dimaksud antara

lain guru, kepala sekolah, masyarakat, dan penulis buku ajar. Selain itu,

kurikulum difungsikan untuk sekolah yang bersangkutan dan sekolah di

atasnya dengan fungsi yang berbeda. Berikut ini akan dipaparkan seberapa

jauh keterlibatan mereka dalam melaksanakan kurikulum.

a. Fungsi kurikulum bagi guru

Bagi guru baru sebelum mengajar hal yang pertama harus diperoleh

dan dipahami ialah kurikulum. Lalu, kompetensi dasarnya. Setelah itu,

barulah guru mencari berbagai sumber bahan yang relevan untuk

membuat silabus pengajaran. Sesuai dengan fungsinya kurikulum

adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Karena itu, guru

semestinya mencermati tujuan pendidikan yang akan dicapai oleh

lembaga pendidikan di mana ia bekerja. Sebagai contoh fungsi

pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (UU Sisdiknas 2003,

pasal 3).

b. Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah

Bagi Kepala Sekolah yang baru, hal pertama yang dipelajari adalah

tujuan lembaga yang akan dipimpinnya. Kemudian mencari dan

mempelajari sungguh-sungguh kurikulum yang digunakan.

Selanjutnya, tugas kepala sekolah ialah melakukan supervisi

Page 6: Buku Ajar.2015

Page 5 of 91

kurikulum. Supervisi adalah semua usaha yang dilakukan supervisor

dalam bentuk pemberian bantuan, bimbingan, pengarahan motivasi,

nasihat dan pengarahan yang bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan guru dalam proses belajar mengajar yang pada gilirannya

dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Sebetulnya yang menjadi

sasaran supervisi dalam pelaksanaan kurikulum bagi kepala sekolah

adalah bagaimana guru melaksanakan kurikulum yang berlaku. Secara

khusus, sasaran supervisi kurikulum itu di antaranya sebagai berikut.

1) Bagaimana guru menyusun satuan pelajaran atau disebut dengan

silabus? (memilih bahan, metode dan media)

2) Bagaimana guru menyusun program semester berdasarkan

kurikulum?

3) Bagaimana guru melaksanakan proses pembelajaran?

4) Bagaimana guru melaksanakan evaluasi hasil belajar?

Supervisi dapat dilaksanakan dengan cara observasi, wawancara,

studi dokumentasi, dan sebagainya. Dengan cara tersebut, kepala sekolah

akan ditemukan berbagai kelemahan guru dalam melaksanakan

kurikulum. Atas dasar itu, diberikan diadakan pembinaan seperlunya,

baik yang berupa pembinaan bidang studi maupun bidang administrasi

kurikulum dengan harapan proses pembelajaran maupun produknya akan

lebih baik.

c. Fungsi kurikulum bagi masyarakat

Kurikulum adalah alat produsen dalam hal ini sekolah, sedangkan

masyarakat adalah konsumennya. Sudah barang tentu antara produsen

dan konsumen harus sejalan. Keluaran atau output kurikulum sekolah

harus dapat link and match dengan kebutuhan masyarakat. Bagaimana

fungsi kurikulum sekolah dengan harapan masyarakat? Berikut ini

berbagai jenis kurikulum sekolah dalam hubungannya dengan harapan

masyarakat.

Page 7: Buku Ajar.2015

Page 6 of 91

1) Pendidikan umum kurikulumnya mengutamakan perluasan

pengetahuan dan peningkatan keterampilan dengan pengkhususan

yang diwujudkan pada tingkattingkat akhir masa pendidikan.

2) Pendidikan kejuruan kurikulumnya mempersiapkan peserta didik

untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu di masyarakat.

3) Pendidikan keagamaan kurikulumnya menyiapkan penguasaan

pengetahuan khusus pendidikan agama yang bersangkutan dengan

harapan lulusannya dapat menjadi pembina agama yang baik di

masyarakat.

4) Pendidikan akademik kurikulumnya menyiapkan penguasaan ilmu

pengetahuan agar lulusannya dapat menjadi perintis atau pelopor

pembangunan atas dasar konsep yang tangguh.

5) Pendidikan luar biasa kurikulumnya disediakan bagi peserta didik

yang menyandang kelainan untuk disiapkan agar dapat

menyesuaikan didi dalam kehidupan masyarakat.

6) Pendidikan kedinasan kurikulumnya disiapkan oleh suatu

Departemen Pemerintah atau Lembaga Pemerintah Nondepartemen

dengan maksud untuk meningkatkan kemampuan dalam pelaksanaan

tugas kedinasan di masyarakat nantinya.

7) Pendidikan profesional kurikulumnya menyiapkan penerapan

keahlian tertentu dengan harapan lulusannya dapat bekerja secara

profesional di masyarakat.

d. Fungsi kurikulum bagi para penulis buku ajar

Penulisan buku ajar dilakukan berdasarkan kurikulum yang

berlaku. Penulis buku ajar melakukan analisis instruksional untuk

membuat dan menjabarkan berbagai pokok dan subpokok bahasan.

Setelah itu, baru menyusun program pelajaran untuk mata pelajaran

tertentu dengan dukungan berbagai sumber atau bahan yang relevan.

Sumber atau bahan yang digunakan dapat berupa bahan cetak (buku,

makalah, majalah, jurnal, koran, hasil penelitian dan sebagainya, yang

diambil dari para nara sumber, pengalaman penulis sendiri atau dari

Page 8: Buku Ajar.2015

Page 7 of 91

lingkungan). Penggunaan pelbagai sumber tersebut sebagai bahan

pelajaran perlu mempertimbangkan kriteria-kriteria sebagai berikut:

1) Bersifat pedagogis, artinya berisi hal-hal yang normatif.

2) Bersifat psikologis, artinya bahan yang ditulis sesuai dengan

kejiwaan peserta didik, yakni perhatian, minat, kebutuhan, dan

perkembangan jiwanya.

3) Bahan hendaknya disusun secara didaktis, artinya bahan yang

tertulis tersebut ditata sedemikian rupa sehingga mudah untuk

diajarkan.

4) Bahan hendaknya bersifat sosiologis, artinya bahan jangan sampai

menimbulkan kontroversial dengan keadaan masyarakat

penggunanya.

5) Bahan hendaknya bersifat yuridis, artinya bahan yang disusun

jangan sampai bertentangan dengan Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional.

6) Selaras dengan karakteristik kelas-kelas penggunanya. Bahan

untuk sekolah dasar kriterianya akan lebih ketat dari bahan untuk

sekolah menengah.

Seperti dikatakan di atas bahwa kurikulum juga difungsikan untuk

sekolah yang bersangkutan dan sekolah di atasnya. Untuk sekolah yang

bersangkutan kurikulum digunakan sebagai alat dan pedoman untuk mencapai

tujuan, yang diwujudkan sebagai program sekolah. Sedangkan untuk sekolah di

atasnya kurikulum digunakan untuk mengontrol atau memelihara

keseimbangan proses pembelajaran. Dengan kata lain, kurikulum digunakan

sebagai (1) pertimbangan membuat kurikulum di sekolahnya, dan (2) menjaga

kesinambungan. Apabila dianalogkan, fungsi dan kedudukan kurikulum

adalah:

• kendaraan sebagai kurikulum;

• sopir sebagai guru/kepala sekolah;

Page 9: Buku Ajar.2015

Page 8 of 91

• penumpang sebagai siswa;

• tempat yang dituju sebagai tujuan pendidikan;

• jarak yang dituju sebagai target;

• hambatan di jalan sebagai kendala; dan

• bengkel sebagai biro perencanaan kurikulum.

Latihan

1. Apa persamaan yang utama menurut pendapat para ahli mengenai

pengertian kurikulum?

2. Apa kesimpulan Anda mengenai kurikulum?

Page 10: Buku Ajar.2015

Page 9 of 91

BAB 2

KOMPONEN KURIKULUM

Kompetensi Akhir : Menjelaskan komponen kurikulum

Indikator :

1. Menyebutkan komponen kurikulum2. Menjabarkan bagan komponen kurikulum

Sebuah kurikulum memiliki komponen tujuan, isi, organisasi, dan strategi.

Untuk lebih jelasnya, mari kita bahas satu persatu dari komponen-komponen

dalam kurikulum tersebut.

1. Tujuan Kurikulum

Seperti dikatakan di atas bahwa kurikulum adalah suatu program yang

direncanakan untuk mencapai suatu tujuan. Dengan demikian, kurikulum dapat

dikatakan sebagai sarana pencapaian suatu tujuan pendidikan. Dalam hal ini

kurikulum ditentukan berdasarkan tujuan pendidikan, atau berdasarkan tujuan

ditentukan isi pendidikan. Tujuan yang termuat dalam kurikulum akan menjadi

salah satu penentu arah pendidikan yang akan dikembangkan.

Ada dua tujuan yang terdapat dalam sebuah kurikulum sekolah. Pertama,

tujuan yang ingin dicapai sekolah secara keseluruhan.Tujuan ini disebut tujuan

institusional atau kelembagaan. Tujuan ini meliputi aspek-aspek pengetahuan,

keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang diharapkan dimiliki oleh para lulusan

dari suatu tingkat satuan pendidikan tertentu. Tujuan ini sudah tercantum dalam

kurikulum pada setiap lembaga (sekolah).

Kedua, tujuan yang ingin dicapai oleh setiap bidang studi/mata pelajaran.

Tujuan ini merupakan hasil penjabaran dari tujuan institusional. Dalam kurikulum

1994, tujuan ini terdiri atas tujuan kurikulum atau tujuan kurikuler dan tujuan

instruksional yang terdapat pada setiap Garis-Garis Besar Program Pengajaran

(GBPP) tiap bidang studi. Tujuan ini mencakup aspek-aspek pengetahuan, sikap,

keterampilan, dan nilai-nilai yang diharapkan dimiliki anak setelah mempelajari

Page 11: Buku Ajar.2015

Page 10 of 91

suatu bidang studi dan pokok bahasan dalam proses pengajaran. Dalam kurikulum

2006, tujuan bidang studi ini terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi

dasar. Untuk lebih jelasnya, berikut ini contoh tujuan bidang studi dalam

kurikulum 2006 (Standar Isi):

Mata pelajaran: IPA

Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan sebagai berikut.

a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan

masyarakat.

d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah, dan membuat keputusan.

e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga,

dan melestarikan lingkungan alam.

f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya

sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar

untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Mata Pelajaran IPS

Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan

sebagai berikut.

a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan

lingkungannya.

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,

inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan.

Page 12: Buku Ajar.2015

Page 11 of 91

d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam

masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Pada KBK (2004) dan KTSP (2006) Standar Isi dirumuskan berdasarkan

tujuan mata pelajaran (Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran yang

dirinci menjadi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran,

sedangkan pada Kurikulum 2013 Standar Isi diturunkan dari Standar

Kompetensi Lulusan melalui Kompetensi Inti yang bebas mata pelajaran.

Rasionalitas penyempurnaan pola pikir ini dapat dilihat pada tabel dibawah

ini:

Gambar 1. Tabel Perbandingan KBK, KTSP dengan K-13

No KBK 2004 KTSP 2006 Kurikulum 20131 SKL diturunkan dari SI SKL diturunkan dari kebutuhan2 SI dirumuskan berdasarkan Tujuan

Mapel (SKL Mapel) yang dirinci menjadi Standar Kompetensi dan Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran

SI diturunkan dari SKL melalui Kompetensi Inti yang bebas mata pelajaran

3 Pemisahan antara mata pelajaran pembentuk sikap, keterampilan dan pengetahuan

Semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan dan pengetahuan

4 Kompetensi diturunkan dari mata pelajaran

Mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai

5 Mata pelajaran lepas satu dengan yang lain, seperti sekumpulan mata pelajaran terpisah

Semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti

Secara hierarki, tujuan pendidikan dapat diklasifikasikan menjadi 4

(empat) yakni: tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler,

dan tujuan pembelajaran. Tujuan pendidikan nasional menempati posisi paling

tinggi di antara tujuan-tujuan lainnya. Tujuan ini biasanya dikaitkan dengan

falsafah yang dianut dalam satu negara. Di Indonesia, misalnya, tujuan pendidikan

nasional senantiasa merujuk pada nilai-nilai yang terkandung pada falsafah

Pancasila. Dalam Undang-undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan

Nasional dinyatakan bahwa tujuan nasional pendidikan di Indonesia adalah untuk

Page 13: Buku Ajar.2015

Page 12 of 91

menciptakan manusia Indonesia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan,

kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap, mandiri, dan memiliki

rasa tanggung jawab. Sedangkan dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab.

Tujuan institusional adalah tujuan pendidikan yang harus dicapai oleh

masing-masing institusi, yakni lembaga pendidikan. Tujuan institusional SD,

misalnya, harus berbeda dengan SMP, SMA, dan seterusnya. Tujuan institusional

SMA, misalnya, antara lain diarahkan agar lulusannya dapat melanjutkan

pendidikannya ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Berbeda dengan SMA,

tujuan intitusional SMK antara lain untuk menyiapkan lulusannya masuk ke dunia

kerja bukan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi walaupun juga sangat

dimungkinkan lulusan SMK untuk melanjutkan pendidikannya ke universitas.

Tujuan kurikuler merupakan tujuan pendidikan yang harus dicapai oleh

masing-masing mata pelajaran. Misalnya tujuan kurikuler mata pelajaran

Matematika berbeda dengan tujuan kurikuler untuk mata pelajaran Bahasa

Indonesia. Selanjutnya, pada tingkat terendah terdapat tujuan pembelajaran yang

harus dicapai untuk setiap kali seorang guru melaksanakan kegiatan pembelajaran.

Dalam kurikulum 2006 (Standar Isi) tujuan ini tersajikan dalam rumusan

kompetensi. Secara lengkap tingkat pencapaian itu adalah sebagai berikut:

a. Standar nasional pendidikan yaitu kriteria minimal tentang sistem pendidikan

di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Artinya,

tujuan nasional telah dibakukan secara nasional. Badan yang mengawasinya

adalah Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), yaitu badan mandiri dan

Page 14: Buku Ajar.2015

Page 13 of 91

independen yang bertugas mengembangkan, mamantau pelaksanaan, dan

mengevaluasi standar nasional pendidikan.

b. Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang

dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan

kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus

dicapai oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

c. Kerangka dasar kurikulum adalah rambu-rambu yang ditetapkan berdasarkan

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan untuk dijadikan pedoman dalam penyusunan kurikulum tingkat

satuan pendidikan dan silabusnya pada setiap satuan pendidikan.

d. Kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah kurikulum operasional yang

disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.

e. Kompetensi adalah kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak secara

konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang

dimiliki oleh peserta didik.

f. Standar kompetensi lulusan (SKL) adalah kualifikasi kemampuan lulusan

yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan; Standar Kompetensi

Lulusan meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau seluruh

kelompok mata pelajaran.

g. Standar kompetensi kelompok mata pelajaran (SK-KMP) adalah kualifikasi

kemampuan minimal peserta didik pada setiap kelompok mata pelajaran yang

mencakup kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia,

kewarganegaraan dan kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika

dan jasmani, olahraga dan kesehatan.

h. Standar kompetensi mata pelajaran (SK-MP) adalah kualifikasi kemampuan

minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan,

dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap tingkat dan/atau

semester untuk mata pelajaran tertentu.

i. Standar kompetensi adalah kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang

menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang

diharapkan dicapai pada setiap tingkat dan/atau semester. Standar kompetensi

Page 15: Buku Ajar.2015

Page 14 of 91

terdiri atas sejumlah kompetensi dasar sebagai acuan baku yang harus dicapai

dan berlaku secara nasional.

j. Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dimiliki peserta

didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan untuk menyusun indikator

kompetensi.

Kurikulum merupakan salah satu unsur yang memberikan kontribusi untuk

mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik tersebut.

Kurikulum 2013 dikembangkan berbasis pada kompetensi sangat diperlukan

sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi: (1) manusia

berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu

berubah; (2) manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan (3) warga

negara yang demokratis, bertanggung jawab.

Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan

Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP

2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara

terpadu.

Kompetensi untuk Kurikulum 2013 dirancang berikut ini.

1. Isi atau konten kurikulum yaitu kompetensi dinyatakan dalam bentuk

Kompetensi Inti (KI) kelas dan dirinci lebih lanjut dalam Kompetensi Dasar

(KD) mata pelajaran.

2. Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai

kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (kognitif dan

psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah,

kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti adalah kualitas yang harus dimiliki

seorang peserta didik untuk setiap kelas melalui pembelajaran KD yang

diorganisasikan dalam proses pembelajaran siswa aktif.

3. Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik

untuk suatu tema untuk SD/MI, dan untuk mata pelajaran di kelas tertentu

untuk SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK.

Page 16: Buku Ajar.2015

Page 15 of 91

4. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar di jenjang pendidikan menengah

diutamakan pada ranah sikap sedangkan pada jenjang pendidikan menengah

pada kemampuan intelektual (kemampuan kognitif tinggi).

5. Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris (organizing elements)

Kompetensi Dasar yaitu semua KD dan proses pembelajaran dikembangkan

untuk mencapai kompetensi dalam Kompetensi Inti.

6. Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif,

saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antarmata

pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).

7. Silabus dikembangkan sebagai rancangan belajar untuk satu tema (SD/MI) atau

satu kelas dan satu mata pelajaran (SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK). Dalam

silabus tercantum seluruh KD untuk tema atau mata pelajaran di kelas tersebut.

8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dikembangkan dari setiap KD yang untuk

mata pelajaran dan kelas tersebut.

2. Isi dan Struktur Program atau Materi.

Komponen isi dan struktur materi merupakan materi yang

diprogramkan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu yang telah

ditetapkan. Isi yang dimaksud biasanya berupa bidang-bidang studi, misalnya,

Matematika, Bahasa Indonesia, IPA, IPS, Fisika dan sebagainya. Bidang-

bidang tersebut disesuaikan dengan jenis dan jenjang pendidikan yang ada di

suatu lembaga pendidikan. Isi program kurikulum adalah segala sesuatu yang

diberikan kepada siswa dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka

mencapai tujuan.

Isi kurikulum terdiri dari dua kelompok besar, yaitu jenis-jens bidang

studi yang diajarkan dan isi masing-masing bidang studi tersebut. Jenis-jenis

bidang studi ditentukan atas dasar tujuan institusional, atau dapat dikatakan

jenis bidang studi ditetapkan untuk mencapai tujuan institusional. Untuk itu,

bdang studi masing-masing jenis dan jenjang sekolah akan berbeda. Pada

tingkat SD misalnya, jenis dan isi bidang studinya akan berbeda dengan SMP,

Page 17: Buku Ajar.2015

Page 16 of 91

SMA, dan SMK. Muatan SD akan berbeda dengan MI, seperti halnya muatan

SMP, SMA, dan SMK pun tidak sama persis dengan MTs, MA, dan MAK.

Isi masing-masing bidang studi ditentukan berdasarkan tujuan

instruksional. Sebenarnya isi program suatu bidang studi yang diajarkan inilah

yang dinamakan isi kurikulum itu, yang biasanya disebut silabus. Silabus

biasanya dijajabarkan ke dalam bentuk pokok-pokok bahasan dan sub-

subpokok bahasan, serta uraian bahan pelajaran. Uraian bahan pelajaran

merupakan dasar pengambilan bahan dalam segala kegiatan belajar mengajar

di kelas oleh pihak guru. Berikut ini adalah contoh Isi/Ruang lingkup

Kurikulum 2006 (Standar Isi).

Mata Pelajaran IPA

Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek

berikut.

a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan,

dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

b. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas.

c. Energi dan perubahannya, yang meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet,

listrik, cahaya dan pesawat sederhana.

d. Bumi dan alam semesta, yang meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-

benda langit lainnya.

Mata Pelajaran IPS

Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut.

a. Manusia, Tempat, dan Lingkungan.

b. Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan.

c. Sistem Sosial dan Budaya.

d. Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan.

Sedangkan kurikulum 2013 untuk SD/MI terdiri dari Kompetensi Inti,

Kompetensi Dasar dan Indikator berupa tematik terpadu yang mendukung

pembentukan sikap, keterampilan dan pengetahuan. Sehingga mata pelajaran

yang satu dengan yang lain terpadu dalam tema. Mata pelajaran dikembangkan

Page 18: Buku Ajar.2015

Page 17 of 91

dari kompetensi.

Tugas

1. Amati dan bandingkan Standar Isi kurikulum 2006, KTSP dan Kurikulum

2013!

Page 19: Buku Ajar.2015

Page 18 of 91

BAB 3

ORGANISASI KURIKULUM

Kompetensi akhir : Membedakan jenis pengorganisasian kurikulum

Indikator :

1. Membedakan separated subject curriculum, correlated curriculum dengan integrated curriculum

2. Membandingkan kelebihan dengan kekurangan separated subject curriculum

3. Menyebutkan kelebihan correlated curriculum4. Menyebutkan kekurangan correlated curriculum5. Menjelaskan kelebihan integrated curriculum6. Menjelaskan kekurangan integrated curriculum

Anda tentu telah memahami bahwa kurikulum merupakan sesuatu yang

sangat diperlukan dalam dunia persekolahan. Tanpa adanya sebuah kurikulum,

dipastikan proses pendidikan tidak akan terarah dan dapat mencapai tujuan yang

diharapkan. Guru akan kesulitan menjabarkan urutan dan cakupan materi

pembelajaran yang ditempuhnya, proses pembelajaran yang diselenggarakan,

alat/media yang digunakan, penilaian yang perlu dilakukan, dsb. Salah satu hal

yang penting kurikulum adalah organisasi kurikulum itu sendiri. Nurgiyantoro

organisasi kurikulum adalah struktur program kurikulum yang berupa kerangka

umum program-program pengajaran yang akan disampaikan kepada murid (Lise,

2008). Menurut Nasution (Lise, 2008) organisasi kurikulum adalah pola atau

bentuk bahan pelajaran yang disusun dan disampaikan kepada murid-murid.

Struktur program dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu struktur

horizontal dan struktur vertikal. Struktur horizontal berkaitan dengan bagaimana

bahan/mata pelajaran diorganisasikan/disusun dalam pola-pola tertentu. Adapun

struktur vertikal berkaitan dengan sistem pelaksanaan kurikulum di sekolah.

Melalui organisasi kurikulum ini, guru dan pengelola pendidikan akan memiliki

gambaran yang jelas tentang tujuan program pendidikan, bahan ajar, tata urut dan

cakupan materi, penyajian materi, serta peran guru dan murid dalam rangkaian

Page 20: Buku Ajar.2015

Page 19 of 91

pembelajaran. Cara pengembang kurikulum mengorganisasikan kurikulum akan

berkaitan pula dengan bentuk atau model kurikulum yang dianutnya.

Ketika Anda ditanya, ”Apa saja yang Anda pelajari semasa di SMP?”,

jawaban Anda umumnya akan mengacu pada nama-nama mata pelajaran yang

diajarkan. Kemudian, bila pertanyaan dilanjutkan dengan “Bagaimana kaitan

antarmateri pelajaran yang Anda pelajari?”, Anda pun bisa jadi akan menjawab,

“Wah, kadang-kadang tumpang tindih. Ada materi yang sudah dipelajari pada

mata pelajaran yang satu, dibahas pula pada mata pelajaran yang lain.”

Ilustrasi tersebut menggambarkan di antaranya bagaimana sebuah

kurikulum diorganisasikan. Namun demikian, kita menyadari bahwa cara

mengorganisasikan kurikulum itu bermacam-macam. Tidak satu cara. Masing-

masing cara memiliki kekuatan dan kelemahan. Sebagai guru atau pendidik, Anda

pun berperan sebagai pengembang kurikulum yang perlu memahami dengan baik

bagaimana kurikulum diorganisasikan.

1. Struktur Horizontal

Struktur horizontal dalam organisasi kurikulum adalah suatu bentuk

penyusunan bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa. Hal ini

berkaitan erat dengan tujuan pendidikan, isi pelajaran, dan strategi

pembelajarannya. Dalam kaitannya dengan struktur horizontal ini terdapat tiga

macam bentuk penyusunan kurikulum. Ketiganya ialah (a) separate-subject-

curriculum, (b) correlated curriculum, dan (c) integrated-curriculum.

a. Separate-Subject Curriculum

1) Konsep dasar separate subject curriculum

Apa dan bagaimanakah separate-subject curriculum itu?

Kurikulum ini menekankan penyajian bahan pelajaran dalam

bentuk bidang studi atau mata pelajaran. Masing-masing mata

pelajaran ditetapkan berdasarkan disiplin keilmuan. Isinya ialah

pengetahuan yang telah tersusun secara logis dan sistematis dari

masing-masing bidang keilmuan. Antarmata merupakan unsur

yang terpisah-pisah.

Page 21: Buku Ajar.2015

Page 20 of 91

Tak ada pengaitan antarsatu mata pelajaran dengan mata

pelajaran lain. Penetapan materi pelajaran Bahasa Indonesia,

misalnya, dilakukan untuk mencapai empat keterampilan berbahasa

saja (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis). Mengenai apa

yang disimak, yang dibicarakan, yang dibaca, dan yang ditulis

bebas saja, bisa mengenai energi, masyarakat, dll., tanpa dikaitkan

dengan isi mata pelajaran lain, yang terkait sekalipun (fisika dan

sosiologi). Yang penting, apa yang tersajikan dalam mata pelajaran

itu sistematis secara internal mata pelajaran itu sendiri.

Jumlah mata pelajaran dan alokasi waktu yang diberikan

bervariasi, sesuai dengan tingkat dan jenis sekolah.Tingkat-tingkat

sekolah sebagaimana kita ketahui adalah SD/MI, SMP/MTs, dan

SMA/MA. Sementara jenis sekolah biasanya mengacu pada

sekolah umum dan sekolah kejuruan. Masing-masing tingkat dan

jenis sekolah memerlukan cakupan dan spesifikasi bahan pelajaran

yang berbeda-beda. Bahan pelajaran itu selanjutnya dipilah-pilah

berdasarkan satuan kelas dan semesternya.

Dengan demikian, pengorganisasian separate-subject

curriculum benarbenar disusun dengan berorientasi pada mata

pelajaran (subject centered). Pengorganisasian kurikulum ini

dilatarbelakangi oleh pandangan ilmu jiwa asosiasi, yang

mengharapkan terbangunnya kepribadian yang utuh berdasarkan

potongan-potongan pengetahuan. Kurikulum bentuk terpisah ini

sangat menekankan pada pembentukan intelektual dan kurang

mengutamakan pembentukan kepribadian anak secara keseluruhan.

Penyusunan separate-subject curriculum biasanya

dilakukan tim pengembang yang telah ditunjuk di tingkat nasional.

Tim ini menentukan seluruh pengalaman edukatif, luas bahan

pelajaran (scope) yang harus disajikan dan dipelajari siswa, serta

waktu penyajian bahan pelajaran. Hal lain yang penting dalam

pengorganisasian kurikulum ialah pengurutan (sequence) bahan

Page 22: Buku Ajar.2015

Page 21 of 91

pelajaran. Pengurutan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga

benar-benar terjaga kesinambungan bahan. Harus dihindari

keterulangan bahan pelajaran yang sudah pernah dipelajari siswa di

kelas sebelumnya, dan keterlewatan bahan pelajaran. Sebelumnya

telah disinggung bahwa penyusunan kurikulum jenis ini dilakukan

oleh tim. Tim ini terdiri atas para tokoh dan ahli pendidikan serta

para ahli dalam disiplin keilmuan tertentu. Mereka inilah yang

menetapkan apakah yang diperlukan siswa kelak dalam

kehidupannya di masyarakat.

Jadi, dalam kurikulum ini memang sudah ditetapkan

pengalaman-pengalaman apa saja yang akan ditempuh siswa dalam

belajar. Oleh karena itu, biasanya bahan pelajaran dan bahkan buku

pelajarannya, telah disiapkan sebelumnya.

Terdapat sejumlah persoalan yang muncul sebagai akibat

pengorganisasian kurikulum seperti itu. Pertama, karena dibangun

oleh tim khusus, apalagi tingkat nasional, maka bisa dibayangkan

adanya keseragaman yang terjadi. Kedua, keberadaan buku

pelajaran (paket) kerap menimbulkan salah penyikapan bahwa

kurikulum itu buku pelajaran. Pada kasus ini terjadilah

penyempitan substansi. Keadaan ini biasanya menimpa guru yang

tidak profesional. Apa pun yang terjadi, yang diajarkan dan

disajikan kepada para siswa hanya buku paket itu saja. Sebaliknya,

bagi guru yang yang profesional, ia tidak akan mau diperhamba

oleh satu buku (paket) saja. Dia tentu akan menambah referensi

lain untuk memperkaya, memperdalam, dan menyesuaikan bahan

pelajaran yang diajarkan selaras dengan kebutuhan siswa.

2) Kelebihan separated-subject curriculum

b. Bahan pelajaran tersajikan secara logis dan sistematis

Dalam kurikulum ini, bahan telah disiapkan dan disusun secara

sistematis, logis, dan berkesinambungan. Penyusunan bahan telah

menggunakan urutan yang tepat, dari yang mudah menuju yang

Page 23: Buku Ajar.2015

Page 22 of 91

sukar, dari yang sederhana menuju yang kompleks. Ilmu

pengetahuan yang akan disampaikan kepada anak sudah dalam

urutan logis sebagaimana yang telah ditata dan dipikirkan oleh

para ahli. Dengan demikian, penggunaan kurikulum ini akan

memudahkan guru dalam menyajikan materi, dan dipandang

lebih efektif dan efisien, karena pihak sekolah dan guru tinggal

menyampaikan saja.

c. Organisasi kurukulum sederhana serta mudah direncanakan dan

dilaksanakan

Karena tiap mata pelajaran disikapi sebagai suatu satuan yang

otonom, maka perhatian dan penyusunan bahan hanya sebatas

mata pelajaran itu sendiri. Kesederhanaan inilah yang

menjadikan kurikulum mudah disusun dan dilaksanakan oleh

para pengembang maupun guru. Kurikulum ini juga mudah untuk

direorganisasi, ditambah, atau dikurangi. Penentuan jumlah,

cakupan, dan urutan mata pelajaran tidak seberapa menimbulkan

banyak masalah. Dalam pelaksanaan kurikulum, guru umumnya

dapat berpegang pada buku pelajaran yang telah ditentukan, dan

mengajarkannya bab demi bab. Apa yang diajarkan sudah

ditentukan lebih dahulu, sehingga guru dapat menyesuaikan

jumlah waktu yang ditentukan dengan bahan pelajaran yang

tersedia.

d. Kurikulum mudah dinilai

Kurikulum ini utamanya bertujuan menyampaikan sejumlah

pengetahuan, pengertian, dan kecakapan-kecakapan tertentu yang

mudah dinilai dengan tes. Bahan pelajaran pun bisa ditentukan

dengan menetapkan buku-buku pelajaran yang harus digunakan

oleh suatu daerah, atau bahkan satu negara. Hal ini akan

memudahkan dilakukannya ujian umum yang sama dalam satu

wilayah negara. Dengan mudahnya pelaksanaan ujian, maka

mudah pula mendapatkan data seandainya diperlukan perubahan-

Page 24: Buku Ajar.2015

Page 23 of 91

perubahan. Misalnya bila materi sudah tidak sesuai dengan

tuntutan zaman, baik menyangkut keseluruhan komponen bahan

ataupun sebagian, maka dengan segera dapat dilakukan

perubahan atau penyesuaian isi kurikulum.

e. Memudahkan guru sebagai pelaksana kurikulum

Umumnya pendidikan guru mempersiapkan calon guru/guru

(tingkat sekolah lanjutan) untuk mengajarkan mata pelajaran

tertentu. Dengan kurikulum ini, apa yang akan diajarkan guru

sejalan betul dengan pengetahuan dan pengalaman yang

diperolehnya saat kuliah. Lebih-lebih bila mereka telah memiliki

pengalaman mengajar bertahun-tahun. Mereka menjadi sangat

menguasai bahan pelajaran dan lebih merasa aman dengan

menggunakan kurikulum subject-centered ini.

f. Kurikulum ini juga dipakai di perguruan tinggi

Manajemen kurikulum di terguruan tinggi pada umumnya

menerapkan speparated subject curculum. Mahasiswa

mempelajari bidang keilmuan secara terkonsentrasi. Karena saat

di sekolah menengah mereka juga diajar dengan menggunakan

model kurikulum yang sama, maka para siswa lulusan sekolah

menengah yang melanjutkan ke perguruan tinggi telah terbiasa

dengan belajar dalam situasi kurikulum seperti ini.

g. Kurikulum ini mudah diubah

Perubahan kurikulum yang terjadi umumnya didasarkan pada

organisasi mata pelajaran. Penyesuaian kurikulum dengan

kebutuhan zaman biasanya dilakukan dengan menambah mata

pelajaran, bisa juga meluaskan atau menyempitkan materi

pelajaran. Hal seperti ini tentu akan mudah dilaksanakan pada

kurikulum yang diorganisasikan dengan cara separated subject

curiculum, karena masing-masing mata pelajaran bersifat

terpisah. Dengan demikian penambahan, pengurangan, ataupun

cakupan materi pun tidak akan mengganggu pelajaran lain.

Page 25: Buku Ajar.2015

Page 24 of 91

3) Kelemahan Separate-Subject Curriculum

a. Mata pelajaran terpisah-pisah

Mata pelajaran dalam kurikulum ini diberikan secara terpisah-

pisah. Tidak ada upaya menghubungkan antara satu mata

pelajaran dengan mata pelajaran lainnya. Hal ini menjadikan

peserta didik akan menerima pengetahuan secara terpisah-pisah,

dalam konsentrasi masing-masing mata pelajaran. Padahal,

pelbagai persoalan kehidupan yang riil umumnya perlu dihadapi

dengan pengetahuan yang menyeluruh atau terpadu. Dengan

demikian, anak masih sering mengalami kegagapan pada saat

menghadapi persoalan sehari-hari dengan berbagai konteksnya.

b. Kurang memperhatikan masalah kehidupan sehari-hari

Penyampaian kurikulum ini semata-mata menggunakan

pendekatan ilmu pengetahuan. Bahkan kadang-kadang materi

yang dipelajari siswa tidak ada relevansinya dengan kebutuhan

hidup. Bila anak sudah bisa memecahkan permasalahan-

permasalahan di sekolah dianggap dengan sendirinya akan

mampu mentransformasikannya dalam menghadapi persoalan

kehidupan sehari-hari. Padahal, kenyataan hidup di luar sekolah

berbeda sekali dengan apa yang biasa terjadi di sekolah.

c. Cenderung statis dan ketinggalan zaman

Karena pengetahuan dianggap sebagai hal yang telah ditemukan

orang masa lalu, maka kegiatan belajar siswa di sekolah hanya

mempelajari apa yang sudah ada dan disiapkan. Akibatnya, buku

pelajaran yang digunakan pun bisa berlaku bertahun-tahun, tanpa

pernah melakukan revisi. Bila ini yang terjadi, maka semuanya

akan menjadi statis. Buku pegangan guru tetap itu-itu saja.

Padahal, kehidupan manusia terus berkembang secara dinamis.

Apa yang dianggap benar pada masa lalu, belum tentu dianggap

benar pada masa sekarang. Apalagi bila ada guru “tertutup” yang

fanatik pada satu buku, karena buku itulah yang dulu

Page 26: Buku Ajar.2015

Page 25 of 91

dipelajarinya, maka dianggaplah apa yang ada dalam buku itu

yang paling benar.

d. Tujuan kurikulum sangat terbatas

Separated subject curriculum hanya menekankan pada aspek

intelektual, dan mengabaikan aspek emosional dan sosial.

Padahal, ketiga aspek itu sama pentingnya bagi tumbuh-kembang

siswa secara utuh. Karena hanya menekankan aspek intelektual,

maka anak akan mengalamai persoalan pada saat harus terjun ke

masyarakat untuk menjalani kehidupannya sehari-hari. Materi

pelajaran pun disamaratakan untuk semua peserta didik, tanpa

memperhatikan perbedaan individu. Karena itu pula, kurikulum

separated subject curriculum dipandang tidak demokratis.

b. Correlated-Subject Curriculum

1) Konsep Dasar Correlated Subject Curriculum

Correlated subject curriculum dikembangkan dengan semangat

menata/ mengelola keterhubungan antarberbagai mata pelajaran. Hal ini

dilatarbelakangi oleh kenyataan kehidupan bahwa tak ada satu

fenomena pun yang terlepas dari fenomena lainnya. Tidak mungkin kita

membicarakan suatu mata pelajaran tanpa menyinggung sama sekali

mata pelajaran yang lain. Untuk itulah diperlukan kurikulum yang dapat

memberikan pengalaman belajar yang dapat menghubungkan satu

pelajaran dengan pelajaran lain. Kurikulum ini diharapkan dapat

membangun keterpaduan pengetahuan dan pengalaman belajar yang

diperolehnya.

Dalam mata pelajaran fisika, misalnya, terdapat bahasan

mengenai listrik. Persoalan listrik tentu terkait dengan lingkungan alam,

ekonomi, dan juga sosial kemasyarakatan. Oleh karena itu pula, ketika

berbicara tentang listrik dalam pelajaran Fisika, dapat pula dikaitkan

dengan listrik sebagai sesuatu yang bernilai materi dalam pelajaran

Ekonomi, dan listrik sebagai sumber energi yang dapat mempermudah

kehidupan manusia dalam mata pelajaran Sosiologi. Namun demikian,

Page 27: Buku Ajar.2015

Page 26 of 91

pengaitan antarmata pelajaran itu tidak menghilangkan eksistensi dari

masing-masing mata pelajaran yang dihubungkan. Adanya upaya

menata keterhubungan antara berbagai mata pelajaran inilah yang

kemudian melahirkan bentuk kurikulum yang dikenal dengan

correlated subject. Akan tetapi ada hal yang harus Anda catat, bahwa

dalam correlated subject ini tidak berarti kita memaksakan adanya

hubungan antarsejumlah mata pelajaran. Kita harus tetap sadar dan

mempertahankan adanya batas-batas yang ada. Upaya menghubungkan

antarmata pelajaran dapat dilakukan dengan berbagai cara berikut.

a) Menghubungkan secara insidental

Pengaitan antarmata pelajaran terjadi karena kasus kebetulan.

Misalnya, saat dua atau lebih guru bidang studi saling mengamati

kurikulum atau bahan pelajaran yang ada, para guru tersebut

melihat adanya bahan pelajaran yang satu sama lain dapat

dihubungkan.

b) Menghubungkan secara lebih erat dan terencana

Pengaitan antarmata pelajaran disebabkan oleh adanya suatu pokok

bahasan atau permasalahan yang dapat dibahas dari berbagai

macam mata pelajaran. Misalnya, masalah etika, moral, dan

kependudukan dibicarakan dalam mata pelajaran PKn, Bahasa

Indonesia, IPS, dan Agama. Pengaitan antarbahan pelajaran itu

dilakukan secara terencana, bukan kebetulan. Satu topik yang sama

disoroti dari sudut pandang masing-masing mata pelajaran. Namun

demikian, setiap mata pelajaran tetap diberikan secara sendiri-

sendiri dalam jam yang berbeda.

c) Menghubungkan beberapa mata pelajaran dengan menghilangkan

batas yang ada

Pengaitan antarpelajaran dilakukan dengan menggabungkan

beberapa mata pelajaran sehingga menghilangkan batas yang ada

antarmata pelajaran. Beberapa pelajaran yang serumpun dipadukan

menjadi satu dengan satu nama mata pelajaran. Misalnya pada

Page 28: Buku Ajar.2015

Page 27 of 91

kurikulum 2006 kita kenal ada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan

Sosial (IPS), yang pada dasarnya di dalamnya terdiri atas beberapa

bahan/materi pelajaran ekonomi, geografi, dan sejarah. Contoh lain

bisa kita sebut mata pelajaran Matematika, yang merupakan

penggabungan dari mata pelajaran berhitung, aljabar, dan ilmu

ukur. Penggabungan beberapa mata pelajaran ini lazim disebut

broad-fields, yang sebenanrya berarti suatu kesatuan yang tidak

terbagi dalam bagian-bagian. Akan tetapi, kenyataan di lapangan

menunjukkan bahwa penggabungan itu masih sebatas pada

kumpulan bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang

bahan/materi pelajarannya dikurangi. Oleh karenanya, broad-fields

ini sebenanya masih bersifat subject centered (berorientasi pada

mata pelajaran), hanya saja telah dimodifikasi dari bentuknya yang

tradisional.

2) Kelebihan Correlated Subject Curriculum

Correlated subject curriculum memiliki kelebihan sebagai berikut.

a) Mendukung keutuhan pengetahuan dan pengalaman belajar

murid

Siswa tidak menerima pelajaran dalam satuan/bahasan yang

terpisah-pisah. Mereka mempelajari suatu permasalahan yang

disoroti dari berbagai sudut yang saling berhubungan, yaitu

melalui berbagai mata pelajaran. Dengan demikian, pengetahuan

dan pengalaman anak didik diharapkan dpat lebih luas.

b) Memungkinkan penerapan hasil belajar yang lebih fungsional

Adanya keterkaitan antarmata pelajaran menjadikan

pengetahuan dan pengalaman belajar siswa dapat diterapkan

lebih fungsional. Pengaitan antarmateri pelajaran lebih

mengutamakan prinsip-prinsip daripada penguasaan fakta-fakta.

Dengan prinsip-prinsip yang diolah dari berbagai mata pejaran

inilah anak didik dapat lebih terbuka untuk memecahkan

persoalan yang dihadapinya secara lebih komprehensif.

Page 29: Buku Ajar.2015

Page 28 of 91

c) Meningkatkan minat belajar siswa

Pemahaman tentang adanya keterkaitan antarmata pelajaran

dapat menjadi modal bagi tumbuhnya minat belajar siswa.

Mereka akan merasa apa yang dipelajari pada mata pelajaran

tertentu memiliki manfaat dalam mata pelajaran yang lain.

3) Kelemahan Correlated Subject Curriculum

Correlated subject curriculum juga memiliki sejumlah kelemahan

berikut.

a) Kurikulum masih bersifat subject centered

Sifat kurikulum yang subject centered (berpusat pada subjek/mata

pelajaran) menjadikan bahan pelajaran disusun berdasarkan pada

struktur ilmu pengetahuan. Artinya, bahan mata pelajaran dalam

kurikulum belum memiliki orientasi pada minat-bakat dan

kebutuhan sehari-hari siswa (child centered).

b) Kurang memberikan pengetahuan yang sistematis dan mendalam

Penggabungan beberapa mata pelajaran menjadi satu kesatuan

lingkup yang lebih luas tidak memberikan pengetahuan yang

sistematis dan mendalam. Bagaimanapun, pembicaraan mengenai

suatu pokok masalah dalam sejumlah berbagai mata pelajaran tetap

tidak padu, karena pada dasarnya masing-masing memang

merupakan subject (mata pelajaran) yang berbeda. Dengan

dikuranginya bahan/materi (juga jam) pelajaran, maka pengetahuan

yang dikuasai anak didik menjadi dangkal.

c) Menuntut pendekatan interdisipliner

Para guru, khususnya untuk sekolah lanjutan, umumnya disiapkan

untuk mengajar satu mata pelajaran tertentu. Sulit bagi mereka

untuk menerapkan pendekatan interdisipliner, yang menuntut

kesanggupan guru untuk dapat berpandangan dan berpikir secara

lintas disiplin.Guru pun masih sangat fanatic terhadap disiplin atau

mata pelajaran pokok yang diasuhnya. Kalaupun menggunakan

Page 30: Buku Ajar.2015

Page 29 of 91

mata pelajaran lain, hal itu kerap itu disikapi sebagai pelajaran

pembantu.

c. Integrated Curriculum

1) Konsep Dasar Integrated Curriculum

Ciri pokok dari integrated curriculum ini adalah tiadanya batas

atau sekat antarmata pelajaran. Semua mata pelajaran dilebur menjadi

satu dalam bentuk unit. Oleh karena itu, kurikulum ini disebut juga

sebagai kurikulum unit. Kalau dalam correlated subject curriculum

masing-masing mata pelajaran masih menampakkan eksistensinya, maka

dalam integrated curriculum ciri-ciri setiap mata pelajaran hilang sama

sekali. Namun, jangan disalahpahami. Integrated curriculum tidak

sekedar berupa keterpaduan bentuk yang melebur berbagai mata

pelajaran, melainkan juga aspek tujuan yang akan dicapai dalam belajar.

Melalui keterpaduan diharapkan dapat terbentuk pula keutuhan

kepribadian anak didik yang sesuai dengan lingkungan masyarakatnya.

Oleh karena itu, apa yang diajarkan di sekolah harus benar-benar

disesuaikan dengan situasi, masalah, dan kebutuhan kehidupan di

masyarakat. Sebagai ilustrasi, kita bisa mengangkat persoalan listrik

dalam masyarakat. Persoalan listrik ini selanjutnya dibahas/dikupas dari

berbagai perspektif secara komprehensif: dari segi lingkungan alam,

ekonomi, sosial, mekanika, dsb. Di sini mata pelajaran dilebur menjadi

satu kesatuan unit bahasan yang tidak terpisah-pisah sebagaimana halnya

dalam separated subject curriculum maupun corelated subject

curriculum, yang ada hanya perspektif dari ilmu alam, ekonomi, dan

sosial, dan sebagainya.

Di dalam unit pembelajaran harus terdapat hubungan antarberbagai

kegiatan belajar siswa, dalam perspektif berbagai mata pelajaran. Hal itu

dapat dicapai jika tujuan pembelajaran mengarahkan siswa untuk dapat

memecahkan persoalan dengan menggunakan metode berpikir limiah

(method of intelegence). Adapun mengenai pemilihan masalah, terdapat

dua pendapat yang saling bertentangan. Pertama, mengedepankan

Page 31: Buku Ajar.2015

Page 30 of 91

kebutuhan masyarakat (social-centered) dan yang kedua mengedepankan

minat dan kebutuhan anak didik (child-centered). Namun demikian, pada

dasarnya masih bisa diambil jalan tengah, yaitu dengan memilih masala-

masalah yang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak didik dengan

tetap memperhatikan kebutuhan sosialnya.

Ciri-ciri integrated curriculum, yaitu:

a. Merupakan kesatuan utuh bahan pelajaran. Faktor yang menyatukan

antarbahan pelajaran itu ialah masalah-masalah yang harus diselidiki

dan dipecahkan anak didik. Seluruh bahan pelajaran digunakan untuk

memecahkan masalah.

b. Unit disusun berdasarkan kebutuhan anak didik, yang bersifat pribadi

maupun sosial, baik yang menyangkut kejasmanian maupun

kerohanian. Dengan system unit ini sengaja ditingkatkan

perkembangan sosial anak dengan cara berkeja sama melalui kerja

kelompok.

c. Dalam unit, anak dihadapkan pada berbagai situasi yang

mengandung permasalahan yang berhubungan dengan kebutuhan

sehari-hari (life centered) yang dikaitkan dengan pelajaran di

sekolah. Dengan demikian, anak dilatih untuk memecahkan masalah

dengan metode berpikir ilmiah, yang dilakukan dengan langkah-

langkah: (1) merumuskan masalah, (2) mencari jawaban dengan

mencari dan mengumpulkan keterangan-keterangan dari buku

ataupun sumber lain, (3) menganalisis, mengamati dan melakukan

percobaan, (4) mengambil kesimpulan, dan (5) melakukan tindakan

sesuai dengan hasil yang diperoleh.

d. Unit mempergunakan dorongan-dorongan sewajarnya pada diri anak

dengan melandaskan diri pada teori-teori belajar. Anak diberi

kesempatan melakukan kegiatan sesuai dengan minatnya. Anak pun

harus diikutsertakan dalam menetapkan pokok-pokok masalah yang

akan dipelajarinya.

Page 32: Buku Ajar.2015

Page 31 of 91

e. Pelaksanaan unit biasanya memerlukan waktu yang lebih lama dari

pada model pelajaran biasa. Untuk memecahkan satu masalah bisa

jadi diperlukan waktuberjam-jam.

2) Kelebihan Integrated Curriculum

Integrated curriculum memiliki sejumlah kelebihan berikut.

a) Segala hal yang dipelajari dalam unit bertalian erat satu sama lain.

Bukan sekedar fakta-fakta terpisah, sehingga lebih fungsional bagi

kehidupan anak.

b) Sesuai dengan teori baru mengenai belajar yang mendasarkan pada

pengalaman, kematangan, dan minat anak. Anak terlibat secara

aktif, berbuat, serta belajar bertanggung jawab.

c) Memungkinkan hubungan yang lebih erat antara sekolah dan

masyarakat, karena masyarakat dapat menjadi laboratorium

kegiatan belajar.

3) Kelemahan Integrated Curriculum

Di balik kelebihannya, integrated curriculum pun memiliki

beberapa kelemahan berikut.

a) Tidak mempunyai organisasi yang logis dan sistematis. Bahan

pelajaran tidak dapat ditentukan terlebih dahulu secara sepihak

oleh guru atau lembaga, melainkan harus dirancang secara

bersama-sama dengan murid.

b) Para guru umumnya tidak disiapkan untuk menjalankan

kurikulum dalam bentuk unit.

c) Pelaksanaan kurikulum unit sangat memerlukan waktu, serta

dukungan peralatan dan sarana dan prasarana yang cukup.

d) Tidak memiliki standar hasil belajar yang jelas, sehingga sulit

mengukur kemampuan anak secara nasional.

2. Struktur Vertikal

Struktur vertikal berhubungan dengan masalah sistem pelaksanaan

kurikulum sekolah. Hal ini menyangkut: (1) apakah suatu kurikulum dijalankan

Page 33: Buku Ajar.2015

Page 32 of 91

dengan sistem kelas atau tanpa kelas? (2) apakah sistem unit waktu yang

digunakan? serta (3) bagaimana pembagian waktu untuk masing-masing bidang

studi dan pokok bahasan?

a. Pelaksanaan Kurikulum dengan/dan Tanpa Sistem Kelas

1) Sistem kelas

Pada sistem ini, penerapan kurikulum dilaksanakan melalui kelas-

kelas (tingkat-tingkat) tertentu. Di SD misalnya, terdapat kelas 1 sampai

dengan 6; di SMP/MTs terdapat kelas 1-3 atau 7-9; dan di SMA/MA atau

SMK/MAK terdapat kelas 1-3 atau kelas 10-12. Kurikulum setiap jenjang

telah mencantumkan bahan apa saja yang harus disampaikan, seberapa luas

dan dalam bahan tersebut, serta bagaimana urutan sajiannya pada tiap-tiap

kelas. Cakupan (keluasan dan kedalaman) bahan/materi pelajaran dipikirkan

sedemikian rupa sehingga dapat secara tuntas disajikan pada kelas tertentu

dan dalam jangka waktu tertentu pula. Urutan bahan pun disusun secermat

mungkin berdasarkan pertimbangan logis dan psikologis. Jadi, bahan atau

materi pelajaran yang diperuntukkan pada setiap tingkat kelas berbeda-beda.

Penentuan cakupan, urutan, alokasi waktu pelajaran, dan kesesuaiannya

dengan tingkat kematangan psikologis anak didik pada setiap kelas

dilakukan dengan perhitungan dan pertimbangan yang cermat dan tepat.

Adanya sistem kelas ini membawa konsekuensi dilaksanakannya

sistem kenaikan kelas pada tiap tahun. Penentuan kenaikan kelas terutama

didasarkan pada penguasaan bahan/materi pelajaran yang telah ditentukan

untuk tiap tingkatan kelas.

Siswa naik kelas apabila dianggap telah memiliki tingkat penguasaan

tertentu atas bahan/materi pelajaran yang dipelajarinya. Segi kelogisan,

kesistematisan, dan ketepatan dalam penjenjangan bahan pelajaran yang

harus diajarkan merupakan kelebihan dari sistem kelas. Selain itu, sistem ini

juga memberikan kemudahan dalam hal penyusunan, pengembangan,

penilaian kurikulum yang digunakan; pembagian tugas mengajar guru sesuai

dengan kompetensinya masing-masing; penilaian hasil belajar siswa; serta

pengaturan administrasi.

Page 34: Buku Ajar.2015

Page 33 of 91

Kelemahan pada sistem kelas di antaranya terletak pada timbulnya

efek psikologis siswa (juga orang tua) yang tidak naik kelas. Mereka

berpeluang menjadi malu, tertekan, dan bahkan frustrasi. Sistem ini pun

sering tidak dapat menangkal faktor subjektif yang bisa merugikan siswa.

Pada intinya, sistem kelas menuntut penataan materi pelajaran secara

sistematis logis, dan terukur. Hal ini terkait dengan cakupan materi dan

ketersediaan waktu pelajaran untuk setiap tingkat kelas. Bagitu terjadi

perubahan waktu tempuh untuk suatu jenjang pendidikan, maka akan

berakibat pada perubahan keluasan materi pelajaran.

2) Sistem Tanpa Kelas

Pelaksanaan kurikulum dalam “sistem tanpa kelas” tidak mengenal

adanya tingkat kelas-kelas tertentu. Setiap siswa diberi kebebasan untuk

berpindah program setiap waktu tanpa harus menunggu kawan-kawannya.

Hal ini terjadi bila seorang siswa telah merasa mampu dan siap diuji tentang

penguasaan materi yang harus diselesaikannya dalam setiap program.

Misalnya untuk sampai pada suatu keahlian ukir, anak tidak dihadapkan

pada batasan satuan waktu tertentu, melainkan dihadapkan pada penguasaan

materi. Di sini anak disodori unit-unit program yang harus diselesaikan.

Siapa yang telah menguasai materi suatu unit program, maka ia bisa

mengambil unit program lainnya tanpa harus menunggu temannya.

Demikian seterusnya, sampai pada akhirnya ia menuntaskan keseluruhan

program dan menguasai bidang keahlian ukir. Keunggulan sistem ini terletak

pada kebebasan yang dimiliki siswa. Siswa boleh memilih tingkat-tingkat

program sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

Jadi, sistem ini sangat memperhatikan individu dan perbedaan

antarindividu. Oleh karenanya, pelaksanaan sistem ini sangat menuntut

pendampingan siswa secara individual dan kesiapan satuan tingkat-tingkat

program. Sementara itu, kelemahan sistem ini menyangkut substansi

isi/materi pelajaran dan sistem pelaksanaan pendididkan secara makro di

Indonesia. Dalam hal substansi materi, dengan sistem ini sulit ditentukan

cakupan dan urutan materi setiap program untuk mencegah keterulangan

Page 35: Buku Ajar.2015

Page 34 of 91

bahan/materi yang sama. Pada sisi pelaksanaan, guru akan mengalami

kesulitan dan kerepotan. Apalagi, bila anak berpindah program dengan cara

semaunya, bukan berdasarkan pada aspek kemampuan. Dengan melihat

berbagai kemungkinan yang ditimbulkan oleh sistem tanpa kelas, tampaknya

sulit untuk dapat menerapkan sistem tanpa kelas dalam sistem pendidikan di

Indonesia, yang umumnya menggunakan sistem kelas.

3) Kombinasi antara Sistem Kelas dan Tanpa Kelas

Dengan sistem kombinasi ini, anak yang memilki tingkat kepandaian

tertentu (tinggi) diberi kesempatan untuk terus maju, tidak harus terus

bersama teman-temannya. Namun, tidak berarti pula ia meninggalkan

kelasnya sama sekali. Sistem pendidikan seperti ini dapat disebut sebagai

sistem pengajaran modul. Dalam sistem modul, di samping disediakan

bahan pelajaran yang sama untuk seluruh kelas, juga disediakan kebebasan

kepada siswa yang mampu untuk mengambil bahan/materi pelajaran

berikutnya atau program pengayaan. Dengan sistem modul, anak yang

memang mampu mempunyai kemungkinan untuk dapat lebih dahulu

menamatkan sekolah dibandingkan teman-temannya.

a) Sistem Unit Waktu

Rentang waktu sekolah di SD maka jangka waktu belajar Anda

tidaklah dalam satuan waktu yang utuh (tak terbagi): enam tahun dari

kelas 1 hingga kelas 6 untuk SD/MI. Setiap kelas membutuhkan waktu

satu tahun. Pada setiap tahun itu pula masih dibagi lagi, dalam bentuk

caturwulan ataupun semester. Itulah yang dimaksud dengan sistem unit

waktu. Hingga saat ini, sistem unit waktu yang dikenal dalam

pelaksanaan pendidikan adalah sistem semester. Pada setiap akhir

semester, anak akan mendapatkan nilai hasil belajar (rapor). Dalam

sistem semester, waktu satu tahun dibagi menjadi dua unit waktu.

Masing-masing semester terdiri atas enam bulan, dengan 16 hingga 20

minggu belajar efektif. Sebagai catatan penting, pembagian tiap tahun

menjadi dua semester tidak berarti setiap tahun dibagi menjadi dua unit

Page 36: Buku Ajar.2015

Page 35 of 91

waktu yang terpisah. Itu semua dimaksudkan demi tercapainya tujuan

pendidikan di sekolah yang teralokasikan ke dalam satuan-satuan

program. Setiap satuan program harus diselesaikan dalam waktu satu

semester (enam bulan). Bahan pelajaran yang disusun dalam kurikulm

juga dibedakan dalam semester-semester tersebut. Kurikulum 1975,

1984, hingga yang sekarang merupakan kurikulum dengan sistem unit

waktu semester.

b) Pengalokasian Waktu

Pengalokasian waktu menyangkut jatah waktu untuk masing-masing

mata pelajaran dan isi program tiap mata pelajaran tersebut pada tiap

tingkat sekolah. Sebagaimana Saudara ketahui, berapa lama (jam) anak

ada di sekolah dalam tiap minggu? Keseluruhan jam tersebut bukankah

digunakan untuk menempuh sekian jumlah mata pelajaran? Dengan

demikian, bukankah harus dilakukan pembagian jatah jam untuk tiap-

tiap mata pelajaran? Jawabannya adalah Ya. Kemudian, bagaimanakah

membagi jam/waktu yang ada untuk sejumlah mata pelajaran tersebut?

Inilah bahasan penting dalam hal pengalokasian waktu.

1) Pengalokasian waktu untuk setiap mata pelajaran

Berapa jamkah yang harus diberikan untuk setiap mata pelajaran

dalam setiap minggu? Pertanyaan ini penting dijawab karena

jumlah jam yang tersedia dalam setiap minggu terbatas. Kalau

setiap hari rata-rata waktu sekolah dari pukul. 07.30 hingga pukul.

13.00, berarti ada 300 menit bila waktu istirahat yang digunakan 30

menit. Setiap jam pelajaran rata-rata 45 menit, maka dalam satu

minggu diperoleh jumlah jam pelajaran: 300/45 x 6 hari = 40 jam.

Selanjutnya, jumlah jam/minngu tersebut harus dibagi untuk semua

mata pelajaran yang ada secara adil. Adil tidak berarti dibagi rata,

melainkan dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu, yang

meliputi bobot dan kedudukan masing-masing mata pelajaran.

Pada dasarnya ada beberapa pertimbangan dalam menentukan

alokasi waktu untuk setiap mata pelajaran.

Page 37: Buku Ajar.2015

Page 36 of 91

2) Besar kecilnya peranan suatu mata pelajaran untuk mencapai

tujuan pendidikan, yang dikaitkan dengan lembaga dan

spesialisasinya. Mata pelajaran yang besar peranannya harus diberi

jatah waktu yang lebih banyak dari padamata pelajaran yang lain.

Hal ini didasarkan pada penempatan suatu mata pelajaran sesuai

dengan kedudukannya secara proporsional dan logis.

1. Keluasan, kompleksitas, dan taraf kesulitan masing-masing

mata pelajaran. Ini pada dasarnya bersifat relatif. Semua

menjadi sangat tergantung pada lembaga dan spesialisasinya.

Untuk mata pelajaran yang cakupannya luas, ia perlu diberi

jam/ waktu yang lebih banyak. Yang menentukan keluasan dan

kedalaman suatu mata pelajaran ialah misi dan spesialisasi

lembaga/sekolah itulah.

2. Peranan mata pelajaran dalam penyiapan lulusan suatu sekolah

sesuai dengan misinya. Berdasarkan misi ini, dikenal ada

sekolah yang menyiapkan untuk melanjutkan ke tingkat

sekolah di atasnya; ada pula yang menyiapkan lulusannya

langsung terjun ke dunia kerja. Bagi sekolah yang menyiapkan

lulusannya untuk studi ke jenjang di atasnya tentu akan

memberi porsi waktu yang lebih terhadap mata pelajaran

dengan isi materi yang bersifat keilmuan. Sebaliknya, sekolah

yang menyiapkan lulusannya terjun ke dunia kerja tentu akan

memberi jam yang lebih banyak pada mata pelajaran yang

menekankan pada keterampilan kejuruan. Mata pelajaran yang

kurang lebih berperan sama berdasarkan pertimbangan-

pertimbangan tadi diberi jatah waktu yang relatif sama pula.

Pemberian jatah waktu tiap mata pelajaran bisa juga didasarkan

pada satuan yang ditetapkan. Misalnya pada kurikulum 1984,

jatah waktu ditunjukkan dengan satuan kredit semester (sks)

ataubiasa disebut “kredit”. Mata pelajaran yang tergolong

penting diberi sks yang lebihbesar daripada mata pelajaran lain.

Page 38: Buku Ajar.2015

Page 37 of 91

3. Pengalokasian waktu untuk pokok-pokok bahasan tiap mata

pelajaran.

Setiap mata pelajaran memiliki sejumlah pokok bahasan yang

berbeda-beda. Penentuan jumlah jam/waktu dalam satu

semester untuk setiap pokok bahasan juga mangalami masalah

yang sama dengan pengalokasian waktu untuk setiap mata

pelajaran. Hal ini terjadi karena jam yang dialokasikan untuk

setiap mata pelajaran akan terkait dengan ketersediaan waktu

untuk menyampaikan keseluruhan pokok bahasan yang ada

dalam mata pelajaran tersebut. Sebagai contoh, ada mata

pelajaran dengan alokasi 2 jam/minggu. Dalam satu semester

terdapat 18 minggu. Berarti total ada 36 jam tatap muka untuk

mata pelajaran tersebut dalam satu semester. Jumlah total 36

jam inilah yang harus digunakan untuk menyampaikan

(menyelesaikan) materi mata pelajaran itu dengan berbagai

pokok bahasan yang ada, termasuk di dalamnya tes formatif

dan tes sumatif. Jadi, pembagian waktu untuk setiap pokok

bahasan dalam suatu mata pelajaran juga harus

mempertimbangkan hal-hal berikut.

a) Peranan setiap pokok bahasan dalam pencapaian tujuan pendidikan,

baik tujuan instruksional mapun kurikuler yang terumuskan dalam

bentuk kompetensi dasar. Pokok bahasan yang memiliki peranan lebih

besar harus diberi alokasi jam lebih banyak daripada pokok bahasan

yang lain.

b) Keluasan, kompleksitas, dan tingkat kesulitan tiap pokok bahasan.

Pokok bahasan yang cukup luas, rumit, dan memiliki tingkat kesulitan

tinggi harus diberi jatah jam lebih banyak, karena umumnya

memerlukan waktu penyajian yang lebih lama.

c) Aspek ranah kemampuan yang menjadi penekanan pokok bahasan

yang dimaksud. Pokok bahasan itu menekankan kemampuan kognitif

ataukan keterampilan? Ranah keterampilan umumnya memerlukan jam

Page 39: Buku Ajar.2015

Page 38 of 91

yang lebih banyak, karena untuk sampai pada penguasaan

keterampilan perlu melewati aspek pengetahuan terlebih dahulu.

Pengalokasian waktu tiap pokok bahasan dapat juga telah ditentukan

dalam kurikulum. Namun, pembagian waktu tersebut biasanya masih bersifat

garis besardalam satu semester. Misalnya ada pokok bahasan yang mendapatkan

alokasi 10 jam/semester. Selanjutnya, bagaimanakah 10 jam tersebut digunakan

untuk menyampaikan seluruh materi pokok bahasan tersebut? Kurikulum

biasanya tidakmengaturnya. Guru harus membaginya sendiri dengan

memperhatikan sub-subpokok bahasan yang ada di dalamnya.

Latihan

1. Cermati kurikulum di salah satu Sekolah Dasar. Identifikasi alokasi jam untuk

masing-masing mata pelajaran. Angkat satu mata pelajaran yang memiliki

alokasi jam terbanyak dan satu mata pelajaran dengan alokasi jam paling

sedikit. Analisislah mengapa mata pelajaran tersebut diberi alokasi jam yang

berbeda!

Page 40: Buku Ajar.2015

Page 39 of 91

BAB 4PRINSIP PERENCANAAN PEMBELAJARAN

Kompetensi akhir : Menjabarkan prinsip perencanaan pembelajaran

Indikator :1. Mendefinisikan perencanaan pembelajaran2. Menyebutkan fungsi perencanaan pembelajaran3. Menjelaskan syarat perencanaan pembelajaran4. Menguraikan langkah-langkah perencanaan pengembangan pembelajaran

1. Pengertian dan Fungsi Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran merupakan tahap penting dalam

peningkatan kualitas pembelajaran. Perbaikan kualitas pembelajaran diawali

dari bagaimana mendesain, merancang dan membuat perencanaan

pembelajaran. Perencanaan pembelajaran merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dengan kurikulum. Karenanya, perencanaan pembelajaran juga

kerap disebut sebagai kurikulum di tingkat kelas. Perbedaan antara kurikulum

dan pembelajaran lebih bersifat rentangan atau continuum, seperti yang

tergambar berikut ini.

Gambar 2. Bagan Kontinum Kurikulum dan Pengajaran

Ada tiga komponen pokok dalam pembelajaran, yaitu: (1) guru, (2)

siswa, dan (3) perencanaan. Guru adalah pelaku pembelajaran dan sekaligus

faktor yang terpenting. Di tangan gurulah sebenarnya letak keberhasilan

pembelajaran. Komponen guru tidak dapat dimanipulasi oleh komponen lain,

dan sebaliknya guru dapat mampu memanipulasi komponen lain menjadi

bervariasi. Siswa merupakan komponen yang melakukan kegiatan belajar

Umum-jangka panjang Khusus-jangka pendek

KURIKULUM PENGAJARAN

Page 41: Buku Ajar.2015

Page 40 of 91

mengajar untuk mencapai satu atau serangkaian tujuan belajar. Komponen

siswa ini dapat dimodifikasi oleh guru. Perencanaan adalah segala sesuatu

yang berhubungan dengan pembelajaran baik berupa isi pesan, atau cara

menyampaikan pesan. Untuk itu komponen perencanaan ini berisi tujuan,

bahan pelajaran, metode yang digunakan,model pembelajaran,pendekatan

yang digunakan, media pembelajaran, dan alat evaluasi.

Sasaran akhir perencanaan adalah untuk memudahkan siswa belajar.

Memecahkan masalah belajar siswa. Siswa memperoleh pengetahuan yang

dibutuhkan, mencapai kompetensi dan tuntas dalam belajarnya. Perencanaan

pembelajaran mencakup semua variabel yang mempengaruhi belajar. Inti

perencanan pembelajaran adalah menetapkan strategi pembelajaran yang

optimal bagi pencapaian tujuan pembelajaran.

Fungsi perencanaan pembelajaran berkaitan dengan komponen-

komponen berikut yang mengarah pada tujuan pembelajaran.

a. Apakah bentuk, model, pola, konstruksi pembelajaran sesuai dengan tujuan

yang telah ditetapkan?

b. Apakah komponen materi yang di rencanakan tersebut sesuai dengan tujuan

yang telah ditetapkan?

c. Apakah fasilitas yang digunakan dalam pembelajaran sesuai dengan tujuan

yang telah ditetapkan?

d. Apakah guru sebagai perancang pembelajaran dapat/mampu melaksanakan

dan berfungsi untuk mencapai tujuan yang telah ditapkan?

Perencanaan pembelajaran hendaknya dipandang sebagai suatu alat

yang dapat membantu para guru dalam melaksanakan tugas dan fungsinya

sebagai pengajar, serta mencapai tujuan pembelajaran secara lebih efektif dan

efisien. Dengan perencanaan yang matang seorang guru akan lebih sistematis

dan lebih mudah dalam memantau dan mengontrol pelaksanaan proses

pembelajaran dan pencapaian tujuan. Guru yang mengajar tanpa perencanaan

pembelajaran yang matang maka sudah dapat dipastikan hasilnya tidak akan

memuaskan dan tidak akan dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

Oleh karena itu, perencanaan pembelajaran merupakan langkah pertama yang

Page 42: Buku Ajar.2015

Page 41 of 91

harus dilakukan oleh guru dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai

pengelola pembelajaran.

Perencanaan pembelajaran dapat membantu guru dalam proses

pembelajaran, akan tetapi perencanaan pembelajaran tersebut harus dapat

diimplementasikan secara terpadu dan dikombinasikan secara harmonis pula

dengan kegiatan lainya seperti pengawasan dan evaluasi pelaksanaan

pembelajaran.. Perencanaan pembelajaran sebagai alat perlu didampingi

dengan pengetahuan dan kemampuan guru secara tepat dalam situasi

kepemimpinan pendidikan yang baik.

Berdasarkan uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa fungsi

perencanaan pembelajaran adalah sebagai alat untuk membentuk, mempola,

membuat model, dan mengkonstruksi proses pembelajaran agar tujuan

pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan

yang telah ditetapkan. Sasaran akhir perencanaan pembelajaran adalah

memudahkan belajar siswa. Bukan untuk mempersulit belajar siswa. Untuk

mendapatkan fungsi di atas, perencanaan pembelajaran harus mencakup

semua variabel yang mempengaruhi belajar, walaupum inti perencanaan

pembelajaran adalah menetapkan metode pembelajaran yang optimal bagi

pencapaian tujuan.

2. Langkah-Langkah Perencanaan Pembelajaran

Pada subbab ini Anda akan dibekali dengan langkah-langkah perencanaan

pembelajaran. Hal ini untuk membekali Anda dalam membuat silabus dan RPP

pada unit berikutnya. Langkah-langkah perencanaan pembelajaran, yaitu: (1)

menganalisis tujuan dan karakter mata pelajaran, (2) menganalisis sumber belajar

dan kendala-kendalanya, (3) menganalisis karakter siswa, (4) menetapkan tujuan

dan isi pembelajaran, (5) menetapkan strategi pengorganisasian isi pembelajaran,

(6) menetapkan strategi penyampaian pembelajaran, (7) menetapkan strategi

pengolahan pembelajaran, dan (8) mengembangkan prosedur pengukuran hasil

belajar.

Page 43: Buku Ajar.2015

Page 42 of 91

Mari kita kaji tentang langkah-langkah dalam merencanakan

pembelajaran. Namun sebelumnya, kerjakanlah terlebih dahulu latihan di bawah

ini:

Latihan Apa yang dimaksud bahwa seorang guru jika akan melakukan perencanaanpembelajaran harus melakukan analisis: tujuan, karakter mata pelajaran,karakter siswa, strategi belajar, isi pembelajaran, dan pengukuran? MenurutAnda, bagaimanakah langkah-langkah yang baik dalam menyusun perencanaan pembelajaran ?

Setelah Anda mengerjakan latihan di atas coba Anda cocokkan latihan

yang telah dibuat dengan langkah-langkah perencanaan berikut ini.

Langkah- langkah dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut:

1) Analisis Tujuan dan Karakter Mata Pelajaran

Tahapan awal dalam proses desain pembelajaran adalah

merumuskan dan menulis tujuan-tujuan pembelajaran. Tujuan merupakan

sesuatu yang sangat esensial baik dalam perencanaan maupun dalam

rangka penilaian pembelajaran. Dalam perencanaan, tujuan memberikan

panduan dalam memilih isi mata ajaran, menata urutan topiktopik,

mengalokasikan waktu, memilih alat bantu dan prosedur pengajaran, serta

menetapkan ukuran atau standar untuk mengukur prestasi belajar siswa.

Tujuan juga sekaligus merupakan kriteria untuk menilai mutu dan efisiensi

pengajaran. Karena itu, tujuan pengajaran harus dirumuskan secara jelas,

tepat, tidak boleh samar-samar, atau meragukan.

Tujuan pengajaran adalah suatu deskripsi mengenai perilaku yang

diharapkan dapat dicapai oleh siswa setelah kegiatan pembelajaran

berlangsung. Tujuan belajar merupakan cara yang akurat untuk

menentukan hasil pengajaran. Antara tujuan pengajaran (instructional

Page 44: Buku Ajar.2015

Page 43 of 91

goal) dan tujuan belajar (learning objectives) memang ada perbedaan,

tetapi keduanya memiliki hubungan yang sangat erat.

Konsep pengajaran yang dikemukakan oleh Mager

menitikberatkan pada perilaku siswa atau perbuatan (performannce)

sebagai suatu jenis output yang terdapat pada siswa, yang dapat diamati

dan dapat menunjukkan bahwa siswa tersebut telah melakukan kegiatan

belajar (Lise, 2008). Artinya, jika siswa tidak dapat mempertunjukkan

tingkah laku tertentu sebelum dia belajar, dan kemudian dia dapat

mempertunjukkannya, maka berarti siswa telah menempuh proses

pengajaran dengan baik. Dengan kata lain, proses pengajaran tersebut telah

memberikan dampak tertentu pada tingkah laku siswa tersebut.

Persoalannya, apakah tingkah laku yang dipertunjukkan siswa itu sesuai

dengan tingkah laku yang diharapkan? Kita dapat mempertimbangkan hal

tersebut, jika kita berpegang pada perangkat standar atau kriteria.

Berdasarkan kriteria tersebut, kita dapat membandingkan antara perilaku

nyata siswa dengan perilaku yang diharapkan (yang dirumuskan dalam

bentuk tujuan perilaku). Jika siswa tidak menampakkan perilaku yang

sesuai dengan tujuan, maka siswa tersebut dapat dikatakan tidak

melakukan perbuatan belajar.

Menurut Mager (Lise, 2008) tujuan pembelajaran seharusnya

mengandung tiga komponen utama yakni sebagai berikut:

1) Perilaku (behavior): spesifikasi dari apa yang akan diamati dan diukur.

2) Standar: patokan atau tolok ukur dampak belajar.3) Kondisi luar (exsternal condition): perilaku yang diperoleh benar-

benar disebabkan oleh kegiatan belajar, dan bukan disebabkan oleh hal lain.

Tujuan pengajaran merupakan dasar atau tolok ukur untuk

mengukur hasil pengajaran. Karena itu, rumusan tujuan harus mengandung

empat komponen. Komponen yang keempat adalah deskripsi tentang cara

mengukur perilaku siswa. Deskripsi ini mungkin dalam bentuk perilaku

yang dapat diamati/diukur secara langsung atau tidak langsung. Misalnya,

Page 45: Buku Ajar.2015

Page 44 of 91

keterampilan menyepak bola adalah perilaku yang dapat diamati/diukur

secara langsung, sedangkan sikap siswa terhadap warga dari suku bangsa

lain adalah perilaku yang tak dapat diamati/diukur secara langsung. Untuk

mengukur kedua jenis perilaku ini diperlukan alat ukur yang berbeda.

Keterampilan menyepak bola dapat dinilai dengan menggunakan tes

tindakan, sedangkan sikap siswa diukur dengan skala sikap atau dengan

kuesioner.

Dengan demikian, keempat komponen perumusan tujuan perilaku

tadi perlu dilukiskan dalam format, yang meliputi komponen-komponen

sebagai berikut.

a. Kondisi-kondisi eksternal yang perlu

b. Unjuk kerja yang diharapkan

c. Standar atau kriteria

d. Instrumen evaluasi.

2) Analisis Sumber BelajarSumber belajar adalah suatu daya yang dapat dimanfaatkan untuk

kepentingan proses belajar mengajar, baik langsung ataupun tidak, baik

sebagian ataupun secara keseluruhan Sumber merupakan suatu sistem atau

perangkat materi yang sengaja diciptakan atau disiapkan dengan maksud

mempermudah dan memicu siswa belajar.

Ada dua pendekatan yang dapat dilakukan dalam usaha memilih

media pembelajaran. Pertama, dengan cara memilih media yang telah

tersedia di pasaran yang dapat dibeli guru dan langsung dapat digunakan

dalam proses pembelajaran. Pendekatan ini sudah tentu membutuhkan

biaya untuk membelinya. Padahal, belum tentu media itu cocok untuk

digunakan sebagai bahan dan kegiatan belajar siswa. Kedua, memilih

berdasarkan kebutuhan nyata yang telah direncanakan, khususnya yang

berkenaan dengan tujuan dan bahan pelajaran yang hendak disampaikan.

Dewasa ini, pendekatan kedua ini banyak digunakan oleh guru-guru, yakni

dengan mempertimbangkan bahan pembelajaran yang akan disampaikan,

serta kegiatan-kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa. Kecocokan

Page 46: Buku Ajar.2015

Page 45 of 91

terhadap kedua hal ini menjadi dasar pertimbangan apakah satu media

dipilih atau tidak dipilih. Dalam hubungan ini berlaku prinsip ”selection

by rejection”. Guru hanya memilih media pembelajaran yang bermanfaat

dan tidak memilih media yang tak terpakai. Di samping itu, segi ekonomis

dan hambatan-hambatan praktis yang mungkin dihadapi oleh siswa dan

guru juga menjadi dasar pertimbangan. Faktor lain adalah efektivitas

komunikasi dalam kaitannya dengan siswa serta bahan pembelajaran dan

tujuan yang hendak dicapai.

Ada beberapa jenis media pembelajaran yang biasa digunakan

dalam proses pembelajaran.

a. Media grafis, seperti gambar, foto, grafik, bagan atau diagram, poster,

kartun, komik dan lain-lain. Media grafis sering juga disebut media dua

dimensi yakni media yang mempuyai ukuran panjang dan lebar.

b. Media tiga dimensi, dalam bentuk model seperti model padat, model

penampang, model susun, model kerja, muck up, diorama dan lain-lain.

c. Media proyeksi, seperti slide, filmstrip, film, penggunaan OHP, dan

lain-lain.

d. Penggunaan lingkungan sebagai media pendidikan.

Penggunaan media hendaknya tidak hanya dilihat atau dinilai dari

segi kecanggihan, tetapi yang lebih penting lagi dari segi fungsi dan

peranannya untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran. Penggunaan

media pendidikan sebagai alat komunikasi khususnya dalam hubungannya

dengan proses belajar mengajar, hendaknya didasarkan pada kriteria

pemilihan yang objektif. Sebab, penggunaan media pendidikan tidak

sekedar menampilkan program pengajaran ke dalam kelas, tetapi juga

harus dikaitkan dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, strategi

kegiatan belajar mengajar, dan bahan yang akan disampaikan. Jadi, faktor-

faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih media pendidikan

adalah relevansi, kelayakan, dan kemudahan penggunaannya.

Page 47: Buku Ajar.2015

Page 46 of 91

3) Analisis Karakteristik Siswa

Agar dapat merencanakan pembelajaran dengan baik, kita sebagai

guru hendaknya memahami kondisi individu siswa, semangat/motivasi

belajar, dan perbedaan karakter siswa secara umum. Pada hakikatnya

setiap individu adalah satu kesatuan yang utuh dan sekaligus unik, yang

berbeda satu dengan yang lainnya.

Perbedaan tersebut dapat dilihat dari aspek horizontal dan vertika.

Perbedaan individu yang bersifat horizontal menyang-kut aspek psikologis

yang berkaitan dengan tingkat kecerdasan, bakat, minat, ingatan, emosi,

dan seebagainya. Perbedaan vertikal adalah perbedaan invidu dari aspek

fisiologis yang meliputi bentuk badan, tinggi, berat, kekuatan, kesehatan,

dan sebagainya. Masing-masing aspek individu tersebut besar

pengaruhnya terhadap kegiatan dan keberhasilan belajar.

Perbedaan individual disebabkan oleh dua faktor, yaitu keturunan

atau bawaan kelahiran, dan faktor pengaruh lingkungan. Kedua faktor

ini memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan

siswa. Bisa jadi salah satu faktor ada yang lebih dominan. Namun,

kedua faktor tersebut masing-masing berpengaruh, sehingga tidak ada

dua individu yang sama. Perbedaan individual tersebut terdiri dari

berbagai jenis dan aspek diri yang masing-masing individu mempunyai

ciri-ciri atau karakteristik tertentu.

a. Kecerdasan

Masing-masing siswa mempunyai tingkat kecerdasan yang berbeda.

Siswa yang kurang cerdas menunjukkan ciri-ciri belajar yang lebih

lamban, memerlukan banyak latihan dan membutuhkan waktu yang

lebih lama untuk maju, serta tidak mampu untuk melakukan abstraksi.

Siswa yang memiliki kecerdasan yang tinggi umumnya memiliki

perhatian yang lebih baik, belajar lebih cepat, tidak banyak

membutuhkan latihan, mampu mengerjakan tugas dalam waktu yang

Page 48: Buku Ajar.2015

Page 47 of 91

lebih singkat, serta mampu menarik kesimpulan dan melakukan

abstraksi.

b. Bakat (aptitude)

Bakat mempengaruhi perkembangan individu. Untuk mengetahui bakat

diperlukan tes bakat. Bakat di sini turut menentukan perbedaan hasil

belajar, sikap, minat, dan lain sebagainya.

c. Keadaan jasmani

Perbedaan jasmani setiap siswa terlatak pada struktur badan (tinggi,

berat, dan koordinasi anggota badan), cacat badan (gangguan telinga,

penglihatan, sakit menahun, mudah pusing, dan seterusnya), dan

gangguan penyakit tertentu. Keadaan jasmani seorang siswa dapat

mempengaruhi efisiensi dan kegairahan belajar, mudah lelah, serta

kurang berminat melakukan berbagai kegiatan. Semuanya itu akan

mempengaruhi hasil belajar siswa.

d. Kondisi sosial dan emosional

Keadaan sosial dan emosi individu berbeda antara satu dengan yang

lainnya. Berbagai sikap sosial dan emosional, adalah pendiam,

pemberang, pemalu, pemberani, mudah bereaksi, senang bekerjasama,

suka mengasingkan diri, mudah terpengaruh, sensitif, suka

menggantungkan diri pada orang lain, dan sebagainya. Perilaku social

emosional ini dapat berubah sesuai situasi dan kondisi di sekitarnya.

Keadaan seperti demikian besar sekali pengaruhnya terhadap

keberhasilan belajar siswa.

e. Keadaan keluarga

Keadaan keluarga besar sekali pengaruhnya terhadap karakteristik

individu. Pengaruh keluarga terwujud dalam pengalaman, sikap,

apresiasi, minat, ekonomi, cara berkomunikasi, kebiasaan berbicara,

hubungan kerja sama, pola pikir, dan sebagainya. Perbedaan dalam hal-

hal tersebut akan mempengaruhi perilaku siswa belajar di sekolah.

Page 49: Buku Ajar.2015

Page 48 of 91

f. Prestasi belajar

Perbedaan prestasi hasil belajar di kalangan para siswa disebabkan

karena faktor-faktor kematangan, latar belakang pribadi, sikap dan bakat

terhadap pelajaran, jenis mata pelajaran yang diberikan, dan sebagainya.

4) Menetapkan Tujuan dan Isi Pembelajaran

Kunci untuk menetapkan tujuan pembelajaran adalah kebutuhan siswa,

mata ajaran, dan guru itu sendiri. Berdasarkan kebutuhan siswa dapat ditetapkan

apa yang hendak dicapai, dikembangkan, dan diapresiasikan. Berdasarkan mata

ajaran yang ada dalam petunjuk kurikulum dapat ditentukan hasil-hasil

pembelajaran yang diinginkan. Guru sendiri adalah sumber utama tujuan bagi para

siswa, dan kita sebagai guru harus mampu memilih dan merumuskan tujuan-

tujuan pembelajaran yang bermakna dan terukur.

Tujuan adalah rumusan yang luas mengenai hasil-hasil pendidikan yang

diinginkan. Di dalamnya terkandung target pembelajaran dan dasar penyediaan

pengalaman belajar. Untuk merumuskan tujuan pembelajaran kita harus

mengambil suatu rumusan tujuan dan menentukan perilaku siswa yang secara

spesifik mengacu pada tujuan tersebut. Perilaku yang spesifik harus dapat diamati

oleh guru melalui perilaku yang ditunjukkan siswa, misalnya membaca lisan,

menulis karangan. Untuk mengoperasionalkan tujuan, suatu perilaku harus

didefinisikan di mana guru dapat mengamati dan menentukan kemajuan siswa

sehubungan dengan tujuan tersebut.

Suatu tujuan pembelajaran seyogyanya memenuhi kriteria sebagai berikut.

a. Menyediakan situasi/kondisi untuk belajar, misalnya dalam situasi

bermain peran.

b. Mendefinisikan perilaku siswa dalam bentuk yang dapat diukur dan dapat

diamati.

c. Menyatakan tingkat minimal perilaku yang dikehendaki, misalnya siswa

dapat mewarnai dan memberi label pada sekurang-kurangnya tiga gunung

utama di pulau Jawa.

Page 50: Buku Ajar.2015

Page 49 of 91

5) Menetapkan Strategi Pengorganisasian Isi Pembelajaran.

Untuk mengorganisasikan isi pembelajaran dengan baik, kita harus

memahami substansi materi yang akan diajarkan, termasuk aspek-aspek materi

dan kriteria pemilihan materi.

1. Aspek-aspek materi

Dalam materi pelajaran terdapat konsep fakta, proses, nilai, ketrampilan, serta

masalah-masalah yang ada kaitannya dengan kehidupan masyarakat. Istilah-

istilah tersebut memiliki makna sebagai berikut.

a. Konsep adalah suatu ide atau gagasan atau suatu pengertian yang umum,

misalnya sumber kekayaan alam yang dapat di perbarui.

b. Prinsip adalah suatu kebenaran dasar sebagai titik tolak untuk berpikir atau

merupakan suatu petunjuk untuk berbuat/melaksanakan sesuatu.

c. Fakta adalah sesuatu yang telah terjadi atau yang telah dikerjakan/dialami.

Mungkin berupa hal, objek, atau keadaan. Jadi, bukan suatu yang

diinginkan, pendapat, atau teori. Contoh: Proklamsi Kemerdekaan RI

adalah tanggal 17 Agustus 1945.

d. Proses adalah serangkaian perubahan, gerakan-gerakan perkembangan.

Suatu proses dapat terjadi secara disadari atau tidak disadari. Proses dapat

juga sebagai cara untuk melaksanakan kegiatan operasional (misalnya di

pabrik) atau proses pembuatan warna pada daun yang kena hama wereng

dan sebagainya.

e. Nilai adalah suatu pola, ukuran, tipe, atau model. Umumnya, nilai bertalian

dengan pengakuan atau kebenaran yang bersifat umum, tentang baik atau

buruk, misalnya: hukum jual beli, hukum koperasi unit desa, Bimas, dan

sebagainya.

f. Keterampilan adalah kemampuan berbuat sesuatu dengan baik. Berbuat

dapat berarti secara jasmaniah (menulis, berbicara dan sebagainya) dan

dapat juga berarti rohaniah (membedakan, menganalisis dan sebagainya).

Page 51: Buku Ajar.2015

Page 50 of 91

Biasanya kedua aspek tersebut tidak terlepas satu sama lain, kendatipun

tidak selalu demikian adanya.

2. Kriteria pemilihan materi pelajaran

Pemilihan materi pelajaran harus sejalan dengan ukuran-ukuran (kriteria)

yang digunakan untuk memilih isi kurikulum bidang studi. Inilah beberapa kriteria

yang perlu dipertimbangkan dalam memilih materi pelajaran.

a. Kriteria tujuan instruksional, artinya materi yang dipilih sesuai dengan tujuan

pembelajaran.

b. Materi pelajaran supaya terjabar, maksudnya materi pelajaran dirinci

berdasarkan tuntutan setiap tujuan pembelajaran.

c. Relevan dengan kebutuhan siswa, yakni materi pelajaran yang dipilih

mengarah pada pengembangan potensi siswa (pengetahuan, sikap, nilai dan

keterampilan) secara utuh.

d. Sesuai dengan kondisi masyarakat, yaitu materi pelajaran yang dipilih

hendaknya dapat membantu siswa memperoleh pengalaman edukatif yang

bermakna bagi perkembangan mereka menjadi manusia mandiri dan adaptif

atau mampu menyesuaikan diri.

e. Mengandung nilai-nilai etik, yakni materi pelajaran yang dipilih hendaknya

sesuai dengan perkembangan moral siswa. Pengetahuan dan keterampilan

diperoleh siswa memungkinkan mereka untuk mengembangkan dirinya sebagai

manusia yang memiliki etika yang sesuai dengan sistem nilai dan norma-norma

yang berlaku di masyarakat.

f. Tersusun dalam ruang lingkup dan urutan yang sistematis dan logis.

Maksudnya, materi pelajaran disusun secara utuh dan menyeluruh, terbatas

ruang lingkupnya dan terpusat pada satu topik masalah tertentu. Materi disusun

secara runtut dengan mempertimbangkan faktor psikis siswa. Dengan cara ini

diharapkan isi materi tersebut akan lebih mudah diserap oleh siswa.

g. Bersumber dari buku sumber yang baku, pribadi guru yang ahli, dan

masyarakat. Penataan tujuan/isi sebenarnya bagian kegiatan guru untuk dapat

menentukan konsep esensial. Tidak mungkin seorang guru akan mengajarkan

Page 52: Buku Ajar.2015

Page 51 of 91

semua hal yang ada dalam buku. Materi yang ada dalam buku akan dipilih

mana yang paling penting dibicarakan, atau materi apa yang akan diajarkan

(what to teach), yang akan diikuti dengan pemikiran bagaimana cara

mengajarkannya (how to teach).

Jadi, konsep esensial adalah pokok-pokok pengertian yang dikandung

dalam suatu kurikulum pembelajaran atau topik pelajaran (Chamisijatin, dkk.,

1999). Arief (1989) dalam (Lise, 2008) mendefinisikan konsep materi dengan

pengertian-pengertian pokok dari materi pelajaran yang akan dimiliki siswa.

Blough dan Schwarts (1984) dalam (Lise, 2008) menyarankan dalam seleksi

konsep esensial yaitu isi (content) yang meliputi fakta, konsep, prinsip dan

metode, menyatu dalam satu pertimbangan (tujuan) seleksi. Seleksi konsep dari

materi pembelajaran dapat dilakukan atas dasar tujuan yang ditentukan, latar

belakang dan perkembangan siswa, lingkungan

global dan lokal, tren atau kecenderungan perkembanagn ilmu pengetahuan, isi

dari berbagai disiplin ilmu, dan keseluruhan program sekolah.

Untuk mendapatkan ini dapat dilakukan dengan cara mengaitkan isi materi

dalam satu pokok bahasan atau materi pelajaran. Apabila materi atau isi-isi bidang

studi itu terkait, maka akan terlihat kebermaknaannya yang menyebabkan siswa

memiliki retensi yang lebih baik dan lebih lama terhadap apa yang dipelajari.

Kebermaknaan ini, menurut Degeng (1997) dalam (Lise, 2008) dapat dilakukan

dengan membuat sequencing.

Sequencing menaruh perhatian pada penataan urutan dalam penyampaian

isi-isi atau topik-topik yang dipelajari. Sequencing ini penting karena akan

menunjukkan urutan-urutan yang perlu diikuti dalam mempelajari isi-isi suatu

bidang studi, karena pada dasarnya semua isi bidang studi mempunyai prasyarat

belajar. Apabila tidak ada kaitan bab-per-bab, maka siswa cenderung hanya

memberi perhatian pada isi setiap bab secara terpisah, sehingga mudah sekali

terjadi interferensi dalam ingatan mereka. Selanjutnya, Degeng (1997) dalam

(Lise, 2008) juga menyarankan dengan synthesizing, yaitu suatu cara yang

menaruh perhatian pada pembuatan struktur yang dapat menunjukkan keterkaitan

isi-isi tersebut. Pada prinsipnya strategi pembelajaran konstruktivisme dilakukan

Page 53: Buku Ajar.2015

Page 52 of 91

dengan menyajikan isi yang menekankan pada penggunaan pengetahuan secara

bermakna mengikuti urutan dari keseluruhan ke bagian (Degeng dan Suharjono,

1997).

Salah satu cara untuk mendapatkan pengetahuan secara bermakna

mengikuti urutan dari keseluruhan ke bagian tesebut dapat digunakan dengan peta

konsep. Peta konsep adalah suatu konsep yang disajikan berupa kaiatan-kaitan

yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi. Menurut Rustaman

konsep-konsep tersebut dikait-kaitkan dengan kata-kata tertentu sehingga

mengandung pengertian yang bermakna (Lise, 2008). Misalnya, konsep tumbuhan

dan organisme, proposisinya adalah itu, sehingga kaitannya menjadi: tumbuhan

itu organisme. Konsep organisme dan energinya proposisinya adalah

membutuhkan, kaitannya menjadi: organisme membutuhkan energi.

6) Menetapkan Strategi Penyampaian Pembelajaran

Para pakar teori belajar mengembangkan startegi pembelajaran

berdasarkan pandangannya masing-masing. Paling tidak ada empat strategi

pembelajaran yang perlu diketahui oleh guru/calon guru. Keempatnya ialah

pembelajaran penerimaan, pembelajaran penemuan, pembelajaran penguasaan,

dan pembelajaran terpadu.

1. Pembelajaran penerimaan (reception learning)

Pendukung utama pendekatan ini adalah Ausubel. Pendekatan ini dapat disebut

dengan proses informasi. Langkah-langkahnya, sebagai berikut.

a. Penerimaan terhadap prinsip-prinsip umum, aturan-aturan, serta ilustrasi

khusus.

b. Pemahamn terhadap prinsip umum. Pengujian dilakukan dengan tes yang

menuntut pernyataan ulang mengenai prinsip-prinsip dan contoh-contoh

yang telah diberikan.

c. Partikularisasi, yaitu penerapan prinsip umum ke dalam situasi/keadaan

tertentu.

Page 54: Buku Ajar.2015

Page 53 of 91

d. Tindakan, yakni gerakan dari suasana kognitif dan proses simbol ke

suasana perbuatan/tindakan.

Pendekatan pembelajaran ini dikembangkan menjadi strategi ekspositoris,

dengan langkah-langkah pokok sebagai berikut.

a. Penyajian informasi yang diberikan melalui penjelasan simbolik atau

demonstrasi yang praktis.

b. Mengetes penerimaan, ungkapan, dan pemahaman siswa. Bila perlu

mengulangi kembali pesan/informasi tersebut.

c. Menyediakan kesempatan bagi siswa untuk menerapkan prinsip umum

sebagai latihan dan contoh tertentu. Menguji apakah penerapannya sudah betul

atau belum. Jika perlu berikan contoh untuk periksa, sehingga diperoleh

perilaku yang betul.

d. Menyediakan berbagai kesempatan bagi siswa untuk menerapkan informasi

yang telah dipelajari ke dalam situasi senyatanya.

2. Pembelajaran Penemuan (discovery learning)

Pendukung utama pendekatan ini adalah Piaget dan Bruner, penganut

psikologi kognitif dan humanistik. Belajar penemuan dapat juga disebut ”Proses

Pengalaman” Langkah-langkah proses belajar pengalaman adalah sebagai berikut.

a. Tindakan dalam instansi tertentu. Siswa melakukan tindakan dan mengamati

pengaruh-pengaruhnya. Pengaruh-pengaruh tersebut mungkin sebagai

ganjaran atau hukuman (operant conditioning), atau mungkin memberikan

keterangan mengenai hubungan sebab akibat.

b. Pemahaman kasus tertentu. Jika keadaan yang sama muncul kembali, maka

siswa dapat mengantisipasi pengaruh yang bakal terjadi, dan konsekuensi-

konsekuensi yang akan terasakan.

c. Generalisasi. Siswa membuat kesimpulan atas prinsip-prinsip umum

berdasarkan pemahaman terhadap instansi tersebut.

d. Tindakan dalam suasana baru. Siswa menerapkan prinsip dan mengantisipasi

pengaruhnya. Pendekatan pembelajaran penemuan dikembangkan menjadi

strategi inquirydiscovery.

Page 55: Buku Ajar.2015

Page 54 of 91

Langkah-langkah pokok strategi ini ialah sebagai berikut:

a. Menyajikan pelbagai kesempatan bagi siswa untuk melakukan

tindakan/perbuatan dan mengamati konsekuensi dari tindakan tersebut.

b. Menguji pemahaman siswa mengenai hubungan sebab akibat dengan cara

mempertanyakan atau mengamati reaksi-reaksi siswa, selanjutnya menyajikan

kesempatan-kesempatan lainnya.

c. Mempertanyakan atau mengamati kegiatan selanjutnya, serta menguji susunan

prinsip umum yang mendasari masalah yang disajikan itu.

d. Penyajian berbagai kesempatan baru guna menerapkan hal yang baru saja

dipelajari ke dalam situasi atau masalah-masalah yang nyata.

3. Pembelajaran penguasaan (mastery learning).

Pendukung utama pendekatan ini adalah Carrol, yang memadukan teori

behavioristik. Belajar tuntas adalah strategi pembelajaran yang

diindividualisasikan dengan mengguanakan pendekatan kelompok (group-based

approach). Pendekatan ini memungkinkan para siswa belajar bersama-sama

dengan memperhatikan bakat dan ketekunan mereka, pemberian waktu yang

cukup, dan bantuan bagi yang mengalami kesulitan.

Langkah-langkah umum yang harus di tempuh adalah sebagai berikut:

a. Mengajarkan satuan pelajaran pertama dengan mengguanakan metode

kelompok

b. Memberikan tes diagnostik untuk memeriksa kemajuan belajar siswa setelah

disampaikan satuan pelajaran tersebut. Hasil tes ini menunjukkan siswa yang

telah memenuhi kriteria dan yang belum.

c. Siswa yang telah memenuhi kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan

diperkenankan menempuh pengajaran berikutnya, sedangkan bagi yang belum

diberikan kegiatan perbaikan.

d. Melakukan pemeriksaan akhir untuk mengetahui hasil belajar yang telah

dicapai siswa dalam jangka waktu tertentu.

Page 56: Buku Ajar.2015

Page 55 of 91

4. Pembelajaran terpadu (unit learning)

Pendekatan ini pada mulanya disebut metode proyek yang dikembangkan

oleh Dewey. Orang pertama yang menggunakan istilah unit adalah Morrison.

Pembelajaran terpadu (atau pengajaran unit) berpangkal pada teori psikologi

gestalt. Pembelajaran terpadu adalah suatu sistem pembelajaran yang bertitik tolak

dari suatu masalah atau proyek, yang dipelajari/dipecahkan oleh siswa secara

individu/kelompok dengan metode yang bervariasi, dengan bimbingan guru guna

mengembangkan pribadi siswa secara utuh dan terintegrasi.

Langkah-langkah umum pengembangan program unit adalah sebagai

berikut.

a. Menyusun sumber unit yang bertitik tolak dari topik atau masalah tertentu.

b. Menyusun unit pembelajaran, sebagai bagaian dari sumber unit yang

dirancang dengan pola tertentu.

c. Menyusun unit lesson dalam rangka melaksanakan unit pengajaran yang telah

dikembangkan.

d. Menyusun satuan pelajaran, yang akan dilaksanankan dalam prose belajar

mengajar harian.

Langkah-langkah melaksanakan pengajaran unit adalah sebagai berikut:

a. Mengorientasikan siswa pada masalah/topik yang akan dipelajari dalam kelas,

baik secara langsung maupun melalui media pembelajaran yang relevan.

b. Memberikan kesempatan bagi siswa untuk mencari dan mengumpulkan

informasi (kelompok atau individu) untuk memecahkan masalah.

c. Memberikan kesempatan bagi siswa untuk menggunakan informasi tadi dalam

praktik penerapan di lapangan.

d. Mengadakan diskusi dan pembuatan laporan sebagai kegiatan kulminasi.

e. Melakukan evaluasi terhadap kemajuan belajar siswa, baik oleh guru, sendiri,

maupun kelompok.

f. Membicarakan tindak lanjut untuk kegiatan unit selanjutnya.

Page 57: Buku Ajar.2015

Page 56 of 91

7) Menetapkan Strategi Pengelolaan Pembelajaran

Mengelola kelas merupakan fungsi guru sebagai manajer, karena pada

prinsipnya pembelajaran merupakan manajemen kelas. Manajemen artinya

penyelenggaraan atau pengurusan supaya yang dikelola dapat berjalan dengan

lancar, efektif, dan efesien. Sementara itu, manajer adalah pengorganisasi atau

pengelola. Pembelajaran di dalam kelas ada dua macam kegitan pokok yang harus

dilakukan guru secara bersama-sama, yaitu pengelolaan pembelajaran dan

pengelolaan kelas. Pengelolaan pembelajaran atau mengajar adalah menggerakkan

siswa untuk mencapai tujuan instruksional. Untuk mencapai tujuan instruksional

tersebut diperlukan desain instruknasional, dari pembuatan perencanaan,

penyajian materi, hingga penilaian. Sedangkan pengelolaan kelas adalah

menciptakan dan mempertahankan kondisi agar kegiatan mengajar dapat

berlangsung efektif dan efesien.

Pengelolaan kelas tidak langsung mencapai tujuan pembelajaran seperti

halnya pengelolaan pembelajaran, tetapi membuat kondisi supaya pengelolaan

pembelajaran dapat berlangsung dengan baik, sehingga tujuan pembelajaran

tercapai. Dengan demikian, kegiatan pengelolaan kelas tidak hanya dilakukan

pada permulaan pembelajaran, tetapi juga dapat di tengah-tengah dan di akhir

pembelajaran. Hal itu tergantung sekali dari dari permasalahan yang muncul.

Masalah pengelolaan pembelajaran misalnya berkaitan dengan: tujuan

pembelajaran yang tidak jelas, materi pelajaran terlalu mudah atau terlalu sulit,

media atau metode pembelajaran tidak sesuai, urutan materi tidak sistematis,

penilaian tidak jelas, dan lain sebagainya. Sedangkan contoh masalah pengelolaan

kelas adalah siswa mengantuk, siswa ramai, siswa tidak mengerjakan tugas, siswa

sering tidak masuk, siswa senang mengganggu teman, kursi banyak yang rusak,

ruang kelas kotor, dan masih banyak contoh lain.

Kelas merupakan satu kesatuan sekolah terkecil, yang terdiri atas

sekelompok siswa untuk mendapatkan pelajaran yang sama, dari guru yang sama,

dan pada waktu yang sama pula. Dengan demikian, kelas mempunyai ciri atau

karakteristik yang khusus dan spesifik, artinya setiap kelas akan mempunyai

Page 58: Buku Ajar.2015

Page 57 of 91

suasana atau kondisi yang berbeda. Untuk itu seorang guru harus dapat

memutuskan apa yang akan diperbuat dalam kelas tertentu untuk mengefektifkan

pembelajaran.

Secara garis besar pengelolaan kelas dapat digolongkan menjadi: (1)

pengorganisasian kelas, (2) aktivitas kelas, (3) pengendalian terhadap perilaku

yang menyimpang yang disebabkan oleh adanya permasalahan dalam kelas.

Sedangkan sumber permasalahan dalam kelas dapat dibedakan menjadi dua, yaitu

permasalahan yang bersumber dari manusia dan nonmanusia seperti tempat

belajar mengajar dan lingkungan sekitar. Sumber dari manusia dapat dibedakan

menjadi dua, yaitu masalah individual dan masalah kelompok. Masalah individual

atau perorangan terjadi apabila tidak terpenuhi kebutuhan pribadi di dalam kelas.

Kebutuhan pribadi siswa antara lain untuk dapatnya diterima dalam kelompok

tersebut. Apabila kebutuhan itu tidak terpenuhi maka munculah permasalahan

individu. Masalah kelompok akan muncul karena tidak terpenuhinya kebutuhan

dalam kelompok, sehingga mengakibatkan kelompok kelas menjadi frustasi dan

cemas. Keadaan itu ditunjukkan dengan adanya kelompok yang bersifat pasif,

acuh, tidak puas, dan belajarnya terganggu. Sebaliknya, bila kebutuhan kelompok

terpenuhi, maka akan berakibat anggotanya menjadi aktif, puas, bergairah, dan

belajar dengan baik.

Masalah organisasi dapat pula mempengaruhi perilaku siswa di dalam

kelas, dan mempengaruhi guru dalam melaksanakan tugasnya dalam mengelola

kelas. Organisasi lembaga pendidikan akan menjadikan masalah apabila

organisasi yang berlaku di lembaga pendidikan tidak dapat diterima siswa, baik

oleh semua maupun sebagian siswa. Organisasi sekolah biasanya terwujud dalam

peraturan dan kebijaksanaan lembaga pendidikan. Peraturan merupakan

penerapan kebijakan. Peraturan lembaga pendidikan dapat berupa peraturan

tertulis ataupun peraturan yang tidak tertulis. Karena peraturan lembaga

pendidikan dapat memberi sumbangan terhadap perilaku siswa, maka lembaga

pendidikan benar benar harus bijaksana dalam membuat peraturan dan kebijakan.

Page 59: Buku Ajar.2015

Page 58 of 91

BAB 5PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM

Kompetensi akhir : mendeskripsikan prinsip-prinsip pengembangan dalam kurikulum

Indikator :1. Menjelaskan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum2. Menyebutkan aksioma pengembangan kurikulum

Pengembangan kurikulum merupakan bagian yang esensial dalam

pengembangan program pendidikan. Sasaran yang dicapai bukanlah semata-mata

memproduksi bahan pelajaran, melainkan pada peningkatan kualitas pendidikan

pada umumnya dan kualitas pembelajaran pada khususnya. Para ahli kurikulum

memandang bahwa pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang

berkelanjutan.

Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, di dalamnya

mencakup perencanaan, penerapan dan evaluasi. Perencanaan kurikulum adalah

langkah awal membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat

keputusan dan mengambil tindakan untuk menghasilkan perencanaan yang akan

digunakan oleh guru dan siswa. Penerapan kurikulum atau biasa juga disebut

implementasi kurikulum berusaha mentransfer perencanaan kurikulum ke dalam

tindakan operasional. Evaluasi kurikulum merupakan tahap akhir dari

pengembangan kurikulum untuk menentukan seberapa besar hasil-hasil

pembelajaran, tingkat ketercapaian program-program yang telah direncanakan,

dan hasil-hasil kurikulum itu sendiri. Pada pengembangan kurikulum, di dalamnya

melibatkan banyak orang, seperti politikus, pengusaha, orang tua siswa, serta

unsur-unsur masyarakat lainnya yang merasa berkepentingan dengan pendidikan.

Prinsip-prinsip yang akan digunakan dalam kegiatan pengembangan

kurikulum pada dasarnya merupakan kaidah-kaidah atau hokum yang akan

menjiwai suatu kurikulum. Dalam pengembangan kurikulum, dapat menggunakan

prinsip-prinsip yang telah berkembang dalam kehidupan sehari-hari atau justru

menciptakan sendiri prinsip-prinsip baru. Oleh karena itu, dalam implementasi

Page 60: Buku Ajar.2015

Page 59 of 91

kurikulum yang digunakan di lembaga pendidikan lainnya, sehingga banyak

ditemukan prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan kurikulum.

Prinsip merupakan pedoman untuk mengarahkan kegiatan orang yang

bekerja dalam suatu lapangan tertentu. Prinsip-prinsip mengembangkan

kurikulum menurut Oliva adalah bersumber dari: a) data empiris; b) data

eksperimental; c) berupa keyakinan dan sikap masyarakat; dan d) akal sehat.

Masih menurut Oliva, bahwa prinsip-prinsip pengembangan kurikulum

dapat dipandang sebagai whole truths (kebenaran umum), partial truths (sebagian

mengandung kebenaran) dan hipotesis (dugaan). Oliva mempergunakan istilah

aksioma untuk menyatakan prinsip sebagai suatu kebenaran yang “self evident”,

yang memberikan pedoman dan kerangka acuan dalam memecahkan masalah.

Aksioma tersebut adalah sebagai berikut:

1. Perubahan pada hakekatnya tidak dapat dihindari dan selalu dibutuhkan,

karena dengan perubahan kehidupan menjadi tumbuh dan berkembang. Para

Pembina dan pengembang kurikulum turut memberi jawaban terhadap

perubahan yang terjadi di masyarakat.

2. Kurikulum bukan hanya mencerminkan keadaan zaman, tetapi merupakan

produk zaman. Meskipun kurikulum sering lambat mengikuti perkembangan

masyarakat, tetapi pada dasarnya mengandung transformasi. Kurikulum

menjawab tantangan, perubahan sosial dan diubah oleh penemuan psikologi,

dilihat secara filosofis dan kemajuan ilmu pengetahuan.

3. Kurikulum masa lampau dapat berlaku dan bersama dengan kurikulum baru.

Suatu pengembangan kurikulum dapat tumpang tindih untuk waktu yang

lama. Hal ini dalam sejarah kurikulum suatu tema kurikulum sering

merupakan suatu rekapitulasi.

4. Perubahan kurikulum merupakan hasil perubahan manusia. Oleh karena itu

perubahan kurikulum harus dimulai dari perubahan manusianya, yang meliputi

perubahan keyakinan, sikap, pengetahuan, keterampilan dan kemauan. Dengan

kata lain merubah faktor-faktor yang berinteraksi dalam pengembangan

kurikulum.

Page 61: Buku Ajar.2015

Page 60 of 91

5. Pengembangan kurikulum merupakan suatu hasil usaha yang dilakukan secara

kooperatif. Oliva melihat kerjasama dalam pengembangan kurikulum bukan

hanya mengutamakan konstruksi sejumlah bahan tetapi lebih merupakan

pertumbuhan individual para professional yang merupakan inti dalam

kerjasama ini.

6. Pengembangan kurikulum pada dasarnya merupakan suatu proses

pengambilan keputusan. Para perencana mengadakan pemilihan menentukan

prioritas meliputi pemilihan disiplin, pendapat yang berkembang, bobot,

metode dan organisasi.

7. Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang kontinu. Perencana

senantiasa berjuang mencari yang ideal, karena itu sehubungan record dan

catatan tentang kurikulum lama perlu disimpan.

8. Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang komprehensif.

Pendekatan yang komprehensif menuntut penggunaan berbagai sumber, bukan

hanya personil, tapi juga biaya, tenaga dan motivasi perlu dikembangkan.

9. Pengembangan kurikulum lebih baik dilakukan secara sistematik bukan hal

yang coba-coba dan salah (trial and error). Pengembangan kurikulum lebih

berhasil jika menggunakan suatu model atau sistem pendekatan.

10. Pengembangan kurikulum mulai dari kurikulum yang ada, sebagaimana

mengajar dimulai dari mengidentifikasi murid.

Prinsip pengembangan kurikulum adalah:

1. Peningkatan keimanan, budi pekerti, dan penghayatan nilai-nilai budaya.

2. Keseimbangan etika,logika, estetika, dan kinestetika.

3. Penguatan integritas nasional.

4. Perkembangan pengetahuan dan teknologi informasi.

5. Pengembangan kecakapan hidup.

6. Pilar pendidikan.

7. Komprehensif dan berkesinambungan.

8. Belajar sepanjang hayat.

9. Diversifikasi pengembangan kurikulum.

Page 62: Buku Ajar.2015

Page 61 of 91

BAB 6

KURIKULUM 2013

Kompetensi akhir: membandingkan konsep kurikulum KTSP dengan 2013

Indikator:

1. Menjelaskan karakteristik kurikulum 2013

2. Menyebutkan tujuan kurikulum 2013

3. Membandingkan konsep KTSP dengan Kurikulum 2013

4. Mengembangkan pola pikir kurikulum 2013 dalam proses

pembelajaran

5. Menerapkan prinsip kurikulum 2013 dalam proses pembelajaran

1. Karakteristik Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut:

1) Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap dan

spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreatifitas, dan kerjasama dengan

kemampuan intelektual dan psikomotorik;

2) Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan

pengalaman belajar terencana di mana peserta didik menerapkan apa

yang dipelajarinya di sekolah ke masayarakat dan memanfaatkan

masyarakat sebagai sumber belajar;

3) Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta

menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat;

4) Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai

sikap, pengetahuan, dan keterampilan;

5) Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang

dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar matapelajaran;

6) Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing

elements) kompetensi dasar, di mana semua kompetensi dasar dan

proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang

dinyatakan dalam kompetensi inti.

Page 63: Buku Ajar.2015

Page 62 of 91

7) Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif,

saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar

matapelajaran dan jenjang pendidikan (horizontal dan vertikal).

2. Tujuan Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia

Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga

negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu

berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan

peradaban dunia.

Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir

sebagai berikut:

1) Pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran

berpusat pada peserta didik;

2) Pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi

pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakat-

lingkungan alam,sumber/media lainnya);

3) Pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring

(peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja

yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet);

4) Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif mencari

(pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model

pembelajaran pendekatan sains);

5) Pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (tim);

6) Pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat

multimedia;

7) Pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan

(users) dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang

dimiliki setiap peserta didik;

8) Pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi

ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines); dan

9) Pola pembelajaran pasif menjadi pola pembelajaran kritis.

Page 64: Buku Ajar.2015

Page 63 of 91

Pelaksanaan kurikulum selama ini telah menempatkan kurikulum

sebagai daftar matapelajaran. Pendekatan Kurikulum 2013 untuk Sekolah

Dasar/Madrasah Ibtidaiyah diubah sesuai dengan kurikulum satuan

pendidikan. Oleh karena itu dalam Kurikulum 2013 dilakukan penguatan

tata kelola sebagai berikut:

1) Tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata kerja yang

bersifat kolaboratif;

2) Penguatan manajemen sekolah melalui penguatan kemampuan

manajemen kepala sekolah sebagai pimpinan kependidikan

(educational leader); dan

3) Penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan

proses pembelajaran.

Penguatan materi dilakukan dengan cara pendalaman dan perluasan

materi yang relevan bagi peserta didik.

3. Prinsip-prinsip Kurikulum 2013

Sesuai Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi maka prinsip

pembelajaran yang digunakan adalah sebagai berikut:

1) Dari peserta didik diberi tahu menjadi peserta didik mencari tahu;

2) Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis

aneka sumber belajar;

3) Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan

penggunaan pendekatan ilmiah;

4) Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis

kompetensi;

5) Dari pembelajaran parsial menjadi pembelajaran terpadu;

6) Dari pembelajaran yang menenkankan jawaban tunggal menuju

pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi;

7) Dari pembelajaran verbalisme menjadi keterampilan aplikatif;

8) Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills)

dan keterampilan mental (softsiklls);

Page 65: Buku Ajar.2015

Page 64 of 91

9) Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan

peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat;

10) Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi

keteladanan (ingarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo

mangun karso), dan mengembangkan krativitas peserta didik dalam

proses pembelajaran (tut wuri handayani);

11) Pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah dan di

masyarakat;

12) Pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru,

siapa saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas;

13) Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan

efisiensi dan efektivitas pembelajaran;

14) Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya

peserta didik.

Terkait dengan prinsip di atas, dikembangkan standar proses yang

mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses

pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses

pembelajaran.

4. Struktur Kurikulum 2013

Kompetensi inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta

didik pada kelas tertentu. Melalui kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai

kompetensi dasar pada kelas yang berbeda dapat dijaga. Rumusan kompetensi inti

menggunakan notasi sebagai berikut: 1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk

kompetensi inti sikap spiritual; 2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti

sikap sosial; 3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan

4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan. Uraian tentang

Kompetensi Inti untuk jenjang Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah untuk kelas 1

adalah sebagai berikut:

1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya

2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan

Page 66: Buku Ajar.2015

Page 65 of 91

percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru

3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar,

melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang

dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang

dijumpainya di rumah dan di sekolah

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam

karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan

dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak

mulia

Latihan

1. Berdasarkan pola pikir Kurikulum 2013 di atas pola pikir manakah yang sudah

Anda laksanakan dan pola pikir manakah yang belum dilaksanakan?Apa

kendala yang dihadapi?

Page 67: Buku Ajar.2015

Page 66 of 91

BAB 7

PENGEMBANGAN DAN PROSEDUR PENGUKURAN HASIL

PEMBELAJARAN

Kompetensi akhir : Mengembangkan pengukuran hasil pembelajaran sesuai

prosedur

Indikator :

1. Menjelaskan definisi evaluasi pembelajaran2. Menyebutkan komponen sistem pembelajaran3. Memilih penilaian berdasarkan kompetensi

1. Evaluasi Hasil Belajar

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan proses pembelajaran diperlukan

pengukuran hasil pembelajaran. Untuk dapat melakukan hal itu dengan baik, kita

harus memahami beberapa hal yang terkait dengan bagaimana pengukuran hasil

pembelajaran tersebut dilakukan. Penilaian meliputi semua aspek batas belajar.

Menurut Schwartz dkk. Penilaian adalah suatu program untuk memberikan

pendapat dan penentuan arti atau faidah suatu pengalaman. Pengalaman adalah

pengalaman yang diperoleh berkat proses pendidikan, atau sebagai hasil belajar

siswa di sekolah. Pengalaman tersebut tanpak pada perubahan tingkah laku atau

pola keperibadian siswa. Dalam hal ini, penilaian adalah suatu upaya untuk

memeriksa sejauh mana siswa telah mengalami kemajuan atau tujuan belajar.

Evaluasi pembelajaran adalah evaluasi terhadap proses belajar mengajar.

Secara sistematik, evaluasi pembelajaran diarahkan pada komponen-komponen

sistem pembelajaran, yang mencakup: (1) komponen input, yakni perilaku awal

siswa, (2) komponen input instrumental, yakni kemampuan profesional

guru/tenaga kependidikan, (3) komponen kurikulum (program studi, metode,

media), (4) komponen administratif (alat, waktu, dana), (5) komponen proses,

yaitu prosedur pelaksanaan pembelajaran, serta (6) komponen output, yakni hasil

Page 68: Buku Ajar.2015

Page 67 of 91

pembelajaran yang menandai ketercapaian tujuan pembelajaran. Dalam hal ini

perhatian hanya ditujukan pada evaluasi terhadap komponen proses dalam

kaitannya dengan komponen input instrumental.

Sasaran evaluasi pembelajaran adalah untuk menjawab pertanyaan tentang

apa yang dinilai dalam sistem pembelajaran. Jawaban atas pertanyaan tersebut

berkenaan dengan hal-hal, objek, atau aspek-aspek penilaian pembelajaran.

Sehubungan dengan jawaban atas pertanyaan itu, ada empat hal pokok yang

menjadi sasaran evaluasi pembelajaran. Keempatnya mencakup: tujuan

pembelajaran, unsur dinamis pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan

pelaksanaan kurikulum. Keempat sasaran itu tampaknya berbeda satu dengan

yang lainnya, namun sangat erat kaitannya. Evaluasi terhadap suatu sasaran sering

kali tidak dapat dipisahkan secara tegas dari evaluasi terhadap sasaran lainnya.

Pendidikan berbasis kompetensi menekankan pada kemampuan yang harus

dimiliki oleh lulusan suatu jenjang pendidikaan. Perencanaan pembelajaran yang

dikembangkan diharapkan menggunakan strategi yang berkualitas dan waktu yang

cukup, artinya masing-masing siswa yang memiliki karakter dan kemampuan

berbeda dilayani sesuai dengan karakter dan kemampuannya. Implikasinya,

penilaian perlu menyediakan waktu yang cukup bagi setiap siswa untuk setiap unit

pengajaran.

Penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian otentik

(authentic assesment)yang menilai kesiapan siswa, proses, dan hasil belajar secara

utuh. Keterpaduan penilaian ketiga komponen tersebut akan menggambarkan

kapasitas, gaya, dan perolehan belajar siswa atau bahkan mampu menghasilkan

dampak instruksional (instructional effect) dan dampak pengiring (nurturant

effect) dari pembelajaran.

Hasil penilaian otentik dapat digunakan oleh guru untuk merencanakan

program perbaikan (remedial), pengayaan (enrichment), atau pelayanan

konseling. Selain itu, hasil penilaian otentik dapat digunakan sebagai bahan untuk

memperbaiki proses pembelajaran sesuai dengan Standar Penilaian Pendidikan.

Evaluasi proses pembelajaran dilakukan saat proses pembelajaran dengan

menggunakan alat: angket, observasi, catatan anekdot, dan refleksi.

Page 69: Buku Ajar.2015

Page 68 of 91

Pengawasan proses pembelajaran dilakukan melalui kegiatan pemantauan,

supervisi, evaluasi, pelaporan, serta tindak lanjut secara berkala dan berkelanjutan.

Pengawasan proses pembelajaran dilakukan oleh kepala satuan pendidikan dan

pengawas.

1) Prinsip Pengawasan Pengawasan dilakukan dengan prinsip objektif dan

transparan guna peningkatan mutu secara berkelanjutan dan menetapkan

peringkat akreditasi.

2) Sistem dan Entitas Pengawasan Sistem pengawasan internal dilakukan oleh

kepala sekolah, pengawas, dinas pendidikan dan Lembaga Penjaminan Mutu

Pendidikan.

a. Kepala Sekolah, Pengawas dan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan

melakukan pengawasan dalam rangka peningkatan mutu.

b. Kepala Sekolah dan Pengawas melakukan pengawasan dalam bentuk

supervisi akademik dan supervisi manajerial. Pengawasan yang dilakukan

Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan diwujudkan dalam bentuk Evaluasi

Diri Sekolah.

3) Proses Pengawasan

a. Pemantauan proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan,

pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran. Pemantauan dilakukan

melalui antara lain, diskusi kelompok terfokus, pengamatan, pencatatan,

perekaman, wawancara, dan dokumentasi.

b. Supervisi proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan,

pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran yang dilakukan melalui

antara lain, pemberian contoh, diskusi, konsultasi, atau pelatihan.

c. Pelaporan Hasil kegiatan pemantauan, supervisi, dan evaluasi proses

pembelajaran disusun dalam bentuk laporan untuk kepentingan tindak lanjut

pengembangan keprofesionalan pendidik secara berkelanjutan.

d. Tindak lanjut hasil pengawasan dilakukan dalam bentuk: 1)

penguatan dan penghargaan kepada guru yang menunjukkan kinerja

yang memenuhi atau melampaui standar; dan 2) pemberian kesempatan

kepada guru untuk mengikuti program pengembangan keprofesionalan

Page 70: Buku Ajar.2015

Page 69 of 91

berkelanjutan.

Menurut Mardapi (Lise,2008) pengembangan sistem penilaian berbasis

kompetensi dasar mencakup masalah berikut.

1. Penetapan kompetensi dasar yang harus dimiliki peserta didik.

2. Rencana pemberian tugas, kuis, dan ulangan harian dalam satu semester.

3. Proses penilaian yang meliputi: pemilihan dan pengembangan teknik

penilaian, sistem pencatatan, dan pengelolaan.

4. Proses analisis yang mencakup kegiatan analisis terhadap hasil penilaian.

5. Pencatatan dan pelaporan, yaitu pengelolaan sistem penilaian dan pembuatan

laporan.

Pengembangan sistem ujian hasil kegiatan pembelajaran berbasis

kemampuan dasar bersifat hierarkhis atau berurut, yaitu kompetensi inti,

kemampuan dasar, materi pembelajaran, indikator, dan penentuan soal ujian. Dari

sini dapat dilihat bahwa soal ujian dikembangkan dari indikator. Kompetensi inti

merupakan batas dan arah kemampuan yang harus dikuasai siswa. Selanjutnya,

kompetensi inti dijabarkan menjadi beberapa kemampuan dasar, yang merupakan

kemampuan minimal. Kemampuan dasar dijabarkan kembali menjadi sejumlah

indikator, yaitu adalah karakteristik, ciri-ciri, perbuatan, atau respon yang

ditunjukkan atau dilakukan oleh siswa berkaitan dengan kemampuan dasar.

Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa soal ujian dikembangkan dari

indikator. Indikator ini menjadi pedoman penilaian tentang tingkat pencapaian

siswa. Dengan demikian, setiap soal ujian dapat ditelusuri indikatornya dan

kemudian kemampuan dasarnya. Indikator juga digunakan untuk mengembangkan

instrumen nontes, misalnya pengukuran minat, sikap, motivasi, dan sejenisnya.

2. Teknik dan Alat Evaluasi

Teknik, metode, atau alat evaluasi adalah segala macam cara atau prosedur

yang ditempuh untuk memperoleh keterangan atau data yang dipergunakan

sebagai bahan untuk melakukan penilaian. Teknik yang digunakan dalam

Page 71: Buku Ajar.2015

Page 70 of 91

penilaian akan sangat mempengaruhi kualitas hasil yang diperoleh.Teknik yang

salah akan mendapatkan data yang salah pula. Anak yang penakut, misalnya, diuji

dengan teknik ujian yang menyeramkan, maka ada kecenderungan hasil yang

diperolehnya jelek. Namun, apabila ujian dilakukan dengan teknik yang

menyenangkan dan mereka tidak sadar bila sedang diuji, maka secara alami akan

diperoleh hasil yang benar.

Contoh di atas menunjukkan bahwa masing-masing siswa memiliki ciri

tertentu, yang berakibat pada kesanggupan menempuh teknik evaluasi tertentu

pula. Mengingat evaluasi bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang lengkap

dari siswa, maka teknik pengujian yang dilakukan harus diupayakan selaras

dengan potensi siswa. Dengan demikian, dalam menilai guru tidak boleh

mengabaikan apa yang dilakukan siswa dalam kehidupan mereka di luar ruangan

kelas. Segala sesuatu yang dilakukan siswa di luar kelas merupakan sumber

informasi yang sangat berharga yang sampai sekarang belum banyak

dipergunakan sebagimana mestinya.

Pada dasarnya teknik atau metode penilaian dapat dibedakan menjadi dua,

yaitu teknik atau metode tes dan teknik atau metode nontes.Tes hasil belajar dapat

digunakan secara individual ataupun kelompok, berbentuk verbal ataupun

tindakan, objektif ataupun esai, dilaksanakan secara tertulis ataupun lisan, secara

formal ataupun informal. Tes formal yaitu tes yang dilaksanakan secara formal,

yang biasanya terkesan kaku dan menegangkan, sedangkan tes informal adalah tes

yang dilaksanakan sesantai mungkin, dimana siswa merasakan seperti tidak dalam

suasana ujian. Tes ini dibuat ketika ingin mengetahui sesuatu tentang seorang

yang sesungguhnya. Cara terbaik membuat tes terasa menyenangkan bagi siswa

adalah dengan menjadikannya bagian dari kegiatan yang mereka nikmati.

Salah satu prinsip penilaian adalah menyeluruh dan berkesinambungan.

Menyeluruh mengandung arti bahwa penilaian mencakup segala aspek, yaitu

kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dengan demikian keberhasilan siswa dalam

proses belajar mengajar tidak selalu dapat diukur secara kuantitatif dan objektif

serta afektif dan psikomotorik, tetapi juga mencakup sifat, sikap, kebiasaan

bekerja dengan baik, kerja sama, kerajinan, kejujuran, tanggung jawab, tenggang

Page 72: Buku Ajar.2015

Page 71 of 91

rasa, solidaritas, nasionalisme, pengabdian, keyakinan/optimistis, dan masih

banyak lagi. Alat-alat penilaian nontes ialah pengamatan, wawancara, angket,

pemberian tugas, membaca, menyimpulkan, meringkas, kliping, melakukan

penelitian, dan sikap.

Pengumpulan data tentang kinerja belajar siswa dinamakan teknik

portofolio. Sedangkan penilaian sikap, guru perlu membuat pedoman pengamatan

dengan menggunakan skala sikap.Karena pelaksanaannya seperti itu, teknik non

tes ini sering disebut juga sebagai observasi. Observasi memberi peluang untuk

melihat mahasiswa dalam konteks yang bermakna dan melakukan hal-hal yang

benar-benar berkaitan dengan hidup mereka. Sebagian besar tes super canggih

yang sekarang digunakan oleh para spesialis pembelajaran tidak ada hubungannya

dengan kenyataan pribadi seseorang. Seseorang didiagnosis lemah dalam

keterampilan ingatan/auditori, tetapi ia bisa menuturkan sebuah kisah panjang

yang diceritakan seseorang kepadanya seminggu lalu. Hal ini terjadi karena tes

yang digunakan melibatkan suku kata yang tidak bermakna atau angka acak-

kegiatan yang tidak mempunyai arti bagi seseorang.

Sesuai dengan prinsip-prinsip penilaian di atas, sebaiknya teknik tes dan

nontes dilakukan secara seimbang. Hal itu karena perwujudan hasil belajar itu

dapat beraneka ragam, yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Selain itu,

karena manifestasi dari hasil belajar itu kadang-kadang timbul secara wajar dalam

tingkah laku siswa sehari-hari, kadang-kadang tidak akan diperoleh kalau tidak

dengan sengaja menciptakan suatu situasi yang dapat mendorong mereka untuk

mengungkapkan hasil belajar yang telah dicapainya. Apabila manifestasi hasil

belajar itu dapat timbul secara wajar dalam tingkah laku siswa sehari-hari, maka

teknik yang cocok adalah observasi. Tetapi, bila manifestasi hasil belajar harus

ditimbulkan dengan sengaja, maka teknik yang cocok adalah teknik tes.

Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme,

prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan

sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur

pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup: penilaian otentik, penilaian diri,

Page 73: Buku Ajar.2015

Page 72 of 91

penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester,

ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi,

ujian nasional, dan ujian sekolah/madrasah, yang diuraikan sebagai berikut:

1. Penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif

untuk menilai mulai dari masukan (input), proses,dan keluaran (output)

pembelajaran.

2. Penilaian diri merupakan penilaian yang dilakukan sendiri oleh peserta didik

secara reflektif untuk membandingkan posisi relatifnya dengan kriteria yang

telah ditetapkan.

3. Penilaian berbasis portofolio merupakan penilaian yang dilaksanakan untuk

menilai keseluruhan entitas proses belajar peserta didik termasuk penugasan

perseorangan dan/atau kelompok di dalam dan/atau di luar kelas khususnya

pada sikap/perilaku dan keterampilan.

4. Ulangan merupakan proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian

kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran,

untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik.

5. Ulangan harian merupakan kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk

menilai kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu Kompetensi

Dasar (KD) atau lebih.

6. Ulangan tengah semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik

untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8

– 9 minggu kegiatan pembelajaran. Cakupan ulangan tengah semester meliputi

seluruh indikator yang merepresentasikan seluruh KD pada periode tersebut.

7. Ulangan akhir semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik

untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester.

Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan semua

KD pada semester tersebut.

8. Ujian Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UTK merupakan kegiatan

pengukuran yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk mengetahui

pencapaian tingkat kompetensi. Cakupan UTK meliputi sejumlah Kompetensi

Dasar yang merepresentasikan Kompetensi Inti pada tingkat kompetensi

Page 74: Buku Ajar.2015

Page 73 of 91

tersebut.

9. Ujian Mutu Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UMTK merupakan

kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengetahui

pencapaian tingkat kompetensi. Cakupan UMTK meliputi sejumlah

Kompetensi Dasar yang merepresentasikan Kompetensi Inti pada tingkat

kompetensi tersebut.

10. Ujian Nasional yang selanjutnya disebut UN merupakan kegiatan pengukuran

kompetensi tertentu yang dicapai peserta didik dalam rangka menilai

pencapaian Standar Nasional Pendidikan, yang dilaksanakan secara nasional.

11. Ujian Sekolah/Madrasah merupakan kegiatan pengukuran pencapaian

kompetensi di luar kompetensi yang diujikan pada UN, dilakukan oleh satuan

pendidikan.

3. Prinsip dan Pendekatan Penilaian Berdasarkan Kurikulum 2013

Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan

menengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut.

a. Objektif, berarti penilaian berbasis pada standardan tidak dipengaruhi

faktor subjektivitas penilai.

b. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana,

menyatu dengan kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan.

c. Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan,

pelaksanaan, dan pelaporannya.

d. Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar

pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak.

e. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak

internal sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan

hasilnya.

f. Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.

Pendekatan penilaian yang digunakan adalah penilaian acuan kriteria

(PAK). PAK merupakan penilaian pencapaian kompetensi yang

didasarkan pada kriteria ketuntasan minimal (KKM). KKM merupakan

Page 75: Buku Ajar.2015

Page 74 of 91

kriteria ketuntasan belajar minimal yang ditentukan oleh satuan

pendidikan dengan mempertimbangkan karakteristik Kompetensi Dasar

yang akan dicapai, daya dukung, dan karakteristik peserta didik.

4. Ruang Lingkup, Teknik, dan Instrumen Penilaian

Ruang Lingkup Penilaian Penilaian hasil belajar peserta didik mencakup

kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara

berimbang sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap

peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan. Cakupan penilaian merujuk

pada ruang lingkup materi, kompetensi mata pelajaran/kompetensi

muatan/kompetensi program, dan proses.

Teknik dan Instrumen Penilaian Teknik dan instrumen yang digunakan

untuk penilaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut.

a. Penilaian kompetensi sikap Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap

melalui observasi, penilaian diri, penilaian “teman sejawat”(peer evaluation)

oleh peserta didik dan jurnal. Instrumen yang digunakan untuk observasi,

penilaian diri, dan penilaian antarpeserta didik adalah daftar cek atau skala

penilaian (rating scale) yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa

catatan pendidik.

1) Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara

berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung

maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman observasi yang

berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati.

2) Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta

didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam

konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa

lembar penilaian diri.

3) Penilaian antarpeserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara

meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian

kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian

antarpeserta didik.

Page 76: Buku Ajar.2015

Page 75 of 91

4) Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi

informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta

didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku.

b. Penilaian Kompetensi Pengetahuan

Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan

penugasan.

1) Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat,

benar-salah, menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi

pedoman penskoran.

2) Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan. 3) Instrumen penugasan

berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan secara individu

atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.

c. Penilaian Kompetensi Keterampilan

Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu

penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi

tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio.

Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale)

yang dilengkapi rubrik.

1) Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan

melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan

kompetensi.

2) Projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan

perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan

dalam waktu tertentu.

3) Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai

kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat

reflektif-integratif untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi,

dan/atau kreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Karya

tersebut dapat berbentuk tindakan nyata yang mencerminkan kepedulian

peserta didik terhadap lingkungannya.

Page 77: Buku Ajar.2015

Page 76 of 91

Instrumen penilaian harus memenuhi persyaratan: 1) substansi yang

merepresentasikan kompetensi yang dinilai; 2) konstruksi yang memenuhi

persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrumen yang digunakan; dan 3)

penggunaan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai dengan tingkat

perkembangan peserta didik.

Mekanisme dan Prosedur Penilaian adalah sebagai berikut:

1) Penilaian hasil belajar pada jenjang pendidikan dasar dan menengah

dilaksanakan oleh pendidik, satuan pendidikan, Pemerintah dan/atau lembaga

mandiri.

2) Penilaian hasil belajar dilakukan dalam bentuk penilaian otentik, penilaian diri,

penilaian projek, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir

semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian

sekolah, dan ujian nasional.

(a) Penilaian otentik dilakukan oleh guru secara berkelanjutan.

(b) Penilaian diri dilakukan oleh peserta didik untuk tiap kali sebelum ulangan

harian.

(c) Penilaian projek dilakukan oleh pendidik untuk tiap akhir bab atau tema

pelajaran.

(d) Ulangan harian dilakukan oleh pendidik terintegrasi dengan proses

pembelajaran dalam bentuk ulangan atau penugasan.

(e) Ulangan tengah semester dan ulangan akhir semester, dilakukan oleh

pendidik di bawah koordinasi satuan pendidikan.

(f) Ujian tingkat kompetensi dilakukan oleh satuan pendidikan pada akhir

kelas II (tingkat 1), kelas IV (tingkat 2), kelas VIII (tingkat 4), dan kelas

XI (tingkat 5), dengan menggunakan kisi-kisi yang disusun oleh

Pemerintah. Ujian tingkat kompetensi pada akhir kelas VI (tingkat 3),

kelas IX (tingkat 4A), dan kelas XII (tingkat 6) dilakukan melalui UN.

(g) Ujian Mutu Tingkat Kompetensi dilakukan dengan metode survei oleh

Pemerintah pada akhir kelas II (tingkat 1), kelas IV (tingkat 2), kelas VIII

(tingkat 4), dan kelas XI (tingkat 5).

(h) Ujian sekolah dilakukan oleh satuan pendidikan sesuai dengan peraturan

Page 78: Buku Ajar.2015

Page 77 of 91

perundang-undangan

(i) Ujian Nasional dilakukan oleh Pemerintah sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

3) Perencanaan ulangan harian dan pemberian projek oleh pendidik sesuai

dengan silabus dan dijabarkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP).

4) Kegiatan ujian sekolah/madrasah dilakukan dengan langkah-langkah: a.

menyusun kisi-kisi ujian; b. mengembangkan (menulis, menelaah, dan

merevisi) instrumen; c. melaksanakan ujian; d. mengolah (menyekor dan

menilai) dan menentukan kelulusan peserta didik; dan e. melaporkan dan

memanfaatkan hasil penilaian.

5) Ujian nasional dilaksanakan sesuai langkah-langkah yang diatur dalam

Prosedur Operasi Standar (POS).

6) Hasil ulangan harian diinformasikan kepada peserta didik sebelum diadakan

ulangan harian berikutnya. Peserta didik yang belum mencapai KKM harus

mengikuti pembelajaran remedial.

7) Hasil penilaian oleh pendidik dan satuan pendidikan dilaporkan dalam bentuk

nilai dan deskripsi pencapaian kompetensi kepada orangtua dan pemerintah.

Pelaksanaan dan pelaporan penilaian dalam kurikulum 2013 dijabarkan

sebagai berikut:

1) Pelaksanaan dan Pelaporan Penilaian oleh Pendidik. Penilaian hasil belajar

oleh pendidik yang dilakukan secara berkesinambungan bertujuan untuk

memantau proses dan kemajuan belajar peserta didik serta untuk

meningkatkan efektivitas pembelajaran. Penilaian hasil belajar oleh pendidik

memperhatikan hal-hal sebagai berikut.

a) Proses penilaian diawali dengan mengkaji silabus sebagai acuan dalam

membuat rancangan dan kriteria penilaian pada awal semester. Setelah

menetapkan kriteria penilaian, pendidik memilih teknik penilaian sesuai

dengan indikator dan mengembangkan instrumen serta pedoman

penyekoran sesuai dengan teknik penilaian yang dipilih.

Page 79: Buku Ajar.2015

Page 78 of 91

b) Pelaksanaan penilaian dalam proses pembelajaran diawali dengan

penelusuran dan diakhiri dengan tes dan/atau nontes. Penelusuran

dilakukan dengan menggunakan teknik bertanya untuk mengeksplorasi

pengalaman belajar sesuai dengan kondisi dan tingkat kemampuan peserta

didik.

c) Penilaian pada pembelajaran tematik-terpadu dilakukan dengan mengacu

pada indikator dari Kompetensi Dasar setiap mata pelajaran yang

diintegrasikan dalam tema tersebut.

d) Hasil penilaian oleh pendidik dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui

kemajuan dan kesulitan belajar, dikembalikan kepada peserta didik disertai

balikan (feedback) berupa komentar yang mendidik (penguatan) yang

dilaporkan kepada pihak terkait dan dimanfaatkan untuk perbaikan

pembelajaran.

e) Laporan hasil penilaian oleh pendidik berbentuk: 1) nilai dan/atau

deskripsi pencapaian kompetensi, untuk hasil penilaian kompetensi

pengetahuan dan keterampilan termasuk penilaian hasil pembelajaran

tematik-terpadu. 2) deskripsi sikap, untuk hasil penilaian kompetensi sikap

spiritual dan sikap sosial.

f) Laporan hasil penilaian oleh pendidik disampaikan kepada kepala

sekolah/madrasah dan pihak lain yang terkait (misal: wali kelas, guru

Bimbingan dan Konseling, dan orang tua/wali) pada periode yang

ditentukan.

g) Penilaian kompetensi sikap spiritual dan sosial dilakukan oleh semua

pendidik selama satu semester, hasilnya diakumulasi dan dinyatakan

dalam bentuk deskripsi kompetensi oleh wali kelas/guru kelas.

2) Pelaksanaan dan Pelaporan Penilaian oleh Satuan Pendidikan. Penilaian hasil

belajar oleh satuan pendidikan dilakukan untuk menilai pencapaian kompetensi

lulusan peserta didik yang meliputi kegiatan sebagai berikut:

a) menentukan kriteria minimal pencapaian Tingkat Kompetensi dengan

mengacu pada indikator Kompetensi Dasar tiap mata pelajaran;

b) mengoordinasikan ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir

Page 80: Buku Ajar.2015

Page 79 of 91

semester, ulangan kenaikan kelas, ujian tingkat kompetensi, dan ujian

akhir sekolah/madrasah;

c) menyelenggarakan ujian sekolah/madrasah dan menentukan kelulusan

peserta didik dari ujian sekolah/madrasah sesuai dengan POS Ujian

Sekolah/Madrasah;

d) menentukan kriteria kenaikan kelas;

e) melaporkan hasil pencapaian kompetensi dan/atau tingkat kompetensi

kepada orang tua/wali peserta didik dalam bentuk buku rapor;

f) melaporkan pencapaian hasil belajar tingkat satuan pendidikan kepada

dinas pendidikan kabupaten/kota dan instansi lain yang terkait;

g) melaporkan hasil ujian Tingkat Kompetensi kepada orangtua/wali peserta

didik dan dinas pendidikan.

h) menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan melalui rapat

dewan pendidik sesuai dengan kriteria: 1) menyelesaikan seluruh program

pembelajaran; 2) mencapai tingkat Kompetensi yang dipersyaratkan,

dengan ketentuan kompetensi sikap (spiritual dan sosial) termasuk

kategori baik dan kompetensi pengetahuan dan keterampilan minimal

sama dengan KKM yang telah ditetapkan; 3) lulus ujian akhir

sekolah/madrasah; dan 4) lulus Ujian Nasional.

i) menerbitkan Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional (SKHUN) setiap

peserta didik bagi satuan pendidikan penyelenggara Ujian Nasional; dan

j) menerbitkan ijazah setiap peserta didik yang lulus dari satuan pendidikan

bagi satuan pendidikan yang telah terakreditasi.

3) Pelaksanaan dan Pelaporan Penilaian oleh Pemerintah. Penilaian hasil belajar

oleh Pemerintah dilakukan melalui Ujian Nasional dan ujian mutu Tingkat

Kompetensi, dengan memperhatikan hal-hal berikut.

a) Ujian Nasional: (1) Penilaian hasil belajar dalam bentuk UN didukung

oleh suatu sistem yang menjamin mutu dan kerahasiaan soal serta

pelaksanaan yang aman, jujur, dan adil. (2) Hasil UN digunakan untuk:

(a) salah satu syarat kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan; (b)

salah satu pertimbangan dalam seleksi masuk ke jenjang pendidikan

Page 81: Buku Ajar.2015

Page 80 of 91

berikutnya; (c) pemetaan mutu; dan (d) pembinaan dan pemberian

bantuan untuk peningkatan mutu. (3) Dalam rangka standarisasi UN

diperlukan acuan berupa kisi-kisi bersifat nasional yang dikembangkan

oleh Pemerintah, sedangkan soalnya disusun oleh Pemerintah Pusat

dan/atau Pemerintah Daerah dengan komposisi tertentu yang ditentukan

oleh Pemerintah. (4) Sebagai salah satu penentu kelulusan peserta didik

dari satuan pendidikan, kriteria kelulusan UN ditetapkan setiap tahun oleh

Pemerintah. (5) Dalam rangka penggunaan hasil UN untuk pemetaan

mutu program dan/atau satuan pendidikan, Pemerintah menganalisis dan

membuat peta daya serap UN dan menyampaikan hasilnya kepada pihak

yang berkepentingan.

b) Ujian Mutu Tingkat Kompetensi: (1) Ujian mutu Tingkat Kompetensi

dilakukan oleh Pemerintah pada seluruh satuan pendidikan yang bertujuan

untuk pemetaan dan penjaminan mutu pendidikan di suatu satuan

pendidikan. (2) Ujian mutu Tingkat Kompetensi dilakukan sebelum

peserta didik menyelesaikan pendidikan pada jenjang tertentu, sehingga

hasilnya dapat dimanfaatkan untuk perbaikan proses pembelajaran. (3)

Instrumen, pelaksanaan, dan pelaporan ujian mutu Tingkat Kompetensi

mampu memberikan hasil yang komprehensif sebagaimana hasil studi lain

dalam skala internasional.

Contoh instrument penilaian dengan ratingscale:------------------------------------------------------------------------------------------------

Petunjuk : Beri Lingkaran pada angka yang sesuai untuk setiap kemampuan yang teramati pada waktu anak berpidato :

1 bila tidak pernah

2 bila jarang

3 bila kadang-kadang, dan

4 bila siswa selalu melakukan

---------------------------------------------------------------------------------------------------

Nama : Rinjani

I. Ekspresi fisik (physical expression)

A. Berdiri tegak melihat pada penonton

1 2 3 4

B. Mengubah ekspresi wajah sesuai dengan perubahan pernyataan yang

disajikan

1 2 3 4

Page 82: Buku Ajar.2015

Page 81 of 91

Contoh instrument penilaian dengan checklist:

Contoh format penyekoran tugas proyek

ASPEK KRITERIA DAN SKOR

3 2 1

PERSIAPAN Jika memuat tujuan, topik, alasan, tempat penelitian, responden, daftar pertanyaan dengan lengkap.

Jika memuat tujuan, topik, alasan, tempat penelitian, responden, daftar pertanyaan kurang lengkap.

Jika memuat tujuan, topik, alasan, tempat penelitian, responden, daftar pertanyaan tidak lengkap

PENGUMPULANDATA

Jika daftar pertanyaan dapat dilaksanakan semua dan data tercatat dengan rapi dan lengkap.

Jika daftar pertanyaan dapat dilaksanakan semua, tetapi data tidak tercatat dengan rapi dan lengkap.

Jika pertanyaan tidak terlaksana semua dan data tidak tercatat dengan rapi.

---------------------------------------------------------------------------------

Petunjuk: Beri tanda centang (v) dibelakang huruf di mana kemampuan siswa teramati pada waktu berpidato.

----------------------------------------------------------------------------------

Nama: Rinjani

I. Ekspresi fisik (physical expression)

----- A. Berdiri tegak melihat pada penonton

----- B. Merubah ekspresi wajah sesuai dengan perubahan pernyataan yang disajikan

----- C. Mata melihat kepada penonton

II. Ekspresi suara (vocal expression)

---- A. Berbicara dengan kata-kata yang jelas

---- B. Nada suaranya berubah-ubah sesuai pernyataan

yang ditekankan

---- C. Berbicara cukup keras untuk didengar penonton

III. Ekspresi verbal (verbal expression)

---- A. Memilih kata-kata yang tepat untuk menegaskan

arti

---- B. Tidak mengulang-ulang pernyataan

---- C. Menggunakan kalimat yang lengkap untuk mengutarakan suatu pikiran

---- D. Menyimpulkan pokok-pokok pikiran yang penting

Page 83: Buku Ajar.2015

Page 82 of 91

Contoh penskoran tugas penilaian produk:

No Kriteria skor

b c k

1. Ada gambar rancangan model

2. Bahan tertulis dalam model

3. Spesifikasi bahan tertulis

4. Unsur estetika

Kriteria penskoran :

B = gambar proporsional, bahan tertulis lengkap, spesifikasi bahan jelas

C = gambar kurang proporsional, bahan tertulis kurang lengkap, spesifikasi bahan

kurang jelas

K = gambar tidak proporsional, bahan tertulis tidak lengkap, spesifikasi bahan

tidak jelas

PENGOLAHANDATA

Jika pembahasan data sesuai tujuan penelitian

Jika pembahasan data kurang menggambarkan tujuan penelitian

Jika sekedar melaporkan hasil penelitian tanpa membahas data

PELAPORAN TERTULIS

Jika sistimatika penulisan benar, memuat saran, bahasa komunikatif.

Jika sistimatika penulisan benar, memuat saran, namun bahasa kurang komunikatif

Jika penulisan kurang sistimatis, bahasa kurang komunikatif, kurang memuat saran

Page 84: Buku Ajar.2015

Page 83 of 91

Contoh portofolio

Nama siswa :

Mata pelajaran : B.Indonesia

Alokasi waktu : 1 semester

No SK / KD Periode

Kriteria Keterangan

Tata bahasa

Kosakata Kelengkapan gagasan

Sistematikapenulisan

1. Menulis karangan deskriptif

30/7

10/8

dst.

2. Membuat resensi buku

1/9

30/9

10/10

Dst.

Contoh format penilaian sikap pada praktik IPA.

No. Nama Perilaku Nilai Ketrg

Bekerjasama

Berinisiatif PenuhPerhatian

Bekerjasistematis

1. Ruri

2. Tono

3. ....

Penilaian Diri (Self Assessment)

Menilai diri sendiri berkaitan dengan status, proses, tingkat pencapaian

kompetensi yang dicapainya.

Contoh penilaian diri

PARTISIPASI DALAM DISKUSI KELOMPOK

Nama : -------------------------------------------------

Nama-nama anggota kelompok : ----------------------------------------------

Kegiatan kelompok : -----------------------------------------------

Page 85: Buku Ajar.2015

Page 84 of 91

Isilah pernyataan berikut dengan jujur. Untuk No. 1 s.d. 5, tulislah huruf

A,B,C atau D di depan tiap pernyataan:

A : selalu C : kadang-kadang

B : sering D : tidak pernah

1. -------- Selama diskusi saya mengusulkan ide kpd klp utk didiskusikan

2. -------- Ketika kami berdiskusi, tiap org diberi kesempatan

mengusulkan sesuatu

3. -------- Semua anggota kelompok kami melakukan sesuatu selama

kegiatan

4. -------- Tiap orang sibuk dengan yang dilakukannya dalam kelompok

saya

5. --------- Selama kerja kelompok, saya….

--------- mendengarkan orang lain

--------- mengajukan pertanyaan

--------- mengorganisasi ide-ide saya

-------- mengorganisasi kelompok

-------- mengacaukan kegiatan

-------- melamun

6. Apa yang kamu lakukan selama kegiatan berlangsung?

--------------------------------------------------------------------------------

SUMBER: Forster & Masters.1996.

Page 86: Buku Ajar.2015

Page 85 of 91

8SILABUS

Kompetensi akhir : 1. Membuat silabus

2. Mengembangkan RPP

Indikator : 1. Menganalisis konsep silabus2. Menyebutkan komponen-komponen silabus3. Mengembangkan silabus tematik4. Membandingkan format silabus KTSP dengan

Kurikulum 20135. Menyusun RPP

1. Pengertian Silabus

Dasar pengembangan silabus adalah PP No. 19 Tahun 2005 Pasal 17 Ayat (2),

yang isinya Sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan komite madrasah,

mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan

kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, di bawah supervisi dinas

kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD, SMP, SMA,

dan SMK, dan departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama

untuk MI, MTs, MA, dan MAK.

Dalam pembuatan silabus, tugas guru adalah menjabarkan standar kompetensi

dan kompetensi dasar. Menurut Peraturan Pemerintah tersebut, Pasal 20, Perencanaan

proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang

memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran,

sumber belajar, dan penilaian hasil belajar.

Sebagai guru, Anda diharapkan memiliki bekal pengetahuan dan teknik

pengembangan silabus. Anda sebagai guru adalah orang yang paling tahu tentang

kondisi kelas sehingga silabus benar-benar sesuai dengan kondisi kelas tempat Anda

mengajar. Apabila secara individu belum mampu membuat silabus sendiri, Anda

dapat membuatnya dalam kelompok guru kelas/mata pelajaran, atau kelompok kerja

guru (KKG/MGMP).

Page 87: Buku Ajar.2015

Page 86 of 91

Pengembangan silabus memerlukan pemahaman materi, aspek pembelajaran,

dan komponen silabus. Unit pengembangan silabus mata pelajaran ini ditekankan

pada pemahaman komponen-komponen silabus dan dilanjutkan langsung dengan

praktik penyusunan silabus. Anda dapat mengekspresikan pemahaman Anda tentang

bidang studi dan pembelajaran ketika menyusun silabus. Melalui diskusi dengan

sesama mahasiswa, Anda diharapkan memiliki bekal yang cukup untuk

mengembangkan dan menularkan kecakapan pengembangan silabus ini kepada guru-

guru lain di daerah. Untuk keperluan di atas Anda juga akan dibekali dengan cara

menilai silabus.

Menurut BSNP (2006), silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu

dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi,

kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator,

penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan

penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi

pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan inidkator pencapaian kompetensi

untuk penilaian. Sedangkan menurut Kurikulum 2006 (Standar Isi), silabus adalah

jabaran standar isi dan kompetensi dasar ke dalam indikator, waktu yang diperlukan

untuk mencapai kompetensi dasar, pengalaman belajar (learning experience) yang

bisa diselenggarakan oleh guru untuk peserta didik, penilaian untuk kompetensi dasar

dan indikatornya, serta sumber belajar yang disarankan.

Dengan demikian, silabus merupakan jabaran standar kompetensi dan

kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan

indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Dilihat dari definisi tersebut,

silabus sebenarnya merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan

pembelajaran, pengelolaan kelas, dan penilaian hasil belajar. Dengan demikian,

silabus berisikan komponen pokok yang dapat menjawab pertanyaan: (1) Kompetensi

apa yang akan dikembangkan pada siswa? (2) Bagaimana cara mengembangkannya?

dan (3) bagaimana cara mengetahui bahwa kompetensi tersebut sudah dicapai siswa?

Dengan pengertian di atas, bisakah Anda membedakan silabus dengan perencanaan

pembelajaran pada kurikulum sebelumnya? Cobalah Anda kerjakan latihan berikut

sebelum membaca uraian selanjutnya.

Page 88: Buku Ajar.2015

Page 87 of 91

2. Prinsip-prinsip pengembangan silabus

a. Ilmiah

Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus

benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.

b. Relevan

Cakupan, kedalama, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam

silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual social emosional,

dan spiritual peserta didik.

c. Sistematis

Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam

mencapai kompetensi.

d. Konsisten

Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar,

indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar dan sistem

penilaian.

e. Memadai

Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar dan sistem

penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.

f. Aktual dan konstektual

Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan

sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni

mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.

g. Fleksibel

Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik,

pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan

masyarakat.

h. Menyeluruh

Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif,

psikomotor).

Page 89: Buku Ajar.2015

Page 88 of 91

3. Contoh Model Silabus

Dalam menyusun silabus dapat memilih salah satu format yang ada di antara

dua format di bawah.

Format 1

SILABUS

Nama sekolah :…………………………………..

Mata pelajaran :…………………………………..

Kelas/semester :…………………………………..

Standar kompetensi :…………………………………..

Kompetensi

dasar

Materi

pokok

Kegiatan

pembelajaran

Indikator Penilaian Alokasi

waktu

Sumber

belajar

Format 2

SILABUS

Nama sekolah :…………………………………..

Mata pelajaran :…………………………………..

Kelas/semester :…………………………………..

I. Standar Kompetensi :…..

II. Kompetensi Dasar :…..

III. Materi Pokok :…..

IV. Kegiatan Pembelajaran :…..

V. Indikator :…..

VI. Penilaian :…..

VII. Alokasi Waktu :…..

VIII. Sumber Belajar :…..

Page 90: Buku Ajar.2015

Page 89 of 91

4. Pengembangan Silabus Berkelanjutan

Dalam implementasinya, silabus dijabarkan dalam rencana

pelaksanaan pembelajaran, dilaksanakan, dievaluasi, dan ditindaklanjuti oleh

masing-masing guru. Silabus harus dikaji dan dikembangkan secara

berkelanjutan dengan memperhatikan masukan hasil evaluasi hasil belajar,

evaluasi proses (pelaksanaan pembelajaran), dan evaluasi rencana

pembelajaran.

Sedangkan silabus pada kurikulum 2013 berupa tema-tema yang sudah

memiliki penjabaran, hanya pada RPP guru dapat mengembangkan sesuai dengan

kondisi dari sekolah, daerah ataupun kebutuhan peserta didik. Di sinilah dituntut

kreativitas guru untuk mengembangkan kurikulum berdasarkan kebutuhan, sehingga

guru perlu melakukan analisis kebutuhan agar proses pembelajaran sesuai dengan

silabus.

Berikut ini contoh format silabus dan RPP kurikulum 2013

SILABUS

Kelas :

Tema/subtema :

Kompetensi

Dasar

Indikator Kegiatan Pembelajaran dan

Penilaian

Alokasi

Waktu

Sumber

Belajar

Page 91: Buku Ajar.2015

Page 90 of 91

RPP

Satuan Pendidikan :

Kelas/Semester :

Tema/Subtema :

Pertemuan ke :

Alokasi Waktu :

A. Kompetensi Inti :

B. Kompetensi Dasar :

C. Indikator Pencapaian Kompetensi :

D. Tujuan Pembelajaran :

E. Materi Ajar :

F. Metode Pembelajaran :

G. Kegiatan Pembelajaran :

H. Alat dan Sumber Belajar :

- Alat dan Bahan

- Sumber Belajar

I. Penilaian Proses dan Hasil Belajar

- Teknik

- Bentuk

- Instrument (tes dan nontes)

- Kunci dan pedoman penskoran

- Tugas

Latihan Buatlah dan kembangkan RPP dari Kurikulum 2013 untuk kelas 1, 2, 4 dan kelas 5!

Page 92: Buku Ajar.2015

Page 91 of 91

DAFTAR PUSTAKA

1. BSNP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta

2. Dakir. 2001. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. FIP UNY.3. Lise Chamisijatin, dkk. 2008. Pengembangan Kurikulum SD.pdf. Dirjen

Dikti. Depdiknas4. Mohd Ansyar dan Nurtain. 1992/1993. Pengembangan dan Inovasi

Kurikulum. Depdikbud Dirjen Dikti.5. Nasution. 2008. Asas-asas Kurikulum. Jakarta. Bumi Aksara6. Permendikbud No.65 Tahun 2013 tentang Standar Proses.7. Permendikbud No. 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian.8. Permendikbud No.67 Tahun 2013 tentang KD dan Struktur Kurikulum

SD-MI.9. Permendikbud tahun 2014 nomor 103 lampiran 2. Pdf10. Permendikbud tahun 2014 nomor 104 lampuran. Pdf11. Peter F.Oliva. 1992. The Developing Curriculum. Scott Foresman and

Company. Glenview.12. Tim Pengembang Kurikulum. 2007. Inovasi Kurikulum: Jurnal Himpunan

Pengembang Kurikulum Indonesia. Bandung. Hipkin.