budidaya aquaponic

32
USULAN PENELITIAN PEMANFAATAN LIMBAH IKAN BAWAL AIR TAWAR (Colossoma macropomum) SEBAGAI SUMBER HARA UNTUK BUDIDAYA SELADA (Lactuca sativa) ORGANIK SECARA HIDROPONIK KRESNA HARIMURTI A24100146 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

description

budidaya

Transcript of budidaya aquaponic

Page 1: budidaya aquaponic

USULAN PENELITIAN

PEMANFAATAN LIMBAH IKAN BAWAL AIR TAWAR (Colossoma macropomum) SEBAGAI SUMBER HARA UNTUK BUDIDAYA SELADA (Lactuca sativa) ORGANIK SECARA HIDROPONIK

KRESNA HARIMURTI

A24100146

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 2: budidaya aquaponic

Judul : Pemanfaatan Limbah Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum) sebagai Sumber Hara untuk Budidaya Sayuran Selada (Lactuca sativa) Organik secara Hidroponik

Nama : Kresna Harimurti

NIM : A24100146

Disetujui oleh

Pembimbing

Dr.Ir Eko Sulistyono, MSiNIP 19620225 198703 1 001

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Departemen

Agronomi dan Hortikultura

Dr. Ir. Eny Widajati, MSNIP 19610106 198503 2 002

Tanggal Disetujui:

Page 3: budidaya aquaponic

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia dan kemudahan-Nya sehingga usulan penelitian ini berhasil diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk melaksanakan penelitian. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2013 ini ialah budidaya sayuran organik, dengan judul Pemanfaatan Limbah Ikan Bawal Air Tawar sebagai Sumber Hara untuk Budidaya Sayuran Selada Organik secara Hidroponik. Penelitian rencananya akan dilaksanakan di Kebun Penelitian Parung Farm, Parung, Bogor

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Eko Sulistyo MSi selaku pembimbing yang telah memberikan pengarahan selama kegiatan penyusunan usulan penelitian ini serta Ibu Dr Ir Endah Retno Palupi MSc sebagai dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan motivasi untuk selalu berprestasi. Di samping itu,. ungkapan terima kasih juga disampaikan penulis kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa, kasih sayang dan dukungannya. Semoga usulan penelitian ini bermanfaat bagi siapapun yang membutuhkan.

Bogor, Mei 2013

Penulis

Page 4: budidaya aquaponic

PENDAHULUAN 6

Latar Belakang 6

Tujuan 8

Hipotesis 8

TINJAUAN PUSTAKA 9

Botani Selada (Lactuca sativa) 9

Syarat Tumbuh 10

Limbah Ikan 11

Unsur Hara Tanaman 12

Pertanian Organik 13

Budidaya Sayuran Daun secara Hidroponik 13

BAHAN DAN METODE 15

Pelaksanaan Penelitian 17

Pengamatan 19

RENCANA KEGIATAN DAN ANGGARAN DANA 19

DAFTAR PUSTAKA 20

LAMPIRAN 22

Page 5: budidaya aquaponic

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Gaya hidup sehat dengan memanfaatkan hasil bumi secara alami tanpa bahan sintetis

telah mencuat dalam beberapa tahun terakhir. Dengan banyak mengkonsumsi makanan

sehat diyakini dapat terhindar dari penyakit berbahaya. Pangan yang sehat dan bergizi

tinggi dapat diproduksi dengan metode baru yang dikenal dengan pertanian organik.

Menurut Nancy Morgan et al (2007) pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian

yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan-bahan kimia sintetis

seperti pupuk, pestisida sintetis dan hormon tumbuh dalam produksi pertanian. Namun,

tanaman yang dibudidayakan dengan sistem organik memiliki produktivitas rendah per

satuan luas. Hal inilah yang menyebabkan harga produk berlabel organik menjadi mahal di

pasaran.

Sistem yang digunakan untuk mengatasi masalah ini yaitu sistem hidroponik. Budidaya

tanaman secara hidroponik dilakukan tanpa tanah, tetapi menggunakan larutan nutrisi

sebagai sumber utama pasokan nutrisi tanaman. Larutan nutrisi dapat diberikan dalam

bentuk genangan atau dalam keadaan mengalir. Tanaman yang dibudidayakan secara

hidroponik memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan budidaya tanaman secara

konvensional (media tanah), yaitu: 1) serangan hama dan penyakit cenderung jarang dan

lebih mudah dikendalikan, 2) penggunaan pupuk dan air lebih efisien, 3) tidak ada kegiatan

yang memerlukan tenaga intensif untuk pekerjaan berat seperti pengolahan tanah, 4) larutan

nutrisi dapat dipasok sesuai dengan tingkat kebutuhan tanaman, 5) dapat diusahakan di

lahan tidak subur maupun di lahan yang sempit, 6) kebersihan lebih terjaga dan terhindar

dari penyakit yang berasal dari tanah, 7) budidaya tanaman dapat dilakukan tanpa

bergantung musim (Suhardiyanto 2009). Meskipun produk dari sistem hidroponik

tergolong aman bagi kesehatan, alangkah jauh lebih baik jika sistem hidroponik mampu

menghasilkan produk yang organik. Menurut salah satu peraturan yang diterapkan IFOAM

(International Federation of Organic Agriculture Movements) pada tahun 2005 tentang

Page 6: budidaya aquaponic

pertanian organik adalah nutrisi untuk tanaman hanya boleh berasal dari nutrien alam (non-

sintetis), seperti rumput laut, ikan, pupuk kandang dan organisme lainnya.

Akhirnya pilihan yang mungkin dapat diterapkan adalah sistem akuaponik. Akuaponik

merupakan kombinasi dari akuakultur (budidaya ikan) dan hidroponik (budidaya tanaman

tanpa tanah). Sistem ini memanfaatkan limbah ikan untuk nutrisi tanaman dalam bentuk

larutan dan tanaman menyediakan air yang bersih untuk ikan hidup. Sebuah simbiosis

mutualisme antara tanaman dan ikan. Hal ini menciptakan ekosistem yang berkelanjutan

dimana tanaman dan ikan dapat berkembang serta tumbuh dengan sehat. Akuaponik

merupakan solusi ideal untuk petani ikan yang membuang air kaya nutrisi dan petani

hidroponik yang membutuhkan air kaya nutrisi. Air limbah yang dihasilkan dari budidaya

ikan merupakan sumber pupuk alami untuk tanaman pada sistem hidroponik. Tanaman

mengkonsumsi nutrisi yang terkandung di dalam air limbah sehingga membantu untuk

memurnikan air bagi kehidupan ikan (Rakocy 2006). Kombinasi dari dua sistem ini

menghasilkan produk yang dapat disebut organik, baik itu tanaman maupun ikan.

Page 7: budidaya aquaponic

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat limbah ikan dalam pertumbuhan

tanaman selada yang dibudidayakan secara hidroponik

Hipotesis

1. Limbah ikan dapat digunakan sebagai larutan hara alami untuk pertumbuhan tanaman

selada

2. Populasi ikan dalam jumlah tertentu dapat menghasilkan hara yang cukup untuk

pertumbuhan tanaman selada

Page 8: budidaya aquaponic

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Selada (Lactuca sativa)

Selada merupakan tanaman tahunan atau dapat ditanam sepanjang tahun dan tidak

dipengaruhi oleh musim. Selada dalam tatanama klasifikasi menurut termasuk dalam

Famili Asteraceae atau Compositae, Genus Lactuca dan spesies Lactuca sativa. Selada

pertama kali dibudidayakan oleh orang Mesir kuno yang mengubahnya dari gulma. Benih

yang digunakan untuk menghasilkan minyak dan menjadi tanaman yang ditanam untuk

dimanfaatkan daunnya. Selada menyebar ke Yunani dan Romawi. Selada dalam bahasa

Inggris dikenal dengan nama lettuce (Zohary et al 2012).

Tanaman selada umumnya memiliki tinggi dan lebar 6 sampai 12 inci (15 sampai

30 cm). Daun berwarna-warni, terutama dalam spektrum warna hijau dan merah, dengan

beberapa varietas yang beraneka ragam. Ada juga beberapa varietas dengan kuning, daun

emas atau biru kehitaman. Selada memiliki sistem perakaran yang mencakup akar tunggang

utama dan akar serabut sekunder yang lebih kecil. Tanaman selada memiliki batang sejati.

Batangnya hampir tidak terlihat dan terletak pada bagian dasar yang berada di dalam tanah.

Diameter batang selada berkisar antara 2-3 cm Bunga selada berbentuk dompolan

(inflorescence). Tangkai bunga bercabang banyak dan setiap cabang akan membentuk anak

cabang. Pada dasar bunga terdapat daun – daun kecil, namun semakin ke atas daun tersebut

tidak muncul. Bunganya berwarna kuning. Setiap krop panjangnya antara 3-4 cm yang

dilindungi oleh beberapa lapis daun pelindung yang dinamakan volucre. Biji tanaman

selada berbentuk lonjong pipih, berbulu, agak keras, berwarna coklat, serta berukuran

sangat kecil, yaitu panjang 4 mm dan lebar 1 mm. Biji selada merupakan biji tertutup dan

berkeping dua (Watts 2007)

Syarat Tumbuh

Selada dapat tumbuh di dataran tinggi maupun dataran rendah. Namun, hampir

semua tanaman selada lebih baik diusahakan di dataran tinggi karena jenis-jenis selada krop

atau telur menghasilkan krop (kepala) sedangkan di dataran sedang hingga rendah

Page 9: budidaya aquaponic

pertumbuhannya kurang baik dan tidak menghasilkan krop karena selada lebih cepat

berbunga jika ditanam pada suhu tinggi. Namun jenis selada daun masih toleran jika

ditanam di dataran rendah. Suhu udara yang optimum untuk pertumbuhan selada kisaran

15-20 0C (Haryanto et al 2007)

Menurut Susila (2006) tanaman selada umumnya ditanam pada akhir musim hujan,

karena termasuk tanaman yang tidak tahan kehujanan. Derajat keasaman (pH) media tanam

yang ideal untuk pertumbuhan selada adalah berkisar antara 6,5-7. Jenis tanah yang cocok

bagi selada ialah lempung berdebu, lempung berpasir, dan tanah yang masih mengandung

humus. Namun, selada masih toleran terhadap tanah-tanah yang miskin hara asalkan diberi

pengairan dan pupuk organik yang memadai. Sebaiknya tanah tersebut bereaksi netral

sebab tanah asam, daun selada menjadi kuning. Oleh karena itu, untuk tanah yang asam

sebaiknya dilakukan pengapuran terlebih dahulu sebelum penanaman. Pada tanah yang

terlalu asam, tanaman ini tumbuh kerdil dan pucat karena kekurangan unsur magnesium

dan besi.

Limbah Ikan

Dampak utama dari kegiatan budidaya ikan sangat tergantung pada sistem budidaya

yang diterapkan (high-input high-output intensive systems). Semakin intensif usaha

budidaya yang diterapkan (semakin tinggi input) maka dampak yang akan ditimbulkan juga

akan semakin besar. Efek kegiatan ini adalah lepasnya partikulat sedimen tersuspensi

(suspended solids) dalam bentuk sludge, nutrient dan bahan organik yang dapat

memperkaya perairan penerima dan merubah komunitas benthos (perubahan flora dan

fauna dasar perairan). Summerfelt et al (1999) mengatakan bahwa sistem budidaya

perikanan kerapkali menghasilkan limbah berupa lumpur (sludge) yang berasal dari kotoran

(feces) dan sisa pakan yang belum terolah dan langsung masuk ke dalam perairan terbuka

penerima (upon receiving waters). Limbah cair/lumpur dari kolam/tambak ini dapat

membahayakan lingkungan perairan penerima karena kandungan bahan organiknya yang

tinggi seperti padatan terlarut (sedimen organik) dan nutrien (terutama sekali nitrogen dan

phosphorous).

Page 10: budidaya aquaponic

Adanya peningkatan padat penebaran ikan dalam suatu wadah yang terbatas akan

menyebabkan konsumsi oksigen dan akumulasi bahan buangan metabolik ikan juga

semakin tinggi (Stickney 1979). Lalu Effendi (2004) mengatakan bahwa jika padat

penebaran tinggi memiliki buangan metabolisme seperti feses dan amoniak maka

karbondioksida juga akan bertambah banyak. Kondisi ini dibutuhkan suplai air yang lebih

banyak untuk memenuhi kebutuhan oksigen. Nitrogen dalam perairan dibedakan menjadi

dua macam yaitu berupa nitrogen anorganik dan nitrogen organik. Nitrogen anorganik

terdiri atas ammonium (NH4+), nitrit (NO2

-) dan nitrat (NO3-). Nitrogen organik berupa

protein, asam amino dan urea. Amoniak dan garam-garamnya bersifat mudah larut dalam

air. Menurut Zonneveld (1991) amoniak adalah suatu produk hasil dari metabolism protein

dan disisi lain amoniak merupakan racun bagi ikan sekalipun konsentrasinya sangat rendah.

Amoniak dan nitrit yang tinggi dalam perairan bersifat berbahaya bagi ikan. Persentase

amoniak bebas meningkat seiring dengan meningkatnya nilai pH dan suhu perairan. Selain

amoniak, nitrogen yang dihasikan ikan dapat berupa NO2 dan NO3. Apabila konsentrasinya

tinggi dapat mempengaruhi kehidupan ikan. NO2 biasanya disebut dengan nitrit. Jika nitrit

terabsorpsi secara terus menerus oleh ikan, maka nitrit akan bereaksi dengan haemoglobin

sehingga membentuk niethelnoglobin (Hb +NO2 = Met-Hb). Adapun reaksi yang terjadi

adalah unsur besi yang terdapat dalam haemoglobin akan dioksidasi dari ferro menjadi ferri

dan akan membentuk Met-Hb. Methemoglobin ini bersifat menurunkan kemampuan

haemoglobin dalam mengikat oksigen, sehingga dapat mengakibatkan stres dan kematian

pada ikan.

Unsur Hara Tanaman

Pertumbuhan tanaman untuk mencapai hasil yang optimum dapat diperoleh dengan

pemberian larutan hara sesuai dengan kebutuhan tanaman. Terdapat 13 unsur hara essensial

untuk pertumbuhan tanaman. Menurut Salisbury dan Ross (1978) air (H2O) dan karbon

dioksida (CO2) juga termasuk essensial untuk tanaman. Hidrogen, karbon dan oksigen juga

diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Jadi, total ada 16 hara essensial sebanyak 16

Page 11: budidaya aquaponic

elemen. Unsur hara essensial dapat dikelompokkan menjadi hara makro dan hara mikro.

Hara makro adalah hara yang diperlukan oleh tanaman dalam jumlah yang banyak

sedangkan hara mikro adalah hara yang diperlukan oleh tanaman dalam jumlah yang

sedikit. Elemen yang termasuk unsur hara makro yaitu Nitrogen (N), Phospor (P),

Potassium (K), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Sulfur (S), Klorin (Cl). Lalu elemen yang

termasuk hara mikro yaitu: Besi (Fe), Mangan (Mn), Boron (B), Copper (Cu), Zinc (Zn),

Molybdenum (Mo).

Sayuran daun membutuhkan nitrat rendah dibandingkan sayuran buah yang

membutuhkan nitrat lebih tinggi. Biasanya 10 nutrisi (hara) terpenuhi dari pakan ikan,

sedangkan 3 nutrisi lain yang perlu ditambahkan yaitu potassium, calcium dan besi. Untuk

itu perlu ditambahkan calcium hydroxida dan potassium karbonat dimasukkan saat

menyesuaikan pH yang terlalu basa sehingga pH air turun. Untuk zat besi sangat

dipengaruhi oleh pH, karena membutuhkan pH antara 5 - 6,9 supaya bisa diserap oleh

tanaman. Solusi agar tidak perlu mengeluarkan tambahan adalah menggunakan hasil

kompos dari cacing yang dimasukkan ke dalam sistem hidroponik (Savidov et. al 2007)

Pertanian Organik

Pertanian organik adalah sebuah metode produksi yang mengatur lahan pertanian dan

lingkungannya sebagai satu sistem. Sistem ini menggunakan pengetahuan tradisional dan

ilmiah untuk meningkatkan kesehatan ekosistem pertanian dimana lahan tersebut berada.

Pertanian organik menggantungkan diri pada penggunaan sumber daya alami setempat dan

manajemen ekosistem dibandingkan dengan bahan baku pertanian eksternal seperti pupuk

mineral dan bahan kimia pertanian. Sistem pertanian organik menolak penggunaan bahan

kimia buatan dan bahan baku yang telah dimodifikasi secara genetis. Sistem ini

mempromosikan penggunaan praktek pertanian tradisional yang mempertahankan

kesuburan tanah. Ada beberapa kriteria pertanian organik. Persyaratan produksi tanaman

pangan berlaku untuk: pemilihan bibit dan bahan baku tanaman, pemeliharaan kesuburan

tanah dan kegiatan daur ulang dari bahan baku organik, larangan penggunaan bahan baku

Page 12: budidaya aquaponic

yang telah mengalami rekayasa genetika, keanekaragaman tanaman di pertanian, kegiatan

pemrosesan pertanian, pengepakan, dan penelusuran dari suatu produk serta penggunaan

pupuk organik dan kompos guna mengontrol hama dan penyakit (Nancy Morgan et al

2007).

Budidaya Sayuran Daun secara Hidroponik

Suhardiyanto (2009) menjelaskan bahwa tentang sistem hidroponik dikelompokkan

menjadi dua, yaitu kultur media tanam dan kultur larutan nutrisi. Pada kultur media tanam,

penanaman dilakukan menggunakan media tanam padat berpori sebagai tempat dimana

akar tanaman tumbuh. Media tanam yang digunakan dapat berupa media organik,

anorganik, atau campuran keduanya. Berdasarkan metode pemberian larutan nutrisinya,

kultur media dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu sub irrigation (irigasi bawah

permukaan) dan top irrigation (irigasi permukaan). Karena top irrigation sering

diaplikasikan pada sistem hidroponik dengan menggunakan penetes maka sistem ini lebih

terkenal dengan sebutan drip irrigation system (sistem irigasi tetes). Sub irrigation dibagi

dua, yaitu passive sub irrigation (sistem irigasi dengan prinsip kapiler), dan ebb and flow

(sistem irigasi genang dan alir). Pada kultur larutan nutrisi, penanaman dilakukan tidak

menggunakan media tanam atau media tumbuh, sehingga akar tanaman tumbuh di dalam

larutan nutrisi atau di udara. Kultur larutan nutrisi dibagi menjadi tiga kelompok besar,

yaitu hidroponik larutan diam, hidroponik dengan larutan nutrisi yang disirkulasikan, dan

aeroponik. Sistem hidroponik dipilih berdasarkan pertimbangan jenis tanaman yang akan

dibudidayakan, kebijakan investasi, kompetensi tenaga kerja, dan kondisi iklim.

Rakocy (2006) berpendapat bahwa salah satu sistem hidroponik yang bisa

digunakan untuk budidaya sayuran daun menggunakan larutan adalah sistem ebb and flow

(sistem irigasi genang dan alir). Pada sistem hidroponik genang dan alir, larutan nutrisi

dialirkan ke bak tanaman hingga merendam akar Lalu dialirkan keluar bak untuk selang

waktu tertentu. Ada juga yang menyebut sistem ini sebagai flood and drain system. Pada

umumnya sistem ini terdiri dari: bedengan kedap air, wadah pot yang berlubang di bagian

bawahnya dan berisi media tanam, tangki untuk larutan nutrisi, pompa, pipa-pipa untuk

Page 13: budidaya aquaponic

mengalirkan larutan nutrisi, klep inlet dan outlet. Sistem ini termasuk kategori sistem

hidroponik dengan sirkulasi tertutup. Tanaman dalam pot diletakkan pada bak tanaman

dimana larutan nutrisi dialirkan kedalamnya. Ketika kran , inlet dibuka, larutan nutrisi

mengalir kedalam bak tanaman hingga pot terendam sampai ketinggian tertentu. Selama

perendaman, kran outlet ditutup. Setelah larutan nutrisi merembes ke dalam media tanam,

outlet dibuka. Dengan demikian larutan nutrisi mengalir secara gravitasi kembali ke bak

penampung hingga tidak ada lagi genangan di bak tanaman. Selanjutnya, larutan nutrisi di 1

dalam bak penampungan dialirkan kembali kedalam bak tanaman ketika waktunya tiba.

Untuk memberi kesempatan larutan nutrisi menembus ke dalam media tanaman, biasanya

digunakan patokan waktu perendaman sekitar 10 menit setelah larutan nutrisi memenuhi

bak tanaman. Dengan perembesan larutan nutrisi secara berkala ini tanaman mendapat

cukup unsur hara, udara dan air.

Page 14: budidaya aquaponic

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian akan dilaksanakan di Greenhouse Parung Farm Bogor pada bulan

Desember 2013 sampai Maret 2014

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih selada varietas Grand

Rapids, benih selada varietas Nuansa, benih selada varietas Karina, ikan bawal air tawar

umur 2 bulan, air limbah ikan bawal air tawar, cacing, pupuk kompos dan batu kerikil.

Alat yang digunakan terdiri dari aerator, kotak persegi, tray persemaian, mistar,

timbangan, EC meter, bell siphon, pipa dan tanki 1,5x1x1 m.

Metode Penelitian

Percobaan disusun dalam Rancangan Petak Terpisah dengan 3 ulangan.

menggunakan Rancangan Petak Terpisah (RPT). Faktor pertama sebagai petak utama

terdiri dari 3 kepadatan populasi ikan (P1, P2, P3). Faktor kedua sebagai anak petak adalah

varietas tanaman sayuran daun (3 macam varietas: V1, V2, V3).

Model linier yang digunakan sebagai berikut:

Yijk = μ+ P i + K j + Uij + Vk + P i x Vk+εijk dimana i = 1,2,3,4 ; j = 1,2,3; k = 1,2,3

Keterangan :

Yijk = Nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j

μ = Nilai rataan umum

Pi = Populasi ke-i

K j = Kelompok ke-j

U ij = Galat petak utama

Vk = Varietas ke-k

Pi x Vk = Interaksi populasi dengan varietas

Page 15: budidaya aquaponic

ε ijk = Pengaruh acak pada perlakuan ke-i, kelompok ke-j dan kelompok ke-k

Hasil percobaan dianalisis menggunakan uji ragam (uji F) pada selang

kepercayaan 95% (α = 5%). Jika terdapat pengaruh nyata, maka akan dilakukan uji lanjut

dengan DMRT (Duncan’t Multiple Range Test).

Page 16: budidaya aquaponic

Pelaksanaan Penelitian

1. Persiapan Tanki Ikan dan Media Tanam

Tanki air berukuran 1,5mx1mx1m dipasang berada paling bawah, lalu 3 buah kotak

persegi ditempatkan satu tingkat bersama di atas tanki air paling bawah. Pada sistem

ini dibuat 4 tingkat, setiap tingkat ditempatkan 3 buah kotak persegi kecuali pada

tanki air paling bawah. Kemudian dipasang sebuah aerator di tanki air paling bawah

dan pipa penyambung antar kotak persegi dan tanki air. Setelah semua alat

dipasang, disebar kerikil/batu gravel di bagian dasar tiap kotak persegi secara

merata. Tanki air paling bawah digunakan untuk ikan hidup dan tanki tingkat 2, 3,

dan 4 digunakan untuk tanaman yang ditanam dengan sistem genang dan alir. Bell

siphon diletakkan di setiap tangki tingkat 2, 3 dan 4 (Gambar 1). Setelah semua

komponen terpasang, tanki air paling bawah diisi air dengan volume yang sama tiap

perlakuan. Sistem ini merupakan satu perlakuan. Jadi dibuat lagi 2 sistem seperti

ini. Total sistem yang dibuat adalah 3 sistem.

2. Persemaian Benih

Benih selada semua varietas yang digunakan disemai di tray semai dengan media

pupuk kompos, basahi dengan air bersih sampai lembab. Benih dimasukkan ke

lubang tray kemudian ditutup dengan plastik hitam supaya tidak terkena sinar

matahari langsung. Lalu disimpan ke ruangan yang aman. Plastik dibuka dari tray

setelah berumur 3-4 hari dan benih sudah mulai tumbuh. Benih yang sudah

berkecambah disiram dengan air memakai hand sprayer untuk tetap lembab. Selada

siap ditanam setelah berumur 2 minggu.

3. Pendederan Ikan

Ikan bawal yang telah berumur 1-2 bulan siap ditempatkan ke dalam 3 tanki air.

Jumlah populasi ikan bawal yang ditempatkan berbeda antara tanki air 1, 2 dan 3

(sesuai dengan perlakuan).

4. Penanaman Selada

Page 17: budidaya aquaponic

Selada semua varietas ditanam di atas kerikil setelah disemai selama 2 minggu.

Setiap varietas ditempatkan berbeda di tiap kotak persegi. Dalam satu kotak persegi

hanya terdapat satu varietas selada. Aerator dinyalakan secara kontinyu hingga

tanaman selada siap dipanen pada umur MST.

Pengamatan

1. Air limbah ikan di setiap perlakuan yang telah berumur 1 minggu setelah penelitian

dimulai, diuji ke laboratorium air. Hal-hal yang diteliti adalah unsur-unsur yang

terkandung dalam air limbah ikan tersebut.

2. Derajat keasaman (pH) air di dalam tanki diukur setiap 1 minggu sekali dengan EC

Meter.

3. Tinggi tanaman selada setiap varietas diukur setiap 1 minggu sekali setelah berumur

1 MST. Lalu dibandingkan dengan tinggi tanaman selada pada perlakuan lainnya.

4. Pada umur 4 MST (saat panen), tanaman selada ditimbang beratnya menggunakan

timbangan dan diukur tingginya menggunakan mistar. Lalu dibandingkan berat dan

tinggi tanaman selada dengan perlakuan lainnya.

Page 18: budidaya aquaponic

RENCANA KEGIATAN DAN ANGGARAN DANA

Rencana Kegiatan

Pelaksanaan penelitian ini akan dilaksanakan selama 4 bulan dari bulan Desember

2013 sampai bulan Maret 2014. Kegiatan yang akan dilaksanakan selama penelitian

terdapat pada lampiran 1.

Anggaran Dana

Anggaran dana yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebesar Rp. 3,296,500

Rincian anggaran terdapat pada lampiran 2.

Page 19: budidaya aquaponic

DAFTAR PUSTAKA

Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Kanisius : Yogyakarta

Eko Haryanto, Suhartini Tina, Estu Rahayu, Sunarjono Hendro. 2007. Sawi dan Selada. Jakarta : Penebar Swadaya

IFOAM. 2005. Principles of Organic Agriculture. Adelaide

Frank B. Salisbury and Cleon W. Ross. 1978. Plant Physiology. Wadsworth Pub. Co :

Belmont. Hlm 57-58

Nancy Morgan et al 2007. Peraturan, Standar dan Sertifikasi untuk Ekspor Produk

Pertanian. FAO : Jakarta. Hlm 26-27

Rakocy J E, Masser PM dan Losordo MT. 2006. Recirculating aquaculture tank production

systems: Aquaponics-Integrating fish and plant culture, SRAS No. 454

Savidov NA, Hutchings E dan Rakocy JE. 2007. Fish and plant production in a

recirculating aquaponic system: a new approach to sustainable agriculture in Canada.

Acta Horticulture (IHSH) 742: 209-221

Suhardiyanto H. 2009. Teknologi Hidroponik untuk Budidaya Tanaman. IPB Press : Bogor.

Hlm 28

Susila AD. 2006. Panduan Budidaya Tanaman Sayuran, Departemen Agronomi dan

Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB. Bogor : IPB Press

Stickney RR. 1979. Prinsiples of Warmwater Aquaculture. New York : John Wiley and

Sons. Inc. A wiley-Interscience Publication

Summerfelt ST, PR Adler, DM Glenn, dan RN Kretschmann. 1999. Aquaculture Sludge

Removal and Stabilization within Created Wetlands (using Vetiver Grass).

Aquacultural Engineering 19 (1999) 81–92 (Elsevier)

Page 20: budidaya aquaponic

Zohary, Daniel; Hopf, Maria; Weiss, Ehud (2012). Domestication of Plants in the Old

World: The Origin and Spread of Domesticated Plants in Southwest Asia, Europe,

and the Mediterranean Basin. Oxford : Oxford University Press

Watts, Donald (2007). Dictionary of Plant Lore. San Diego : Academic Press Elsevier Inc. Hlm 226

Page 21: budidaya aquaponic

LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel Rencana Kegiatan Penelitian

Kegiatan Waktu PelaksanaanDesember Januari Februari Maret1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Persiapan BahanSemai Benih

Tebar Ikan Penanaman Bibit

Pemasangan Alat

PemeliharaanPemberian Makan IkanPengairan

PengamatanPengukuran pH AirTinggi TanamanKualitas AirPenimbangan Hasil Panen

Page 22: budidaya aquaponic

Lampiran 2. Tabel Rancangan Anggaran Penelitian

No KeteranganJumlah Unit

SatuanHarga Satuan (Rp)

Total (Rp)

1 Input ProduksiBenih Selada 2 Pack 57,000 114,000Bibit Bawal 50 Ekor 5,00 25,000Batu Kerikil 1 Karung 25,000 25,000Pelet Ikan 2 Karung 230,000 460,000Pupuk Kompos 1 Karung 25,000 25,000

2 Listrik 30 Hari 3000 90,0003 Tenaga Kerja

Pemasangan Alat 4 HOK Pria 20,000 80,000Pemeliharaan 15 HOK Pria 20,000 300,000

4 Alat-alatEmber 1 Buah 10,000 10,000Pipa PVC diameter 2cm 12 Meter 15,000 180,000Aerator 3 Paket 45,000 135,000Tray Semai 2 Buah 15,000 30,000Tanki Air 1,5x1x1m 3 Buah 200,000 600,000Kotak Persegi 27 Buah 25,000 675,000Bell Siphon 9 Buah 15,000 135,000

5 TransportasiBensin 9 Liter 9,500 85,500

6 Uji Kualitas Air dan Hara 2 Sampel 150,000 300,000  Total     3,269,500

Gambar 1. Skema Perlakuan Penelitian

Page 23: budidaya aquaponic