Bt 082038

3
Buletin Teknik Pertanian Vol. 8. Nomor 2, 2003 69 L ahan gambut di Indonesia khususnya di Sumatera dan Kalimantan mempunyai potensi yang sangat besar untuk pengembangan pertanian. Menurut Subagjo et al. (2000), luas lahan gambut di Indonesia sekitar 13.203 juta ha. Sejalan dengan makin berkurangnya ketersediaan lahan subur, maka perluasan area pertanian diarahkan antara lain ke tanah Podsolik merah kuning dan tanah gambut. Tanah-tanah tersebut dikategorikan sebagai tanah bermasalah yang perlu diteliti sifat-sifatnya. Tanah gambut terutama menempati dataran rendah di bagian basah, kurus, dan masam (Muljadi dan Soepraptohardjo, 1975). Lahan gambut dinilai tidak saja marginal, tetapi juga fragile. Tingkat kesuburannya ditentukan oleh sifat fisik, kimia, dan kematangannya. Beberapa sifat dan perilaku tanah gambut berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan tanam- an (Soepraptohardjo dan Dreissen, 1976). Sifat fisik ini perlu dipertimbangkan dalam pemanfaatan lahan gambut dan perakitan teknologi yang akan diterapkan. Sifat fisik juga sangat berkaitan dengan aspek teknik pembangunan rumah, pembuatan dan pemeliharaan jalan, serta pembuatan saluran drainase dan irigasi (Widjaja-Adhi, 1984). Salah satu sifat fisik tanah gambut adalah bobot isi (bulk density/BD). Selama ini penentuan bobot isi dilakukan ber- dasarkan penelitian yang banyak dikembangkan di daerah temperate seperti Amerika, Eropa, dan Jepang. Di daerah tersebut, gambut terbentuk dari bahan rumput sphagnum yang sebarannya heterogen. Kondisi tanah gambut tersebut sangat berbeda dengan di Indonesia. Penelitian tentang pengukuran bobot isi tanah gambut telah banyak dilakukan di laboratorium dengan menggunakan ring sampel. Pendekatan ini masih perlu diperbaharui karena ring sampel terlalu kecil untuk mewakili variasi sebaran gambut di Indonesia, terutama pada gambut hemik atau fibrik yang mempunyai sebaran gambut heterogen terutama di bawah lapisan permukaan air. Tulisan ini membahas teknik penetapan bobot isi tanah gambut dengan cara lain, yaitu menggunakan literan (tabung takar) sebagai alat alternatif yang dapat mewakili variasi sebaran gambut. Penetapan tersebut telah dilakukan di beberapa lokasi di Kalimantan Tengah (Muslihat, 2003) dengan tujuan untuk mendapatkan teknik pengukuran bobot isi yang lebih sederhana dan mendekati kebenaran serta mudah dilakukan di lapangan. BAHAN DAN METODE Bahan dan alat yang digunakan dalam pengukuran dan penetapan bobot isi adalah 30 contoh ring sampel dengan volume 182,82 cm 3 dan 30 contoh literan dengan volume 1.000 cm 3 , timbangan, kantong plastik, dan label. Lokasi ke- dalaman dan kematangan gambut yang diukur bobot isinya disajikan pada Tabel 1. Metode penetapan bobot isi tanah gambut dilakukan melalui pengukuran langsung mengguna- kan ring sampel pada kondisi kering oven 150°C dengan tekanan 33 kPa atau pada pF 2,54, sedangkan penetapan literan dilakukan pada kondisi basah, lembap, dan kering. Penetapan Menggunakan Literan Penetapan bobot isi tanah dengan menggunakan literan dapat dilakukan pada tanah gambut basah, lembap maupun kering oven 150°C. a. Penetapan kondisi basah di lapangan: Literan ditimbang (X g) kemudian dimasukkan ke dalam tanah gambut pada kedalaman yang telah ditentukan sebelumnya, setelah itu kedua ujungnya dibersihkan dan diratakan. Selanjutnya literan ditimbang bersama tanah (Y g). Nilai bobot isi dihitung dengan rumus (Y - X)/volume literan. b. Penetapan kondisi lembap di laboratorium: Contoh tanah gambut hasil pengukuran di lapang dikeringanginkan selama 1 minggu hingga bobotnya tetap. Tanah lembap tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam literan sampai penuh dan rata, kemudian ditimbang (Z g). Nilai bobot isi dihitung dengan rumus (Z - X)/volume literan. TEKNIK PENGUKURAN BOBOT ISI TANAH GAMBUT DI LAPANGAN DAN DI LABORATORIUM Lili Muslihat 1 1 Teknisi Litkayasa Pratama pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Jln. Ir. H. Juanda No. 98, Bogor 16123, Telp. (0251) 323012, Faks. (0251) 311256

description

Bt 082038

Transcript of Bt 082038

Page 1: Bt 082038

Buletin Teknik Pertanian Vol. 8. Nomor 2, 2003 69

Lahan gambut di Indonesia khususnya di Sumatera dan Kalimantan mempunyai potensi yang sangat besar

untuk pengembangan pertanian. Menurut Subagjo et al.(2000), luas lahan gambut di Indonesia sekitar 13.203 juta ha.

Sejalan dengan makin berkurangnya ketersediaan lahansubur, maka perluasan area pertanian diarahkan antara lain ketanah Podsolik merah kuning dan tanah gambut. Tanah-tanahtersebut dikategorikan sebagai tanah bermasalah yang perluditeliti sifat-sifatnya. Tanah gambut terutama menempatidataran rendah di bagian basah, kurus, dan masam (Muljadidan Soepraptohardjo, 1975).

Lahan gambut dinilai tidak saja marginal, tetapi jugafragile. Tingkat kesuburannya ditentukan oleh sifat fisik,kimia, dan kematangannya. Beberapa sifat dan perilaku tanahgambut berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan tanam-an (Soepraptohardjo dan Dreissen, 1976). Sifat fisik ini perludipertimbangkan dalam pemanfaatan lahan gambut danperakitan teknologi yang akan diterapkan. Sifat fisik jugasangat berkaitan dengan aspek teknik pembangunan rumah,pembuatan dan pemeliharaan jalan, serta pembuatan salurandrainase dan irigasi (Widjaja-Adhi, 1984).

Salah satu sifat fisik tanah gambut adalah bobot isi (bulkdensity/BD). Selama ini penentuan bobot isi dilakukan ber-dasarkan penelitian yang banyak dikembangkan di daerahtemperate seperti Amerika, Eropa, dan Jepang. Di daerahtersebut, gambut terbentuk dari bahan rumput sphagnumyang sebarannya heterogen. Kondisi tanah gambut tersebutsangat berbeda dengan di Indonesia.

Penelitian tentang pengukuran bobot isi tanah gambuttelah banyak dilakukan di laboratorium dengan menggunakanring sampel. Pendekatan ini masih perlu diperbaharui karenaring sampel terlalu kecil untuk mewakili variasi sebarangambut di Indonesia, terutama pada gambut hemik atau fibrikyang mempunyai sebaran gambut heterogen terutama dibawah lapisan permukaan air.

Tulisan ini membahas teknik penetapan bobot isi tanahgambut dengan cara lain, yaitu menggunakan literan (tabungtakar) sebagai alat alternatif yang dapat mewakili variasi

sebaran gambut. Penetapan tersebut telah dilakukan dibeberapa lokasi di Kalimantan Tengah (Muslihat, 2003)dengan tujuan untuk mendapatkan teknik pengukuran bobotisi yang lebih sederhana dan mendekati kebenaran sertamudah dilakukan di lapangan.

BAHAN DAN METODE

Bahan dan alat yang digunakan dalam pengukuran danpenetapan bobot isi adalah 30 contoh ring sampel denganvolume 182,82 cm3 dan 30 contoh literan dengan volume1.000 cm3, timbangan, kantong plastik, dan label. Lokasi ke-dalaman dan kematangan gambut yang diukur bobot isinyadisajikan pada Tabel 1. Metode penetapan bobot isi tanahgambut dilakukan melalui pengukuran langsung mengguna-kan ring sampel pada kondisi kering oven 150°C dengantekanan 33 kPa atau pada pF 2,54, sedangkan penetapanliteran dilakukan pada kondisi basah, lembap, dan kering.

Penetapan Menggunakan Literan

Penetapan bobot isi tanah dengan menggunakan literandapat dilakukan pada tanah gambut basah, lembap maupunkering oven 150°C.

a. Penetapan kondisi basah di lapangan:

• Literan ditimbang (X g) kemudian dimasukkan ke dalamtanah gambut pada kedalaman yang telah ditentukansebelumnya, setelah itu kedua ujungnya dibersihkandan diratakan. Selanjutnya literan ditimbang bersamatanah (Y g).

• Nilai bobot isi dihitung dengan rumus (Y - X)/volumeliteran.

b. Penetapan kondisi lembap di laboratorium:

• Contoh tanah gambut hasil pengukuran di lapangdikeringanginkan selama 1 minggu hingga bobotnyatetap. Tanah lembap tersebut selanjutnya dimasukkanke dalam literan sampai penuh dan rata, kemudianditimbang (Z g).

• Nilai bobot isi dihitung dengan rumus (Z - X)/volumeliteran.

TEKNIK PENGUKURAN BOBOT ISI TANAH GAMBUT DI LAPANGANDAN DI LABORATORIUM

Lili Muslihat1

1Teknisi Litkayasa Pratama pada Pusat Penelitian dan PengembanganTanah dan Agroklimat, Jln. Ir. H. Juanda No. 98, Bogor 16123, Telp.(0251) 323012, Faks. (0251) 311256

Page 2: Bt 082038

70 Buletin Teknik Pertanian Vol. 8. Nomor 2, 2003

Tabe 1. Lokasi pengambilan contoh tanah serta kedalamandan kematangan gambut

Lokasi sampelKedalaman gambut Kematangan

(cm) gambut

Kabupaten BuntokMP 1- I 0 - 4 0 0 Fibrik

- I I 1 0 0 - 7 6 0 FibrikMP 2- I 0 - 1 0 0 Hemik

-I I 1 0 0 - 7 8 0 HemikMP 3- I 0 - 7 5 Hemik

-I I 7 5 - 7 4 0 HemikBTP 1- I 0 - 5 0 Hemik

-I I 5 0 - 4 5 0 HemikBTP 2- I 0 - 5 0 Fibrik

- I I 5 0 - 5 5 0 FibrikBTP 3- I 0 - 1 0 0 Fibrik

- I I 1 0 0 - 6 5 0 Fibrik

Eks Proyek Lahan Gambut 1 juta haTN 1- I 0 - 2 5 Hemik

-I I 2 5 - 7 0 0 HemikPL 2 - I 0 - 3 0 Hemik

-I I 3 0 - 6 5 0 HemikDT 3 - I 0 - 5 0 Saprik

- I I 5 0 - 1 0 0 0 Saprik

Kabupaten Katingan/SebangauTR 1 -I I 0 - 6 0 Hemik

-I I 8 0 - 9 0 0 HemikTR 2 - I 0 - 7 0 Hemik

-I I 7 0 - 1 1 0 0 HemikAK 2- I 0 - 5 0 Saprik

- I I 5 0 - 5 0 0 SaprikAK 3- I 0 - 7 5 Hemik

-I I 7 5 - 6 0 0 HemikMB 1- I 0 - 5 0 Fibrik

- I I 5 0 - 6 0 0 FibrikMB 2- I 0 - 4 0 Hemik

-I I 4 0 - 9 0 0 Hemik

c. Penetapan kondisi kering oven 150°C di laboratorium:

• Setelah contoh tanah gambut diukur dalam keadaanlembap, kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu105°C selama 3 hari hingga bobotnya tetap. Tanahkering tersebut dimasukkan ke dalam literan sampaipenuh dan rata, kemudian literan dan tanah ditimbang(A g).

• Nilai bobot isi dihitung dengan rumus (A - X)/volumeliteran.

Penetapan Menggunakan Ring Sampel

• Contoh tanah gambut pada tabung ring ditimbang (B g),begitu pula tabung ring (C g).

• Berat tanah gambut (C - B g) ditetapkan kadar air tanah (p %).

• Berat kering tanah = (C - B) - p (C - B)/100 = D g.

• Nilai bobot isi = D g/volume tanah = W g/cc(volume tanah = volume tabung ring = 182,80)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tanah gambut di daerah tropika basah seperti Indonesiaberkembang dari vegetasi hutan tropis. Dalam kondisi alami,lapisan tanah gambut terdiri atas bahan material berserat dantanaman yang terdekomposisi belum sempurna, sehinggamenghasilkan tanah gambut yang variasi dan sebarannyaheterogen. Menurut pengamatan di lapangan, materialberserat ini tidak terdistribusi secara merata dalam lapisantanah. Serat atau akar masih cukup banyak sehingga menjadikendala dalam melakukan pengambilan contoh denganmenggunakan ring sampel. Dalam kondisi basah atau padakedalaman yang berair, biasanya gambut melumpur sehinggaring sampel tidak sempurna dalam menampung tanah.

Pengambilan contoh tanah menggunakan literan masihdapat dilakukan baik pada gambut fibrik, hemik maupunsaprik, sehingga tanah dapat dimasukkan ke dalam literandan menghasilkan angka-angka bobot isi tanah yang lebihbesar dibandingkan dengan menggunakan ring sampel yangselama ini dilakukan. Menurut Widjaja-Adhi (1984), tanahgambut dicirikan dengan nilai bobot isi < 0,60-0,l0 g/cm3.Angka ini sesuai dengan hasil pengukuran pada percobaanini (Tabel 2), kecuali pada kondisi basah yaitu antara 0,78-0,94g/cm3. Pengukuran pada kondisi lembap menghasilkan nilaibobot isi antara 0,49-0,52 g/cm3, dan pada kondisi keringantara 0,27-0,35 g/cm3. Namun, penggunaan ring sampelakan menghasilkan angka antara 0,14-0,22 g/cm3.

Hasil pengukuran menggunakan literan pada tanahgambut saprik, fibrik dan hemik menghasilkan angka-angkalebih besar dibandingkan dengan menggunakan ring sampel,baik pada kondisi basah dan lembap maupun pada kondisikering oven 150oC. Perbedaan ini menunjukkan bahwapenggunaan literan lebih mendekati kebenaran karena volumeliteran lebih banyak mewakili variasi sebaran gambutdaripada menggunakan ring sampel. Di samping itu, literanmempunyai volume lebih besar dibanding ring sampelsehingga memudahkan dalam pengambilan sampel padatanah gambut yang tergenang serta tidak banyak memerlukanpengulangan.

Penetapan bobot isi pada kondisi lembap, walaupunsudah dikeringanginkan, masih menghasilkan tanah gambutyang lembap dan mengandung air. Hal tersebut mencermin-

Page 3: Bt 082038

Buletin Teknik Pertanian Vol. 8. Nomor 2, 2003 71

kan kondisi kelembapan yang sebenarnya di lapangan.Penetapan bobot isi pada kondisi kering oven 150°C meng-hasilkan tanah gambut yang kering dan tidak mengadung air,sehingga tidak mencerminkan kondisi tanah gambut di la-pangan. Menurut Subagjo (2002), tanah gambut mempunyaipori-pori dan kapiler yang tinggi, sehingga mempunyai dayamenahan air yang sangat besar. Dalam keadaan jenuh,kandungan air tanah gambut dapat mencapai 4,50-30 kalibobot keringnya. Meskipun pada musim kemarau, tanahgambut masih tetap lembap dengan kadar air tinggi. Kondisitersebut merupakan kondisi yang optimal bagi petumbuhantanaman. Oleh karena itu, pengambilan sampel pada kondisilembap akan lebih mendekati keadaan di lapangan.

Menurut Lucas (1982), nilai bobot isi sangat tergantungpada pemadatan, komposisi bahan botani penyusunnya,tingkat dekomposisi, serta kandungan mineral dan kadar airsaat pengambilan sampel. Saprik merupakan tanah gambutyang sudah terdekomposisi hampir sempurna, tingkatpemadatannya tinggi, dan sebarannya homogen. Begitu jugadengan tanah mineral, umumnya mempunyai tekstur butirhalus dan homogen baik secara vertikal mapun horisontal,sehingga pengambilan sampel untuk kedua jenis tanahtersebut menggunakan ring sampel masih relevan. Namun,

pada gambut hemik dan fibrik, dekomposisi masih belumsempurna dan pemadatan rendah serta sebaran gambutnyasangat heterogen (masih banyak serat dan akar), sehinggapengambilan sampel menggunakan ring sampel kurangsesuai.

Perbedaan penetapan bobot isi akan berpengaruhterhadap perhitungan kandungan karbon dalam tanah persatuan luas dan jumlah pupuk yang harus diberikan. Hasilperhitungan juga bermanfaat dalam teknik bangunan untukmenghitung beban yang dapat disangga oleh lahan gambut.

KESIMPULAN

Hasil pengukuran bobot isi terhadap jenis gambut saprik,hemik, dan fibrik dengan menggunakan literan menghasilkanangka-angka yang lebih besar dibandingkan dengan meng-gunakan ring sampel. Penetapan bobot isi tanah gambutpada kondisi lembap akan lebih mendekati kebenarandibandingkan dengan pada kondisi kering oven 150°C.Penetapan dengan ring sampel hanya cocok untuk jenisgambut saprik atau tanah mineral yang mempunyai variasisebaran homogen.

DAFTAR PUSTAKA

Lucas, R.E. 1982. Organic soil (Histosols), formation, distribution,physical and chemichal and management for crop production.Farm Sci. p. 435.

Muljadi, D. dan Soepraptohardjo. 1975. Masalah Data Luas danPenyebaran Tanah-tanah Kritis. Kertas Kerja untuk SimposiumTanah Kritis. Lembaga Penelitian Tanah, Bogor.

Muslihat, L., I.T. Wibisono, dan R. Santoso B.W. 2003. Karakteris-tik Tanah dan Hidrologi pada Lokasi-lokasi PercontohanCCFPI di Kalimantan Tengah. CCFPI Technical Report320.04. Wetlands International - Indonesia Programme,Wildlie Habitat Canada, Bogor.

Soepraptohardjo, M. and P.M. Dreissen. 1976. The lowland andpeat of Indonesia, a challenge for the future. In Peat andPodsolic Soils and Their Potential for Agriculture in Indonesia.Bull. Soil Res. Inst., Bogor, 3: 11-19.

Subagjo, H., D. Suharta, dan A.B. Siswanto. 2000. Sumberdaya LahanIndonesia. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor.

Subagjo, H. 2002. Penyebaran dan Potensi Tanah Gambut diIndonesia untuk Pengembangan Pertanian. Technical Report410.02. Wetlands International-Indonesia Programme, WildlieHabitat Canada, Bogor.

Widjaja-Adhi, I P.G. 1984. Masalah tanaman di tanah gambut.Prosiding Pertemuan Teknis Penelitian Pola Usahatani Me-nunjang Transmigrasi. Badan Penelitian dan PengembanganPertanian, Jakarta.

Tabel 2. Hasil pengukuran bobot isi (BD) tanah gambut denganmetode literan dan ring sampel pada kondisi basah, lembap,dan kering

Ke- Bobot isi (g/cc)

Asal/contoh dalaman Ring Jenislokasi gambut Literan sampel gambut

(m) Basah Lembap Kering Kering

Kabupaten BuntokM P - 1 7 ,6 0 , 9 1 0 , 6 2 0 , 3 8 0 , 1 2 FibrikM P - 2 7 ,8 0 , 8 7 0 , 4 7 0 , 3 9 0 , 1 4 HemikM P - 3 7 ,4 0 , 8 6 0 , 4 7 0 , 2 9 0 , 1 6 HemikBTP 1 4 ,5 0 , 7 9 0 , 4 8 0 , 2 9 0 , 1 4 HemikBTP 2 5 ,5 0 , 8 3 0 , 5 3 0 , 3 4 0 , 1 3 FibrikBTP 3 6 ,5 0 , 8 1 0 , 5 2 0 , 3 8 0 , 1 3 FibrikRata-rata 6 ,6 0 , 8 5 0 , 5 2 0 , 3 5 0 , 1 4

Eks Proyek Lahan Gambut 1 juta haT N - 1 7 ,0 0 , 7 7 0 , 6 0 0 , 2 9 0 , 2 0 HemikP L - 2 6 ,5 0 , 6 7 0 , 4 7 0 , 2 6 0 , 2 2 HemikD T - 3 110 ,0 0 , 9 0 0 , 5 4 0 , 2 7 0 , 2 4 SaprikRata-rata 7 ,8 0 , 7 8 0 , 5 4 0 , 2 7 0 , 2 2

Kabupaten Katingan/SebangauT R - 1 9 ,0 0 , 8 5 0 , 4 8 0 ,3 0 , 2 3 HemikT R - 2 1 1 , 0 0 , 9 3 0 , 5 2 0 , 2 8 0 , 2 2 HemikAK-2 5 ,0 0 , 9 6 0 , 5 0 0 , 3 8 0 , 2 0 SaprikAK-3 6 ,0 0 , 9 6 0 , 4 9 0 , 4 0 0 , 2 3 HemikMB-1 6 ,0 0,98 0,47 0,24 0,11 FibrikMB-2 9 ,0 0,93 0,46 0,37 0,17 HemikRata-rata 7 ,7 0,94 0,49 0,33 0,19