bronkitis

5
Definisi Bronchitis adalah suatu peradangan bronchioles, bronchus, dan trachea oleh berbagai sebab. Bronchitis biasanya lebih sering disebabkan oleh virus seperti rhinovirus, Respiratory Syncitial Virus (RSV), virus influenza, virus para influenza, dan Coxsackie virus. Bronchitis adalah suatu peradangan pada bronchus yang disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme baik virus, bakteri, maupun parasit (Sudoyo, 2012) Ada 2 jenis bronchitis yaitu bronchitis akut dan kronik (Sudoyo, 2012) : Bronchitis akut adalah serangan bronchitis dengan perjalanan penyakit yang singkat dan berat, disebabkan oleh karena terkena dingin, penghirupan bahan-bahan iritan, atau oleh infeksi akut, dan ditandai dengan demam, nyeri dada (terutama disaat batuk), dyspnea, dan batuk. Bronchitis kronik adalah bentuk peradangan yang lama dan berkesinambungan akibat serangan berulang bronchitis akut atau penyakitpenyakit umum kronis, dan ditandai dengan batuk, ekspektorasi, dan perubahan sekunder jaringan paru Etiologi Bronchitis biasanya lebih sering disebabkan oleh virus seperti rhinovirus, Respiratory Syncitial Virus (RSV), virus influenza, virus par influenza, dan Coxsackie virus (Sylvia, 2013).

description

BRONKITIS

Transcript of bronkitis

DefinisiBronchitis adalah suatu peradangan bronchioles, bronchus, dan trachea oleh berbagai sebab. Bronchitis biasanya lebih sering disebabkan oleh virus seperti rhinovirus, Respiratory Syncitial Virus (RSV), virus influenza, virus para influenza, dan Coxsackie virus. Bronchitis adalah suatu peradangan pada bronchus yang disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme baik virus, bakteri, maupun parasit (Sudoyo, 2012)Ada 2 jenis bronchitis yaitu bronchitis akut dan kronik (Sudoyo, 2012) :Bronchitis akut adalah serangan bronchitis dengan perjalanan penyakit yang singkat dan berat, disebabkan oleh karena terkena dingin, penghirupan bahan-bahan iritan, atau oleh infeksi akut, dan ditandai dengan demam, nyeri dada (terutama disaat batuk), dyspnea, dan batuk. Bronchitis kronik adalah bentuk peradangan yang lama dan berkesinambungan akibat serangan berulang bronchitis akut atau penyakitpenyakit umum kronis, dan ditandai dengan batuk, ekspektorasi, dan perubahan sekunder jaringan paruEtiologiBronchitis biasanya lebih sering disebabkan oleh virus seperti rhinovirus, Respiratory Syncitial Virus (RSV), virus influenza, virus par influenza, dan Coxsackie virus (Sylvia, 2013).Sedangkan pada bronchitis kronik dan batuk berulang adalah sebagai berikut (Sylvia, 2013): 1. spesifik a. Asma b. Infeksi kronik saluran napas bagian atas (misalnya sinobronchitis). c. Infeksi, misalnya bertambahnya kontak dengan virus, infeksi mycoplasma, chlamydia, pertusis, tuberkulosis, fungi/jamur. d. Penyakit paru yang telah ada misalnya bronchiectasise. Sindrom aspirasi. f. Penekanan pada saluran napas g. Benda asingh. Kelainan jantung bawaan i. Kelainan sillia primer j. Defisiensi imunologis k. Kekurangan anfa-1-antitripsin l. Fibrosis kistik m. Psikis2. Non spesifik a. Asap rokok b. Polusi udaraTanda dan GejalaTanda dan Gejala umum bronkitis akut maupun bronkitis kronik adalah (Robbins, 2012): 1. Batuk dan produksi sputum adalah gejala yang paling umum biasanya terjadi setiap hari. Intensitas batuk, jumlah dan frekuensi produksi sputum bervariasi dari pasien ke pasien. Dahak berwarna yang bening, putih atau hijaukekuningan. 2. Dyspnea (sesak napas) secara bertahap meningkat dengan tingkat keparahan penyakit. Biasanya, orang dengan bronkitis kronik mendapatkan sesak napas dengan aktivitas dan mulai batuk. 3. Gejala kelelahan, sakit tenggorokan , nyeri otot, hidung tersumbat, dan sakit kepala dapat menyertai gejala utama. 4. Demam dapat mengindikasikan infeksi paru-paru sekunder virus atau bakteri.

Patofisiologi Asap mengiritasi jalan napas, mengakibatkan hipersekresi lendir dan inflamasi. Karena iritasi yang konstan ini, kelenjar-kelenjar yang mensekresi lendir dan sel-sel globet meningkat jumlahnya, fungsi sillia menurun, dan lebih banyak lendir yang dihasilkan dan akibatnya bronchioles menjadi menyempit dan tersumbat. Alveoli yang berdekatan dengan bronchioles dapat menjadi rusak dan membentuk fibrosis, mengakibatkan perubahan fungsi makrofag alveolar, yang berperan penting dalam menghancurkan partikel asing termasuk bakteri. Pasien kemudian menjadi lebih rentan terhadap infeksi pernapasan. Penyempitan bronchial lebih lanjut terjadi sebagai akibat perubahan fibrotic yang terjadi dalam jalan napas. Pada waktunya, mungkin terjadi perubahan paru yang 22 irreversible, kemungkinan mengakibatkan emphysema dan bronchiectasis (Sylvia, 2013)Penatalaksanaan Objektif utama pengobatan adalah untuk menjaga agar bronchioles terbuka dan berfungsi, untuk memudahkan pembuangan sekresi bronchial, untuk mencegah infeksi, dan untuk mencegah kecacatan. Perubahan dalam pola sputum (sifat, warna, jumlah, ketebalan) dan dalam pola batuk adalah tanda yang penting untuk dicatat. Infeksi bakteri kambuhan diobati dengan terapi antibiotic berdasarkan hasil pemeriksaan kultur dan sensitivitas. Untuk membantu membuang sekresi bronchial, diresepkan bronchodilator untuk menghilangkan bronchospasme dan mengurangi obstruksi jalan napas sehinggga lebih banyak oksigen didistribusikan ke seluruh bagian paru, dan ventilasi alveolar diperbaiki. Postural drainage dan perkusi dada 4 setelah pengobatan biasanya sangat membantu, terutama bila terdapat bronchiectasis. Cairan (yang diberikan per oral atau parenteral jika bronchospasme berat) adalah bagian penting dari terapi, karena hidrasi yang baik membantu untuk mengencerkan sekresi sehingga dapat dengan mudah dikeluarkan dengan membatukannya. Terapi kortikosteroid mungkin digunakan ketika pasien tidak menunjukkan keberhasilan terhadap pengukuran yang lebih konservatif. Pasien harus menghentikan merokok karena menyebabkan bronchoconstrictor, melumpuhkan sillia, yang penting dalam membuang partikel yang mengiritasi, dan menginaktivasi surfactants, yang memainkan peran penting dalam memudahkan pengembangan paru-paru. Perokok juga lebih rentan terhadap infeksi bronchial (Katzung, 2013)Katzung G Betram. 2013. Farmokologi dasar dan klinik edisi 10. Jakarta. Salemba medika.

Price, Sylvia Anderson dan Lorraine M. Wilson. 2013. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed. 6 (576). Jakarta. EGC.

Sudoyo, Aru ., Setiyohadi, Bambang., Alwi, Idrus., Simadribrata, Marcellus., Setiati, Siti. 2012. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : InternaPublishing.Robbins, Stanley L, et al. 2012. Buku Ajar Patologi. Ed.7 . Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.