Bram Kegawatdaruratan Lbm 1
description
Transcript of Bram Kegawatdaruratan Lbm 1
Bram……
Penyebab Sumbatan jalan nafas :Penyebab sumbatan jalan nafas yang sering kita dijumpai adalah dasar
lidah,palatum mole,darah atau benda asing yang lain. Dasar lidah sering menyumbat jalan nafas pada penderita koma,karena pada penderita koma karena pada penderita koma otot lidah dan leher lemas sehingga tidak mampu mengangkat dasar lidah dari dinding belakang farings. Hal ini sering terjadi bila kepala penderita dalam posisi fleksi.
Benda asing,seperti tumpahan atau darah dijalan nafas atas yg tdk dpt ditelan atau dibatukkan oleh penderita yg tdk sadar dapat menyumbat jalan nafas.Penderita yg mendapat anestesi atau tidak dapat terjadi laringospasme dan ini biasanya terjadi oleh krn rangsangan jalan nafas atas pd penderita stupor atau koma yang dangkal.Penanganan penderita gawat darurat-FK UNDIP
Macam2 sumbatan jalan nafas :Total : bila tdk dikeroksi dalam waktu 5 – 10 menit dpt mengakibatkan asfiksi,henti nafas dan henti jantung.Tidak terdengar suara nafas atau tidak terasa adanya aliran udara lewat hidung atau mulut. Adanya retraksi pada daerah supraclvikula dan sela iga bila penderita masih bisa bernafas spontan dan dada tdk mengembang pd waktu inspirasi.Parsial : harus dikoreksi krn dpt menyebabkan kerusakan otak,sembab otak,sembab paru,kepayahan,henti nafas dan henti jantung sekunder. Terdengar aliran udara yg berisik dan kadang2diserai retraksi. Bunyi lengking menandakan adanya laringospasme dan bunyi seperti orang kumur menandakan adanya sumbatan oleh benda asing.
Penanganan penderita gawat darurat-FK UNDIP
Pembersihan jalan nafas a. Manual :
Bila ada benda asing dijalan nafas atas maka mulut harus dibuka dengan paksa dan mengeluarkannya,ada 3 cara :
i. Gerak jari menyilang untuk mandibula yg agak lemasii. Gerak jari dibelakang gigi geligi untuk mandibula yang kakuiii. Gerak angkat mandibula lidah untuk mandibula yg sgt lemas
b. Penghisapan Penanganan penderita gawat darurat-FK UNDIP
Mekanisme terjadinya henti nafas dan henti jantung :Berkurangnya oksigen di dalam tubuh kita akan memberikan suatu
keadaan yang disebut hipoksia. Hipoksia ini dikenal dengan istilah sesak napas. Frekuensi napas pada keadaan sesak napas lebih cepat daripada keadaan normal. Oleh karena itu, bila sesak napas ini berlangsung lama maka akan memberikan kelelahan pada otot-otot pernapasan. Kelelahan otot-otot napas akan mengakibatkan terjadinya penumpukan sisa-sisa pembakaran berupa gas
CO2. Gas CO2 yang tinggi ini akan mempengaruhi susunan saraf pusat dengan menekan pusat napas yang ada di sana. Keadaan ini dikenal dengan istilah henti napas.
Otot jantung juga membutuhkan oksigen untuk berkontraksi agar darah dapat dipompa keluar dari jantung ke seluruh tubuh. Dengan berhentinya napas maka oksigen tidak ada sama sekali di dalam tubuh sehingga jantung tidak dapat berkontraksi dan akibatnya terjadi keadaan yang disebut henti jantung.PUSAT PROMOSI KESEHATAN
Penyebab henti nafas dan henti jantung :Penyebab henti napas dan jantung ini sangat banyak. Setiap peristiwa atau
penyakit apapun yang menyebabkan berkurangnya oksigen dalam tubuh dapat menimbulkan keadaan henti napas dan henti jantung. Penyakit dan keadaan yang dapat menyebabkan henti napas dan henti jantung antara lain:
a) Penyakit paru-paru, seperti radang paru, TBC, asma, dan bronchitis.b) Penyakit jantung, seperti jantung koroner, jantung bawaan, Stroke, Infark
miokard dan penyakit jantung lainnya. c) Kecelakaan lalu lintas yang mengenai rongga dada.d) Penyakit-penyakit yang mengenai susunan saraf.e) Sumbatan jalan napas oleh benda asing, misal: tersedak.f) Tenggelamg) Tersengat listrikh) Tersambar petiri) Koma akibat berbagai macam kasus
http://www.husada.co.id/files/BHD.pdf.
Algoritma Bantuan Hidup Dasar :Ada tiga hal penting yang harus diperhatikan oleh seorang penolong korban
henti napas dan henti jantung dalam melakukan tindakan-tindakan bantuan hidup dasar.
Jalan napas korban harus dalam keadaan terbuka. Tujuannya agar oksigen bisa masuk ke tubuh korban.Pernapasan harus berlangsung terus sampai bantuan tenaga kesehatan datang. Hal ini dimaksudkan agar oksigen masuk ke dalam aliran peredaran darah paru-paru.Darah harus mengalir ke seluruh tubuh supaya oksigen dapat dibawa oleh darah ke semua organ-organ tubuh terutama otak.
1. Jika menemukan seseorang (selanjutnya disebut penderita) dalam keadaan tidak sadar, lakukan :
Perhatikan keadaan sekitar. Perhatikan dahulu keselamatan diri anda sebelum menolong orang lain. Periksa apakah penderita tersebut tidak responsif, lakukan dengan mengguncangkan tubuhnya atau panggil dengan nama sapaan. Mintalah bantuan
2. Jika penderita tidak responsif, lakukan :Mulailah ABC, yaitu :
A. Airway. Yang pertama harus dinilai adalah kelancaran jalan napas. Ini meliputi pemeriksaan adanya sumbatan jalan napas yang dapat disebabkan benda asing, fraktur tulang wajah, fraktur rahang bawah atau rahang atas, fraktur batang tenggorok. Usaha untuk membebaskan airway harus melindungi tulang leher. Dalam hal ini dapat dilakukan chin lift atau jaw thrust. Pada penderita yang dapat berbicara, dapat dianggap jalan napas bersih, walaupun demikian penilaian ulang terhadap airway harus tetap dilakukan.
B. Breathing. Airway yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik. Pertukaran gas yang terjadi pada saat bernapas mutlak untuk pertukaran oksigen dan mengeluarkan karbondioksida dari tubuh. Ventilasi yang baik meliputi fungsi yang baik dari paru, dinding dada, dan diafragma. Setiap komponen ini harus dievaluasi dengan cepat. Periksa breathing dengan cara Lihat, Dengar, dan Rasakan.
3. Jika penderita bernapas :Jika pernapasannya optimal dengan frekuensi normal, tempatkan penderita pada posisi pemulihan.Jika pernapasannya tidak optimal dan frekuensinya lebih cepat atau lebih lambat dari normal, lakukan tiupan napas dengan 1 tiupan setiap 5 detik.Periksa denyut nadi pada daerah samping leher, tiap 30 sampai 60 detik.
4. Jika penderita tidak bernapas :Lakukan pernapasan dari mulut ke mulut (mouth to mouth) atau dari mulut ke hidung (mouth to nose), dengan tiupan napas perlahan. Lakukan 2 detik per tiupan napas.Periksa C (Circulation), dengan cek denyut nadi.
5. Penderita dengan sirkulasi :Mulai lakukan pernapasan buatan, 1 tiupan napas tiap 5 detik.Monitor terus denyut nadi tiap 30 sampai 60 detik.
6. Penderita tanpa sirkulasi :Mulailah kompresi dadaKombinasikan kompresi dan pernapasan buatan (disebut resusitasi jantung paru)Lakukan dengan 15 kompresi dan 2 tiupan napas.
7. Lakukan terus kompresi dan pernapasan buatan sampai ditemukan adanya denyut nadi dan pernapasan spontan dari penderita.
8. Jika penderita masih terus mengalami henti napas dan henti jantung, lakukan terus tindakan diatas sampai :
Anda merasa lelah.Bantuan dari petugas kesehatan datang.
Yayasan Artha Graha, 2006
Kapan RJP tidak dilakukan
Lebam Mayat
Kaku mayat
Pembusukan
Luka yang mematikan
Penyakit Kronis
Bayi yang mati dalam kandungan
Efek Samping dari RJP
Fraktur sternum dan tulang dada
Pneumotorax
Hemotorax
Robekan atau memar paru
Robekan pada hati
MASALAH :
Penderita tidak tidur dialas keras
Penderita tidur tidak Horizontal
Penutupan tidak rapat
Mulut tidak terbuka dg baik
Letak tangan tdk baik atau kompresi tidak tepat
Letak tangan tidak sempurna
Kompresi terlalu dalam & cepat
Perbandingan Kompresi & ventilasi tidak benar
http://www.curriki.org/xwiki/bin/download/Coll_iwan/BantuanHidupDasarBHDdanResusitasiJantungParuRJP/RJP.ppt.
RJP
Definisi RJP hal 1
Anatomi dan fisiologi
Saluran pernapasan hal 1
Kardiovaskuler hal 2
Etiologi henti nafas hal 2-3
Penanganan hal 3-4
Resusitasi jantung paru tidak dilakukan pada semua penderita yang mengalami gagal jantung atau
pada orang yang sudah mengalami kerusakan pernafasan atau sirkulasi yang tidak ada lagi
kemungkinan untuk hidup, melainkan yang mungkin untuk hidup lama tanpa meninggalkan kelainan
di otak5.
Keberhasilan resusitasi dimungkinkan oleh adanya waktu tertentu diantara mati klinis dan mati
biologis. Mati klinis terjadi bila dua fungsi penting yaitu pernafasan dan sirkulasi mengalami
kegagalan total. Jika keadaan ini tidak ditolong akan terjadi mati biologis yang irreversibel. Resusitasi
jantung paru yang dilakukan setelah penderita mengalami henti nafas dan jantung selama 3 menit,
presentasi kembali normal 75 %tanpa gejala sisa. Setelah 4 menit presentasi menjadi 50 % dan
setelah lima menit menjadi 25 %. Maka jelaslah waktu yang sedikit itu harus dapat dimanfaatkan
dengan sebaik mungkin.
Disamping mati klinis dan biologis dikenal dengan istilah mati social yaitu keadaan dimana
pernafasan dan sirkulasi terjadi spontan atau secara buatan, namun telah mengalami aktifitas kortikal
yang abnormal. Penderita dalam keadaan sopor atau koma tanpa kemungkinan untuk sembuh dan
dinyatakan dalam keadaan vegetatif.
Agar resusitasi dapat berjalan maksimal tentu saja memerlukan penolong yang cekatan dan terampil.
Waktu satu menit sangat berguna dalam memberikan pertolongan pertama pada penderita.
II.1. Definisi
Resusitasi jantung paru merupakan usaha yang dilakukan untuk mengembalikan fungsi pernafasan
dan atau sirkulasi pada henti nafas (respiratory arrest) dan atau henti jantung (cardiac arrest) pada
orang dimana fungsi tersebut gagal total oleh suatu sebab yang memungkinkan untuk hidup normal
selanjutnya bila kedua fungsi tersebut bekerja kembali5.
II.2. Anatomi dan Fisiologi
Pemakaian oksigen dan pengeluaran karbon dioksida sangat diperlukan untuk menjalankan fungsi
normal selular didalam tubuh. Pemakaian tersebut melalui suatu proses pernafasan sehingga secara
harfiah pernafasan dapat diartikan pergerakan oksigen dari atmosfer menuju sel ke udara bebas.
Proses pernafasan terdiri dari beberapa langkah dimana sistem pernafasan, sistem saraf pusat dan
sistem kardiovaskuler memegang peranan yang sangat penting1.
II.2.1. Anatomi dan Fisiologi Saluran Pernafasan
Saluran pernafasan udara mulai dari hidung hingga mencapai paru adalah : hidung, faring, laring,
trakhea, bronkhus dan bronkhiolus.
Saluran pernafasan dari hidung sampai bronkhiolus dilapisi oleh membran mukosa yang bersilia.
Ketika udara masuk ke dalam rongga hidung udara tersebut disaring, dihangatkan dan dilembabkan.
Kemudian udara mengalir ke faring menuju laring.
Laring merupakan rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otak dan mengandung pita
suara. Diantara pita suara terdapat ruang berbentuk seperti sepatu kuda yang panjangnya kurang
lebih 5 inci. Permukaan posterior agak pipih dan letaknya tepat didepan esofagus.
Bronkhus utama kanan dan kiri tidak simetris, yang kanan lebih pendek, lebih lebar dan merupakan
kelanjutan trakhea. Cabang utama bronkhus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkhus lobaris
dan bronkhus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi bronkhus yang ukurannya
semakin kecil yang berakhir menjadi bronkhiolus terminalis.
Oksigen pada proses pernafasan dipindahkan dari udara luar ke dalam jaringan dan stadium pertama
ventilasi, yaitu masuknya campuran gas ke dalam dan keluar paru. Transportasi masuknya campuran
gas yang keluar masuk paru terdiri dari beberapa aspek1, yaitu :
1.Difusi gas antara alveolus dan kapiler paru, dan antara darah sistemik dan sel jaringan.
2.Distribusi darah dalam sirkulasi pulmoner dan penyesuaiannya dengan distribusi udara dalam
alveolus.
3.Reaksi kimia dan fisik dari oksigen dan karbondioksida dengan darah.
Stadium yang ketiga adalah respirasi sel, yaitu saat dimana metabolit dioksida untuk mendapatkan
energi dan karbondioksida terbentuk sebagai sampah metabolisme sel dan dikeluarkan oleh paru-
paru.
II.2.2. Anatomi dan Fisiologi Kardiovaskuler
Jantung merupakan salah satu organ yang terletak dalam mediastinum di rongga dada, yaitu diantara
kedua paru. Perikardium sendiri terbagi menjadi dua, yaitu perikardium parietalis dan pericardium
visceralis. Perikardium parietalis melekat pada tulang dada sebelah depan dan kolumna vertebralis
bagian belakang, sedangkan ke bawah pada diafragma. Perikardium visceralis langsung melekat
pada permukaan jantung. Jantung sendiri terbagi dari 3 lapisan yaitu epikardium (lapisan terluar),
miokardium (lapisan dalam) dan endokardium (lapisan terdalam)1.
Ruangan jantung terbagi menjadi 2 bagian jantung bagian atas atrium dan ventrikel terletak sebelah
bawah, yang secara anatomi mereka terpisah oleh suatu annulus fibrosus. Keempat katup jantung
terletak dalam cincin ini. Secara fungsinal jantung terbagi menjadi dua yaitu alat pompa kanan dan
alat pompa kiri yang memompa darah sistemik. Pembagian fungsi ini mempermudah konseptualisasi
dari urutan aliran darah secara anatomi.
Fisiologi siklus jantung ventrikel kiri memompa darah ke aorta melalui katup semilunaris aorta, dari
aorta darah akan dialirkan menuju arteri kemudian ke jaringan melalui cabang kecil arteri (arteriola),
dari arteriola kemudian menuju ke venula. Kemudian akan melalui vena darah akan dialirkan ke
atrium kanan, dari atrium kanan darah menuju ventrikel kanan melalui katup trikuspidalis, dari
ventrikel kanan kemudian darah dipompa menuju arteri pulmonalis melewati katup semilunaris
pulmonalis. Dari arteri pulmonalis ke pulmo. Dari pulmo darah keluar melalui vena pulmonalis ke
atrium kiri, dari atrium kiri kemudian menuju ventrikel kiri melalui katup bicuspidalis atau mitralis.
Demikian seterusnya darah akan mengalir melalui siklus tersebut1.
II.3. Etiologi
Resusitasi jantung paru bertujuan untuk mengembalikan fungsi pernafasan dan atau sirkulasi, dan
penanganan akibat henti nafas (respiratory arrest) dan atau henti jantung (cardiac arrest), yang mana
fungsi tersebut gagal total oleh sebab yang memungkinkan untuk hidup normal5.
Adapun sebab henti nafas adalah :
1.Sumbatan jalan nafas
Bisa disebabkan karena adanya benda asing, aspirasi, lidah yang jatuh ke belakang, pipa trakhea
terlipat, kanula trakhea tersumbat, kelainan akut glotis dan sekitarnya (sembab glotis, perdarahan).
2.Depresi pernafasan
Sentral : obat, intoksikasi, Pa O2 rendah, Pa CO2 tinggi, setelah henti jantung, tumor otak dan
tenggelam.
Perifer : obat pelumpuh otot, penyakit miastenia gravis, poliomyelitis.
Sebab- sebab henti jantung4,5 :
Penyakit kardiovaskuler
Penyakit jantung sistemik, infark miokardial akut, embolus paru, fibrosis pada sistem konduksi
(penyakit lenegre, sindrom adams stokes, noda sinus atrioventrikulaer sakit).
Kekurangan oksigen akut
Henti nafas, benda asing di jalan nafas, sumbatan jalan nafas oleh sekresi, asfiksia dan hipoksia.
Kelebihan dosis obat dan gangguan asam basa
Digitalis, quinidin, antidepresan trisiklik, propoksifen, adrenalin dan isoprenalin.
Kecelakaan
Syok listrik dan tenggelam.
Refleks vagal
Peregangan sfingter anii, penekanan atau penarikan bola mata.
Anestesi dan pembedahan.
Terapi dan tindakan diagnostik medis
Syok (hipovolemik, neurogenik, toksik dan anafilaktik)
Kebanyakan henti jantung yang terjadi di masyarakat merupakan akibat penyakit jantung iskemik, 40
% mati mendadak. Dari penyakit jantung iskemik terjadi dalam waktu satu jam setelah dimulainya
gejala dan proporsinya lebih tinggi, sekitar 60 % diantara umur pertengahan dan yang lebih muda.
Lebih dari 90 % kematian yang terjadi di luar rumah sakit disebabkan oleh fibrilasi ventrikuler, suatu
kondisi yang potensial reversibel1.
BAB III
PEMBAHASAN
Henti jantung dan henti nafas bukanlah kejadian yang sering terjadi walaupun di Rumah Sakit. Pada
banyak kasus sebenarnya kematian mendadak sebagai akibat sroke infark, kelebihan dosis obat dan
trauma hebat, dapat dicegah bila tindakan resusitasi dilakukan secara tepat. Setiap tenaga kesehatan
harus menguasai teknik resusitasi jantung paru. Pada tahun 1974, The American Association
menerbitkan penuntun pertama teknik bantuan hidup ini kemudian direvisi pada tahun 1980, tahun
1986 di negara lain mengikutinya1,4.
Pengajaran resusitasi jantung paru otak dibagi dalam 3 fase, yaitu : Bantuan Hidup Dasar (BDH),
Bantuan Hidup Lanjut (BHL), Bantuan Hidup Jangka Lama. Dan dalam 9 langkah dengan
menggunakan huruf abjad dari A sampai I2,5.
Fase I : untuk oksigenasi darurat, terdiri dari (A) Airway Control : penguasaan jalan nafas. (B)
Breathing Support : ventilasi bantuan dan oksigen paru darurat. (C) Circulation Support : pengenalan
tidak adanya denyut nadi dan pengadaan sirkulasi buatan dengan kompresi jantung, penghentian
perdarahan dan posisi untuk syok.
Fase II : untuk memulai sirkulasi spontan terdiri dari (D) Drugs and Fluid Intravenous Infusion :
pemberian obat dan cairan tanpa menunggu hasil EKG. (E) Electrocardioscopy (Cardiography) dan
(F) Fibrillation Treatment : biasanya dengan syok listrik (defibrilasi).
Fase III : untuk pengelolaan intensif pasca resusitasi, terdiri dari (G) Gauging : menetukan dan
memberi terapi penyebab kematian dan menilai sejauh mana pasien dapat diselamatkan. (H) Human
Mentation : SSP diharapkan pulih dengan tindakan resusitasi otak yang baru dan (I) Intensive Care :
resusitasi jangka panjang.
Dalam makalah ini hanya dibicarakan resusitasi jantung paru yang memang harus betul- betul
dikuasai oleh setiap tenaga kesehatan terutama mereka yang bekerja di bidang anesthesia, unit
darurat, kamar operasi dan kamar bersalin3.
III.1. Fase I (Bantuan Hidup Dasar)
Bila terjadi nafas primer, jantung terus dapat memompa darah selama beberapa menit dan sisa O2
yang berada dalam paru darah akan terus beredar ke otak dan organ vital lain. Penanganan dini pada
korban dengan henti nafas atau sumbatan jalan nafas dapat mencegah henti jantung. Bila terjadi
henti jantung primer, O2 tidak beredar dan O2
Metode Baru Resusitasi Jantung Paru
(Saturday, 03 May 2008) - Kontribusi dari dr. Edial Sanif - Terakhir diperbaharui (Sunday, 25
May 2008)
Metode Baru Resusitasi Jantung ParuSetiap menit terdapat sekitar 4-6 orang meninggal didunia
karena serangan
jantung. Dan sangat disayangkan jika seseorang tiba-tiba meninggal, yang tadinya kelihatan segar
bugar, dengan kata lain jantungnya # sangat sehat # untuk tidak lagi berdenyut Jantung sekonyong-
konyong berhenti berdenyut (cardiac arrest) serta paru-paru berhenti bernapas (apnoe), atau
seseorang tiba-tiba pingsan atau tidak sadarkan diri, seharusnya kita yang berada disekitarnya
segera memberikan bantuan sesuai standar prosedur medis yang berlaku, sehingga nyawa yang
bersangkutan dapat tertolong dalam artian sembuh sempurna seperti sediakala.
Biasanya jika seseorang tiba-tiba pingsan, suasana jadi panik, apalagi jika yang pingsan itu orang
penting, maka banyak orang akan beramai-ramai memberikan pertolokngan dengan cara masing-
masing, ada yang berteriak, menangis sambil memeluk korban sehingga menghalangi jalan napas,
ada yang memijat ibu jari kaki sekuat tenaga sambil komat-kamit,ada yang berdoa menurut agama
masing-masing, ada yang memberi minum, dan yang lebih rumit lagi sebagian besar
berkerumun disekitar kornban sambil berdesakan hanya sekedar pengin tahu apa kejadian
sebenarnya, Pada hal jikalebih dalam 5 (lima) menit aliran darah keotak terhenti maka akan terjadi
kerusakan permanen diotak. Dan keberhasilan Bantuan hidup dasar sangat menentukan
keberhasilan batuan hidup lanjut (Advance Cardiac Life Support/ACLS).Seharusnya hanya ada satu
komando. Timbul pertanyaan siapa yang menjadi komandan ?,, dalam hal ini yang menjadi
komandan adalah mereka yang pernah mendapatkan pelatihan bantuan hidup dasar (Basic Life
Support/BLS) danbantuan hidup lanjut (Advance Cardiac Life Support/ACLS).
Di luar negeri, biasanya mereka yang terlatih dan punya verifikasi terbaru akan menawarkan diri
sambil mengacungkantangan;saya resusitator siap jadi komandan, maka yang lain mempersilakan
yang bersangkutan menjadi komandan resusitasi dan semua instruksi dan perintah berada dibawah
satu komando yang bersangkutan.?. Bagaimana ditemapat kita.??, masih jauh dari harapan,
disamping jumlah anggota masyarakat masih sangat sedikit yang telah mengikuiti pelatihan bantuan
hidup dasar(BLS), disamping itu juga ada rasa ewoh pekewoh, rasa sungkan, rasa takut salah dan
sebagainya. Siapa yang boleh mengikuti pelatihan BLS?, mereka adalah, dokter, perawat, polisi,
tentara,satpan, mereka yang berhubungan banyak dengan orang banyak seperti; sopir, kondektur,
pilot, pramugari, sekretaris,pemadam kebakaran, anggota DISHUB, guru, dosen, peltih senam dan
lain sebagainya. Berikut adalah protokol terbaru bantuan hidup dasar (Basic Life Support/BLS).
Resusitasi jantung paru (RJP) merupakan teknik dasar untuk penyelamatan jika terdapat korban yang
mengalami henti jantung mendadak (cardiac arrest) atau henti napas (apnoe).Jika jantung atau napas
berhenti mendadak maka akan terjadi gangguan sel otak atau iskemia dan apa bila lebih dari 5 menit
akan terjadi kematian sel otak permanen (irreversible). Apa yang dilakukan jika menemukan seorang
korban diduga henti jantung atau henti napas mendadak.
Langkah-langkah berikut perlu dilakukan.
1. Penolong Jangan panik
2. Bawa korban ketempat yang tenang/aman/nyaman. (hati-hati jika ada trauma/patah dileher,
atau bagian tubuh lainnya.
3. Periksa apakah pasien sadar, dengan memanggil pasien,.. pak bangun pakatau ..bapak ada
apa..?, sambil menepuk bahu, atau lengan korban, kalau dia tidak sadar.. maka
4. Minta bantuan orang disekitar untuk menelpon ambulance atau kendaraan transportasi ke
rumah sakit.
Kemudian kita melakukan 3 prinsip dasar yang dikenal dengan istilah ABC yaitu Airway (jalan napas),
B.. Breathing
(napasnya). C. circulation, aliran darah atau denyut nadi/denyut jantung.
Langkah A. Airway (jalan napas).
Periksa jalan napas korban sebagai berikut : membuka mulut korban, masukkan 2 jari (biasanya
jaritelunjuk dan jari tengah), lihat apah ada benda asing, darah,(bersihkan), lidah yang jatuh
kebelakang(drop), menutpi jalan napas.Letakkan tangan penolong diatas kening korban dan tangan
yang lain didagu korban,tengadahkan/dongakkan kepala korban (Head tilt chin lift), Jika kita
mencurigai adanya patah atau fraktur tulang leher/servikal, maka pakai cara jaw trust;, lalu buka jalan
napas.
Berikutnya Langkah B. Breathing.(Napas korban).
Periksa napas koban selama 5 detik, paling lama 10 detik dengan cara : Lihat, rasakan –
dengarkan (look-feellisten).(Letakkan pipi penolong didepan mulut korban, sambil melihat dan
merasakan adanya napas korban yaitu naikturunnya dada, jika tidak ada napas, atau bernapas tapi
tidak adekuat berikan napas buatan dari mulut pemolong kemulut korban (mouth to mouth
ventilation), dengan menutup/memencet hidung korban, sampai terlihat dada korban naik/ekspansi,
selama 1 detik( jangan berikan napas terlalu cepat dan volume terlalu banyak.pemberian napas
tersebut sebanyak 2 kali dengan jarak antara pemberian napas selama 5 detik.
Berikutnya langkah C. Circulation.
Periksa denyut nadi karotis, (sebelah kanan atau kiri jakun), dengan 2-3 jari selama 5 detik jangan
lebih dari10 detik.Jika ada denyut nadi, maka korban hanya henti napas, maka lanjutkan resusitasi
paru, berikan napas mulut ke mulut sampai 1 menit (12 kali), sampai napas spontan (satu siklus).
Jika denyut nadi tidak ada, maka lakukan kompresi jantung ( resusitasi jantung paru) dengan
meletakkan telapak tangan ditulang dada (sternum) jari-jari tangan kanan saling mengait/mengunci,
2-3 jari diatas tulang muda(prosesus sipoideus),atau sejajar puting payudara, kedua bahu penolong
sejajar, tegaklurus, sehingga waktu melakukan kompresi disertai batuan berat badan penolong dan
lakukan kompresi jantung dengan kedalaman 4-5cm sebanyak 30 kali kompresi (dulu15, sekarang 30
kompresi), apakah penolong 1 atau 2 orang tetap 30 kali setiap siklus. Hali ini dilakukan sebanyak 4
siklus (kurang lebih 100 kali kompresi setiap menit.
Setelah 4 siklus, cek kembali kesadaran korban, jalan napas korban, apakah sudah ada napas dan
nilai denyut arteri karotis. Setelah 2 menit sebaiknya penolong atau bagian kompresi digantikan oleh
penolong lain untuk menjaga kwalitas kompresi dan juga kelelahan penolong.
Lakukan hal tersebut diatas sambil datangnya ambulance atau alat AED (automated external
defibrillator) untuk
selanjutnya dilakukan Resusitasi jantung paru lanjutan (ACLS/advance cardiac life support).
http://www.jantunghipertensi.com - Jantung Hipertensi Powered by Mambo Generated: 24 June,
2008, 16:22
MENGATASI GANGGUAN PERNAPASAN (KASUS HENTI NAPAS DAN HENTI JANTUNG)
Gangguan napas dapat disebabkan oleh banyak hal, diantaranya penyakit dan kecelakaan. Gangguan napas bisa berakibat fatal kalau kita tidak tahu cara menolongnya. Gangguan napas yang mungkin saja terjadi di lingkungan atau di rumah kita adalah gangguan akibat suatu kecelakaan atau tersedak, yang dapat menyebabkan terhentinya jantung dan paru.
Bagaimana Gangguan Napas Terjadi?Berkurangnya oksigen di dalam tubuh kita akan memberikan suatu keadaan yang disebut hipoksia. Hipoksia ini dikenal dengan istilah sesak napas. Frekuensi napas pada keadaan sesak napas lebih cepat daripada keadaan normal. Oleh karena itu, bila sesak napas ini berlangsung lama maka akan memberikan kelelahan pada otot-otot pernapasan. Kelelahan otot-otot napas akan mengakibatkan terjadinya penumpukan sisa-sisa pembakaran berupa gas CO2. Gas CO2 yang tinggi ini akan mempengaruhi susunan saraf pusat dengan menekan pusat napas yang ada di sana. Keadaan ini dikenal dengan istilah henti napas.
Otot jantung juga membutuhkan oksigen untuk berkontraksi agar darah dapat dipompa keluar dari jantung ke seluruh tubuh. Dengan berhentinya napas maka oksigen tidak ada sama sekali di dalam tubuh sehingga jantung tidak dapat berkontraksi dan akibatnya terjadi keadaan yang disebut henti jantung.
Penyebab Henti Napas dan Henti JantungPenyebab henti napas dan henti jantung ini sangat banyak. Setiap peristiwa atau penyakit apapun yang menyebabkan berkurangnya oksigen dalam tubuh dapat menimbulkan keadaan henti napas dan henti jantung. Penyakit dan keadaan yang dapat menyebabkan henti napas dan henti jantung antara lain:a. Penyakit paru-paru, seperti radang paru, TBC, asma, dan bronchitis.b. Penyakit jantung, seperti jantung koroner, jantung bawaan, dan penyakit jantung lainnya.c. Kecelakaan lalu lintas yang mengenai rongga dada.d. Penyakit-penyakit yang mngenai susunan saraf.e. Sumbatan jalan napas oleh benda asing, misal: tersedak.
Cara Mengatasi Henti Napas dan Henti JantungBila di sekitar Anda ada orang atau bahkan balita Anda sendiri mengalami kecelakaan yang mengakibatkan gangguan pernapasan, apa yang harus Anda lakukan ?
Ada tiga hal penting yang harus diperhatikan oleh seorang penolong korban henti napas dan henti
jantung dalam melakukan tindakan-tindakan bantuan hidup dasar.1. Jalan napas korban harus dalam keadaan terbuka. Tujuannya agar oksigen bisa masuk ke tubuh korban.2. Pernapasan harus berlangsung terus sampai bantuan tenaga kesehatan datang. Hal ini dimaksudkan agar oksigen masuk ke dalam aliran peredaran darah paru-paru.3. Darah harus mengalir ke seluruh tubuh supaya oksigen dapat dibawa oleh darah ke semua organ-organ tubuh terutama otak.
Sebelum melakukan langkah-langkah bantuan hidup dasar ini, penolong harus menentukan kesadaran dari korban terlebih dahulu. Cara menentukan kesadaran seseorang korban adalah dengan menilai respon korban terhadap sentuhan atau panggilan dari penolong.
Langkah-langkah bantuan hidup dasar terdiri dari tiga tahap:a. Memeriksa Jalan NapasPada korban yang tidak sadar akan terjadi relaksasi dari otot-otot termasuk otot-otot di dalam mulut. Akibatnya lidah akan jatuh ke bagian belakang dari tenggorokan dan akan menutupi jalan napas. Akibatnya, korban tidak dapat bernapas. Penutupan jalan napas ini juga dapat disebabkan oleh gigi palsu, sisa-sisa muntahan, atau benda asing lainnya.Di sini penolong memeriksa apakah korban masih bernapas atau tidak. Bila tidak bernapas akibat adanya sumbatan maka penolong harus membersihkan jalan napas ini agar menjadi terbuka. Korban dibaringkan terlentang. Penolong berlutut di samping korban sebelah kanan pada posisi sejajar dengan bahu. Letakkan tangan kiri penolong di atas dahi korban dan tekan kearah bawah dan tangan kanan penolong mengangkat dagu korban ke atas. Tindakan ini akan membuat lidah tertarik ke depan dan jalan napas terbuka serta akan membentuk satu garis lurus sehingga oksigen mudah masuk. Dekatkan wajah Anda ke wajah korban, dengar serta rasakan hembusan napas korban sambil melihat ke arah dada korban apakah ada gerakan dada atau tidak. Bila korban masih bernapas maka:
o Baringkan korban di tempat yang aman dan nyamano Jangan dikerumunio Berikan posisi berbaring yang senyaman mungkin bagi korban Bila Anda tidak dapat mendengar dan tidak merasakan napas korban serta tidak adanya gerakan dada, maka ini menunjukkan bahwa korban tidak bernapas. Setelah itu lakukan langkah kedua.
b. Melakukan Pernapasan BuatanAda dua macam pernapasan buatan, yaitu: Pernapasan buatan dari mulut ke mulut- Korban dalam posisi terlentang dengan kepala seperti pada langkah pertama, yaitu kepala mendongak.- Tangan kiri penolong menutup hidung korban dengan cara memijitnya dengan jari telunjuk dan ibu jari, tangan kanan penolong menarik dagu korban ke atas.- Penolong menarik napas dalam-dalam, kemudian letakkan mulut penolong ke atas mulut korban sampai menutupi seluruh mulut korban jangan sampai ada kebocoran, kemudian tiupkan napas penolong ke dalam mulut korban secara pelan-pelan sambil memperhatikan adanya gerakan dada korban sebagai akibat dari tiupan napas penolong. Gerakan ini menunjukkan bahwa udara yang ditiupkan oleh penolong itu masuk ke dalam paru-paru korban, dan ini juga berarti oksigen telah masuk ke dalam paru-paru korban.- Setelah itu angkat mulut penolong dan lepaskan jari penolong dari hidung korban. Hal ini untuk memberi kesempatan pada dada korban kembali ke posisi semua sebelum pernapasan buatan berikutnya diberikan. Pernapasan buatan dari mulut ke hidung- Sama dengan cara dari mulut ke mulut, hanya bedanya penolong meniup napasnya melalui hidung korban. Mulut korban harus menutupi seluruh hidung korban, sementara meniup napas, mulut korban
dalam keadaan tertutup.- Setelah melakukan langkah ke-2 ini, penolong memeriksa denyut nadi korban melalui denyut nadi yang ada di sebelah kanan dan kiri leher korban. Caranya: a. Tentukan garis tengah leher yang melewati adam’s apple (jakun)b. Geser jari penolong ke kiri atau ke kanan sejauh 2 jari. Di situlah tempat meraba denyut nadi leher.c. Raba denyut nadi leher tersebut dengan menggunakan 2 jari (jari telunjuk dan jari tengah)Apabila tidak teraba denyut nadi, ini menandakan bahwa jantung korban tidak berdenyut, maka lanjutkan ke langkah 3.
c. Membuat peredaran darah buatanTujuan dari langkah ke-3 ini adalah untuk membuat suatu aliran darah buatan yang dapat menggantikan fungsi jantung sehingga oksigen yang diberikan dapat sampai ke organ-organ yang membutuhkan. Adapun mekanismenya sebagai berikut: Bila dilakukan penekanan pada tulang dada di atas jantung maka darah akan terdorong keluar dari jantung masuk ke jaringan tubuh. Bila penekanan tersebut dilepaskan maka darah akan terisap kembali ke jantung. Mekanisme ini sama dengan cara kerja dari jantung saat jantung memompa darah.
Cara membuat peredaran darah buatan Untuk menentukan letak dari tempat penekanan adalah dengan menelusuri tulang rusuk korban yang paling bawah dari kiri dan kanan yang akan bertemu di garis tengah, dari titik pertemuan itu naik 2 jari kemudian letakkan telapak tangan penolong di atas 2 jari tersebut. Tangan penolong satunya diletakkan di atas dari telapak tangan di atas 2 jari tadi. Lakukan penekanan sedalam kira-kira 1/3 dari tingginya rongga dada korban dari atas korban, biasanya antara 3-5 cm. Harus diingat, pada saat melakukan penekanan, siku penolong tidak boleh ditekuk.
Bantuan hidup dasar ini dapat dilakukan oleh satu orang atau bisa juga dilakukan oleh dua orang penolong. Bila hanya satu orang penolong maka kombinasi antara pernapasan buatan dan peredaran darah buatan dilakukan dengan frekuensi 15:2. Artinya 15 kali penekanan dada diberikan 2 kali pernapasan buatan. Bila ada dua orang penolong maka diberikan dengan frekuensi 5:1, yang artinya setiap 5 kali penekanan dada diberikan 1 kali pernapasan buatan. Bantuan hidup dasar ini diberikan oleh penolong sampai tenaga kesehatan datang.
(Sumber : Buku Mengatasi Gangguan Pernafasan Kasus Henti Jantung dan Paru, Karangan : dr. Fina Jusuf)
Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support)
Written by Administrator
Monday, 08 October 2007
Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support)
Apa yang akan anda lakukan jika anda menemukan seseorang yang mengalami kecelakaan atau seseorang yang terbaring di suatu tempat tanpa bernapas spontan? apakah anda dapat
menentukan orang tersebut sudah mati ?
Seseorang yang mengalami henti napas ataupun henti jantung belum tentu ia mengalami kematian, mereka masih dapat ditolong. Dengan melakukan tindakan pertolongan pertama, seseorang yang henti napas dan henti jantung dapat dipulihkan kembali.
Tindakan pertolongan pertama yang dilakukan untuk memulihkan kembali seseorang yang mengalami henti napas dan henti jantung disebut bantuan hidup dasar, atau dalam istilah Inggris disebut Basic Life Support.
Algoritma Bantuan Hidup Dasar
ü Jika menemukan seseorang (selanjutnya disebut penderita) dalam keadaan tidak sadar, lakukan :
Perhatikan keadaan sekitar. Perhatikan dahulu keselamatan diri anda sebelum menolong orang lain.
Periksa apakah penderita tersebut tidak responsif, lakukan dengan mengguncangkan tubuhnya atau panggil dengan nama sapaan.
Mintalah bantuan
ü Jika penderita tidak responsif, lakukan :
Mulailah ABC, yaitu :
Ø A, Airway. Yang pertama harus dinilai adalah kelancaran jalan napas. Ini meliputi pemeriksaan adanya sumbatan jalan napas yang dapat disebabkan benda asing, fraktur tulang wajah, fraktur rahang bawah atau rahang atas, fraktur batang tenggorok. Usaha untuk membebaskan airway harus melindungi tulang leher. Dalam hal ini dapat dilakukan chin lift atau jaw thrust. Pada penderita yang dapat berbicara, dapat dianggap jalan napas bersih, walaupun demikian penilaian ulang terhadap airway harus tetap dilakukan.
Ø B, Breathing. Airway yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik. Pertukaran gas yang terjadi pada saat bernapas mutlak untuk pertukaran oksigen dan mengeluarkan karbondioksida dari tubuh. Ventilasi yang baik meliputi fungsi yang baik dari paru, dinding dada, dan diafragma. Setiap komponen ini harus dievaluasi dengan cepat. Periksa breathing dengan cara Lihat, Dengar, dan Rasakan.
ü Jika penderita bernapas :
Ø Jika pernapasannya optimal dengan frekuensi normal, tempatkan penderita pada posisi pemulihan.
Ø Jika pernapasannya tidak optimal dan frekuensinya lebih cepat atau lebih lambat dari normal, lakukan tiupan napas dengan 1 tiupan setiap 5 detik.
Ø Periksa denyut nadi pada daerah samping leher, tiap 30 sampai 60 detik.
ü Jika penderita tidak bernapas :
Ø Lakukan pernapasan dari mulut ke mulut (mouth to mouth) atau dari mulut ke hidung (mouth to nose), dengan tiupan napas perlahan. Lakukan 2 detik per tiupan napas.
Ø Periksa C (Circulation), dengan cek denyut nadi.
ü Penderita dengan sirkulasi :
Ø Mulai lakukan pernapasan buatan, 1 tiupan napas tiap 5 detik.
Ø Monitor terus denyut nadi tiap 30 sampai 60 detik.
ü Penderita tanpa sirkulasi :
Ø Mulailah kompresi dada
Ø Kombinasikan kompresi dan pernapasan buatan (disebut resusitasi jantung paru)
Ø Lakukan dengan 15 kompresi dan 2 tiupan napas.
ü Lakukan terus kompresi dan pernapasan buatan sampai ditemukan adanya denyut nadi dan pernapasan spontan dari penderita.
ü Jika penderita masih terus mengalami henti napas dan henti jantung, lakukan terus tindakan diatas sampai :
Ø Anda merasa lelah.
Ø Bantuan dari petugas kesehatan datang.