Bod - Nekrosis
-
Upload
fildza-hasnamudhia -
Category
Documents
-
view
714 -
download
1
Transcript of Bod - Nekrosis
NEKROSIS
Nekrosis adalah perubahan morfologik yang kemudian dapat menuju pada
kematian sel jaringan hidup. Nekrosis terjadi saat ada yang mengganggu struktur dan
organel sel. Nekrosis dapat terjadi oleh dua sebab yaitu karena denaturasi protein atau
karena percernaan enzimatik organel dan sitosol. Nekrosis yang disebabkan oleh
denaturasi protein disebut nekrosis koagulativa. Sedangkan nekrosis yang disebabkan
oleh enzim katalitik disebut nekrosis liquefaktif atau nekrosis kolikuativa. Pada nekrosis
liquefaktif atau nekrosis kolikuativa dapat terjadi dua proses yaitu autolisis dan
heterolisis. Autolisis terjadi jika enzim katalitik yang mencerna sel berasal dari lisosom
sel itu sendiri. Heterolisis terjadi jika enzim katalitik yang mencerna sel berasal dari
lisosom sel leukosit yang datang ke daerah nekrotik.
Perubahan morofologi yang terjadi pada sel adalah warnanya yang menjadi lebih
eosinofil (kemerahan) karena hilangnya warna basofilia (kebiruan) yang dihasilkan RNA
di sitoplasma. Hal ini juga terjadi karena adanya protein intrasitoplasmik yang rusak
sehingga terjadi peningkatan pengikatan eosin. Selain itu, sel nekrotik juga terlihat lebih
mengilap homogen dibandingkan dengan sel normal. Hal ini terjadi karena hilangnya
partikel glikogen dan mengalami vakuolisasi. Vakuolisasi adalah saat membran sel
mengalami fragmentasi yang terjadi jika organel sitoplasma telah dicerna enzim.
Pada nekrosis, hal yang paling mencolok adalah terjadinya perubahan pada
nukelus atau inti sel. Proses perubahan nukelus yang terjadi saat nekrosis, yaitu
1. Kariolisis. Pada tahap ini nukleus melarut dan terlihat kabur. Basofilia dan
romatin mulai menghilang.
2. Kariopiknosis. Pada tahap ini nukelus menjadi kecil (melisut) serta padat. Terjadi
pula peningatan warna basofilia.
3. Kariorheksis. Pada tahap ini nukelus terfragmentasi.
Kemudian dalam waktu satu atau dua hari, nukleus dan sel yang mengalami
nekrosis menghilang total.
Pola nekrosis pada jaringan umum meliputi:
1. Nekrosis Koagulativa
Pada nekrosis ini terjadi pengrusakan protein struktural dan protein enzim
sehingga menghambat proteolisis sel. Proteolisis adalah proses pengurangan
protein yang biasanya terjadi atas kerja suatu enzim. Menyusul proses kematian,
bentuk luar sel masih ada dan dapat dilihat dalam beberapa waktu, tetapi
proteinnya mengalami koagulasi dan aktivitas metabolismenya berhenti.
Terjadinya jaringan nekrotik biasanya akan merangsang timbulnya respons
radang. Nekrosis koagulativa adalah bentuk nekrosis yang palng sering terjadi
pada hampir seluruh organ, misalnya pada ginjal, hati, dan miokard. Nekrosis
pada miokard terjadi karena hipoksia yaitu denaturasi protein dalam albumin.
2. Nekrosis Liquefaktif atau Nekrosis Kolikuativa
Nekrosis ini terjadi sebagai hasil autolisis dan atau heterolisis yang melebihi
denaturasi protein sehingga daerah nekrotik melunak dan terdapat cairan.
Nekrosis ini terutama terjadi pada infeksi bakeri (organisme piogenik) karena
bakteri merupakan stimulus kuat yang dapat mengumpulkan sel leukosit. Nekrosis
ini biasanya terjadi pada jaringan otak karena tidak adanya bahan penyokong apa
pun dalam stromanya, sehingga jaringan saraf yang nekrotik cenderung
mengalami pencairan total.
3. Nekrosis Kaseosa
Nekrosis kaseosa terjadi dimana jaringan yang mati kehilangan sama sekali
strukturnya dan sering dijumpai pada infeksi tuberkulosa. Nekrosis kaseosa
disebut juga nekrosis perkijuan karena gambaran mikroskopiknya yang berwarna
putih dan menyerupai keju. Dari gambaran mikroskopiknya juga terlihat bahwa
terdapat debris granular amorf yang terdiri atas sel-sel yang pecah dan mengalami
koagulasi.
4. Nekrosis Lemak
Nekrosis lemak terjadi karena adanya penghancuran lemak lokal sebagai hasil
pengeluaran lipase pankreas aktif secara abnormal ke dalam substansi pankreas
dan rongga peritonium. Pada kasus yang berat, dapat timbul hipokalsemia yaitu
kadar kalsium darah yang rendah. Nekrosis lemak dapat terjadi karena
Trauma langsung pada jaringan lemak dan pelepasan lemak ekstraseluler
Lisis enzimatik jaringan lemak yang disebabkan pelepasan lipase
Setelah terjadinya trauma pada jaringan lemak, pelepasan lemak intraseluler dapat
menimbulkan repons radang.
5. Nekrosis Gangrenosa
Nekrosis ini disertai pembusukan jaringan yang sering diakibatkan oleh kuman
tertentu misalnya klostridia. Nekrosis ini sering terjadi pada bagian distal kaki dan
dinding saluran cerna atau organ dalam abdomen yang sering ditemukan banyak
kuman klostridia.
Gangren pada Kaki
Nekrosis pada bagian distal kaki disebut gangren. Gangren dapat
mengalami perluasan ke ujung jari kaki hingga ke lutut. Gangren terbagi
menjadi gangren kering dan gangren basah. Gangren kering terjadi akibat
iskemia (suatu keadaan kekurangan oksigen yang bersifat reversible) dan
merupakan suatu bentuk infark (daerah nekrotik di sebelah distal
sumbatan pembuluh darah). Oleh karena daerah yang kering pada gangren
kering, bakteri berkembang biak secara lambat dan penjalaran gangrennya
pun lambat. Sebaliknya, pada gangren basah bakteri lebih mudah
berkembang biak dan penjalarannya berlangsung lebih cepat. Pada
gangren basah, jaringan yang mati mudah ditumpangi bakteri saprofit dan
proteolitik yang mengakibatkan jaringan neokritik berwarna hitam,
hancur, dan berbau busuk. Gangren basah pada kaki biasanya ditemui
pada penderita diabetes melitus.
Gangren pada Saluran Cerna
Gangren ini terutama sering terjadi pada usus halus. Nekrosis terjadi
karena gangguan peredaran darah arteri maupun vena. Jika jaringan
nekrotik tidak segera dioperasi dan mendapat perawatan bedah dapat
menyebabkan kematian karena infeksi bakteri dapat berlangsung dengan
cepat.