Bod - Nekrosis

5
NEKROSIS Nekrosis adalah perubahan morfologik yang kemudian dapat menuju pada kematian sel jaringan hidup. Nekrosis terjadi saat ada yang mengganggu struktur dan organel sel. Nekrosis dapat terjadi oleh dua sebab yaitu karena denaturasi protein atau karena percernaan enzimatik organel dan sitosol. Nekrosis yang disebabkan oleh denaturasi protein disebut nekrosis koagulativa. Sedangkan nekrosis yang disebabkan oleh enzim katalitik disebut nekrosis liquefaktif atau nekrosis kolikuativa. Pada nekrosis liquefaktif atau nekrosis kolikuativa dapat terjadi dua proses yaitu autolisis dan heterolisis. Autolisis terjadi jika enzim katalitik yang mencerna sel berasal dari lisosom sel itu sendiri. Heterolisis terjadi jika enzim katalitik yang mencerna sel berasal dari lisosom sel leukosit yang datang ke daerah nekrotik. Perubahan morofologi yang terjadi pada sel adalah warnanya yang menjadi lebih eosinofil (kemerahan) karena hilangnya warna basofilia (kebiruan) yang dihasilkan RNA di sitoplasma. Hal ini juga terjadi karena adanya protein intrasitoplasmik yang rusak sehingga terjadi peningkatan pengikatan eosin. Selain itu, sel nekrotik juga terlihat lebih mengilap homogen dibandingkan dengan sel normal. Hal ini terjadi karena hilangnya partikel glikogen dan mengalami vakuolisasi. Vakuolisasi adalah saat membran sel mengalami

Transcript of Bod - Nekrosis

Page 1: Bod - Nekrosis

NEKROSIS

Nekrosis adalah perubahan morfologik yang kemudian dapat menuju pada

kematian sel jaringan hidup. Nekrosis terjadi saat ada yang mengganggu struktur dan

organel sel. Nekrosis dapat terjadi oleh dua sebab yaitu karena denaturasi protein atau

karena percernaan enzimatik organel dan sitosol. Nekrosis yang disebabkan oleh

denaturasi protein disebut nekrosis koagulativa. Sedangkan nekrosis yang disebabkan

oleh enzim katalitik disebut nekrosis liquefaktif atau nekrosis kolikuativa. Pada nekrosis

liquefaktif atau nekrosis kolikuativa dapat terjadi dua proses yaitu autolisis dan

heterolisis. Autolisis terjadi jika enzim katalitik yang mencerna sel berasal dari lisosom

sel itu sendiri. Heterolisis terjadi jika enzim katalitik yang mencerna sel berasal dari

lisosom sel leukosit yang datang ke daerah nekrotik.

Perubahan morofologi yang terjadi pada sel adalah warnanya yang menjadi lebih

eosinofil (kemerahan) karena hilangnya warna basofilia (kebiruan) yang dihasilkan RNA

di sitoplasma. Hal ini juga terjadi karena adanya protein intrasitoplasmik yang rusak

sehingga terjadi peningkatan pengikatan eosin. Selain itu, sel nekrotik juga terlihat lebih

mengilap homogen dibandingkan dengan sel normal. Hal ini terjadi karena hilangnya

partikel glikogen dan mengalami vakuolisasi. Vakuolisasi adalah saat membran sel

mengalami fragmentasi yang terjadi jika organel sitoplasma telah dicerna enzim.

Pada nekrosis, hal yang paling mencolok adalah terjadinya perubahan pada

nukelus atau inti sel. Proses perubahan nukelus yang terjadi saat nekrosis, yaitu

1. Kariolisis. Pada tahap ini nukleus melarut dan terlihat kabur. Basofilia dan

romatin mulai menghilang.

2. Kariopiknosis. Pada tahap ini nukelus menjadi kecil (melisut) serta padat. Terjadi

pula peningatan warna basofilia.

3. Kariorheksis. Pada tahap ini nukelus terfragmentasi.

Kemudian dalam waktu satu atau dua hari, nukleus dan sel yang mengalami

nekrosis menghilang total.

Pola nekrosis pada jaringan umum meliputi:

1. Nekrosis Koagulativa

Page 2: Bod - Nekrosis

Pada nekrosis ini terjadi pengrusakan protein struktural dan protein enzim

sehingga menghambat proteolisis sel. Proteolisis adalah proses pengurangan

protein yang biasanya terjadi atas kerja suatu enzim. Menyusul proses kematian,

bentuk luar sel masih ada dan dapat dilihat dalam beberapa waktu, tetapi

proteinnya mengalami koagulasi dan aktivitas metabolismenya berhenti.

Terjadinya jaringan nekrotik biasanya akan merangsang timbulnya respons

radang. Nekrosis koagulativa adalah bentuk nekrosis yang palng sering terjadi

pada hampir seluruh organ, misalnya pada ginjal, hati, dan miokard. Nekrosis

pada miokard terjadi karena hipoksia yaitu denaturasi protein dalam albumin.

2. Nekrosis Liquefaktif atau Nekrosis Kolikuativa

Nekrosis ini terjadi sebagai hasil autolisis dan atau heterolisis yang melebihi

denaturasi protein sehingga daerah nekrotik melunak dan terdapat cairan.

Nekrosis ini terutama terjadi pada infeksi bakeri (organisme piogenik) karena

bakteri merupakan stimulus kuat yang dapat mengumpulkan sel leukosit. Nekrosis

ini biasanya terjadi pada jaringan otak karena tidak adanya bahan penyokong apa

pun dalam stromanya, sehingga jaringan saraf yang nekrotik cenderung

mengalami pencairan total.

3. Nekrosis Kaseosa

Nekrosis kaseosa terjadi dimana jaringan yang mati kehilangan sama sekali

strukturnya dan sering dijumpai pada infeksi tuberkulosa. Nekrosis kaseosa

disebut juga nekrosis perkijuan karena gambaran mikroskopiknya yang berwarna

putih dan menyerupai keju. Dari gambaran mikroskopiknya juga terlihat bahwa

terdapat debris granular amorf yang terdiri atas sel-sel yang pecah dan mengalami

koagulasi.

4. Nekrosis Lemak

Nekrosis lemak terjadi karena adanya penghancuran lemak lokal sebagai hasil

pengeluaran lipase pankreas aktif secara abnormal ke dalam substansi pankreas

Page 3: Bod - Nekrosis

dan rongga peritonium. Pada kasus yang berat, dapat timbul hipokalsemia yaitu

kadar kalsium darah yang rendah. Nekrosis lemak dapat terjadi karena

Trauma langsung pada jaringan lemak dan pelepasan lemak ekstraseluler

Lisis enzimatik jaringan lemak yang disebabkan pelepasan lipase

Setelah terjadinya trauma pada jaringan lemak, pelepasan lemak intraseluler dapat

menimbulkan repons radang.

5. Nekrosis Gangrenosa

Nekrosis ini disertai pembusukan jaringan yang sering diakibatkan oleh kuman

tertentu misalnya klostridia. Nekrosis ini sering terjadi pada bagian distal kaki dan

dinding saluran cerna atau organ dalam abdomen yang sering ditemukan banyak

kuman klostridia.

Gangren pada Kaki

Nekrosis pada bagian distal kaki disebut gangren. Gangren dapat

mengalami perluasan ke ujung jari kaki hingga ke lutut. Gangren terbagi

menjadi gangren kering dan gangren basah. Gangren kering terjadi akibat

iskemia (suatu keadaan kekurangan oksigen yang bersifat reversible) dan

merupakan suatu bentuk infark (daerah nekrotik di sebelah distal

sumbatan pembuluh darah). Oleh karena daerah yang kering pada gangren

kering, bakteri berkembang biak secara lambat dan penjalaran gangrennya

pun lambat. Sebaliknya, pada gangren basah bakteri lebih mudah

berkembang biak dan penjalarannya berlangsung lebih cepat. Pada

gangren basah, jaringan yang mati mudah ditumpangi bakteri saprofit dan

proteolitik yang mengakibatkan jaringan neokritik berwarna hitam,

hancur, dan berbau busuk. Gangren basah pada kaki biasanya ditemui

pada penderita diabetes melitus.

Gangren pada Saluran Cerna

Gangren ini terutama sering terjadi pada usus halus. Nekrosis terjadi

karena gangguan peredaran darah arteri maupun vena. Jika jaringan

Page 4: Bod - Nekrosis

nekrotik tidak segera dioperasi dan mendapat perawatan bedah dapat

menyebabkan kematian karena infeksi bakteri dapat berlangsung dengan

cepat.