BOD DAN COD

28
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan mikroorganisme, seperti ikan dan hewan air lainnya, tidak terlepas dari kandungan oksigen yang terlarut di dalam air, tidak berbeda dengan manusia dan mahluk hidup lainnya yang ada di darat, yang juga memerlukan oksigen dari udara agar tetap dapat bertahan. Air yang tidak mengandung oksigen tidak dapat memberikan kehidupan bagi mikro organisme, ikan dan hewan air lainnya. Oksigen yang terlarut di dalam air sangat penting artinya bagi kehidupan. Untuk memenuhi kehidupannya, manusia tidak hanya tergantung pada makanan yang berasal dari daratan saja (beras, gandum, sayuran, buah, daging, dll), akan tetapi juga tergantung pada makanan yang berasal dari air (ikan, kerang, cumi-cumi, rumput laut, dll). Tanaman yang ada di dalam air, dengan bantuan sinar matahari, melakukan fotosintesis yang menghasilkan oksigen. Oksigen yang dihasilkan dari fotosintesis ini akan larut di dalam air. Selain dari itu, oksigen yang ada di udara dapat juga masuk ke dalam air melalui proses difusi yag secara lambat menembus permukaan air. Konsentrasi 1

Transcript of BOD DAN COD

Page 1: BOD DAN COD

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kehidupan mikroorganisme, seperti ikan dan hewan air lainnya,

tidak terlepas dari kandungan oksigen yang terlarut di dalam air, tidak

berbeda dengan manusia dan mahluk hidup lainnya yang ada di darat, yang

juga memerlukan oksigen dari udara agar tetap dapat bertahan. Air yang

tidak mengandung oksigen tidak dapat memberikan kehidupan bagi mikro

organisme, ikan dan hewan air lainnya. Oksigen yang terlarut di dalam air

sangat penting artinya bagi kehidupan. Untuk memenuhi kehidupannya,

manusia tidak hanya tergantung pada makanan yang berasal dari daratan

saja (beras, gandum, sayuran, buah, daging, dll), akan tetapi juga tergantung

pada makanan yang berasal dari air (ikan, kerang, cumi-cumi, rumput laut,

dll).

Tanaman yang ada di dalam air, dengan bantuan sinar matahari,

melakukan fotosintesis yang menghasilkan oksigen. Oksigen yang

dihasilkan dari fotosintesis ini akan larut di dalam air. Selain dari itu,

oksigen yang ada di udara dapat juga masuk ke dalam air melalui proses

difusi yag secara lambat menembus permukaan air. Konsentrasi oksigen

yang terlarut di dalam air tergantung pada tingkat kejenuhan air itu sendiri.

Kejenuhan air dapat disebabkan oleh koloidal yang melayang di dalam air

oleh jumlah larutan limbah yang terlarut di dalam air. Selain dari itu suhu

air juga mempengaruhi konsentrasi oksigen yang terlarut di dalam air.

Tekanan udara dapat pula mempengaruhi kelarutan oksigen di dalam air.

Tekanan udara dapat pula mempengaruhi kelarutan oksigen di dalam air

karena tekanan udara mempengaruhi kecepatan difusi oksigen dari udara ke

dalam air.

Kemajuan industri dan teknologi seringkali berdampak pula

terhadap keadaan air lingkungan, baik air sungai, air laut, air danau maupun

air tanah. Dampak ini disebabkan oleh adanya pencemaran air yang

1

Page 2: BOD DAN COD

disebabkan oleh berbagai hal seperti yang telah diuraikan di muka. Salah

satu cara untuk menilai seberapa jauh air lingkungan telah tercemar adalah

dengan melihat kandungan oksigen yang terlarut di dalam air.

Pada umumnya air lingkungan yang telah tercemar kandungan

oksigennya sangat rendah. Hal itu karena oksigen yang terlarut di dalam air

diserap oleh mikroorganisme untuk memecah/mendegradasi bahan buangan

organik sehingga menjadi bahan yang mudah menguap (yang ditandai

dengan bau busuk). Selain dari itu, bahan buangan organik juga dapat

bereaksi dengan oksigen yang terlarut di dalam air organik yang ada di

dalam air, makin sedikit sisa kandungan oksigen yang terlarut di dalamnya.

Bahan buangan organik biasanya berasal dari industri kertas, industri

penyamakan kulit, industri pengolahan bahan makanan (seperti industri

pemotongan daging, industri pengalengan ikan, industri pembekuan udang,

industri roti, industri susu, industri keju dan mentega), bahan buangan

limbah rumah tangga, bahan buangan limbah pertanian, kotoran hewan dan

kotoran manusia dan lain sebagainya.

Dengan melihat kandungan oksigen yang terlarut di dalam air dapat

ditentukan seberapa jauh tingkat pencemaran air lingkungan telah terjadi.

Cara yang ditempuh untuk maksud tersebut adalah dengan uji BOD dan

COD. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai pengertian COD dan

BOD serta bagaimana metode pengukuran dan fungsi COD dan BOD

sebagai parameter dalam perairan terutama dalam menentukan kualitas air

serta pencemaran yang terjadi.

1.2. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini yaitu mengetahui dan memahami apa

yang dimaksud dengan Biological Oxygen Demand (BOD) dan Chemical

Oxygen Demand (COD).

2

Page 3: BOD DAN COD

1.3. Batasan Masalah

Batasan masalah yang kami bahas dalam makalah ini adalah

mengenai pengertian Biological Oxygen Demand (BOD) dan Chemical

Oxygen Demand (COD).

1.4. Metode Penulisan

Adapun metode penulisan yang penulis gunakan adalah metode

kepustakaan. Yaitu diambil dari literatur-literatur dari internet yang relevan.

3

Page 4: BOD DAN COD

BAB II

BOD dan COD

2.1. Biological Oxygen Demand (BOD)

BOD merupakan parameter yang umum dipakai untuk menentukan

tingkat pencemaran bahan organik pada air limbah. BOD yaitu banyaknya

oksigen yang dibutuhkan bakteri aerobik untuk menguraikan bahan organi

di dalam air melalui proses oksidasi biologis (biasanya dihitung selam

waktu 5 hari pada suhu 20 0C). Semakin tinggi nilai BOD di dalam air

limbah, semakin tinggi pula tingkat pencemaran yang ditimbulkan.

Biological Oxygen Demand (BOD) adalah suatu analisis empiris

yang mencoba mendekati secara global proses mikrobiologis yang benar-

benar terjadi di dalam air. Angka BOD adalah jumlah oksigen yang

dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan (mengoksidasikan) hampir

semua zat organis yang terlarut dan sebagian zat organis yang tersuspensi

dalam air. Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban

pencemaran akibat air buangan penduduk atau industri, dan untuk

mendisain sistem pengolahan biologis bagi air yang tercemar tersebut.

Penguraian zat organis adalah peristiwa alamiah. Apabila sesuatu badan air

dicemari oleh zat organis, bakteri dapat menghabiskan oksigen terlarut

dalam air selama proses oksidasi tersebut yang bisa mengakibatkan

kematian ikan. Keadaan menjadi anaerobik dan dapat menimbulkan bau

busuk pada air.

Pemeriksaan BOD didasarkan atas reaksi oksidasi zat organis

dengan oksigen di dalam air, dan proses tersebut berlangsung karena adanya

bakteri aerob. Sebagai hasil oksidasi akan terbentuk karbon dioksida, air

dan Reaksi oksidasi dapat dituliskan sebagai berikut:

CnHaObNc  +  ( n + a/4 – b/2 – 3c/4 ) O2  ——–à  nCO2  +  ( a/2 – 3c/2 ) +

H2O  +  cNH3

4

Page 5: BOD DAN COD

Atas dasar reaksi tersebut, yang memerlukan kira-kira 2 hari

dimana 50% reaksi telah tercapai, 5 hari supaya 75 % dan 20 hari supaya

100% tercapai maka pemeriksaan BOD dapat dipergunakan untuk menaksir

beban pencemaran zat organis.

BOD merupakan salah satu indikator yang menyatakan dampak

biologis dari jasad organik yang hidup di air, dan merupakan salah satu

parameter kualitas air. Kajian mengenai parameter kualitas air telah banyak

dilakukan, namun untuk parameter BOD belum banyak studi yang

dilakukan khususnya menggunakan data citra Landsat. Model perhitungan

BOD ini dikembangkan dari model perhitungan parameter kualitas air

antara lain, dari pengertian dasar tentang kelarutan oksigen di air yang

bergantung pada temperatur.

2.2. Chemical Oxygen Demand (COD)

COD juga merupakan parameter yang umum dipakai untuk

menentukan tingkat pencemaran bahan organik pada air limbah. COD

adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi secara

kimia bahan organik di dalam air. Uji COD dapat dilakukan lebih cepat dari

pada uji BOD, karena waktu yang diperlukan hanya sekitar 2 jam.

Chemical Oxygen Demand (COD) atau Kebutuhan Oksigen Kimia

(KOK) adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk

mengoksidasi zat – zat organis yang ada dalam 1 liter sampel air. Angka

COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat – zat organis yang

secara alamiah dapat dioksidasikan melalui proses mokrobiologis, dan

mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut di dalam air.

Oksigen terlarut adalah banyaknya oksigen yang terkandung

didalam air dan diukur dalam satuan ppm. Oksigen yang terlarut ini

dipergunakan sebagai tanda derajat pengotor air baku. Semakin besar

oksigen yang terlarut, maka menunjukkan derajat pengotoran yang relatif

kecil.  Rendahnya nilai oksigen terlarut berarti beban pencemaran

meningkat sehingga koagulan yang bekerja untuk mengendapkan koloida

5

Page 6: BOD DAN COD

harus bereaksi dahulu dengan polutan – polutan dalam air menyebabkan

konsusmsi bertambah.

Chemical Oxygen Demand (COD) yaitu jumlah oksigen (mg O2)

yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organis yang ada dalam

sampel air dimana peoksidasi K2Cr2O7 digunakan sebagai sumber oksigen

(oxidizing agent). Angka yang ditunjukkan COD merupakan ukuran bagi

pencemaran air dari zat-zat organik yang secara alamiah dapat

mengoksidasi melalui proses mikrobiologis dan dapat juga mengakibatkan

berkurangnya oksigen terlarut dalam air. Sebagian besar zat organis melalui

tes COD ini dioksidasi oleh larutan K2Cr2O7 dalam keadaan asam yang

mendidih. Adapun reaksi yang terjadi:

CaHbOc + Cr2O72- + H+ → CO2 + H2O + 2 Cr3+

Zat organis Ag2SO4 warna hijau.

Perak Sulfat Ag2SO4 ditambahkan sebagai katalisator untuk

mempercapat reaksi. Sedangkan merkuri sulfat ditambahkan untuk

menghilangkan gangguan klorida yang umumnya terdapat di dalam air

buangan. Untuk memastikan bahwa hampir semua zat organis hampir

teroksidasi maka zat pengoksidasi K2Cr2O7 yang sesudah direfluks masih

harus tersisa. K2Cr2O7 yang tersisa dalam larutan tersebut digunakan untuk

menentukan berapa oksigen yang telah terpakai. Sisa K2Cr2O7 tersebut

ditentukan melalui titrasi dengan ferro amonium sulfat (FAS). Indikator

ferroin yang digunakan akhir titrasi yitu saat warna hijau – biru larutan

menjadi coklat – merah.

Analisis COD berbeda dengan analisa BOD, namun perbandingan

antar angka COD dengan angka BOD dapat ditentukan, seperti pada tabel

2.1.

Tabel 2.1 Perbandingan Rata – Rata Angka BOD5/COD Untuk Beberapa

Jenis Air.

Jenis AirBOD5/COD

6

Page 7: BOD DAN COD

Air buangan domestik(penduduk) 0,40 – 0,60

Air buangan domestik setelah pengendapan primer 0,60

Air buangan setelah pengolahan secara biologis 0,20

Air sungai 0,10

Dalam analisa COD, kadar klorida (Cl-) sampai 2000 mg/l di

dalamn sampel dapat menjadi gangguan karena dapat menjadi ganguan

karena dapat mengganggu kerjanya kualitas Ag2SO4, dan pada keadaan

tertentu turut teroksidasi oleh dikromat, sesuai dengan reaksi berikut:

6 Cl- + Cr2O72- + 14 H+ → 3 Cl2 + 2 Cr3+ + 7H2O. Gangguan ini dapat

dihilangkan dengan penambahan HgSO4 pada sample.

Adapun keuntungan dengan penambahan tes COD dibandingkan

tes BOD5, antara lain:

- Memakan waktu ±3 jam, sedangkan BOD5 memakan waktu 5 hari;

- Untuk menganalisa COD antara 50 – 800 mg/l, tidak dibutuhkan

pengenceran sampel, sedangkan BOD5 selalu membutuhkan

pengenceran;

- Ketelitan dan ketepatan (reprodicibilty) tes COD adalah 2 sampai 3 kali

lebih tinggi dari tes BOD5;

- Gangguan zat yang bersifat racun tidak menjadi masalah.

Sedangkan kekurangan dari tes COD adalah tidak dapat

membedakan antara zat yang sebenarnya yang tidak teroksidasi (inert) dan

zat-zat yang teroksidasi secara biologis. Hal ini disebabkan karena tes COD

merupakan suatu analisa yang menggunakan suatu oksidasi kimia yang

menirukan oksidasi biologis, sehingga suatu pendekatan saja. Untuk tingkat

ketelitian pinyimpangan baku antara laboratorium adalah 13 mg/l.

Sedangkan penyimpangan maksimum dari hasil analisa dalam suatu

laboratorium sebesar 5% masih diperkenankan.

Chemical Oxygen Demand (COD) dapat dihitung sebagai berikut :

COD sebagai mg O2 = (A – B)N x 8000 . Dimana :

A = ml FAS untuk blanko.

B = ml FAS untuk sampel

7

Page 8: BOD DAN COD

N = normalitas FAS

2.3. Metode pengukuran BOD dan COD

Prinsip pengukuran BOD pada dasarnya cukup sederhana, yaitu

men gukurkandungan oksigen terlarut awal (DOi) dari sampel segera

setelah pengambilan contoh, kemudian mengukur kandungan oksigen

terlarut pada sampel yang telah diinkubasi selama 5 hari pada kondisi

gelap dan suhu tetap (20 oC) yang sering disebut dengan DO5. Selisih

DOi dan DO5 (DOi - DO5) merupakan nilai BOD yang dinyatakan dalam

miligram oksigen per liter (mg/L). Pengukuran oksigen dapat dilakukan

secara analitik dengan cara titrasi (metode Winkler, iodometri) atau

dengan menggunakan alat yang disebut DO meter yang dilengkapi dengan

probe khusus.

Jadi pada prinsipnya dalam kondisi gelap, agar tidak terjadi proses

fotosintesis yang menghasilkan oksigen, dan dalam suhu yang tetap

selama lima hari, diharapkan hanya terjadi proses dekomposisi oleh

mikroorganime, sehingga yang terjadi hanyalah penggunaan oksigen, dan

oksigen tersisa ditera sebagai DO5. Yang penting diperhatikan dalam hal

ini adalah mengupayakan agar masih ada oksigen tersisa pada pengamatan

hari kelima sehingga DO5 tidak nol. Bila DO5 nol maka nilai BOD tidak

dapat ditentukan. Pada prakteknya, pengukuran BOD memerlukan

kecermatan tertentu mengingat kondisi sampel atau perairan yang sangat

bervariasi, sehingga kemungkinan diperlukan penetralan pH, pengenceran,

aerasi, atau penambahan populasi bakteri. Pengenceran dan/atau aerasi

diperlukan agar masih cukup tersisa oksigen pada hari kelima. Secara rinci

metode pengukuran BOD diuraikan dalam APHA (1989), Umaly dan

Cuvin, 1988; Metcalf & Eddy, 1991) atau referensi mengenai analisis air

lainnya.

Karena melibatkan mikroorganisme (bakteri) sebagai pengurai

bahan organik, maka analisis BOD memang cukup memerlukan waktu.

Oksidasi biokimia adalah proses yang lambat. Dalam waktu 20 hari,

8

Page 9: BOD DAN COD

oksidasi bahan organic karbon mencapai 95 – 99 %, dan dalam waktu 5

hari sekitar 60 – 70 % bahan organik telah terdekomposisi (Metcalf &

Eddy, 1991). Lima hari inkubasi adalah kesepakatan umum dalam

penentuan BOD. Bisa saja BOD ditentukan dengan menggunakan waktu

inkubasi yang berbeda, asalkan dengan menyebut4 kan lama waktu

tersebut dalam nilai yang dilaporkan (misal BOD7, BOD10) agar tidak

salah dalam interpretasi atau memperbandingkan. Temperatur 20 oC

dalam inkubasi juga merupakan temperatur standard. Temperatur 20 oC

adalah nilai rata rata temperatur sungai beraliran lambat di daerah beriklim

sedang (Metcalf & Eddy, 1991) dimana teori BOD ini berasal. Untuk

daerah tropic seperti Indonesia, bisa jadi temperatur inkubasi ini tidaklah

tepat. Temperatur perairan tropic umumnya berkisar antara 25 – 30 oC,

dengan temperature inkubasi yang relatif lebih rendah bisa jadi aktivitas

bakteri pengurai juga lebih rendah dan tidak optimal sebagaimana yang

diharapkan. Ini adalah salah satu kelemahan lain BOD selain waktu

penentuan yang lama tersebut.

Metode pengukuran COD sedikit lebih kompleks, karena

menggunakan peralatan khusus reflux, penggunaan asam pekat,

pemanasan, dan titrasi (APHA, 1989, Umaly dan Cuvin, 1988). Peralatan

reflux diperlukan untuk menghindari berkurangnya air sampel karena

pemanasan. Pada prinsipnya pengukuran COD adalah penambahan

sejumlah tertentu kalium bikromat (K2Cr2O7) sebagai oksidator pada

sampel (dengan volume diketahui) yang telah ditambahkan asam pekat dan

katalis perak sulfat, kemudian dipanaskan selama beberapa waktu.

Selanjutnya, kelebihan kalium bikromat ditera dengan cara titrasi. Dengan

demikian kalium bikromat yang terpakai untuk oksidasi bahan organik

dalam sampel dapat dihitung dan nilai COD dapat ditentukan.

Kelemahannya, senyawa kompleks anorganik yang ada di perairan yang

dapat teroksidasi juga ikut dalam reaksi (De Santo, 1978), sehingga dalam

kasus-kasus tertentu nilai COD mungkin sedikit ‘over estimate’ untuk

gambaran kandungan bahan organik. Bilamana nilai BOD baru dapat

diketahui setelah waktu inkubasi lima hari, maka nilai COD dapat segera

9

Page 10: BOD DAN COD

diketahui setelah satu atau dua jam. Walaupun jumlah total bahan organik

dapat diketahui melalui COD dengan waktu penentuan yang lebih cepat,

nilai BOD masih tetap diperlukan. Dengan mengetahui nilai BOD, akan

diketahui proporsi jumlah bahan organik yang mudah urai

(biodegradable), dan ini akan memberikan gambaran jumlah oksigen yang

akan terpakai untuk dekomposisi di perairan dalam sepekan (lima 5 hari)

mendatang. Lalu dengan memperbandingkan nilai BOD terhadap COD

juga akan diketahui seberapa besar jumlah bahan-bahan organik yang lebih

persisten yang ada di perairan.

Peralatan reflux untuk pengukuran COD (sumber: Boyd, 1979)

10

Page 11: BOD DAN COD

2.4. BOD dan COD sebagai Parameter Pengolahan Air Limbah dan Pada

Kualitas Air

Dalam pengolahan air limbah industri dikenal 3 parameter utama

yaitu: Oksigen terlarut (OT) atau Dissolved Oxygen (DO), Kebutuhan

Oksigen Biologis (KOB) atau Biologycal Oxygen Demand (BOD) dan

Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK) atau Chemical Oxygen Demand (COD).

Oksigen terlarut (OT) atau Dissolved Oxygen (DO)

Oksigen merupakan parameter yang sangat penting dalam air.

Sebagian besar makhluk hidup dalam air membutuhkan oksigen untuk

mempertahankan hidupnya, baik tanaman maupun hewan air, bergantung

kepada oksigen yang terlarut. Ikan merupakan makhluk air dengan

kebutuhan oksigen tertinggi, kemudian invertebrata, dan yang terkecil

kebutuhan oksigennya adalah bakteri.

Keseimbangan oksigen terlarut (OT) dalam air secara alamiah

terjadi secara bekesinambungan. Mikoorganisme sebagai makhluk terkecil

dalam air, untuk pertumbuhannya membutuhkan sumber energi yaitu unsur

karbon (C) yang dapat diperoleh dari bahan organik yang berasal dari

tanaman, ganggang yang mati, maupun oksigen dari udara.

Bahan organik tersebut oleh mikroorganisme akan duraikan menadi

karbon dioksida (CO2) dan air (H2O). CO2 selanjutnya dimanfaatkan oleh

tanaman dalam air untuk proses fotosintesis membentuk oksigen, dan

seterusnya. Oksigen yang dimanfaatkan untuk proses penguraian bahan

organik tersebut akan diganti oleh oksigen yang masuk dari udara maupun

dari sumber lainnya secepat habisnya oksigen terlarut yang digunakan oleh

bakteri atau dengan kata lain oksigen yang diambil oleh biota air selalu

setimbang dengan oksigen yang masuk dari udara maupun dari hasil

fotosintesa tanaman air.

Apabila pada suatu saat bahan organik dalam air menjadi berlebih

sebagai akibat masuknya limbah aktivitas manusia (seperti limbah organik

11

Page 12: BOD DAN COD

dari industri), yang berarti suplai karbon (C) melimpah, menyebabkan

kecepatan pertumbuhan mikroorganisme akan berlipat ganda, yang berati

juga meningkatnya kebutuhan oksigen, sementara suplai oksigen dari udara

jumlahnya tetap. Pada kondisi seperti ini, kesetimbangan antara oksigen

yang masuk ke air dengan yang dimanfaatkan oleh biota air tidak

setimbang, akibatnya terjadi defisit oksigen terlarut dalam air. Bila

penurunan oksigen terlarut tetap berlanjut hingga nol, biota air yang

membutuhkan oksigen (aerobik) akan mati, dan digantikan dengan

tumbuhnya mikroba yang tidak membutuhkan oksigen atau mikroba

anerobik. Sama halnya dengan mikroba aerobik, mikroba anaerobik juga

akan memanfatkan karbon dari bahan organik. Dari respirasi anaerobik ini

terbentuk gas metana (CH4) disamping terbentuk gas asam sulfida (H2S)

yang berbau busuk.

Masuknya zat terlarut lain dalam air mengganggu kelarutan

oksigen dalam air

BOD dan COD Dalam Menentukan Kualitas Air

Untuk menentukan tingkat penurunan kualitas air dapat dilihat dari

penurunan kadar oksigen terlatut (OT) sebagai akibat masuknya bahan

organik dari luar, umumnya digunakan uji BOD dan atau COD. Salah satu

cara untuk mengetahui seberapa jauh beban cemaran pada air limbah adalah

dengan mengukur COD (Chemical Oxygen Demand). Semakin tinggi nilai

COD, berarti semakin tinggi pula beban cemaran yang ada pada limbah cair

tersebut (Masturi, 1997). Apabila kandungan zat-zat organik dalam limbah

12

Page 13: BOD DAN COD

tinggi, maka semakin banyak oksigen yang dibutuhkan untuk mendegradasi

zat-zat organik tersebut, sehingga nilai BOD dan COD limbah akan tinggi

pula. Oleh karena itu untuk menurunkan nilai BOD dan COD limbah, perlu

dilakukan pengurangan zat-zat organik yang terkandung di dalam limbah

sebelum dibuang ke perairan.

Biological Oxygen Demand (BOD) atau kebutuhan oksigen biologis

(KOB) menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh

mikroorganisme hidup untuk memecah atau mengoksidasi bahan organik

dalam air. Oleh karena itu, nilai BOD bukanlah merupakan nilai yang

menujukkan jumlah atau kadar bahan organik dalam air, tetapi mengukur

secara relative jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk

mengoksidasi atau menguraikan bahan-bahan organik tersebut. BOD tinggi

menunjukkan bahwa jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme

untuk mengoksidasi bahan organik dalam air tersebut tinggi, berarti dalam

air sudah terjadi defisit oksigen. Banyaknya mikroorganisme yang tumbuh

dalam air disebabkan banyaknya makanan yang tersedia (bahan organik),

oleh karena itu secara tidak langsung BOD selalu dikaitkan dengan kadar

bahan organik dalam air. Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan

beban pencemaran akibat air buangan dan untuk mendesain sistem

pengolahan secara biologis (G. Alerts dan SS Santika, 1987).

BOD5 merupakan penentuan kadar BOD baku yaitu pengukuran

jumlah oksigen yang dihabiskan dalam waktu lima hari oleh

mikroorganisme pengurai secara aerobic dalam suatu volume air pada suhu

20 derajat Celcius. BOD5 500mg/liter (atau ppm) berarti 500 mgram

oksigen akan dihabiskan oleh mikroorganisme dalam satu liter contoh air

selama waktu lima hari pada suhu 20 derajat Celcius.

Beberapa dasar yang sering digunakan untuk menentukan kualitas

air dilihat dari kadar BOD erat kaitannya dengan BOD adalah COD. COD

adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-

zat organis yang ada dalam 1 liter sampel air, dimana pengoksidasi

K2,Cr2O7 digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent) (G. Alerts

dan SS Santika, 1987).

13

Page 14: BOD DAN COD

Dalam bahan buangan, tidak semua bahan kimia organik dapat

diuraikan oleh mikroorganisme secara cepat.

Bahan organik dalam air bersifat:

Dapat diuraikan oleh bakteri (biodegradasi) dalam waktu lima hari

Bahan organik yang tidak teruraikan oleh bakteri dalam waktu lima hari

Bahan organik yang tidak mengalami biodegradasi

Uji COD ini meliputi semua bahan organik di atas, baik yang dapat

diuraikan oleh mikroorganisme maupun yang tidak dapat diuraikan. Oleh

karena itu hasil uji COD akan lebih tinggi dari hasil uji BOD.

Parameter lainnya yang digunakan untuk mengukur kadar bahan

paencemar antara lain

TSS (Total Suspended Solid)

TSS adalah jumlah berat dalam mg/liter kering lumpur yang ada

dalam limbah setelah mengalami penyaringan dengan membrane berukuran

0,45 mikron (Sugiharto, 1987). Penentuan zat padat tersuspensi (TSS)

berguna untuk mengetahui ke kuatan pencemaran air limbah domestik, dan

juga berguna untuk penentuan efisiensi unit pengolahan air (BAPPEDA,

1997).

MPN Coliform

Untuk mengetahui jumlah Coliform didalam contoh biasanya

digunakan metode MPN (Most Probable Number) dengan cara fermentasi

tabung ganda. Metode ini lebih baik bila dibandingkan dengan metode

hitungan cawan karena lebih sensitif dan dapat mendeteksi Coliform dalam

jumlah yang sangat rendah di dalam contoh.

Prosedur Pemeriksaan BOD, COD, TSS, MPN Coliform adalah

sebagi berikut:

Pemeriksaan Biological Oxygen Demand (BOD)

Menggunakan metode pemeriksaan Winkler (Titrasi di Laboratorium).

14

Page 15: BOD DAN COD

Prinsip analisis :

Pemeriksaan parameter BOD didasarkan pada reaksi oksidasi zat organik

dengan oksigen di dalam air dan proses tersebut berlangsung karena adanya

bakteri aerobik. Untuk menguraikan zat organik memerlukan waktu ± 2 hari

untuk 50% reaksi, 5 hari untuk 75% reaksi tercapai dan 20 hari untuk 100%

reaksi tercapai. Dengan kata lain tes BOD berlaku sebagai simulasi proses

biologi secara alamiah, mula-mula diukur DO nol dan setelah mengalami

inkubasi selama 5 hari pada suhu 20 °C atau 3 hari pada suhu 25°C–27°C

diukur lagi DO air tersebut. Perbedaan DO air tersebut yang dianggap

sebagai konsumsi oksigen untuk proses biokimia akan selesai dalam waktu

5 hari dipergunakan dengan anggapan segala proses biokimia akan selesai

dalam waktu 5 hari, walau sesungguhnya belum selesai.

Pemeriksaan Chemical Oksigen Demand (COD)

Menggunakan metode Pemeriksaan : tanpa refluks (Titrasi di Laboratorium)

Prinsip Analisis:

Pemeriksaan parameter COD ini menggunakan oksidator potasium

dikromat yang berkadar asam tinggi da n dipertahankan pada temperatur

tertentu. Penambahan oksidator ini menjadikan proses oksidasi bahan

organik menjadi air dan CO2, setelah pemanasan maka sisa dikromat

diukur. Pengukuran ini dengan jalan titrasi, oksigen yang ekifalen dengan

dikromat inilah yang menyatakan COD dalam satuan ppm.

Total Suspended Solid (TSS)

Menggunakan metode gravimetri. Prinsip Analisa yaitu :

Total Suspended Solid adalah semua zat terlarut dalam air yang tertahan

membran saring yang berukuran 0,45 mikron. Kemudian dikeringkan dalam

oven pada temperatur 103°C–105°C, hingga diperoleh berat tetap. Partikel

yang sama besar, part ikel yang mengapung dan zat-zat yang menggumpal

yang tidak tercampur dalam air, terlebih dahulu dipisahkan sebelum

pengujian.

15

Page 16: BOD DAN COD

Penentuan Jumlah MPN Coliform

Menggunakan prinsip kerja aseptis yaitu pemeriksaan bakteriologis air

bersih ditujukan untuk melihat adanya kemungkinan pencemaran oleh

kotoran maupun tinja. Bakteri yang termasuk jenis coliform antara lain

Eschericia coli, Aerobacter aerogenes, dan Eschericia freundii. Sifat

bakteri golongan coliform adalah berbentuk batang, tidak dapat membentuk

spora, gram negatif, hidup aerob atau anaerob fakultatif, dan dapat

meragikan laktosa dengan membentuk gas

16

Page 17: BOD DAN COD

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah ini adalah sebagai

berikut:

COD, singkatan dari Chemical Oxygen Demand, atau kebutuhan

oksigen kimia untuk reaksi oksidasi terhadap bahan buangan di dalam

air.

BOD singkatan dari Biological Oxygen Demand, atau kebutuhan

oksigen biologis untuk memecah bahan buangan di dalam air oleh

mikroorganisme.

BOD dan COD merupaan dua dari tiga parameter utama yang

digunakan untuk mengukur kadar bahan pencemar. Parameter utama

lain yaitu Dissolved Oxygen (DO).

COD akan lebih tinggi dari hasil uji BOD karena uji COD meliputi

semua bahan organik, baik yang dapat diuraikan oleh mikroorganisme

maupun yang tidak dapat diuraikan.

3.2. Saran

Penulis menyarankan dalam menganalisis zat pencemar apabila

nilai BOD dan COD suatu perairan masih normal atau memenuhi baku

mutu, belum dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi pencemaran, bila

parameter kunci lainnya tidak diketahui. Karena bila parameter lainnya

telah meningkat dan melebihi baku mutu, maka berarti ada indikasi

pencemaran di perairan

17

Page 18: BOD DAN COD

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. BOD dan COD.http://smk3ae.wordpress.com/2008/07/15/bod-dan-cod/Diakses tanggal 5 Desember 2009

A.R Agnes & Azizah R. 2005. Perbedaan Kadar BOD, COD, TSS dan MPN Coliform Pada Air Limbah, Sebelum dan Sesudah Pengolahan di RSUD Nganjuk.http://journal.unair.ac.id/filerPDF/KESLING-2-1-10.pdfDiakses tanggal 5 Desember 2009

Arianto, Erik. 2008. Pengertian COD dan BOD.http://erikarianto.wordpress.com/2008/01/10/pengertian-cod-dan-bod/Diakses tanggal 5 Desember 2009

Fatha, A’tina. 2007. Pemanfaatan Zeolit Aktif Untuk Menurunkan BOD dan COD Limbah Tahu.http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/index/assoc/HASHeeca.dir/dc.pdfDiakses tanggal 5 Desember 2009

G, Pal. 2009. OD, BOD, COD, apaan tuh?

http://watsan.co.cc/2008/09/od-bod-cod-apaan-tuh/Diakses tanggal 4 Desember 2009

Hariyadi Sigid. 2004. BOD dan COD Sebagai Parameter Pencemaran Air dan Baku Mutu Air Limbah.http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/09145/sigid_hariyadi.pdfDiakses tanggal 5 Desember 2009

18