MODEL MATEMATIS PERUBAHAN KUALITAS AIR SUNGAI (BOD… · 8 Pola penyebaran BOD, COD, dan TSS...

43
MODEL MATEMATIS PERUBAHAN KUALITAS AIR SUNGAI (BOD, COD, TSS) TERHADAP JARAK DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS, JAWA TIMUR FASIH HUDA WIRA TAMA DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Transcript of MODEL MATEMATIS PERUBAHAN KUALITAS AIR SUNGAI (BOD… · 8 Pola penyebaran BOD, COD, dan TSS...

MODEL MATEMATIS PERUBAHAN KUALITAS

AIR SUNGAI (BOD, COD, TSS) TERHADAP JARAK

DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS, JAWA TIMUR

FASIH HUDA WIRA TAMA

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Model Matematis

Perubahan Kualitas Air Sungai (BOD, COD, TSS) di Daerah Aliran Sungai

(DAS) Brantas, Jawa Timur adalah benar karya saya denganarahan dari komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi

mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2014

Fasih Huda Wira Tama

NIM F44100031

ABSTRAK

FASIH HUDA WIRA TAMA. Model Matematis Perubahan Kualitas Air Sungai

(BOD, COD, TSS) Terhadap Jarak di Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas, Jawa

Timur. Dibimbing olehROH SANTOSO BUDI WASPODO.

Limbah kegiatan industri, domestik, dan kegiatan yang lain yang dibuang ke

badan air dapat berdampak negatif terhadap sumberdaya air, yang salah satunya

dapat menyebabkan perubahan kualitas air sungai. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui kualitas air sungai di DAS Brantas dengan parameter BOD, COD,

dan TSS, menganalisis hubungan parameter kualitas air (BOD,COD, dan TSS)

terhadap jarak dari garis pantai, dan membuat model perubahan kualitas air sungai

di DAS Brantas dengan menggunakan analisis regresi. Kegiatan yang dilakukan

berupa pengumpulan data sekunder mengenai kualitas air Sungai Brantas, data

debit dan curah hujan DAS Brantas, serta digitasi jarak dengan menggunakan

software Arcgis versi 10 dan Google earth. Hasil pengolahan data dibandingkan

dengan standar kualitas air yang ditetapkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 82

Tahun 2001. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa kualitas air di

Sungai Brantas(berdasarkan parameter BOD, COD, dan TSS) pada bagian hulu,

tengah, dan hilir termasuk dalam kualitas air kelas III dan kondisikualitas airdi

Sungai Brantas tidak terpengaruh oleh jaraknya dari garis pantai. Kualitas air

sungai dipengaruhi oleh adanya sumber pencemar di sepanjang daerah yang

dilalui aliran Sungai Brantas. Sumber pencemar dapat berupa limbah industri,

domestik, pertanian, perkebunan, dan peternakan.Selain itu diperoleh model

matematis perubahan kualitas air sungai terhadap parameter BOD, COD, dan TSS

pada kondisi debit maksimum (Februari 2013) dan debit minimum (Agustus

2013)

Kata kunci: BOD, COD, DAS Brantas, Model matematis, TSS

ABSTRACT

FASIH HUDA WIRA TAMA. Mathematical Model of River Water Quality

Changes (BOD, COD, TSS) in Brantas Watershed, East Java. Supervised byROH

SANTOSO BUDI WASPODO.

Industrial activities, domestic, and other activities can give negative impact

on water resources, such as quality change of river water. The objectives of this

reaserch wereto determine the water quality of rivers in the Brantas watershed

with the parameters BOD, COD, and TSS, to analyze the relationship of water

quality parameters (BOD , COD , and TSS) to the distance from the shoreline, and

tomake the model of river water quality ofBrantas watershed using regression

analysis. The reaserch was conducted by collecting secondary data of Brantas

River water quality, dischargedata, and rainfall data in Brantas watershed, as well

as the digitizing the distance from shoreline using ArcGIS version 10 and Google

earth . The results was compared withGoverment Regulation Number 82in 2001.

From the analyses results could beconcluded that the water quality in the Brantas

river (based on parameters of BOD , COD , and TSS)in the upstream, midstream,

and downstream were classified to III grade and water quality changes in the

Brantas river was not affected by distance to shoreline. The water riverquality

were influenced by the presence of pollutant source area at the Brantas riverside,

such as industrial waste, domestic, agriculture, plantation, and farm. In addition,

obtained mathematical model of water quality changeswith parameters BOD,

COD, and TSS at the maximum discharge condition (February 2013) and

minimum discharge (August 2013)

Keywords:BOD, Brantas watershed, COD, Mathematical model, TSS

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Teknik

pada

Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

MODEL MATEMATIS PERUBAHAN KUALITAS AIR

SUNGAI (BOD, COD, TSS) TERHADAP JARAK DI DAERAH

ALIRAN SUNGAI (DAS) BRANTAS, JAWA TIMUR

FASIH HUDA WIRA TAMA

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Judul Skripsi : Model Matematis Perubahan Kualitas Air Sungai (BOD, COD,

TSS) Terhadap Jarak Di Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas,

Jawa Timur

Nama : Fasih Huda Wira Tama

NIM : F44100031

Disetujui oleh

Dr. Ir. Roh Santoso Budi Waspodo, M. T

Pembimbing

Diketahui oleh

Prof. Dr. Ir. Budi Indra Setiawan, M. Agr

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala

karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini

dilaksanakan sejak bulan Februari sampai denganApril 2014, dengan judul Model

Matematis Perubahan Kualitas Air Sungai (BOD, COD, TSS) Terhadap Jarak Di

Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas, Jawa Timur.

Terima kasih penulis diucapkan kepada Bapak Dr. Ir.Roh Santoso Budi

Waspodo, M. T. selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak

memberikan saran dan bimbingan kepada penulis selama ini. Ucapan terima kasih

juga disampaikankepada Dr. Ir. Nora H. Pandjaitan, DEA dan Dr. Satyanto Krido

Saptomo, S.Tp, M.Si selaku dosen penguji.Ungkapan terima kasih juga

disampaikan kepada ayah, ibu, seluruh keluarga, serta rekan – rekan Teknik Sipil

dan Lingkungan angkatan 47 atas segala doa dan kasih sayangnya.

Kritik dan saran sangat diharapkan untuk perbaikan penulisan selanjutnya.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pihak yang membutuhkan

Bogor, Juni 2014

Fasih Huda Wira Tama

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Sumber Daya Air 2

Pencemaran Air 3

Analisa Regresi 6

METODE 8

Waktu dan Tempat Penelitian 8

Alat dan Bahan 8

Metode Analisis 8

HASIL DAN PEMBAHASAN 11

Kondisi Umum DAS Brantas 11

Debit dan Curah Hujan 11

Kualitas Air DAS Brantas 13

SIMPULAN DANSARAN 17

Simpulan 17

Saran 18

DAFTAR PUSTAKA 19

LAMPIRAN 20

RIWAYAT HIDUP 29

DAFTAR TABEL

1 Tabel 1 Perbandingan beberapa tipe nilai BOD 5 2 Tabel 2 Kelas air berdasarkan parameter BOD, COD, dan TSS bulan

Februari dan Agustus 2013 17

DAFTAR GAMBAR

1 Diagram alir penelitian 10 2 Pola penyebaran rata - rata curah hujan 2007 - 2012 12 3 Pola penyebaran debit tahun 2013 12 4 Kondisi BOD pada bagian hulu, tengah, dan hilir tahun 2013 12 5 Kondisi COD pada bagian hulu, tengah, dan hilir tahun 2013 13 6 Kondisi TSS pada bagian hulu, tengah, dan hilir tahun 2013 13

7 Pola persebaran BOD dan COD terhadap jarak dari hulu sampai

dengan hilir sungai pada bulan Februari 2013 14 8 Pola persebaran BOD dan COD terhadap jarak dari hulu sampai

dengan hilir pada bulan Agustus 2013 15 9 Pola penyebaran TSS terhadap jarak dari hulu sampai dengan

hilir sungai pada bulan Februari 2013 16 10 Pola penyebaran TSS terhadap jarak dari hulu sampai dengan

hilir sungai pada bulan Agustus 2013 16

DAFTAR LAMPIRAN

1 Peta tata guna lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas dengan

skala 1:25000 20

2 Peta lokasi 9 titik sampling kualitas air di Daerah Aliran Sungai

(DAS) Brantas 21 3 Jarak Titik sampling di Sungai Brantas dari garis pantai 22

4 Baku mutu peraturan pemerintah nomor 82 tahun 2001 22 5 Data Debit dan rata – rata curah hujan di DAS Brantas 22 6 Kualitas air (BOD, COD, dan TSS) di DAS Brantas bulan Februari

2013 23 7 Kualitas air (BOD, COD, dan TSS) di DAS Brantas bulan Agustus

2013 23 8 Pola penyebaran BOD, COD, dan TSS bulanan tahun 2013 23

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Air merupakan sumberdaya alam yang diperlukan oleh semua makhluk

hidup. Oleh karena itu, sumberdaya air harus dilindungi agar tetap dapat

dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain. Masalah

utama yang dihadapi oleh sumberdaya air dewasa ini meliputi kuantitas air yang

sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air

untuk keperluan domestik yang semakin menurun (Effendi 2003). Sungai

merupakan salah satu sumber air yang penting bagi manusia karena dipergunakan

untuk berbagai keperluan seperti air minum, kegiatan domestik rumah tangga,

transportasi, dan lain – lain. Meningkatnya kebutuhan manusia menyebabkan

terjadinya pencemaran di sungai. Salah satu sungai yang kondisinya tercemar

adalah Sungai Brantas di Jawa Timur. Sungai Brantas merupakan salah satu

sungai yang berperan penting bagi masyarakat, khususnya masyarakat Jawa

Timur. Berdasarkan data Badan Lingkungan Hidup (2011), jumlah penduduk

yang tinggal di wilayah DAS Brantas adalah 9 juta jiwa dan sebagian besar

memanfaatkan air Sungai Brantas untuk kehidupannya. Air Sungai Brantas

sebagian besar digunakan untuk irigasi, dan sisanya untuk keperluan domestik dan

industri.

Kegiatan industri, domestik, dan kegiatan lainnya dapat berdampak negatif

terhadap sumberdaya air, seperti menyebabkan perubahan kualitas air sungai.

Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan dan bahaya bagi semua

makhluk hidup yang bergantung pada sumberdaya air. Oleh karena itu, diperlukan

adanya pengelolaan dan perlindungan sumberdaya air secara seksama.

Pengelolaan sumberdaya air sangat penting, agar dapat dimanfaatkan secara

berkelanjutan dengan tingkat mutu yang diinginkan. Salah satu langkah

pengelolaan yang dilakukan adalah pemantauan dan interpretasi data kualitas air.

Berkembangnya kota – kota besar yang dilalui aliran Sungai Brantas,

mengakibatkan meningkatnya kebutuhan air bersih dan air baku. Di samping itu,

semakin meningkatnya jumlah penduduk dan industri di daerah perkotaan

menimbulkan masalah yaitu menurunnya kualitas air Sungai Brantas. Berdasarkan

perubahan kualitas dari hulu ke hilir di DAS Brantas maka diperlukan model

perubahan kualitas DAS Brantas dengan menggunakan analisis regresi di DAS

Brantas dengan parameter BOD, COD dan TSS.

Perumusan Masalah

Sungai Brantas merupakan salah satu sungai yang memiliki peranan penting

dalam memenuhi kebutuhan sehari – hari masyarakat khususnya masyarakat Jawa

Timur seperti, keperluan domestik, pengairan lahan pertanian, perikanan,

pembangkit tenaga listrik, serta suplai air untuk industri. Oleh sebab itu, perlu

adanya perhatian terhadap kualitas airnya. Permasalahan tentang perubahan

kualitas air Sungai Brantas terjadi mulai dari hulu, tengah sampai dengan hilir.

Pada dasarnya perubahan kualitas Sungai Brantas yang mengalir dari hulu

sampai dengan hilir dipengaruhi berbagai macam limbah seperti limbah domestik,

2

limbah industri, dan aktivitas masyarakat lainnya seperti pertanian, peternakan,

perikanan. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini menganalisis tentang

perubahan kualitas air Sungai Brantas pada beberapa wilayah dari hulu sampai

dengan hilirsungai dengan membuat model matematis.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Menganalisis kualitas air sungai di DAS Brantas berdasarkan parameter

BOD, COD, dan TSS

2. Menganalisis hubungan parameter kualitas air (BOD,COD, dan TSS)

terhadap jarak dari garis pantai

3. Membuat model perubahan kualitas air sungai di DAS Brantas

menggunakan analisis regresi

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu sebagai

informasi bagi stake holders DAS Brantas tentang kualitas air Sungai Brantas,

berdasarkan parameter BOD, COD, dan TSS. Selain itu, hasil penelitian ini

diharapkan untuk stake holder yang terlibat dalam perubahan kualitas Sungai

Brantas dapat melakukan langkah konkret untuk perbaikan kualitas sungai

sekaligus pengolahan DAS Brantas secara berkesinambungan.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mengambil permasalahan mengenai perubahan kualitas air di

Sungai Brantas. Ruang lingkup penelitian ini adalah pengukuran kualitas air

sungai dengan menggunakan parameter fisika (TSS) dan kimia (BOD dan COD).

Selanjutnya hasil pengukuran dibandingkan dengan menggunakan acuan

Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 dan pembuatan permodelan perubahan

kualitas air di DAS Brantas.

TINJAUAN PUSTAKA

Sumber Daya Air

Air merupakan zat kehidupan, dimana tidak satupun makhluk hidup di

planet bumi ini tidak membutuhkan air. Air menutupi sekitar 70% permukaan

bumi, dengan jumlah sekitar 1.368 juta km3 (Angel dan Wolsely 1992). Air

terdapat dalam berbagai bentuk misalnya uap air, es, cairan, dan salju. Air tawar

terutama terdapat di sungai, danau, air tanah (groundwater) dan gunung es

(glacier). Semua badan air dapat dihubungkan dengan laut dan atmosfer melalui

siklus hidrologi yang berlangsung kontinu.

Air seperti halnya energi, adalah hal yang esensial bagi pertanian, industri,

dan hampir semua kehidupan. Ketika jumlah penduduk masih terbatas dan alam

masih belum banyak tereksploitasi, air terasa berlimpah sepanjang waktu dengan

3

kualitas yang cukup baik, dan ketika itu pula air terasa belum memiliki nilai yang

berarti. Ketika keberadaan air dirasakan semakin terbatas, baik dari segi

kualitasnya maupun kuantitasnya, dan kebutuhan manusia akan air terasa semakin

meningkat untuk memenuhi berbagai keperluan, serta kualitas lingkungan dan

ekosistem mulai terganggu, pada waktu itu nilai air mulai diperhitungkan, air

tidak hanya berfungsi sosial dan lingkungan tetapi juga memiliki nilai ekonomis

(Fadlilillah 2010).

Sungai merupakan salah satu dari jenis sumberdaya air, dimana sungai

dicirikan oleh arus yang searah dengan kecepatan berkisar antara 0,1 samai 1

m/detik, serta dipengaruhi oleh waktu, iklim, dan model drainase. Pada perairan

sungai, biasanya terjadi pencampuran massa air secara menyeluruh dan tidak

terbentuk stratifikasi vertikal kolom air seperti pada perairan lentik (tergenang).

Kecepatan arus, erosi, dan sedimentasi merupakan fenomena yang biasa terjadi di

sungai sehingga kehidupan flora dan fauna sangat disebabkan oleh ketiga variabel

tersebut (Effendi 2003).

Sistem (aliran) sungai diklasifikasikan sebagai sistem aliran influent,

effluent dan intermittent. Sistem aliran sungai influent adalah aliran sungai yang

memasok (memberikan masukan) air tanah. Sebaliknya pada aliran sungai sistem

effluent sumber aliran sungai berasal dari air tanah. Pada sistem aliran ini

umumnya berlangsung sepanjang tahun. Oleh karena itu sering disebut aliran

tahunan atau perennial stream. Sistem aliran terputus atau intermittent umumnya

berlangsung segera setelah terjadi hujan besar. Aliran jenis inilah yang umumnya

menjadi sumber air tanah musiman (perched water table) (Asdak 2004).

Pencemaran Air

Menurut Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 menyatakan bahwa

pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi

dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air

turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi

sesuai dengan peruntukannya. Menurut Kristanto (2002) pencemaran air adalah

adanya benda – benda asing yang mengakibatkan air tersebut tidak dapat

digunakan sesuai dengan peruntukannya secara normal.

Polutan adalah bahan – bahan yang bersifat asing bagi alam atau bahan

yang berasal dari alam itu sendiri yang memasuki suatu tatanan ekosistem

tersebut. Berdasarkan cara masuknya ke dalam lingkungan, bahan pencemar

(polutan) dikelompokkan menjadi dua yaitu polutan alamiah dan polutan

antropogenik. Polutan alamiah adalah polutan yang memasuki suatu lingkungan

secara alami, misalnya akibat letusan gunung berapi, tanah longsor, banjir, dan

fenomena alam lain. polutan yang masuk ke badan air akibat aktivitas manusia,

misalnya kegiatan domestik (rumah tangga), kegiatan urban (perkotaan), maupun

kegiatan industri. Intensitas polutan antropogenik dapat dikendalikan dengan cara

mengontrol aktivitas yang menyebabkan timbulnya polutan tersebut (Effendi

2003).Beberapa indikator yang digunakan untuk mengetahui dan memperkirakan

kejadian adanya pencemar spesifik adalah: jumlah oksigen terlarut dan rata – rata

pembentukan oksigen, Biochemical Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen

Demand (COD), total padatan (mengapung, tersuspensi, dan terlarut), kekeruhan,

warna, bau, rasa, pH, suhu, plankton atau populasi ganggang, populasi coli,

4

jumlah kimia organik dan anorganik termasuk pestisida, banyaknya spesies lain

yang mendiami air dan diberi zat makanan yang banyak (Moriber 1974).

Padatan Tersuspensi Total atau Total Suspended Solid (TSS)

Residu di perairan dapat dianggap sebagai kandungan total bahan terlarut

dan tersuspensi di dalam air. Padatan tersuspensi total (Total Suspended Solid

atau TSS) adalah bahan – bahan tersuspensi (diameter > 1 µm) yang tertahan pada

saringan milipore dengan diameter pori 0,45 µm(APHA 1998).Padatan

Tersuspensi Total (TSS) dapat meningkatkan kekeruhan sehingga akan

mempengaruhi penetrasi cahaya matahari ke kolom air dan akhirnya berpengaruh

terhadap proses fotosintesis oleh fitoplankton dan tumbuhan air dan selanjutnya

akan mengurangi pasokan oksigen terlarut dan meningkatkan pasokan

karbondioksida di perairan.TSS terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad –

jasad renik, yang terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang

terbawa ke badan air (Effendi 2003).

Banyak makhluk hidup memperlihatkan toleransi yang cukup tinggi

terhadap kepekatan TSS, namun TSS dapat menyebabkan perubahan populasi

tumbuhan dalam air, hal ini disebabkan oleh turunnya penetrasi cahaya ke dalam

air (Miller dan Connel 1995). Sehingga mempengaruhi terhadap penipisan

oksigen (Vesilind et, al. 1990).

Apabila mengacu pada baku mutu Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun

2001, kisaran nilai TSS adalah sebagai berikut:

1. Kelas I, TSS ≤ 50 mg/L

2. Kelas II, TSS ≤ 50 mg/L

3. Kelas III, TSS ≤ 400 mg/L

4. Kelas IV, TSS ≤ 400 mg/L

Kebutuhan Oksigen Biokimia atau Biochemical Oxygen Demand (BOD)

Biochemical Oxygen Demand (BOD) menunjukkan jumlah oksigen terlaurt

yang dibutuhkan oleh mikroorganisme hidup untuk memecah atau mengoksidasi

bahan – bahan organik buangan dalam air (Wardoyo 1981). Menurut Sugiharto

(1987) BOD (Biochemical Oxygen Demand) adalah banyaknya oksigen dalam

ppm atau miligram/liter (mg/l) yang diperlukan untuk menguraikan benda organik

oleh bakteri, sehingga limbah tersebut menjadi jernih kembali dalam waktu

tertentu pada suhu 20°C. Suhu 20°C digunakan karena merupakan nilai rata – rata

untuk daerah perairan arus lambat di daerah iklim sedang dan mudah ditiru

didalam inkubator.Namun seing terjadi hasil yang berbeda pada suhu yang

berbeda karena kecepatan reaksi biokimia tergantung dari suhu (Achmad 2004).

Mengukur kebutuhan oksigen yang diperlukan menguraikan benda organik

di dalam air limbah dipergunakan satuan BOD, yang menggunakan ukuran mg/l

air kotor. Semakin besar angka BOD ini menunjukkan bahwa derajat pengotoran

air limbah adalah semakin besar.

Penentuan nilai BOD pada perairan yang mengandung toksik cenderung

kurang cocok dilaksanakan, karena bahan – bahan toksik tersebut dapat

menghambat atau mematikan mikroba yang menjadi pelaku dekomposisi bahan

organik. Berdasarkan hal tersebut, pada Tabel 1 dijelaskan tentang perbandingan

nilai BOD pada beberapa tipe air.

5

Tabel 1 Perbandingan beberapa tipe nilai BOD

Tipe Air BOD (mg/L)

Air murni 0

Air alami segar 2-5

Limbah domestik Ratusan

Limbah setelah purifikasi primer dan sekunder 10-20 Sumber: Turk and Turk (1984)

Apabila mengacu pada baku mutu Peraturan Pemerintah tahun 2001, kisaran

nilai BOD adalah sebagai berikut :

1. Kelas I, BOD ≤ 2 mg/L

2. Kelas II, BOD ≤ 3 mg/L

3. Kelas III, BOD ≤ 6 mg/L

4. Kelas IV, BOD ≤ 12 mg/L

Kebutuhan Oksigen Kimiawi atau Chemical Oxygen Demand (COD)

COD (Chemical Oxygen Demand) adalah banyaknya oksigen dalam ppm

atau miligram/liter (mg/l) yang dibutuhkan dalam kondisi khusus untuk

menguraikan benda secara kimiawi, baik yang dapat didegradasi secara biologis

(biodegradable) maupun yang sukar didegradasi secara biologis (non

biodegradable) menjadi CO2 dan H2O. Menurut Achmad (2004), COD yaitu

kebutuhan oksigen untuk mengoksidasi bahan – bahan organik secara kimiawi

dengan menggunakan kaliumbikarbonat yang dipanaskan dengan asam sulfat

pekat.Berdasarkan prosedur penentuan COD, oksigen yang dikonsumsi setara

dengan jumlah dikromat yang diperlukan untuk mengoksidasi air sampel (Boyd

1982).

Keberadaan bahan organik dapat berasal dari alam maupun dari aktivitas

rumah tangga dan industri, misalnya pabrik bubur kertas (pulp), pabrik kertas, dan

industri makanan. Semakin besar nilai COD, maka semakin tinggi tingkat

pencemaran suatu perairan. Nilai COD pada perairan yang tidak tercemar

biasanya kurang dari 20 mg/l, sedangkan perairan yang tercemar dapat lebih dari

200 mg/l dan pada limbah industri dapat mencapai 60.000 mg/l

(UNESCO/WHO/UNEP 1992 dalam Effendi 2003).

Turk dan Turk (1984) menyatakan bahwa beberapa bahan organik seperti

hidrokarbon klorida yang dihasilkan dalam proses industri tidak dapat digunakan

sebagai makanan oleh bakteri sehingga tidak teroksidasi dan tidak terakomodasi

oleh nilai BOD. Hal ini mengakibatkan uji COD umumnya menghasilkan nilai

kebutuhan oksigen yang lebih tinggi dari uji BOD karena jumlah senyawa kimia

yang dapat dioksidasi lebih besar dibandingkan oksidasi secara biologis (Achmad

2004).

Apabila mengacu pada baku mutu Peraturan Pemerintah tahun 2001, kisaran

nilai BOD adalah sebagai berikut :

1. Kelas I, COD ≤ 10 mg/L

2. Kelas II, COD ≤ 25 mg/L

3. Kelas III, COD ≤ 50 mg/L

4. Kelas IV, COD ≤ 100 mg/L

6

Baku Mutu Air

Baku mutu air adalah batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau

komponen lain yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemaran yang

ditenggang adanya dalam air pada sumber air tertentu sesuai dengan

peruntukkannya. Penetapan baku mutu air selain didasarkan pada peruntukan

(designated beneficial water uses), juga didasarkan pada kondisi nyata kualitas air

yang mungkin berada antara satu daerah dengan daerah lainnya. Oleh karena itu,

penetapan baku mutu air dengan pendekatan golongan peruntukan perlu

disesuaikan dengan menerapkan pendekatan klasifikasi kualitas air (kelas air).

Dengan ditetapkannya baku mutu air pada sumber air dan memperhatikan kondisi

airnya, akan dapat dihitung berapa beban zat pencemar yang dapat ditenggang

adanya oleh air penerima sehingga air dapat tetap berfungsi sesuai dengan

peruntukannya (Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001).

Menurut PP NO. 82 tahun 2001, klasifikasi mutu air ditetepkan menjadi

empat kelas, yaitu :

1. Kelas I, air yang peruntukkannya untuk air baku air minum dan atau untuk

peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan

tersebut.

2. Kelas II, air yang peruntukkannya untuk air minum yang belum diolah atau

sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk

mengairi tanaman, dan atau untuk peruntukkan lain yang mempersyaratkan

mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

3. Kelas III, air yang peruntukkannya untuk pembudidayaan ikan air tawar,

peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukkan lain yang

mempersyaratkan mutu air sama dengan kegunaan tersebut.

4. Kelas IV, air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk mengairi

pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang

sama dengan kegunaan tersebut.

Peruntukkan air untuk kelas II, III, dan IV dalam klasifikasi ini memiliki

beberapa kesamaan, namun semakin kecil tingkat kelas, semakin banyak

peruntukkan air tersebut, seperti dapat dilihat diatas bahwa air kelas II memiliki

empat macam peruntukkan, air kelas III memiliki tiga macam peruntukkan, dan

air kelas IV hanya memilii satu macam peruntukkan.

Analisa Regresi

Pengertian dan Fungsi Regresi

Regresi merupakan salah satu metode yang dapatdigunakan dalam

penyelesaian permasalahan tentang hubungan antara nilai-nilai pengamatan

terhadap dua peubah atau lebih, terutama hubungan yang tidak sempurna.

Adapun fungsi dari persamaaan regresi berdasarkan Pusat Pengolahan Data

dan Statistika, Litbang Pertanian, 1985 sering digunakan untuk:

1. Deskripsi data, dalam hal persamaan regresi ada pada tahapan pencarian data

dan perbandingan

2. Mendapatkan hubungan sebab – akibat, kalau kita dapat mengubah – ubah

tingkat X dengan sebaik – baiknya dan mengawasi faktor – faktor lainnya

supaya seragam dan kemudian mengamati peubah lainnya misalkan Y, maka

7

persamaan regresi Y dan X dapat menjelaskan pola hubungan sebab akibat

antara Y dan X

3. Dalam suatu percobaan yang terkontrol dimana terdapat faktor lain yang sulit

dikontrol tetapi diperkirakan akan mempengaruhi faktor Y, dalam hal ini

analisa regresi dapat digunakan sebagai penyidik perbandingan

4. Penyusunan model dan melihat pola hubungan antara peubah X1, X2, X3, ....,

Xk dengan peubah Y, regresi dapat digunakan untuk menemukan hubungan

atau model yang paling tepat yang mungkin hanya melibatkan beberapa saja

dari peubah X1, X2, X3, ..., Xk tersebut.

Koefisien Korelasi (R2)

Setelah persamaan regresi jadi, proses selanjutnya adalah menaksir

persamaan tersebut dari data, masalah berikutnya yang dihadapi adalah menilai

baik buruknya kecocokan model dengan data.Penilaian tersebut dapat

menggunakan metode Koefsien Relasi, R2 terbesar.R

2 disebut sebagai koefisien

penentu (determinasi).Makin dekat R2 dengan angka 1, semakin baik kecocokan

data dengan model, dan sebaliknya, makin dekat R2 dengan 0, maka semakin jelek

kecocokan data dengan model.R2 biasanya dicocokan dalam persen kecocokan

tersebut dan digunakan sebagai alat analisa(Sembiring 1995).

Pemilihan Model Analisa Regresi

Terdapat berbagai macam metode yang digunakan dalam memilih model

terbaik. Salah satu metode adalah metode R2

maksimum yakni metode pemilihan

model yang digunakan untuk memilih model yang terbaik dalam satu peubah,

dalam dua peubah, dan seterusnya. Nilai acuan yang digunakan adalah R2.

Dimulai dengan model satu peubah, metode ini berusaha menemukan model yang

memberikan R2 terbesar dalam kelompok tersebut. Kemudian peubah baru

ditambahkan ke dalam model yang memberikan yang memberikan tambahan pada

R2 yang terbesar. Model ini kemudian dibandingkan dengan model dua peubah

lainnya yang diperoleh dengan mengganti salah satu peubah dalam model tadi

dengan suatu peubah yang berada di luar model. Model yang memberikan R2

terbesar kemudian dipilih.

Perbandingan ini dilakukan pada setiap model yang dapat diperoleh dengan

mengganti salah satu peubah dalam model dengan yang lainnya yang berada di

luar. Model yang memberikan R2 terbesar kemudian dipilih sebagai model terbaik

dari kelompok model dengan dua peubah. Peubah ketiga kemudian dipilih yang

memberikan tambahan R2 yang terbesar, dengan cara mengganti suatu peubah

dalam model dengan lainnya yang berada di luar dipilih model tiga peubah yang

memberikan nilai R2 terbesar. Pekerjaan ini diteruskan sehingga diperoleh model

dengan tiga peubah yang memberikan R2 terbesar, dan seterusnya (Sembiring

2005).

Model Matematika

Batasan Model Matematika dalam penelitian ini adalah bentuk penyajian

dari data sekunder yang telah diperoleh yaitu data kualitas air.Model matematika

digunakan sebagai penguji keampuhan suatu data dengan model yang telah

dihasilkan.Berdasarkan perbandingan tersebut suatu model dapat diterima untuk

menggambarkan keadaan yang sesungguhnya, jika tidak ada penyimpangan –

8

penyimpangan yang berarti antara model dengan data yang dikumpulkan. Apabila

model ditolak maka harus ada pencarian model lain yang cocok untuk

menggambarkan data yang sebenarnya.

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian “Model Matematis Perubahan Kualitas Air Sungai (BOD, COD,

dan TSS) Terhadap Jarak di Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas, Jawa Timur”

dilaksanakan selama 3 bulan. Dimulai pada bulan Februari – April 2014. Lokasi

penelitian ini dilakukan di Sungai Brantas, Jawa Timur.

Alat dan Bahan

Dalam penelitian ini digunakan data sekunder yang dgiunakan berupa Peta

Administrasi DAS Brantas, Peta Tata Guna Lahan DAS Brantas, Peta Titik

Pemantauan Kualitas Air DAS Brantas, Data Kualitas Air, Data Debit DAS tahun

2013 dan Data Curah Hujan DAS Brantas tahun 2007 sampai dengan 2012. Alat

yang digunakan yaitu notebook dengan programArcGIS Versi 10, Google Earth,

danMicrosoft Excell 2010, alat tulis, dan kalkulator.

Metode Analisis

Kegiatan penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan, yakni : Studi

literatur, pengambilan data sekunder, pengolahan data dan penyusunan laporan.

Studi Literatur

Tahapan awal penelitian adalah studi literatur. Studi literatur dilakukan

untuk memperoleh pengetahuan dan referensi berupa metode dan data sekunder

yang dibutuhkan dalam melakukan analisis data. Literatur yang digunakan dalam

penelitian ini antara lain : buku – buku yang menerangkan tentang aspek yang

digunakan dalam menganalisis permasalahan, jurnal ilmiah, dan skripsi yang

berkaitan dengan permasalahan.

Pengumpulan Data

Pengumpulan data – data yang dibutuhkan untuk mendeskripsikan

permasalahan kualitas air di DAS Brantas. Data tersebut merupakan data sekunder

yang meliputi data kualitas air hasil pengujian dari laboratorium tentang BOD,

COD, dan TSS di berbagai titik pengamatan yang mewakili bagian hulu, tengah,

dan hilir berdasarkan ketentuan oleh pihak Badan Lingkungan Hidup Provinsi

Jawa Timur, Peta Administrasi dan Tata Guna Lahan DAS Brantas, data curah

hujan dan debit di DAS Brantas.

Pengolahan Data dan Analisa

Pengolahan data diawali dengan penentuan nilai jarak lokasi sampling

berdasarkan ketentuan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur dari garis

9

pantai dengan digitasi menggunakan softwareGoogle Earth dan ARCGIS versi 10.

Data kualitas air dan jarak yang telah diperoleh kemudian diolah dengan

menggunakan metode regresi untuk menjadi model perubahan kualitas air sungai

DAS Brantas yang dilihat dari parameter BOD, COD, dan TSS. Hasil model juga

akan dibandingkan dengan Peraturan Pemerintah (PP) No.82 Tahun 2001 tentang

pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air.

Metode analisa data kualitas air DAS Brantas digunakan metode analisa

regresi model polinomial, persamaan polinomial memiliki bentuk secara umum

sebagai berikut :

y = anXn + an-1X

n-1+...+a1x + a0

dimana :

an, an-1, ..., a1, a0 : konstanta/koefisien polinom

n : bilangan bulat tak negatif

x : variabel bebas yang nilainya digunakan untuk meramal y

Adapun dengan menggunakan metode analisis regresi, maka dapat

diperkirakan besaran nilai kualitas air DAS Brantas di tiap titik DAS, meski tidak

dilakukan pengukuran di titik tersebut. analisis regresi dibuat melalui program

Microsoft Office Excell 2010. Diagram alir penelitian ini adalah sebagai berikut :

10

MulaiMulai

Pengolahan Data :

- Google Earth

- ArcGIS 10

Pengolahan Data :

- Google Earth

- ArcGIS 10

Analisis hubungan kualitas air sungai (BOD, COD, dan

TSS) dengan jarak titik pantau dari garis pantai di Sungai

Brantas dengan menggunakan Microsoft excel 2010

Analisis hubungan kualitas air sungai (BOD, COD, dan

TSS) dengan jarak titik pantau dari garis pantai di Sungai

Brantas dengan menggunakan Microsoft excel 2010

Pengumpulan Data : Data Kualitas Air

(BOD, COD, dan TSS), Peta DAS Brantas,

Peta Tata Guna Lahan, Data Debit Sungai

Brantas, Data Curah Hujan DAS Brantas

Pengumpulan Data : Data Kualitas Air

(BOD, COD, dan TSS), Peta DAS Brantas,

Peta Tata Guna Lahan, Data Debit Sungai

Brantas, Data Curah Hujan DAS Brantas

SelesaiSelesai

Model Matematis Perubahan Kualitas Air DAS BrantasModel Matematis Perubahan Kualitas Air DAS Brantas

Studi LiteraturStudi Literatur

Gambar 1 Diagram alir penelitian

11

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum DAS Brantas

Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas merupakan wilayah sungai terbesar

kedua di Pulau Jawa yang terletak di provinsi Jawa Timur pada 110°30’ BT

sampai 112°55’BT dan 7°01’LS sampai 8°15’LS. Sungai Brantas mempunyai

panjang ±320 km dan memiliki luas sebesar ±12000 km2.Aliran Sungai Brantas

melalui 17 Kota maupun Kabupaten di Jawa Timur. Sungai Brantas digunakan

oleh penduduk yang tinggal disekitar aliran sungai sebagai sumber pengairan

lahan pertanian, perikanan, dan suplai air untuk berbagai macam industri. DAS

Brantas merupakan salah satu DAS paling kritis dari sekitar 29 DAS yang ada di

Jawa Timur.Hampir setengah dari wilayah DAS ini termasuk dalam kategori

lahan kritis (BKPH XI 2006).Isu lingkungan yang paling menonjol di kawasan ini

adalah telah terjadinya alih-guna lahan dari hutan menjadi lahan pemukiman,

pertanian atau perkebunan, dan penurunan kuantitas maupun kualitas air.DAS

Brantas memiliki fungsi yang sangat penting bagi Jawa Timur mengingat 60%

produksi padi berasal dari areal persawahan di sepanjang aliran sungai. Fungsinya

kini beralih sebagai irigasi dan bahan baku air minum bagi sejumlah kota

disepanjang alirannya. Adanya beberapa gunung berapi yang aktif di bagian hulu

sungai, yaitu Gunung Kelud dan Gunung Semeru menyebabkan banyak material

vulkanik yang mengalir ke sungai ini.Hal ini menyebabkan tingkat sedimentasi di

DAS Brantas semakin meningkat. Berdasarkan peta tata guna lahan yang

diperoleh, pada bagian hulu yaitu kota Malang dan Kota Batu didominasi oleh

pemukiman dan sebagian kecil sawah irigasi. Bagian tengah yang meliputi

Kabupaten Blitar, Kabupaten Tulungagung, Kota Kediri, Kabupaten Nganjuk, dan

Kabupaten Jombang didominasi oleh sawah irigasi dan sebagian kecil pemukiman.

Bagian hilir yaitu Kota Mojokerto dan Surabaya didominasi oleh pemukiman.

Debit dan Curah Hujan

Perubahan kualitas air di sungai disebabkan oleh beberapa faktor,

diantaranya yaitu faktor debit. Schmidt – Ferguson mengklasifikasikan bahwa

bulan November sampai dengan bulan April merupakan bulan basah dengan curah

hujan yang tinggi (>100 mm) dan pada bulan Mei sampai dengan Oktober

merupakan bulan kering dengan curah hujan yang sedikit (<100 mm) (Handoko,

1993). Terdapat 4 stasiun curah hujan di DAS Brantas yaitu Stasiun Lesti Hulu

(Malang), stasiun Barek – Kisi (Blitar), stasiun Kromong (Mojokerto), dan

stasiunClumprit (Malang). Hasil data curah hujan yang diperoleh sesuai dengan

klasifikasi Schmidt – Ferguson yaitu tinggi pada bulan basah dan rendah pada

bulan kering seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2. Adapun debit maksimum

dan minimum yang terjadi seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3 yaitu debit

maksimum terjadi pada bulan Februari dan debit minimum terjadi pada bulan

Agustus. Fenomena debit maksimum dan minimum tersebut digunakan sebagai

waktu dalam menganalisis perubahan kualitas Sungai Brantas.

12

Gambar 2 Pola penyebaran rata - rata curah hujan 2007 - 2012

Gambar 3 Pola penyebaran debit tahun 2013

Adanya pengaruh debit terhadap perubahan kualitas air dibuktikan dengan

kandungan TSS tinggi pada bulan basah dan rendah pada bulan kering seperti

yang terlihat pada Gambar 6. Pola persebaran BOD dan COD cenderung

fluktuatifdan dipengaruhi oleh sumber pencemar (limbah industri dan limbah

domestik) pada daerah yang dilalui aliran sungai, sehingga kandungan BOD

maupun COD berbeda pada setiap waktunyaseperti yang ditunjukkan pada

Gambar 4 dan Gambar 5. Kurva pada Gambar 4, Gambar 5, dan Gambar 6

merupakan pola persebaran BOD, COD dan TSS terhadap waktu dengan

mengambil 3 titik pantau.Secara berturut – turut mewakili bagian hulu (titik 9),

tengah (titik 6) dan hilir (titik 3) Sungai Brantas.

Gambar 4 Kondisi BOD pada bagian hulu, tengah, dan hilir tahun 2013

0

100

200

300

400

500

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des

Cu

rah

Hu

jan

(m

m)

Bulan

Stasiun 1

Stasiun 2

Stasiun 3

Stasiun 4

020406080

100120140160

Deb

it (

m3

/det

ik)

Bulan

0.001.002.003.004.005.006.007.00

Ko

nse

ntr

asi

(m

g/l

)

Bulan

Titik 9 (hulu)

Titik 6 (tengah)

Titik 3 (hilir)

13

Gambar 5 Kondisi COD pada bagian hulu, tengah, dan hilir tahun 2013

Gambar 6 Kondisi TSS pada bagian hulu, tengah, dan hilir tahun 2013

Kualitas Air DAS Brantas

Kualitas air DAS Brantas ditentukan berdasarkan parameter – parameter

dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001. Data sekunder kualitas air

diperoleh dari Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur tahun 2013 yang

sudah melakukan pengukuran kualitas air dengan pengambilan sampel air pada

setiap titik pantau.

Pembagian aliran sungai Brantas dalam penelitian ini dibagi menjadi 3

wilayah, antara lain :

1. Bagian Hulu : Kabupaten Malang – Waduk Sutami

2. Bagian Tengah : Kabupaten Blitar – Kabupaten Mojokerto

3. Bagian Hilir : Kota Mojokerto – Kota Surabaya

Titik pengukuran yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Provinsi

Jawa Timur sebanyak 24 titik, yang tersebar dari hulu Sungai Brantas di

Kabupaten Malang sampai dengan Hilir Kota Surabaya, namun dalam skripsi ini

titik pemantauan yang diambil sebanyak 9 titik dengan masing – masing 3 titik

yang mewakili bagian hulu, tengah, dan hilir. Penentuan titik – titik tersebut

dibuat karena ingin melihat fenomena yang terjadi karena perubahan alam atau

karena keadaan alam disekitar DAS Brantas, serta ingin mengetahui pola

perubahan kualitas air dan hubungannya terhadap jarak dari hulu sampai dengan

hilir. Pola perubahan ini dibuat dengan menggunakan grafik regresi polinomial

0

5

10

15

20

Ko

nse

ntr

asi

(m

g/l

)

Bulan

Titik 9 (hulu)

Titik 6 (tengah)

Titik 3 (hilir)

0

200

400

600

800

1000

Ko

nes

ntr

asi

(m

g/l)

Bulan

Titik 9 (hulu)

Titik 6 (tengah)

Titik 3 (hilir)

14

dengan jarak sebagai variabel x dan parameter kualitas air sebagai variabel y.

Hasil dari Permodelan tersebut diperoleh suatu persamaan yang bisa digunakan

dalam menentukan kualitas air pada suatutitik yang tidak dilakukan sampling.

Digitasi untuk menentukan jarak titik – titik pemantauan dari garis pantaidengan

menggunakan software Google Earth dan ArcGIS versi 10.

Parameter yang digunakan untuk pembuatan model adalah parameter BOD,

COD, dan TSS. Parameter BOD dan COD dipilih karena merupakan parameter

kunci dalam menentukan tingkat pencemaran air dilihat dari banyaknya jumlah

oksigen yang digunakan bahan organik untuk metabolisme kehidupannya. Nilai

BOD dan COD berbanding terbalik dengan jumlah oksigen di dalam air. Semakin

tinggi jumlah BOD dan COD maka semakin buruk kualitas air karena jumlah

oksigen yang terkandung dalam air semakin sedikit.

Total Suspended Solid (TSS) dipilih karena nilai TSS dapat mengetahui

seberapa total zat padat yang tidak terlarut dalam air. TSS dapat menentukan

tingkat sedimentasi suatu perairan. Semakin tinggi TSS maka semakin tinggi juga

sedimentasi yang terdapat di perairan tersebut. sedimentasi yang ada di air bisa

berasal dari limbah pertanian, peternakan, dan perkebunan yang banyak terdapat

di sepanjang aliran sungai. Erosi juga mempengaruhi tingkat sedimentasi. Berikut

adalah pola perubahan kualitas air di DAS Brantas yang disajikan dalam grafik

regresi polinomial.

Pola Penyebaran BOD dan COD di DAS Brantas

Gambar 7 Pola penyebaran BOD dan COD terhadap jarak dari hulu sampai

dengan hilir sungai pada bulan Februari 2013

Pola persebaran BOD dan COD terhadap jarak titik pantau dari hulu

sampai dengan hilir bulan Februari 2013 didapat model matematis perubahan

kualitas air sebagai berikut :

1. Parameter BOD adalah y = 2.543 + 1.42E-05 x - 2.11E-10 x2 + 1.21E-15x

3

–2.16E-21 x4 dengan nilai R

2 = 0.88

2. Parameter COD adalah y = 4.96438+ 0.0002014x–6.4E-09x2+7.011E-14

x3-3.5E-19 x

4+8.2E-25x

5– 7.6E-31x

6 dengan nilai R

2 = 0.99

R² = 0.88

R² = 0.99

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00

0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000

Ko

nse

ntr

asi

(m

g/l

)

Jarak dari garis pantai (m)

BOD

COD

Poly.(BOD)Poly.(COD)

15

Gambar 8 Pola penyebaran BOD dan COD terhadap jarak dari hulu sampai

dengan hilir pada bulan Agustus 2013

Pola penyebaran BOD dan COD terhadap jarak titik pantau dari hulu sampai

dengan hilir bulan Agustus 2013 didapat model matematis perubahan kualitas air

sebagai berikut :

1. Parameter BOD adalah y = 4.398 – 4.64E-05 x –2.3E-10 x2+ 1.86E-14 x

3–

1.7E-19 x4+5.95E-25 x

5–7.1E-31 x

6 dengan nilai R

2 = 0.95

2. Parameter COD adalah y = 12.793 – 0.00045x + 1.48E-08x2 – 1.9E-13x

3 +

1.17E-18x4 – 3.4E-24x

5 + 3.69E-30x

6 dengan nilai R

2 = 0.88

Berdasarkan hasil permodelan yang terbentuk pada bulan Februari,terlihat

bahwa pola persebaran BOD dari hulu sampai dengan hilir cenderung stabil,

sedangkan pola persebaran COD mengalami fluktuatif dari hulu sampai dengan

hilir, dimana nilai COD pada bagian hulu mengalami peningkatan dan turun pada

bagian tengah, kemudian kembali naik pada bagian hilir.Hasil permodelan yang

diperoleh pada bulan Agustus, terlihat bahwa pola persebaran BOD maupun COD

cenderung fluktuatifdari hulu sampai dengan hilir. Nilai COD yang terjadi pada

perubahan kualitas air nilainya cenderung lebih tinggi dari nilai BOD karena

bahan yang stabil (tidak terurai) dalam uji BOD, namun dapat teroksidasi dalam

uji COD. Umumnya, besar nilai COD dua kali lipat dari nilai BOD karena

senyawa kimia yang dapat dioksidasi secara kimiawi lebih besar dibandingkan

dengan oksidasi secara biologis.

Keberadaan bahan organik dapat berasal dari alam maupun dari aktivitas

rumah tangga dan industri. Semakin besar nilai BOD atau COD, maka semakin

tinggi tingkat pencemaran suatu perairan. Berdasarkan pola penyebaran BOD dan

COD terhadap jarak dari bulan Januari sampai dengan Desember terlihat bahwa

pola penyebarannya cenderung fluktuatif dan tidak terpengaruh terhadap jarak.

Perubahan kualitas air sangat berpengaruh terhadap sumber pencemar. Sumber

pencemar bisa berasal dari limbah industri maupun limbah domestik. Selain itu,

perubahan kualitas air juga dipengaruhi oleh debit seperti yang terlihat pada

gambar 7 dan gambar 8, dimana kandungan BOD dan COD lebih besar pada saat

debit minimum dibandingkan debit maksimum, karena semakin besar nilai debit

dapat mempengaruhi proses pengenceran kandungan polutan di badan sungai.

R² = 0.95

R² = 0.88

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000

Ko

nse

ntr

asi

(m

g/l

)

Jarak dari garis pantai (m)

BOD

COD

Poly. (BOD)

Poly. (COD)

16

Pola Penyebaran Total Suspended Solid (TSS) di DAS Brantas

Gambar 9 Pola penyebaran TSS terhadap jarak dari hulu sampai dengan

hilir sungai pada bulan Februari 2013

Gambar 10 Pola penyebaran TSS terhadap jarak dari hulu sampai dengan

hilir sungai pada bulan Agustus 2013

Pola persebaran TSS terhadap jarak titik pantau dari hulu sampai dengan

hilir bulan Februari dan Agustus 2013 didapat model matematis perubahan

kualitas air sebagai berikut :

1. y = 35.334 – 0.04002 x – 1.3E-06 X2 + 1.5E-11 X

3 – 8.7E-17 X

4 + 2.3E-22

X5 – 2.3E-28 X

6dengan nilai R

2 = 0.98

2. y=139.05- 0.0077x+1.72E-07x2-1.8E-12 X

3 +8.9E-18 x

4–2.2E-23x

5- 2.1E-29

X6 dengan nilai R

2 = 0.96

Pola perubahan TSS dari hulu sampai dengan hilir pada saat debit

maksimum dan minimum memiliki pola persebaran yang fluktuatif. Seperti

halnya pola persebaran BOD dan COD, pola persebaran TSS juga tidak

terpengaruh terhadap perubahan jarak. Nilai TSS terpengaruh terhadap adanya

sumber pencemar dan debit sungai. Adanya pengaruh sumber pencemar

disebabkan oleh pencemaran limbah pertanian, perkebunan, dan peternakan

sepanjang aliran Sungai Brantas, sedangkan adanya dampak nilai suatu debit

sungai yaitu mempengaruhi tingkat erosi yang terjadi di sepanjang aliran Sungai

Brantas, dimana semakin besar nilai suatudebit sungai, maka akan berbanding

lurus dengan tingkat erosi dan besarnya sedimentasi yang terjadi.Tingginya nilai

TSS pada bagian hilir disebabkan oleh akumulasi sedimentasi dari bagian hulu

R² = 0.9811

-100.00

0.00

100.00

200.00

300.00

400.00

500.00

0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000

Ko

nse

ntr

asi

(m

g/l

)

Jarak dari garis pantai (m)

TSS

Poly. (TSS)

R² = 0.9608

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

140.00

0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000

Ko

nse

ntr

asi

(m

g/l

)

Jarak dari garis pantai (m)

TSS

Poly. (TSS)

17

dan bagian tengah. Berdasarkan hal tersebut mengindikasikan bahwa tingkat

sedimentasi di Kota Surabaya sangat besar.

Berdasarkan hasil data kualitas air yang didapatkan dari permodelan BOD,

COD, dan TSS terhadap jarak, dapat ditentukan kelas air dari masing – masing

parameter yang dibandingkan dengan Peraturan Pemerintah Tahun Nomor 82

2001 tentang kualitas air seperti yang dipaparkan pada tabel 2 dan tabel 3 sebagai

berikut:

Tabel 2 Kelas air berdasarkan parameter BOD, COD, dan TSS bulan Februari dan

Agustus 2013

Bulan Bagian BOD (mg/l) COD (mg/l) TSS (mg/l) Kelas

Februari

Hulu 3.26 - 3.48 6.08 - 8.48 12.61 - 134.32 III

Tengah 2.87 - 3.46 4.14 - 8.50 2.89 - 170.33 III

Hilir 2.54 - 2.87 4.98 - 6.96 144.17 - 438.26 III

Agustus

Hulu 1.70 - 3.40 11.04–13.54 16.29–54.30 III

Tengah 3.39 - 4.99 11.96–16.01 1.81–21.86 III

Hilir 2.30 - 4.39 8.20 - 12.74 13.29–131.46 III Sumber : Hasil Analisis

Membandingkan hasil model dengan Peraturan Pemerintah Nomor 82

Tahun 2001 bertujuan untuk mengetahui kelas air Sungai Brantas berdasarkan

kualitas airnya untuk parameter fisika (TSS) dan kimia (BOD dan COD).

Darihasil yang diperoleh pada Tabel 2 dapat diketahui bahwa pada tahun 2013ada

beberapa wilayah sepanjang aliran Sungai Brantas dari hulu sampai dengan hilir

yang ditinjau pada saat kondisi debit maksimum dan debit minimum, Sungai

Brantastermasuk dalam klasifikasi kualitas air kelas III. Sesuai dengan hasil yang

diperoleh, maka air Sungai Brantas pemanfaatannya sesuai untukbudidaya ikan air

tawar, peternakan, untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukkan lain yang

mempersyaratkan mutu air sama dengan kegunaan tersebut, Selain itu Sungai

Brantas juga bisa digunakan sebagai sumber air baku atau untuk keperluan suplai

air industri setelah terlebih dahulu diolah untuk menaikkanmutu kelas airnya.

SIMPULAN DANSARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan parameter kualitas air

yang terdiri dari BOD, COD, dan TSS di bagian hulu, tengah, dan hilir Daerah

Aliran Sungai (DAS) Brantas memiliki kondisi sebagai berikut:

1. Berdasarkan baku mutu Air PP No. 82 Tahun 2001, pada saat

debitmaksimum dan debit minimum kualitas air di Sungai Brantas

dengan parameter BOD, COD, dan TSS pada bagian hulu, tengah, dan

hilir termasuk dalam kualitas air kelas III.

2. Perubahan kualitas air berdasarkan parameter BOD, COD, dan TSS

tidak terpengaruh oleh jarak dari garis pantai, namun dipengaruhi oleh

adanya sumber pencemar pada daerah yang dilalui aliran Sungai Brantas.

18

Sumber pencemar berupa limbah industri, domestik, pertanian,

perkebunan, dan peternakan.

3. Model perubahan kualitas air DAS Brantas pada debit maksimum

(Februari) 2013 untuk parameter BOD adalah y = 2.543 + 1.42E-05 x -

2.11E-10 x2 + 1.21E-15x

3 – 2.16E-21 x

4 dengan nilai R

2 = 0.88,

parameter COD adalah y = 4.96438+ 0.0002014x–6.4E-09x2+7.011E-14

x3-3.5E-19 x

4+8.2E-25x

5– 7.6E-31x

6 dengan nilai R

2 = 0.99dan TSS

adalah y = 35.334 – 0.04002 x – 1.3E-06 X2 + 1.5E-11 X

3 – 8.7E-17 X

4

+ 2.3E-22 X5 – 2.3E-28 X

6dengan nilai R

2 = 0.98

4. Model perubahan kualitas air DAS Brantas pada debit minimum

(Agustus) 2013 untuk parameter BOD adalah adalah y = 4.398 – 4.64E-

05 x – 2.3E-10 x2 + 1.86E-14 x

3 – 1.7E-19 x

4+ 5.95E-25 x

5 – 7.1E-31 x

6

dengan nilai R2 = 0.94, parameter COD adalah y = 12.793 – 0.00045 x +

1.48E-08 x2 – 1.9E-13 x

3 + 1.17E-18x

4 – 3.4E-24x

5 + 3.69E-30x

6

dengan nilai R2 = 0.87 dan TSS adalah y = 139.05- 0.0077x+1.72E-

07x2-1.8E-12 X

3 +8.9E-18 x

4– 2.2 E-23x

5- 2.1E-29 X

6 dengan nilai R

2 =

0.96

Saran

1. Diperlukan penggalakan secara aktif melalui program pemerintah terkait

dengan kualitas air sungai seperti Program Kali Bersih (PROKASIH)

agar dapat memperbaiki kualitas air Sungai Brantas

2. Perlu adanya tindakan konservasi air secara proaktif untuk mencegah

penurunan kualitas air dan memelihara kesinambungan wilayah DAS

dari hulu sampai dengan hilir

3. Penyuluhan lingkungan terutama tentang pengelolaan DAS perlu lebih

digiatkan agar penduduk yang berada di sepanjang DAS mengerti dan

menyadari tentang perlunya menjaga kualitas air sehingga tidak

menggunakan sungai sebagai sarana MCK, membuang limbah domestik,

dan tindakan lain yang dapat menyebabkan menurunnya kualitas air

sungai.

4. Perlu adanya penegakan hukum terkait DAS Brantas terutama terhadap

industri yang dengan sengaja membuang limbah secara langsung ke

sungai tanpa adanya pengolahan melalui IPAL terlebih dahulu.

19

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, R. 2004. Kimia Lingkungan. ANDI. Yogyakarta

Angel, H. and Wolseley, P. 1992. The Family of Water Naturalist. London:

Bloomsbury Books

[APHA] American Public Health Assosiation. 1998. Standard Methods for The

Examinations of Water and Wastewater. 20th Edition. APHA. AWWA

(American Water Works Association) dan WEF (Water Environment

Federation). United Book Press Inc. Maryland, US. 4 – 144 h.

Asdak, C. 2004. Hidologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Hidrologi.

Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

[BLH] Badan Lingkungan Hidup. 2011. Pemantauan Kualitas Air Sungai Brantas.

Jawa Timur : BLH

Boyd, C. E. 1982. Water Quality in Ponds for Agriculture. Alabama, USA :

Agricultural Experiment Station, Auburn University.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius. Yogyakarta

Fadlilillah, M.I. 2010. Model Matematis Perubahan Kualitas Air Di DAS Citarum

[skripsi].Jawa Barat. IPB. Bogor

Handoko. 1993. Klimatologi Dasar. Pustaka Jaya. Bogor

[KLH] Kementrian Lingkungan Hidup. 2001. Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

Pengendalian Pencemaran Air. Kementrian Lingkungan Hidup Republik

Indonesia. Jakarta

Kristanto, P. 2002. Ekologi Industri. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Moriber, G. 1974. Environmental Science. Allyn and Bacon. Michigian

University. Ann Arbor

Miller, G.J. dan Connel, D.W. 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran. UI

Press. Jakarta.

Pusat Pengolahan Data dan Statistika. 1985. Analisis Regresi. Litbang Pertanian.

Jakarta

Sembiring, R.K. 1995. Analisis Regresi. ITB. Bandung

Sugiharto. 1987. Dasar – dasar Pengelolaan Air Limbah. Edisi Pertama. UI Press.

Jakarta

Turk, J, and Turk, A. 1984. Environmental Science. Third Edition. Saunders

College Publishing. Philadelphia

Vesilind. P. A, Pierce J.J dan Weiner, R.T. 1990. Environmental Pollution and

Control. Butterworth-Heineman Inc. Boston US.

Wardoyo, S. T.H. 1981. Kriteria Kualitas Air Sungai untuk Keperluan Pertanian

dan Perikanan. Makalah Training Amdal Kerjasama PPLH-UNDP-PUSDI

PSL-IPB.Bogor

20

Lampiran 1 Peta tata guna lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas dengan skala 1:25000

20

21

Lampiran 2 Peta lokasi 9 titik sampling kualitas air di Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas

21

22

Lampiran 3 Jarak Titik sampling di Sungai Brantas dari garis pantai

Titik Lokasi Koordinat Jarak (meter)

1 Jembatan Petekan S 07013'19.9" E 112044'17.1" 2872

2 Bendungan Gunungsari S 07018'29.1" E 112043'10.7" 16703

3 Tambangan Cangkir S 07021'56.6" E 112037'57.6" 30181

4 Jembatan Padangan S 07027'33.1" E 112025'55.5" 59767

5 Jembatan Meritjan S 07046'56.5" E 112000'31.0" 136945

6 Jembatan Kademangan S 08008'23.3" E 112008'47.4" 200891

7 Jembatan Sengguruh S 08010'55.5" E 112032'47.7" 257474

8 Jembatan Dinoyo S 07056'22.4" E 112036'42.9" 296665

9 Jembatan Pendem S 07054'10.5" E 112034'31.52" 304100 Sumber : Hasil pengukuran dengan menggunakan software Arcmap versi 10 dan google earth

Lampiran 4 Baku mutu peraturan pemerintah nomor 82 tahun 2001

Parameter Kelas I

(mg/l)

Kelas II

(mg/l)

Kelas III

(mg/l)

Kelas IV

(mg/l)

BOD 2 3 6 12

COD 10 25 50 100

TSS 50 50 400 400 Sumber : Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001

Lampiran 5 Data Debit dan rata – rata curah hujan di DAS Brantas

Bulan Debit

(m3/detik)

Curah Hujan (mm)

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4

Januari 123 325.22 262.50 387.81 387.81

Februari 142 286.68 281.15 474.28 474.28

Maret 131 350.30 319.98 374.37 374.37

April 119 302.15 366.46 271.43 271.43

Mei 65 121.12 201.95 150.95 150.95

Juni 19 29.05 71.40 35.02 35.02

Juli 9 24.38 32.60 14.60 14.60

Agustus 5 16.25 23.10 22.10 22.10

September 10 49.21 44.033 44.98 44.98

Oktober 25 98.01 141.88 91.77 91.77

Nopember 66 263.16 419.15 206.35 206.35

Desember 11 390.05 382.75 347.47 347.47 Sumber : BPDAS Brantas dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

23

Lampiran 6 Kualitas air (BOD, COD, dan TSS) di DAS Brantas bulan Februari

2013

Lokasi Sampling BOD (mg/l) COD (mg/l) TSS (mg/l)

Jembatan Pendem 3.26 6.08 82.2

Jembatan Dinoyo 3.00 6.72 87.6

Jembatan Sengguruh 3.58 8.32 60.40

Jembatan Kademangan 3.19 8.00 53.20

Jembatan Meritjan 2.90 5.12 70.80

Jembatan Padangan 2.89 5.44 155.00

Jembatan Cangkir 2.80 6.72 452.00

Bendungan Gunungsari 2.72 7.04 392.00

Jembatan Petekan 2.59 5.44 142.00 Sumber : Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur 2013

Lampiran 7 Kualitas air (BOD, COD, dan TSS) di DAS Brantas bulan Agustus

2013

Lokasi Sampling BOD (mg/l) COD (mg/l) TSS (mg/l)

Jembatan Pendem 2.63 12.20 35.50

Jembatan Dinoyo 2.73 12.80 44.00

Jembatan Sengguruh 3.58 13.10 12.00

Jembatan Kademangan 3.92 16.00 8.00

Jembatan Meritjan 5.03 11.50 9.00

Jembatan Padangan 2.97 11.20 14.00

Tambangan Cangkir 3.02 7.04 27.00

Bendungan Gunungsari 3.88 9.28 39.60

Jembatan Petekan 4.17 11.50 122.00 Sumber : Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur 2013

Lampiran 8 Pola penyebaran BOD, COD, dan TSS bulanan tahun 2013

Januari

R² = 0.9344

R² = 0.5781

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000

Ko

nse

ntr

asi

(m

g/l

)

Jarak (m)

BOD

COD

Poly. (BOD)

Poly. (COD)

24

Maret

April

R² = 0.9872

-500.00

0.00

500.00

1000.00

1500.00

2000.00

0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000

Ko

nse

ntr

asi

(m

g/l

)

Jarak (m)

TSS

Poly. (TSS)

R² = 0.8987

R² = 0.7584

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000

Ko

nse

ntr

asi

(m

g/l

)

Jarak (m)

BOD

COD

Poly. (BOD)

Poly. (COD)

R² = 0.8176

-200.00

-100.00

0.00

100.00

200.00

300.00

400.00

500.00

600.00

700.00

0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000

Ko

nse

ntr

asi

(m

g/l

)

Jarak (m)

TSS

Poly. (TSS)

R² = 0.9695

R² = 0.8143

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000

Ko

nse

ntr

asi

(m

g/l

)

Jarak (m)

BOD

COD

Poly. (BOD)

Poly. (COD)

25

Mei

Juni

R² = 0.9378

0.00

50.00

100.00

150.00

200.00

250.00

0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000

Ko

nse

ntr

asi

(m

g/l

)

Jarak (m)

TSS

Poly. (TSS)

R² = 0.7919

R² = 0.9416

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000

Ko

nse

ntr

asi

(m

g/l

)

Jarak (m)

BOD

COD

Poly. (BOD)

Poly. (COD)

R² = 0.9152 0.00

50.00

100.00

150.00

200.00

250.00

300.00

350.00

0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000

Ko

nse

ntr

asi

(m

g/l)

Jarak (m)

TSS

Poly. (TSS)

R² = 0.8186

R² = 0.7929

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000

Ko

nse

ntr

asi

(m

g/l

)

Jarak (m)

BOD

COD

Poly. (BOD)

Poly. (COD)

26

Juli

September

R² = 0.8893

-50.00

0.00

50.00

100.00

150.00

200.00

250.00

300.00

0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000

Ko

nse

ntr

asi

(m

g/l

)

Jarak (m)

TSS

Poly. (TSS)

R² = 0.95

R² = 0.97

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

16.00

0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000

Ko

nse

ntr

asi

(m

g/l

)

Jarak (m)

BOD

COD

Poly.(BOD)

R² = 0.9895

0.0010.0020.0030.0040.0050.0060.0070.0080.0090.00

100.00

0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000

Ko

nse

ntr

asi

(m

g/l

)

Jarak (m)

TSS

Poly.(TSS)

R² = 0.9512

R² = 0.9498

0

5

10

15

20

0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000

Ko

nse

ntr

asi

(m

g/l

)

Jarak (m)

BOD

COD

Poly. (BOD)

Poly. (COD)

27

Oktober

November

R² = 0.9455

0

10

20

30

40

50

60

0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000

Ko

nse

ntr

asi

(m

g/l

)

Jarak (m)

TSS

Poly. (TSS)

R² = 0.4683

R² = 0.4473

02468

10121416

0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000

Ko

nse

ntr

asi

(m

g/l

)

Jarak (m)

BOD

COD

Poly. (BOD)

Poly. (COD)

R² = 0.9454

0

10

20

30

40

50

60

70

0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000

Ko

nse

ntr

asi

(m

g/l

)

Jarak (m)

TSS

Poly. (TSS)

R² = 0.8114

R² = 0.7536

0

5

10

15

20

0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000

Ko

nse

ntr

asi

(m

g/l

)

Jarak (m)

BOD

COD

Poly. (BOD)

Poly. (COD)

28

Desember

R² = 0.9853

0

50

100

150

200

250

300

0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000

Ko

nse

ntr

asi

(m

g/l

)

Jarak (m)

TSS

Poly. (TSS)

R² = 0.6485

R² = 0.6738

02468

10121416

0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000

Ko

nse

ntr

asi

(m

g/l

)

Jarak (m)

BOD

COD

Poly. (BOD)

Poly. (COD)

R² = 0.9601

-200

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000

Ko

nse

ntr

asi

(m

g/l

)

Jarak (m)

TSS

Poly. (TSS)

29

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di DKI Jakarta pada tanggal 6 Juli 1992

dari pasangan Bapak Mulyono dan Ibu Rochyat Isbiyanti.

Penulis adalah putra kedua dari dua bersaudara, adik dari

Fajar Rochyadi Eko Wibowo. Pada tahun 2007 penulis lulus

dari SMPN 174 SSN Jakarta dan diterima di SMAN 58

Jakarta. Penulis lulus SMA pada tahun 2010 dan pada tahun

yang sama penulis diterima di IPB melalui jalur Undangan

Seleksi Masuk IPB (USMI) di Departemen Teknik Sipil dan

Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian.

Selama menjadi mahasiswa IPB, penulis menjadi asisten praktikum

Bangunan Konservasi Tanah dan Air Tanah pada tahun ajaran 2012/2013. Pada

tahun 2011 sampai dengan 2012 penulis aktif menjadi anggota Departemen

Hubungan Eksternal (Hubeks) Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil dan

Lingkungan (HIMATESIL). Penulis juga aktif dalam kepanitiaan acara yang

diselenggarakan oleh himpunan mahasiswa selama tahun 2011 – 2013.

Penulis melaksanakan praktik lapang pada bulan Juli – Agustus 2013 di

Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung – Cisadane dengan judul “Pengaruh Iklim

dan Curah Hujan terhadap Debit di Sungai Ciliwung.” Pada bulan Mei 2014

penulis menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Model Matematis Perubahan

Kualitas Air Sungai (BOD, COD, dan TSS) Terhadap Jarak Di Daerah Aliran

Sungai (DAS) Brantas, Jawa Timur.”