Bobot Badan Terhadap Pumur Produksi Ayam Petelur (Abdul Malik)

6
Malik dan Rahmawati Jurnal Protein Pengaruh Seleksi Bobot Badan Terhadap Umur Puncak Produksi Ayam Petelur Abdul Malik* dan Tiwuk Rahmawati** * Jurusan Peternakan Fakultas Peternakan – Perikanan, Universitas Muhammadiyah Malang ** Alumni Peternakan, Jurusan Peternakan Fakultas Peternakan – Perikanan UMM. ABSTRACT The Influence of Body Weight Selection to Laying Egg’s Peak Production Background: Breed, feed, and management were the factors that influence the farming successfulness. The control of hens body weight on the beginning of raise usually were ignored by farmer. The purpose of this research were to know the selected and non-selected body weight of layer on 8 week and 16 week old into the peak of egg production. Methods : The material that used in the research were layer from ISA strain.The method that was used were survey method and the data that would be analyzed by “t” test. Result : The result of this research shown that the selected layer have more uniform body weight. The age of the peak production was reached earlier on layer that selected at 23-24 week old and the peak of production was achieved 94% HDP. It was suggested to the breeder that body weight selection were done at 8 week and 16 week old by weighing totally so the chicken have standart on body weight. Key words : peak production, body weight, selection ABSTRAK Latar Belakang : Keberhasilan usaha peternakan ditentukan oleh tiga faktor yaitu bibit, pakan dan manajemen pemeliharaan. Salah satu faktor yang kurang diperhatikan oleh peternak adalah pengawasan dan pengontrolan pada faktor manajemen, yaitu pengontrolan bobot badan dan seleksi. Peternak jarang yang memperhatikan bobot badan awal pemeliharaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat keseragaman bobot badan ayam petelur yang dilakukan seleksi dengan yang tidak dilakukan seleksi terhadap puncak produksi dan perbedaan puncak produksi dari peternakan yang tidak melakukan seleksi bobot badan. Metode : Materi yang digunakan adalah ayam petelur strain ISA periode layer. Metode yang digunakan adalah metode survey dan data yang yang diperoleh dianalisis dengan uji t. Kesimpulan : Hasil penelitian menunjukkan ayam yang dilakukan seleksi puncak produksi lebih cepat yaitu tercapai pada umur 23 sampai 24 minggu dengan HDP puncak produksi sebesar 94%. Disarankan kepada praktisi untuk melakukan seleksi bobot badan pada umur 8 dan 16 minggu dengan melakukan penimbangan secara total sehingga diketahui ayam ayam yang bobot badannya tidak standart. Dengan demikian 12 4

description

makalah

Transcript of Bobot Badan Terhadap Pumur Produksi Ayam Petelur (Abdul Malik)

Page 1: Bobot Badan Terhadap Pumur Produksi Ayam Petelur (Abdul Malik)

Malik dan Rahmawati Jurnal Protein

Pengaruh Seleksi Bobot Badan Terhadap Umur Puncak Produksi Ayam Petelur

Abdul Malik* dan Tiwuk Rahmawati*** Jurusan Peternakan Fakultas Peternakan – Perikanan, Universitas Muhammadiyah Malang ** Alumni Peternakan, Jurusan Peternakan Fakultas Peternakan – Perikanan UMM.

ABSTRACT

The Influence of Body Weight Selection to Laying Egg’s Peak Production

Background: Breed, feed, and management were the factors that influence the farming successfulness. The control of hens body weight on the beginning of raise usually were ignored by farmer. The purpose of this research were to know the selected and non-selected body weight of layer on 8 week and 16 week old into the peak of egg production. Methods : The material that used in the research were layer from ISA strain.The method that was used were survey method and the data that would be analyzed by “t” test. Result : The result of this research shown that the selected layer have more uniform body weight. The age of the peak production was reached earlier on layer that selected at 23-24 week old and the peak of production was achieved 94% HDP. It was suggested to the breeder that body weight selection were done at 8 week and 16 week old by weighing totally so the chicken have standart on body weight.

Key words : peak production, body weight, selection

ABSTRAK

Latar Belakang : Keberhasilan usaha peternakan ditentukan oleh tiga faktor yaitu bibit, pakan dan manajemen pemeliharaan. Salah satu faktor yang kurang diperhatikan oleh peternak adalah pengawasan dan pengontrolan pada faktor manajemen, yaitu pengontrolan bobot badan dan seleksi. Peternak jarang yang memperhatikan bobot badan awal pemeliharaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat keseragaman bobot badan ayam petelur yang dilakukan seleksi dengan yang tidak dilakukan seleksi terhadap puncak produksi dan perbedaan puncak produksi dari peternakan yang tidak melakukan seleksi bobot badan. Metode : Materi yang digunakan adalah ayam petelur strain ISA periode layer. Metode yang digunakan adalah metode survey dan data yang yang diperoleh dianalisis dengan uji t. Kesimpulan : Hasil penelitian menunjukkan ayam yang dilakukan seleksi puncak produksi lebih cepat yaitu tercapai pada umur 23 sampai 24 minggu dengan HDP puncak produksi sebesar 94%. Disarankan kepada praktisi untuk melakukan seleksi bobot badan pada umur 8 dan 16 minggu dengan melakukan penimbangan secara total sehingga diketahui ayam ayam yang bobot badannya tidak standart. Dengan demikian diperoleh ayam-ayam yang bobot badannya seragam sehingga dapat bertelur serempak dan cepat mencapai puncak produksi.

Kata Kunci: puncak produksi, seleksi, bobot badan

124

Page 2: Bobot Badan Terhadap Pumur Produksi Ayam Petelur (Abdul Malik)

Malik dan Rahmawati Jurnal Protein

PENDAHULUAN

Keberhasilan usaha peternakan ditentukan oleh tiga faktor yaitu bibit, pakan dan manajemen pemeliharaan. Ketiga faktor tersebut merupakan satu kesatuan yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan usaha peternakan unggas, dimana masing-masing faktor berperan sebesar 20% bibit, 30% pakan dan manajemen sebesar 50%.6

Keberhasilan usaha peternakan ayam sangat tergantung dari bagaimana pelaksanaan pemeliharaan yang tepat dan cermat karena pemeliharaan yang keliru atau tidak tepat pada masa awal (starter), masa pertumbuhan (grower) dan produksi (layer), maka produksi yang dihasilkan akan tidak bisa maksimal.

Salah satu faktor yang kurang diperhatikan oleh peternak adalah pengawasan dan pengontrolan pada faktor manajemen, yaitu pengontrolan bobot badan dan seleksi. Peternak jarang yang memperhatikan bobot badan awal pemeliharaan. Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan dari unggas apakah sudah sudah sesuai dengan standart dari strainnya atau tidak, maka perlu dilakukan penimbangan secara rutin,3

Seleksi pada ayam pullet sangat penting dilakukan pada semua peternakan, karena dengan seleksi kita memperoleh ayam-ayam yang seragam dalam hal performan (Anonimous, 2005). Seandainya melakukan penimbangan biasanya cukup mengambil sample 10% jarang yang melakukan penimbangan secara total. Padahal penimbangan secara total akan mempunyai keuntungan yaitu bisa langsung dilakukan seleksi yaitu ayam-ayam yang bobot badannya kurang dari standar dan melebihi standart disisihkan tersendiri. Kemudian masing-masing mendapat perlakuan tersendiri dengan target menjelang produksi mendapat bobot badan yang seragam, sehingga ayam dapat berproduksi secara bersamaan dan puncak produksi dapat dicapai lebih awal dan lebih tinggi. Ayam yang bobot badannya kurang dari standart bisa dipacu dengan meningkatkan kandungan nutrisi/protein pakan sedangkan ayam bobot badannya melebihi standart diberi pakan dengan mengurangi kandungan proteinnya (Leeson, S., dan J.D. Summers, 1997).

Berbeda dengan ayam-ayam yang tidak dilakukan seleksi/penimbangan secara total dan hanya melakukan penimbangan sample 10% dari jumlah ayam. Ayam yang dihasilkan tidak akan bisa seragam, sehingga dewasa kelamin juga tidak dapat tercapai secara bersamaan. Akibat

selanjutnya adalah ayam akan mengalami awal produksi yang tidak sama pula. Dengan melakukan seleksi bobot badan maka bobot badan ayam yang dihasilkan akan seragam sehingga ternak akan mengalami dewasa kelamin secara bersamaan dan ini akan memungkinkan ayam memulai bertelur pada waktu yang bersamaan tepat pada waktunya. Dampak selanjutnya adalah puncak produksi dicapai lebih awal dan lebih maksimal.

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Materi Penelitian

Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam petelur strain ISA di dua peternakan yang melakukan manajemen seleksi terhadap ayamnya berbeda, yaitu peternak yang melakukan kontrol bobot badan dan peternak yang tidak melakukan kontrol bobot badan.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang dugunakan adalah metode survey dengan mengambil data di dua peternak yang melakukan manajemen seleksi bobot badan yang berbeda. Data yang diperoleh berupa data primer dan skunder. Data yang meliputi umur puncak produksi dan HDP.

Data yang diperoleh dilakukan analisis untuk membandingkan umur puncak produksi antara dua manajemen yang berbeda dengan menggunakan uji “t”.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Umur Puncak ProduksiSetelah memasuki umur 18 minggu

ayam petelur mempunyai pertumbuhan yang baik, organ reproduksinya sudah dewasa ditandai dengan berkembangnya kelamin skunder ayam betina yaitu jengger dan pial mulai memerah, mata bersinar, dan postur tubuh sebagai ayam petelur mulai terbentuk% (North, M.O. dan D.D. Bell, 1990). Ayam dewasa kelamin pada umur 19 minggu dan ditandai dengan telur pertama. Pada prinsipnya produksi akan meningkat dengan cepat pada bulan-bulan pertama dan mencapai puncak produksi pada umur 7 sampai 8 bulan (Malik, A., 2003).

Dari data terlihat bahwa umur puncak produksi terjadi perbedaan yang sangat

125

Page 3: Bobot Badan Terhadap Pumur Produksi Ayam Petelur (Abdul Malik)

Vol.13.No.1.h.2006 Pengaruh Seleksi Bobot Badan

menyolok antara ayam yang dilakukan seleksi bobot badan dengan ayam yang tidak dilakukan seleksi. Pada ayam yang dilakukan manajemen seleksi umur puncak produksi dicapai pada umur 23,8 minggu, sedangkan yang tidak diseleksi umur puncak produksi dicapai pada umur 37,6 minggu. Dari hasil perrhitungan dengan menggunakan uji kesamaan rata-rata (“t”) diperoleh nilai “t: 8,44. Sedangkan menurut distribusi student

diperoleh bahwa nilai “t” adalah 2,07. dengan menggunakan taraf nyata 0,05 persen dan derajat kebebasan (dk) 23. Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai “t” berada diluar nilai distribusi student. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan umur puncak produksi dari dua pola manajemen yang berbeda. Selisih umur puncak produksi antara kedua pola manajemen seleksi bobot badan adalah sevesar 15 minggu.

Tabel 1. Umur Puncak Produksi Dari Dua Manajemen Seleksi Bobot Badan (mgg)No. Kandang Dilakukan Seleksi (mgg) Tanpa Seleksi (mgg)

1. 23 372. 24 333. 24 344. 24 335. - 346. - 397. - 408. - 379. - 3510. - 4011. - 3312. - 4113. - 4314. - 4115. - 4416. - 3817. - 3518. - 4219. - 3920. - 34

Rata-rata 23,8 37,6

Ayam yang dilakukan seleksi bobot badan maka bobot badan ayam yang dihasilkan akan seragam sehingga ternak akan mengalami dewasa kelamin secara bersamaan dan ini akan memungkinkan ayam memulai bertelur pada waktu yang bersamaan tepat pada waktunya. Dampak selanjutnya adalah puncak produksi dicapai lebih awal dan lebih maksimal.

2. Puncak ProduksiPuncak produksi adalah produksi telur

yang dihasilkan pada waktu mencapai titik

tertinggi. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi perbedaan puncak produksi dari ayam yang dilakukan seleksi dengan yang tidak dilakukan seleksi. Puncak produksi dari ayam yang diseleksi dapat dicapai dengan maksimal, yaitu mencapai puncak produksi dengan rata-rata HDP 94%. Sedangkan ayam yang tidak diseleksi puncak produksi sebesar 90% sebagaimana terlihat pada gambar 1

126

Page 4: Bobot Badan Terhadap Pumur Produksi Ayam Petelur (Abdul Malik)

Malik dan Rahmawati Jurnal Protein

Gambar 1. Grafik perbedaan laju produksi telur dari pola manajemen seleksi bobot badan fase grower.

Dari Gambar 1. terlihat ayam yang dilakukan seleksi selain produksi puncaknya lebih tinggi dari ayam yang tidak diseleksi juga kecepatan mencapai puncak produksi puncak lebih cepat, sehingga puncak produksi dicapai pada umur yang lebih singkat.Pola produksi dari ayam yang dilakukan seleksi juga lebih beraturan. Kondisi ini dikarenakan ayam yang dilakukan seleksi menghasilkan bobot badan yang seragam, dan ini berarti dewasa kelamin juga seragam, sehingga laju produksi akan cepat meningkat pada minggu pertama dan setelah mencapai titik tertinggi akan menurun secara perlahan-lahan.

KESEMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan1. Terdapat perbedaan umur puncak produksi

yang nyata antara ayam yang diseleksi dengan ayam tidak dilakukan seleksi. Ayam yang dilakukan seleksi umur puncak dicapai rata 23.8 minggu sedang yang tidak dilakukan seleksi terjadi pada umur 37,6 minggu.

2. HDP puncak produksi pada ayam yang dilakukan seleksi sebesar 94%, sedangkan yang tidak dilakukan seleksi sebesar 90%.

Saran.Berdasarkan pada hasil penelitian di atas,

maka disarankan kepada para praktisi agar melakukan seleksi bobot badan pada ayam

periode grower.Ayam yang tidak masuk standar harus diberi perlakuan khusus agar saat pullet diperoleh bobot badan yang seragam. Keseragaman bobot badan ayam akan menghasilkan puncak produksi yang tinggi dan dicapai pada awal produksi.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 2005. Budidaya Peternakan Poultry Indonesia. www.geogle.com.

Leeson, S., and J.D. Summers. 1997. Commercial Poultry Nutrition. 2 nd ed. University Books, Guelph, Ontario, Canada.

Malik, A. 2001. Manajemen Ternak Unggas. Fakultas Peternakan Perikanan. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang.

Malik, A., 2003. Dasar Ternak Unggas. Fakultas Peternakan Perikanan. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang.

National Research Council, 1994. Nutrient Requirements of Poultry. USDA, Wasington, DC.

North, M.O. and D.D. Bell. 1990. Commercial Chicken Production of the Chickens. 3 th

ed. Ithaca, N.Y

127