blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/andimudj/files/2013/11/Bab-1-2-3.docx · Web viewMakalah ini akan...
Transcript of blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/andimudj/files/2013/11/Bab-1-2-3.docx · Web viewMakalah ini akan...
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada taraf konsep paling awal, daya dukung (carryng capacity) menjelaskan
hubungan antara ukuran suatu populasi dengan perubahan dalam sumber-sumbernya tempat
bergantungnya populasi tersebut. Diasumsikan terdapat suatu ukuran populasi optimal yang
dapat ditopang oleh sumberdaya yang ada. Konsep ini dasarnya diaplikasikan untuk
menjelaskan laju stok maksimum dalam suatu area. Sangat jelas proses menentukan daya
dukung suatu lingkungan meniscayakan adanya suatu ukuran sebagai acuan untuk
menetapkan apa yang akan dioptimumkan.
Pengukuran daya dukung lingkungan didasarkan pada pemikiran bahwa lingkungan
memiliki kapasitas maksimum untuk mendukung suatu pertumbuhan organisme. Makalah ini
akan menjelaskan tentang daya dukung lingkungan pada tanaman sawi dengan berbagai
perlakuan, yakni perlakuan 1 biji, perlakuan 3 biji, perlakuan 6 biji, perlakuan 9 biji,
perlakuan 12 biji, perlakuan 15 biji dan perlakuan 18 biji.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui pengertian daya dukung lingkungan
Untuk mengetahui pengertian analisa daya dukung lingkungan
Untuk mengetahui dampak daya dukung lingkungan
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Carrying Capacity (Daya Dukung Lingkungan)
Daya dukung lingkungan pada hakekatnya adalah daya dukung lingkungan
alamiah, yaitu berdasarkan biomas tumbuhan dan hewan yang dapat dikumpulkan
dan ditangkap per satuan luas dan waktu di daerah itu. (Puspitasari, 2011).
Carrying Capacity atau Daya dukung lingkungan mengandung pengertian kemampuan
suatu tempat dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara optimum dalam periode
waktu yang panjang. Daya dukung lingkungan dapat pula diartikan kemampuan
lingkungan memberikan kehidupan organisme secara sejahtera dan lestari bagi
penduduk yang mendiami suatu kawasan. (Naufal, 2012)
Carrying capacity atau daya dukung adalah jumlah maksimum individu yang dapat
didukung atau dilayani oleh sumber daya yang ada di dalam suatu ekosistem. Dengan
kata lain, carrying capacity dapat disebut juga sebagai kemampuan lingkungan
(ekosistem) dalam mendukung kehidupan semua makhluk yang ada di dalamnya secara
berkelanjutan.
Carrying Capacity atau Daya dukung lingkungan mengandung pengertian kemampuan
suatu tempat dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara optimum dalam periode
waktu yang panjang. Daya dukung lingkungan dapat pula diartikan kemampuan
lingkungan memberikan kehidupan organisme secara sejahtera dan lestari bagi
penduduk yang mendiami suatu kawasan. Konsep daya dukung lingkungan berasal dari
pengelolaan hewan ternak dan satwa liar (Soemarwoto, 1997).
Daya Dukung yaitu Konsep dasar dalam pengelolaan lanskap dan
sumberdaya alam yangmerupakan batas penggunaan suatu area yang dipengaruhi
oleh beberapa faktor alami untuk daya tahan terhadap lingkungan. Misalnya: pangan,
tempat berlindung, air dll.
2
Gambar dibawah ini menunjukkan skema framework untuk menentukan carrying
capacity. Pengertian daya dukung dapat dilihat dari dua persepsi:
- Konteks EKOLOGI
- Konteks EKONOMI
Untuk kepentingan tertentu konsep daya dukung dapat dilihat dari
berbagai persepsi sesuai dengan kebutuhannya, misalnya: daya dukung lahan, daya
dukung ruang, dll.
2.2 Dampak Carrying Capacity
Sejarah dari pertanian di Indonesia yang mengalami perubahan-perubahan dari waktu
ke waktu. Dengan diawali sistem pertanian tradisional dan sekarang ini menuju pertanian
berkelanjutan (sustainable agriculture). Intensifikasi pertanian di lahan yang selama ini
digunakan untuk pertanian tradisional, ladang berpindah atau bentuk pertanian extensif
lainnya membutuhkan pengetahuan yang cukup mengenai sifat- sifat tanah (fisik, kimia,
biologi) serta faktor–faktor lahan lain yang diperlukan. Dengan demikian penggunaan lahan
yang tepat adalah langkah pertama dalam praktek pertanian modern, penerapan teknik
konservasi tanah dan air yang memadai, dan perencanaan penggunaan lahan yang baik.
3
Namun akibat dari pertanian intensif yang dilakukan sebelumnya baik pada masa
pertanian tradisional maupun pada saat “Revolusi Hijau” berdampak pada daya dukung dari
lahan menjadi berkurang.
Penggunaan lahan yang tepat adalah langkah pertama dalam praktek pertanian
modern, penerapan teknik konservasi tanah dan air yang memadai dan perencanaan
penggunaan lahan/tata ruang yang baik. Penggunaan lahan yang tepat adalah salah satu
bagian dari konservasi tanah dan air yang merupakan penempatan setiap bidang tanah pada
penggunaan yang sesuai dengan kemampuannya dan memperlakukannya sesuai syarat-
syarat yang diperlukan, sehingga tanah tersebut tidak rusak dan dapat menjamin
produktivitas yang tinggi secara lestari.
Dampak dari penggunaan teknologi-teknologi modern dapat mempengaruhi daya
dukung lahan dalam penggunaan bercocok tanam. Karena teknologi-teknologi modern dapat
merusak sifat fisik tanah dan mengurangi tingkat kesuburan tanah. Hal lainnya yang dapat
mempengaruhi lingkungan adalah penggunaan pestisida secara tidak bijak sehingga dapat
mencemari lingkungan baik udara, air maupun tanahnya. Hal ini yang menjadi kendala
dalam proses pendayagunaan lahan secara maksimal.
Solusi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya dukung lahan terhadap
tanaman budidaya adalah dengan cara meminimalisir input dari luar (pupuk, bibit, maupun
pestisida) dan mengurangi pengolahan tanah yang sekarang ini sangat intensif. Sistem
pertanian tersebut dapat diterapkan dengan jalan sistem pertanian berlanjut.
Terdapak dampak yang lain terhadap carrying capacity antara lain :
1. Alih fungsi lahan pertanian produktif menjadi lahan non pertanian seperti industri,
permukiman, prasarana umum, dan lain sebagainya. Secara keseluruhan, alih fungsi lahan
dari kawasan lindung menjadi kawasan budidaya (pertanian, industri, permukiman, dan
sebagainya) mencapai 50.000 ha/ tahun.
2. Penurunan secara signifikan luas hutan tropis sebagai kawasan resapan air. Pengurangan ini
terjadi baik akibat kebakaran maupun akibat penjarahan/ penggundulan. Apabila tidak
diambil langkah-langkah tepat maka kerusakan hutan akan menyebabkan run-off yang besar
pada kawasan hulu-hilir, meningkatkan resiko pendangkalan dan banjir pada wilayah hilir,
mengganggu siklus hidrologis, dan memperluas kelangkaan air bersih dalam jangka panjang.
4
3. Meningkatnya satuan wilayah sungai (SWS) yang kritis. Pada tahun 1984, tercatat dari total
89 SWS yang ada di Indonesia, 22 SWS berada dalam kondisi kritis. Kondisi ini terus
memburuk dimana pada tahun 1992 jumlah SWS yang kritis meningkat menjadi 39 SWS
dan pada tahun 1998 membengkak menjadi 59 SWS.
2.3 Definisi analisa carrying capacity
Analisis daya dukung (carrying capacity analysis) merupakan suatu alat perencanaan
pembangunan yang memberikan gambaran hubungan antara penduduk, penggunaan lahan
dan lingkungan. Analisis daya dukung dapat memberikan informasi yang diperlukan dalam
menilai tingkat kemampuan lahan dalam mendukung segala aktifitas manusia yang ada di
wilayah yang bersangkutan.
Informasi yang diperoleh dari hasil analisis daya dukung secara umum akan
menyangkut masalah kemampuan (daya dukung) yang dimiliki oleh suatu daerah dalam
mendukung proses pembangunan dan pengembangan daerah itu, dengan melihat
perbandingan antara jumlah lahan yang dimiliki dan jumlah penduduk yang ada.
5
BAB III
ALAT DAN BAHAN
3.1 Alat
Penggaris, sekop, timbangan analitik, oven
3.2 Bahan
Sejumlah Benih (Jagung, padi, Kacang Tanah, Kedele, Kacang buncis, Bayam, Kangkung,
Sawi), Pasir, Kompos, Polybag diameter 20 cm, air.
3.3 Metode Praktikum
Perlakuan dalam Percobaan Ini Adalah:
Media dan Air
1. Media dalam polybag:
a) 100% Pasir + 0% Kompos,
b) 75% Pasir + 25% Kompos
c) 50% Pasir + 50% Kompos
d) 25% Pasir + 25% Kompos
e) 100% Kompos
2. Pemberian air
a) Secukupnya
b) 60% dari secukupnya
c) 20% dari secukupnya
Tanaman
1. Populasi tanaman (satu jenis : sawi)
a) 1 (satu) tanaman per polybag
b) 3 (tiga) tanaman per polybag
c) 6 (enam) tanaman per polybag
d) 9 (Sembilan) tanaman per polybag
6
e) 12 (duabelas) tanaman per polybag
f) 15 (limabelas) tanaman per polybag
g) 18 (delapan belas) tanaman per polybag
2. Populasi tanaman (2 Jenis tanaman beda jenis/family, Jagung dan Kedelai)
a) 2 (dua) tanaman per polybag
b) 4 (empat) tanaman per polybag
c) 6 (enam) tanaman per polybag
d) 8 (delapan) tanaman per polybag
e) 10 (sepuluh) tanaman per polybag
f) 12 (duabelas) tanaman per polybag
Pemeliharaan dan Pengamatan
1. Pemeliharaan:
a) Disiram tanaman setiap hari (Kecuali hujan) sesuai dengan perlakuan pemberian
air
b) Buang tanaman lain yang tidak termasuk dalam perlakuan
c) Bila terdapat hama dan penyakit pada tanaman buang/matikan dengan cara
mekanis
2. Pengamatan:
a) Amati pertumbuhan semua tanaman setiap dua hari sekali (saat berkecambah,
tinggi tanaman, perilaku morfologi tanaman, jumlah daun dan berat basah serta
kering termasuk bagian akar pada akhir pengamatan)
b) Fisiologi dan behavior tanaman, Mortalitas tanaman
c) Modifikasi dan heterogenitas tanaman.
7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabulasi Data
A. PERLAKUAN MEDIA
TABEL PENGAMATAN TINGGI TANAMAN Lactuca sativa L varietas lettuce grand
rapids black seed (cm)
NoMINGG
U KE-
PERLAKUAN
K0 K1 K2 K3 K4
1 0 7.166 7.2 7.2 7.166 7.166
2 1 15.833 12.166 14.966 13 13
3 2 20.6 16.3 18.2 18.1 15.966
4 3 21.466 20 20.733 20.533 17.433
5 4 21.933 21.166 21.3 21.1 18.6
Keterangan:
K0: 100 % Pasir + 0% Kompos
K1: 75 % Pasir + 25 % Kompos
K2: 50 % Pasir + 50 % Kompos
K3: 25 % Pasir + 75 % Kompos
K4: 100 % Kompos
8
Minggu1 Minggu2 Minggu3 Minggu4 Minggu50
5
10
15
20
25
K0K1K2K3K4
TABEL JUMLAH DAUN MINGGUAN
NOMINGG
U KE-
PERLAKUAN
K0 K1 K2 K3 K4
1 0 4 4 4 4 4
2 1 4 4 4 4 5
3 2 7 6 6 7 7
4 3 7 6 6 7 6
5 4 9 7 8 8 9
9
Minggu1 Minggu2 Minggu3 Minggu4 Minggu50
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
K0K1K2K3K4
10
RERATA BERAT AKAR (gram) SETELAH PANEN
NOPERLAKUA
NBERAT TANAMAN
1 K0 0.27 0.274 0.265 0.809 0.269
2 K1 0.374 0.386 0.306 1.066 0.355
3 K2 0.59 0.530 0.688 1.815 0.605
4 K3 0.720 0.610 0.697 2.027 0.676
5 K4 1.056 0.960 1.050 3.066 1.022
K0 K1 K2 K3 K40
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
berat akar1berat akar2berat akar3berat akar4berat akar5
11
TABEL RERATA BERAT SEGAR TANAMAN (gram)
N
O
BERAT TANAMAN PADA PERLAKUAN
K0 K1 K2 K3 K4
1 1.500 1.612 1.862 2.922 3.100
2 1.509 1.768 1.793 1.853 2.986
3 1.498 1.327 1.950 2.395 3.099
4 4.498 4.707 5.604 7.170 9.185
5 1.499 1.569 1.868 2.930 3.062
1 2 3 4 50
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
10,000
K0K1K2K3K4
12
B. PERLAKUAN AIR
D1 : Air Secukupnya
D2 : 60% dari secukupnya
D3 : 20% dari secukupnya
TABEL PENGARUH IRIGASI TERHADAP TINGGI TANAMAN (cm) JAGUNG
IRIGASI
DEFISIT
MINGGU KE
1 2 3 4 5 6 7 8
D1 19.92 51.08 77.70 102.00 115.35 124.75 127.50 128
D2 20.25 51.58 70.60 90.50 106.42 113.50 115.83 117.00
D3 20.00 48.72 48.72 69.50 73.33 94.42 100.00 101.83
Minggu1 Minggu2 Minggu3 Minggu4 Minggu5 Minggu6 Minggu7 Minggu80
20
40
60
80
100
120
140
D1D2D3
13
TABEL PENGARUH IRIGASI DEFISIT TERHADAP JUMLAH TANAMAN (HELAI)
IRIGASI
DEFISIT
MINGGU KE
1 2 3 4 5 6 7 8
D1 3 5 7 9 10 9 10 12
D2 3 5 6 8 9 9 9 10
D3 3 5 5 6 8 9 8 8
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 Minggu 7 Minggu 80
2
4
6
8
10
12
14
D1D2D3
TABEL PENGARUH IRIGASI DEFISIT TERHADAP LUAS DAUN (cm2)
IRIGASI
DEFISIT
MINGGU KE
1 2 3 4 5 6 7 8
D1 21.8 80.8 382.4 1000.7 1337.0 2110 2360.6 2950.0
D2 25.0 82.0 256.3 763.8 1274.1 1840.1 1958.2 2291.2
D3 22.8 85.3 226.3 514.4 778.6 936.2 968.2 1051.4
14
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 Minggu 7 Minggu 80
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
D1D2D3
TABEL PENGARUH IRIGASI DEFISIT TERHADAP HASIL PRODUKSI (gram)
IRIGASI
DEFISIT
BERAT BASAH BERAT KERING HASIL PRODUKSI
D1 73.68 64.18 16.27
D2 47.80 42.87 9.66
D3 16 13.86 0
15
berat basah beratkering hasilproduksi0
10
20
30
40
50
60
70
80
D1D2D3
16
C. PERLAKUAN POPULASI TANAMAN 1 JENIS
TABEL HASIL PENGAMATAN MINGGUAN TINGGI TANAMAN SAWI (Brassica
rapa) (cm)
PERLAKUAN TINGGI TANAMAN PADA MINGGU KE-
1 2 3 4 5 6
1 Biji 1.76 2.93 4.03 5.35 6.42 8.29
3 Biji 1.24 2.93 3.37 4.50 4.58 5.03
6 Biji 2.00 4.00 2.35 1.60 0.00 0.00
9 Biji 1.69 3.35 4.00 4.78 6.89 7.15
12 Biji 1.52 3.21 3.35 4.00 5.04 6.03
15 Biji 1.61 3.33 3.78 4.06 5.20 6.22
18 Biji 1.58 3.23 4.01 4.04 5.23 6.89
Keterangan :
- Perlakuan 1 : 1 biji
- Perlakuan 2 : 3 biji
- Perlakuan 3 : 6 biji
- Perlakuan 4 : 9 biji
- Perlakuan 5 : 12 biji
- Perlakuan 6 : 15 biji
- Perlakuan 7 : 18 biji
17
Perlakuan1 Perlakuan2 Perlakuan3 Perlakuan4 Perlakuan5 Perlakuan6 Perlakuan70
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Minggu1Minggu2Minggu3Minggu4Minggu5Minggu6
TABEL HASIL PENGAMATAN MINGGUAN JUMLAH DAUN TANAMAN SAWI
(Brassica rapa)
PERLAKUAN JUMLAH DAUN PADA MINGGU KE-
1 2 3 4 5 6
1 Biji 5 8 6 7 7 8
3 Biji 2 3 3 4 5 6
6 Biji 3 4 4 3 4 4
9 Biji 3 4 4 5 5 5
12 Biji 3 3 3 4 4 4
15 Biji 3 3 4 3 4 4
18 Biji 2 3 3 4 4 4
Keterangan :
- Perlakuan 1 : 1 biji
- Perlakuan 2 : 3 biji
- Perlakuan 3 : 6 biji
- Perlakuan 4 : 9 biji
18
- Perlakuan 5 : 12 biji
- Perlakuan 6 : 15 biji
- Perlakuan 7 : 18 biji
perlakuan1 perlakuan2 perlakuan3 perlakuan4 perlakuan5 perlakuan6 perlakuan70
1
2
3
4
5
6
7
8
9
123456
TABEL HASIL PENGAMATAN MINGGUAN JUMLAH BERAT BIOMASSA TANAMAN
SAWI (Brassica rapa)
PERLAKUAN BERAT BASAH TOTAL BERAT KERING TOTAL
1 Biji 5,78 3,54
3 Biji 1.58 0.30
6 Biji 0.00 0.00
9 Biji 0.22 0.33
12 Biji 0.23 0.29
15 Biji 0.21 0.27
Keterangan :
- Perlakuan 1 : 1 biji
- Perlakuan 2 : 3 biji
- Perlakuan 3 : 6 biji
19
- Perlakuan 4 : 9 biji
- Perlakuan 5 : 12 biji
- Perlakuan 6 : 15 biji
Perlakuan1 Perlakuan2 Perlakuan3 Perlakuan4 Perlakuan5 Perlakuan60
1
2
3
4
5
6
7
berat basah totalberat kering total
20
D. PERLAKUAN POPULASI TANAMAN 2 JENIS
TABEL PENGAMATAN HARIAN TINGGI TANAMAN PADA TANAMAN JAGUNG
DAN KEDELAI
· Kedelai
Perlakuan jumlah
tanaman per polybag
Tinggi Tanaman Kedelai Polikultur dengan Tanaman Jagung
1 2 3 4 5 6 7
2 14.36 19.96 22.73 25.83 28.32 32.51 36.51
4 13.51 19.06 21.42 24.7 27.25 31.63 34.79
6 11.93 16.31 19.15 22.24 24.27 28.15 31.15
8 15.05 19.41 31.96 34.67 36.29 37.55 41.9
10 13.63 17.59 29.19 33.2 34.16 35.2 38.01
12 12.65 17.24 20.34 22.87 24.37 28.51 32.37
Keterangan :
- Perlakuan 1 : 2
- Perlakuan 2 : 4
- Perlakuan 3 : 6
- Perlakuan 4 : 8
- Perlakuan 5 : 10
- Perlakuan 6 : 12
21
Perlakuan1 Perlakuan2 Perlakuan3 Perlakuan4 Perlakuan5 Perlakuan60
5
10
15
20
25
30
35
40
45
1234567
22
· Jagung
Perlakuan jumlah
tanaman per polybag
Tinggi Tanaman Kedelai Polikultur dengan Tanaman Jagung
1 2 3 4 5 6 7
2 20.3 30.93 36.95 41.36 44.83 50.33 53.97
4 18.98 19.13 33.82 38.5 42.1 46.28 50.84
6 18.16 28.04 32.57 34.72 38.12 43.1 45.63
8 18.23 26.76 29.56 31.20 34.67 38.33 42.03
10 17.87 19.33 23.46 29.02 33.50 36.08 39.98
12 18.00 19.06 24.05 27.88 31.25 32.67 36.79
Keterangan :
- Perlakuan 1 : 2
- Perlakuan 2 : 4
- Perlakuan 3 : 6
- Perlakuan 4 : 8
- Perlakuan 5 : 10
- Perlakuan 6 : 12
Perlakuan1 Perlakuan2 Perlakuan3 Perlakuan4 Perlakuan5 Perlakuan60
10
20
30
40
50
60
1234567
23
4.2 Analisa Data
4.2.1 Analisa Data Terhadap Carryng Capacity
A. Analisis Perlakuan Media
- Tinggi Tanaman
Dari hasil pengamatan tinggi tanaman Lactuca sativa L varietas lettuce grand
rapids black seed berdasarkan perlakuan media didapatkan bahwa pada tanaman yang
diberi perlakuan dengan media 100% pasir + 0% kompos mengalami pertumbuhan lebih
tinggi dari pada perlakuan yang lain, dan pada perlakuan ke 2 memiliki pertumbuhan
yang tinggi pula setelah perlakuan K0, setelah itu diikuti dengan pertumbuhan perlakuan
K3 dan K4. Pada perlakuan K0 dengan media 100% pasir mengalami pertumbuhan yang
cepat karena pada awal pertumbuhan media pasir sangatlah menunjang karena memiliki
pori makro yang dapat ditembus oleh akar dengan mudah, tetapi harus ditunjang dengan
pengairan yang baik.
Menurut literature Pasir sering digunakan sebagai media tanam alternatif untuk
menggantikan fungsi tanah. Sejauh ini, pasir dianggap memadai dan sesuai jika
digunakan sebagai media untuk penyemaian benih, pertumbuhan bibit tanaman, dan
perakaran setek batang tanaman. Sifatnya yang cepat kering akan memudahkan proses
pengangkatan bibit tanaman yang dianggap sudah cukup umur untuk dipindahkan ke
media lain. Sementara bobot pasir yang cukup berat akan mempermudah tegaknya setek
batang. Selain itu, keunggulan media tanam pasir adalah kemudahan dalam penggunaan
dan dapat meningkatkan sistem aerasi serta drainase media tanam.
Oleh karena memiliki pori-pori berukuran besar (pori-pori makro) maka pasir
menjadi mudah basah dan cepat kering oleh proses penguapan. Kohesi dan konsistensi
(ketahanan terhadap proses pemisahan) pasir sangat kecil sehingga mudah terkikis oleh
air atau angin. Dengan demikian, media pasir lebih membutuhkan pengairan dan
pemupukan yang lebih intensif. Hal tersebut yang menyebabkan pasir jarang digunakan
sebagai media tanam secara tunggal. Penggunaan pasir sebagai media tanam sering
dikombinasikan dengan campuran bahan anorganik lain, seperti kerikil, batu-batuan, atau
bahan organic yang disesuaikan dengan jenis tanaman. Pasir pantai atau semua pasir yang
berasal dari daerah yang bersersalinitast tinggi merupakan jenis pasir yang harus
dihindari untuk gunakan sebagai media tanam, karena pasir tersebut sudah dicuci terlebih
24
dahulu. Kadar garam yang tinggi pada media tanam dapat menyebabkan tanaman
menjadi lemah. Selain itu, organ-organ tanaman, seperti akar dan daun, juga
memperlihatkan gejala terbakar yang selanjutnya mengakibatkan kematian jaringan
(nekrosis). (Rahmawan, 2010).
Pada perlakuan K4 dengan pemberian media 100% kompos mengalami
pertumbuhan lambat, tetapi dalam jangka waktu lama pemberian kompos akan
memberikan reaksi yang baik untuk pertumbuhan tanaman karena Kompos bersifat
hidrofilik sehingga dapat meningkatkan kemampuan tanah dalam memegang air dan
mengandung unsur C yang relatif tinggi sehingga dapat menjadi sumber energi mikroba.
Kompos akan meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat.
Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik
tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air
tanah. Tanaman yang dipupuk dengan kompos cenderung lebih baik kualitasnya daripada
tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia. Menyatakan bahwa kompos mampu
mengurangi kepadatan tanah sehingga memudahkan perkembangan akar dan
kemampuannya dalam penyerapan hara. Peranan bahan organik dalam pertumbuhan
tanaman dapat secara langsung, atau sebagian besar mempengaruhi tanaman melalui
perubahan sifat dan ciri tanah.
(Besuki, 2012).
- Jumlah Daun
Pada perlakuan ini dapat dilihat bahwa perlakuan pada K0 dan K4 memiliki
jumlah daun yang tinggi dari pada perlakuan yang lainya. Selain media pasir yang sangat
bagus bagi pertumbuhan daun, media tanam yang banyak mengandung humus juga baik
bagi pertumbuhan daun seperti perlakuan K4 yang media perlakuannya 100% kompos.
Hal ini tentu saja karena kompos 100 % mengandung bahan organic yang tinggi yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman terutama daun. Dengan
menambahkan kompos, unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman akan terpenuhi. Namun
pada K4 ini jumlah daun sempat berkurang dari 7 daun menjadi 6 daun. Dapat dilihat
bahwa perlakuan paling baik pada K0 ( 100 % pasir + 0 % kompos) karena jumlah daun
terus bertambah dan tidak pernah berkurang.
25
- Berat Akar Setelah Panen
Pada perlakuan ini juga dapat dilihat bahwa perlakuan K4 (100 % kompos)
mempunyai berat akar yang paling tinggi, dibanding perlakuan yang lain. Seperti pada
literatur (CPIS,1991) kompos memperbaiki struktur tanahyang semula padat menjadi
gembur sehingga memepermudah mengelola tanah. Dengan struktur tanah yang baik
berarti difusi O2 atau aerasi akan lebih banyak sehingga proses fisiologis di akar akan
lancar. Berat akar setelah panen pada K4 paling tinggi. Hal ini karena kompos
berkontribusi besar untuk pertumbuhan akar.
- Berat Segar Tanaman
Berat segar tanaman yang tampak optimal yakni pada K4 (100 % kompos). Hal
ini karena penyerapan air dan unsure hara ke bagian tanaman berlangsung optimal tanpa
banyak kehilangan.
B. Perlakuan Air
- Pengaruh Irigasi Terhadap Tinggi Tanaman Jagung
Pada tabel pengaruh irigasi terhadap tinggi tanaman (cm) jagung, dengan
perlakuan D1 dengan air secukupnya, D2 60% dari secukupnya , dan D3 dengan 20%
dari secukupnya. Pada D1 perlakuan air secukupnya, pada minggu pertama tinggi
tanaman jagung 19,92 cm, lalu pada minggu kedua bertambah 51,08 cm, minggu ketiga
77,70 cm, minggu keempat 102,00 cm, minggu kelima 115,35, minggu keenam 127,50
minggu ketujuh 127,50 cm, dan minggu kedelapan bertambah 0,5 cm. Sedangkan pada
perlakuan D2 dengan air 60% dari secukupnya, minggu pertama tinggi jagung 20,25 cm,
pada minggu kedua mengalami pertambahan 51,58 cm, pada minggu ketiga bertabah
70,60 cm, minggu keempat bertambah 90,50 cm, minggu kelima bertambah 106,42 cm,
minggu keenam bertambah 113,50 cm, minggu ketujuh bertambah 2,33 cm, minggu
kedelapan bertambah 1,17 cm. Dan pada perlakuan D3 air 20% dari secukupnya pada
minggu pertama tinggi jagung 20 cm, dan pada minggu kedua bertambah 48,72 cm,
minggu ketiga tidak mengalami pertambahan tinggi, minggu keempat bertambah 69,50
cm, minggu kelima bertambah 73,33 cm, minggu keenam bertambah 94,42 cm, minggu
ketujuh bertambah 5,58 cm, dan minggu kedelapan bertambah 1,83 cm. Pertambahan
26
tinggi total D1 dari minggu pertama sampai minggu kedelapan yaitu 108,08 cm, dan
pertambahan terbanyak terdapat pada minggu kedua, dan pertambahan tinggi paling
sedikit pada minggu kedelapan hanya 0,5 cm. Pertambahan tinggi total D2 dari minggu
pertama sampai minggu kedelapan yaitu 96,75 cm, dan pertambahan terbanyak terdapat
pada minggu kedua, dan pertambahan tinggi paling sedikit pada minggu kedelapan hanya
1,17 cm. Pertambahan tinggi total D3 dari minggu pertama sampai minggu kedelapan
yaitu 81,83 cm, dan pertambahan terbanyak terdapat pada minggu kedua, dan
pertambahan tinggi paling sedikit pada minggu kedelapan hanya 1,83 cm.
Pertambahan tinggi mulai dari minggu pertama sampai minggu kedelapan yang
paling banyak adalah pada D1, lalu D2 dan terakhir D3.Dari ketiga perlakuan (D1, D2,
D3), pertambahan tinggi paling banyak semuanya terdapat pada minggu kedua, dan
paling sedikit pada minggu kedelapan.
- Pengaruh Irigasi Defisit Terhadap Jumlah Tanaman (Helai)
Pada tabel pengaruh irigasi defisit terhadap jumlah tanaman (helai), dengan
perlakuan D1 dengan air secukupnya, D2 60% dari secukupnya , dan D3 dengan 20%
dari secukupnya. Pada D1 perlakuan air secukupnya, pada minggu pertama jumlah
tanaman3 helai, lalu pada minggu kedua bertambah 2 helai, minggu ketiga 2 helai,
minggu keempat 2 helai, minggu kelima 1 helai, minggu keenam berkurang 1 helai,
mungkin dikarenakan kering lalu rontok, minggu ketujuh bertambah lagi 1 helai menjadi
10 helai, dan minggu kedelapan bertambah 2 helai menjadi 12 helai. Sedangkan pada
perlakuan D2 dengan air 60% dari secukupnya, minggu pertama jumlah tanaman 3 helai,
pada minggu kedua mengalami pertambahan 2 helai, pada minggu ketiga bertabah 1
helai, minggu keempat bertambah 2 helai, minggu kelima bertambah 1 helai, minggu
keenam dan ketujuh tidak mengalami pertambahan, minggu kedelapan bertambah 1 helai
menjadi 10 helai. Dan pada perlakuan D3 air 20% dari secukupnya pada minggu pertama
jumlah tanaman 3 helai, dan pada minggu kedua bertambah 2 helai, minggu ketiga tidak
mengalami pertambahan, minggu keempat bertambah 1 helai, minggu kelima bertambah
2 helai, minggu keenam bertambah 1 helai, minggu ketujuh berkurang mungkin
dikarenakan rontok jumlah tanaman menjadi 8 helai, dan minggu kedelapan tidak
mengalami pertambahan tetap 8 helai. Pertambahan jumlah total D1 dari minggu pertama
27
sampai minggu kedelapan yaitu 9 helai tetapi ada helai yang hilang sebelumnya.
Pertambahan jumlah total D2 dari minggu pertama sampai minggu kedelapan yaitu 7
helai tetapi ada helai yang hilang sebelumnya. Pertambahan jumlah total D3 dari minggu
pertama sampai minggu kedelapan yaitu 5 helai tetapi ada helai yang hilang sebelumnya.
Pertambahan jumlah tanaman (helai) mulai dari minggu pertama sampai minggu
kedelapan pertambahan jumlah D1 yang paling banyak pertambahannya, lalu D2 dan
terakhir D3.
- Pengaruh Irigasi Defisit Terhadap Luas Daun
Berdasarkan dari hasil tabel didapatkan pada minggu pertama untuk tanaman
dengan perlakuan pemberian air secukupnya luas daun pada D1 adalah 21,8 cm2, pada
minggu-minggu berikutnya luas daun bertambah perlahan. Minggu kedua luas daun
adalah 80,8 cm2, pada minggu ketiga luas daun bertambah 301,6 cm2 menjadi 382,4 cm2.
Pada minggu keempat luas daun bertambah menjadi 1000,7 cm2 dan minggu kelima luas
daun bertambah 336,3 cm2 menjadi 1337 cm2. Pada minggu keenam luas daun adalah
2110 dan minggu ketujuh luas daun menjadi 2360,6 cm2 sedangkan pada minggu terakhir
luas daun mencapai 2950 cm2.
Untuk tanaman dengan perlakuan D2 atau pemberian air 60% dari secukupnya
luas daun di minggu pertama adalah 25 cm2, pada minggu-minggu berikutnya luas daun
bertambah perlahan. Minggu kedua luas daun adalah 82 cm2 tidak berbeda jauh dengan
luas daun pada tanaman dengan perlakuan D1 di minggu kedua, pada minggu ketiga luas
daun bertambah 174,3 cm2 menjadi 256,3 cm2. Pada minggu keempat luas daun
bertambah menjadi 763,8 cm2 dan minggu kelima luas daun bertambah 510,3 cm2
menjadi 1274,1 cm2. Pada minggu keenam luas daun adalah 1840,1 dan minggu ketujuh
luas daun menjadi 1958,2 cm2 sedangkan pada minggu terakhir luas daun mencapai
2291,2 cm2.
Untuk tanaman dengan perlakuan D3 atau pemberian air 20% dari secukupnya
luas daun di minggu pertama adalah 22,8 cm2, pada minggu-minggu berikutnya luas daun
bertambah perlahan. Minggu kedua luas daun adalah 85,3 cm2, pada minggu ketiga luas
daun bertambah menjadi 226,3 cm2. Pada minggu keempat luas daun bertambah menjadi
514,4 cm2 dan minggu kelima luas daun bertambah menjadi 778,6 cm2. Pada minggu
28
keenam luas daun adalah 936,2 cm2 dan minggu ketujuh luas daun menjadi 968,2 cm2
sedangkan pada minggu terakhir luas daun mencapai 1051,4 cm2.
Dari hasil tersebut tanaman dengan perlakuan air secukupnya menunjukkan hasil
luas daun yang paling baik diantara tanaman dengan perlakuan air D1 dan D2. Dan
pertumbuhan luas daun paling lambat pada tanaman dengan perlakuan D3 atau dengan
pemberian air 20% dari secukupnya. Hal ini dapat dikarenakan tanaman kekurangan
pasokan air untuk tumbuh sehingga petumbuhan tanaman dengan 20% air dari
secukupnya lebih lambat dibandingkan tanaman yang diberi air secukupnya atau yang
diberi air 60% dari secukupnya.
- Pengaruh Irigasi Defisit Terhadap Hasil Produksi
Pada tabel pengaruh irigasi defisit terhadap hasil produksi (gram), dengan
perlakuan D1 dengan air secukupnya, D2 60% dari secukupnya , dan D3 dengan 20%
dari secukupnya. Pada D1 perlakuan air secukupnya, pada minggu pertama dengan berat
basah 73,68 gram, berat keringnya 64,18 gram, hasil produksinya yaitu 16,27 gram. Pada
D2 perlakuan air secukupnya, pada minggu pertama dengan berat basah 47,80 gram,
berat keringnya 42,87 gram, hasil produksinya yaitu 9,66 gram. Pada D3 perlakuan air
secukupnya, pada minggu pertama dengan berat basah 16 gram, berat keringnya 13,86
gram, hasil produksinya yaitu 0 gram. Hasil produksi paling banyak terdapat pada D1,
kemudian D2, terakhir D3 tidak menghasilkan produksi.
C. Perlakuan Populasi Tanaman 1 Jenis (Tanaman Sawi)
Berdasarkan tabel hasil pengamatan mingguan tinggi tanaman sawi dapat diketahui
bahwa pada perlakuan 1 biji memiliki pertumbuhan yang tertinggi dari pada perlakuan lainya,
hal ini dikarenakan bahwa tidak ada persaingan untuk merebutkan sumber daya untuk
pertumbuhan tanaman, sehingga tanaman pada perlakuan 1 biji dapat tumbuh optimal. Tetapi
pada minggu ke-2 perlakuan dengan 1 biji mengalami pertumbuhan yang lambat dari pada
perlakuan lainya tetapi pada minggu berikutnya tanaman pada perlakuan 1 biji mengalami
pertumbuhan yang stabil, dan tidak adanya penurunan pertumbuhan, dapat dilihat pula dari
jumlah daun dan berat biomassa pada tanaman sawi perlakuan 1 yang memiliki
29
perkembangan yang tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lain, hal ini disebabkan oleh
daya dukung produksi pada tanaman sawi perlakuan 1 biji.
D. Perlakuan Populasi Tanaman 2 Jenis (Kedelai dan Jagung)
- Pengamatan Harian Tinggi Tanaman pada Tanaman Kedelai
Dilihat dari pengamatan tinggi tanaman perharinya dapat dikatakan semakin
meningkat. Pada perlakuan pertama yaitu 2 tanaman dalam satu polybag dan hasil yang
ditunjukkan adalah semakin meningkat, dilihat dari hari pertama yaitu 14,36 dan hari ke-
7 adalah 36,51. Dari pelakauan yang pertama ini sangat menunjukkan bahwa kedua
tanaman ini sangat menunjukkan perkembangan yang baik.
Perlakuan kedua yaitu dengan 4 tanaman didalam 1 polybag pertumbuhannya
hampir sama dengan perlakuan yang pertama yaitu dihari pertama yaitu 13,51 dan hari
ketuju yaitu 34,79. Pada perlakuan ketiga yaitu dengan 6 tanaman didalam 1 polybag
diperoleh hasil yang hampir sesuai dengan perlakuan kedua yaitu pada hari pertama
11,93 dan hari ketuju yaitu 31,15. Pada perlakuan ke 4 adalah dengan satu polybag diisi 8
tanaman kedelai di mulai pengukuran tinggi pada minggu ke 1 adalah 15,05 dan semakin
meningkat hingga hari ke 7 yaitu 41.9. Perlakuan selanjutanya adalah dengan
menggunakan satu polybag diisi dengan 10 tanaman kedelai pada hari ke 1 tinggi 13.63
dan hari ke 7 adalah 38,1. Dan perlakuan yang terakir adalah pengisian 12 tanaman
dengan menguunakan 1 polybag dan di dapatkan data ketinggian tanaman pada hari ke 1
adalah 12,65 dan semakin meningkat hingga 32,37. Pada masing-masing perlakuan
diperoleh data tinggi tanaman yang paling tertinngi yaitu pada perlakuan keempat, yaitu
satu polybag diisi dengan 8 tanaman kedelai yang tinggi pada hari ke ketuju mencapai
41,9, hal tersebut dapat terjadi karena adanya faktor populasi dan daya dukung
lingkungan dapat dilihat dari pegertian daya dukung lingkungan yaitu kemampuan suatu
tempat dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara optimum dalam periode waktu
yang panjang di tambah dengan adanya jumlah populasi yang berbeda dalam satu
polybag. Rata- rata kepadatan populasi atau ukuran populasi dari suatu tanaman.
Dari data hasil perlakuan didapatkan bahwa dengan perlakuan dengan 8, 10, 2, 4,
12, tanaman lebih tinggi dari pada perlakuan 6 tanaman hal ini dimungkinkan karena
daya dukung lingkungan pada perlakuan 8 tanaman lebih mendukung, tetapi jika dilogika
30
seharusnya tanaman dengan perlakuan 2 tanaman lebih tinggi jika daya dukung
lingkungan antar perlakuan sama.
- Pengamatan Harian Tinggi Tanaman pada Tanaman Jagung
Pada tabel perlakuan populasi tanaman jagung dilakukan perlakuan jumlah
tanaman per polybag yaitu 2 tanaman per polybag, 4 tanaman per polybag, 6 tanaman
per polybag, 8 tanaman per polybag, 10 tanaman per polybag, dan 12 tanaman per
polybag. Pada perlakuan 2 tanaman per polybag hari pertama didapatkan tinggi
tanaman 20,3 cm, pada hari kedua tanaman bertambah tinggi menjadi 30,93, pada hari
ketiga tanaman bertambah 6,02 cm, sehingga tanaman bertambah tinggi menjadi 36,95.
Pada hari keempat dan hari kelima tinggi tanaman mencapai 41,36 dan 44,83. Hari
keenam tinggi tanaman bertambah menjadi 50,33 dan pada hari terakhir tinggi tanaman
mencapai 53,97.
Pada perlakuan 4 tanaman per polybag hari pertama didapatkan tinggi tanaman
18,98 cm, pada hari kedua tanaman bertambah tinggi menjadi 19,13, pada hari ketiga
tanaman bertambah tinggi menjadi 33,82. Pada hari keempat tinggi tanaman menjadi
38,5 cm dan hari kelima tinggi tanaman mencapai 42,1 cm. Hari keenam tinggi
tanaman bertambah menjadi 46,28 dan pada hari terakhir tinggi tanaman mencapai
50,84 cm.
Pada perlakuan 6 tanaman per polybag hari pertama didapatkan tinggi tanaman
18,16 cm, pada hari kedua tanaman bertambah tinggi menjadi 28,04 cm, pada hari
ketiga tanaman bertambah tinggi menjadi 32,57 cm. Pada hari keempat dan hari kelima
tinggi tanaman mencapai, yaitu 34,72 cm dan 38,12 cm. Hari keenam tinggi tanaman
bertambah menjadi 43,1 cm dan pada hari terakhir tinggi tanaman mencapai 45,63 cm.
Pada perlakuan 8 tanaman per polybag hari pertama didapatkan tinggi tanaman
18,23 cm, pada hari kedua tanaman bertambah tinggi menjadi 26,76 cm, pada hari
ketiga tanaman bertambah tinggi menjadi 29,56 cm. Pada hari keempat dan hari kelima
tinggi tanaman mencapai, yaitu 31,20 dan 34,67 cm. Hari keenam tinggi tanaman
bertambah menjadi 38,33 cm dan pada hari terakhir tinggi tanaman mencapai 42,03 cm.
31
Pada perlakuan 10 tanaman per polybag hari pertama didapatkan tinggi tanaman
17,87 cm, pada hari kedua tanaman bertambah tinggi menjadi 19,33 cm, pada hari
ketiga tanaman bertambah tinggi menjadi 23,46 cm. Pada hari keempat dan hari kelima
tinggi tanaman mencapai, yaitu 29,02 dan 33,50 cm. Hari keenam tinggi tanaman
bertambah menjadi 36,08 cm dan pada hari terakhir tinggi tanaman mencapai 39,98 cm.
Pada perlakuan 12 tanaman per polybag hari pertama didapatkan tinggi tanaman
18 cm, pada hari kedua tanaman bertambah tinggi menjadi 19,06 cm, pada hari ketiga
tanaman bertambah tinggi menjadi 24,05 cm. Pada hari keempat dan hari kelima tinggi
tanaman mencapai, yaitu 27,88 dan 31,25 cm. Hari keenam tinggi tanaman bertambah
menjadi 32,67 cm dan pada hari terakhir tinggi tanaman mencapai 36,79 cm.
Dari hasil di atas terlihat bahwa pad perlakuan 2 tanaman per polybag
menghasilkan rata-rata tinggi tanaman paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan
lainnya. Hal ini dapat dikarenakan pada polybag yang berisi 2 tanaman dengan
dimisalkan kandungan unsur hara dan pemberian air yang sama lebih minim kompetisi
dibandingkan polybag yang berisi lebih banyak, sehingga kebutuhan air dan hara
tanaman tercukupi menjadikan tanaman tumbuh maksimal. Terlihat pada tabel semakin
banyak tanaman yang ada dalam polybag, semakin lambat juga pertumbuhan tinggi
tanaman juga bisa dikatakan semakin rendah. Daya dukung lingkungan yang sama juga
mempengaruhi tinggi tanaman.
4.2.2 Perbedaan Fenomena Kompetisi dan Carryng Capacity (Daya Dukung Lingkungan)
Kompetisi adalah interaksi antar individu yang muncul akibat kesamaan
kebutuhan akan sumberdaya yang bersifat terbatas, sehingga membatasi kemampuan
bertahan (survival), pertumbuhan dan reproduksi individu penyaing. Kompetisi
didefinisikan sebagai interaksi antar individu yang berakibat pada pengurangan
kemampuan hidup mereka. Kompetisi dapat terjadi antar individu (intraspesifik) dan
antar individu pada satu spesies yang sama atau interspesifik.
Pada pertumbuhan tanaman sawi dengan perlakuan 1 biji terlihat berbeda
pertumbuhannya dengan tanaman sawi dengan perlakuan lainya, bahwa pada perlakuan 1
32
tidak ada kompetisi untuk perebutan hara, udara, cahaya sehingga dapat tumbuh dengan
baik, berbeda dengan tanaman dengan perlakuan yang lebih dari 1 biji sehingga untuk
tumbuhnya memerlukan hara, air, udara, cahaya, dll, diselingi dengan kompetisi dengan
tanaman sejenisnya. Hal ini terlihat dengan tanaman sawi pada perlakuan 8 biji yang
pertumbuhanya sangat lambat dibanding lainya. Dapat terlihat juga pada banyaknya daun
yang tumbuh. Pada perlakuan pemberian media yakni: K0: 100 % Pasir + 0%
Kompos
K1: 75 % Pasir + 25 % Kompos
K2: 50 % Pasir + 50 % Kompos
K3: 25 % Pasir + 75 % Kompos
K4: 100 % Kompos
Mendapatkan hasil bahwa tanaman dengan perlakuan K0 mendapatkan hasil
pertumbuhan tertinggi, dan sebaliknya pada perlakuan K4 yakni menggunakan media
kompos pertumbuhanya sangat lambat, hal ini dikarenakan bahwa pada perlakuan K0
sangat mendukung untuk pertumbuhan awal karena mempunyai pori makro sehingga
akar tanaman dapat dengan mudah untuk menyerap air, hara, dll. Tetapi dalam jangka
waktu yang lama pemberian media tanam pada K0 sangat tidak mendukung karena
kurangnya hara dalam media. Hal ini sangat berbanding terbalik dengan tanaman yang
diberi perlakuan K4 yang sangat lambat dalam pertumbuhanya, karena akar susah untuk
menembus media yang mempunyai mikro kecil, tetapi dalam jangka waktu lama tanaman
dengan pemberian perlakuan K4 sangat mendukung karena adanya kecukupan hara.
Tetapi pada perlakuan K0 berat segar tanaman dan berat akar tanaman setelah panen
lebih ringan dari pada tanaman K4 hal ini dimungkinkan karena pada tanaman K0
kekurangan akan unsure hara. Pada perlakuan penambahan air yakni:
D1 : Air Secukupnya
D2 : 60% dari secukupnya
D3 : 20% dari secukupnya
Didapatkan hasil bahwa tanaman yang diberi perlakuan cukup air menghasilkan
hasil yang tinggi dari pada perlakuan lainnya. Pada umumnya bila terlalu banyak air,
33
keadaannya merugikan pertumbuhan dan menjadi lebih buruk ketika mencapai titik
jenuh. Pengaruh buruk yang lain dari kelebihan air adalah terbawanya unsur hara
bersama gerakan air tersebut ke bawah. Pada tanah yang bertekstur halus, hal ini
mungkin hanya perpindahan unsur hara ke lapisan yang lebih bawah dan tidak terlalu
dalam sehingga masih dapat diserap oleh akar tanaman. Oleh sebab itu kebijakan
pengelolaan air harus dilakukan agar pemanfaatan air dapat efisien dan sesuai dengan
kebutuhan.
34
BAB V
Kesimpulan
Untuk dapat mengukur daya dukung, harus diketahui jumlah populasi, waktu, dan daya
dukung. Jika pertumbuhanya dibawah garis daya dukung, maka akan terjadi stress, kompetisi,
serta gangguan seiring dengan berjalannya waktu. Pada perlakuan media sebaiknya
perbandingan antara pasir dengan kompos seimbang agar dapat tumbuh secara optimal, karena
jika hanya menggunakan media pasir saja akan kekurangan hara dalam jangka waktu yang
panjang, dan bila menggunakan kompos saja akan memperburuk hasil pertumbuhan dalam
jangka panjang. Selain itu, perlakuan air yang cukup dan tepat sangat berpengaruh terhadap hasil
dan pertumbuhan tanaman.
35